Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.

2, Juli 2015

PENGETAHUAN DAN STIGMA MASYARAKAT TERHADAP TBC SETELAH DIBERIKAN


PENDIDIKAN KESEHATAN PENCEGAHAN DAN PENULARAN

Eni Hidayati

Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Semarang


Email: eni.hidayati82@gmail.com

ABSTRACT
Lung Tuberculosis is a kind of generatives deseases that affect either productive or children
grou, and the number one killer infectious desease.Stigma related on this desease have negative
impact on prevention, services, and policy on TB. Health educations are efforts or activities to
develop condussive community for healthy live. This research objective is to idenfity impact of
education about transmission of TBC on people stigma to TBC patients. Pre experiment design
with one group with pre and post-test design selected. Exactly, 30 people selected by accidental
sampling technique. Result showed 81.25 % respondent have low stigma. Health education
have improve knowledge from 18.93 to 26.00 (p 0,000). It concluded that health education able
to increasese knowledge and depress stigma to TBC into low level. Support for health institution,
education institution, and health care provicer in effort tto depress stigma by supporting
tuberculosis patients
Kata kunci: Pendidikan kesehatan, Stigma masyarakat
ABSTRAK

Tuberkulosis Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah dan menyerang
kelompok usia produktif maupun anak-anak, dan merupakan penyakit menular pembunuh
nomor satu. Stigma yang berhubungan dengan penyakit ini berdampak negatif terhadap
pencegahan, prosedur pelayanan, dan kebijakan yang berkaitan dengan penyakit TB.
Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku
masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan tentang penularan TBC terhadap stigma masyarakat pada klien TBC. Jenis penelitian
pre eksperimen dengan rancangan one group pre dan post design. Sampel 30 orang diperoleh
secara accidental sampling. Hasil penelitian menunjukan 81,25 % responden memiliki stigma
rendah. Pendidikan kesehatan meningkatkan rerata pengetahuan dari 18,93 menjadi 26,00 (p
0,000). Disimpulkan bahwa pendidikan dan pencegahan penyakit TBC dapat meningkatkan
pengetahuan dan menurunkan stigma besar. Diperlukan dukungan instansi kesehatan, institusi
pendidikan, dan petugas kesehatan untuk upaya penurunan stigma dengan memberikan
dukungan bagi pasien penderita tuberkulosis.
Kata kunci: Pendidikan kesehatan, Stigma masyarakat

