Anda di halaman 1dari 13

Sports Review Journal

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI KOORDINASI MATA KAKI DAN KEKUATAN OTOT


TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MAHASISWA
PENJASKESREK STKIP YPUP MAKASSAR

THE RELATIONSHIP BETWEEN LEG LENGTH, ANKLE COORDINATION AND LEG MUSCLE
STRENGTH ON LONG JUMP ABILITY, SQUATTING STYLE OF PHYSICAL EDUCATION
STUDENTS OF STKIP YPUP MAKASSAR

Muhammad Jabir1
Herman2
Muhammad Hasbillah3
1
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi, STKIP YPUP Makassar, Indonesia
2
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi, STKIP YPUP Makassar, Indonesia
email:
muh,jabir47@gmail.com,hermanm2mherman@gmail.com,muhammadhasbillah08@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang tungkai koordinasi mata kaki
dan kekuatan otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok mahasiswa
penjaskesrek STKIP YPUP Makassar. Jenis penelitian menggunakan metode kuantitatif
dengan pendekatan analisis statistik deskriptif . Adapun sampel pada penelitian ini adalah
Mahasiswa Penjaskesrek Stkip YPUP Makassar sebanyak 30 Mahasiswa. Besarnya
korelasi antara panjang tungkai dengan hasil lompat jauh gaya jongkok dilihat dari
koefisien korelasi (r) sebesar 0,491 dengan signifikansi 0,031 < 0,05. Hal tersebut berarti
bahwa terdapat korelasi antara panjang tungkai dengan kemampuan lompat jauh dengan
tingkat hubungan sedang, dan korelasi tersebut signifikan karena p <0,05 (0,000 < 0,05).
Besaran kolersi antara koordinasi mata kaki dengan kemampuan lompat jauh dilihat dari
nilai korelasi (r) sebesar 0,418 dengan signifikansi 0,021. Hal tersebut berarti bahwa ada
korelasi positif antara koordinasi mata kaki dengan kemampuan lompat jauh dengan
tingkat hubungan sedang, dan korelasi tersebut signifikan karena p < 0, 05 (0,021 < 0,05).
Besaran kolerasi antara kekuatan otot tungkai dengan hasil kemampuan lompat jauh
terdapat koefisien korelasi (r) sebesar 0,455 dengan signifikansi 0,012. Hal tersebut
berarti bahwa ada korelasi positif antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan
lompat jauh dengan tingkat hubungan sedang, dan korelasi tersebut signifikan karena p <
0,05 (0,012 < 0,05).

Kata Kunci: Panjang Tungkai, Koordinasi Mata Kaki, Kekuatan Otot Tungkai Lompat Jauh

Sports Review Journal


Sports Review Journal

Abstrak

This study aimed to determine the relationship between leg length, ankle coordination,
and leg muscle strength on the long jump ability of students in the squatting style of
Penjaskesrek Stkip Ypup Makassar. This type of research uses quantitative methods with
a descriptive statistical analysis approach. The samples in this research were 30
Penjaskesrek Stkip YPUP Makassar students. The magnitude of the correlation between
leg length and the results of the squat long jump can be seen from the correlation
coefficient (r) of 0.491 with a significance of 0.031 <0.05. This means that there was a
correlation between leg length and long jump ability with a moderate level of correlation,
and this correlation is significant because p < 0.05 (0.000 < 0.05). The magnitude of the
correlation between eye-foot coordination and long jump ability can be seen from the
correlation value (r) of 0.418 with a significance of 0.021. This means that there was a
positive correlation between ankle coordination and long jump ability with a moderate level
of relationship, and the correlation is significant because p <0.05 (0.021 <0.05). The
magnitude of the correlation between leg muscle strength and the results of long jump
ability had a correlation coefficient (r) of 0.455 with a significance of 0.012. This means
that there was a positive correlation between leg muscle strength and long jump ability
with a moderate level of relationship, and the correlation is significant because p <0.05
(0.012 <0.05).

