Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN KOORDINASI MATA-TANGAN-KAKI DAN KELENTUKAN PINGGANG

TERHADAP HASIL RENANG 50 METER GAYA DADA


Al Faruq Diharjo1, Ika Novitaria Marani2, Nur Fitranto3
1
Program Srudi Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta,
Email: diharjo.style@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Hubungan koordinasi mata-tangan-kaki


terhadap hasil renang50 meter gaya dada 2) Hubungan kelentukan pinggang terhadap terhadap hasil
renang50 meter gaya dada 3) Hubungan koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang
terhadap hasil renang50 meter gaya dada. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2021
sampai Juni 2021. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juni 2021 pada atlet renang klub
Indonesia Star Aquatics (ISA). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah atlet renang klub ISA
yang berjumlah 60 orang. Sedangkan untuk teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Sehingga, sampel yang digunakan berjumlah 30 orang atlet renang klub ISA.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah: 1) Untuk mengukur koordinasi mata-
tangan-kaki adalah Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Sridadi, 2) Untuk mengukur kelentukan
pinggang menggunakan tes sit and reach dan 3) Untuk mengukur hasil renang 50 meter gaya dada
menggunakan tes renang 50 meter gaya dada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Terdapat
Hubungan koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter gaya dada. 2) Terdapat
hubungan kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada. 3) Terdapat Hubungan
koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara bersama-sama terhadap hasil renang 50
meter gaya dada. Kontribusi koordinasi mata-tangan-kaki (X1) dan kelentukan pinggang (X2) secara
bersama-sama sebesar 44% terhadap hasil renang 50 meter gaya dada, dan sisanya 56% dipengaruhi
oleh faktor lainnya.

Kata Kunci: Koordinasi mata-tangan-kaki, Kelentukan pinggang, hasil renang gaya dada 50 meter

ABSTRACT
This study aims to determine: 1). The relationship between eye-hand-foot coordination on the
results of the 50-meter breaststroke 2) The relationship between waist flexibility and the results of the
50-meter breaststroke 3) The relationship between eye-hand-foot coordination and waist flexibility on
the results of the 50-meter breaststroke. This research was carried out from January 2021 to June
2021. Data collection was carried out in June 2021 for the Indonesian Star Aquatics (ISA) swimming
club athletes. The population in this study was the ISA club swimming athletes, which amounted to 60
people. As for the sampling technique using purposive sampling technique. Thus, the sample used was
30 swimming athletes from the ISA club. The research instruments used in the study were: 1) To
measure eye-hand-foot coordination was Sridadi's Eye-Hand-Foot Coordination Test, 2) To measure
waist flexibility using the sit and reach test and 3) To measure the results of the 50 meter breaststroke
swimming using the 50 meter breaststroke swimming test. The results showed that: 1). There is a
relationship between eye-hand-foot coordination on the results of the 50 meter breaststroke
swimming. 2) There is a relationship between waist flexibility and the results of the 50 meter
breaststroke swimming. 3) There is a relationship between eye-hand-foot coordination and waist
flexibility together with the results of the 50 meter breaststroke swimming. The contribution of eye-
hand-foot coordination (X1) and waist flexibility (X2) together is 44% to the 50 meter breaststroke
swimming results, and the remaining 56% is influenced by other factors.

Keywords: eye-hand-foot coordination, waist flexibility, results of the 50-meter breaststroke