76
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

PENDAHULUAN lebih baik. Sedangkan penyuluhan


Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan merupakan proses komunikasi dan proses
salah satu jenis penyakit generatif yang perubahan perilaku melalui pendidikan.
telah berjangkit dalam periode waktu lama Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai
di tengah-tengah masyarakat Indonesia, hasil yang maksimal, maka metode dan
yang menyerang kelompok usia produktif media penyuluhan perlu mendapat
maupun anak-anak dan merupakan perhatian yang besar dan harus
penyakit menular pembunuh nomor satu disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan
(Depkes RI, 2007). Indonesia merupakan kombinasi berbagai media akan sangat
salah satu negara dengan tingkat penderita membantu dalam proses penyuluhan
kesehatan. Semakin banyak indera yang
TB paru yang sangat tinggi yang
menempati urutan ketiga setelah negara digunakan untuk menerima sesuatu maka
Cina dan India (Depkes RI, 2007). semakin banyak dan semakin jelas pula
pengertian atau pengetahuan yang
Hingga saat ini penanggulangan diperoleh. Penggunaan alat peraga dalam
TBC di Indonesia memang masih banyak melakukan penyuluhan akan membantu
difokuskan pada sisi suplai melalui penyampaian pesan kepada seseorang
misalnya melalui penyediaan obat gratis, atau masyarakat secara lebih jelas dan
pelatihan petugas, dan penyediaan fasilitas dapat diterima dengan jelas (Edgar, 2003).
diagnosa seperti laboratorium dan
mikroskop. Namun keberhasilan ini belum Faktor keluarga dan masyarakat
diikuti dengan peningkatan angka temuan bisa muncul sebagai dukungan sosial yang
kasus. Hingga tahun 2005, tingkat temuan positif tetapi bisa juga timbul sebagai
stigma terhadap penyakit dan pasien
kasus (Case Detection Rate) baru
mencapai 68%, masih di bawah target Tuberkulosis. Kipp et al (2011)
global sebesar 70%. Melihat kondisi mendefinisikan stigma yang berkaitan
tersebut diperlukan upaya peningkatan dari dengan masalah kesehatan/penyakit
sisi permintaan (demand) dengan sebagai proses sosial atau pengalaman
menggerakkan masyarakat untuk pribadi yang ditandai dengan pengucilan,
memeriksakan diri dan mencari pelayanan penolakan, celaan, atau devaluasi karena
pengobatan TBC yang juga diikuti dengan adanya anggapan sosial yang merugikan
upaya meningkatkan dukungan politis tentang individu tersebut maupun
untuk memastikan tersedianya pelayanan kelompoknya berkaitan dengan masalah
TBC yang berkualitas serta meneguhkan kesehatan tertentu.
kewajiban pejabat publik untuk Menurut penelitian yang dilakukan
mewujudkan hak hak dasar warganya untuk Courtwright and Turner (2010),
hidup. mengatakan bahwa stigma pada penyakit
Menurut Notoatmodjo (2003) tuberkulosis dapat menyebabkan
pendidikan kesehatan adalah suatu upaya keterlambatan pengobatan dan berdampak
menyampaikan pesan kesehatan kepada negatif terhadap kelangsungan berobat
masyarakat, kelompok, individu agar pada klien TBC. Demikian juga, hasil
memperoleh pengetahuan kesehatan yang Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT, 2014) memperlihatkan TB masih

77
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

merupakan salah satu dari lima sendiri. Pasien TB juga merasa minder
penyebab utama kematian di Indonesia. terhadap lingkungan dan tempat bekerja.
Stigma yang berhubungan dengan Tujuan penelitian ini adalah untuk
penyakit berdampak negatif terhadap mengetahui bagaimana cara penularan
pencegahan, prosedur pelayanan, dan TBC dan pengaruh pendidikan kesehatan
kebijakan yang berkaitan dengan terhadap penyakit TBC. Berdasarkan
kesehatan pada penyakit tersebut (Cramm fenomena tersebut maka perlu dikaji
& Nieboer, 2011). Stigma kerap kali tentang pengaruh pendidikan kesehatan
melekat pada masalah-masalah tentang pencengahan penularan TBC
kesehatan, termasuk tuberkulosis. Alasan terhadap stigma masyarakat.
mengapa bisa muncul stigma pada TB METODE DAN BAHAN
diantaranya, penularannya, pengetahuan
Jenis penelitian yang digunakan dalam
yang kurang tepat akan penyebabnya,
penelitian ini adalah pre eksperimental
perawatannya atau berhubungan dengan
dengan rancangan one group pre dan post
kelompok-kelompok marjinal seperti
design. Populasi dalam penelitian ini
kemiskinan, ras minoritas, pekerja seks,
adalah berjumlah 37.989 orang yang
tahanan penjara, dan orang yang
berobat di Balai Kesehatan Paru
terinfeksi HIV/AIDS ( Kipp et al, 2011).
Masyarakat (Profil Dinkes Janteng, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Dengan sampel 30 orang adalah klien TBC
Mathew (2007) pada masyarakat India, yang sesuai kriteria, dengan menggunakan
didapatkan bahwa pasien TB di India metode accidental sampling. Penelitian ini
sering mendapatkan pengalaman adanya dilakukan di Balai Kesehatan Kota
penolakan dan isolasi sosial dari Semarang (BKPM) wilayah Kota
masyarakat. Oleh karena itu mitos dan Semarang.
stigma harus dihilangkan untuk mengontrol
Alat pengumpulan data dengan
penyakit Tuberkulosis. Masalah angka
menggunakan kuesioner, Instrumen yang
kesakitan dan kematian penyakit TBC serta
digunakan dalam penelitian ini adalah
rendahnya angka cakupan penemuan
instrumen yang pernah dikembangkan oleh
penderita TBC adalah masalah kesehatan
Van Rie et al untuk mengukur stigma pada
yang kompleks yang dipengaruhi banyak
pasien tuberkulosis di Thailand. Instrumen
faktor, meliputi faktor internal dan eksternal.
inventori ini terdiri dari 10 pernyataan
Faktor internal yang menentukan kesehatan
dengan skala pengukuran menggunakan
individu dan kelompok yaitu perilaku.
skala likert dengan opsi sangat setuju (3)
Sedangkan faktor eksternal adalah
dan opsi sangat tidak setuju (0). Hasil ukur
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
dari instrumen ini adalah stigma rendah dan
non-fisik seperti sosial budaya, ekonomi,
stigma tinggi. Untuk teknik analisanya
politik.
menggunakan mid-point dari total skor
Hasil wawancara yang dilakukan instrumen. Proses penelitian berlangsung
terhadap 2 penderita TBC diperoleh pada tanggal 08 Februari ± 10 April 2014.
informasi bahwa mereka terkadang malu Selanjutnya, d i l a k u k a n a n a l i s i s
dengan masyarakat atau pada keluarganya statistika prosentase untuk mendapatkan