Keywords: Leg Length, Foot Ankle Coordination, Long Jump Leg Muscle Strength

PENDAHULUAN
Penulis 1, Penulis 2 & Penulis 3 | Judul Arikel

Olahraga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diawali dengan keterampilan


motorik atau bermain dengan suatu benda, disistematisasikan dan terstruktur melalui
penggunaan suatu benda, dengan batasan aturan tertentu dalam pelaksanaannya. Tujuan
sesorang untuk berolahraga ialah untuk mencapai kesejahteraan (sejahtera jasmani dan
sejahtera rohani) manusia itu sendiri. Aktivitas fisik merupakan salah satu bentuk upaya
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia nasional Indonesia. Berhasil tidaknya
pembangunan nasional sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia.
Pembinaan dan pengembangan olahraga merupakan bagian dari upaya peningkatan
kualitas masyarakat Indonesia.
Lompat jauh adalah nomor lapangan dalam cabang olahraga atletik yang
mengkombinasikan gerakan melompat menggunakan teknik dan mencapai jarak sejauh
mungkin. Meskipun terlihat sederhana, lompat jauh disebut sebagai nomor lapangan yang
paling sulit untuk ditekuni.

Lompat jauh juga begitu populer di kalangan pelajar. Di Indonesia, olahraga ini
dikompetisikan dalam Kejuaraan Nasional, Pekan Olahraga Nasional hingga Pekan
Olahraga Pelajar Nasional. Dalam gelaran SAC Indonesia tahun 2022, lompat jauh juga
menarik perhatian banyak orang. Baik pelajar baru maupun orang tua.

Sebagian besar kompetisi dan kejuaraan lompat jauh memberikan kesempatan atlet untuk
melakukan enam lompatan percobaan. Meskipun begitu, masih ada beberapa kompetisi
yang memberikan jumlah percobaan lebih sedikit. Jika dalam lompat jauh hasil berakhir
seri, atlet dengan jarak terbaik berikutnya dinyatakan sebagai pemenang.

lompat jauh dalam cabang olahraga atletik membutuhkan kecepatan, kekuatan dan
kelincahan. Pasalnya, tahap pertama dalam lompat jauh mengharuskan atlet untuk berlari
di landasan pacu dan melompat ke lubang pasir. Sebelum itu, atlet juga harus melakukan
tolakan di papan lepas landas.

Di Indonesia, ada beberapa nama yang berjaya di kompetisi lompat jauh. Baik
dalam kompetisi nasional maupun internasional. Yakni Maria Natalia Londa untuk kategori
putri dan Sapwaturrahman untuk kategori putra. Keduanya sering mewakili Indonesia di
SEA Games dan Asian Games

3
Sports Review Journal

Sejarah lompat jauh dapat ditelusuri kembali dari zaman Yunani Kuno. Nomor
tersebut pertama kali menjadi salah satu kompetisi dalam Pentathlon di Olimpiade kuno.
Menurut jurnal yang dirilis oleh Thomas Deacon Academy, lompat jauh lahir karena
mencerminkan kebiasaan peradaban kuno menyeberangi rintangan seperti sungai dan
jurang.
Di masa lalu, atlet hanya diperbolehkan melakukan start lari singkat. Selain itu, atlet harus
membawa beban di masing-masing tangan. Yang disebut halteres, dengan berat antara 1
dan 4,5 kg. Bobot ini diayunkan ke depan saat atlet melompat untuk melakukannya
meningkatkan momentum.
Lompat jauh pertama kali diperlombakan dalam Olimpiade sejak 1896. Namun, saat itu
hanya kategori putra yang digelar. Lompat jauh Olimpiade wanita perdana berlangsung
pada tahun 1948 dan atlet dari lima negara berbeda telah meraih emas dalam acara
tersebut. Yakni Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika dan Oseania.
Menurut cara melakukanteknik dasar lompat jauh yang dipublikasikan oleh Nebraska
Coaches Association, untuk melakukan lompat jauh, seorang atlet harus melewati empat
tahapan: Yakni approach, take off, flight dan landing.

Approach adalah tahap awal lari yang digunakan atlet untuk membangun
kecepatan. Sebagai teknik dasar dalam lompat jauh, gerakan awal ini sangat menentukan
hasil akhir lompatan. Peserta lompat jauh disarankan berlari sekencang-kencangnya untuk
mendapat jarak lompatan maksimal. Untuk melakukan ini, tahapan lari dalam lompat jauh
memakai start berdiri.

