Anda di halaman 1dari 142

HUBUNGAN PENGETAHUAN MENGURAS, MENUTUP,

MENGUBUR (3M) DENGAN UPAYA PENCEGAHAN


RESIKO KEJADIAN DHF DI RW 21 DESA
BALEENDAH WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BALEENDAH

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar


Sarjana Keperawatan

SANDRA PEBRIANI
NIM: AK.1.16.045

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL :Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Mengubur


(3M) Dengan Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF Di RW
21 Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah
NAMA : SANDRA PEBRIANI
NIM : AK116045

Telah Disetujui Untuk Diajukan Pada Sidang Skripsi


Pada Program Studi Sarjana Keperawatan dan Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana

Menyetujui:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Denni Fransiska H.M.,S.Kp.,M.Kep Novitasari T.S.,S.Kep.,Ners.,M.Kep

i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

a. Penelitian saya, dalam skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (S.Kep), baik dari Fakultas
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana maupun di perguruan tinggi
lain.

b. Penelitian dalam skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian
saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan pembimbing.

c. Dalam penelitian ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.

d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian


hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam penyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan
norma yang berlaku di Universitas Bhakti Kencana.

Bandung, September 2022


Yang membuat pernyataan

SANDRA PEBRIANI
NIM: AK.1.16.045

ii
ABSTRAK

Angka kejadian penyakit DHF di Indonesia semakin bertambah seiring


dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit DHF dapat
menimbulkan kejadian luar biasa dan bahkan menyebabkan kematian. Salah satu
penyebab kejadian DHF yaitu pengetahuan dan upaya pencegahan DHF. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan menguras, menutup, dan
mengubur (3M) dengan upaya pencegahan resiko kejadian DHF di RW 21 Desa
Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah.
Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian seluruh jumlah keluarga yang ada
di RW 21 desa Baleendah sebanyak 376 KK, sampel sebanyak 79 orang, dengan
tekhnik stratified random sampling. Pengolahan data dengan data primer
menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan analisis univariat dan
bivariate spearman rank.
Hasil penelitian diperoleh sebagian besar responden (65.8%) pengetahuan
tetang 3M kategori baik, sebagian besar responden (60.8%) upaya pencegahan
resiko DHF kategori tidak baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai -value 0.024 < α
0.05 artinya ada hubungan pengetahuan menguras, menutup, mengubur (3M)
dengan upaya pencegahan resiko kejadian DHF di Rw 21 Desa Baleendah
Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah.
Adanya hubungan pengetahuan 3M dengan perilaku pencegahan resiko
DHF, sehingga disarankan perlunya upaya peningkatan penyuluhan tentang
pencegahan resiko sehingga timbulnya rasa kesadaran masyarakat untuk
melakukan pencegahan resiko DHF, serta perlunya peningkatan kegiatan
masyarakat seperti kerja bakti membersihkan lingkungan sehingga mendorong
masyarakat untuk melakukan perilaku pencegahan resiko DHF.

Kata Kunci : DHF, Pengetahuan, Upaya Pencegahan


Kepustakaan : 13 buku (2014-2019)
12 jurnal (2017-2020)

iii
ABSTRACT

The incidence of DHF disease in Indonesia is increasing along with


increasing mobility and population density. DHF disease can cause extraordinary
events and even cause death. One of the causes of DHF events is knowledge and
prevention efforts of DHF. The purpose of this study is to determine the
relationship between knowledge of draining, closing, and burying (3M) with
efforts to prevent the risk of DHF events in RW 21 Baleendah Village, Baleendah
Health Center Working Area.
The research method uses a correlational descriptive with a cross-
sectional approach. The study population of all the number of families in RW 21
Baleendah village was 376 households, a sample of 79 people, with stratified
random sampling techniques. Data processing with primary data using
questionnaires. Data analysis using univariate and bivariate spearman rank
analysis.
The results of the study obtained by most respondents (65.8%) knowledge
of 3M good category, most respondents (60.8%) efforts to prevent the risk of DHF
category are not good. The results of the statistical test obtained a value (-value
of 0.024 < α 0.05 meaning that there is a relationship between knowledge of
draining, closing, burying (3M) with the behavior of efforts to prevent the risk of
DHF events in Rw 21 Baleendah Village, Baleendah Health Center Working
Area.
There is a relationship between 3M knowledge and efforts to prevent DHF
risks, so it is suggested that efforts are needed to increase counseling about risk
prevention so that there is a sense of public awareness to prevent DHF risks, as
well as the need to increase community activities such as environmental cleanup
work so as to encourage the community to carry out DHF risk prevention
behaviors.

Keywords : DHF, Knowledge, Prevention Efforts


Libraries : 13 books (2014-2019)
12 journal (2017-2020)

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan

judul “Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Mengubur (3M) Dengan

Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF Di RW 21 Desa Baleendah Wilayah

Kerja Puskesmas Baleendah”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung Tahun 2022.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. H. Mulyana, S.Pd., S.H., M.Pd., MH.Kes., selaku ketua Yayasan Adhi

Guna Kencana.

2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt. selaku Rektor Universitas Bhakti

Kencana.

3. Rd. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana.

4. Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana

Keperawatan Universitas Bhakti Kencana.

v
5. Denni Fransiska H.M, S.Kp., M.Kep selaku pembimbing utama yang

selalu memberikan motivasi, mengingatkan, dan memberikan semua saran

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Novitasari T.S, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing pendamping

yang selalu memberikan motivasi, saran, dan arahan sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada ibu dan kakaku Saleha yang selalu memberikan dukungan,

motivasi dan do’a yang tiada henti-hentinya, yang juga menjadi alasan

mengapa saya bersemangat dalam menyelesaikan proses ini.

8. Kepada Ajay khususnya yang selalu memberikan dukungan, do’a dan

motivasi, yang juga menjadi alasan mengapa saya selalu bersemangat

dalam menyelesaikan proses ini.

9. Kepada semua teman-teman angkatan 2016, kelas A, khususnya teman

dekat saya satu-satunya Palma Alfira yang telah memberikan dukungan,

do’a dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun diperlukan untuk menyempurnakan

skripsi ini, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang berkepentingan.

Bandung, September 2022

Sandra Pebriani

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL........................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................... 10
BAB II TUJUAN PUSTAKA .................................................................. 11
2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................. 11
2.2 DHF................................................................................................. 12
2.3 Upaya Pencegahan Penyakit DHF .................................................. 36
2.4 Pengetahuan .................................................................................... 39
2.5 Kerangka Konseptual ...................................................................... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 48
3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................... 48
3.2 Paradigma Penelitian ...................................................................... 48
3.3 Variabel Penelitian .......................................................................... 50
3.4 Hipotesa Penelitian ......................................................................... 51
3.5 Definisi Konseptual dan Operasional ............................................. 51
3.6 Populasi dan Sampel ....................................................................... 53
3.7 Etika Penelitian ............................................................................... 54
BAB IV DESAIN PENELITIAN .............................................................. 57
4.1 Pengumpulan Data .......................................................................... 57
4.2 Langkah-Langkah Penelitian .......................................................... 62
4.3 Pengolahan dan Analisa Data ......................................................... 63

vii
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 67
BAB V HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN ............................. 68
5.1 Hasil Penelitian.................................................................................. 68
5.2 Pembahasan ....................................................................................... 70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 80
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 80
6.2 Saran .................................................................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 82
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skala Pengetahuan ....................................................................... 46


Tabel 3.1 Penyebaran sampel ....................................................................... 54
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Menguras,
Menutup, Dan Mengubur (3M) di RW 21 Desa
Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah ....................... 68
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Upaya Pencegahan Resiko
Kejadian DHF di RW 21 Desa Baleendah Wilayah
Kerja Puskesmas Baleendah ....................................................... 69
Tabel 5.1 Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup,
dan Mengubur (3M) Dengan Upaya Pencegahan
Resiko Kejadian DHF di RW 21 Desa
Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendahg ..................... 69

ix
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pathway DHF .................................................................................. 22


Bagan 2.2 Kerangka Konseptual ...................................................................... 47
Bagan 3.1 Kerangka Penelitian ........................................................................ 50
Bagan 3.2 Definisi Operasional ....................................................................... 52

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
1. Lembar Catatan Bimbingan
Lampiran 2
1. Informed Consent
2. Pernyataan Persetujuan Responden
Lampiran 3
1. Kisi-kisi Instrument Penelitian
Lampiran 4
1. Instrument Penelitian
Lampiran 5
1. Hasil Validitas
2. Hasil Penelitian
3. Hasil Spss
4. Data Responden
Lampiran 6
1. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan Puskesmas Baleendah
2. Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan Puskesmas Baleendah
3. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung
4. Surat Balasan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung
5. Surat Permohonan Uji Etik Penelitian FITKes Unjani
6. Surat Balasan Uji Etik Penelitian FITKes Unjani
7. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Puskesmas
Baleendah
8. Surat Balasan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Puskesmas Baleendah
9. Surat Izin Melakukan Uji Konten
10. Surat Hasil Uji Konten
Lampiran 7
1. Hasil Cek Plagiarisme

xi
xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit dengue hemorrhagic fever (DHF) atau demam berdarah dengue

(DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang saat ini

penyebarannya cenderung terus meningkat dengan jumlah pasien setiap

tahunnya selalu mengalami kenaikan. Penyakit DHF dalam beberapa tahun

terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada

daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Menurut WHO (World Health

Organization) kasus DHF meningkat lebih dari 8 kali lipat selama 4 tahun

terakhir, dari 505.000 kasus menjadi 4.2 juta kasus pada tahun 2019, dengan

angka kematian dari 960 menjadi 4.032 kasus, dengan ancaman wabah

terbesar ada di Asia (World Health Organization, 2020).

Angka kejadian penyakit DHF di Indonesia semakin bertambah seiring

dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Berdasarkan

Kementrian Kesehatan tahun 2019 jumlah penderita DHF yang dilaporkan

mencapai 13.683 orang me ningkat tajam dari tahun sebelumnya hanya

sekitar 6.800 kasus, memuncak pada tahun 2020 dengan angka kejadian DHF

sebesar 108.303 kasus, dan pada tahun 2021 kasus DHF mencapai 68.614

kasus dengan kasus kematian sebesar 664 orang, dan data terbaru sampai tiga

pekan di Januari 2022 angka kejadian DHF telah mencapai 313 kasus, dengan

1
2

jumlah kematian 7 dan suspek DBD telah mencapai 7.316 orang (Kemenkes

RI, 2022).

Kasus DHF Jawa Barat tahun 2021 yaitu sebesar 22.613 kasus dengan

angka kematian 168 kasus, dan mengalami penurunan beberapa persen di

tahun 2021 yaitu menjadi 21.857 kasus namun mengalami kenaikan diangka

kematian yaitu sebanyak 203 kasus. Kasus penyumbang tertinggi angka

kejadia DHF di Jawa Barat yaitu dari Kota Bandung sebesar 3.743 kasus, ke

dua yaitu kota Depok sebesar 3.155 kasus, dan kota Bekasi dengan 1.963

kasus, dan angka kematian tertinggi yaitu di kota Bandung sebanyak 21

kasus, dan golongan yang sangat rentan terkena DHF yaitu pada usia anak-

anak yaitu mencapai 695 kasus dengan data kematian 4 orang (Dinkes Jabar,

2021).

Penyakit DHF dapat menimbulkan kejadian luar biasa dan bahkan

menyebabkan kematian. Dampak dari DHF jika dibiarkan tanpa penanganan

medis, maka akan semakin berkembang parah dan menimbulkan berbagai

komplikasi, diantaranya yaitu kerusakan pembuluh darah dan kelenjar getah

bening yang dapat menyebabkan perdarahan, biasanya ditandai dengan

mimisan, gusi berdarah, dan/atau memar berwana keunguan yang terjadi tiba-

tiba. Lambat laun perdarahan dalam ini dapat menyebabkan syok akibat

tekanan darah yang munurun drastis dalam waktu singkat. Perdarahan dan

dengue shock syndrome merupakan dua komplikasi DHF yang mematikan,

jika tidak dilakukan pencegahan dini, angka kejadian DHF akan semakin
3

bertambah yang dapat menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka

kematian (Murwani A, 2016)

Dampak dari DHF jika dibiarkan tanpa penanganan medis, maka akan

semakin berkembang parah dan menimbulkan berbagai komplikasi. Salah

satu komplikasi yang paling mungkin terjadi adalah kerusakan pembuluh

darah dan kelenjar getah bening yang dapat menyebabkan perdarahan, jika

terjadi perdarahan dan dengue shock syndrome merupakan dua komplikasi

DHF yang mematikan. Jika tidak dilakukan pencegahan dini, angka kejadian

DHF akan semakin bertambah sehingga dapat menjadi salah satu penyebab

meningkatnya angka kematian (Widoyono, 2016)

Salah satu penyebab terjadi kasus DHF yaitu faktor host (perilaku

masyarakat yang aktif/nyata), dan faktor lingkungan. Faktor host dapat

mempengaruhi dalam pencegahan DHF seperti tingkat pengetahuan yang

merupakan faktor risiko penyebab terjadinya DHF. Selain itu faktor

lingkungan juga memiliki peranan dalam menyebabkan kejadian DHF, hal ini

karena kondisi lingkungan baik fisik, biologis, maupun sosial dapat

mempengaruhi transmisi virus dan vektor dengue (World Health

Organization, 2020). Kondisi lingkungan masyarakat sangat erat kaitannya

karena banyaknya tempat-tempat perkembangan vektor nyamuk aedes

aegypti, yaitu nyamuk berkembang biak dalam air tergenang dan terbuka,

yang tidak pernah dibersihkan misalnya di dalam tong, drum, pot, ember,

botol buangan, kaleng, dan barang bekas lainnya (Frida, 2019).