78
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

pendidikan kesehatan tentang


Tabel 1. Karaktersitik Responden menurut
pencengahan TBC.
Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, Usia,
dan Lama Pengobatan (n=30)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden n %
Karakteristik Responden
Jenis kelamin
Laki-laki 12 40 Tabel 1 menyajikan karaktersitik responden
Perempuan 18 60 dalam penelitian ini.
Tingkat Pendidikan
Dasar 10 33,3 Berdasarkan tabel di atas diketahui
Menengah 14 46,3 bahwa mayoritas responden berjenis
Tinggi 6 20
Usia Tabel 3. Stigma Responden terhadap
Penyakit Tuberkulosis (n=30)
Dewasa Awal (20-40 th) 21 70
Dewasa Tengah (40-65 th) 9 30 Kategori Stigma n (%)
Lama Pengobatan Pada klien
TBC Rendah 20 66.67 %
Baru 5 16,3 Tinggi 10 33.33 %
0-2 Bulan 7 23,3
3-6 Bulan 12 40
> 6 Bulan 6 20 kelamin perempuan sebanyak 18 orang,
tingkat pendidikan menengah sebanyak 14
orang, berada pada kelompok usia dewasa
awal (20-40 tahun) sebanyak 21 orang, dan
Tabel 2. Skor Pengetahuan tentang TBC lamanya mengikuti pengobatan 3-6 bulan
Sebelum dan Sesudah Pendidikan sebanyak 12 orang.
Kesehatan Pencegahan dan Penularan
(n=30)
Kemampuan pengetahuan sebelum dan
Rerata Skor t p sesudah pemberian pendidikan
Pengetahuan kesehatan tentang pencengahan
Sebelum Sesudah penularan TBC
18, 93 26,00 -17,26 0.0000
(±2,524) (± 5,021)
Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan
pengetahuan masyarakat sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan,
dimana rata-rata skor pengetahuan
gambaran distribusi frekuensi dari variabel sebelum adalah 18,93 dan sesudahnya
yang diteliti. Rangsangan yang digunakan meningkat menjadi 26,00. Nilap p 0,0000
dalam penelitian ini adalah ³4XDVL menunjukkan bahwa ada perbedaan
experimental pre-post test without control pengetahuan sebelum dan sesudah
JURXS´dengan intervensi pemberian dilakukan pendidikan kesehatan.

