Anda di halaman 1dari 114

HUBUNGAN KOORDINASI MATA-TANGAN-KAKI DAN KELENTUKAN

PINGGANG TERHADAP HASIL RENANG 50 METER GAYA DADA

AL FARUQ DIHARJO
6315161909
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

FAKULTAS ILMU OLAHRAGA


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
RINGKASAN

Al Faruq Diharjo, Hubungan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Dan Kelentukan


Pinggang Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada . Skripsi. Jakarta: Fakultas
Ilmu olahraga Universitas Negeri Jakarta, Juli 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1). Hubungan koordinasi mata-tangan-


kaki terhadap hasil renang50 meter gaya dada 2) Hubungan kelentukan pinggang
terhadap terhadap hasil renang50 meter gaya dada 3) Hubungan koordinasi mata-tangan-
kaki dan kelentukan pinggang terhadap hasil renang50 meter gaya dada. Penelitian ini
dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2021 sampai Juli 2021. Pengambilan data
dilaksanakan pada bulan Juli 2021 pada atlet renang klub Indonesia Star Aquatics (ISA).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah atlet renang klub Indonesia Star
Aquatics (ISA) yang berjumlah 60 orang. Sedangkan untuk teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Sehingga, sampel yang digunakan berjumlah
30 orang atlet renang klub Indonesia Star Aquatics (ISA). Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah: 1) Untuk mengukur koordinasi mata-tangan-kaki
adalah Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Sridadi, 2) Untuk mengukur kelentukan
pinggang menggunakan tes sit and reach dan 3) Untuk mengukur hasil renang 50 meter
gaya dada menggunakan tes renang 50 meter gaya dada.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Terdapat Hubungan koordinasi mata-
tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter gaya dada. Hal ini dapat dilihat dari hasil thitung

= 17.01 > ttabel = 1.70 dengan taraf signifikansi 0.05. Persamaan regresinya adalah: =

579.19 – 9.71 X1. Kontribusi koordinasi mata-tangan-kaki (X1) sebesar 90% terhadap
hasil renang 50 meter gaya dada, dan sisanya 10% dipengaruhi oleh faktor lainnya. 2)
Terdapat hubungan kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada. Hal
ini dapat dilihat dari hasil thitung = 4.87 > ttabel = 1.70 dengan taraf signifikansi 0.05.

Persamaan regresinya adalah: = 16.14 + 0.68 X2. Kontribusi kelentukan pinggang (X2)

sebesar 9% terhadap hasil renang 50 meter gaya dada, dan sisanya 54% dipengaruhi oleh
faktor lainnya. 3) Terdapat Hubungan koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan
pinggang secara bersama-sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada. Hal ini dapat
dilihat dari hasil Fhitung = 10.50 > Ftabel = 3.34 dengan taraf signifikansi 0.05. Dengan

i
persamaan regresinya adalah: = 499.71 – 8.46 X1 + 0.23 X2. Kontribusi koordinasi

mata-tangan-kaki (X1) dan kelentukan pinggang (X2) secara bersama-sama sebesar 44%
terhadap hasil renang 50 meter gaya dada, dan sisanya 56% dipengaruhi oleh faktor
lainnya.

ABSTRACT

Al Faruq Diharjo, The Relationship between Eye-Hand-Foot Coordination and Waist


Flexibility on the Results of Swimming 50 Meters Breaststroke . Skripsi. Jakarta:
Fakultas Ilmu olahraga Universitas Negeri Jakarta, July 2021.

ii
This study aims to determine: 1). The relationship between eye-hand-foot
coordination on the results of the 50-meter breaststroke 2) The relationship between
waist flexibility and the results of the 50-meter breaststroke 3) The relationship between
eye-hand-foot coordination and waist flexibility on the results of the 50-meter
breaststroke. This research was carried out from January 2021 to July 2021. Data
collection was carried out in July 2021 for the Indonesian Star Aquatics (ISA) swimming
club athletes..
The population in this study was the Indonesian Star Aquatics (ISA) club
swimming athletes, which amounted to 60 people. As for the sampling technique using
purposive sampling technique. Thus, the sample used was 30 swimming athletes from the
Indonesian Star Aquatics (ISA) club. The research instruments used in the study were: 1)
To measure eye-hand-foot coordination was Sridadi's Eye-Hand-Foot Coordination Test,
2) To measure waist flexibility using the sit and reach test and 3) To measure the results
of the 50 meter breaststroke swimming using the 50 meter breaststroke swimming test.
The results showed that: 1). There is a relationship between eye-hand-foot
coordination on the results of the 50 meter breaststroke swimming. This can be seen from
the results of tcount = 17.01 > ttable = 1.70 with a significance level of 0.05. The
regression equation is: = 579.19 – 9.71 X1. The contribution of eye-hand-foot
coordination (X1) is 90% to the results of the 50 meter breaststroke, and the remaining
10% is influenced by other factors. 2) There is a relationship between waist flexibility
and the results of the 50 meter breaststroke swimming. This can be seen from the results
of tcount = 4.87 > ttable = 1.70 with a significance level of 0.05. The regression
equation is: = 16.14 + 0.68 X2. The contribution of waist flexibility (X2) is 9% to the 50
meter breaststroke swimming results, and the remaining 54% is influenced by other
factors. 3) There is a relationship between eye-hand-foot coordination and waist
flexibility together with the results of the 50 meter breaststroke swimming. This can be
seen from the results of Fcount = 10.50 > Ftable = 3.34 with a significance level of 0.05.
The regression equation is: = 499.71 – 8.46 X1 + 0.23 X2. The contribution of eye-hand-
foot coordination (X1) and waist flexibility (X2) together is 44% to the 50 meter
breaststroke swimming results, and the remaining 56% is influenced by other factors.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan keluasan rahmat dan kasih sayang
kepada seluruh makhluk-Nya. Atas izin-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Hubungan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Dan Kelentukan Pinggang
Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada. Skripsi ini merupakan suatu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa terselesaikannya skripsi ini bukan semata-
mata hasil kerja keras peneliti sendiri, melainkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Johansyah Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri
Jakarta, Bapak Hendro Wardoyo, M.Pd selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
iv
Kepealtihan Olahraga, Ibu Ibu Dr. Ika Novitaria Marani, S.Pd, SE, M.Si selaku Dosen
Pembimbing I, dan Bapak Nurfitranto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, dan Bapak
Dr. Iman Sulaiman, M.Pd selaku Penasehat Akademik.
Peneliti juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dari
Bapak Dr. Abdul Sukur, M.Pd, Bapak Dr. Setyo Purwanto, M.Pd, Bapak Dr. Sudrajat
Wiradihardja, M.Pd, Bapak Dr. Oman Unju Subandi, M.Pd, Bapak Dr. Fajar Vidya,
M.Pd, Bapak Abdul Kholik, M.Pd dan Bapak Bazuri Fadhillah, M.Pd selaku dosen
pembina renang Universitas Negeri Jakarta. Demikian juga peneliti menyampaikan
terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Olahraga Universitas
Negeri Jakarta. Peneliti juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada atlet
renang klub Indonesia Star Aquatics (ISA) yang telah bersedia menjadi sampel dalam
penelitian, serta teman – teman seperjuangan skripsi yang saling mendukung untuk dapat
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, disebabkan keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, Peneliti berharap
mendapatkan masukan untuk penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Olahraga Universitas Negeri Jakarta khususnya dan masyarakat pencinta olahraga dan
yang ingin meningkatkan prestasi olahraga di Indonesia pada umumnya.

Jakarta, 13 Juli 2021

AFD

v
DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN.................................................................................................... i
ABSTRACT ……………………………………………………………............ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
DAFTAR TABEL............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Perumusan masalah..................................................................... 8
E. Kegunaan Hasil Penelitian.......................................................... 8
BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Teoritis ........................................................................ 10
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 46
C. Hipotesis Penelitian ……………………………………… 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
vi
A. Tujuan Penelitian ....................................................................... 54
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 54
C. Metode Penelitian…………….................................................... 55
D. Populasi dan Sampel................................................................... 57
E. Instrumen Penelitian................................................................... 58
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 60
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 64
H. Hipotesis Statistik ………………………………………… . . .68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................. 70
B. Pengujian Hipotesis ………………………………………......... 74
C. Pembahasan................................................................................ 77
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………. 85
B. Saran …………………………………………………… 85

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 87
LAMPIRAN...................................................................................................... 91

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Posisi Tubuh Renang Gaya Dada ……………………… 19

Gambar 2.2. Gerakan Lengan Gaya Dada Sapuan Luar ...................... 20

Gambar 2.3. Gerakan Lengan Gaya Dada Sapuan Dalam ................... 22

Gambar 2.4. Gerakan Lengan Gaya Dada Pemulihan (Recovery) ….. 17

Gambar 2.5. Gerakan Tungkai Gaya Dada …………………………. 23

Gambar 2.6. Gerakan Pengambilan Nafas Gaya Dada ……………… 24

Gambar 2.7. Gerakan Koordinasi Renang Gaya Dada ………............ 25

Gambar 2.8. Contoh Gerakan Koordinasi Mata-Tangan Pada Renang


Gaya Dada ……………………………………………... 34

Gambar 2.9. Contoh Gerakan Koordinasi Mata-Tangan Pada Renang


Gaya Dada ……………………………………………... 35

Gambar 2.10. Contoh Gerakan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Pada


Renang Gaya Dada ………………………………….... 36

Gambar 3.1. Desain Penelitian Korelasi …………………………….. 56

Gambar 3.2. Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Sridadi ……………….. 59

Gambar 3.3. Tes Sit and Reach ……………………………………… 60

Gambar 4.1. Grafik Histogram Variabel Koordinasi Mata-Tangan-


Kaki ……………..……………………………………… 72

Gambar 4.2. Diagram Histogram Variabel Kelentukan


Pinggang (X2) ………………………………………….. 73

Gambar 4.3. Grafik Histogram Variabel Hasil Renang 50 Meter


Gaya Dada (Y) …………………………………………. 75
viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1. Form Tes Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada ………… 62

Tabel 3.2. Form Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Sridadi …….. 63

Tabel 3.3. Form Tes Sit and Reach………………………………… 64

Tabel 4.1. Data Koordinasi mata-tangan-kaki, Kelentukan Pinggang,


dan Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada ………………… 70

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Koordinasi


Mata-tangan-kaki (X1) ………………………………….. 71

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Kelentukan Pinggang (X2) .. 73

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Hasil Renang 50 Meter


Gaya Dada (Y) ………………………………………….... 74

Tabel 4.5. Uji keberartian koefisien korelasi (X1) dengan (Y) …… 76

Tabel 4.6. Uji keberartian koefisien korelasi (X2) terhadap (Y) ….... 77

Tabel 4.7. Uji keberartian koefisien korelasi ganda ……………….. 78

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Penelitian ………................................................ … 93


Lampiran 2. Data T-Score ………………………………………….. 94
Lampiran 3. Data Distribusi Frekuensi X1, X2 dan Y …………………. 95
Lampiran 3. Deskripsi Data ………………………….……………… 93

Lampiran 3. Perhitungan rata-rata, varians Koordinasi Mata-Tangan-


Kaki, Kelentukan Pinggang dan Hasil Renang 50 Meter
Gaya Dada ……................................................................. 97

Lampiran 4. Mencari Persamaan Regeresi ………………………….. 101

Lampiran 5. Perhitungan Kofisien korelasi …………………………. 107

Lampiran 6. Surat Penelitian ………………………………………… 110

Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian .……………………………….. 112

Lampiran 8. Foto Penelitian …………………………………………. 113

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan fisik yang dilakukan dengan cara dan aturan tertentu disebut dengan

olahraga. Salah satu tujuan dari olahraga adalah meningkatkan kemampuan fungsi tubuh

untuk menunjang berbagai kegiatan atau aktivitas tubuh dalam meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Salah satu olahraga yang dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa

mengenal perbedaan jenis kelamin dan umur adalah olahraga renang. Olahraga renang

termasuk olahraga individu yang berlangsung di kolam renang. Olahraga renang

merupakan suatu aktivitas di dalam air yang memerlukan upaya untuk memindahkan

tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Renang termasuk ke dalam salah satu

cabang olahraga aquatic yang dilakukan dengan cara menggerakkan (mengapungkan atau

mengangkat) semua bagian tubuh ke atas permukaan air dan dilakukan tanpa

perlengkapan bantuan. Berenang adalah aktivitas fisik yang telah dipraktekkan oleh

manusia sejak berabad - abad yang lalu, sebelum manusia mengenali dan menggunakan

kolam renang sebagai tempat untuk mengembangkan kemampuan berolahraga seperti

saat ini (Hartoto, 2018).