Pendahuluan
Pada hakekatnya olahraga bukan hanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan saja,
tetapi juga bertujuan untuk meraih prestasi dalam olahraga. Namun, tidak mudah untuk melahirkan
seorang atlet yang mampu berprestasi tinggi. Perlu waktu dan kerja keras untuk mewujudkannya,
salah satunya adalah pembinaan yang berkesinambungan. Oleh karena itu diperlukan adanya
pembinaan yang dilakukan melalui klub – klub renang. Peranan Club renang sangat penting dalam
pengembangan bakat serta dalam mencari bibit yang berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam
mencapai prestasi yang lebih maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa klub merupakan suatu
wadah/ tempat bagi bibit olahragawan yang profesional. Salah satu klub renang yang ada di Jakarta
adalah klub renang ISA. Klub ini berlatih di salah satu kolam renang yang berada di Jakarta Timur.
Ada beberapa atlet renang yang telah dihasilkan oleh klub renang ISA.
Dalam renang sendiri, terdapat empat gaya yaitu renang gaya punggung (backstroke), gaya
kupu-kupu (butterflystroke), gaya dada (breaststroke), dan gaya bebas (crawlstroke) (Kamalia, 2014).
Salah satu gaya berenang yang paling popular untuk masyarakat dan digunakan untuk renang rekreasi
dan kesehatan adalah gaya dada. Karena renang gaya dada merupakan gaya renang yang paling
lambat gerakannya dan posisi tubuhnya yang lebih stabil. Renang merupakan cabang olahraga yang
menggabungkan sejumlah faktor seperti kekuatan otot yang tinggi, keterampilan teknik, koordinasi,
ritme, kecepatan, daya ledak dan teknik yang benar (Garrido Nuno, Daniel A. Marinho, Tiago M.
Barbosa, Aldo M. Costa, Antonio, J. Silva, Jose A. Perez-Turpin, Mario, 2013). Untuk dapat
melakukan renang dengan baik dibutuhkan kemampuan untuk mengkoordinasikan gerakan tangan
dan tungkai juga pernapasan secara harmonis. Oleh karena itu, untuk dapat menunjang prestasi renang
khususnya renang gaya dada diperlukan komponen kondisi fisik, salah satunya adalah koordinasi
mata-tangan-kaki.
Koordinasi yang dimaksud disini adalah penggabungan beberapa teknik dasar yang
dirangkaikan jadi satu bentuk latihan. Koordinasi mata-tangan-kaki tentu sangat dibutuhkan pada saat
melakukan renang gaya dada. Karena masih banyaknya kesalahan – kesalahan yang dilakukan saat
melakukan teknik renang gaya dada diantaranya: belum bisa melakukan cara bernafas yang baik,
tidak selarasnya antara gerakan tangan dan gerakan kaki, dan bahkan saat perenang tersebut sudah
melakukan gerakan gaya dada, namun masih saja diam di posisi awal dan tidak bergerak maju ke
depan. Komponen fisik lain yang dapat mempengaruhi hasil renang gaya dada adalah kelentukan
pinggang. Kelentukan pinggang menjadi kunci dalam keselarasan gerakan dalam renang terutama
renang gaya dada. Kelentukan pinggang dapat membantu memberikan dorongan ke depan, sehingga
dapat membantu hasil luncuran yang lebih jauh. Selain itu, kelentukan menurut Syafruddin dalam
Denis Erison dan Ridwan (2019) adalah “salah satu unsur kondisi fisik yang menentukan dalam a)
mempelajari gerakan-gerakan, b) mencegah cidera, dan c) mengembangkan kemampuan kekuatan,
kecepatan, daya tahan dan koordinasi”. Berdasarkan hal tersebut, kelentukan memegang peranan yang
penting dalam pencapaian hasil yang optimal. Kelentukan pinggang pada aktivitas renang gaya dada
merupakan kemampuan dari persendian tubuh yang terlibat dalam aktivitas renang gaya dada untuk
bergerak membantu keselarasan gerak pada saat gerakan kaki melakukan tendangan yang ditutup
dengan gerakan recovery lengan sehingga atlet dapat berenang gaya dada dengan efektif dan efsien.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa hasil renang dapat dipengaruhi oleh
komponen fisik antara lain komponen fisik koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang.
Namun, belum banyak penelitian yang mengkaji tentang hubungan antara koordinasi mata-tangan-
kaki dan kelentukan pinggang terutama terhadap hasil renang gaya dada 50 meter. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki
dan kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada. Berdasarkan latar belakang
masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter
gaya dada?
2. Apakah terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya
dada?
3. Apakah terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara
bersama – sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada?
Dengan penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna untuk berbagai pihak, seperti:
1. Untuk menjawab permasalahan penelitian, yaitu hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki
dan kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.
2. Menjadi bahan perhatian bagi para pelatih renang untuk memperhatikan komponen-komponen
seperti koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang yang dapat mempengaruhi hasil
renang terutama untuk 50 meter gaya dada.
3. Sebagai bahan evaluasi untuk para pelatih, bagaimana faktor komponen fisik seperti koordinasi
mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang pada atlet renang terutama atlet klub ISA Jakarta,
sehingga dapat memberikan penekanan pada latihan komponen fisik tersebut.
4. Menjadi bahan pertimbangan bagai pelatih renang untuk memasukkan komponen koordinasi
mata-tangan-kaki serta kelentukan pinggang dalam program latihan renang untuk latihan darat
sehingga bisa meningkatkan hasil renang dari atlet binaannya.
5. Menjadi bahan pertimbangan bagai pelatih renang untuk memasukkan komponen koordinasi
mata-tangan-kaki serta kelentukan pinggang dalam program latihan renang untuk latihan di air
sehingga bisa meningkatkan hasil renang dari atlet binaannya.
6. Menjadi evaluasi untuk para atlet agar dapat terus meningkatkan komponen biomotor terutama
koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang apabila ingin meningkatkan prestasi
renang terutama renang 50 meter gaya dada.
7. Sebagai sumber referensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang ingin meneliti tentang
komponen fisik yang lainnya untuk dapat meningkatkan hasil renang pada nomor dan gaya
renangan tertentu.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode dengan pendekatan kuantitatif, metode teknik survey
korelasi, dimana datanya dikumpulkan dengan cara mengukur dan mencatat hasil dari pengukuran dua
variabel bebas yaitu Kordinasi mata-tangan-kaki dan Kelentukan Pinggang dan variabel terikatnya
adalah keberhasilan renang 50 meter gaya dada.

Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini populasinya adalah atlet renang
pada klub Indonesia Star Aquatics (ISA) dengan jumlah 60 atlet.