79
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

Gambaran Stigma masyarakat dideritanya untuk berobat bisa memiliki


Tabel 3. Menunjukan bahwa stigma stigma rendah dikarenakan setelah
masyarakat terhadap penderita TB berobat mendapatkan infromasi yang
mayoritas berada pada kategori rendah benar mengenai penyakit tuberkulosis
sebanyak 20 orang (66,67 %). maupun adanya dukungan dari petugas
kesehatan. BKPM Kota Semarang
merupakan tempat layanan kesehatan
PEMBAHASAN paru yang juga memberikan pelayanan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konseling. Pasien yang berobat harus
pengaruh pendidikan kesehatan tentang mengikuti penyuluhan sehingga
pencengahan penularan TBC terhadap memungkinkan pasien dan masyarakat
stigma masyarakat pada klien TBC di yang membawa anggota keluarga berobat
Wilayah Kota Semarang. Hasil penelitian mendapatkan informasi mengenai penyakit
menunjukan hampir seluruh responden tuberkulosis.
(66.67%) memiliki stigma rendah Beberapa pasien tuberkulosis
terhadap penyakit tuberkulosis dan sering melaporkan adanya diskriminasi
sebagian kecil responden (33.33%) dari masyarakat. Hal ini karena
memiliki stigma tinggi terhadap penyakit masyarakat merasa takut tertular penyakit
tuberkulosis. Stigma adalah proses sosial tersebut. Pasien menilai apakah orang lain
atau pengalaman pribadi yang ditandai akan menghindar terhadap dirinya atau
dengan pengucilan, penolakan, celaan, mungkin beberapa pasien akan menghidar
atau devaluasi karena adanya anggapan dengan jarang bergaul di masyarakat.
sosial yang merugikan tentang individu Stigma rendah mengindikasikan adanya
maupun kelompok dikarenakan masalah harapan yang tinggi akan proses
kesehatan tertentu (Kipp et al, 2011). perawatan dan menunjukan bahwa
Menurut penelitian yang dilakukan program pengurangan stigma
Courtwright and Turner (2010) seharusnya bertujuan untuk mengubah
mengemukakan bahwa meskipun ada stigma menjadi dukungan bagi mereka
variasi dalam budaya dan faktor (Soma et al, 2008). Stigma merupakan
sosiodemografik yang turut menentukan interakasi sosial antara yang distigma
stigma tetapi yang menjadi penyebab dengan orang yang menstigma. Stigma
utama adalah kekhawatiran terhadap muncul karena pengalaman diskriminasi
penularan penyakit. dari orang lain dan juga perasaan malu
Hasil penelitian menunjukan yang muncul dari internal individu tersebut.
hampir seluruh responden memiliki stigma Dukungan terhadap pasien sangatlah
rendah. Sedangkan berdasarkan hasil studi penting untuk mereduksi stigma dan
pendahuluan didapatkan masyarakat dampaknya.
pada awalnya tidak mau bergaul dengan Courtwright dan Turner (2010),
pasien TBC karena takut tertular mengatakan bahwa selain meningkatkan
penyakitnya. Perbedaan tersebut pengetahuan tentang penyakit
disebabkan oleh berbagai faktor. Klien pada tuberkulosis, hal yang penting dalam
awalnya malu untuk periksa penyakit yang mereduksi stigma adalah dengan

80
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

memberikan dukungan kepada orang yang diberikan dalam membantu pasien dan
distigma. Dukungan yang diberikan kepada masyarakat dalam memahami penyakit TB
pasien menjadi salah satu hal yeng penting dan bagaimana pelayanan kesehatan yang
mengingat stigma berkaitan pula dengan efektif.
nilai dan sikap dari individu yang
bersangkutan. Dari domain yang terdapat
KESIMPULAN
dalam instrumen didapatkan hampir
seluruh responden (85%) memiliki hasil Berdasarkan hasil penelitian, dapat dibuat
ukur rendah untuk domain penyingkapan beberapa kesimpulan yaitu: Stigma rendah
status penyakit. Hal ini sejalan dengan hasil mengindikasikan bahwa penyingkapan
penelitian yang menunjukan bahwa hampir akan status penyakit bukanlah perkara
seluruh responden memiliki stigma rendah. yang besar bagi responden dan
Selain dampaknya terhadap proses menunjukan harapan yang tinggi agar
pengobatan stigma dapat menyebabkan stigma bisa diubah menjadi support.
pasien minder. Domain yang paling tinggi dalam
Menurut penelitian yang dilakukan pengukuran stigma tuberkulosis bagi
Moya (2010), menyebutkan bahwa stigma pasien yang menderita tuberkulosis di
dapat menyebabkan stres psikologis, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)
depresi, ketakutan, masalah dalam adalah kekhawatiran akan penularan
pernikahan, masalah dalam pekerjaan dan penyakit sehingga pemahaman yang benar
menambah parahnya kondisi penyakit. mengenai penyakit tuberkulosis harus
Pada masyarakat mungkin dampak- menjadi perhatian. yang paling penting
dampak tersebut tidak begitu berpengaruh. adalah upaya bertahan dari yang distigma
Namun, pasien tuberkulosis dapat minder tersebut agar mampu memberikan
dan merasa tidak punya teman. Beberapa pemahaman yang benar mengenai
pasien yang berkunjung ke BBKPM sering penyakit tuberkulosis kepada orang lain.
tidak mengatakan bahwa mereka sakit Saran yang dapat diberian antara
tuberkulosis karena takut dan malu dan lain: penelitian ini diharapkan dapat menjadi
dijauhi teman-temannya. dasar pengembangan studi yang lebih luas
Begitu besarnya dampak stigma dan untuk bahan referensi berikutnya
terhadap pasien dan penyakit tuberkulosis tentang program pendidikan kesehatan
menuntut para profesional kesehatan pada klien TBC. Penelitian ini juga
untuk mencari cara bagaimana diharapkan dapat menjadi masukan dalam
mereduksi stigma dimasyarakat. Penelitian pengelolaan program kesehatan program
kuantitatif dilakukan untuk mengetahui penyakit TBC dan pengelola Program
faktor yang paling kuat mempengaruhi Perawat Komunitas dan Jiwa. Dan yang
stigma dan juga untuk menentukan terpenting hasil penelitian ini bisa menjadi
intervensi yang efektif dalam upaya sumber informasi untuk mengetahui tingkat
mereduksi stigma. Soma et al (2008) emosi pada diri sendiri dan tingkat emosi
mengemukakan bahwa level stigma pada orang lain.
merupakan barometer untuk menentukan
sejauh mana kesuksesan program yang

81
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.2, Juli 2015

DAFTAR PUSTAKA southern Thailand: a quantitative,


cross-sectional study of stigma among
patients with TB and healthy
Courtwright, A., & Turner, A. N. (2010).
community members. BMC Public
Tuberculosis and Stigmatization:
Health, 11, 675.
Pathways and Interventions. Public
http://doi.org/10.1186/1471-2458-11-
Health Reports, 125(Suppl 4), 34±42.
Cramm, J. M., & Nieboer, A. P. (2011). 675
The relationship between Mathew, A. S., & Takalkar, A. M. (2007).
(stigmatizing) views and lay public Living with tuberculosis: the myths and
preferences regarding tuberculosis the stigma from the Indian perspective.
Clinical infectious diseases, 45(9),
treatment in the eastern cape, south
africa. International Journal for Equity 1247-1247.
in Health, 10, 2. Moya, E. M. (2010). Tuberculosis and
doi:http://dx.doi.org/10.1186/1475- stigma: impacts on health-seeking
9276-10-2. behaviors and access in ciudad
Departemen Kesehatan RI. Profil Juárez, México and El Paso, Texas.
Kesehatan Indonesia Tahun 2008. The University of Texas at El Paso.
Available online at Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan dan
http://www.depkes.go.id Perilaku Ksehatan. Jakarta: Rineka
Dinas Kesehatan Propensi Jawa Tengah. Cipta.
(2011). Profil Dinas Kesehatan Jawa Somma, D., Thomas, B. E., Karim, F.,
tengah 2011. Kemp, J., Arias, N., Auer, C., ... &
Kipp, A. M., Pungrassami, P., Nilmanat, K., Weiss, M. G. (2008). Gender and
Sengupta, S., Poole, C., Strauss, R. P., socio-cultural determinants of TB-
« 9DQ 5LH $ 6RFLR- related stigma in Bangladesh, India,
demographic and AIDS-related factors Malawi and Colombia. Int J Tuberc
associated with tuberculosis stigma in Lung Dis, 12(7), 856-866.

82

Anda mungkin juga menyukai