4

Menurut Kemenkes (2021) upaya yang dapat dilakukan di lapisan

masyarakat dalam pencegahan penyakit DHF paling mudah dan sering

dilakukan yaitu cara pemberantasan terhadap jentik aedes aegypti, cara yang

dapat dilakukan yaitu fogging (pengasapan dengan insektisida), cara fisik

(yaitu salah satunya dengan perilaku kesehatan melalui gerakan 3M

(menguras, menutup, dan mengubur) yang bertujuan untuk memutus rantai

penularan dengan cara memberantas jentik nyamuk penularannya, cara kimia

(larvasidasi), dan cara biologi (dengan memelihara ikan pemakan jentik

nyamuk). Berdasarkan cara–cara pemberantasan sarang nyamuk tersebut, hal

yang paling bisa dilakukan sebagai langkah awal dalam pencegahan penyakit

DHF yaitu perilaku kesehatan pencegahan DHF dengan cara gerakan 3M

(menguras, menutup, dan mengubur) (Kemenkes RI, 2022).

Perilaku kesehatan merupakan semua aktifitas atau kegiatan seseorang

yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Perilaku

kesehatan dalam pencegahan penyakit DHF dianggap sangat penting dimana

pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah dan melindungi diri sendiri,

dan keluarga dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan

kesehatan dan mencari penyembuhan saat sakit atau terkena masalah

kesehatan. Perilaku kesehatan dalam pencegahan penyakit DHF dianggap

sangat penting dimana pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah dan

melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan

kesehatan dan mencari penyembuhan saat sakit atau terkena masalah

kesehatan (Notoatmodjo, 2016).


5

Perilaku kesehatan dapat dipengaruhi oleh predisposing factors, faktor

enabling factors, dan reinforcing factors. Salah satu yang termasuk faktor

predisposisi yaitu pengetahuan, dimana pengetahuan seseorang akan

mempengaruhi perilaku kesehatan pada seseorang (Notoatmodjo, 2016).

Pengetahuan tentang 3M yang dimiliki oleh masyarakat akan memberikan

pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit

DHF.

Hasil penelitian Manalu (2017) tentang pengetahuan dan perilaku

masyarakat dalam pencegahan DBD di Provinsi Kalimantan Barat diperoleh

hasil 92,8 % responden tidak pernah mendengar Demam Berdarah Dengue,

77 % responden memiliki pengetahuan Demam Berdarah Dengue sebagai

penyakit menular, 81,5 % responden memiliki pengetahuan cara penularan

Demam Berdarah Dengue dengan gigitan nyamuk dan sebesar 63,7 %

responden melakukan tindakan pencegahan melalui Pemberantasan Sarang

Nyamuk (Manalu. 2017).

Hasil penelitian oleh Sunaryanti (2020) tentang hubungan pengetahuan

dan sikap terhadap perilaku pengendalian vector DBD di Desa Jelok Boyolali

diperoleh hasil tingkat pengetahuan responden kurang baik sebesar (21,20%),

pengetahuan cukup (42,40%) dan pengetahuan baik (36,40%). Perilaku

responden tergolong kurang baik (27,30%), cukup baik (39,40%) dan

perilaku baik (33,33%), Berdasarkan analisis rank spearman diketahui

terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan dengan perilaku masyarakat


6

dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue dengan nilai probabilitas

(pvalue= 0,048) (Sunaryanti, 2020).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung angka tertinggi penyumbang kejadian DHF tahun 2021 dari 2.002

kasus yaitu Puskesmas Baleendah sebesar (6.69%), Puskesmas Jelekong

(6.04%), dan Puskesmas Paseh (4.09%). Hasil paling tertinggi yaitu di

Puskesmas Baleendah dengan adanya kematian akibat DHF yaitu sebanyak 2

orang (1 orang laki-laki, dan 1 orang perempuan) (Dinkes, Kab.Bandung,

2021). Puskesmas Baleendah merupakan puskesmas yang menaungi dari 3

Desa, yaitu Desa Baleendah, Desa Andir, dan Desa Manggahang.

Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Baleendah kasus kejadian

DHF tahun 2020 sebesar 124 jiwa, dan mengalami kenaikan pada tahun 2021

sebesar 134 kasus, dengan penyumbang tertinggi angka kejadian DHF yaitu

desa Baleendah baik itu menyerang balita, anak-anak, remaja, dan orangtua

(Profil Puskesmas Baleendah, 2021).

Hasil studi pendahuluan di Desa Baleendah pada tanggal 22 Juni 2022

diperoleh hasil bahwa desa Baleendah terdiri dari 23 RW, jika dilihat secara

keadaan geografis termasuk daerah dingin, udara lembab, serta sering

terjadinya banjir di daerah tersebut. Berdasarkan hasil data yang diperoleh

angka kejadian DHF tertinggi yaitu di RW 21 sebanyak 26 kasus, dan adanya

kasus kematian pada anak pada tahun 2019 berjumlah 1 orang. Kondisi

lingkungan di RW 21 yaitu padat penduduk, dengan jarak rumah yang

berdekatan, kondisi lingkungan yang masih kurang bersih karena masih


7

adanya sampah-sampah di sejumlah titik jalan, dan kondisi air selokan yang

masih adanya sampah.

Hasil wawancara kepada ketua RW 21 sejauh ini tingkat kepedulian

masyarakat tentang penerapan 3M masih kurang baik, hal ini terbukti dari

kondisi lingkungan dengan keadaan saluran air yang kotor, terdapat sampah

yang dapat menjadi tempat bersarangnya nyamuk, selain itu diperparah ketika

musim hujan kondisi lingkungan tergolong rawan terkena banjir, yang dapat

meningkatkan penyebaran penyakit menjadi lebih cepat, selain itu menurut

ketua RW ketika diadakannya kerja bakti untuk membersihkan lingkungan

seperti membersihkan selokan, mengubur barang-barang bekas atau sampah-

sampah, menutup jalan-jalan yang berlubang, namun hanya orang-orang

tertentu saja yang aktif ikut serta dalam kegiatan kerja bakti sebagian besar

warga kurang peduli dengan kegiatan-kegiatan dalam pemeliharaan

lingkungan.

Sejauh ini belum adanya penyuluhan-penyuluhan rutin yang diadakan di

RW 21 terkait mengenai pendidikan kesehatan termasuk salah satunya

perilaku 3M pada warga, dan tidak adanya jadwal rutin untuk dilakukan

foging sebagai langkah untuk memutus rantai nyamuk, dimana foging

dilakukan jika adanya warga yang terkena DHF dan itupun dilakukan jika

sudah melakukan laporan ke pihak puskesmas. Hasil wawancara terhadap 5

warga mereka tidak pernah menggunakan abate, atau pernah mendapatkan

abate yang diberikan secara gratis dari pengurus RW. Studi pendahuluan pada

5 warga menunjukkan warga jarang melakukan kegiatan-kegiatan kebersihan


8

yang dapat memutus rantai perkembangbiakan nyamuk, kondisi ini diperkuat

oleh keadaan jalan-jalan disekitar lingkungan yang banyak genangan air

karena kondisi jalan rusak (belum adanya perbaikan kondisi lubang-lubang

jalan yang rusak yang menyebabkan air tergenang).

Dari 5 orang masyarakat yang diwawancarai diperoleh semuanya kurang

mengetahui cara pencegahan penyakit DHF, tidak pernah memperoleh

informasi tentang cara yang baik dan benar mencegah penyakit DHF dan

kurang mengetahui tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya penyakit DHF, serta sikap masyarakat menunjukkan hasil bahwa

masyarakat mau ikut terjun melaksanakan tindakan pencegahan penyakit

DHF, contohnya setiap ada perbaikan dari pemimpin masyarakat siap ikut

serta dalam kegiatan-kegiatan yang dianjurkan dalam pencegahan DHF.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Dan

Mengubur (3M) Dengan Upaya Pencegahan Rsiko Kejadian DHF Di RW 21

Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan pengetahuan menguras,

menutup, dan mengubur (3M) dengan upaya pencegahan resiko kejadian

DHF di RW 21 Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah?”


9

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Dan

Mengubur (3M) Dengan Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF Di

RW 21 Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan menguras, menutup, dan mengubur

(3M) di RW 21 Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas

Baleendah.

2. Mengidentifikasi upaya pencegahan resiko kejadian DHF di RW 21

Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah .

3. Menganalisis hubungan pengetahuan menguras, menutup, dan

mengubur (3M) dengan upaya pencegahan resiko kejadian DHF di

RW 21 Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai penyakit

DHF dan sebagai bahan informasi untuk upaya pencegahan penyakit

DHF yang sangat berbahaya jika terjangkit wabah DHF karena dapat

menyebabkan kematian salah satunya dengan upaya penerapan 3M

yang baik.
10

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Tempat Penelitian

Memberikan informasi tentang penyakit DHF, sehingga sebagai

bahan acuan untuk melakukan pencegahan dini agar tidak

terjangkit wabah penyakit DHF yang sangat berbahaya.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menjadi bahan pembelajaran dan sumber referensi mengenai

penyakit DHF dan sebagai bahan bacaan di pustakaan.

3. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengalaman peneliti dan untuk memberikan

pendidikan kesehatan tentang penyakit DHF sehingga dapat

menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu

yang didapat selama pendidikan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif korelasi dengan

pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah

keluarga yang ada di RW 21 desa Baleendah sebanyak 376 KK, pengambilan

sampel menggunakan tekhnik stratified random sampling. Penelitian

dilakukan di RW 21 Desa Baleendah yang dilaksanakan mulai bulan Februari

2022 sampai selesai.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya salah satu faktor penyebab

angka kesakitan dan kematian akibat DBD meningkat adalah karena perilaku

masyarakat yang kurang menjaga kebersihan lingkungannya dan kurangnya

praktik PSN (perilaku 3M) secara rutin. Hasil penelitian Manalu (2017)

tentang pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam pencegahan DBD di

Provinsi Kalimantan Barat diperoleh hasil 92,8 % responden tidak pernah

mendengar Demam Berdarah Dengue, 77 % responden memiliki pengetahuan

Demam Berdarah Dengue sebagai penyakit menular, 81,5 % responden

memiliki pengetahuan cara penularan Demam Berdarah Dengue dengan

gigitan nyamuk dan sebesar 63,7 % responden melakukan tindakan

pencegahan melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (Manalu. 2017).

Hasil penelitian oleh Sunaryanti (2020) tentang hubungan pengetahuan

dan sikap terhadap perilaku pengendalian vector DBD di Desa Jelok Boyolali

diperoleh hasil tingkat pengetahuan responden kurang baik sebesar (21,20%),

pengetahuan cukup (42,40%) dan pengetahuan baik (36,40%). Perilaku

responden tergolong kurang baik (27,30%), cukup baik (39,40%) dan

perilaku baik (33,33%), Berdasarkan analisis rank spearman diketahui

terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan dengan perilaku masyarakat

11
12

dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue dengan nilai probabilitas

(pvalue= 0,048) (Sunaryanti, 2020).

2.2 DHF (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER)

2.2.1 Pengertian

Demam dengue / DB dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi

yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,

nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan diathesis hemoragik (Sudoyono, 2016).

Penyakit DHF mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat

dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat

penanganan yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut

juga dengue hemoragic fever (DHF), dengue fever (DF), demam

dengue, dan dengue shock sindrom (DSS) ((Widoyono, 2016)

Sehingga penulis dapat menyimpulkan bahwa penyakit DHF

adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (arthro podborn virus)

dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan

Aedes Aegepty) nyamuk aedes aegepty.

2.2.2 Etiologi

Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue dari kelompok

arbovirus B, yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan

oleh artropoda. Vector utama penyakit DHF adalah nyamuk aedes


13

aegypti (didaerah perkotaan) dan aedes albopictus (didaerah pedesaan)

(Widoyono, 2016)

Sifat nyamuk senang tinggal pada air yang jernih dan tergenang,

telurnya dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20-42◦C. Bila

kelembaban terlalu rendah telur ini akan menetas dalam waktu 4 hari,

kemudian untuk menjadi nyamuk dewasa ini memerlukan waktu 9 hari.

Nyamuk dewasa yang sudah menghisap darah 3 hari dapat bertelur 100

butir (Murwani A, 2016)

2.2.3 Epidemiologi Penyakit DHF

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep

segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan

lingkungan (environment) (Hadinegoro, 2016).

1. Agent (virus dengue)

Agen penyebab penyakit DHF berupa virus dengue dari

Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus

Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue

yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki

masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus

akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut

penderita merupakan sumber penular penyakit DHF.

2. Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue.

Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:


14

1) Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan

terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat

terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari

setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di

Gorontalo kebanyakan anak- anak berumur 1-5 tahun. Di

Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi

epidemi DHF penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara

5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95%

kasus DHF menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.

2) Jenis Kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan DHF dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin

(gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis

kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan

kerentanan terhadap serangan DHF antara laki-laki dan

perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih

tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut

tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DHF

pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.


15

3) Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan

ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi

yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena

ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi

infeksi virus dengue yang berat.

4) Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah

terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang

berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus

DHF tersebut.

5) Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada

transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor

yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke

New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan

personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi

yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue

(Sunarto & Sutaryo, 2019)

3. Lingkungan

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue

adalah:
16

1) Letak Georafis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas

di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik

yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang

Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean

dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap

tahunnya (Sunarto & Sutaryo, 2019)

Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18

seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter

berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue

menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima

hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi

(knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang

terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri

pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini

penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan

masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun

epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain

atau dari suatu negara ke negara lain (Hadinegoro, 2016).

2) Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DHF berlangsung pada

musim panas, meskipun ditemukan kasus DHF sporadis pada

musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DHF terjadi pada


17

musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan

Philippines epidemi DHF terjadi beberapa minggu setelah

musim hujan.

Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim

hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim

hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas

vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan

yang baik untuk masa inkubasi.

2.2.4 Manifestasi Klinis

Gejala klinis utama pada DHF adalah demam dan manifestasi

perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun setelah uji

torniquet.

1. Demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari

2. Manifestasi perdarahan

1) Uji tourniquet positif

2) Perdarahan spontan berbentuk peteki, purpura, ekimosis,

epitaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.

3. Hepatomegali

4. Renjatan, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun

(<20mmHg) atau nadi tak teraba, kulit dingin, dan anak gelisah

(Soegeng, 2016).
18

2.2.5 Derajat DHF

Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi

mematikan karena plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan

pernapasan, pendarahan parah, atau gangguan organ. Tanda-tanda

peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam hubungannya

dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit

parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah,

kelelahan, kegelisahan dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari

tahap kritis dapat mematikan; perawatan medis yang tepat diperlukan

untuk menghindari komplikasi dan risiko kematian Menurut WHO

DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu: Pembagian Derajat menurut

(Soegeng, 2016):

1. Derajat I: Demam dengan uji torniquet positif.

2. Derajat II: Demam dan perdarahan spontan, pada umumnya

dikulit atau perdarahan lain.

3. Derajat III: Demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak

disertai hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala kegagalan

sirkulasi meliputi nadi yang cepat dan lemah, tekanan nadi

menurun (<20mmHg)/ hipotensi disertai ekstremitas dingin, dan

anak gelisah.

4. Derajat IV: demam, perdarahan spontan disertai atau tidak disertai

hepatomegali dan ditemukan gejala-gejala renjatan hebat (nadi tak

teraba dan tekanan darah tak terukur).


19

2.2.6 Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan

menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh

pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan

zat bradikinin, serotinin, trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan

suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding

pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari

intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia.

Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan produksi

trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani A,

2016)

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan

baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini

mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan

mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan

perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari (Soegijanto,

2016).

Menurut Ngastiyah (2014) virus akan masuk ke dalam tubuh

melalui gigitan nyamuk aedes aeygypty. Pertama tama yang terjadi

adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit

kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik

bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang
20

mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati

(hepatomegali).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah

kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem

komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua

peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan

mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding

kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran

plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang ekstra

seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,

hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20%) menunjukan

atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai

hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena

(Soegijanto, 2016).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan

dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu

rongga peritonium, pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata

melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan

intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma

telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi

kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal

jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita


21

akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi

yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau

hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik

asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik

(Murwani A, 2016)
22

2.1 Bagan Pathway DHF (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER)

Virus Dengue terdapat pada


nyamuk aedes aeygypty

Nyamuk aedes aeygypty


menggigit Manusia

Masuk ke Aliran Darah

Viremia

Mekanisme Tubuh Untuk Komplemen Antigen dan Renjatan (proses


Melawan Virus Antibodi Meningkat imunologi)

Peningkatan Asam Pembebasan Histamin Ke pembuluh darah dan


lambung ke otak melalui aliran darah

Anoreksia, mual, Peningkatan Virus berkembang di


muntah permebialitas dinding dalam darah
pembulu darah

Gangguan Hipertermi
pemenuhan Kebocoran plasma
nutrisi kurang
dari kebutuhan

Resiko Plasma banyak menguap pada jaringan


kekurangan interstitial tubuh
volume cairan
Edema

Pendarahan eksta seluler Penekanan syaraf

Resti syok Hemoglobin Turun Gangguan Rasa aman

Nurtrisi dan oksigen ke


jantung menurun

Lemas

Intoleransi aktifitas

Sumber : (Murwani A, 2016), (Soegeng, 2016), (Soegijanto, 2016)


23

2.2.7 Komplikasi

1. Ensefalopati Dengue

Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok

yang berkepanjangan dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi

pada DHF yang tidak disertai syok. Gangguan metabolik seperti

hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat menjadi

penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DHF

bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh

trombosis pembuluh darah otak, sementara sebagai akibat dari

koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus

dengue dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan pula bahwa

keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.

Pada ensefalopati cenderung terjadi udem otak danalkalosis,

maka bila syok telah teratasi cairan diganti dengan cairan yang

tidak mengandung HC03- dan jumlah cairan harus segera

dikurangi. Larutan laktat ringer dektrosa segera ditukar dengan

larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 1:3. Untuk mengurangi udem

otak diberikan dexametason 0,5 mg/kg BB/kali tiap 8 jam, tetapi

bila terdapat perdarahan saluran cerna sebaiknya kortikosteroid

tidak diberikan. Bila terdapat disfungsi hati, maka diberikan

vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari, kadar gula darah

diusahakan > 80 mg. Mencegah terjadinya peningkatan tekanan


24

intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu diberikan

diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit (Murwani A, 2016)

Perawatan jalan nafas dengan pemberian oksigen yang

adekuat. Untuk mengurangi produksi amoniak dapat diberikan

neomisin dan laktulosa. Usahakan tidak memberikan obat-obat

yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk

mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati. Transfusi darah

segar atau komponen dapat diberikan atas indikasi yang tepat. Bila

perlu dilakukan tranfusi tukar. Pada masa penyembuhan dapat

diberikan asam amino rantai pendek.

2. Kelainan ginjal

Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal,

sebagai akibat dari syok yang tidak teratasi dengan baik. Dapat

dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun jarang. Untuk

mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan

menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah

benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan

parameter yang penting dan mudah dikerjakan untuk mengetahui

apakah syok telah teratasi. Diuresis diusahakan > 1 ml / kg berat

badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi dengan baik,

sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok

berulang. Pada keadaan syok berat sering kali dijumpai akute


25

tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan peningkatan

kadar ureum dan kreatinin.

3. Udema paru

Udem paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai

akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada

hari sakit ketiga sampai kelima sesuai panduan yang diberikan,

biasanya tidak akan menyebabkan udem paru oleh karena

perembesan plasma masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi

reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler, apabila cairan

diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan

hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),

pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada

kelopak mata, dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto

rontgen dada (Murwani A, 2016)

Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan

semakin beratnya bentuk demam berdarah yang dialami,

pendarahan, dan shock syndrome. Komplikasi paling serius

walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Dehidrasi

2. Pendarahan

3. Jumlah platelet yang rendah

4. Hipotensi

5. Bradikardi
26

6. Kerusakan hati

2.2.8 Pemeriksaan diagnostik

Langkah-langkah diagnose medik pemeriksaan menurut :

(Murwani A, 2016)

2. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%,

normal: pria 40-50%; wanita 35-47%

3. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem

antara tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa

dan 3-5 menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah

(petechie) kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.

4. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan

memakai kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada

waktu pasien masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan

pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang

kedua. Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu

saat pengiriman.

5. Isolasi virus : bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau

jaringan-jaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy

sedang untuk penderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini

jarang dikerjakan.

2.2.9 Penatalaksanaan

Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar

yang bebas nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran.


27

Perawatan kita berikan sesuai dengan masalah yang ada pada penderita

sesuai dengan beratnya penyakit (Murwani A, 2016)

1. Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan

elektrolit karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman

karena demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata.

Perawat: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu

makan dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi

kompre dingin, memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan

perdarahan, diperiksakan Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-

obat antipiretik dan antibiotik bila dikuatirkan akan terjadi infeksi

sekunder

2. Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan

hemaesis.

Perawat: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon

sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk

lemak tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu,

mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila

perut kembung besar dipasang maag slang, sedapat mungkin

membatasi terjadi pendarahan, jangan sering ditusuk, pengobatan

diberikan sesuai dengan intruksi dokter, perhatikan teknik-teknik

pemasangan infus, jangan menambah pendarahan, tetap diobservasi

keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan pendarahannya, semua


28

kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila keadaan

memburuk segera lapor dokter.

3. Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung

menurun, penderita mengalami pre shock/ shock.

Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi

terlentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara

pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari

mulut dan hidung, beri oksigen, diawasi terus-meneris dan jangan

ditinggal pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin

berikan transfusi atas izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur

selang selin perhatian kebersihan kulit juga pakaian bersih dan

kering (Murwani A, 2016).

2.2.10 Faktor Penularan Penyakit DHF

Ada dua faktor yang menyebabkan penyebaran penularan

penyakit DHF adalah :

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi ketahanan tubuh atau stamina seseorang.

Jika kondisi badan tetap bugar kemungkinannya kecil untuk

terkena penyakit DHF. Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki

daya tahan cukup kuat dari infeksi baik yang disebabkan oleh

bakteri, parasit, atau virus seperti penyakit DHF. Oleh karena itu

sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada musim

hujan dan pancaroba. Pada musim itu terjadi perubahan cuaca


29

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan virus

dengue penyebab DHF. Hal ini menjadi kesempatan jentik

nyamuk berkembangbiak menjadi lebih banyak.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar tubuh

manusia. Faktor ini tidak mudah dikontrol karena berhubungan

dengan pengetahuan, lingkungan dan perilaku manusia baik di

tempat tinggal, lingkungan sekolah, atau tempat bekerja.

Faktor yang memudahkan seseorang menderita DHF dapat dilihat

dari kondisi berbagai tempat berkembangbiaknya nyamuk seperti

di tempat penampungan air, karena kondisi ini memberikan

kesempatan pada nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Hal

ini dikarenakan tempat penampungan air masyarakat indonesia

umumnya lembab, kurang sinar matahari dan sanitasi atau

kebersihannya (Satari et al., 2018)

Menurut Suroso (2010) dalam Satari (2018), nyamuk lebih

menyukai benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti

gorden, kelambu dan baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang

tergantung di balik pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam

almari, karena nyamuk Aedes aegypti senang hinggap dan

beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang tergantung

untuk berkembangbiak, sehingga nyamuk berpotensi untuk bisa

mengigit manusia (Satari et al., 2018).


30

Menurut Hadinegoro et al (2016), semakin mudah nyamuk Aedes

menularkan virusnya dari satu orang ke orang lainnya karena

pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat meningkatkan

kesempatan penyakit DHF menyebar, urbanisasi yang tidak

terencana dan tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor

nyamuk yang efektif di daerah endemis, peningkatan sarana

transportasi (Hadinegoro, 2016).

Hasil penelitian Susanti (2021) faktor–faktor yang mempengaruhi

penyebaran virus dengue antara lain: (Susanti et al., 2021)

1) Kepadatan Nyamuk

Kepadatan nyamuk merupakan faktor risiko terjadinya

penularan DHF. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes

aegypti, semakin tinggi pula risiko masyarakat untuk tertular

penyakit DHF. Hal ini berarti apabila di suatu daerah yang

kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang penderita

DHF, maka masyarakat sekitar penderita tersebut berisiko

untuk tertular. Kepadatan nyamuk dipengaruhi oleh adanya

kontainer baik itu berupa bak mandi, tempayan, vas bunga,

kaleng bekas yang digunakan sebagai tempat perindukan

nyamuk. Agar kontainer tidak menjadi tempat perindukan

nyamuk maka harus di kuras satu minggu satu kali secara

teratur dan mengubur barang bekas.


31

2) Kepadatan Rumah

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak

terbangnya pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk

tersebut bersifat domestik. Apabila rumah penduduk saling

berdekatan maka nyamuk dapat dengan mudah berpindah

dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni salah

satu rumah ada yang terkena DHF, maka virus tersebut dapat

ditularkan kepada tetangganya.

3) Kepadatan Hunian Rumah

Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang sangat aktif

mencari makan, nyamuk tersebut dapat menggigit banyak

orang dalam waktu yang pendek. Oleh karena itu bila dalam

satu rumah ada penghuni yang menderita DHF maka

penghuni lain mempunyai risiko untuk tertular penyakit DHF

(Susanti et al., 2021).

2.2.11 Penularan Penyakit DHF

Penularan penyakit DHF memiliki tiga faktor yang memegang

peranan pada penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor

perantara (Hadinegoro, 2016). Mekanisme penularan penyakit DHF

dan tempat potensial penularannya.

1. Mekanisme Penularan DHF

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue

merupakan sumber penular DHF. Virus dengue berada dalam


32

darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila

penderita DHF digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah

akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk.

Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di

berbagai jaringan tubuh nyamuk, termasuk di dalam kelenjar

liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah penderita,

nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain

(masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh

nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk Aedes

aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular

sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali

nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah

akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis),

agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur

tersebut virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.

2. Tempat Potensial bagi Penularan DHF

Penularan DHF dapat terjadi di semua tempat yang terdapat

nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial

untuk terjadi penularan DHF adalah:

1) Wilayah yang banyak kasus DHF (rawan/endemis).

2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya

orang- orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga

kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus


33

dengue yang cukup besar seperti: sekolah, RS/Puskesmas

dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, tempat umum

lainnya (hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan

lain-lain).

3) Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini

umumnya barasal dari berbagai wilayah maka ada

kemungkinan diantaranya terdapat penderita yang

membawa tipe virus dengue yang berbeda dari masing-

masing lokasi (Hadinegoro, 2016).

2.2.12 Cara-cara Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DHF

Menurut Kemenkes strategi pencegahan dan pemberantasan

penyakit DHF dapat dilakukan melalui beberapa cara lain: (Kemenkes

RI, 2022).

1. Cara pemutusan rantai penularan

Ada lima kemungkinan cara memutuskan rantai penularan DHF:

1) Melenyapkan virus dengue dengan cara mengobati penderita.

Tetapi sampai saat ini belum ditemukan obat anti virus

tersebut

2) Isolasi penderita agar tidak digigit vektor sehingga tidak

menularkan kepada orang lain

3) Mencagah gigitan nyamuk sehingga orang sehat tidak ditulari

4) Memberikan imunisasi dengan vaksinasi


34

5) Memberantas vektor agar virus tidak ditularkan kepada orang

lain.

2. Cara Pemberantasan terhadap jentik Aedes Aegypti

Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal

dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk DHF (PSN DHF)

dilakukan dengan cara (Kemenkes RI, 2022).

1) Fogging

Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara

pengasapan atau fogging dengan insektisida.

2) Fisik

Cara ini dikenal dengan kegiatan ”3M”, yaitu: Menguras (dan

menyikat) bak mandi, bak WC, dan lain-lain; Menutup tempat

penampungan air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-

lain); dan Mengubur barang-barang bekas (seperti kaleng, ban,

dan lain-lain). Pengurasan tempat-tempat penampungan air

perlu dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu

sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu.

Pada saat ini telah dikenal pula istilah ”3M” plus, yaitu

kegiatan 3M yang diperluas.

3) Kimia

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan

insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal

dengan istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan


35

antara lain adalah temephos. Formulasi temephos yang

digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang

digunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata) untuk

tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai

efek residu 3 bulan.

4) Biologi

Pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti secara biologi

dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan

kepala timah, ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-

lain). Dapat juga digunakan Bacillus thuringiensis var

israeliensis (Bti).

3. Cara Pencegahan

1) Memberikan penyuluhan serta informasi kepada masyarakat

untuk membersihkan tempat perindukan nyamuk dan

melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan memasang kawat

kasa, perlindungan diri dengan pakaian dan menggunakan

obat gosok anti nyamuk

2) Melakukan survei untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor

nyamuk, mengetahui tempat perindukan dan habitat larva dan

membuat rencana pemberantasan sarang nyamuk serta

pelaksanaannya
36

4. Penanggulangan Wabah

1) Menemukan dan memusnahkan spesies Aedes aegypti di

lingkungan pemukiman, membersihkan tempat perindukan

nyamuk atau taburkan larvasida di semua tempat yang

potensial sebagai tempat perindukan larva Aedes Aegypti.

2) Gunakan obat gosok anti nyamuk bagi orang-orang yang

terpajan dengan nyamuk.

2.3 Upaya Pencegahan Penyakit DHF

2.3.1 Pengertian

Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditunjukan untuk

mencegah, menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit

dan kecacatan (Untari, 2018).

Pencegahan penyakit DHF sangat tergantung pada pengendalian

vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa lingkup yang tepat

(Hadinegoro, 2016).

2.3.2 Tindakan Pencegahan Penyakit DHF

Tindakan pencegahan penyakit DHF, dapat dilakukan berdasarkan

beberapa cara diantaranya yaitu: (Kemenkes RI, 2022).

1. Penerapan 3M

Dalam penanganan DHF, peran serta masyarakat untuk menekan

kasus DHF sangat diperlukan. Oleh karenanya program


37

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 4M Plus perlu

dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada

musim penghujan. Program PSN, yaitu:

1) Menguras tempat penampungan air

Membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat

penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat

penampungan air minum, penampungan air lemari es dan

lain-lain.

2) Menutup tempat penampungan air

Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti drum,

kendi, toren air, dan lain sebagainya.

3) Mengubur barang bekas

Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak layak

dipakai dan mendaur ulang barang-barang yang masih bisa

digunakan kembali yang memiliki potensi untuk jadi tempat

perkembangbiakan nyamuk penular DHF.

2. Pengelolaan sampah

Perilaku masyarakat dalam penggunaan barang barang non

biodegradable seperti plastik yang sangat tinggi menyebabkan

plastik menjadi penampungan air hujan, dan dapat menjadi

tempat perkembangbiakan vektor. Adanya tempat perindukan

nyamuk (breeding place) dapat dipengaruhi oleh praktik individu


38

dalam membuang sampah yang dapat menampung air di sekitar

halam rumah.

Menurut WHO (2016) upaya pengendalian vektor harus

mendorong penanganan sampah yang efektif dan memperhatikan

lingkungan dengan meningkatkan aturan dasar “mengurangi,

menggunakan ulang, dan daur ulang.” Ban bekas adalah bentuk

lain dari sampah padat yang sangat penting untuk pengendalian

Aedes Aegypti perkotaan; ban bekas ini harus didaur ulang atau

dibuang dengan pembakaran yang tepat dalam fasilitas

transformasi sampah (misalnya alat pembakar, tumbuhan

penghisap energi).

3. Peran Kader Kesehatan/Kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik)

Kader juru pemantau jentik (jumantik) adalah kelompok kerja

kegiatan pemberantasan penyakit DHF di tingkat Desa dalam

wadah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, bekerja secara

sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan

jentik nyamuk DBD Aedes Aegypti di wilayahnya serta

melakukan pelaporan ke kelurahan secara rutin dan

berkesinambungan.

Peran jumantik sangat penting dalam sistem kewaspadaan

dini mewabahnya DHF karena berfungsi untuk memantau

keberadaan dan menghambat perkembangan awal vektor penular


39

DHF. Keaktifan kader jumantik dalam memantau lingkungannya

diharapkan dapat menurunkan angka kasus DHF.

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas

penggabungan atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui

dan objek yang diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu

objek tertentu. Menurut Notoatmodjo (2016) pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi

pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh

seseorang melalui pancaindera (Notoatmodjo, 2016).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat

erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka

akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan

rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi

juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan

suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek

negatif. 15 Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan


40

menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu

(Notoatmodjo, 2016).

2.4.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2016) tingkatan pengetahuan terdiri dari 4

macam, yaitu pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal, pengetahuan

normatif dan pengetahuan esensial. Pengetahuan deskriptif yaitu jenis

pengetahuan yang dalam cara penyampaian atau penjelasannya

berbentuk secara yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban

tentang sebab dan akibat. Pengetahuan normatif yaitu suatu

pengetahuan yang senantiasa berkaitan dengan suatu ukuran dan norma

atau aturan. Pengetahuan esensial adalah suatu pengetahuan yang

menjawab suatu pertanyaan tentang hakikat segala sesuatu dan hal ini

sudah dikaji dalam bidang ilmu filsafat. Pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan

menjelaskan bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai

berikut :

1. Pengetahuan (Knowledge) : Tahu diartikan hanya sebagai recall

(ingatan). Seseorang dituntut untuk mengetahui fakta tanpa

dapatmenggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension) : Memahami suatu objek bukan

sekedar tahu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.


41

3. Penerapan (application) : diartikan apabila orang yang telah

memahami objek tersebut dapat menggunakan dan mengaplikasikan

prinsip yang diketahui pada situasi yang lain.

4. Analisis (AnIalysis) adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan dan memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu objek.

5. Sintesis (synthesis) adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis

menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Penilaian (evaluation) yaitu suatu kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu didasarkan pada

suatu kriteria atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

2.4.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Fitriani dan Yuliana (2017), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan

Pendidikan mempengaruhi proses dalam belajar, semakin

tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang

tersebut untuk menerima sebuah informasi. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan

tetapi dapat diperoleh juga pada pendidikan non formal.


42

Menurut Mantra dalam Wawan dan Dewi (2010), pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang

akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap dalam

pembangunan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah

menerima informasi. Menurut Tirtahardja (2014) jenjang pendidikan

meliputi:

1. Pendidikan Rendah (SD sampai SMP)

2. Pendidikan Tinggi (SMA sampai Perguruan tinggi)

Hasil penelitian sebelumnya oleh Purbasari (2021) diperoleh

sebagian besar sebagian besar (65,5%) pendidikan responden pada

jenjang pendidikan tinggi dengan pengetahuan yang cukup. Menurut

Notoatmodjo (2016) pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan,

hal ini karena pendidikan mempengaruhi proses belajar seseorang,

makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah seseorang untuk

menerima informasi, maka semakin tinggi pendidikan maka semakin

banyak pula informasi yang diperoleh seseorang baik secara

langsung, maupun melalui media masa.

2. Media massa/ sumber informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengetahuan jangka pendek

(immediatee impact), sehingga menghasilkan perubahan dan

peningkatan pengetahuan. Kemajuan teknologi menyediakan

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi


43

pengetahuan masyarakat tentang informasi baru. Sarana komunikasi

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan lain-lain

yang mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan

kepercayaan orang.

3. Sosial budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan ketersediaan fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada pada lingkungan tersebut. Hal tersebut terjadi

karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai

pengetahuan.

5. Pengalaman

Pengalaman merupakan peristiwa yang tertangkap oleh

pancaindera dan tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat

diperoleh ataupun dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi maupun

sudah lama berlangsung. Pengalaman yang terjadi dapat diberikan


44

kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta

pembelajaran manusia (Notoatmodjo, 2016).

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun

pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran suatu pengetahuan. Pengalaman merupakan

keseluruhan pengamatan yang telah disimpan didalam ingatan atau

digabungkan dengan suatu penghargaan akan masa depan, sesuai

dengan apa yang telah dilakukan atau diamati pada masa lalu.

Pengalaman memiliki dua tipe yaitu, perjumpaan dengan objek yang

dirasakan jadi menimbulkan pemahaman dengan ide-ide sensasi.

Ketika mata, telinga, hidung, jari-jari, dan lidah kita dipengaruhi

oleh objek fisik, pikiran-pikiran kita akan dipengaruhi oleh objek-

objek yang dapat dirasakan. Tipe yang kedua yaitu, pertimbangan

atas operasional pikiran sendiri menyediakan pemahaman dengan ide

yang menimbulkan refleksi. Ketika pikiran kita merefleksikan ide-

ide yang muncul dari sensasi, yaitu ketika kita berfikir, meragukan,

mempercayai, kita mengalami aktivitas-aktivitas itu.

Setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda walaupun

melihat suatu obyek yang sama, hal ini dipengaruhi oleh : tingkat

pengetahuan dan pendidikan seseorang, pelaku atau faktor pada

pihak yang mempunyai pengalaman, faktor obyek atau target yang

dipersepsikan dan faktor situasi dimana pengalaman itu dilakukan.

Umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya,


45

lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup

setiap individu juga ikut menentukan pengalaman (Notoatmodjo,

2016).

6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Bertambahnya usia akan semakin berkembang pola pikir dan daya

tangkap seseorang sehingga pengetahuan yang diperoleh akan

semakin banyak.

2.4.4 Pengetahuan sebagai faktor yang mempengaruhi Perilaku

Kesehatan

Menurut Green (1980) pengetahuan merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan. Pengetahuan tentang

kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-

cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit

menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau

mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan

kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan

(Notoatmodjo, 2016).

2.4.5 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetauan dapat dilakukan dengan cara wawancara

atau angket menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita


46

ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan

diatas (Nursalam, 2016).

2.4.6 Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2016) pengetahuan seseorang dapat di interpretasika

dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu :

Tabel 2.2 Skala Pengetahuan

Pengetahuan Skoring
Baik 76%-100%
Cukup 56%-75%
Kurang <56%
47

2.5 Kerangka Konseptual


Bagan 2.1
Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Dan Mengubur (3M) Dengan
Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF Di RW 21 Desa
Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah

Kejadian DHF (Dengue Hemorrhagic Fever)

Upaya Pencegahan Penyakit DHF

Cara pemutusan Cara pemberantas Cara Penanggulangan


rantai penularan jentik aedes aegypti: pencegahan wabah
1. Foging
2. Fisik
(Perilaku 3M)
3. Kimia
4. Biologi

Faktor yang mempengaruhi Perilaku Pencegahan Penyakit DHF

1. Faktor predisposisi (predisposing


factors):
1) Pengetahuan
2) Sikap
2. Enabling factors:
1) Sarana kesehatan
3. Reinforcing factors:
1) Perugas kesehatan

Sumber: modifikasi dari (Kemenkes RI, 2022), (Hadinegoro, 2016).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian

deskriptif korelasional, dengan rancangan penelitian cross sectional yang

bertujuan untuk mencari hubungan variabel bebas dengan variabel terikat

(Sugiyono, 2017). Tujuan dalam penelitian ini adalah mencari hubungan

pengetahuan menguras, menutup, dan mengubur (3M) dengan upaya

pencegahan risiko kejadian DHF (dengue hemorrhagic fever).

3.2 Paradigma Penelitian

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (arthro podborn

virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan

Aedes Aegepty) dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi

yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis

hemoragik (Sudoyono, 2016). Upaya yang dapat dilakukan dalam

pemberantasan penyakit DHF yaitu salah satunya dengan perilaku kesehatan

melalui gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) yang bertujuan

untuk memutus rantai penularan dengan cara memberantas jentik nyamuk

penularannya (Kemenkes RI, 2022).

Riwayat DHF merupakan riwayat penyakit yang disebabkan oleh

nyamuk Aedes Aegepty, baik yang dialami langsung oleh kepala keluarga

48
49

atau anggota keluarga lainnya (istri, anak, anggota keluarga yang berada

dalam satu rumah). Prilaku 3M merupakan tindakan menguras, mengubur dan

menutup yang dilakukan oleh keluarga dalam upaya tindakan pencegahan

atau pemutusan sarang nyamuk Aedes Aegepty.

Perilaku kesehatan dapat dipengaruhi oleh predisposing factors, faktor

enabling factors, dan reinforcing factors. Salah satu yang termasuk faktor

predisposisi yaitu pengetahuan, dimana pengetahuan seseorang akan

mempengaruhi perilaku kesehatan pada seseorang (Notoatmodjo, 2016).

Pengetahuan tentang 3M yang dimiliki oleh masyarakat akan memberikan

pengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam mencegah terjadinya penyakit

DHF.
50

Kerangka Penelitian

Bagan 3.1
Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Dan Mengubur (3M) Dengan Upaya
Pencegahan Resiko Kejadian DHF Di RW 21 Desa Baleendah
Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah

Variabel Dependen variable Independen

Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku
kesehatan:
1. Faktor predisposisi
(predisposing factors): Perilaku Upaya
Pencegahan Resiko
1) Pengetahuan
Kejadian DHF
2) Sikap
2. Enabling factors:
Sarana kesehatan
3. Reinforcing factors:
Perugas kesehatan

Sumber : (Kemenkes RI, 2022), (Notoatmodjo, 2016).

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu ukuran atau ciri yang memiliki anggota suatu

kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain

(Notoatmodjo, 2018). Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini

diantaranya adalah :
51

3.3.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas (independent) adalah variabel yang menentukan atau

berpengaruh terhadap variabel terikat (Notoatmodjo, 2018). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan.

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang kondisi atau

nilainya dipengaruhi oleh variabel lain (Notoatmodjo, 2018). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan resiko penyakit

DHF.

3.4 Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2019). Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Ha: ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan resiko

penyakit DHF.

2. Ho: tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan

resiko penyakit DHF.

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Oprasional

3.5.1 Definisi Konseptual

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dikertahui seseorang

melalui penginderaan terhadap objek tertentu, dan merupakan domain

yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior)

(Notoatmodjo, 2016).
52

Perilaku gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur) upaya

untuk memutus rantai penularan dengan cara memberantas jentik

nyamuk (Kemenkes RI, 2022).

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara

optimal berdasarkan karakteristik yang diobservasi, memungkinkan

peneliti melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap

suatu obyek atau fenomena (Notoatmodjo, 2018).

Bagan 3.2
Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Definisi Alat ukur Cara Skala Hasil ukur
Operasional ukur ukur
1. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Instrument Ordinal 1. Baik
tentang 3M yang diketahui oleh yang (≥75%)
masyarakat tentang diadopsi 2. Cukup
penyakit DHF dari hasil (56-74%)
mencakup tanda, penelitian 3. Kurang
gejala, pencegahan oleh Bina (<55%)
DHF (mengubur, Adi (2019)
menutup,
menguras)
2. Upaya Tindakan yang Kuesioner Instrument Nominal 1.Baik
pencegahan dilakukan keluarga yang (skor > 5)
resiko penyakit dalam upaya diadopsi 2.Tidak baik
3M memberantas jentik dari hasil (skor ≤ 5)
nyamuk melalui penelitian
gerakan menguras, oleh Fitri
menutup, dan Nuha
mengubur barang- (2019)
barang yang dapat
menjadi sarang
nyamuk.
53

3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2018). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh jumlah keluarga yang ada di RW 21 desa Baleendah sebanyak

376 KK.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau

keadaan tertentu yang akan diteliti (Sugiyono, 2017). Penentuan

besarnya sampel menggunakan perthitungan rumus sebagai berikut:

Rumus:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑 2)

Keterangan : N : Besar populasi


n : besarnya sampel
d : tingkat kekeliruan
376
𝑛=
1 + 376 (0.1)²

𝑛 = 78.9 dibulatkan mejadi 79

Dari hasil perhitungan dengan rumus diatas didapatkan jumlah

sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 79 responden yang akan

dijadikan sampel.

Cara pengambilan sampel atau teknik sampling yang

dipergunakan pada riset ini menggunakan teknik stratified random

sampling yaitu teknik sampling daerah yang digunakan untuk


54

menentukan sampel bila objek yang akan diteliti cukup luas

(Sugiyono, 2017).

Tabel 3.1
Penyebaran sampel di RW 21
RT Pengambilan sampel Sampel
RT 1 55 14
𝑋 79
376
RT 2 50 11
𝑋 79
376
RT 3 42 8
𝑋 79
376
RT 4 45 9
𝑋 79
376
RT 5 43 8
𝑋 79
376
RT 6 45 9
𝑋 79
376
RT 7 48 10
𝑋 79
376
RT 8 48 10
𝑋 79
376
Total 79

Berdasarkan jumlah sampel dari setiap posyandu selanjutnya

peneliti menggunakan cara yang paling sederhana dalam meraih

sampel ini, tiap elemen diseleksi secara acak dari data register dari

tiap RT kemudian dilakukan secara door to door dibantu oleh kader.

3.7 Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melihat dan menilai prinsip-prinsip etis

yang diterapkan dalam kegiatan penelitian, dan proposal penelitian sampai

dengan publikasi hasil penelitian (Notoatmodjo, 2018). Etika penelitian

terdiri dari beberapa aspek yang harus dipegang teguh yaitu: (Notoatmodjo,

2018)

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)


55

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta

memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy) (Notoatmodjo,

2016). Dalam penelitian harus adanya penjelasan tentang manfaat

penelitian, penjelasan kemungkinan ketidaknyamanan yang akan timbul,

serta manfaat yang akan diperoleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat

terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi.

Sedangkan tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh

orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu

tersebut (Notoatmodjo, 2016). Dalam aplikasinya, peneliti tidak boleh

menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat

asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga

anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat

menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai

pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusifitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk

memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-


56

hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor

ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan

religius subyek penelitian. Lingkungan penelitian dikondisikan agar

memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian.

Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun yang terpenting

adalah bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di

antara anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan

sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban

secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan

pilihan bebas masyarakat (Notoatmodjo, 2016). Sebagai contoh dalam

prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek-aspek keadilan

gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakukan yang sama baik

sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Perhitungan kerugian dan manfaat dalam penelitian (balancing harms

and benefits)

Penelitian pada umumnya perlu memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya kepada masyarakat, khususnya terhadap tema penelitian. Efek

samping minimal diperlukan untuk subjek studi. Oleh karena itu, dalam

perilakunya, peneliti harus dapat mencegah, atau setidaknya

meringankan, rasa sakit, cedera, stres, dan kemungkinan bahaya bagi

responden.
BAB IV

DESAIN PENELITIAN

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2019).

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab (Sugiyono, 2017).

1. Instrumen Pengetahuan

Instrument pengetahuan menggunakan kuesioner kuesioner yang

diadopsi dari hasil penelitian oleh Adi (2019) yang telah valid dan

reliabel terdiri dari 14 soal dengan pilihan jawaban benar skor 1,

dan salah skor 0.

2. Instrumen upaya pencegahan resiko penyakit DHF

Instrument upaya pencegahan resiko penyakit DHF menggunakan

kuesioner yang diadopsi dari hasil penelitian oleh Nuha (2019)

yang telah valid dan reliabel dengan sub variabel penerapan 3M,

pengelolaan sampah, serta peran petugas kesehatan dengan total

soal sebanyak 9 soal dengan pilihan jawaban ya dan tidak.

57
58

4.1.2 Uji Validalitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan dari suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur.

Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus product moment

(Sujarweni,2014).

Instrument dikatakan valid bila nilai rhitung > rtabel. Rumus

product moment adalah

Keterangan :

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

xy : Skor pertanyaan dikali skor total

Untuk mengetahui apakah harga korelasi valid maka angka

korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel dengan bantuan

komputerisasi dinyatakan pertanyaan valid dengan taraf signifikan 5%.

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Instrument

yang baik bersifat tendensis, mengarahkan responden memilih jawaban


59

tertentu. Apabila data benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa

kali pun diambil hasilnya akan tetap sama hasilnya.

Uji reliabilitas instrument ini penelitian menggunakan alpha

chronbach rumus alpha chronbach adalah:

Keterangan :

ri : Reliabilitas Instrumen

k : Banyaknya Soal

Ʃσb² : Jumlah Varian Butir

σt² : Varians Total

Uji instrument pada penelitian ini dilakukannya beberapa tahapan

untuk menilai kelayakan kuesioner dalam penelitian. Tahapan yang

perlu peneliti lakukan pada penelitian yaitu:

1) Uji content validity

Validasi isi terdiri dari meminta pendapat atau komentar terhadap

isi alat atau angket yang disiapkan atau sudah ada dari sejumlah

orang yang ahli di bidangnya. Tentang validitas isi kuesioner

pengetahuan dan upaya pencegahan resiko DHF dengan peneliti

meminta pendapat kepada ahli dalam bidangnya. Uji validitas

kuesioner telah dilakukan oleh peneliti dengan cara meminta

pendapat kepada ahli dalam bidangnya yaitu kepada dosen ahli

komunitas Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep.


60

2) Uji construct validity

Uji validitas pengetahuan dan upaya pencegahan resiko DHF

dilaksanakan di RW 07 kampung cijeruk kepada 20 orang kepala

keluarga, tempat uji validitas dipilih karena responden uji valid

memiliki karakteristik yang hampir sama dengan responden

penelitian.

Hasil dari olah data uji validalitas diperoleh dari jumlah responden

sebanyak 20 orang diketahui nilai rtabel adalah 0.444 apabila hasil

r hitung lebih kecil dari maka pertanyaan di dropout. Hasil uji

validalitas diperoleh dari 14 pertanyaan pengetahuan seluruhnya

valid, dengan nilai rhitung p1(0.608), p2(0.611), p3(0.670),

p4(0.788), p5(0.688), p6(0.788), p7(0.643), p8(0.670), p9(0.793),

p10(0.670), p11(0.659), p12(0.611), p13(0.933), p14(0.830), dan

dari 9 pertanyaan upaya pencegahan resiko DHF seluruhnya valid

dengan nilai rhitun p1(0.704), p2(0.713), p3(0.496), p4(0.721),

p5(0.638), p6(0.721), p7(0.724), p8(0.733), P9(0.708).

3) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yaitu menguji cobakan instrumen yang dibuat

menggunakan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas diperoleh nilai

cronbach alpha kuesioner pengetahuan adalah 0.943, dan kuesioner

upaya pencegahan resiko DHF adalah 0.908.


61

4.1.3 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data (Sugiyono, 2017). Teknik pengumpulan data

tergantung pada tujuan penelitian dan sumber data yang dikumpulkan.

Untuk mengumpulkan data yang relavan dengan masalah yang diteliti,

maka untuk variabel pengetahuan dan perilaku upaya pencegahan

resiko penyakit DHF peneliti menggunakan data primer yang diperoleh

dari kuesioner, sedangkan data riwayat DHF diperoleh secara data

primer berdasarkan lembar ceklis yang diisi oleh responden. Teknik

pengumpulan data penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai

berikut:

1) Responden penelitian dipilih sesuai kriteria tekhnik sampling

penelitian. Penelitian dilakukan secara langsung dengan pengisian

kuesioner dan memberikan arahan serta bantuan dalam pengisian

kuesioner penelitian.

2) Peneliti memperkenalkan diri kemudian menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian ini.

3) Responden yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed

concent).

4) Pengisian kuesioner menggunakan media langsung yaitu mengisi

secara langsung pada lembar kuesioner pengetahuan (menguras,


62

menutup, dan mengubur) dan perilaku upaya pencegahan resiko

penyakit DHF yang telah disiapkan oleh peneliti diberikan waktu

selama kurang lebih 23 menit.

5) Kuesioner yang telah diisi lengkap dicek kembali oleh peneliti dan

diperiksa, selanjutnya dilakukan pengelolahan dan analisa data.

6) Mengolah data hasil penelitian.

4.2 Langkah-langkah Penelitian

Prosedur penelitian atau langkah-langkah penelitian berguna untuk

mempermudah peneliti menyelesaikan penelitian. Adapun tahapan dalam

melakukan penelitian ini adalah sebagai beriku:

1. Tahap persiapan

1) Menentukan masalah dan topik penelitian

2) Membuat surat ijin studi penelitian

3) Melakukan bimbingan proposal penelitian ke pembimbing 1 dan 2

4) Membuat kisi-kisi kuesioner

5) Melakukan uji coba instrument

2. Tahap Pelaksanaan

1) Mendapatkan ijin penelitian

2) Melakukan informed concent kepada responden.

3) Membagikan kuesioner pengetahuan 14 dan kuesioner upaya

pencegahan 9 untuk diisi selama kurang lebih 23 menit.

4) Setelah selesai diisi hasil kuesioner dikumpulkan kembali kepada

peneliti.
63

5) Setelah melakukan pengecekan dan memastikan jawaban secara

seluruhnya, maka peneliti mengucapkan terimakasih kepada

responden yang sudah mau berpartisipasi dalam penelitian.

6) Kemudian peneliti melakukan pengolahan data dan hasil data dengan

bantuan sistem komputer.

7) Menarik kesimpulan penelitian.

3. Tahap akhir

1) Menyusun laporan penelitian

2) Sidang hasil penelitian

3) Revisi sidang penelitian

4) Mengumpulkan hasil penelitian dan melaporkan hasil penelitian

4.3 Pengolahan Data dan Analisa Data

4.3.1 Pengolahan Data

Data dikumpulkan untuk dilakukan pengolahan data, menurut

Arikunto (2019) agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang

benar, paling tidak ada lima tahapan dalam pengolahan data yang harus

dilalui, yaitu: (Arikunto, 2019).

1. Penyuntingan Data (Editing)

Hasil pengisian kuesioner dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editing

adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan kuesioner.

Apabila ada jawaban yang belum lengkap, kalau memungkinkan

dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi jawaban-


64

jawaban tersebut. Peneliti memeriksa kelengkapan jawaban dari

responden. Hasil pengisian kuesioner dari lapangan dilakukan

penyuntingan terlebih dahulu oleh peneliti, dimana penelitini

mengecek kelengkapan jawaban yang diberikan oleh responden.

2. Coding

Coding atau pemberian kode adalah pengklasifikasian jawaban

yang diberikan responden sesuai dengan macamnya. Dalam tahap

coding biasanya dilakukan pemberian skor atau symbol pada

jawaban responden agar dapat mempermudah dalam pengolahan

data. Pada tahap ini merupakan tahapan pemberian kode numeric

(angka) terhadap data yang terdiri atas kategori. Peneliti

memberikan kode pada lembar jawaban responden yaitu

Pengetahuan: 1=baik, 2=cukup, 3= kurang.

Perilaku 3M: 1= baik, 2= tidak baik

3. Pemindahan Data (Data Entry)

Data entry merupakan pengolahan data jawaban dari masing-

masing responden dalam bentuk kode (angka atau hurup) yang

kemudian dimasukan kedalam program software komputer. Pada

tahap ini peneliti memasukan data dari jawaban responden ke

dalam program computer untuk diolah software statistik, setiap

jawaban disimpan untuk kemudian melakukan olah data.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Pada tahap ini peneliti melakukan pemeriksaan data, apabila


65

semua data dari setiap responden selesai dimasukkan, dilakukan

pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan sebagainya, peneliti melakukan koresi atau

pembetulan kembali terhadap data-data yang telah dimasukan.

5. Tabulating (Penyusunan Data)

Tabulasi merupakan langkash lanjut setelah pemeriksaan dan

pemberian kode. Dalam tahap ini data disusun dalam bentuk tabel

agar lebih mempermudah dalam menganalisis data sesuai dengan

tujuan penelitian. Tabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tabel frekuensi yang dinyatakan dalam persen.

4.3.2 Proses Analisis Data

Analisis data adalah mengolah data yang telah terkumpul dengan

menggunakan rumus atau aturan yang sesuai dengan desain penelitian

yang digunakan sehingga diperoleh suatu kesimpulan (Arikunto, 2019)

1. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah data yang terkait dengan pengukuran

satu variabel pada waktu tertentu. Analisis tersebut bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik, setiap masing-

masing variabel penelitian (Notoatmodjo, 2018). Selanjutnya untuk

menghitung presentase dari masing-masing jawaban tiap-tiap sub

variabel tingkat kecemasan dan kejadian hipertensi dalam penelitian,

digunakan rumus :

𝑓
𝑃= x 100%
𝑁
66

Keterangan :
P : jumlah presentasi yang dicapai
ƒ : jumlah frekuensi responden
N : jumlah sampel
Data yang didapat selanjutnya dikumpulkan, dikelola dan

ditabulasi yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi, setelah itu

dilakukan pembahasan dan dibuat suatu kesimpulan dari penelitian

tersebut. Setelah dipresentasikan kemudian data diinterpretasikan ke

dalam kata-kata menggunakan kategori dari Arikunto (2019).