2. Sampel
Sampel sering juga disebut "contoh" yaitu himpunan bagian/subset dari suatu populasi,
sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi (Gulo, 2010). Ada juga yang
mendefinisikan sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto,
2013). Pengambilan populasi untuk dijadikan sampel disebut dengan teknik sampling. Teknik
sampling adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif dari populasi (Riduwan, 2015).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel dengan mempertimbangkan khusus supaya
data dari hasil penelitian yang dilakukan menjadi lebih representative (Siregan, 2013). Adapun
pertimbangan yang diambil adalah atlet renang dengan rentangan umur 10 – 14 tahun dan berjenis
kelamin laki – laki pada klub Indonesia Star Aquatics (ISA) yang berjumlah 30 atlet.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat - alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data
yang dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir - formulir lain yang berkaitan dengan
pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Oleh karena itu, instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran terhadap
variabel –variabel yang terdapat dalam penelitian ini, Adapun instrumen yang digunakan adalah:
1. Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada
Instrumen penelitian untuk hasil renang 50 meter gaya dada menggunakan tes renang 50
meter gaya dada. Adapun tujuan dari instrument tes ini adalah untuk menilai kemampuan hasil
renang 50 meter gaya dada atlet renang klub ISA.

2. Variabel Koordinasi Mata, Tangan, Kaki


Instrumen penelitian untuk variabel koordinasi mata, tangan dan kaki menggunakan tes
koordinasi mata-tangan-kaki milik Sridadi (2014). Adapun nilai reliabilitas tes koordinasi mata-
tangan-kaki milik Sridadi sebesar 0,867 (Sridadi, 2014). Adapun tujuan dari instrument tes ini
adalah untuk menilai kemampuan koordinasi mata, tangan dan kaki atlet renang klub ISA. Tes
koordinasi mata-tangan-kaki milik Sridadi adalah: melempar, menangkap dan menendang bola ke
arah sasaran yang diberi sekor 4,3,2, dan 1 selama 30 detik.

Gambar 3.2. Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Sridadi


Sumber: (Nugraheni & Widodo, 2017)

3. Variabel Kelentukan Pinggang


Instrumen penelitian untuk variabel kelentukan pinggang menggunakan tes sit and reach.
Adapun tujuan dari instrument tes ini adalah untuk menilai kemampuan kelentukan pinggang atlet
renang klub ISA. Berikut gambar instrument tes sit and reach.

Gambar 3.3. Tes Sit and Reach


Sumber: (Widiastuti, 2011)
Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencari jawaban permasalahan
dalam suatu penelitian diperlukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh
variable - variabel yang ada dalam hipotesis dan dilakukan oleh sampel yang telah ditentukan. “Data
ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan infromasi atau keterangan, baik
kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta (Riduwan, 2015)”. Ditinjau dari aspek cara
memperolehnya, data digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data yang didapat dan diolah langsung dari obyeknya atau sumbernya.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, hasil dari
pengumpulan dan pengolahan pihak lain. Data penelitian yang diambil melalui data primer, yaitu data
koordinasi mata, tangan dan kaki, kelentukan pinggang dan hasil renang 50 meter gaya dada. Berikut
teknik pengambilan data dari masing – masing tes yang dilakukan.
1. Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada
Pelaksanaan tes hasil renang 50 meter gaya dada dilakukan dengan cara:
a. Sebelum melakukan tes, testee dipersilakan untuk melakukan pemanasan baik di
darat maupun di air selama kurang lebih 15 menit.
b. Setelah selesai melakukan pemanasan, testee bersiap – siap untuk melakukan tes renang
50 meter gaya dada.
c. Tes dimulai dengan testee berdiri di start block, kemudian bersiap – siap mendengarkan
aba – aba dari starter.
d. Setelah testee mendengarkan tanda pluit dibunyikan, maka testee mulai melakukan
lompatan start dan dilanjutkan dengan berenang gaya dada dengan jarak 50 meter.
e. Testee berenang dengan gaya bebas secepat – cepatnya hingga mencapai jarak 50 meter.
f. Adapun hasil yang di catat adalah hasil catatan waktu yang diperoleh testee. Tes
dilakukan hanya 1 kali.

Hasil dari tes hasil renang 50 meter gaya dada yang telah dilakukan, dicatat pada
form test yang sudah disiapkan. Berikut adalah form test untuk tes hasil renan 50 meter gaya
dada.
Tabel 3.1. Form Tes Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada
No Nama Atlet Catatan Waktu (detik)

2. Variabel Koordinasi Mata, Tangan dan Kaki


Tujuan dari tes koordinasi mata-tangan-kaki milik Sridadi adalah ntuk mengukur
kemampuan koordinasi mata-tangan-kaki. Adapun alat yang dibutuhkan adalah: 2 buah bola
tangan, 1 buah stopwatch serta alat tulis untuk mencatat hasil. Berikut adalah pelaksanaan tes
koordinasi mata-tangan-kaki milik Sridadi yang dilakukan dengan cara:
a. Testee siap dengan membawa bola tangan di belakang batas dengan jarak 4 meter dari
dinding (sasaran/target) dan ke samping tak terbatas.
b. Setelah aba-aba “Ya” testee secepat mungkin melakukan gerakan melempar menangkap,
dan menendang bola ke arah sasaran/target (dinding) yang diberi skor 4,3,2, dan 1 secara
terus menerus selama 30 detik.
c. Bola yang memantul dari hasil lemparan maupun tendangan harus melewati garis batas
yang sudah ditentukan,
d. Setiap testee disediakan 2 (dua) buah bola. Jika bola pertama yang dilempar atau
ditendang pantulannya tidak melewati garis batas atau keluar garis batas, testee
diperbolehkan mengambil bola kedua (cadangan) dan selanjutnya kembali di belakang
garis untuk melanjutkan gerakan berikutnya sampai waktu yang ditentukan habis, dan (e)
Jika bola kedua yang dilempar atau ditendang pantulannya tidak melewati garis batas atau
keluar garis batas, testee secepatnya dapat mengambil bola tersebut tanpa bantuan dari
siapapun, selanjutnya kembali di belakang garis untuk melakukan gerakan berikutnya
sampai waktu yang ditentukan habis,
e. Skor yang dihitung adalah jumlah target yang berhasil disentuh bola hasil dari lemparan
atau tendangan. Apabila bola yang dilempar atau ditendang mengenai garis sasaran maka
skor tertinggi yang dihitung, Apabila hasil lemparan atau tendangan tidak mengenai
sasaran diberi skor “0”,
f. Tes dilakukan sebanyak 2 (dua) kali kesempatan dan diambil jumlah skor yang terbaik,
Hasil dari tes koordinasi mata-tangan-kaki Sridadi yang telah dilakukan oleh testee,
dicatat pada form tes yang sudah disiapkan. Berikut adalah form tes untuk tes koordinasi
mata-tangan-kaki Sridadi, yaitu:
Tabel 3.2. Form Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Sridadi
Nilai Skort Test
Nilai akhir
No. Nama 1 2
1
2
3
3. Variabel Kelentukan Pinggang.
Adapun pelaksanaan tes sit and reach adalah sebagai berikut:
a. Atlet duduk dengan posisi kaki rapat dan lurus ke depan.
b. Perlahan condongkan badan dengan posisi tangan lurus ke depan dari posisi duduk dan
menyentuh mistar skala sejauh mungkin.
c. Tahan posisi akhir selama tiga detik.
d. Yang diukur adalah bekas jari yang nampak pada mistar.

Hasil dari tes sit and reach yang telah dilakukan oleh testee, dicatat pada form tes
yang sudah disiapkan. Berikut adalah form tes untuk tes sit and reach yaitu:
Tabel 3.3. Form Tes Sit and Reach
No Nama Atlet Jauhnya Jangkauan
1
2
dst

Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi dan regeresi. Untuk mengolah
data, diperoleh dari tes koordinasi mata, tangan dan kaki ( X 1 ), tes kayuhan lengan ( X 2 ) dan hasil
renang 50 meter gaya bebas (Y). Teknik analisa data menggunakan langkah - langkah sebagai berikut:

1. Mencari persamaan regresi


Langkah ini di lakukan untuk memastikan bentuk hubungan antara variabel X dengan variabel Y
dengan bentuk persamaan sebagai berikut:
Ŷ = a + bX
Di mana:
Ŷ= Variabel respon yang diperoleh dari persamaan regresi
a = Konstanta regresi untuk X = 0
b =Koefesien arah regresi yang menentukan bagaimana arah regresi terletak
Koefesien arah a dan b untuk persamaan regresi di atas dapat di hitung dengan rumus sebagai
berikut:
( ⅀ Y ) ( ⅀ X 12 )− ( ⅀ X 1 ) (⅀ X 1 y )
a=
n X 12−¿ ¿
n ⅀ X 1 y−( ⅀ X 1 ) (⅀ y)
b=
n ⅀ X 12−¿ ¿
2. Mencari koefisien korelasi
Koefisien kerelasi antar variabel X 1 dengan Y dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
rx1y= n X 1 Y −¿ ¿ ¿
3. Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Sebelum koefesien korelasi di atas dipakai untuk mengambil kesimpulan terlebih dahulu diuji
mengenai keberartianya.

Kriteria Pengujian:
Tolak ho jika t hitung>¿t ¿ dalam hal lain Ho diterima pada α = 0,05.
tabel

Untuk keperluan uji ini dengan rumus sebagai berikut:


r √n−2
t=
√ 1−r 2
4. Mencari Koefesien Determinasi
Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan jalan mengalikan koefisien
korelasi yang sudah dikuadratkan dengan angka 100%

5. Persamaan Regresi Linear Ganda


Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan bentuk hubungan antara variabel X 1 dengan
X 2 terhadap Y.¿ b0 + b1 x 1 +b2 x 2
Dimana :
b 0= y−b 1 x 1−b x 2
( Σ X 2❑) ( Σ X 1 y )−(Σ X 1 X 2 )( Σ X 1)
b 1=
( Σ X 12 )−¿ ¿
( Σ X 2❑) ( Σ X 1 y )−( Σ X 1 X 2 )(Σ X 1)
b 2=
( Σ X 12) −( Σ X 1 X 2)
6. Mencari Koefisien Korelasi Ganda (ganda 1-2)
jk ( Reg)
Ry1−2= √
Σy

Di mana:
JK(REG) = b 1⅀ X 1 y + b 2⅀ X 1 y

7. Uji Keberartian Korelasi Ganda


Hipotesis Statistik:
Ho : Ry X 1 X 2= 0
H1 : Ry X 1 X 2 ≠ 0
Ho : Koefisien korelasi ganda tidak berarti
H1 : Koefisien korelasi ganda berarti
Kriteria Pengujian:
Tolak Ho jika F hitung> F tabel dalam hal lain diterima pada α = 0,05
R 2 /k
Rumusnya : F =
(1−R 2)/n−k −1
Dimana :
F = Uji keberartian regresi
R = Koefisien korelasi ganda
K = Jumlah variabel bebas
N = jumlah sampel

F tabeldicari dari daftar distribusi F dengan dk sebagai pembilang adalah k atau 2 dan sebagai
dk penyebut adalah (n-k-1) atau 2 pada α =0,05
8. Mencari Koefisien Determinasi
Hal ini dapat ini dapat dilakukan untuk mengetahui sumbangan dua variabel X 1 dan X2
terhadap variabel Y.Koeefisien determinasi dicari dengan jalan mengalikan R2 dengan 100%.