Kedua adalah take off. Setelah berlari, peserta lompat jauh akan melakukan
tolakan. Gerakan ini dilakukan pada papan lepas landas yang berada di ujung lintasan run
up. Setelah berlari sekencang-kencangnya, pelompat jauh dapat menempatkan satu kaki
pada papan lepas landas untuk menyokong beban tubuh sebelum melompat.

Panjang tungkai adalah jarak vertikal antara telapak kaki sampai dengan pangkal
paha yang diukur dengan cara berdiri tegak. Panjang tungkai sebagai bagian dari postur
tubuh memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya sebagai penolak disaat melakukan
lari dan lompatan.
Penulis 1, Penulis 2 & Penulis 3 | Judul Arikel

Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan


kekuatan kekuatan otot-otot tungkai secara maksimal dalam periode yang singkat. Power
lengan, power merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum di
saat dibutuhkan secara cepat. Power merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang
dibutuhkan dalam olahraga. Kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengangkat
beban secara maksimal mungkin

METODE

Metode penelitiaan kuantitatif dirancang melalui tahapan-tahapan penelitian mulai


dari operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data
dan diakhiri dengan merancang analisis data dan pengujian hipotesis. (Sugiyono, 2014:13)
Memurut (Sugiyono, 2016:17-18), penelitian harus terlibat dengan sumber data
dalam analisis kuantitayif, peneliti sebagai intrumen manusia dan dengan metode
pengumpulan data untuk observasi partisipan dan wawancara mendalam.
Menurut (Sugiyono, 2014:14) metode penelitian inilah proses penemuan yang
mempunyai karakteristik, sistematis, terkontrol, empiris dan mendasarkan pada teori dan
hipotesis atau jawaban sementara. Beberapa karakteristik penelitian yang sengaja
ditekankan oleh Sugoyono agar kegiatan penelitian memang berbeda dengan kegiatan
yang menyangkut dengan tugas wartawan yang biasanya meliputi dan melaporkan berita
atau data fakta. Pekerjaan meraka sebelum dikatakan penelitian, karena tidak dilengkapi
karakteristik lain yang mendukung agar dapat dikatakan hasil penelitian, yaitu karakteristik
mendasar pada teori yang ada dan relevan dan dilakukan secara intensif dan dikontrol
dalam pelaksanaanya.

1. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian lapangan kampus STKIP YPUP Makassar, Jalan Andi tondro Makassar
Sulawesi Selatan, Waktu penelitian bulan Februari 2023

5
Sports Review Journal

2. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel terikat adalah variabel yang keadaannya dipengaruhi oleh variabel bebas.
Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel bebas yaitu panjang tungkai (X1)
b. Koordinasi mata kaki (X2)
c. kekuatan otot tungkai (X3)
d. Variabel terikat yaitu kemampuan lompat jauh gaya jongkok
3. Populasi dan sampel
a. Pupulasi

Menurut Sugiyono (2014:117) memberikan definisi sebagai berikut :


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan pendapat tersebut diatas,
maka populasi pada peneliti ini yaitu seluruh Mahasiswa PENJASKESREK STKIP YPUP
Makassar sebanyak 135 orang Mahasiswa.
b. Sampel

Setelah mengetahui besaran populasi maka selanjutnya harus di tentukan


sampel penelitian. Hal ini dilakukan menurut Sugiyono (2014:120) agar mempermudah
pengolahan data peneliti ini jika populasi yang digunakan sangat luas sehingga dapat
dipersempit dengan sampel. Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel dengan
menggunakan Rendom samplingmenurut Sugiono (2014:120) yaitu pengambilan sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperlihatkan strata yang ada dalam populasi
itu. Adapun sampel pada penelitian ini adalah Mahasiswa PENJASKESREK STKIP YPUP
Makassar sebanyak 30 Mahasiswa.