0% : tidak ada seorangpun

1%-25% : sebagian kecil responden

26%-49% : hampir sebagian responden

50% : setengah responden

51%-75% : sebagian besar responden

76%-99% : hampir seluruh responden

100% : seluruh responden

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis untuk membuktikan adanya

hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel

dengan uji statistik analisis Pada penelitian ini uji statistik

menggunakan analisis spearman rank digunakan untuk mencari

hubungan atau untuk menguji signifikasi hipotesisi bila masing-

masih variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal, dengan


67

menggunakan tingkat kemaknaan 95% atau nilai α 0,05 (5%) dimana

kriteria pengujinya adalah sebagai berikut :

𝟔𝜮𝒅²
rs =1- 𝒏(𝒏𝟐 −𝟏)

keterangan : rs : nilai korelasi spearman rank


d² : selisih setiap pasangan rank
n : jumlah pasangan rank untuk spearman
Untuk memudahkan uji statistik dalam penelitian, maka peneliti

menggunakan program komputer, dengan dasar pengambilan

keputusan hipotesis berdasarkan perbandingan sebagai berikut:

1. Bila nilai  value α < 0,05 secara statistik diartikan sebagai

ada hubungan yang bermakna

2. Bila nilai  value α ≥ 0,05 secara statistik diartikan sebagai

tidak ada hubungan yanag bermakna.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.4.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RW 21 Desa Baleendah, lokasi ini dipilih

karena berdasarkan hasil studi pendahuluan, masih tingginya angka

kejadian DHF.

4.4.2 Waktu Penelitian

Persiapan penelitian dimulai dari bulan Februari 2022 dengan

mulai studi pendahuluan dan waktu penelitian ini dilaksanakan sampai

Agustus 2022.
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan disajikan data hasil penelitian kepada 79 kepala

keluarga di RW 21 Desa Baleendah. Tujuan pada penelitian ini adalah dalam

menelusuri ada hubungan pengetahuan menguras, menutup, mengubur (3M)

dengan upaya pencegahan resiko kejadian DHF di Rw 21 Desa Baleendah

Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah. Penulis menyajikan penelitian ini

dalam bentuk analisis univariat dan bivariate.

5.1.1 Analisis Univariat

1. Pengetahuan Menguras, Menutup, Dan Mengubur (3M) di RW 21


Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Menguras, Menutup, Dan
Mengubur (3M) di RW 21 Desa Baleendah Wilayah Kerja
Puskesmas Baleendah

Pengetahuan F %
Baik 52 65.8
Cukup 26 32.9
Kurang 1 1.3
Total 79 100

Berdasarkan tabel 5.1 diatas menunjukan sebagian besar

responden yaitu 52 orang (65.8%) pengetahuan tetang 3M kategori

baik.

68
69

2. Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF di RW 21 Desa


Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Upaya Pencegahan Resiko Kejadian
DHF di RW 21 Desa Baleendah Wilayah Kerja
Puskesmas Baleendah

Upaya Pencegahan F %
Baik 31 39.2
Tidak baik 48 60.8
Total 79 100

Berdasarkan tabel 5.2 diatas menunjukan sebagian besar

responden yaitu 48 orang (60.8%) upaya pencegahan resiko DHF

kategori tidak baik.

5.1.2 Analisa Bivariat

Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Mengubur (3M)

Dengan Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF di Rw 21 Desa

Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah.

Tabel 5.3
Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Mengubur (3M) Dengan
Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF di Rw 21 Desa Baleendah
Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah

Pengetahuan Upaya Pencegahan DHF Total ƿ


Value
Baik Tidak baik
f % f % f %
Baik 25 80.6 27 56.2 52 65.8 0.024
Cukup 6 19.4 20 41.6 26 32.9
Kurang 0 0 1 2.2 1 1.3
Total 31 100 48 100 79 100
70

Berdasarkan tabel 5.3 terlihat hasil uji statistik spearman rank

diperoleh nilai -value (0.024) < α 0.05 yang berarti Ha diterima maka

diartikan ada hubungan pengetahuan menguras, menutup, mengubur

(3M) dengan upaya pencegahan resiko kejadian DHF di Rw 21 Desa

Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Menguras, Menutup, Dan Mengubur (3M) di RW 21


Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden yaitu 52

orang (65.8%) pengetahuan tetang 3M kategori baik.

Menurut Notoatmodjo (2016) pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya)

(Notoatmodjo, 2016). Pengetahuan tentang DHF merupakan segala

sesuatu yang diketahui oleh seseorang tentang penyakit DHF mulai dari

tanda gejala, sampai pencegahan DHF.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

dengan pengetahuan baik, hasil penelitian menunjukkan berdasarkan

pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan tentang 3M banyak

responden yang mengisi dengan jawaban yang benar. Pengetahuan

responden yang baik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan,


71

pengalaman, dan lain sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2016)

pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan pendidikan seseorang,

hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden di

tempat penelitian dengan status pendidikan rendah (SD/SMP) sebanyak

63 orang, sedangkan pendidikan tinggi (SMA/D3/S1) sebanyak 16

orang. responden dengan pengetahuan baik sebanyak 41 orang pada

jenjang pendidikan rendah, dan 11 orang dengan pendidikan tinggi.

Responden dengan pendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang baik

tentu menjadi hal yang biasa karena menurut Notoatmodjo (2016)

pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan, hal ini karena

pendidikan mempengaruhi proses belajar seseorang, makin tinggi

pendidikan seseorang, makin mudah seseorang untuk menerima

informasi, maka semakin tinggi pendidikan maka semakin banyak pula

informasi yang diperoleh seseorang baik secara langsung, maupun

melalui media masa, sedangkan pada responden dengan pendidikan

rendah diperoleh banyak pula yang memiliki pengetahuan yang baik,

tentu saja hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua orang

dengan pendidikan rendah memiliki pengetahuan yang tidak baik, hal

ini karena menurut Notoatmodjo (2016) orang yang berpendidikan

rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula, hal ini dapat

dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor sumber informasi,

lingkungan serta pengalaman.


72

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Manalu (2016) tentang

pengetahuan masyarakat dalam pencegahan demam berdarah di Jawa

Barat diperoleh hasil 92,8 %, menunjukkan bahwa pengetahuan

responden terhadap DBD kurang baik. Hasil penelitian oleh Sunaryanti,

dkk (2020) di Desa Jelok Cepogo Boyolali diperoleh hasil 42.4%

responden dengan pengetahuan cukup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat

sudah banyak mengetahui tentang penyakit DHF serta cara pencegahan

melalui 3M, walaupun dilihat dari segi pendidikan responden yang

lebih banyak pada status pendidikan yang rendah, hal ini dapat saja

terjadi karena sudah banyaknya informasi yang beredar dikalangan

masyarakat tentang penyakit DHF, terlebih pada musim hujan selalu

adanya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan

bahkan pemerintah dalam upaya pencegahan penyakit DHF, sehingga

informasi yang diperoleh masyarakat sangat banyak baik dari media

masa, elektonik, atau informasi langsung yang diberikan kepada

masyarakat, sehingga dengan informasi yang banyak yang diterima oleh

masyarakat dapat mempengaruhi pengetahuan.

Hasil penelitian menunjukkan juga masih adanya responden

dengan pengetahuan cukup sebanyak 26 orang dan terdapat 1 orang

responden dengan pengetahuan yang kurang, jika dilihat dari

pendidikan responden pada 26 orang pengetahuan cukup sebanyak 21

orang pendidikan rendah, 5 orang pendidikan tinggi, dan pada


73

responden pengetahuan kurang dengan status pendidikan rendah. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden

rendah, sehingga hasil penelitian sesuai dengan teori Notoatmodjo

(2016) pendidikan dapat mempengaruhi pengetahuan, seseorang dengan

pendidikan rendah cenderung akan sulit menerima informasi

dibandingkan dengan status pendidikan tinggi, sedangkan hasil

penelitian jika dilihat dari riwayat sebelumnya (pengalaman)

menunjukkan hasil dari 26 orang yang pengetahuan cukup sebanyak 18

orang pernah mengalamin DHF, dan dari 1 orang yang pengetahuan

kurang pun pernah mengalami DHF. Menurut Nototamodjo (2016)

pengalaman dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang, namun hasil

penelitian tidak sejalan dengan teori tersebut karena hasil menunjukkan

bahwa responden yang memiliki pengalaman (memiliki riwayat DHF)

pengetahuannya tergolong kurang baik, seharusnya responden yang

pernah terjangkit DHF (baik dirinya maupun anggota keluarganya)

memiliki pengalaman yang dapat dijadikan suatu pembelajaran atau

pedoman kedepannya.

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan yang dimiliki oleh

masyarakan sebagian besar baik, oleh karena itu agar masyarakat dapat

memiliki pengetahuan yang semakin baik lagi maka perlunya upaya

dalam peningkatan penyeluhan-penyuluhan kepada masyarakat tentang

perilaku 3M, sebagai upaya untuk menurunkan angka kejadi DHF yang

terjadi dilingkungan masyarakat yang tergolong tinggi setiap tahunnya.


74

5.2.2 Gambaran Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF di RW 21


Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah

Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden yaitu 48

orang (60.8%) upaya pencegahan resiko DHF kategori tidak baik.

Upaya pencegahan resiko kejadian DHF menurut Kemenkes (2022)

yaitu strategi pencegahan dan pemberantasan penyakit DHF, yang dapat

dilakukan melalui beberapa cara antara lain perilaku 3M, pengelolaan

sampah dan kader jumantik. Salah satu yang penting dilakukan dalam

pencegahan resiko penyakit DHF yaitu 3M, yang merupakan program

berisi kegiatan berupa menguras tempat penampungan air, menutup

rapat tempat penampungan air, mengubur dan menyingkirkan barang

bekas, dimana semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk melakukan

gerakan 3M dan kesadaran mengelola lingkungan, kasus DHF akan

menurun dengan sendirinya (Kemenkes RI, 2022).

Hasil penelitian diperoleh hasil sebagian besar responden dengan

upaya pencegahan resiko DHF kategori tidak baik, hasil penelitian

menunjukkan masih banyaknya masyarakat yang tidak melakukan

upaya-upaya dalam pencegahan DHF, hasil tertinggi yang tidak

dilakukan oleh masyarakat yaitu pada tindakan mengubur barang-

barang bekas, dan pemantauan jentik nyamuk di penampungan air.

Dalam upaya pencegahan resiko DHF perilaku mengubur barang-

barang yang tidak terpakai merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan dalam memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk,


75

namun kebiasaan baik ini pada saat ini jarang dilakukan oleh

masyarakat karena kemungkinan tempat tinggal yang sudah sulit untuk

mencari lokasi untuk mengubur barang-barang bekas karena pada saat

ini sudah hampir sebagian besar jalanan di tempat penelitian dibangun

dengan aspal sehingga tidak adanya tanah kosong untuk mengubur

barang-barang bekas yang tidak terpakai, selain itu pada pemantauan

jentik nyamuk di penampungan air sebagian besar hal ini sudah jarang

dilakukan oleh masyarakat, alasan yang paling banyak ditemukan yaitu

karena kesibukan masyarakat sehari-hari terutama pada keluarga yang

bekerja, sehingga kurangnya memiliki waktu untuk melakukan hal

tersebut, serta kurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungan

sekitar.

Hasil penelitian oleh Sunaryanti, dkk (2020) di Desa Jelok Cepogo

Boyolali diperoleh hasil 39.4% responden dengan perilaku kurang baik.

Hasil penelitian oleh Romandani (2019) di desa Gemaharjo Pacitan

diperoleh hasil sebagian besar responden (46.9%) yang kurang baik

dalam penerapan 3M.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya upaya pencegahan

resiko DHF yang dilakukan oleh masyarakat dapat dipengaruhi oleh

banyak faktor, dilihat dari pekerjaan masyarakat sebagian besar pada

masyarakat upaya pencegahan tidak baik yaitu dengan status responden

55.2% bekerja, sehingga adanya alasan masyarakat tidak melakukan

upaya-upaya pencegahan DHF karena tidak memiliki waktu yang


76

banyak untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, namun sebenarnya

kegiatan ini dapat saja dilakukan pada saat responden libur bekerja.

Hasil penelitian menunjukkan pula pada masyarakat yang tidak bekerja

sebagian besar upaya pencegahan DHF tidak baik, padahal responden

yang tidak bekerja cenderung memiliki waktu yang lama di rumah,

sehingga dapat melakukan upaya pencegahan DHF dengan baik.

Hasil penelitian menunjukkan pula masih adanya responden

dengan upaya pencegahan kategori baik sebesar 39.2%, hasil

menunjukkan bahwa masih adanya responden yang peduli akan

pencegahan resiko DHF. Berdasarkan analisa dari riwayat DHF, dari 31

orang dengan upaya pencegahan baik sebanyak 15 orang pernah

mengalami DHF, sehingga adanya pengalaman terdahulu yang pernah

dialami dapat membuat seseorang menjadi lebih antisipasi dengan

melakukan upaya pencegahan DHF agar tidak terulang kembali

penyakit DHF menimpa dirinya atau keluarganya, dan adanya 16 orang

dengan upaya pencegahan baik tetapi belum pernah mengalami DHF,

kondisi ini dapat saja terjadi sebagai bentuk kesadaran yang dimiliki

oleh responden sebagai salah satu cara mencegah terjangkitnya DHF

pada dirinya atau keluarganya.