9. Interpretasi Koefisien Korelasi


Untuk mengetahui tingkat hubungan dari variabel - variabel yang diteliti, maka dapat
menggunakan interpretasi Koefisien Korelasi sebagai berikut:
0,80 – 1,00 = Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 = Tinggi
0,40 – 0,59 = Sedang
0,20 – 0,39 = Rendah
0,00 – 0,19 = Tidak ada hubungan

Hipotesis Statistik
1) Ho : y x1 = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-
kaki terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.
Ha : y x1 ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara mata-tangan-kaki terhadap hasil
renang 50 meter gaya dada.
2) Ho : py x2 = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara kelentukan pinggang
terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.
Ha : y x2 ≠ 0, artinya terdapat terdapat hubungan antara kelentukan pinggang
terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.
3) Ho : y x1x2 = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-
kaki dan kelentukan pinggang secara bersama – sama terhadap hasil renang 50 meter gaya
dada.
Ha : y x1x2 ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki
dan kelentukan pinggang secara bersama – sama terhadap hasil renang 50
meter gaya dada.

Hasil Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditemukan dalam
pembahasan dari hasil penelitian menunjukan:
1. Terdapat Hubungan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki (X1) Terhadap Hasil Renang 50 Meter
Gaya Dada (Y).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki
terhadap hasil renang 50 meter gaya dada yang ditunjukkan dengan nilai t hitung = 17.01 yang lebih
besar dari ttabel = 1.701. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir dan teori yang mengatakan bahwa
dengan memiliki koordinasi mata-tangan-kaki yang baik, dapat meningkatkan hasil renang 50 meter
gaya dada. Oleh karena itu, bagi perenang terutama perenang gaya dada sangatlah penting memiliki
koordinasi mata-tangan-kaki yang baik agar dapat memiliki hasil renang 50 meter gaya dada sesuai
dengan catatan waktu yang diharapkan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa koordinasi mata-tangan-kaki menjadi salah satu unsur
penting dalam menguasi keterampilan olahraga terutama olahraga renang. Hal ini disebebabkan
karena fungsi dari koordinasi mata-tangan-kaki terkait dengan elemen-elemen kondisi fisik dan sangat
ditentukan oleh kemampuan sistem persarafan pusat. Untuk dapat melakukan gerakan koordinasi
yang benar diperlukan juga koordinasi sistem yaraf yang meliputi sistem syaraf pusat dan sistem
syaraf tepi dengan otot, tulang, dan sendi. Sehingga dapat dikatakan bahwa koordinasi mata-tangan-
kaki dibutuhkan oleh atlet terutama perenan, karena koordinasi sering dikatikan dengan kualitas
gerakan.
Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke
pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Pada umumnya setiap teknik dalam cabang
olahraga merupakan hasil dari perpaduan antara pandangan mata-tangan dan kerja kaki. Dan salah
satu olahraga yang menggunakan koordinasi mata tangan dan kaki adalah renang. Karena olahraga
renang merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola gerakan tangan dan kaki
yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat mengapung dan meluncur bergerak maju
dari satu tempat ke tempat lain.
Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta teknik pengambilan nafas dan dipadukan
dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan yang lebih efisien, efektif
dan renang yang baik. Salah satu gaya dalam renang yang menggunakan kombinasi mata tangan dan
kaki adalah gaya dada. Dimana gerakan renang gaya dada yang dimulai dengan tahap start meluncur
dalam air (under water), gerakan kaki dan lengan dan dilanjutkan dengan koordinasi gerak antara
kayuhan lengan, ayunan kaki dan nafas. Karena keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan
atlet dalam melakukan gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan
tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu aktivitas siklik dan
meningkatkan otomatisasi gerakan.

2. Terdapat hubungan Kelentukan Pinggang (X2) Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya
Dada (Y).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap
hasil renang 50 meter gaya dada yang ditunjukkan dengan t hitung = 4.87 yang lebih besar dari ttabel =
1.701. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir dan teori yang mengatakan bahwa dengan memiliki
kelentukan pinggang yang baik, dapat meningkatkan hasil renang 50 meter gaya dada. Oleh karena
itu, bagi perenang sangat penting memiliki kelentukan pinggang yang baik untuk dapat meningkatkan
prestasi renang 50 meter gaya dada hingga mencapai catatan waktu yang diinginkan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa salah satu komponen biomotor yang memiliki hubungan
terhadap peningkatan hasil renang 50 meter gaya dada adalah kelentukan. Dengan memiliki
kelentukan, berarti seorang perenang memiliki keselarasan dalam melakukan gerakan renang.
Kelentukan memegang peranang penting dalam pencapaian hasil yang optimal, karena kelentukan
merupakan kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian yang
ditentukan oleh sendi, tendon, dan ligamen. Sehingga orang yang lentuk adalah orang yang
mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan orang yang mempunyai otot-otot yang
elastis.
Terbatasnya kelentukan dalam gerak yang memerlukan luas gerak yang maksimal dari
persendian adalah disebabkan kurangnya daya kedang dari otot-otot yang berlawanan. Kelentukan
persendian berpengaruh terhadap mobilitas dan dinamika kerja seseorang dan bermanfaat untuk
mengurangi kemungkinan cedera. Dengan demikan sangat penting untuk meningkatkan kelentukan
atlet karena berpengaruh terhadap peregangan tendon dan ligament serta menambah kualitas gerakan
secara maksimal. Oleh karena itu, kelentukan dibutuhkan dalam cabang olahraga renang saat
melakukan gerakan-gerakan teknik dasar renang. Dalam melakukan tehnik dasar renang, kelentukan
memiliki peran besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otot-otot pada togok
harus lentur agar peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang yang akan mengakibatkan
fatal bagi yang melakukannya.
Seseorang yang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi, memungkinkan untuk dapat
bergerak secara lebih leluasa dan halus dengan penggunakan energy yang sedikit. Begitu juga dalam
cabang olahraga renang. Kelentukan pinggang yang baik mampu memperkecil keletihan dan
meminimalisir terjadinya cidera. Karena kelentukan yang buruk menyebabkan perenang cidera.
Sehingga, gerakan seorang perenang menjadi lebih efisien dan tenaga yang maksimal akan
menghasilkan suatu luncuran yang cepat. Pada gaya dada, kelentukan terjadi saat melakukan
tendangan gaya dada. Tendangan gaya dada melibatkan banyak sendi yang bergerak melalui sudut
rotasi pada saat bersamaan ketika melakukan tendangan.
Rotasi pinggul dan lutut terlibat dalam rotasi kedua kaki dan pergelangan kaki. Kesulitan
yang umumnya terjadi saat melakukan tendangan kaki gaya dada terkati dengan dengan urutan
gerakan sendi pinggul, lutut, dan pergelangan kaki yang rumit. Untuk dapat menghasilkan tenaga
penggerak saat melakukan tendangan kaki gaya dada yang kuat diperlukan kelentukan dan kekuatan
otot di atas rata – rata. Oleh karena itu, kelentukan pinggang memiliki peranan agar gerakan lebih
maksimal dan juga dengan memiliki kelenturan yang bagus maka akan membuat lecutan tungkai lebih
keras dan juga akan membuat hambatan oleh tubuh menjadi lebih kecil.
3. Terdapat hubungan Koordinisi Mata-Tangan-Kaki (X1) dan Kelentukan Pinggang (X2)
secara bersama-sama Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada (Y)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan koordinisi mata-tangan-kaki (X 1) dan
kelentukan pinggang (X2) secara bersama-sama terhadap hasil renang 50 Meter gaya dada (Y) yang
ditunjukkan dengan nilai Fhitung = 10.50 yang lebih besar dari F tabel = 3.34. Hal ini sesuai dengan
kerangka berpikir dan teori yang mengatakan bahwa dengan memiliki koordinisi mata-tangan-kaki
dan kelentukan pinggang yang baik, dapat meningkatkan hasil renang 50 Meter gaya dada. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bhawa hasil renang 50 meter gaya dada dipengaruhi oleh koordinasi mata-
tangan-kaki dan kelentukan pinggang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan prestasi renang terutama
renang 50 meter gaya dada diperlukan oleh komponen fisik diantaranya adalah koordinasi mata-
tangan-kaki dan kelentukan pinggang. Karena dalam olahraga renang yang menjadi focus utama
adalah kemampuan atau kecepatan seseorang dalam menyelesaikan renangan atau yang sering disebut
dengan waktu tempuh. Dalam renang untuk dapat mencapai kecepatan yang maksimal maka seorang
perenang harus mampu menghasilkan daya dorong yang cepat dan mengurangi hambatan yang terjadi
selama renangan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada dapat diperoleh
dengan meningkatkan daya penggerak melalui perbaikan gaya antara lain, gerakan lengan, gerakan
tungkai, pernapasan (napas) dan gerakan koordinasi serta power yang sangat penting untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat agar dapat menghasilkan dorongan
yang maksimal.
Oleh karena itu, untuk dapat menunjang prestasi dalam olahraga renang, dibutuhkan latihan
untuk peningkatan determinan kinerja seperti teknik dan koordinasi, kelentukan, dan kapasitas
aerobik. Karena olahraga renang merupakan olahraga yang melombakan kecepatan atlet renang dalam
kemampuan berenang. Perenang yang memenangkan lomba renang merupakan perenang yang dapat
menyelesaikan jarak lintasan tercepat. Salah satu komponen yang sangat menunjang prestasi olahraga
renang adalah koordinasi mata, tangan, kaki.
Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu
keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan keterampilan baru
yang diperoleh. Karena dengan memiliki koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara
cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Begitu pula
pada renang gaya dada. Gaya dada merupakan gaya yang menantang karena gerakan aksi pendorong
lengan dan kaki yang terputus-putus namun memerlukan sinkronisasi waktu yang kompleks.
Berbeda dengan gaya yang lain, gaya dada memiliki variasi kecepatan yang luas, karena
komponen hambatan gaya yang dimiliki pada gaya dada lebih besar dari gerakan maju selama
pemulihan di bawah air yang didapat dari gerakan lengan dan tungkai. Ketika kecepatan meningkat,
perenang dapat meningkatkan kecepatan gerakan lengan atau mengurangi panjang gerakan lengan
dengan memperpendek waktu meluncur dan mengubah koordinasi lengan-kaki. Koordinasi mata-
tangan-kaki dibutuhkan untuk menggabungkan dan melatih kerja sama antara kaki, gerakan tangan
dan pernafasan. Sehingga, rangkaian gerak yang terjadi pada renang gaya dada harus dapat membut
perenang bergerak maju ke depan dan tidak terlihat tahanan.
Selain dari koordinasi mata-tangan-kaki, ada komponen fisik yang harus juga
dipertimbangkan terutama menyangkut kapasitas funsional suatu persendian dan keluasan gerak yaitu
kelentukan. Kelentukan dibutuhkan dalam renang, karena untuk mencapai posisi yang optimal di
dalam air untuk penerapan gaya dan meminimalkan hambatan diperlukan kelentukan. Karena untuk
mendapatkan efisiensi gerakan dibutuhkan jumlah gerakna sendi yang sesuai. Kelentukan berguna
untuk merubah arah dari keadaan diam menjadi aktif bergerak. Sehingga kelentukan sangat penting
bagi semua atlet begitu juga untuk perenang yang akan melakuakn kerja otot dengan sepenuh tenaga,
supaya otot terhindar dari rasa sakit setelah selesai kegiatan yang dilakukan.

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelltian yang di dapat, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang gaya dada 50
meter.
2. Terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang gaya dada 50 meter.
3. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara
bersama-sama terhadap hasil renang gaya dada 50 meter,

Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Pelatih harus memperhatikan komponen fisik terutama koordinasi mata-tangan-kaki dan
kelentukan pinggang untuk dapat meningkatkan prestasi renang terutama renang 50 meter
gaya dada.
2. Pelatih dapat memasukkan program latihan untuk meningkatkan komponen fisik seperti
koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang terutama pada saat latihan fisik di
darat.
3. Pelatih juga dapat memasukkan program latihan untuk meningkatkan komponen fisik seperti
koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang terutama pada saat latihan di air
dengan melakukan berbagai variasi bentuk latihan di air.
4. Untuk perenang diharapkan melakukan latihan untuk meningkatkan komponen fisik seperti
koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan agar dapat membantu meningkatkan prestasi
renang terutama renang 50 meter gaya dada.
5. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan mencari hubungan antara
faktor komponen lain seperti koordinasi mata-tangan-kaki, kekuatan otot core, keseimbangan
dan lain – lain terhadap hasil renang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Metode Penelitian. Dk, 53(9), 1689–1699.


Annayanti, B. &. (2010). Berenang Gaya Bebas. Kudus: PT. PuraBarutama.
Arwandi, D. K. dan J. (2020). Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Renang Club Tirta Kaluang Padang.
Jurnal Patriot, 3, 111–119.
Badruzaman. (2007). Modul Teori Renang I. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Beganovic, E., Joksimovic, M., Musovic, A., & Niksic, E. (2020). The Influence of Balance and
Flexibility on the Performance of Freestyle Swimming. Journal of Physical Education and
Sports Studies, 12(2), 59–64. https://doi.org/10.30655/besad.2020.27
Bompa, T. O., & Haff, G. G. (2009). Periodization: Theory and Methodology of Training.
Champaign, Ill. : Human Kinetics;
Cahyandaru, E. Y. (2015). Hubungan Antara Kecepatan, Kelentukan dan Daya Tahan Vo2 Max
Terhadap Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter di Pusat Pembinaan Atlet Berbakat (PAB)
Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Retrieved from
www.journal.uta45jakarta.ac.id
Chollet, D., Seifert, L., Leblanc, H., Boulesteix, L., & Carter, M. (2004). Evaluation of arm-leg
coordination in flat breaststroke. International Journal of Sports Medicine, 25(7), 486–495.
https://doi.org/10.1055/s-2004-820943
Emeilda Riska Tama, M. (2019). Analisis Keterampilan Teknik Dasar Renang Gaya Dada
Mahasiswa Jurusan Kepelatihan FIK UNP. Universitas Negeri Padang.
Garrido Nuno, Daniel A. Marinho, Tiago M. Barbosa, Aldo M. Costa, Antonio, J. Silva, Jose A.
Perez-Turpin, Mario, C. M. (2013). Relationships Between Dry Land Strength, Power Variables
and Short Sprint Performance in Young Competitive Swimmers. Journal of Human Sport and
Exercise, 5(2), 240–249. https://doi.org/10.4100/jhse.
Gulo. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta; Grasindo.
Haller, D. (2007). Belajar Berenang. Bandung: Pionir Jaya
Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung: Semerai Pustaka.
Hartoto, D. M. R. dan S. (2018). Pengaruh Alat Bantu Swim Board Terhadap Hasil Belajar Renang
Gaya Dada (Studi pada Siswa Kelas X SMAN 4 Sidoarjo). Jurnal Pendidikan Olahraga Dan
Kesehatan, 6(2), 221–224.
Irawadi, H. (2013). Kondisi Fisik dan Pengukurannya. Padang: UNP.
Irianto, D. P. (2009). Materi Pelatihan Kondisi Fisik Dasar. Jakarta: ASDEP Pengembangan Tenaga
dan Pembinaan Keolahragaan.
Iskandar. (1992). Bab I Pendahuluan Iskandar. Japanese Society of Biofeedback Research, 19, 463–
466. https://doi.org/10.20595/jjbf.19.0_3
Ismaryati. (2008). Tes Dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Jürimäe, G. J. and T. (2005). The influence of anthropometrical and flexibility parameters on the
results of breaststroke swimming. JSTOR, 2(Juni 2005), 213–219.
Kamalia, A. (2014). Pengaruh Modifikasi Pelatihan Teknik Renang Gaya Dada Pada Anggota Renang
Lumba-Lumba Swimming Club Surabaya. Jurnal Kesehatan Olahraga, 2(2), 106–113.
Leblanc, H., Seifert, L., & Chollet, D. (2009). Arm-leg coordination in recreational and competitive
breaststroke swimmers. Journal of Science and Medicine in Sport, 12(3), 352–356.
https://doi.org/10.1016/j.jsams.2008.01.001
Lutan, R. (2000). Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.
Maglischo, E. W. (2003). Swimming Fastest. United States: Human Kinetics.
Mahendra, A. (2017). Modul Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI.
Maidarman. (2000). Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan Pinggang Terhadap
Kemampuan Start Renang Gaya Bebas Atlet Womens Swimming Club, 1–12.
Marani, A. S. dan I. N. (2019). Dasar - dasar Renang (Pertama). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Marani, I. N. (2019). Kepelatihan Renang Dasar (Pertama). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
MS., D. G. T. (2000). Swimming Advane: Step of Success. United States: Human Kinetics, Inc.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni, W., & Widodo, A. (2017). Tingkat Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Mahasiswa PJKR FKIP
UMMI Angkatan 2016/2017. Umpk.
Pamugar, E. D. (2016). Koordinasi Mata Tangan dan Kaki Siswa Tunagrahita Kelas Atas SLB Negeri
1 Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Prastowo, A. (2014). Metode PEnelitain Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Jogjakarta: Ar-RUZZ Media.
Riduwan. (2015). Dasar - dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Ridwan, D. E. dan M. (2019). Kontribusi Daya Tahan Kekuatan Otot Lengan dan Kelentukan
Pinggang Terhadap Renang 100 Meter Gaya Kupu - kupu. Jurnal Pendidikan Dan Olahraga,
2(1), 45–50.
Rosalina Wardani, T. A. dan I. N. M. (2020). Hubungan Koordinasi Mata Tangan, Kaki dan
Kelincahan Terhadap Kemampuan Dig Pada Atlet Bola Voli Putri Fortius. Jurnal Ilmiah Sport
Coaching and Education, 4(2).
Seifert, L., Chollet, D., & Bardy, B. G. (2004). Effect of swimming velocity on arm coordination in
the front crawl: A dynamic analysis. Journal of Sports Sciences, 22(7), 651–660.
https://doi.org/10.1080/02640410310001655787
Seifert, L., Chollet, D., & Rouard, A. (2007). Swimming constraints and arm coordination. Human
Movement Science, 26(1), 68–86.
Setiawan, T. T. (2004). Renang Dasar I. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Siregan, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, 63–81.
Smith, D. J., Norris, S. R., & Hogg, J. M. (2002). Performance Evaluation of Swimmers. Sports
Medicine, 32(9), 539–554. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12096928
Sridadi. (2014). Penyusunan norma penilaian tes koordinasi mata, tangan dan kaki. Jurnal Pendidikan
Jasmani Indonesia, 10(April), 1–7.
Subagyo. (2017). Pendidikan Olahraga Renang Dalam Perspektif Aksiologi. Yogyakarta: LPPM
UNY.
Subardjah, H. (2002). Bulutangkis. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharto, D. (2000). Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta: Depdiknas.
Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: Penerbit UNY.
Supomo, N. I. dan B. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi & Manajemen.
Yoyakarta: BPFE.
Suryowidodo, B. (2016). Analisis Kesesuaian Keterampilan Gerak Renang Gaya Dada (Studi
Lapangan Pada Atlet Renang UNNES). Uniersitas Negeri Semarang.
Strzała, M., Krezałek, P., Kaca, M., Głab, G., Ostrowski, A., Stanula, A., & Tyka, A. (2012).
Swimming speed of the breaststroke kick. Journal of Human Kinetics, 35(1), 133–139.
https://doi.org/10.2478/v10078-012-0087-4
Syafrudin. (2011). Ilmu Kepelatihan Olahraga, Teori dan Aplikasinya dalam Pembinaan Latihan.
Padang: UNP Press Padang.
Takagi, H., Sugimoto, S., Nishijima, N., & Wilson, B. (2004). Swimming: Differences in stroke
phases, arm‐leg coordination and velocity fluctuation due to event, gender and performance
level in breaststroke. Sports Biomechanics, 3(1), 15–27.
https://doi.org/10.1080/14763140408522827.
Widiastuti. (2011). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT. Bumi Timur Jaya
Winarto, M. E. (2017). Belajar Motorik. Belajar Motorik, 91, 399–404. Retrieved from
http://lib.um.ac.id/wp-content/uploads/2018/02
W.R. Borg and M.D., G. (2003). Educational Research: An Introducation. London: Longman Inc.
https://doi.org/10.22201/fq.18708404e.2004.3.66178

Anda mungkin juga menyukai