Renang secara umum adalah upaya mengapungkan atau mengangkat tubuh keatas

permukaan air (Badruzaman, 2007). Dengan melakukan olahraga renang maka tubuh

dapat menjadi sehat, hal ini dikarenakan saat melakukan renang hampir semua otot tubuh

bergerak. Ada banyak tujuan orang dalam melakukan

1
2

aktivitas olahraga renang, seperti: untuk rekreasi bersama keluarga, olahraga kesehatan,

olahraga pendidikan ataupun sebagai sarana untuk mengembangkan prestasi seseorang di

dalam olahraga. Renang juga memiliki manfaat seperti: memiliki kapasitas paru – paru

yang baik, daya tahan tubuh, kelenturan, keseimbangan, kekuatan otot dan pengendalian

berat badan (Garrido Nuno, Daniel A. Marinho, Tiago M. Barbosa, Aldo M. Costa,

Antonio, J. Silva, Jose A. Perez-Turpin, Mario, 2013).

Pada hakekatnya olahraga bukan hanya untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan saja, tetapi juga bertujuan untuk meraih prestasi dalam olahraga. Namun, tidak

mudah untuk melahirkan seorang atlet yang mampu berprestasi tinggi. Perlu waktu dan

kerja keras untuk mewujudkannya, salah satunya adalah pembinaan yang

berkesinambungan. Salah satu pembinaan yang dilakukan adalah pembinaan dengan cara

pemantauan bakat renang sejak dini, yaitu sejak usia anak - anak diharapkan akan

memperoleh bibit perenang - perenang yang unggul dan berpotensi. Pembinaan yang

lebih lanjut, pemberian gerak dasar yang baik dan benar serta latihan yang dilakukan

secara teratur membantu anak mencapai hasil yang maksimal.

Oleh karena itu diperlukan adanya pembinaan yang dilakukan melalui klub –

klub renang. Peranan Club renang sangat penting dalam pengembangan bakat serta dalam

mencari bibit yang berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam mencapai prestasi yang

lebih maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa klub merupakan suatu wadah/ tempat

bagi bibit olahragawan yang profesional. Salah satu klub renang yang ada di Jakarta

adalah klub renang Indonesia Star Aquatic (ISA). Klub ini berlatih di salah satu kolam

renang yang berada di Jakarta Timur. Ada beberapa atlet renang yang telah dihasilkan

oleh klub renang ISA.

Olahraga renang dilakukan di air, sehingga selain faktor gravitasi bumi juga

dipengaruhi oleh daya tekan air ke atas. Dalam keadaan normal (di darat) tubuh manusia
3

dapat bergerak bebas di bawah pengaruh gravitasi, namun lain hal jika berada di air kita

harus belajar menyesuaikan gerakan dengan air. Hal tersebut pertama-tama menimbulkan

gerakan-gerakan yang kelihatan aneh, kemudian tercipta gerakan yang dianggap paling

menguntungkan. Gerakan tersebut menjadi gaya dalam renang. Dalam renang sendiri,

terdapat empat gaya yaitu renang gaya punggung (backstroke), gaya kupu-kupu

(butterflystroke), gaya dada (breaststroke), dan gaya bebas (crawlstroke) (Kamalia,

2014).

Salah satu gaya berenang yang paling popular untuk masyarakat dan digunakan

untuk renang rekreasi dan kesehatan adalah gaya dada. Karena renang gaya dada

merupakan gaya renang yang paling lambat gerakannya dan posisi tubuhnya yang lebih

stabil. Selain itu, renang gaya dada merupakan gaya yang paling diminati oleh para

pemula karena kepalanya dapat berada di luar air dalam waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan gaya yang lain. Pada renang gaya dada penggunaan tenaga cukup

sedikit karena tangan bergerak dalam air dan daya apung alami menjaga agar tubuh tetap

mengapung. Namun gaya ini memiliki faktor penyelamat bila dipakai untuk jarak jauh,

hal ini juga berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang perenang.

Karena jika seorang yang akan berenang dengan jarak tertentu tidak memiliki kecepatan

yang dikatakan baik, maka tujuan dari renang tadi tidak akan tercapai

Oleh karena olahraga renang merupakan aktivitas yang membutuhkan gerakan

yang kompleks untuk dapat melakukannya dengan baik, maka dibutuhkan kemampuan

untuk mengkoordinasikan gerakan lengan, tungkai, dan pernafasan. Sehingga, kecepatan

dalam melakukan teknik renang gaya dada selain ditentukan oleh penguasaan teknik

dasar yang baik dan benar juga ditentukan oleh komponen kondisi fisik, diantaranya

adalah: koordinasi mata-tangan-kaki, kelentukan, kekuatan, daya tahan, dan lain – lain.

Terdapat empat aspek untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal yaitu: (1)
4

Kemampuan fisik, (2) Kemampuan teknik, (3) Kemampuan taktik, (4) Kemampuan

mental (Harsono, 2001). Maka keberhasilan dalam menguasai teknik maupun kecepatan

dalam renang tak terlepas dari kondisi fisik yang cukup.

Oleh karena itu, kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai prestasi dalam

olahraga ditentukan oleh kemampuan kondisi fisik, teknik, taktik dan mental dari setiap

atlet. Begitu juga dalam olahraga renang. Renang merupakan cabang olahraga yang

menggabungkan sejumlah faktor seperti kekuatan otot yang tinggi, keterampilan teknik,

koordinasi, ritme, kecepatan, daya ledak dan teknik yang benar (Garrido Nuno, Daniel A.

Marinho, Tiago M. Barbosa, Aldo M. Costa, Antonio, J. Silva, Jose A. Perez-Turpin,

Mario, 2013). Untuk dapat melakukan renang dengan baik dibutuhkan kemampuan untuk

mengkoordinasikan gerakan tangan dan tungkai juga pernapasan secara harmonis. Oleh

karena itu, untuk dapat menunjang prestasi renang khususnya renang gaya dada

diperlukan komponen kondisi fisik, salah satunya adalah koordinasi mata-tangan-kaki.

Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola gerakan

tangan dan kaki yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat mengapung

dan meluncur bergerak maju dari satu tempat ke tempat lain. Gerakan kombinasi antara

kaki dan tangan serta tekhnik pengambilan nafas dan dipadukan dengan koordinasi

gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan yang lebih efisien, efektif dan

renang yang baik. Koordinasi terjadi bukan sebagai hasil dari pola tindakan tetapi lebih

sebagai konsekuensi dari kendala yang dikenakan pada tindakan yang mencerminkan

kecendrungan ke arah optimalitas pengorganisasin diri dalam sistem biologis (Seifert,

Chollet, & Rouard, 2007).

Koordinasi dibutuhkan dalam olahraga renang, karena dalam melakukan setiap

gaya renang memiliki teknik dasar, yaitu: posisi tubuh, gerakan kaki, gerakan tangan,

pernafasan, start, pembalikan dan finish. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang
5

maksimal maka setiap teknik dasar tersebut perlu dikoordinasikan dengan benar dan baik.

Koordinasi yang dimaksud disini adalah penggabungan beberapa teknik dasar yang

dirangkaikan jadi satu bentuk latihan. Koordinasi mata-tangan-kaki tentu sangat

dibutuhkan pada saat melakukan renang gaya dada. Karena masih banyaknya kesalahan –

kesalahan yang dilakukan saat melakukan teknik renang gaya dada diantaranya: belum

bisa melakukan cara bernafas yang baik, tidak selarasnya antara gerakan tangan dan

gerakan kaki, dan bahkan saat perenang tersebut sudah melakukan gerakan gaya dada,

namun masih saja diam di posisi awal dan tidak bergerak maju ke depan.

Komponen fisik lain yang dapat mempengaruhi hasil renang gaya dada adalah

kelentukan pinggang. Kelentukan pinggang menjadi kunci dalam keselarasan gerakan

dalam renang terutama renang gaya dada. Kelentukan pinggang dapat membantu

memberikan dorongan ke depan, sehingga dapat membantu hasil luncuran yang lebih

jauh. Kelentukan sangat penting dimiliki seorang atlet karena sangat berpengaruh

terhadap ketrampilan seseorang dalam berolahraga. Kelentukan merupakan prasyarat

kinerja ketrampilan dengan amplitudo yang tinggi, serta memudahkan seseorang dalam

melakukan gerakan dengan cepat (Irawadi, 2013).

Selain itu, kelentukan menurut Syafruddin dalam Denis Erison dan Ridwan

(2019) adalah “salah satu unsur kondisi fisik yang menentukan dalam a) mempelajari

gerakan-gerakan, b) mencegah cidera, dan c) mengembangkan kemampuan kekuatan,

kecepatan, daya tahan dan koordinasi”. Berdasarkan hal tersebut, kelentukan memegang

peranan yang penting dalam pencapaian hasil yang optimal. Kelentukan pinggang pada

aktivitas renang gaya dada merupakan kemampuan dari persendian tubuh yang terlibat

dalam aktivitas renang gaya dada untuk bergerak membantu keselarasan gerak pada saat

gerakan kaki melakukan tendangan yang ditutup dengan gerakan recovery lengan

sehingga atlet dapat berenang gaya dada dengan efektif dan efsien.
6

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa hasil renang dapat

dipengaruhi oleh komponen fisik antara lain komponen fisik koordinasi mata-tangan-kaki

dan kelentukan pinggang. Namun, belum banyak penelitian yang mengkaji tentang

hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang terutama

terhadap hasil renang gaya dada 50 meter. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang: hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan

kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pembinaan renang di Indonesia.

2. Ada berapa gaya dalam olahraga renang

3. Faktor – faktor komponen apa saja yang mempengaruhi hasil renang

4. Faktor komponen fisik apa saja yang mempengaruhi hasil renang

5. Hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter gaya

dada.

6. Hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada

7. Hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara

bersama - sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka masalah

dalam penelitian ini dibatasi dalam hal hubungan koordinasi mata-tangan-kaki dan

kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.


7

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan

masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil

renang 50 meter gaya dada?

2. Apakah terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50

meter gaya dada?

3. Apakah terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan

pinggang secara bersama – sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada?

E. Kegunaan Hasil Penelitian

Dengan penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna untuk berbagai

pihak, seperti:

1. Untuk menjawab permasalahan penelitian, yaitu hubungan antara koordinasi mata-

tangan-kaki dan kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

2. Menjadi bahan perhatian bagi para pelatih renang untuk memperhatikan komponen-

komponen seperti koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang yang dapat

mempengaruhi hasil renang terutama untuk 50 meter gaya dada.

3. Sebagai bahan evaluasi untuk para pelatih, bagaimana faktor komponen fisik seperti

koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang pada atlet renang terutama

atlet klub ISA Jakarta, sehingga dapat memberikan penekanan pada latihan

komponen fisik tersebut.

4. Menjadi bahan pertimbangan bagai pelatih renang untuk memasukkan komponen

koordinasi mata-tangan-kaki serta kelentukan pinggang dalam program latihan


8

renang untuk latihan darat sehingga bisa meningkatkan hasil renang dari atlet

binaannya.

5. Menjadi bahan pertimbangan bagai pelatih renang untuk memasukkan komponen

koordinasi mata-tangan-kaki serta kelentukan pinggang dalam program latihan

renang untuk latihan di air sehingga bisa meningkatkan hasil renang dari atlet

binaannya.

6. Menjadi evaluasi untuk para atlet agar dapat terus meningkatkan komponen

biomotor terutama koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang apabila

ingin meningkatkan prestasi renang terutama renang 50 meter gaya dada.

7. Sebagai sumber referensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang ingin meneliti

tentang komponen fisik yang lainnya untuk dapat meningkatkan hasil renang pada

nomor dan gaya renangan tertentu.


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Deskripsi Konseptual

1. Hakikat Renang Gaya Dada

Sejarah olahraga renang selaras dengan sejarah kehidupan manusia. Pada zaman

kuno, renang digunakan untuk melatih dan mempersiapkan para pemudanya untuk

mempertahankan negaranya. Demikian pula setelah lahirnya sekolah – sekolah pada

jaman kuno seperti di negara Mesir, China, Yunani, Roma dan negara lainnya, renang

masuk dalam pelajaran sekolah. Oleh karena itu, sejak jaman dahulu hingga sekarang,

renang telah dikenal dan terus berkembang. Renang memberikan kesenangan, relaksasi,

tantangan, persaingan, dan kemampuan untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat

di dalam air.

Olahraga renang dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas yang dilakukan di air,

menggerakkan anggota badan agar tetap mengapung, serta anggota badan lain bergerak

bebas. Berenang adalah aktivitas menggunakan badan, mengapung melintas di air dengan

menggunakan kaki dan tangan. Berenang adalah aktivitas fisik yang dilakukan di air

dengan menggunakan anggota tubuh atau sebagian anggota tubuh, dengan gerakan tubuh

di air seseorang dapat berpindah tempat (Subagyo, 2017).

10
11

Bagi seorang pemula terasa sedikit sulit untuk melakukan gerakan renang, karena

seorang perenang harus bisa mengurangi hambatan saat melakukan gerakan renang agar

semakin cepat laju renang saat di dalam air. Olahraga renang itu sendiri memiliki banyak

manfaat. Adapun beberapa manfaat dari kegiatan renang adalah (Annayanti, 2010):

a. Sebagai sarana bermain/rekreasi

Kolam renang dapat dijadikan sebagai sarana bermain dan rekreasi.

Anak- anak dan balita akan menyukai permainan air. Bermain air sangat

menyenangkan apabila ditambah mainan seperti bola. Berenang merupakan

hiburan bagi semua kalangan masyarakat.

b. Menyehatkan badan dan dapat merangsang gerakan motorik

Berolahraga renang dapat menyehatkan badan. Bagi balita dan anak -

anak dengan berenang maka otot - ototnya akan berkembang, persendian dapat

tumbuh optimal, tubuh menjadi lentur, dan pertumbuhan badan meningkat.

Sehingga, anak - anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan akan

memiliki badan yang sehat, kuat dan kekar.

c. Dapat menghilangkan rasa takut pada air

Dengan berolahraga renang dapat menghilangkan rasa takut pada air.

Sehingga baiknya, semenjak bayi sudah dibiasakan bermain air dan kelak jika

sudah besar tidak takut pada air.

d. Meningkatkan keberanian, percaya diri dan mengasah kemandirian

Olahraga renang dapat mendorong seseorang tumbuh menjadi sosok

yang berani, percaya diri tinggi, dan mandiri.

e. Meningkatkan kemampuan sosial

Olahraga renang yang dilakukan bersama - sama dapat menumbuhkan

rasa kebersamaan. Juga dapat meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dan


12

bersosialisasi dengan orang lain. Dengan demikian, akan tercipta persahabatan

sehingga dapat meningkatkan kemampuan berenang. Satu sama lain saling

mendorong dan meningkatkan semangat untuk tetap hidup.

Cabang olahraga renang digunakan sebagai sarana untuk mengukir prestasi. Hal

ini dibuktikan dengan banyaknya klub – klub renang dan lomba – lomba renang yang

diadakan mulai dari tingkat daerah sampai dengan tingkat internasional. Oleh karena itu,

untuk dapat mencapai prestasi yang diinginkan, maka pelatih dan perenang harus

mengetahui prinsip – prinsip renang. Adapun prinsip - prinsip renang yang harus

diketahui, yaitu (Suryowidodo, 2016):

a. Prinsip Hambatan dan Dorongan

Setiap saat kecepatan maju seorang perenang adalah hasil dari dua

kekuatan. Satu kekuatan cenderung untuk menahannya, ini disebut tahanan atau

hambatan yang disebabkan oleh air yang harus didesaknya atau yang harus

dibawanya. Yang kedua kekuatan yang mendorongnya maju disebut dorongan

yang ditimbulkan oleh gerakan lengan dan tungkai. Usaha yang bisa dilakukan

oleh perenang untuk memperoleh kecepatan renang yang tinggi, adalah membuat

letak badan perenang di air supaya streamline dan tidak menimbulkan banyak

tahanan, baik depan maupun belakang, keberhasilan perenang untuk

memenangkan suatu perlombaan pada dasarnya berasal dari kemampuan

perenang untuk menghasilkan daya dorong sambil mengurangi hambatan.

Menambah daya dorong dapat dilakukan dengan meningkatkan tenaga dorong

yaitu melakukan kekuatan otot sedangkan untuk mengurangi hambatan dapat

dilakukan sesuai bentuk hambatan (Setiawan, 2004).

b. Prinsip Hukum Aksi-Reaksi


13

Hukum Newton yang Ketiga mengatakan bahwa setiap aksi

mengakibatkan reaksi yang sama dan berlawanan arah. Jika perenang mendorong

lengannya ke belakang dengan kekuatan 25 kg dan mendorong kakinya ke

belakang dengan kekuatan 5 kg, maka kekuatan resultant sebesar 30 kg

digunakan untuk mendorongnya maju. Newton menunjukkan bahwa reaksi yang

ditimbulkan besarnya sama persis dengan aksi dan arahnya 180 terhadapnya. Jika

perenang menekan air ke bawah maka reaksinya akan mendorongnya ke atas.

Begitu pula jika perenang mendorong air ke belakang, maka reaksinya berupa

dorongan ke depan (Setiawan, 2004).

c. Perpindahan Momentum

Prinsip pemindahan momentum sering digunakan dalam renang. Gerakan

lengan saat melakukan Start dan gerakan lengan saat pemulihan atau recovery

pada gaya bebas, gaya kupu-kupu, dan gaya punggung serta gaya dada

merupakan penerapan prinsip pemindahan momentum dalam renang. Pada saat

start, momentum yang ditimbulkan oleh lengan selama mengayun dipindahkan

ke seluruh tubuh dan membantu perenang meloncat lebih jauh (Setiawan, 2004).

d. Prinsip Teori Hukum Kuadrat.

Hambatan yang timbul dalam cairan dan gas berubah kira - kira menurut

kuadrat kecepatannya. Penerapan hukum ini dalam renang adalah dalam hal

kecepatan masuknya lengan ke dalam air saat recovery atau pemulihan. Jika

perenang menjulurkan lengannya ke depan dengan kecepatan dua kali kecepatan

sebelumnya, ia akan mengalami hambatan empat kali lipat. Dengan demikian

gerakan lengan saat recovery tidak hanya mengganggu irama gerakan lengan,

tetapi juga meningkatkan hambatan untuk maju. Oleh karena itu majunya lengan

perenang saat recovery perlu diperlambat. Tetapi perenang juga sulit untuk
14

menahan lengan saat recovery terlalu lama di dalam air agar dapat menghasilkan

hambatan yang kecil, sebab kecepatan kedua lengan harus serasi, teratur dan

bergantian. Keserasian kedua lengan merupakan faktor penting dalam irama

renang (Setiawan, 2004).

e. Prinsip Daya Apung.

Asas Archimides menyatakan bahwa sebuah benda padat yang

dimasukkan ke dalam zat cair akan diapungkan ke atas oleh gaya yang besarnya

sama dengan zat cair yang dipindahkan. Jadi, gaya apung seseorang besarnya

sama dengan berat air yang dipindahkan oleh badan yang mengapung. Untuk

dapat mengapung orang harus mempertimbangkan dua gaya, gaya ke bawah dari

berat badan dan gaya apung ke atas dari air. Jika kedua gaya yang bekerja pada

badan resultant nya sama dengan nol, gaya itu dalam keadaan seimbang dan

badan dapat mengapung tanpa gerakan. Perenang yang ringan mempunyai daya

apung yang lebih tinggi dan menimbulkan hambatan lebih sedikit daripada

perenang yang lebih berat. Faktor - faktor yang mempengaruhi daya apung dan

posisi perenang antara lain bentuk tubuh, ukuran tulang, perkembangan otot,

berat badan, jumlah relative jaringan lemak, kapasitas paru dan sebagainya

(Setiawan, 2004).

Oleh sebab itu, supaya terhindar dari hambatan-hambatan dalam kegiatan

berenang, maka seorang perenang harus memahami dasar belajar berenang dengan baik.

Sedangkan substansi gerakan dalam olahraga renang terdiri dari tiga gerakan, yaitu: (1)

gerakan non lokomotor, (2) gerakan lokomotor, dan (3) gerakan manipulasi (Winarto,

2017).

a. Gerakan non locomotor


15

Gerakan non locomotor adalah aktivitas jasmani atau gerakan yang

sengaja dilakukan di tempat (Mahendra, 2017). Adapun gerakan non lokomotor

pada olahraga renang adalah; berdiri membelakangi dinding kolam, salah satu

kaki diangkat menempel pada dinding kolam, dan meluruskan kedua lengan

sejajar di atas permukaan air serta jari - jari dan telapak tangan menghadap dasar

kolam.

b. Gerakan Locomotor

Gerakan locomotor adalah aktivitas jasmani atau gerakan yang sengaja

dilakukan dengan berpindah tempat (Mahendra, 2017). Adapun gerakan

locomotor pada olahraga renang, yaitu; meluncur di bawah permukaan air,

meluruskan ke dua lengan ke depan sejajar di bawah permukaan air tapak

menghadap dasar kolam, dada, perut senantiasa sejajar dengan ke dua lengan dan

kaki, dan meluruskan ke dua tungkai ke belakang, telapak kaki menghadap

permukaan air.

c. Gerakan Manipulasi.