Hasil penelitian secara keseluruhan diperoleh upaya dalam

pencegahan resiko DHF sebagian besar tidak baik yang ditunjukkan

oleh masyarakat, hal ini dapat menjadi salah satu permasalahan jika

dibiarkan, karena akan berdampak sangat tidak baik salah satunya yaitu
77

angka kejadian DHF di tempat penelitian dapat mengalami kenaikan

terus menerus setiap tahunnya. Oleh karena itu sangat perlunya upaya

peningkatan penyuluhan oleh petugas kesehatan yang bekerja sama

dengan pengurus setempat untuk memberikan penyuluhan-penyuluhan

terkait pencegahan DHF, serta dapat pula mengadakan kegiatan kerja

bakti setiap 1 minggu atau 1 bulan sekali sebagai upaya untuk

mencegah terjadinya penyebaran nyamuk DHF di lingkungan tempat

penelitian.

5.2.3 Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Mengubur (3M)


Dengan Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF di Rw 21 Desa
Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah

Hasil uji statistik spearman rank diperoleh nilai -value (0.024) < α

0.05 yang berarti Ha diterima maka diartikan ada hubungan

pengetahuan menguras, menutup, mengubur (3M) dengan upaya

pencegahan resiko kejadian DHF di Rw 21 Desa Baleendah Wilayah

Kerja Puskesmas Baleendah.

Hasil penelitian sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sunaryanti, dkk (2020) di Desa Jelok Cepogo Boyolali diperoleh hasil

-value (0.048) < α 0.05 yang berarti Ha diterima maka diartikan ada

hubungan pengetahuan dengan perilaku pengendalian vektor DHF.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat dengan

pengetahuan yang baik sebesar 80.6% dengan upaya pencegahan

tergolong baik, hal ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo


78

(2016) pengetahuan seseorang yang baik akan mempunyai perilaku

terhadap pencegahan penyakit DHF yang baik pula. Seseorang dengan

pengetahuan baik cenderung memiliki informasi yang banyak, memiliki

pemahaman yang tinggi, serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Masyarakat yang memiliki pengetahuan yang baik

cenderung akan melakukan tindakan-tindakan yang baik pula, dimana

masyarakat akan memiliki rasa kepedulian yang tinggi akan

lingkungannya karena mengetahui dengan baik dampak dari tidak

melakukan upaya pencegahan DHF terhadap kesehatan dirinya dan juga

keluarganya.

Hasil penelitian pada responden upaya pencegahan tidak baik yaitu

sebanyak 1 orang dengan pengetahuan kurang hal ini sesuai dengan

teori Notoatmodjo (2016) dimana pengetahuan dapat menjadi faktor

penyebab perilaku seseorang tidak baik karena kurangnya informasi,

dan pemahaman yang dimiliki responden untuk melakukan upaya

pencegahan DHF, namun hasil penelitian pada responden dengan

pencegahan yang tidak baik menunjukkan pula sebagian besar

responden dengan pengetahuan baik, hal ini tidak sejalan dengan teori

Notoatmodjo (2016), dimana seharusnya seseorang dengan pengetahuan

yang baik menunjukkan perilaku yang baik pula, kondisi ini sangat

memperhatikan sekali, karena masyarakat memiliki pemahaman yang

baik namun secara praktinya belum bisa melakukannya dengan baik.


79

Hasil penelitian secara keseluruhan diperoleh hasil bahwa upaya

pencegahan resiko DHF ditempat penelitian sebagian besar pada

kategori tidak baik, hal ini dapat menjadi permasalahan di tempat

penelitian, banyak masyarakat dengan pengetahuan yang baik akan

tetapi dalam pelaksanaanya kurang baik, seharusnya pengetahuan yang

diperoleh masyarakat menjadi pendoman dalam pelaksanaan di

kehidupan sehari-hari, karena dengan memiliki informasi yang baik,

memiliki pemahaman yang tinggi menjadi bekal dalam

mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari.

Tidak baiknya upaya pencegahan resiko DHF yang dilakukan oleh

masyarakat di tempat penelitian kemungkinan menjadi salah satu

penyebab tingginya angka kejadian DHF di tempat penelitian setiap

tahunnya, sehingga jika kondisi ini terus terjadi dan tidak adanya

perubahan yang ditunjukkan oleh masyarakat dapat berdampak sangat

tidak baik bagi kesehatan di tempat penelitian, kemungkinan angka

kejadian DHF akan terus meningkat karena kurangnya kesadaran

masyarakat untuk melakukan pencegarah resiko DHF meski memiliki

pengetahuan yang baik, oleh karena itu sangat perlunya upaya

peningkatan penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan kepada

masyarakat, sehingga selain untuk lebih meningkatkan pengetahuan

masyarakat, yang paling penting yaitu untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan resiko DHF, sebagai


80

cara untuk menurunkan angka kejadian DHF di lingkungan tempat

penelitian.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Menutut hasil penelitian hubungan pengetahuan menguras, menutup,

mengubur (3M) dengan upaya pencegahan resiko kejadian DHF di Rw 21

Desa Baleendah Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah, maka kesimpulannya

sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden pengetahuan tetang 3M kategori baik.

2. Sebagian besar responden upaya pencegahan resiko DHF kategori tidak

baik.

3. Ada hubungan pengetahuan menguras, menutup, mengubur (3M) dengan

upaya pencegahan resiko kejadian DHF di Rw 21 Desa Baleendah

Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah.

6.2 Saran

1. Bagi Tempat Penelitian

Disarangkan bagi petugas kesehatan perlunya upaya peningkatan

penyuluhan-penyuluhan tentang pencegahan resiko DHF yang dapat

bekerja sama dengan kepengurusan masyarakat baik itu dengan kepala

RW/RT, serta kader setempat sehingga timbulnya rasa kesadaran

masyarakat untuk melakukan perilaku pencegahan resiko DHF, serta

perlunya peningkatan kegiatan masyarakat seperti kerja bakti

membersihkan lingkungan sehingga mendorong masyarakat untuk

melakukan perilaku pencegahan resiko DHF.

80
81

2. Untuk Peneliti Berikutnya

Disarankan agar penelitian lainnya menambahkan keterbaruan dalam

penelitian dengan menambahkan variabel lain sehingga penelitian

selanjutnya akan lebih berkembang dan lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. (2019). Metodelogi Penelitian, Suatu Pengantar Pendidikan. In Rineka


Cipta, Jakarta.

Azwar S. (2017). Penyusunan Skala Psikologi (ed.2). In Pustaka Pelajar.

Dinkes Jabar. (2021). Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2020. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat.

Dinkes Kabupaten Bandung. (2021). Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun


2020. Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung.

Fitri, N. R. (2019). Hubungan Upaya Pencegahan Terhadap Kejadian Penyakit


Dbd Pada Masyarakat Di Desa Gemaharjo Wilayah Kerja Puskesmas
Gemaharjo Kabupaten Pacitan (Doctoral Dissertation, Stikes Bhakti Husada
Mulia Madiun).

Frida. (2019). Mengenal Demam Berdarah Dangue. Jakarta: Alprin.

Hadinegoro, S. R. S. (2016). Diagnosis dan Tata Laksana Demam Berdarah


Dengue. Jakarta: Puspawara.

Harefa, B. A. (2019). Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan


Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Kelurahan Ilir Kecamatan Gunungsitoli.

Kemenkes RI. (2022). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Buletin Jendela


Epidemiologi.

Manalu, H. S. P., & Munif, A. (2017). Pengetahuan dan perilaku masyarakat


dalam pencegahan demam berdarah dengue di Provinsi Jawa Barat dan
Kalimantan Barat. ASPIRATOR-Journal of Vector-borne Disease
Studies, 8(2), 69-76.

Murwani A. (2016). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Gosyen.

Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. I. P. K. J. R. C. (2016). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Priyoto. (2014). Teori sikap dan perilaku dalam kesehatan : dilengkapi contoh
kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika..

Satari, H. I., Mardani, R. A., & Gunardi, H. (2018). Demam berdarah, perawatan

82
di rumah dan di rumah sakit. Jakarta: Puspa swara.

Sinta, P. (2018). Hubungan Perilaku 3M Plus Masyarakat dengan Kejadian


Demam Berdarah. Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada.

Sudoyo. (2016). Spesialis Penyakit Dalam Dalam Tatalaksana Kasus DBD.


Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Soegeng. Sogiejanto. Sugeng Seto. (2016). Tatalaksana Demam Berdarah
Dengue. Jakarta: EGC.
Soegijanto, S. (2012). Demam Berdarah Dengue Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press.

Sugiyono. (2017). MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


PT Alfabet.

Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sunarto, S., & Sutaryo, S. (2019). Thrombocytopenia in Dengue Hemorrhagic


Fever. Paediatrica Indonesiana. https://doi.org/10.14238/pi32.3-4.1992.75-83

Sunaryanti, S. S. H., & Iswahyuni, S. (2020). Hubungan antara pengetahuan dan


sikap terhadap perilaku dalam pengendalian vektor demam berdarah dengue
(DBD) di Desa Jelok Cepogo Boyolali. Avicenna: Journal of Health
Research, 3(1), 92-104.

Widoyono. (2016). Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan


Pemberantasannya. In Edisi kedua. Jakarta: Erlangga.

World Health Organization. (2020). Demam Berdarah Dengue Diagnosis.


Pengobatan. Pencegahan. dan Pengendalian. B. K ECG.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lembar Kesediaan Responden

INFORMED CONSENT

Perihal : Pemberian Informasi dan Persetujuan


Lampiran : 2 (dua) lembar

Dengan Hormat,

Dalam rangka memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana di


Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung, saya
bermaksud untuk mengadakan penelitian untuk menyusun Skripsi dengan judul:
”Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Mengubur (3m) Dengan
Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF Di Rw 21 Desa Baleendah Wilayah
Kerja Puskesmas Baleendah”.
Agar terlaksananya penelitian ini saya minta kesediaannya untuk menjadi
responden dalam penelitian ini. Untuk itu saya mohon kerjasamanya dengan
memberikan informasi dengan cara menjawab setiap butir pertanyaan yang saya
ajukan sesuai dengan pengetahuan anda.
Dalam penelitian ini tidak dilakukan tindakan apapun terhadap responden
dan saya akan menjaga kerahasiaan jawaban yang diberikan. Penelitian ini hanya
akan digunakan untuk kepentingan pendidikan serta perkembangan ilmu
pengetahuan.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan banyak terima kasih.

Bandung, Agustus 2022


Hormat saya,

Sandra Pebriani
PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertandatangan di bawah ini. Setelah mendapatkan


pemberitahuan yang cukup jelas, dengan ini saya menyatakan :
Nama :
Usia :

*) B E R S E D I A / T I D A K B E R S E D I A

untuk menjadi subjek dan/atau responden penelitian dengan judul:


”Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Mengubur (3m) Dengan
Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF Di Rw 21 Desa Baleendah Wilayah
Kerja Puskesmas Baleendah”.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan


tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Bandung, Agustus 2022


Responden

( ttd )

*) Coret yang tidak perlu


Lampiran 3
Kisi-kisi Instrumen Penelitian

1. Kisi-kisi Pengetahuan

No Variabel Descriptor No item Jumlah


1. Pengetahuan Gejala dan 1.2.3.4.5.6 6
Penyebab DHF
2. Pencegahan 7.8.9.10.11.12.13.14 8
DHF
Total 14
Interprestasi pengisian kuesioner pengetahuan yaitu dengan pilihan jawaban benar
dan salah, jika responden mengisi pertanyaan dengan hasil jawaban benar maka
skor yang diberikan yaitu 1, sedangkan jika hasil jawaban responden salah maka
skor diberikan 0.
Hasil jawaban pengetahuan responden dikelompokan menjadi:
1. Pengetahuan baik dengan skor total jawaban yang benar ≥ 11 soal (≥75%)
2. Pengetahuan sedang dengan skor total jawaban yang benar 8-10 soal (56-
74%)
3. Pengetahuan kurang dengan skor total jawaban yang benar ≤ 7 soal (<55%)

2. Kisi-kisi Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF

No Variabel Descriptor No item Jumlah


1. Upaya Pencegahan 1.2.3.4.5.6.7.8.9 9
Pencegahan yang dilakukan
Resiko DHF dengan
Kejadian DHF perilaku 4M,
pengelolaan
sampah, dan
kunjungan
kader
Total 9

Interprestasi pengisian kuesioner upaya pencegahan resiko kejadian DHF yaitu


dengan pilihan jawaban ya dan tidak, jika responden mengisi pertanyaan dengan
hasil jawaban ya maka skor yang diberikan yaitu 1, sedangkan jika hasil jawaban
responden tidak maka skor diberikan 0.
Hasil jawaban Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF responden dikelompokan
menjadi:
1. Baik skor total jawaban > 50% atau ≥ 5 soal jawaban ya
2. Tidak baik skor total jawaban ≤ 50% atau ≤ 4 soal jawaban ya
Lampiran 4
Insturumen Penelitian

KUESIONER
Hubungan Pengetahuan Menguras, Menutup, Mengubur (3m) Dengan
Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF Di Rw 21 Desa Baleendah
Wilayah Kerja Puskesmas Baleendah

Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Riwayat DHF : Ya / Tidak

1. Pengetahuan
Petunjuk pegerjaan
Baca dan jawablah setiap pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda
checklist (√) secara jujur sesuai dengan keadaan diri anda. Pilihlah jawaban
yang sesuai pertanyaan dibawah ini

No Pernyataan Benar Salah


1. Penyebab DHF/DBD adalah virus?
2. Gigitan nyamuk merupakan sumber penularan
DHF?
3. Jenis nyamuk yang menularkan DHF adalah
anopheles?
4. Ciri nyamuk DHF adalah sayap dan badannya
belang-belang atau bergaris-garis putih?
5. Nyamuk DHF berkembang biak diair yang
kotor?
6. Tanda dan gejala awal penderita DHF ialah
demam tinggi dan bintik-bintik merah?
7. DHF tidak dapat dicegah?
8. Fogging merupakan upaya untuk membasmi
jentik nyamuk?
9. Program 3M merupakan upaya pencegahan DHF
10. Menguras tempat penampungan air merupakan
bagian dari program 3M?
11. Program 3M meliputi menyikat, mengubur, dan
menutup?
12. Program 4M meliputi program 3M ditambah
dengan memantau?
13. Abatisasi (pemberian bubuk abate) merupakan
upaya pemberantasan jentik nyamuk?
14. Upaya untuk memutus rantai penularan DBD
ialah dengan memberantas sarang nyamuk?
2. Pertanyaan Upaya Pencegahan Resiko Kejadian DHF
 Petunjuk pegerjaan
Baca dan jawablah setiap pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda
checklist (√) secara jujur sesuai dengan keadaan diri anda. Pilihlah jawaban
yang sesuai pertanyaan dibawah ini

No Pernyataan Ya Tidak
1. Menguras tempat penampungan air dalam 1
minggu
2. Apakah anda menutup tempat penampungan air
di dalam dan di luar rumah
3. Apakah anda mengubur barang-barang bekas
yang sudah tidak terpakai
4. Berapa kali anda memantau jentik di tempat
penampungan air dalam
5. Apakah anda menggunakan bubuk abate di
tempat penampungan air selain air yang
dikonsumsi
6. Apakah anda mengumpulkan sampah terlebih
dahulu sebelum di buang
7. Apakah ada pemindahan sampah dari alat
pengumpul ke alat angkut?
8. Apakah dilingkungan anda ada pengolahan
sampah?
9. Apakan kader jumantik aktif melakukan survey
pemeriksaan jentik
Lampiran 5
Hasil Penelitian

HASIL VALIDITAS PENGETAHUAN

No p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 total


1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12
3 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 8
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
7 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 10
8 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12
9 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
10 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10
11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 11
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
15 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
16 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10
17 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 10
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
13 12 11 16 15 16 10 11 14 11 12 12 15 13

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based on
Standardized
Items

.940 .943 14
Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Multiple Alpha if Item
Correlation Correlation Deleted

p1 8.40 22.463 .608 . .939


p2 8.45 22.366 .611 . .939
p3 8.50 22.053 .670 . .937
p4 8.25 22.303 .788 . .934
p5 8.30 22.432 .688 . .937
p6 8.25 22.303 .788 . .934
p7 8.55 22.155 .643 . .938
p8 8.50 22.053 .670 . .937
p9 8.35 21.818 .793 . .934
p10 8.50 22.053 .670 . .937
p11 8.45 22.155 .659 . .938
p12 8.45 22.366 .611 . .939
p13 8.30 21.484 .933 . .930
p14 8.40 21.516 .830 . .933
HASIL VALIDITAS UPAYA PENCEGAHAN

No p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 total
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8
2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8
3 1 0 0 1 1 1 0 0 1 5
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
7 0 0 1 1 1 1 0 1 1 6
8 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
9 1 1 0 0 1 0 0 0 0 3
10 0 0 1 1 1 1 0 0 1 5
11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8
12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
15 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8
16 0 0 1 1 1 1 0 0 1 5
17 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8
18 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
19 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
13 12 11 16 15 16 10 11 14 118

Reliability Statistics

Cronbach's Cronbach's N of Items


Alpha Alpha Based on
Standardized
Items

.905 .908 9
Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Squared Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Multiple Alpha if Item
Correlation Correlation Deleted

p1 5.25 8.197 .704 . .893


p2 5.30 8.116 .713 . .892
p3 5.35 8.661 .496 . .909
p4 5.10 8.516 .721 . .893
p5 5.15 8.555 .638 . .898
p6 5.10 8.516 .721 . .893
p7 5.40 8.042 .724 . .892
p8 5.35 8.029 .733 . .891
p9 5.20 8.274 .708 . .893
HASIL PENELITIAN PENGETAHUAN

No p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 TOTAL


1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
3 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11
4 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
6 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
7 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
8 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 11
9 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
11 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
12 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
13 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
14 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 12
16 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10
17 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
18 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13
20 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 9
21 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 10
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
23 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 9
24 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
25 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 8
26 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 11
27 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 10
28 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
29 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
30 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
31 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
32 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
33 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
34 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 7
35 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13
37 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 11
38 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11
39 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 8
40 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
41 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
42 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 10
43 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 10
44 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 10
45 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 10
46 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 10
47 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 9
48 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 10
49 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
50 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 10
51 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 11
52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 13
53 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12
54 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12
55 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
56 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10
57 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10
58 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10
59 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12
60 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12
61 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12
62 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 10
63 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10
64 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 12
65 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 10
66 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 11
67 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 13
68 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 11
69 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11
70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
71 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10
72 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 13
73 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 11
74 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12
75 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 12
76 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 10
77 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 7
78 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 11
79 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 9
HASIL PENELITIAN UPAYA PENCEGAHAN

No p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 TOTAL
1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
2 1 1 1 1 1 0 1 0 1 7
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8
5 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
6 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5
7 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5
8 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4
9 1 0 1 0 0 1 1 1 1 6
10 0 0 1 0 1 1 1 1 1 6
11 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6
12 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6
13 0 0 1 0 1 1 1 1 1 6
14 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
15 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4
16 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
17 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5
18 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
19 0 1 1 0 0 1 1 1 1 6
20 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
21 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4
22 0 0 1 0 0 1 1 1 1 5
23 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
24 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6
25 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6
26 1 1 0 1 1 1 1 1 0 7
27 0 1 1 1 0 1 1 1 1 7
28 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5
29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
30 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6
31 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8
32 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6
33 0 1 0 1 1 1 0 1 1 6
34 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5
35 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7
36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
37 0 1 0 1 0 1 1 1 0 5
38 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
39 1 1 0 0 0 1 1 1 0 5
40 1 1 0 1 0 1 1 1 1 7
41 1 0 0 0 0 0 1 0 0 2
42 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
43 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
44 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
45 0 1 0 0 0 1 1 0 0 3
46 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5
47 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4
48 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
49 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7
50 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5
51 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
52 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
53 0 1 0 1 0 1 1 1 0 5
54 1 0 0 1 0 1 1 1 0 5
55 0 1 0 0 1 1 1 1 0 5
56 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
57 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
58 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5
59 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5
60 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
61 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
62 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6
63 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5
64 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
65 0 1 0 0 0 1 1 1 1 5
66 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
67 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3
68 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3
69 0 0 0 0 0 1 1 1 0 3
70 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
71 1 1 0 0 0 1 1 1 0 5
72 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
73 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7
74 0 1 0 0 1 1 1 1 1 6
75 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5
76 1 0 0 0 0 1 1 1 0 4
77 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6
78 0 0 0 0 0 1 1 1 1 4
79 0 1 0 0 0 1 1 1 0 4
HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BAIK 52 65.8 65.8 65.8

CUKUP 26 32.9 32.9 98.7


Valid
KURANG 1 1.3 1.3 100.0

Total 79 100.0 100.0

UPAYAPENCEGAHAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

BAIK 31 39.2 39.2 39.2

Valid TIDAK BAIK 48 60.8 60.8 100.0

Total 79 100.0 100.0

2. Analisis Bivariat

Correlations

PENGETAHUA UPAYAPENCE
N GAHAN

Correlation Coefficient 1.000 .254*

PENGETAHUAN Sig. (2-tailed) . .024

N 79 79
Spearman's rho
Correlation Coefficient .254* 1.000

UPAYAPENCEGAHAN Sig. (2-tailed) .024 .

N 79 79

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


PENGETAHUAN * UPAYAPENCEGAHAN Crosstabulation

UPAYAPENCEGAHAN Total

BAIK TIDAK BAIK

Count 25 27 52

Expected Count 20.4 31.6 52.0


BAIK
% within PENGETAHUAN 48.1% 51.9% 100.0%

% of Total 31.6% 34.2% 65.8%

Count 6 20 26

Expected Count 10.2 15.8 26.0


PENGETAHUAN CUKUP
% within PENGETAHUAN 23.1% 76.9% 100.0%

% of Total 7.6% 25.3% 32.9%

Count 0 1 1

Expected Count .4 .6 1.0


KURANG
% within PENGETAHUAN 0.0% 100.0% 100.0%

% of Total 0.0% 1.3% 1.3%


Count 31 48 79

Expected Count 31.0 48.0 79.0


Total
% within PENGETAHUAN 39.2% 60.8% 100.0%

% of Total 39.2% 60.8% 100.0%

3. Karakteristik

pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Pendidikan rendah 63 79.7 79.7 79.7

Valid Pendidikan Tinggi 16 20.3 20.3 100.0

Total 79 100.0 100.0


riwayatDHF

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

belum pernah 31 39.2 39.2 39.2

Valid Pernah 48 60.8 60.8 100.0

Total 79 100.0 100.0

pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

bekerja 58 73.4 73.4 73.4

Valid tidak bekerja 21 26.6 26.6 100.0

Total 79 100.0 100.0

jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

laki-laki 66 83.5 83.5 83.5

Valid perempuan 13 16.5 16.5 100.0

Total 79 100.0 100.0


Upaya
Riwayat Pengetahuan
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Pencegahan
DHF
baik cukup kurang baik tidak baik
40 Belum
1 Tn. A SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
72
2 Tn. E SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
32
3 Ny. R SLTA Pernah Bekerja √ √
tahun
45
4 Tn. S SD Pernah Bekerja √ √
tahun
52 Belum
5 Tn. C SD Bekerja √ √
tahun Pernah
50 Belum
6 Tn. A SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
36
7 Ny. A SLTA Pernah Bekerja √ √
tahun
37 Belum
8 Ny. A SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
40
9 Tn. A SD Pernah Bekerja √ √
tahun
67
10 Tn. A SLTP Pernah Bekerja √ √
tahun
52 Belum
11 Tn. A.S SD Bekerja √ √
tahun Pernah
48
12 Tn. A SLTP Pernah Bekerja √ √
tahun
13 Tn. S 47 SLTP Belum Bekerja √ √
tahun Pernah
45 Belum
14 Tn. M SD Bekerja √ √
tahun Pernah
45
15 Ny. C SD Pernah Bekerja √ √
tahun
38 Belum
16 Tn. C SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
40
17 Tn. A.U SLTA Pernah Bekerja √ √
tahun
35 Belum
18 Tn. A.W SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
35 Belum
19 Tn. A.S SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
Tn. 46 Belum
20 SD Bekerja √ √
A.US tahun Pernah
49
21 Tn. A.R SLTP Pernah tidak bekerja √ √
tahun
68
22 Tn. H SLTP Pernah tidak bekerja √ √
tahun
58 Belum
23 Ny. W.S SD tidak bekerja √ √
tahun Pernah
29 Belum
24 Tn. A.C SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
53 Belum
25 Tn. A.S SD tidak bekerja √ √
tahun Pernah
58 Belum
26 Tn. S SD tidak bekerja √ √
tahun Pernah
27 Tn. Y 35 SLTA Pernah Bekerja √ √
tahun
59
28 Ny. E SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
42 Belum
29 Tn. A.S SD Bekerja √ √
tahun Pernah
Tn. 35
30 SLTA Pernah Bekerja √ √
AA.D tahun
43 Belum
31 Tn. Y.M SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
55
32 Tn. B SLTP Pernah tidak bekerja √ √
tahun
32 Belum
33 Tn. W SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
37
34 Tn. A.S SLTP Pernah Bekerja √ √
tahun
36 Belum
35 Tn. A.S SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
33
36 Tn. T SLTA Pernah Bekerja √ √
tahun
28 Belum
37 Tn. R SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
38 Belum
38 Tn. D.S SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
54
39 Tn. J.S SLTP Pernah tidak bekerja √ √
tahun
30
40 Tn. E SLTA Pernah Bekerja √ √
tahun
41 Tn. W 36 SLTA Belum Bekerja √ √
tahun Pernah
56
42 Ny. A SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
46 Belum
43 Tn. I SD Bekerja √ √
tahun Pernah
33 Belum
44 Tn. A SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
53
45 Tn. A.K SLTP Pernah tidak bekerja √ √
tahun
55
46 Tn. A SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
63
47 Tn. A.T SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
35 Belum
48 Tn. A SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
38
49 Tn. A SLTP Pernah Bekerja √ √
tahun
41
50 Ny. A SLTP Pernah Bekerja √ √
tahun
42 Belum
51 Tn. D.S SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
52
52 Tn. D SD Pernah Bekerja √ √
tahun
58
53 Ny. D SLTP Pernah tidak bekerja √ √
tahun
43 Belum
54 Tn. D SD Bekerja √ √
tahun Pernah
55 Tn. D 70 SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
40
56 Ny. D SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
45
57 Tn. D SLTP Pernah Bekerja √ √
tahun
50
58 Tn. D.M SD Pernah Bekerja √ √
tahun
37 Belum
59 Tn. D SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
31
60 Tn. A.K SLTA Pernah Bekerja √ √
tahun
37 Belum
61 Tn. A SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
49
62 Tn. A SD Pernah Bekerja √ √
tahun
51
63 Tn. A SD Pernah Bekerja √ √
tahun
48
64 Tn. A SD Pernah Bekerja √ √
tahun
49
65 Tn. A.H SLTP Pernah Bekerja √ √
tahun
67
66 Ny. E SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
48
67 Tn. E SD Pernah Bekerja √ √
tahun
36 Belum
68 Tn. D.H SLTA Bekerja √ √
tahun Pernah
69 Ny. D 58 SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
62
70 Ny. E.N SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
47
71 Tn. Z SD Pernah Bekerja √ √
tahun
56
72 Tn. B.S SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
35 Belum
73 Tn. C.H SLTP Bekerja √ √
tahun Pernah
37
74 Tn. A.S SD Pernah Bekerja √ √
tahun
48
75 Tn. A SD Pernah Bekerja √ √
tahun
53
76 Tn. A SD Pernah tidak bekerja √ √
tahun
49
77 Tn. A.R SD Pernah Bekerja √ √
tahun
43
78 Tn. A.R SLTP Pernah Bekerja √ √
tahun
35
79 Tn. A.K SLTA Pernah Bekerja √ √
tahun
Lampiran 6
Surat-surat

1. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan Puskesmas Baleendah

\
2. Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan Puskesmas Baleendah
3. Surat Permohonan Izin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung
4. Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan Dinas Kesehatan Kabupaten

Bandung
5. Surat Permohonan Uji Etik Penelitian FITKes Unjani
6. Surat Balasan Uji Etik Penelitian FITKes Unjani
7. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Puskesmas

Baleendah
8. Surat Balasan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Puskesmas

Baleendah
9. Surat Izin Melakukan Uji Konten
10. Surat Hasil Uji Konten
Lampiran 7
LAMPIRAN 7: DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai