BELGIN PRAMUYONO
NIM: 1811401061
LATAR BELAKANG
Diketahui bahwa rata-rata kemampuan lompat jauh pada atlet pemula lompat
jauh sebelum pemberian latihan pliometrik knee tuck jump adalah sejauh (177,8 cm)
dengan standar deviasi sebesar (22,890). Lompat jauh minimal adalah sejauh (140
cm) dan maksimal adalah sejauh (200 cm). Kemudian berdasarkan hasil Confidence
Interval pada derajat kepercayaan 95%, diperoleh rata-rata tingkat kemampuan
lompat jauh pada atlet pemula lompat jauh sebelum intervensi berkisar antara 161,43
– 194,17.
• Sebelum pemberian latihan pliometrik knee tuck jump
terdapat 1 orang responden dengan skor lompat jauh
terendah yaitu sejauh (140 cm) yang dipengaruhi oleh
kemampuan fisik responden yang berhubungan dengan
daya ledak otot yang dimiliki sangat rendah serta
kondisi tubuh yang kurang prima diantara responden
lainnya. Kemudian terdapat 1 orang responden dengan
skor lompat jauh tertinggi yaitu sejauh (200 cm) yang
Pembahasa dipengaruhi oleh dukungan fisik yang prima seperti
n cukup istirahat dan didukung oleh faktor penunjang lain
seperti berat badan dan tingi badan yang ideal, dimana
berat badan merupakan beban yang sangat baik dalam
mengembangkan kekuatan, khususnya kekuatan otot
tungkai. Kemudian seseorang yang memiliki tinggi
badan lebih, biasanya akan memiliki tungkai yang
panjang pula dan akan berlari dengan cepat dan
jangkauan langkahnya lebih panjang sehingga akan
memperoleh hasil lompatan yang lebih maksimal.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Sajoto, 1995) bahwa
kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha
peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi.
Power otot tungkai merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang penting
untuk mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Power adalah hasil
gabungan antara dua kemampuan, yaitu kekuatan dan kecepatan.
Peningkatan hasil lompatan yang jauh dibutuhkan tolakan kaki yang kuat,
begitu juga untuk memperoleh tolakan kaki yang kuat dibutuhkan power
tungkai yang maksimal (Sukono, 2011).
Otot-otot yang dikembangkan dalam latihan ini adalah flexors pinggul dan
paha, gastronemius, gluteals, quadriceps dan hamstrings, dan daya ledak
merupakan salah satu komponen dasar motorik atau kemampuan yang
menunjang penampilan yang efektif dalam olahraga dan permainan
khususnya lompat jauh (Radcliffe dan Farentions, 2002:41) dalam (Rohendi
& Budiman, 2020).
Menurut asumsi peneliti setelah 6 kali pemberian intervensi latihan knee tuck
jump diketahui bahwa terdapat perbedaan nilai hasil kemampuan lompat jauh
pada atlet pemula lompat jauh yang bermakna. Dimana setelah diberikan
intervensi latihan knee tuck jump, terdapat peningkatan rata-rata kemampuan
lompat jauh pada responden karena latihan knee tuck jump ini berfungsi untuk
meningkatkan eksplosif power dalam kata lain kekuatan otot tungkai,
kelentukan, dan kecepatan reaksi, sehingga latihan ini sangat bermanfaat
untuk atlet yang banyak membutuhkan gerakan lompatan seperti lompat jauh.
Untuk itu, diperlukan metode latihan khusus dalam meningkatkan hasil lompat
jauh pada atlet pemula lompat jauh di SMK 2 Kosgoro Kota Payakumbuh, seperti
latihan depth jump yang bertujuan untuk melatih daya eksplosif dan kecepatan.
Dimana kecepatan lari seorang pelompat akan memberikan kontribusi yang positif
untuk memperoleh kecepatan horizontal sehingga mencapai hasil loncatan yang
sejauh-jauhnya. Selain dengan meningkatkan daya ledak otok tungkai, terdapat
faktor penunjang lainnya yang dapat meningkatkan prestasi seorang atlet seperti
berat badan dan tinggi badan yang ideal.
Diketahui bahwa rata-rata kemampuan lompat jauh pada atlet pemula
lompat jauh sesudah pemberian latihan pliometrik depth jump adalah sejauh
(255,3 cm) dengan standar deviasi sebesar (30,310). Lompat jauh minimal
adalah sejauh (210 cm) dan maksimal adalah sejauh (292 cm). Kemudian
berdasarkan hasil Confidence Interval pada derajat kepercayaan 95%,
diperoleh rata-rata tingkat kemampuan lompat jauh pada atlet pemula lompat
jauh sesudah intervensi berkisar antara 233,62 – 276,98.
• Dari hasil rata-rata kemampuan lompat jauh pada atlet
pemula lompat jauh di SMK 2 Kosgoro Kota
Payakumbuh dengan pemberian intervensi latihan depth
jump selama enam kali dalam kurun waktu dua minggu
diperoleh selisih perbandingan hasil pretest dan posttest
responden inisial AR selisih 70 cm, inisial AB selisih 73
Pembahasan cm, inisial WR selisih 138 cm, inisial RN selisih 61 cm,
inisial RW selisih 30 cm, inisial MS selisih 118 cm, inisial
RS selisih 20 cm, inisial YD selisih 80 cm, inisial DN
selisih 134 cm, dan inisial MY selisih 100 cm. Sehingga
terlihat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
lompat jauh sebelum dan kemampuan lompat jauh
sesudah pemberian intervensi latihan pliometrik depth
jump.
Dari data yang didapat yang semula data pretest secara keseluruhan
kemampuan lompat jauh responden termasuk dalam kategori rendah
sampai sedang, setelah diberikan perlakuan dan dilakukan pengukuran
postest intervensi diketahui bahwa terjadinya peningkatan hasil lompat
jauh pada responden sehingga hasil lompatan digolongkan dalam
kategori tinggi. Responden dengan selisih tertinggi antara tes awal dan
tes akhir adalah responden dengan inisial WR dengan selisih 138 cm. Hal
ini disebabkan oleh latihan yang dilakukan secara bersungguh-sungguh,
diikuti dengan sistematis dan progresif serta didukung oleh berat badan
dan tinggi badan yang ideal sehingga mampu mencapai hasil lompat jauh
yang maksimal. Kemudian responden dengan selisih terendah antara tes
awal dan tes akhir adalah responden dengan inisial RS dengan selisih 20
cm. Hal ini disebabkan oleh kondisi tubuh yang kurang prima, seperti
cepat lelah karena responden juga melakukan aktivitas fisik selain dari
yang sudah diprogramkan
Menurut Radcliffe & Farentinos (2002) dalam (Faidlullah & Kuswandari,
2009), depth jump adalah bentuk latihan dari pliometrik yang bertujuan
untuk meningkatkan power tungkai dengan cara melompat dari bangku
kemudian mendarat di matras, disusul dengan melompat setinggi-tingginya,
dalam latihan depth jump fokus latihan tersebut memberikan adaptasi pada
muscle spindle dan motor unit untuk menghasilkan fokus gerak eksplosive
power dengan persentase 60% kekuatan dan 40% kecepatan.
Latihan ini dilakukan dalam suatu rangkaian loncatan eksplosif yang cepat.
Otot-otot yang dikembangkan adalah flexors pinggul dan paha,
gastronemius, gluteals, quadriceps dan hamstrings (Radclife et all, 2002)
dalam. Depth jump membutuhkan berat tubuh atlet dan gravitasi untuk
menggunakan kekuatan yang berlawanan dengan tanah (Radclife et all,
2002) dalam (Hermawan, 2013)
Menurut asumsi peneliti setelah 6 kali pemberian intervensi latihan depth jump diketahui
bahwa terdapat perbedaan nilai hasil kemampuan lompat jauh pada atlet pemula lompat
jauh yang bermakna. Dimana setelah diberikan intervensi latihan depth jump, terdapat
peningkatan rata-rata kemampuan lompat jauh karena latihan depth jump ini bertujuan
untuk melatih daya eksplosif dan kecepatan reaksi otot. Dalam bagusnya power seseorang
juga dipengaruhi oleh berat badan, karena berat badan salah satu faktor yang menentukan
pusat gravitasi yang akan menentukan keseimbangan statik maupun keseimbangan
dinamik. Keseimbangan juga akan menentukan besarnya daya ledak otot saat terjadi
lompatan saat di udara dan mendarat. Selain itu seseorang yang memiliki tinggi badan
lebih, biasanya akan memiliki tungkai yang panjang pula dan akan berlari dengan cepat
dan jangkauan langkahnya lebih panjang. Kemudian pada saat pemberian latihan
menggunakan depth jump pelatih harus mengatur intensitas latihan sedemikian rupa,
karena apabila latihan dilakukan sembarangan maka akan membahayakan persendian
atlet yang dapat menyebabkan cedera.
B. ANALISA BIVARIAT