4. Teknik Analisis Data


Penulis 1, Penulis 2 & Penulis 3 | Judul Arikel

Setalah seluruh data penelitian terkumpul yakni kecepatan dan daya ledak otot tungkai
terhadap kemampuan lompat jauh. Dalam penelitan untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Maka data tersebut disusun, diolah dan dianalisis dengan mengunakan analisis
statistic dengan bantuan komputer program SPSS

HASIL
Gambaran mengenai karakteristik setiap variabel penelitian diperoleh
melalui analisis deskriptif. Adapun analisis deskriptif secara keseluruhan disajikan
dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
St df Si St df Si
atistic g. atistic g.
Panjang Tungkai .2 3 .0 .9 3 .1
14 0 01 67 0 91
Koordinasi Mata Kaki .2 3 .0 .9 3 .2
75 0 00 10 0 90
kekuatan Otot Tungkai .1 3 .0 .9 3 .2
88 0 08 99 0 98
Kemampuan Lompat .1 3 .0 .9 3 .1
Jauh 92 0 06 60 0 51
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber : Hasil Uji SPSS Versi 25

Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi lebih besar


dari 0,05 yang berarti H0 diterima. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa keempat data kelompok tersebut berdistribusi normal.
Analisis Korelasi
Untuk menguji dan membuktikan secara statistik hubungan antara disiplin
belajar dengan hasil belajar pada mata pelajaran PKn digunakan analisis korelasi
product moment dengan bantuan program SPSS versi 25. Menurut Sugiyono (2011)
untuk mengetahui dan memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang
ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan sebagai
berikut

7
Sports Review Journal

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-0,100 Sangat Kuat

Analisis korelasi product moment digunakan untuk mengetahui korelasi antara


satu variabel bebas dan satu variabel terikat dengan kategori data ordinal.

Kolerasi Antara Panjang Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh


Panjang Kemampua
Tungkai n Lompat Jauh
Pearson 1 .031
Correlation
Panjang Tungkai .491
Sig. (2-tailed)
N 30 30
Pearson .031 1
Correlation
Kemampuan Lompat Jauh .491
Sig. (2-tailed)
N 30 30

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa antara panjang tungkai dengan


kemampuan lompat jauh terdapat koefisien korelasi (r) sebesar 0,491 dengan
signifikansi 0,031 < 0,05. Hal tersebut berarti bahwa terdapat korelasiantara
panjang tungkai dengan kemampuan lompat jauh dengan tingkat hubungan
sedang, dan korelasi tersebut signifikan karena p <0,05 (0,000 < 0,05).

Kolerasi Koordinasi Mata Kaki dengan Kemampuan Lompat Jauh


Koordinasi Kemampua
Mata Kaki n Lompat Jauh
Pearson 1 .418*
Correlation
Koordinasi Mata Kaki .021
Sig. (2-tailed)
N 30 30
Pearson .418* 1
Correlation
Kemampuan Lompat Jauh .021
Sig. (2-tailed)
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa antara Koordinasi Mata Kaki dengan
Kemampuan Lompat Jauh terdapat koefisien korelasi (r) sebesar 0,418 dengan
signifikansi 0,021. Hal tersebut berarti bahwa ada korelasi positif antara koordinasi
Penulis 1, Penulis 2 & Penulis 3 | Judul Arikel

mata kaki dengan kemampuan lompat jauh dengan tingkat hubungan sedang, dan
korelasi tersebut signifikan karena p < 0, 05 (0,021< 0,05).
Kolerasi Kekutan Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh
kekuatan Kemampua
Otot Tungkai n Lompat Jauh
Pearson 1 .455*
Correlation
kekuatan Otot Tungkai .012
Sig. (2-tailed)
N 30 30
Pearson .455* 1
Correlation
Kemampuan Lompat Jauh .012
Sig. (2-tailed)
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa antara kekuatan otot tungkai dengan
hasil kemampuan lompat jauh terdapat koefisien korelasi (r) sebesar 0,455 dengan
signifikansi 0,012. Hal tersebut berarti bahwa ada korelasi positif antara kekuatan
otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh dengan tingkat hubungan sedang, dan
korelasi tersebut signifikan karena p < 0,05 (0,012< 0,05).

1. Ada Hubungan Panjang Tungkai Dengan Kemampuan Lompat Jauh Pada

Mahasiswa Penjaskesrek STKIP YPUP Makassar

Panjang tungkai adalah jarak vertikal antara telapak kaki sampai dengan
pangkal paha yang diukur dengan cara berdiri tegak. Panjang tungkai sebagai
bagian dari postur tubuh memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya sebagai
penolak disaat melakukan lari dan lompatan.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai r sebesar korelasi (r) sebesar
0,491 dengan signifikansi 0,491 > 0,05. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada
korelasi (kolerasi negatif) antara panjang tungkai dengan kemampuan lompat jauh
dengan tingkat hubungan sedang, dan korelasi tersebut signifikan karena p < 0,05
(0,491< 0,05).
Hasil ini sesuai dengan rumampuk dkk (2016) dengan judul “Hubungan
Panjang Tungkai Dengan KemampuanLompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas X
SmaNegeri 9 Binsus Manado”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa hubungan
yang signifikanantara panjang tungkai dengan kemampuan lompat jauh gaya

9
Sports Review Journal

jongkok dengan nilaianalisis koefisien korelasi Spearman diperoleh nilai r = 0.541


dengan arah korelasipositif.
2. Ada Hubungan Koordinasi Mata Kaki dengan Kemampuan Lompat Jauh Pada
Mahasiswa Penjaskesrek STKIP YPUP Makassar
Koordinasi mata-kaki merupakan kemampuan seseorang untuk
merangkaikan antara gerak mata saat menerima rangsang dengan
gerakan kaki menjadi satu pola gerakan tertentu sehingga menghasilkan gerakan
yang terkoordinasi, efektif, mulus, dan efisien.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,418 dengan signifikansi 0,021. Hal tersebut berarti bahwa ada korelasi positif
antara koordinasi mata kaki dengan kemampuan lompat jauh dengan tingkat
hubungan sedang, dan korelasi tersebut signifikan karena p < 0, 05 (0,021< 0,05).
Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anwari
(2016) dengan judul “Hubungan Antara Koordinasi Mata Kaki, Kekuatan Otot
Tungkai, Dan Kelincahan Terhadap Keterampilan Menggiring Bola Pada Peserta
Ekstrakurikuler Sepakbola Di Smk Yappi Wonosari”. Adapun hasil penelitian
menunjukkan bahwa Hubungan yang signifikan tersebut berarti bahwa semakin
baik koordinasi mata kaki, semakin baik pula keterampilan menggiring bola
(dribbling) pada perserta ekstrakurikuler sepakbola di SMK YAPPI Wonosari, dan
sebaliknya semakin kurang baik koordinasi mata kaki, semakin kurang baik pula
keterampilan menggiring bola (dribbling) pada perserta ekstrakurikuler sepakbola
di SMK YAPPI Wonosari.
3. Ada Hubungan Kekutan Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Pada
Mahasiswa Penjaskesrek STKIP YPUP Makassar
Kekuatan otot tungkai adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan kekuatan kekuatan otot-otot tungkai secara maksimal dalam
periode yang singkat.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0,455 dengan signifikansi 0,012. Hal tersebut berarti bahwa ada korelasi positif
antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh dengan tingkat
hubungan sedang, dan korelasi tersebut signifikan karena p < 0,05 (0,012< 0,05).
Penulis 1, Penulis 2 & Penulis 3 | Judul Arikel

Hasil ini sesuai hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Heynoek
dkk (2016) dengan judul “Hubungan Antara Kekuatan Otot Tungkai Dengan
Kemampuan Lompat Jauh”. Salah satu faktor penentu jauhnya lompatan dalam
olahraga lompat jauh salah satunya adalah kekuatan otot tungkai. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) hubungan yang signifikan antara
kekuatan otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok (2) untuk
mengetahui besarnya sumbangan variabel kekuatan otot tungkai terhadap
kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Adapun hasil penelitian yang diperoleh,
terdapat hubungan antara variabel kekuatan otot tungkai dan kemampuan lompat
jauh, dan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel
tersebut.Disimpulkan bahwa besarnya sumbangan efektivitasnya sebesar 38,5%
sehingga diharapkan bagi guru olahraga untuk meningkatkan prestasi lompat jauh
disarankan untuk melatih kekuatan otot tungkai

SIMPULAN

1. Ada hubungan korelasi antara panjang tungkai dengan hasil lompat jauh gaya
jongkok dilihat dari koefisien korelasi (r) sebesar 0,491 dengan signifikansi 0,031 <
0,05. Hal tersebut berarti bahwa terdapat korelasi antara panjang tungkai dengan
kemampuan lompat jauh dengan tingkat hubungan sedang, dan korelasi tersebut
signifikan karena p <0,05 (0,000 < 0,05).
2. Ada hubungan kolersi antara koordinasi mata kaki dengan kemampuan lompat
jauh dilihat dari nilai korelasi (r) sebesar 0,418 dengan signifikansi 0,021. Hal
tersebut berarti bahwa ada korelasi positif antara koordinasi mata kaki dengan
kemampuan lompat jauh dengan tingkat hubungan sedang, dan korelasi tersebut
signifikan karena p < 0, 05 (0,021 < 0,05).
3. Ada hubungan besaran kolerasi antara kekuatan otot tungkai dengan hasil
kemampuan lompat jauh terdapat koefisien korelasi (r) sebesar 0,455 dengan
signifikansi 0,012. Hal tersebut berarti bahwa ada korelasi positif antara kekuatan
otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh dengan tingkat hubungan sedang,
dan korelasi tersebut signifikan karena p < 0,05 (0,012 < 0,05).

11
Sports Review Journal

REFERENSI

Pambudi, M. I., Winarno, M. E., & Dwiyogo, W. D. (2019). Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga kesehatan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan, 4(1), 110-116.

Taqwim, R. I., Winarno, M. E., & Roesdiyanto, R. (2020). Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga, dan Kesehatan. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 5(3), 395-
400.

Tanos, C. M., Moningka, M., & Rumampuk, J. F. (2016). Hubungan panjang tungkai dengan kemampuan
lompat jauh gaya jongkok siswa kelas X SMA Negeri 9 Binsus Manado. Jkk (Jurnal Kedokteran
Klinik), 1(1), 49-54.

Yani, A. (2015). Pengaruh Metode Latihan Sirkuit, Metode Konvensional dan Motivasi Berprestasi
TerhSadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 4(2), 134-142.

Prasetyo, K. (2016). Penerapan Pendekatan Bermain untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar. Scholaria: Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 6(3), 196-205.

Ali Khafidin, S. (2015). Meningkatkan Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Melalui Permainan Jump
Box. Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations, 4(8), 1983-1987.

Ikhsan, N. (2017). Hubungan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan Dalam Pengelolaan Pembelajaran. Jurnal MensSana, 2(1), 55-64.

SLAMET, A. (2012). Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Berdasarkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Studi Etnografi di SMK Bhina Karya Karanganyar) (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Wisahati, A. S., & Santosa, T. (2010). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pusat Perbukuan
Kementrian Pendidikan, Jakarta.

Sobarna, A., Hambali, S., & Koswara, L. (2020). Hubungan tingkat kebugaran jasmani dan persepsi siswa
terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Jurnal Master Penjas &
Olahraga, 1(1), 1-11.

Qomarrullah, R. I. (2015). Model Aktivitas Belajar Gerak Berbasis Permainan Sebagai Materi Ajar Pendidikan
Jasmani. Journal of Physical Education, Health and Sport, 2(2), 76-88.

Nur, A. (2019). Pengaruh Latihan Lompat Rintangan terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
pada Siswa Putra SMP Negeri 1 Luwuk. Jurnal Pendidikan Olahraga, 9(1), 1-8.

Fauqi, A. (2021). Pengaruh Explosive Power Otot Tungkai Terhadap Kemampuan Take off Lompat Jauh
Mahasiswa Penjaskesrek. Ainara Journal (Jurnal Penelitian dan PKM Bidang Ilmu
Pendidikan), 2(1), 49-58.

Nenggala, A. K. (2007). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. PT Grafindo Media Pratama.


Penulis 1, Penulis 2 & Penulis 3 | Judul Arikel

Wisahati, A. S., & Santosa, T. (2010). Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pusat Perbukuan
Kementrian Pendidikan, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai