Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Rata-rata Skor Fleksibilitas Pada Low Back Pain Miogenik Sebelum Intervensi

Hasil penelitian pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata fleksibilitas

responden sebelum intervensi adalah 17.40 cm dengan standar deviasi 0.966. Skor

fleksibilitas terendah sebelum intervensi adalah 16 cm dan tertinggi 19 cm.

Bekerja sebagai petani membutuhkan aktifitas fisik yang tinggi. Petani bekerja

dengan posisi membungkuk dengan menggunakan punggung sebagai penompang utama,

pada posisi ini otot menerima beban statis secara terus menerus dalam waktu yang lama,

aktifitas tersebut melibatkan berbagai kelompok otot terutama otot penyangga tulang

belakang yang berfungsi untuk memelihara postur-postur tubuh, keseimbangan dan

koordinasi. Sikap kerja membungkuk pada petani secara terus menerus memungkinkan

petani mengalami low back pain (lbp) miogenik (Sutami & Laksmi, 2021).

Low Back Pain Miogenik merupakan nyeri disekitar punggung bawah yang

disebabkan oleh gangguan atau kelainan pada musculoskeletal vertebra thorakal 12

sampai bawah pinggul, keluhan pada low back pain dapat menimbulkan nyeri, spasme

otot punggung bawah yang menyebabkan ketidakseimbangan otot sehingga stabilitas otot

perut dan punggung bagian bawah menurun, mobilitas lumbal terbatas sehingga

mengakibatkan aktifitas menurun (Arista, 2015).

Low Back Pain Miogenik atau nyeri punggung bawah merupakan fenomena yang

sering kali dijumpai pada setiap pekerjaan. Low Back Pain Miogenik merupakan kondisi

yang sangat umum terjadi, yaitu sekitar 80% dari orang dewasa yang ada di negara-
negara maju dan diyakini pernah mengalami low back pain akut yang terlihatoleh medis,

sebagian ada yang disebabkan oleh organ dalam atau penyakit sistemis, teapi pada kasus

low back pain yang lebih dari 80% adalah terjadinya masalah didaerah otot pinggang

bawahmiura (Miura & Ishihara, 2011).

LBP miogenik dapat disebabkan oleh myofascia syndrome yaitu terjadinya

inflamasi pada myofascia sehingga menyebabkan terjadinya abnormal crosslink.

Abnormal cross link mengakibatkan perlengketan pada fascia dan serabut otot sehingga

menimbilkan taut band. Taut band mengakibatkan penurunan fleksibilitas otot sehingga

terjadi nyeri ketika otot mengalami perubahan panjang dan mengalami hypermobility

(Zahratur & Priatna, 2019).

Salah satu tanda dan gejala low back pain miogenik adalah di temukannya nyeri

otot yang dikenal sebagai nyeri miogenik, nyeri yang tidak wajar dan tidak sesusai

dengan distribusi saraf serta dermatom dengan reaksi yang berlebihan (Soedomo, 2002)

dan nyeri merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan fleksibilitas otot

(Abraham, 2012).

Fleksibilitas merupakan kemempuan untuk mendayagunakan otot dan sendi untuk

bergerak seluas-luasnya tanpa disertai rasa tidak nyaman atau nyeri (Sudarsono, 2008).

Otot yang tidak lentur mengakibatkan penurunan lingkup gerak sendi, sehingga

menurunkan aktifitas gerak dasar manusia sehari-hari seperti duduk ke berdiri, berjalan,

membungkuk, meraih sesuatu ke depan dan menggangkat beban (Trisnowiyanto, 2017).

Manfaat fleksibilitas itu sendiri adalah untuk meningkatkan dan memelihara

berbagai gerak yang baik pada sendi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

Fleksibilitas yang baik dapat membuat otot dan sendi menjadi lebih sehat. Meningkatkan
elastisitas otot dan jaringan ikat di sekitar sendi serta memungkinkan kebebasan gerak

yang lebih besar dan kemampuan individu untuk berpartisipasi dalam berbagai jenis

olahraga dan aktifitas rekreasional. Fleksibilitas yang memadai juga membuat aktifitas

hidup sehari-hari seperti memutar, mengangkat, dan membungkuk lebih mudah untuk

dilakukan (Howley, dkk, 2007).

Sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Mansuri & Shah,

(2015) tentang Effect of Slump Stretching on Pain and Disability in Non-Radicular Low

Back Pain. Penelitian ini dilakukan terhadap 60 responden dengan rentang usia antara 20

– 50 tahun di Universitas Fisioterapi Ahmedabad. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

slump stretching exercise berpengaruh signifikan terhadap penurunan nyeri dan

peningkatan fleksibilitas pada kasus non-radicular low back pain.

Penelitian ini juga didukung Aminuddin et al., (2016) tentang Pengaruh

Pemberian Kompres Panas dan Kompres Dingin Terhadap Penurunan Nyeri Pada Low

Back Pain Myogenid menunjukkan bahwa nilai nyeri pada low back pain myogenic

sebelum diberikan intervensi hot pack adalah sebesar 35,65 dengan standar deviasi 8,382,

nilai minimum 20 dan maksimum 44.

Asumsi peneliti bahwa sebelum intervensi secara keseluruhan fleksibilitas

responden penderita low back pain miogenik berada di bawah fleksibilitas lumbal normal

yaitu < 20 cm, pada saat dilakukan pengukuran terlihat responden tidak mampu

melakukan gerakan lumbal secara normal berhubungan dengan rasa nyeri yang terjadi

saat melakukan gerakan fleksi. Rasa nyeri yang dirasakan pada petani akibat aktifitas

kerja yang membungkuk dalam jangka waktu yang lama dan dilakukan secara terus

menerus, sehingga kondisi ini memberikan tekanan dan beban pada otot-otot punggung
dan pinggang sebagai penompang utama selama melakukan aktifitas bertani. Kondisi ini

meningkatkan stress otot tubuh bagian belakang dalam jangka waktu yang lama sehingga

berkembang menjadi kondisi low back pain miogenik akibat stain, kerusakan, ketegangan

serta spasme atau kejang otot yang di alami responden.

Penurunan fleksibilitas pada kasus low back pain miogenik terjadi karena efek

pekerjaan sebagai petani itu sendiri, dimana low back pain dapat mengakibatkan nyeri,

spasme otot punggung bawah sehingga otot tidak dapat mengulur sempurna akibat sensi

nyeri yang dirasakan dan kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan

fleksibilitas pada kasus low back pain miogenik. Sebelum intervensi, responden

menyatakan nyeri pada area lumbal, nyeri yang dirasakan merupakan nyeri tekan dan

nyeri gerak, dimana sensasi nyeri semakin meningkat saat adanya gerakan pada area

lumbal, sehingga fleksibilitas dan lingkup gerak mengalami penurunan.

2. Rata-rata Skor Fleksibilitas Pada Low Back Pain Miogenik Sesudah Intervensi

Hasil penelitian pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa rata-rata fleksibilitas

responden sesudah intervensi adalah 22.40 cm dengan standar deviasi 0.699. Skor

fleksibilitas terendah sesudah intervensi adalah 22 cm dan tertinggi 24 cm.

Intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah hot pack dan slump exercise

yang diharapkan dapat menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas pada

kasus low back pain miogenik. Hot pack (kompres hangat) merupakan salah satu metode

yang digunakan untuk meredakan rasa sakit dan nyeri. Suhu yang digunakan 40C

sampai 45C dengan waktu 15 menit (Kozier et al., 2010). Hot pack atau kompres hangat

disebut dengan istilah thermotherapy yang efektif untuk mengurangi nyeri karena otot

spasme, sprain, dan strain. Pemberian hot pack atau kompres hangat membantu
mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot saat beraktifitas, memperlancar aliran

darah dan memberikan rasa rileks pada otot agar dapat bekerja optimal (Arovah, 2010).

Penurunan fleksibilitas pada kasus low back pain myogenic dapat ditangani

dengan pemberian stretching. Slump stretching exercise merupakan salah satu intervensi

fisioterapi yang dapat dilakukan terhadap kasus low back pain myogenic. Metode slump

exercise adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengembalikan mobilitas jaringan

saraf dan pergerakan di sekitar permukaan saraf, mengurangi tekanan pada saraf sehingga

dapat mengembalikan fungsi dari saraf tersebut. Serta dapat meningkatkan aliran darah,

mengurangi nociceptive impulse, melepaskan perlengketan jaringan saraf dan jaringan

ikat sekitarnya (Poluan & Aras, 2018).

Sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Yuwanto & Kustin,

(2016) tentang Perbedaan Tingkat Nyeri Low Back Pain Sebelum dan Setelah di Lakukan

Kompres Hangat Pada Pekerja Perkebunan Di Afdeling Gunung Pasang Perusahaan

Daerah Perkebunan Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

pemberian kompres hanya berpengaruh signifikan terhadap pengurangan intensitas nyeri

low back pain pada pekerja perkebunan (p = 0,000), dimana pemberian kompres hangat

mampu memberikan efek vasodilatasi, peningkatan sirkulasi jaringan, mengurangi

spasme sehingga sensasi nyeri yang dirasakan juga ikut berkurang.

Hasil penelitian Halawa et al., (2018) tentang Perbandingan Kompres Air Hangat

Dengan Kompres Air Jahe Terhadap Low Back Pain Pada Lansia di Rumah Usiawan

Panti Surya Surabaya menunjukkan bahwa responden yang mengalami nyeri berat saat

pre test turun menjadi nyeri sedang setelah pemberian kompres air hangat sebanyak 4
responden sedangkan responden yang mengalami nyeri sedang saat pre test, tidak

mengalami penurunan sebanyak 1 responden.

Hasil penelitian Septiana, (2015) tentang Perbedaan Pengaruh Penambahan

Slump Stretching Pada Intervensi TENS Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Low

Back Pain menunjukkan bahwa setelah 9 kali intervensi pada kelompok I dan 6 kali

intervensi pada kelompok II menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dan

penurunan nyeri Low Back Pain dengan nilai p: 0,000 (p<0,05). Sedangkan dari uji

Independent Sample T-test diperoleh hasil p: 0,004 (p<0,05) yang berarti ada perbedaan

pengaruh antara penambahan slump stretching pada intervensi TENS dalam penurunan

nyeri Low Back Pain.

Asumsi peneliti bahwa setelah 6 kali intervensi pemberian hot pack dan slump

exercise dalam waktu 2 minggu, terlihat adanya penigkatan fleksibilitas lumbal pada

penderita low back pain miogenik. Setelah intervensi responden menyatakan sensasi nyeri

yang dirasakan jauh lebih rendah dan otot-otot punggung dan pinggang terasa lebih rileks

dibandingkan sebelum intervensi. Kondisi ini menyebabkan responden dapat melakukan

gerakan fleksi yang jauh lebih luas jika dibandingkan dengan sebelum intervensi.

Setelah intervensi secara keseluruhan jarak fleksibilitas lumbal responden sedah

melebihi kondisi fleksibilitas normal, meskipun saat melakukan gerakan fleksi ke depan

secara keseluruhan pasien masih merasakan adanya sensasi nyeri, namun sudah jauh lebih

rendah jika dibandingkan dengan sebelum intervensi. Kondisi tersebut mengindikasikan

bahwa dengan pemberian hot pack dan slump exercise sebanyak 6 kali intervensi dalam

jangka waktu 2 minggu dapat membantu mengurangi keluhan dan meningkatkan

fleksibilitas pada kasus low back pain miogenik.


Peningkatan fleksibilitas setelah intervensi pemberian hot pack dan slump

exercise berkaitan dengan peningkatan sirkulasi dan rileksasi jaringan sehingga dapat

mengurasi spasme serta nyeri sebagai penyebab penurunan fleksibilitas pada kasus low

back pain miogenik.

B. Analisis Bivariat

Perbedaan Rata-rata Fleksibilitas Penderita Low Back Pain Miogenik Pada Petani

Sebelum dan Sesudah diberikan Intervensi

Hasil penelitian pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata (Mean)

sebelum 17.40 dan sesudah 22.40 setelah 6 kali intervensi dengan pemberian Hot Pack

Dan Slump Exercise. Terdapat perbedaan rata-rata 5 cm dengan menggunakan Uji

Wilcoxon Test didapatkan nilai p-value = 0,004 < α (0,05) sehingga Ho ditolak artinya

ada Pengaruh Pemberian Hot Pack dan Slump Exercise untuk meningkatkan Fleksibilitas

Low Back Pain Myogenic pada Petani di Pakan Sinayan Kecamatan Kamang Magek

Tahun 2023.

Hot pack (kompres hangat) efektif mengurangi nyeri punggung bawah melalui

suatu mekanisme yaitu vasodilatasi pembuluh darah dan mengeluarkan zat pereda nyeri

yaitu endorphin dan enkafelin sehingga memblok transmisi nyeri stimulus nyeri (Sa’adah,

2013). Hot pack (kompres hangat) dapat membantu dalam peningkatan aliran darah ke

bagian tubuh yang merasakan nyeri sehingga dapat memblok produk inflamasi

bradikinin, histamin, dan prostaglandin (View Metadata, Citation and Similar Papers at

Core.ac.uk, 2016) (Aminuddin et al., 2016).

Selain itu hot pack dapat memberikan rasa nyaman yang membuat nyeri

berkurang. Hal ini dikarenakan dengan pemberian hot pack menggunakan kantung berisi
air hangat dengan suhu 46C dapat melunakkan jaringan fibrosa dan membuat otot lebih

rileks, sehingga dapat menurunkan rasa nyeri dan melancarkan aliran darah dan

memberikan ketenangan pada pasien (Yuliani et al., 2023). Hal tersebut didukung oleh

Hakiki & Kushartanti, (2019) hot pack (kompres hangat) yang digunakan berfungsi untuk

melebarkan pembuluh darah, menstimulus sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan.

Selain itu, hot pack juga berfungsi untuk menghilangkan sensasi rasa sakit.

Penurunan sensasi nyeri, peningkatan rileksasi otot serta pengurangan spasme otot

akibat efek dari hot pack dapat membantu memaksimalkan latihan peregangan otot pada

penderita low back pain miogenik, dalam hal ini adalah pemberian Slump Exercise. Slump

Exercise adalah suatu metode penanganan nyeri pada low back pain dengan tujuan untuk

mengembalikan mobilitas jaringan saraf dan pergerakan di sekitar permukaan saraf,

mengurangi tekanan yang pada saraf sehingga dapat mengembalikan fungsi dari saraf

tersebut. Slump technique ini merupakan variasi dari metode Straight Leg Raising

(Poluan & Aras, 2018).

Target utama pemberian slump exercise pada kasus low back pain miogenik pada

petani adalah membantu untuk memberian penguluran pada otot-otot yang mengalami

ketegangan atau kekakuan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam

meregangkan otot-otot yang berperan dalam fleksibilitas lumbal. Kuranganya fleksibilitas

pada area hamstring, hip fleksor dan area gluteal dapat memicu terjadinya nyeri pada

punggung bawah dan terbatasnya gerakan pada area punggung bawah. Slump dapat

mengurangi kecacatan jangka pendek, mengurangi nyeri, mengidentifikasi penyempitan

saraf, dan dapat dijadikan sebagai teknik penguluran saraf (Poluan & Aras, 2018).

Gerakan slump dapat dikatakan gerakan tulang-tulang sendi yang kembali pada ruasnya
yang meliputi gerakan peregangan dan pengenduran otot, pembuluh darah halus, fasia,

tendo, ligament, kulit serta jaringan basal. Gerakan ini meliputi meluruskan dan

melenturkan bagian-bagian tubuh. Pengaturan posisi dan postur sangat berpengaruh

dalam mempertahankan kebugaran atau kelenturan otot-otot tubuh. Hal ini bisa berbeda

karena bertambahnya usia seseorang maka otot menjadi kaku, apalagi ditambah pola

hidup yang tidak pernah melakukan latihan atau olahraga (Sja’bani, 2015) dikutip dalam

(Arofiati & Sakinah, 2019).

Sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Poluan & Aras,

(2018) tentang pemberian slump exercise yaitu terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap fleksibilitas antara sebelum dan sesudah intervensi. Kemudian studi literature

yang dilakukan Luvita, (2020) terhadap analisis 9 jurnal ditemukan hasil bahwa 8 jurnal

menyebutkan slump exercise lebih menunjukkan hasil yang signifikan jika dibandingkan

dengan pemberian intervensi lainnya karena slump excersie memobilisasi jaringan

dengan cara melakukan penguluran terhadap otot punggung bawah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayani (2021) menunjukkan bahwa rata-rata

fleksibilitas responden sebelum intervensi Hot Pack adalah 17,866 (tidak normal) dan

setelah intervensi 21,666 (normal), hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada

perbedaan rata-rata fleksibilitas pada kasus LBP miogenik antara sebelum dan sesudah

intervensi dengan beda rata-rata 2,8 dan nilai p = 0,001, dimana terjadi peningkatan

fleksibilitas setelah intervensi

Asumsi peneliti bahwa pemberian hot pack dan slump execise sebanyak 6 kali

intervensi dapat meningkatkan fleksibilitas pada kasus low back pain miogenik, dimana
berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya peningkatan fleksibilitas lumbal yang

signifikan jika dibandingkan dengan sebelum intervensi

Peningkatan fleksibilitas setelah pemberian hot pack dan slump exercise

dipengangaruhi oleg efej kedua latihan tersebut, dimana pemberian hot pack membantu

meningkatkan sirkulasi pada jaringan sehingga spasme pada kasus low back pain

miogenik, lebih lanjut pengurangan nyeri juga dimaksimalkan dengan peningkatan sekresi

endorphin sebagai efek dari hot pack sedangkan endorphin merupakan enzim yang

bersifat analgesic alami bagi tubuh. Maka efek dari hot pack adalah mengurangi nyeri,

rileksasi otot yang pada akhirnya dapat membantu meningkatkan fleksibilitas.

Setelah pemberian hot pack, pemberian slump exercise dapat dilakukan karena

sensasi nyeri dari spasme otot telah berkurang dan resiko cidera dapat dikurangi, slump

exercise pada low back pain miogenik akan memaksimalkan rileksasi dan fleksibilitas

otot, dimana slump exercise akan melatih penguluran otot-otot yang mengalami spasme,

mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi jaringan. Kondisi ini terntunya akan

membantu meningkatkan fleksibilitas lumbal pada kasus low back pain miogenik, karena

faktor utama penyebab penurunan fleksibilitas adalah adanya sensasi nyei dan spasme

otot.
Arofiati, F., & Sakinah, isnina. (2019). Stretching untuk Menurunkan Intensitas Nyeri dan

Fleksibilitas Sendi pada Penderita Low Back Pain (LBP). 0274, 50.

Dhari, I. F. W., Ft, S. S., Erg, M., Norlinta, S. N. O., Ft, S. S., & Fis, M. (2020). Slump Exercise

Terhadap Peningkatan Fleksibilitas Punggung Bawah Pada Kondisi Low Back Pain

Myogenic Literature Review.

Hakiki, Q. S., & Kushartanti, B. M. W. (2019). Pengaruh Kompres Es Dan Kompres Hangat

Terhadap Penyembuhan Cedera Ankle Pasca Manipulasi Topurak Pada Pemain Futsal.

Medikora, 17(2), 136–144. https://doi.org/10.21831/medikora.v17i2.29185

Halawa, A., Brillian, T., & Ardianto, M. (2018). Perbandingan Kompres Air Hangat Dengan

Kompres Air Jahe. Jurnal Keperawatan, 20.

Mansuri, F., & Shah, N. (2015). Effect of slump stretching on pain and disability in non-

radicular low back pain. International Archives of Integrated Medicine, 2(5), 18–25.

Miura, K., & Ishihara, T. (2011). Examination procedures for low back pain in an emergency

room. Japan Medical Association Journal, 54(2), 117–122.

Nyeri, P., Pada, P., Hamil, I. B. U., Ii, T., & Iii, D. A. N. (2023). http://stp-mataram.e-

journal.id/JHI. 12(1).

Poluan, W. Y., & Aras, D. (2018). Pengaruh Mobilisasi Saraf Terhadap Perubahan Nilai Nyeri

Pada Penderita Myogenic Low Back Pain. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan

Makassar, 12(2), 69. https://doi.org/10.32382/medkes.v12i2.264

Pulposus, H. N. (2016). Low Back Pain Low Back Pain ( LBP ). Kesehatan Indonesia, 5(Sakit

Pinggang), 2.
Sa’adah, H. D. (2013). Pengaruh Latihan Fleksi William (Stretching) terhadap Tingkat Nyeri

Punggung Bawah pada Lansia di Posyandu Lansia RW 2 Desa Kedungkandang Malang.

Jurnal Sains Medication, 5(2), 56–61.

Septiana, R. W. (2015). Perbedaan Pengaruh Penambahan Slump Stretching Pada Intervensi

Tens Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Low Back Pain1.

Suarez, L. Y. T. (2015). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標

に関する共分散構造分析 Title. 1, 1–27.

Trisnowiyanto, B. (2017). Pengaruh Mat Pilates Exercise Terhadap Fleksibilitas Tubuh. Jurnal

Kesehatan, 9(2), 40. https://doi.org/10.23917/jurkes.v9i2.4583

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk. (2016).

Zahratur, A., & Priatna, H. (2019). Perbedaan Efektivitas Antara William Flexion Exercise Dan

Core Stability Exercise Dalam Meningkatkan Fleksibilitas Lumbal Dan Menurunkan

Disabilitas Pada Kasus Low Back Pain Miogenik. Jurnal Fisioterapi, 19(1), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai