2, Juli 2015
Eni Hidayati
ABSTRACT
Lung Tuberculosis is a kind of generatives deseases that affect either productive or children
grou, and the number one killer infectious desease.Stigma related on this desease have negative
impact on prevention, services, and policy on TB. Health educations are efforts or activities to
develop condussive community for healthy live. This research objective is to idenfity impact of
education about transmission of TBC on people stigma to TBC patients. Pre experiment design
with one group with pre and post-test design selected. Exactly, 30 people selected by accidental
sampling technique. Result showed 81.25 % respondent have low stigma. Health education
have improve knowledge from 18.93 to 26.00 (p 0,000). It concluded that health education able
to increasese knowledge and depress stigma to TBC into low level. Support for health institution,
education institution, and health care provicer in effort tto depress stigma by supporting
tuberculosis patients
Kata kunci: Pendidikan kesehatan, Stigma masyarakat
ABSTRAK
Tuberkulosis Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah dan menyerang
kelompok usia produktif maupun anak-anak, dan merupakan penyakit menular pembunuh
nomor satu. Stigma yang berhubungan dengan penyakit ini berdampak negatif terhadap
pencegahan, prosedur pelayanan, dan kebijakan yang berkaitan dengan penyakit TB.
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan tentang penularan TBC terhadap stigma masyarakat pada klien TBC. Jenis penelitian
pre eksperimen dengan rancangan one group pre dan post design. Sampel 30 orang diperoleh
secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukan 81,25 % responden memiliki stigma
rendah. Pendidikan kesehatan meningkatkan rerata pengetahuan dari 18,93 menjadi 26,00 (p
0,000). Disimpulkan bahwa pendidikan dan pencegahan penyakit TBC dapat meningkatkan
pengetahuan dan menurunkan stigma besar. Diperlukan dukungan instansi kesehatan, institusi
pendidikan, dan petugas kesehatan untuk upaya penurunan stigma dengan memberikan
dukungan bagi pasien penderita tuberkulosis.
Kata kunci: Pendidikan kesehatan, Stigma masyarakat
76
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015
77
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015
merupakan salah satu dari lima sendiri. Pasien TB juga merasa minder
penyebab utama kematian di Indonesia. terhadap lingkungan dan tempat bekerja.
Stigma yang berhubungan dengan Tujuan penelitian ini adalah untuk
penyakit berdampak negatif terhadap mengetahui bagaimana cara penularan
pencegahan, prosedur pelayanan, dan TBC dan pengaruh pendidikan kesehatan
kebijakan yang berkaitan dengan terhadap penyakit TBC. Berdasarkan
kesehatan pada penyakit tersebut (Cramm fenomena tersebut maka perlu dikaji
& Nieboer, 2011). Stigma kerap kali tentang pengaruh pendidikan kesehatan
melekat pada masalah-masalah tentang pencengahan penularan TBC
kesehatan, termasuk tuberkulosis. Alasan terhadap stigma masyarakat.
mengapa bisa muncul stigma pada TB METODE DAN BAHAN
diantaranya, penularannya, pengetahuan
Jenis penelitian yang digunakan dalam
yang kurang tepat akan penyebabnya,
penelitian ini adalah pre eksperimental
perawatannya atau berhubungan dengan
dengan rancangan one group pre dan post
kelompok-kelompok marjinal seperti
design. Populasi dalam penelitian ini
kemiskinan, ras minoritas, pekerja seks,
adalah berjumlah 37.989 orang yang
tahanan penjara, dan orang yang
berobat di Balai Kesehatan Paru
terinfeksi HIV/AIDS ( Kipp et al, 2011).
Masyarakat (Profil Dinkes Janteng, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Dengan sampel 30 orang adalah klien TBC
Mathew (2007) pada masyarakat India, yang sesuai kriteria, dengan menggunakan
didapatkan bahwa pasien TB di India metode accidental sampling. Penelitian ini
sering mendapatkan pengalaman adanya dilakukan di Balai Kesehatan Kota
penolakan dan isolasi sosial dari Semarang (BKPM) wilayah Kota
masyarakat. Oleh karena itu mitos dan Semarang.
stigma harus dihilangkan untuk mengontrol
Alat pengumpulan data dengan
penyakit Tuberkulosis. Masalah angka
menggunakan kuesioner, Instrumen yang
kesakitan dan kematian penyakit TBC serta
digunakan dalam penelitian ini adalah
rendahnya angka cakupan penemuan
instrumen yang pernah dikembangkan oleh
penderita TBC adalah masalah kesehatan
Van Rie et al untuk mengukur stigma pada
yang kompleks yang dipengaruhi banyak
pasien tuberkulosis di Thailand. Instrumen
faktor, meliputi faktor internal dan eksternal.
inventori ini terdiri dari 10 pernyataan
Faktor internal yang menentukan kesehatan
dengan skala pengukuran menggunakan
individu dan kelompok yaitu perilaku.
skala likert dengan opsi sangat setuju (3)
Sedangkan faktor eksternal adalah
dan opsi sangat tidak setuju (0). Hasil ukur
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
dari instrumen ini adalah stigma rendah dan
non-fisik seperti sosial budaya, ekonomi,
stigma tinggi. Untuk teknik analisanya
politik.
menggunakan mid-point dari total skor
Hasil wawancara yang dilakukan instrumen. Proses penelitian berlangsung
terhadap 2 penderita TBC diperoleh pada tanggal 08 Februari ± 10 April 2014.
informasi bahwa mereka terkadang malu Selanjutnya, d i l a k u k a n a n a l i s i s
dengan masyarakat atau pada keluarganya statistika prosentase untuk mendapatkan
78
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015
79
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015
80
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015
memberikan dukungan kepada orang yang diberikan dalam membantu pasien dan
distigma. Dukungan yang diberikan kepada masyarakat dalam memahami penyakit TB
pasien menjadi salah satu hal yeng penting dan bagaimana pelayanan kesehatan yang
mengingat stigma berkaitan pula dengan efektif.
nilai dan sikap dari individu yang
bersangkutan. Dari domain yang terdapat
KESIMPULAN
dalam instrumen didapatkan hampir
seluruh responden (85%) memiliki hasil Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuat
ukur rendah untuk domain penyingkapan beberapa kesimpulan yaitu: Stigma rendah
status penyakit. Hal ini sejalan dengan hasil mengindikasikan bahwa penyingkapan
penelitian yang menunjukan bahwa hampir akan status penyakit bukanlah perkara
seluruh responden memiliki stigma rendah. yang besar bagi responden dan
Selain dampaknya terhadap proses menunjukan harapan yang tinggi agar
pengobatan stigma dapat menyebabkan stigma bisa diubah menjadi support.
pasien minder. Domain yang paling tinggi dalam
Menurut penelitian yang dilakukan pengukuran stigma tuberkulosis bagi
Moya (2010), menyebutkan bahwa stigma pasien yang menderita tuberkulosis di
dapat menyebabkan stres psikologis, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)
depresi, ketakutan, masalah dalam adalah kekhawatiran akan penularan
pernikahan, masalah dalam pekerjaan dan penyakit sehingga pemahaman yang benar
menambah parahnya kondisi penyakit. mengenai penyakit tuberkulosis harus
Pada masyarakat mungkin dampak- menjadi perhatian. yang paling penting
dampak tersebut tidak begitu berpengaruh. adalah upaya bertahan dari yang distigma
Namun, pasien tuberkulosis dapat minder tersebut agar mampu memberikan
dan merasa tidak punya teman. Beberapa pemahaman yang benar mengenai
pasien yang berkunjung ke BBKPM sering penyakit tuberkulosis kepada orang lain.
tidak mengatakan bahwa mereka sakit Saran yang dapat diberian antara
tuberkulosis karena takut dan malu dan lain: penelitian ini diharapkan dapat menjadi
dijauhi teman-temannya. dasar pengembangan studi yang lebih luas
Begitu besarnya dampak stigma dan untuk bahan referensi berikutnya
terhadap pasien dan penyakit tuberkulosis tentang program pendidikan kesehatan
menuntut para profesional kesehatan pada klien TBC. Penelitian ini juga
untuk mencari cara bagaimana diharapkan dapat menjadi masukan dalam
mereduksi stigma dimasyarakat. Penelitian pengelolaan program kesehatan program
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui penyakit TBC dan pengelola Program
faktor yang paling kuat mempengaruhi Perawat Komunitas dan Jiwa. Dan yang
stigma dan juga untuk menentukan terpenting hasil penelitian ini bisa menjadi
intervensi yang efektif dalam upaya sumber informasi untuk mengetahui tingkat
mereduksi stigma. Soma et al (2008) emosi pada diri sendiri dan tingkat emosi
mengemukakan bahwa level stigma pada orang lain.
merupakan barometer untuk menentukan
sejauh mana kesuksesan program yang
81
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015
82