Gerakan manipulasi adalah gerakan yang sengaja dilakukan dengan

memanipulasi gerakan lengan, tungkai, dan kepala (Mahendra, 2017). Contoh

gerakan manipulasi dalam renang adalah: gerakan lengan yaitu ke dua lengan

menarik dan mendorong air dari depan ke belakang, mengangkat dan memutar

lengan secara bergantian di atas permukaan air kemudian meluruskan ke depan.

Dalam olahraga renang memiliki beberapa gaya yang memiliki gerakan yang

khas dan dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Adapun gaya dalam olahraga renang ada
16

empat gaya, yaitu: gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan gaya kupu – kupu (Sukur

dan Marani, 2019).

a. Gaya Bebas (Freestyle stroke)

Gaya crawl adalah berenang dengan posisi badan menelungkup, lengan

kanan dan kiri digerakkan secara bergantian untuk mendayung dari depan ke

belakang. Gerakan tungkai naik turun bergantian dengan gerak mencambuk.

b. Gaya Punggung (Backstroke)

Gaya punggung adalah berenang dengan posisi terlentang dan

gerakannya mirip dengan gaya bebas (freestyle). Perbedaannya terletak pada

posisi badan dan arah gerakan lengan.

c. Gaya Dada (Breastroke)

Gaya dada sering disebut dengan gaya katak, karena pada saat melakukan

renang gaya dada gerakannya mirip sekali dengan katak berenang. Gaya dada

dilakukan dengan posisi tubuh telungkup, dengan gerakan kedua lengan

melakukan gerakan memutar di bawah dada, dan kedua kaki digerakkan secara

bersama – sama dengan cara ditarik, dibuka dan kemudian menutup kembali.

d. Gaya Kupu – kupu (Butterfly stroke)

Gaya kupu – kupu juga dilakukan dengan posisi tubuh telungkup, kedua

lengan dan kedua kaki digerakkan secara bersama – sama dan simetris.

Pada penelitian ini, peneliti tidak membahas keempat gaya dalam renang, tetapi

hanya membahas satu gaya yaitu gaya dada. Gaya dada merupakan gaya yang paling tua.

Renang gaya dada adalah gaya yang pertama - tama dipelajari oleh orang - orang pada

waktu mereka mulai belajar renang (Haller, 2007). Renang gaya dada merupakan gaya

yang mudah dan cepat untuk dipelajari. Tapi dalam segi kecepatan, gaya ini merupakan
17

gaya yang paling lambat. Gaya dada juga merupakan gaya yang efektif digunakan untuk

renang jarak jauh. Karena renang gaya dada adalah gaya yang mudah dan nyaman untuk

dilakukan. Jika dilakukan dengan benar, gaya dada memerlukan pernapasan yang teratur

dengan wajah terbenam pada waktu meluncur (MS., 2000).

Renang gaya dada sering juga disebut renang gaya katak. Sebutan ini

dikarenakan gerakan renang gaya dada ini menyerupai bentuk Gerakan katak saat

berenang. Gaya dada terjemah dari breaststroke. Gaya dada merupakan suatu gaya renang

yang sejak dimulainya dayungan lengan yang pertama sesudah start dan sesudah

pembalikan badan harus telungkup dan kedua bahu segaris dengan air (I. N. Marani,

2019). Adapun teknik gaya dada seperti gaya renang yang lain terdiri dari beberapa

gerakan, yaitu: posisi tubuh, gerakan lengan (sapuan luar dan sapuan dalam), gerakan

tungkai, pengambilan nafas, dan koordinasi antara gerakan lengan, gerakan tungkai dan

gerakan pengambilan nafas (A. S. dan I. N. Marani, 2019).

a. Posisi Tubuh

Ada dua versi posisi tubuh untuk gaya dada, yaitu versi Amerika Utara

dan versi Eropa Timur (I. N. Marani, 2019). Namun, secara garis besar posisi

tubuh untuk gaya dada adalah: tubuh sejajar dengan permukaan air dengan

pinggang dekat di permukaan air dan tungkai di bawah permukaan air. Wajah

atau kepala selalu dibawah permukaan air selama kayuhan lengan dan diangkat

ke atas permukaan air selama pengambilan nafas. Tubuh lebih rendah dari kepala

dan tungkai lebih rendah dari tubuh saat tungkai melakukan recovery (Setiawan,

2004).
18

Gambar 2.1. Posisi Tubuh Renang Gaya Dada

Sumber: (A. S. dan I. N. Marani, 2019)

b. Gerakan Lengan

Gerakan lengan gaya dada terdiri dari menarik (pull) dan memulihkan

(recovery). Tarikan lengan pada gaya dada dimulai dengan awal tarikan yang

dalamnya sekitar enam inchi di bawah permukaan air. Jika perenang memulai

tarikannya pada permukaan, ada kecenderungan untuk naik terlalu tinggi dan

tenaga akan dihamburkan dalam gerakan naik turun (Setiawan, 2004). Jadi

gerakan lengan dalam renang gaya dada sedikit menambah daya dorong maju,

karena pada gerakan lengan digunakan untuk gerakan naik turun dalam

pengambilan nafas atau memecah permukaan air.

Gerakan lengan gaya dada terdiri dari tiga bagian yaitu gerakan lengan

sapuan luar, gerakan lengan sapuan dalam, dan pemulihan (recovery).

1) Gerakan lengan sapuan luar

Gerakan lengan sapuan luar adalah gerakan untuk menempatkan

tangan pada posisi untuk melakukan sapuan dalam yang efektif. Tangan

mulai bergerak ke arah luar - dalam sampai melewati garis bahu. Tangan

harus tetap melebar selama sapuan luar sampai mencapai kedalaman 50 - 80

cm. Tangan di gerakan ke luar hampir membentuk sudut 30° - 40° relatif

terhadap arah luar dari gerakan tangan.


19

Gambar 2.2. Gerakan Lengan Gaya Dada Sapuan Luar

Sumber: (Setiawan, 2004)

2) Gerakan Lengan Sapuan Dalam

Gerakan lengan sapuan dalam merupakan sapuan yang menghasilkan

daya dorong terbesar pada gaya dada. Gerakan ini dimulai ketika tangan

mendekati titik terdalam pada gerakan catch. Sapuan tangan harus berubah dari

arah luar - bawah ke arah dalam - atas dengan sudut serangan 30°. Kecepatan

sapuan dalam harus di tambah menjadi 5-6 m/detik. Sapuan dalam berakhir saat

tangan mulai bergerak ke atas - depan untuk gerakan recovery. Recovery dimulai

saat tangan hampir bersamaan sampai di bawah dagu. Lengan di gerakan ke

depan-atas secara bersama-sama dan simetris, dapat dilakukan dengan tiga cara

yaitu tangan diatas permukaan air, tepat di garis permukaan air, atau di bawah

permukaan air (Setiawan, 2004).

Gambar 2.3. Gerakan Lengan Gaya Dada Sapuan Dalam


20

Sumber: (Setiawan, 2004)

3) Gerakan Lengan Pemulihan (Recovery)

Gerakan lengan pemulihan/recovery adalah saat kedua lengan lurus di

depan. Gerakan lengan pemulihan/recovery dilakukan setelah fase gerakan

lengan sapuan dalam selesai. Sehingga posisi lengan kembali ke posisi awal yaitu

lurus hingga membentuk posisi tubuh yang streamlined.

Gambar 2.4. Gerakan Lengan Gaya Dada Pemulihan (Recovery)

Sumber: (I. N. Marani, 2019)

c. Gerakan Tungkai Gaya Dada

Berikut ini adalah tahapan – tahapan gerakan tungkai gaya dada, yaitu:

1) Gerak kaki pada gaya dada saat ini adalah gerakan kaki yang cenderung

membentuk gerak kaki dolphin (whip kick), dimana pada saat fase istirahat

yaitu fase ketika kedua tungkai kaki bagian bahwa ditarik serentak mendekati

pinggul dan kemudian setelah fase itu dikerjakan pergelangan kedua kaki

diputar mengarah keluar hingga membentuk sudut ± 50. Kemudian dari

posisi ini kedua kaki melakukan gerak menginjak dan diakhiri dengan

menendang sehingga kedua kaki bertemu lurus di belakang. Gerak itu sering
21

disebut dengan istilah propeller, dimana pergelangan kaki dan tungkai kaki

bagian bawah berfungsi sebagai alatnya.

2) Beberap perenang ada yang melakukan akhir dari gerakan kaki dengan

menginjak dan menendang hingga tumit kaki sedikit naik ke atas permukaan

air. Hal ini disebabkan kaki yang bersangkutan sangat lentur (flexible).

3) Usahakan pada saat kedua kaki ditarik mendekati pinggul dilakukan

semaksimal mungkin, sehingga dengan sikap ini dapat melakukan rangkaian

gerak berikutnya dengan lebih kuat. Apabila pada waktu melakukan gerak

menarik tungkai kaki bawah agak berat dilakukan, maka gerak itu dikerjakan

dengan bantuan sedikit kedua belah paha dibuka.

Gambar 2.5. Gerakan Tungkai Gaya Dada

Sumber: (Setiawan, 2004)

d. Gerakan Pengambilan Nafas Gaya Dada

Pengambilan nafas pada gaya dada dilakukan dengan cara mengangkat

kepala ke atas permukaan air. Kepala mulai ditarik ke atas ketika lengan
22

melakukan gerakan awal sapuan luar dan mencapai titik tertinggi ketika lengan

melakukan akhir sapuan dalam. Kepala kembali dimasukan ke dalam air pada

saat lengan melakukan recovery

Gambar 2.6. Gerakan Pengambilan Nafas Gaya Dada

Sumber: (Setiawan, 2004)

e. Gerakan Koordinasi Renang Gaya Dada

Gerakan koordinasi adalah perpaduan antara gerakan lengan, gerakan

tungkai dan pengambilan nafas. Untuk melaju kedepan dimulai dari gerakan kaki

kemudian dilanjutkan dengan gerakan lengan yang bersamaan dengan gerakan

pengambilan nafas. Jadi untuk gerakan koordinasi renang gaya dada adalah satu

gerakan tungkai, satu gerakan lengan dan satu gerakan pengambilan nafas

(Setiawan, 2004).
23

Gambar 2.7. Gerakan Koordinasi Renang Gaya Dada

Sumber: (A. S. dan I. N. Marani, 2019)

Untuk dapat menunjang prestasi dalam olahraga renang, dibutuhkan latihan untuk

peningkatan determinan kinerja seperti teknik dan koordinasi, kekuatan, dan kapasitas

aerobik. Karena olahraga renang merupakan olahraga yang melombakan kecepatan atlet
24

renang dalam kemampuan berenang. Perenang yang memenangkan lomba renang

merupakan perenang yang dapat menyelesaikan jarak lintasan tercepat. Oleh karena itu,

salah satu komponen yang sangat menunjang prestasi olahraga renang adalah koordinasi

mata, tangan, kaki.

Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu

keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan

keterampilan baru yang diperoleh. Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah

secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi

efektif. Tingkatan baik dan tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam

kemampuan untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat, cepat, efektif dan

efisien.

Begitu pula pada renang gaya dada. Gaya dada merupakan gaya yang menantang

karena gerakan aksi pendorong lengan dan kaki yang terputus – putus namun

memerlukan sinkronisasi waktu yang kompleks. Telah dilakukan beberapa penelitian

tentang koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang gaya dada. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa seorang perenang gaya dada yang sukses adalah dengan mengubah

sinkronisasi pola sinkronisasi lengan dan kaki dengan mempertimbangkan jarak nomor

yang dipertandingkan (Takagi, Sugimoto, Nishijima, & Wilson, 2004). Studi ini

menunjukkan bahwa koordinasi lengan-kaki sangat penting untuk gaya dada.

Koordinasi pada olahraga renang lebih mudah digunakan pada gaya bebas

daripada gaya dada. Karena koordinasi pada gaya bebas dapat dijelaskan hanya pada

gerakan lengan ke depan dengan memperhitungkan rasio jeda waktu antara dimulainya

gerakan satu lengan dan diakhirin dengan gerakan lengan yang lainnya (Seifert, Chollet,

& Bardy, 2004). Sedangkan koordinasi mata-tangan-kaki pada gaya dada aga sedikit

lebih rumit, karena gerakan gaya dada yang terputus – putus.


25

Berbeda dengan gaya yang lain, gaya dada memiliki variasi kecepatan yang luas,

karena komponen hambatan gaya yang dimiliki pada gaya dada lebih besar dari gerakan

maju selama pemulihan di bawah air yang didapat dari gerakan lengan dan tungkai

(Chollet, Seifert, Leblanc, Boulesteix, & Carter, 2004). Ketika kecepatan meningkat,

perenang dapat meningkatkan kecepatan gerakan lengan mereka atau mengurangi

panjang gerakan lengan dengan memperpendek waktu meluncur dan mengubah

koordinasi lengan-kaki (Chollet et al., 2004). Sehingga dapat dikatakan bahwa

karakteristik individu dan kecepatan berenang adalah dua faktor yang dapat

mempengaruhi koordinasi lengan-kaki seorang perenang.

Renang gaya dada yang kompetitif ditandai dengan pemulihan anggota tubuh di

bawah air. Untuk menghadapi kendala ini, para perenang secara bersamaan memulihkan

lengan dan kaki mereka yang dimulai dengan urutan tarikan tangan, nafas, gerakan

tungkai, gerakan recovery lengan dan meluncur (Maglischo, 2003). Pada saat waktu

meluncur, ada tiga jenis koordinasi yang dapat diamati, yaitu (Leblanc, Seifert, &

Chollet, 2009):

a. Dimana posisi tubuh memanjang sepenuhnya dan posisi streamlined sebelum

dimulainya gerakan lengan menangkap.

b. Gerakan dimana lengan mulai melakukan gerakan menangkap setelah

gerakan tungkai selesai.

c. Gerakan tumpang tindih atau gerakan secara bersamaan dimana berakhirnya

gerakan lengan hampir bersamaan selesainya dengan gerakan tungkai.

Gerakan koordinasi dilakukan untuk menggabungkan dan melatih kerja sama

antara kaki, gerakan tangan dan pernafasan. Gerakan tersebut harus terlihat secara

harmonis dan teratur juga membedakan gerakan aktif dan pasif diantara elemen-elemen
26

gerakan tersebut. Jadi rangkaian gerak yang terjadi tersebut harus betulbetul membuat

perenang bergerak maju ke depan dan tidak terlihat tahanan atau tersendat - sendat”

(Emeilda Riska Tama, 2019).

Salah satu komponen kondisi fisik yang penting untuk dipertimbangkan dalam

suatu gerak, terutama sekali yang menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian dan

keluasan gerak adalah kelentukan (Maidarman, 2000). Begitu juga dalam olahraga

renang, kelentukan merupakan komponen integral dari pengkondisian fisik perenang.

Karena dalam renang, kelentukan dibutuhkan untuk mencapai posisi yang optimal di

dalam air untuk penerapan gaya dan meminimalkan hambatan. Gerakan efisiensi

membutuhkan jumlah gerakan sendi yang sesuai (Smith, Norris, & Hogg, 2002).

Kelentukan berguna untuk merubah arah dari keadaan diam menjadi aktif

bergerak. Sehingga kelentukan sangat penting bagi semua atlet begitu juga untuk

perenang yang akan melakuakn kerja otot dengan sepenuh tenaga, supaya otot terhindar

dari rasa sakit setelah selesai kegiatan yang dilakukan. Adapun faktor yang

mempengaruhi kelentukan menurut Lutan dalam Dedi dan Jhon (2020) adalah:

1).Koordinasi otot 2).Bentuk persendian 3).Temperature otot 4).Kemampuan tendon dan

ligament 5). Kemampuan proses dan pengendalian persyarafan 6). Usia dan jenis

kelamin”.

Berdasarkan teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa renang gaya dada

adalah suatu renangan yang dilakukan dengan posisi telungkup, kaki diayuhkan ke arah

luar air serta kedua tangan ke arah depan dengan posisi tubuh hampir sejajar permukaan

air. Kedua tangan dibuka ke arah samping, bertujuan badan lebih cepat melaju ke arah

depan.

2. Hakikat Koordinasi Mata, Tangan dan Kaki


27

Koordinasi merupakan salah satu unsur penting untuk dapat menguasai

keterampilan dalam olahraga. Karena koordinasi merupakan salah satu elemen yang

relatif sulit di definisikan secara tepat. Hal ini disebebabkan karena fungsinya sangat

terkait dengan elemen - elemen kondisi fisik dan sangat ditentukan oleh kemampuan

sistem persarafan pusat. Untuk dapat melakukan gerakan atau keterampilan dari yang

mudah, sederhana sampai yang rumit, maka setiap orang diatur dan diperintah dari sistem

syaraf pusat yang sudah disimpan di dalam memori terlebih dahulu. Jadi untuk dapat

melakukan gerakan koordinasi yang benar diperlukan juga koordinasi sistem yaraf yang

meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang, dan sendi.

Koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat kesukaran

dengan cepat dan tepat secara efisien (Irianto, 2009). Menurut Jonath dan Krempel dalam

Syafrudin (2011), koordinasi merupakan kerjasama system persarafan pusat sebagai

system yang telah diselaraskan oleh proses rangsangan dan hambatan serta otot rangka

pada waktu jalannya gerakan secara terarah. Sedangkan Suharno dalam Syafrudin (2011)

berpendapat bahwa koordinasi adalah kemampuan seseorang merangkaikan beberapa

unsur gerak menjadi suatu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya. Ada juga yang

berpendapat bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerak dengan

berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan (Lutan, 2000).

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa koordinasi merupakan kemampuan melakukan gerak pada berbagai tingkat

kesukaran dengan kerjasama sistem persyarafan yang telah diselaraskan oleh proses

rangsangan dan hambatan serta otot rangka sehingga dapat tercipta gerakan yang cepat

dan efisien. Sehingga sangat jelas bahwa koordinasi sangat dibutuhkan bagi seorang atlet,

karena koordinasi sering kali dikaitkan dengan kualitas gerakan. Semakin baik tingkat
28

koordinasi seseorang maka semakin baik pula kualitas gerakan yang ditampilkan

(Syafrudin, 2011).

Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak

satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Sehingga dapat

dikatakan bahwa koordinasi diperlukan hampir disemua cabang olahraga yang individu

maupun caban olahraga permainan. Tingkatan baik atau tidaknya koordinasi gerak

seorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus,

tepat, cepat, dan efisien. Adapun indicator utama dari koordinasi adalah ketepatan dan

gerak yang ekonomis (Sukadiyanto, 2005).

Dengan demikian koordinasi merupakan hasil perpaduan kinerja dari kualitas

otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan gerak yang efektif dan efisien. Dimana

komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf, tulang dan persendian

merupakan koordinasi neuromuskuler. Kordinasi neuromuskuler adalah setiap gerak yang

terjadi dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga

(Sukadiyanto, 2005). Untuk dapat mencapai tingkat koordinasi yang baik, banyak sekali

faktor yang mempengaruhinya. Faktor - faktor penentu koordinasi adalah (Ismaryati,

2008):

a. Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan

basil dari latihan.

b. Tergantung tonus dan elastisitas dari otot.

c. Baik tidaknya keseimbangan dan kelincahan.

d. Koordinasi kerja saraf, otot dan panca indera.

Ada juga yang berpendapat bahwa faktor yang membatasi kemampuan

koordinasi gerakan menurut Jonath Krempel dalam Syafrudin (2011) adalah kemampuan
29

fisiologi saraf, otot - otot saraf sensoris dan mekanis, kemampuan koordinasi gerakan

ditentukan oleh faktor kemampuan fisik, perbendaharaan gerakan dan faktor kemampuan

analisatoris. Pada dasarnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: koordinasi

umum dan koordinasi khusus (Sukadiyanto, 2005).

a. Koordinasi umum.

Koordinasi umum melibatkan semua atau sebagian besar otot - otot,

system syaraf, dan persendian. Untuk itu, pada koordinasi umum diperlukan

adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang lainnya, agar gerak

yang dilakukan dapat harmonis dan efektif sehingga dapat menguasai

keterampilan gerak yang dipelajari. Koordinasi umum merupakan dasar untuk

mengembangkan koordinasi khusus.

b. Koordinasi khusus.

Koordinasi khusus merupakan koordinasi antar beberapa anggota badan,

yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan gerak dari sejumlah anggota badan

secara simultan (Sukadiyanto, 2005). Pada umumnya setiap teknik dalam cabang

olahraga merupakan hasil dari perpaduan antara pandangan mata-tangan dan

kerja kaki. Oleh karena itu, koordinasi khusus merupakan pengembangan dari

koordinasi umum yang dikombinasikan dengan kemampuan lain yang sesuai

dengan karakteristik cabang olahraga.

Gerakan keterampilan dalam cabang olahraga membutuhkan koordinasi dari

beberapa bagian anggota tubuh. Sehingga koordinasi merupakan salah satu unsur penting

untuk dapat menguasai keterampilan dalam olahraga. Hal ini disebabkan bahwa gerakan

keterampilan tersebut tidak mungkin hanya dilakukan oleh salah satu bagian anggota

badan saja. Sugiyanto dalsam Rosalina dkk (Rosalina Wardani, 2020) mengemukakan
30

bahwa gerakan keterampilan merupakan salah satu jenis kegiatan yang di dalam

pelaksanaannya memerlukan koordinasi beberapa bagian tubuh atau bagian - bagian

tubuh secara keseluruhan.

Menurut Harsono dalam Rosalina dkk (Rosalina Wardani, 2020), berdasarkan

kemampuan gerak/skillnya sendiri, koordinasi terbagi atas:

a. Koordinasi Mata dan kaki (foot eye cooordination)

Koordinasi mata-kaki merupakan salah satu kemampuan fisik yang

sangat berpengaruh dalam olahraga renang. Banyak gerakan - gerakan dalam

renang yang memerlukan koordinasi dan salah satu koordinasi tersebut adalah

koordinasi mata-kaki. Salah satu contoh gerakan yang membutuhkan koordinasi

mata – kaki adalah saat melakukan gerakan ayunan kaki (kicking). Karena saat

melakukan gerakan ayunan kaki (kicking) tetap membutuhkan mata untuk dapat

menjaga posisi tubuh agar tetap berada posisi streamlined. Berikut adalah contoh

koordinasi mata-kaki pada renang terutama renang gaya dada


31

Gambar 2.8. Contoh Gerakan Koordinasi Mata-Kaki Pada Renang Gaya Dada

Sumber: (I. N. Marani, 2019)

b. Koordinasi Mata dan Tangan (Eye Hand coordination)

Koordinasi mata-tangan akan menghasilkan timming dan akurasi.

Timming berorientasi pada ketepatan waktu, akurasi berorientasi pada ketepatan

sasaran. Melalui timming yang baik, perkenaan antara tangan dengan objek akan

sesuai dengan keinginan sehingga akan menghasilkan gerakan yang efektif.

Akurasi akan menentukan tepat tidaknya objek yang akan dituju. Koordinasi

mata - tangan merupakan kemampuan mata untuk mengintegrasikan rangsangan

yang diterima dan tangan sebagai fungsi penggerak untuk melakukan gerakan

sesuai yang diinginkan.

Gerakan dalam renang terutama gaya dada yang menggunakan

koordinasi mata-tangan adalah pada saat melakukan gerakan kayuhan lengan dan

gerakan bernafas. Pada saat melakukan gerakan kayuhan lengan bersamaan

melakukan gerakan nafas. Gerakan nafas pada gaya dada dilakukan pada saat

fase tarikan dan fase recovery. Koordinasi mata-tangan diperlukan untuk dapat

menjaga posisi tubuh agar tetap berada posisi streamlined. Berikut adalah contoh

koordinasi mata-tangan pada renang terutama renang gaya dada.


32

Gambar 2.9. Contoh Gerakan Koordinasi Mata-Tangan Pada Renang Gaya Dada

Sumber: (I. N. Marani, 2019)

c. Koordinasi Mata tangan dan kaki (over all coordination)

Koordinasi mata tangan dan kaki adalah suatu kemampuan seseorang

dalam mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam merangkai berbagai

gerakan menjadi satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan menyeluruh dan

tepat dalam irama gerak yang terkontrol sesuai dengan tujuan. Berikut ini adalah

contoh gerakan koordinasi mata-tangan-kaki dalam gerakan renang terutama

renang gaya dada.


33

Gambar 2.10. Contoh Gerakan Koordinasi Mata-Tangan-kaki Pada Renang Gaya

Dada

Sumber: (I. N. Marani, 2019)

Pada umumnya setiap teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil dari

perpaduan antara pandangan mata-tangan dan kerja kaki. Salah satu olahraga

menggunakan koordinasi mata tangan dan kaki adalah renang. Karena olahraga renang

merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola gerakan tangan dan kaki

yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat mengapung dan meluncur

bergerak maju dari satu tempat ke tempat lain. Koordinasi mata tangan dan kaki adalah

suatu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam

merangkai berbagai gerakan menjadi satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan

menyeluruh dan tepat dalam irama gerak yang terkontrol sesuai dengan tujuan (Pamugar,

2016).

Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta teknik pengambilan nafas dan

dipadukan dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan

yang lebih efisien, efektif dan renang yang baik. Salah satu gaya dalam renang yang

menggunakan kombinasi mata tangan dan kaki adalah gaya dada. Dimana gerakan renang

gaya dada yang dimulai dengan tahap start meluncur dalam air (under water), gerakan
34

kaki dan lengan dan dilanjutkan dengan koordinasi gerak antara kayuhan lengan, ayunan

kaki dan nafas. Karena keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan atlet dalam

melakukan gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan

tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu aktivitas

siklik dan meningkatkan otomatisasi gerakan.

Salah satu gaya dalam olahraga renang yang terdiri dari beberapa teknik dan

jenis koordinasi mata-tangan-kaki yang berubah sesuai dengan kecepatan adalah gaya

dada. Dimana pada renang gaya dada, para perenang secara bersamaan melakukan dua

tindakan kontradiktif yang satu berasal dari gerakan pemulihan kaki yang menyebabkan

penurunan kecepatan dan yang satu lagi dari gerakan lengan (Leblanc et al., 2009).

Koordinasi lengan-kaki ditentukan oleh pengukuran jarak waktu antara fase stroke yang

berbeda dari setiap pasang anggota tubuh motor, sehingga memungkinkan untuk

menganalisis akselerasi-deselerasi tubuh.

Dari beberapa pendapat yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

koordinasi mata tangan dan kaki adalah suatu kemampuan seseorang dalam

mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam merangkai berbagai gerakan menjadi

satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan menyeluruh dan tepat dalam irama gerak

yang terkontrol sesuai dengan tujuan.

3. Hakikat Kelentukan Pinggang

Kelentukan adalah salah satu komponen biomotor yang peranannya sangat

penting dalam pembinaan olahraga prestasi, begitu juga dalam olahraga renang. Karena

dalam olahraga renang memiliki kelentukan berarti mempunyai kunci dalam keselarasan

gerakan renang. Kelentukan menurut Syafruddin dalam Denis dan Ridwan (2019) adalah
35

“salah satu unsur kondisi fisik yang menentukan dalam a) mempelajari gerakan-gerakan,

b) mencegah cidera, dan c) mengembangkan kemampuan kekuatan, kecepatan, daya

tahan dan koordinasi”. Berdasarkan hal tersebut, kelentukan memegang peranan yang

penting dalam pencapaian hasil yang optimal.

Kelentukan adalah efektifitas seseorang dengan pengukuran tubuh dengan

pengukuran tubuh yang luas dan bahkan ada yang mengidentifikasikan kelentukan

sebagai suatu kemampuan seseorang dalam melaksanakan gerakan dengan amplitude

yang luas. Kelentukan menurut M. Sajoto dalam Enggar (2015) adalah efektivitas

seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala kegiatan atau aktivitas dengan penguluran

otot – otot tubuh dan ruang sendi yang sangat luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai

dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh permukaan tubuh.

Kelentukan adalah kemampuan persendian untuk bergerak secara leluasa.

Kelentukan sebagai salah satu unsur komponen kesegaran jasmani merupakan

kemampuan menggerakan tubuh atau bagian – bagiannya seluas mungkin tanpa terjadi

ketegangan sendi dan cedera otot (Irianto, 2009). Ahli lain berpendapat, kelentukan

adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh

ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot - otot, tendon

dan ligament (Harsono, 2001). Kelentukan merupakan tingkat kemampuan maksimal

dalam ruang gerak sendinya.

Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen,

dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis

kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam bekerja (berolahraga)

(Cahyandaru, 2015). Ahli lain berpendapat bahwa, “Kelentukan adalah kemampuan

melakukan gerakan persendian seluas - luasnya dan keelastisan otot-otot disekitar

persendian” (Subardjah, 2002). Berdasarkan deskripsi di atas diperoleh pengertian bahwa


36

kelentukan merupakan kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak seluas -

luasnya dalam persendian. Kelentukan ini ditentukan oleh sendi, tendon, dan ligamen.

Ada dua macam kelentukan, yaitu kelentukan statis dan kelentukan dinamis

(Sukadiyanto, 2005).

a. Pada kelentukan statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak satu persendian

atau beberapa persendian. Contoh, yaitu mencium lutut, seseorang duduk dengan

kedua tungkai lurus dan rapat ke depan, kedua tangan berusaha meraih ujung

telapak kaki dengan lutut tetap menempel di lantai.

b. Kelentukan dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan

kecepatan yang tinggi. Contoh kelentukan dinamis saat melakukan renang adalah

gerakan saat melakukan start atau renang gaya kupu – kupu dan gaya dada.

. Kelentukan sangat erat hubungan nya dengan kemampuan otot - otot kerangka

tubuh secara alamiah dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang melampaui

panjangnya yang normal waktu istirahat. Kemampuan untuk melakukan gerak persendian

secara luas akan mempermudah dalam melakukan atau menguasai motor skill secara baik

dan benar. Dengan demikian akan mempermudah mencapai tingkat yang optimal pada

cabang olahraga yang dipilih. Orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang

gerak yang luas dalam sendi - sendinya dan orang yang mempunyai otot - otot yang

elastis. Terbatasnya kelentukan dalam gerak yang memerlukan luas gerak yang maksimal

dari persendian adalah disebabkan kurangnya daya kedang dari otot - otot yang

berlawanan.

Kualitas kelentukan dipengaruhi oleh struktur sendi, kualitas otot tendon dan

ligamen, usia, serta suhu. Kelentukan persendian berpengaruh terhadap mobilitas dan

dinamika kerja seseorang dan bermanfaat untuk mengurangi kemungkinan cedera


37

(Irianto, 2009). Menurut Sukadiyanto, secara garis besar faktor - faktor yang berpengaruh

terhadap tingkat kemampuan kelentukan seseorang antara lain adalah (a) elastisitas otot,

(b) tendon dan ligamenta, (c) susunan tulang, (d) bentuk persendian, (e) suhu atau

temperatur tubuh, (f) umur, (g) jenis kelamin, (h) bioretme (Sukadiyanto, 2005).

Sedangkan menurut Bompa factor-faktor yang mempengaruhi kelentukan secara garis

besar dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) faktor, yaitu : (a) Genetik, (b) Otot, (c) Umur dan

jenis kelamin, (d) Suhu tubuh, (e) waktu, (f) Kekuatan otot, (g) Kelelahan dan emosi

(Bompa & Haff, 2009).

Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa kualitas kelentukan tubuh

ditentukan oleh elastisitas otot - otot, tendon atau jaringan pengikat. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki otot yang elastis memiliki kelentukan

yang baik. Namun elastisitas otot dapat berkurang apabila tidak melakukan latihan dalam

jangka waktu yang lama. Agar seseorang memiliki kelentukan yang baik, perlu

diperhatikan langkah - langkah atau cara melatihnya. Latihan - latihan yang dapat

meningkatkan kelentukan dapat berupa latihan - latihan penguluran (stretching). Latihan

penguluran (stretching) sangat penting dilakukan sebelum latihan yang lebih berat karena

dapat memperbaiki kelentukan tubuh.

Selain itu dapat memperbaiki kelentukan. Latihan peregangan pada dasarnya

dapat mengurangi kelelahan yang berarti dalam suatu intensitas latihan olahraga berat.

Adapun kegunaan latihan kelentukan adalah untuk mempertahankan kekuatan bahkan

dapat meningkatkan kekuatan. Sumosardjono dalam Enggar (2015) mengatakan bahwa

menambah kelentukan dan peregangan ada hubungannya dengan kenaikan kekuatan,

lebih banyak melakukan peregangan otot dan menjadi lebih kuat. Hal ini dapat diperkuat

oleh Uram dalam Enggar (2015) yang menyatakan bahwa latihan kelentukan dapat
38

bermanfaat untuk memelihara kekuatan bahkan menambah kekuatan, atau latihan

kelentukan dapat bermanfaat bagi kelentukan, kecepatan dan ketahanan.

Menurut Suharto untuk mengembangkan kemampuan kelentukan perlu

diperhatikan prinsip - prinsip latihan, di antaranya (Suharto, 2000):

a. Dimulai dengan latihan kelentukan umum

b. Kelentukan - kelentukan khusus cabang olahraga harus dilatih dan dicapai

dengan amplitude Gerakan seoptimal mungkin, karena diperlukan untuk

pertandingan dan peningkatan prestasi.

c. Lakukan ke semua arah secara optimal sesuai dengan fumgsi dan

kemampuannya.

d. Latihan - latihan kelentukan harus diberikan sebelum dan sesudah latihan

kekuatan dan latihan kecepatan guna menghindari kekakuan otot dan membantu

pemulihan.

e. Program pengembangan kelentukan perlu juga dikombinasikan dengan latihan

kekuatan karena tanpa kekuatan amplitude Gerakan yang besar tidak dapat

dicapai

Adapun metode latihan untuk melatih kelentukan dapat dilakukan dengan cara

peregangan (Sukadiyanto, 2005). Secara garis besar ada tiga macam bentuk peregangan

(Streaching), yaitu : (1) balastik, (2) statistik, dan dibantu oleh pasangannya (memakai

alat) (Sukadiyanto, 2005). Sedangkan menurut Djoko Pekik Irianto ada empat macam

peregangan, yaitu : (1) Aktif-pasif, (2) Statis-dinamis), (3) bouncing (memantul), dan (4)

PNF (propioceptil neuromuscular fasilitation) (Irianto, 2009).

Dengan demikan sangat penting untuk meningkatkan kelentukan atlet karena

berpengaruh terhadap peregangan tendon dan ligament serta menambah kualitas gerakan
39

secara maksimal. Pentingnya untuk meningkatkan kelentukan atlet, adalah (Harsono,

2001):

a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera - cedera pada otot dan sendi.

b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan

(agility).

c. Membantu perkembangan prestasi.

d. Menghemat pengeluaran tenaga (efisien) pada waktu melakukan gerakan -

gerakan, dan

e. Membantu memperbaiki sikap tubuh.

Kelentukan diperlukan sekali hampir disetiap olahraga yang membutuhkan ruang

gerak sendi seperti renang. Pada cabang olahraga renang, kelentukan sangat

dibutuhkan utamanya pada saat melakukan gerakan-gerakan teknik dasar renang. Dalam

melakukan tehnik dasar renang, kelentukan memiliki peran besar dimana pada saat

melakukan gerakan tersebut kelentukan otot - otot pada togok harus lentur agar

peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal

bagi yang melakukannya.

Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan amplitudo

besar bagian tubuh dalam sistem persendian individu. Tergantung pada teknik berenang

yang diajarkan, karena terdapat perbedaan besar dalam mobilitas persendian individu.

Kelentukan relatif dapat dikembangkan dengan baik dengan menerapkan konten

kinesiologis yang berbeda (Beganovic, Joksimovic, Musovic, & Niksic, 2020). Seseorang

yang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi, memungkinkan untuk dapat bergerak

secara lebih leluasa dan halus dengan penggunakan energy yang sedikit. Begitu juga

dalam cabang olahraga renang.


40

Kelentukan pinggang yang baik mampu memperkecil keletihan dan

meminimalisir terjadinya cidera. Karena kelentukan yang buruk menyebabkan perenang

cidera. Sehingga, gerakan seorang perenang menjadi lebih efisien dan tenaga yang

maksimal akan menghasilkan suatu luncuran yang cepat (Ridwan, 2019). Perenang gaya

dada yang sering memiliki nyeri lutut ditemukan memiliki rotasi internal yang lebih

sedikit pada sendi panggul. Oleh karena itu, kelentukan tidak boleh dianggap sebagai

komponen tubuh secara keseluruhan, melainkan sebagai spesifik sendi. Sehingga perlu

melakukan penekanan pada pencapaian dan pemeliharaan terhadap sendi – sendi yang

digunakan dalam renang.

Pada gaya dada, kelentukan terjadi saat melakukan tendangan gaya dada.

Tendangan gaya dada melibatkan banyak sendi yang bergerak melalui sudut rotasi pada

saat bersamaan ketika melakukan tendangan. Rotasi pinggul dan lutut terlibat dalam

rotasi kedua kaki dan pergelangan kaki. Kesulitan yang umumnya terjadi saat melakukan

tendangan kaki gaya dada terkati dengan dengan urutan gerakan sendi pinggul, lutut, dan

pergelangan kaki yang rumit (Strzała et al., 2012). Untuk dapat menghasilkan tenaga

penggerak saat melakukan tendangan kaki gaya dada yang kuat diperlukan kelentukan

dan kekuatan otot di atas rata – rata.

Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jagomägi dan Jürimäe

(Jürimäe, 2005) pada sampel besar 125 perenang wanita, kecepatan renang dalam gaya

dada 100 m yang dilakukan dengan menggunakan papan dan tungkai secara signifikan

dipengaruhi oleh kelenturan pinggang, lutut, dan pergelangan kaki. Oleh karena itu,

kelentukan pinggang memiliki peranan agar gerakan lebih maksimal dan juga dengan

memiliki kelenturan yang bagus maka akan membuat lecutan tungkai lebih keras dan juga

akan membuat hambatan oleh tubuh menjadi lebih kecil (Ridwan, 2019).
41

Dari penjelasan - penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kelentukan

pinggang adalah kemampuan pergerakan persendian dalam ruang gerak sendi pinggan

dengan amplitude yang lebih luas sehingga gerakan - gerakan yang dilakukan lebih

mudah dan efisien. Dengan elastisitas otot - otot dan luasnya persendian seseorang akan

lebih mudah menguasai keterampilan gerak, karena gerakannya akan lebih leluasa

sehingga gerakan - gerakan yang sulit dapat dilakukan.

B. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Terhadap Hasil Renang 50 Meter

Gaya Dada

Salah satu unsur penting untuk dapat menguasai keterampilan dalam olahraga

adalah koordinasi. Hal ini disebebabkan karena fungsinya sangat terkait dengan elemen -

elemen kondisi fisik dan sangat ditentukan oleh kemampuan sistem persarafan pusat.

Untuk dapat melakukan gerakan koordinasi yang benar diperlukan juga koordinasi sistem

yaraf yang meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang, dan

sendi. Sehingga, definisi dari koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada

berbagai tingkat kesukaran dengan kerjasama sistem persyarafan yang telah diselaraskan

oleh proses rangsangan dan hambatan serta otot rangka sehingga dapat tercipta gerakan

yang cepat dan efisien.

Oleh karena itu, sangat jelas bahwa koordinasi sangat dibutuhkan bagi seorang

atlet, karena koordinasi sering kali dikaitkan dengan kualitas gerakan. Koordinasi yang

baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang

lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Pada umumnya setiap teknik dalam cabang

olahraga merupakan hasil dari perpaduan antara pandangan mata-tangan dan kerja kaki.

Salah satu olahraga menggunakan koordinasi mata tangan dan kaki adalah renang.
42

Karena olahraga renang merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola

gerakan tangan dan kaki yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat

mengapung dan meluncur bergerak maju dari satu tempat ke tempat lain.

Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta teknik pengambilan nafas dan

dipadukan dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan

yang lebih efisien, efektif dan renang yang baik. Salah satu gaya dalam renang yang

menggunakan kombinasi mata tangan dan kaki adalah gaya dada. Dimana gerakan renang

gaya dada yang dimulai dengan tahap start meluncur dalam air (under water), gerakan

kaki dan lengan dan dilanjutkan dengan koordinasi gerak antara kayuhan lengan, ayunan

kaki dan nafas. Karena keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan atlet dalam

melakukan gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan

tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu aktivitas

siklik dan meningkatkan otomatisasi gerakan.

Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat dibuat

hipotesis bahwa terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil

renang 50 meter gaya dada.

2. Hubungan Kelentukan Pinggang Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

Komponen biomotor lain yang memiliki peran penting dalam pembinaan

olahraga prestasi, terutama dalam olahraga renang adalah kelentukan. Karena dalam

olahraga renang memiliki kelentukan berarti mempunyai kunci dalam keselarasan

gerakan renang. Kelentukan memegang peranan yang penting dalam pencapaian hasil

yang optimal. kelentukan merupakan kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak

seluas - luasnya dalam persendian. Kelentukan ini ditentukan oleh sendi, tendon, dan

ligamen.
43

Kelentukan sebagai suatu kemampuan seseorang dalam melaksanakan gerakan

dengan amplitude yang luas. Kelentukan sebagai salah satu unsur komponen kesegaran

jasmani merupakan kemampuan menggerakan tubuh atau bagian – bagiannya seluas

mungkin tanpa terjadi ketegangan sendi dan cedera otot. Oleh karena itu, kelentukan

sangat erat hubungan nya dengan kemampuan otot - otot kerangka tubuh secara alamiah

dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya yang normal

waktu istirahat. Kemampuan untuk melakukan gerak persendian secara luas akan

mempermudah dalam melakukan atau menguasai motor skill secara baik dan benar.

Orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam

sendi - sendinya dan orang yang mempunyai otot - otot yang elastis. Terbatasnya

kelentukan dalam gerak yang memerlukan luas gerak yang maksimal dari persendian

adalah disebabkan kurangnya daya kedang dari otot - otot yang berlawanan. Kualitas

kelentukan dipengaruhi oleh struktur sendi, kualitas otot tendon dan ligamen, usia, serta

suhu. Kelentukan persendian berpengaruh terhadap mobilitas dan dinamika kerja

seseorang dan bermanfaat untuk mengurangi kemungkinan cedera.

Dengan demikan sangat penting untuk meningkatkan kelentukan atlet karena

berpengaruh terhadap peregangan tendon dan ligament serta menambah kualitas gerakan

secara maksimal. Karena kelentukan diperlukan di setiap olahraga yang membutuhkan

ruang gerak sendi seperti renang. Pada cabang olahraga renang, kelentukan sangat

dibutuhkan utamanya pada saat melakukan gerakan - gerakan teknik dasar renang. Dalam

melakukan tehnik dasar renang, kelentukan memiliki peran besar dimana pada saat

melakukan gerakan tersebut kelentukan otot - otot pada togok harus lentur agar

peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal

bagi yang melakukannya.


44

Seseorang yang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi, memungkinkan untuk

dapat bergerak secara lebih leluasa dan halus dengan penggunakan energy yang sedikit.

Begitu juga dalam cabang olahraga renang. Kelentukan pinggang yang baik mampu

memperkecil keletihan dan meminimalisir terjadinya cidera. Karena kelentukan yang

buruk menyebabkan perenang cidera. Sehingga, gerakan seorang perenang menjadi lebih

efisien dan tenaga yang maksimal akan menghasilkan suatu luncuran yang cepat. Pada

gaya dada, kelentukan terjadi saat melakukan tendangan gaya dada. Tendangan gaya dada

melibatkan banyak sendi yang bergerak melalui sudut rotasi pada saat bersamaan ketika

melakukan tendangan.

Rotasi pinggul dan lutut terlibat dalam rotasi kedua kaki dan pergelangan kaki.

Kesulitan yang umumnya terjadi saat melakukan tendangan kaki gaya dada terkati dengan

dengan urutan gerakan sendi pinggul, lutut, dan pergelangan kaki yang rumit. Untuk

dapat menghasilkan tenaga penggerak saat melakukan tendangan kaki gaya dada yang

kuat diperlukan kelentukan dan kekuatan otot di atas rata – rata. Oleh karena itu,

kelentukan pinggang memiliki peranan agar gerakan lebih maksimal dan juga dengan

memiliki kelenturan yang bagus maka akan membuat lecutan tungkai lebih keras dan juga

akan membuat hambatan oleh tubuh menjadi lebih kecil.

Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat dibuat

hipotesis bahwa terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50

meter gaya dada.

3. Hubungan Antara Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Dan Kelentukan Pinggang

Secara Bersama - Sama Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

Cabang olahraga renang yang menjadi fokus utama terletak pada kemampuan

atau kecepatan atau waktu tempuh. Kecepatan renang adalah kemampuan perenang untuk
45

menghasilkan daya dorong cepat dan mengurangi hambatan. Sehingga, kecepatan renang

gaya dada adalah kemampuan untuk melakukan gerakan renang gaya dada dengan cepat.

Di dalam peningkatan kecepatan renang gaya dada dapat diperoleh dengan meningkatkan

daya penggerak melalui perbaikan gaya antara lain, gerakan lengan, gerakan tungkai,

pernapasan (napas) dan gerakan koordinasi serta power yang sangat penting untuk

mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat agar dapat

menghasilkan dorongan yang maksimal.

Oleh karena itu, untuk dapat menunjang prestasi dalam olahraga renang,

dibutuhkan latihan untuk peningkatan determinan kinerja seperti teknik dan koordinasi,

kelentukan, dan kapasitas aerobik. Karena olahraga renang merupakan olahraga yang

melombakan kecepatan atlet renang dalam kemampuan berenang. Perenang yang

memenangkan lomba renang merupakan perenang yang dapat menyelesaikan jarak

lintasan tercepat. Salah satu komponen yang sangat menunjang prestasi olahraga renang

adalah koordinasi mata, tangan, kaki.

Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu

keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan

keterampilan baru yang diperoleh. Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah

secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi

efektif. Begitu pula pada renang gaya dada. Gaya dada merupakan gaya yang menantang

karena gerakan aksi pendorong lengan dan kaki yang terputus-putus namun memerlukan

sinkronisasi waktu yang kompleks.

Berbeda dengan gaya yang lain, gaya dada memiliki variasi kecepatan yang luas,

karena komponen hambatan gaya yang dimiliki pada gaya dada lebih besar dari gerakan

maju selama pemulihan di bawah air yang didapat dari gerakan lengan dan tungkai.

Ketika kecepatan meningkat, perenang dapat meningkatkan kecepatan gerakan lengan


46

atau mengurangi panjang gerakan lengan dengan memperpendek waktu meluncur dan

mengubah koordinasi lengan-kaki. Sehingga dapat dikatakan bahwa karakteristik

individu dan kecepatan berenang adalah dua faktor yang dapat mempengaruhi koordinasi

lengan-kaki seorang perenang. Gerakan koordinasi dilakukan untuk menggabungkan dan

melatih kerja sama antara kaki, gerakan tangan dan pernafasan. Jadi rangkaian gerak yang

terjadi tersebut harus betul - betul membuat perenang bergerak maju ke depan dan tidak

terlihat tahanan atau tersendat – sendat.

Salah satu komponen kondisi fisik yang penting untuk dipertimbangkan dalam

suatu gerak, terutama sekali yang menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian dan

keluasan gerak adalah kelentukan. Begitu juga dalam olahraga renang, kelentukan

merupakan komponen integral dari pengkondisian fisik perenang. Karena dalam renang,

kelentukan dibutuhkan untuk mencapai posisi yang optimal di dalam air untuk penerapan

gaya dan meminimalkan hambatan. Gerakan efisiensi membutuhkan jumlah gerakan

sendi yang sesuai.

Kelentukan berguna untuk merubah arah dari keadaan diam menjadi aktif

bergerak. Sehingga kelentukan sangat penting bagi semua atlet begitu juga untuk

perenang yang akan melakuakn kerja otot dengan sepenuh tenaga, supaya otot terhindar

dari rasa sakit setelah selesai kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan kerangka teori serta

kerangka berfikir di atas, maka dapat dibuat hipotesis bahwa terdapat hubungan antara

koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara bersama - sama terhadap

hasil renang 50 meter gaya dada.

C. Hipotesis Penelitian
47

Berdasarkan uraian dan penjelasan dari deskripsi konseptual dan kerangka

berpikir di atas, peneliti merumuskan hipotesis penelitian dari permasalahan penelitian

adalah sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang 50

meter gaya dada.

2. Terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter

gaya dada

3. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan

pinggang secara bersama-sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masasalah yang dirumuskan, kerangka teori dan kerangka berfikir

maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui:

4. Hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter

gaya dada.

5. Hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada

6. Hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara

bersama - sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dimulai dari pembuatan proposal penelitian, pengambilan data

hingga pembuatan laporan penelitian. Untuk pembuatan proposal dan laporan hasil

penelitian dilakukan di Kampus B Universitas Negeri Jakarta. Dan untuk

pengambilan data dilakukan di Kolam Renang GOR Otista Jakarta Timur.

54
55

2. Waktu Penelitian

Proses pengajuan proposal penelitian dilakukan pada bulan Februari 2021,

Dilanjutkan dengan permohonan pengambilan data yang dilakukan pada bulan Juni –

awal bulan Juli 2021. Dan pembuatan laporan hasil penelitian dilakukan mulai dari

awal bulan Juli 2021.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mencari jawaban atas suatu masalah yang dilakukan

dengan hati – hati, teratur dan terus – menerus dengan menggunakan langkah – langkah

yang disebut dengan metode penelitian. Metode diartikan sebagai cara teratur yang

digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki, atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Prastowo, 2014). Sedangkan definisi

penelitian adalah refeksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu yang berupa fakta atau

fenomena alam (Supomo, 2014).

Berdasarkan penjelasan di atas, maka metode penelitian dapat didefinisikan

sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode penelitian yang digunakan pada suatu penelitian ditentukan oleh sifat

persoalannya dan jenis data yang diperlukan. Oleh karena itu, berdasarkan sifat dari

penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan studi

korelasi.

Penelitian korelasional didefinisikan sebagai studi tentang hubungan antar

variabel yang diuji melalui statistik korelasional (W.R. Borg and M.D., 2003). Oleh

karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas yaitu koordinasi mata, tangan dan kaki (X1) dan kelentukan pinggang
56

(X2) dengan variabel terikat yaitu hasil renang 50 meter gaya dada (Y). Maka dari itu

desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1. Desain Penelitian Korelasional

Sumber: (Nazir, 2011)

Keterangan :

X1 : Koordinasi mata-tangan-kaki

X2 : Kelentukan Pinggang

Y : Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian

ini populasinya adalah atlet renang pada klub Indonesia Star Aquatics (ISA) dengan

jumlah 60 atlet.
57

2. Sampel

Sampel sering juga disebut "contoh" yaitu himpunan bagian/subset dari suatu

populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi (Gulo, 2010).

Ada juga yang mendefinisikan sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi

yang akan diteliti (Arikunto, 2013). Pengambilan populasi untuk dijadikan sampel

disebut dengan teknik sampling. Teknik sampling adalah suatu cara mengambil

sampel yang representatif dari populasi (Riduwan, 2015).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel dengan

mempertimbangkan khusus supaya data dari hasil penelitian yang dilakukan menjadi

lebih representative (Siregan, 2013). Adapun pertimbangan yang diambil adalah atlet

renang dengan rentangan umur 10 – 14 tahun dan berjenis kelamin laki – laki pada

klub Indonesia Star Aquatics (ISA) yang berjumlah 30 atlet.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat - alat yang akan digunakan untuk

mengumpulkan data yang dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir - formulir

lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Oleh

karena itu, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah dengan melakukan pengukuran terhadap variabel –variabel yang terdapat dalam

penelitian ini, Adapun instrumen yang digunakan adalah:

1. Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

Instrumen penelitian untuk hasil renang 50 meter gaya dada menggunakan tes

renang 50 meter gaya dada. Adapun tujuan dari instrument tes ini adalah untuk

menilai kemampuan hasil renang 50 meter gaya dada atlet renang klub ISA.
58

2. Variabel Koordinasi Mata, Tangan, Kaki

Instrumen penelitian untuk variabel koordinasi mata, tangan dan kaki

menggunakan tes koordinasi mata-tangan-kaki milik Sridadi (2014). Adapun nilai

reliabilitas tes koordinasi mata-tangan-kaki milik Sridadi sebesar 0,867 (Sridadi,

2014). Adapun tujuan dari instrument tes ini adalah untuk menilai kemampuan

koordinasi mata, tangan dan kaki atlet renang klub ISA. Tes koordinasi mata-tangan-

kaki milik Sridadi adalah: melempar, menangkap dan menendang bola ke arah

sasaran yang diberi sekor 4,3,2, dan 1 selama 30 detik.

Gambar 3.2. Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Sridadi

Sumber: (Nugraheni & Widodo, 2017)


59

3. Variabel Kelentukan Pinggang

Instrumen penelitian untuk variabel kelentukan pinggang menggunakan tes

sit and reach. Adapun tujuan dari instrument tes ini adalah untuk menilai kemampuan

kelentukan pinggang atlet renang klub ISA. Berikut gambar instrument tes sit and

reach.

Gambar 3.3. Tes Sit and Reach

Sumber: (Widiastuti, 2011)

F. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencari jawaban

permasalahan dalam suatu penelitian diperlukan pengumpulan data. Data yang

dikumpulkan ditentukan oleh variable - variabel yang ada dalam hipotesis dan dilakukan

oleh sampel yang telah ditentukan. “Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga

menghasilkan infromasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang


60

menunjukkan fakta (Riduwan, 2015)”. Ditinjau dari aspek cara memperolehnya, data

digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang didapat dan diolah langsung dari obyeknya atau

sumbernya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah

jadi, hasil dari pengumpulan dan pengolahan pihak lain. Data penelitian yang diambil

melalui data primer, yaitu data koordinasi mata, tangan dan kaki, kelentukan pinggang

dan hasil renang 50 meter gaya dada. Berikut teknik pengambilan data dari masing –

masing tes yang dilakukan.

1. Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

Pelaksanaan tes hasil renang 50 meter gaya dada dilakukan dengan cara:

a. Sebelum melakukan tes, testee dipersilakan untuk melakukan pemanasan

baik di darat maupun di air selama kurang lebih 15 menit.

b. Setelah selesai melakukan pemanasan, testee bersiap – siap untuk melakukan

tes renang 50 meter gaya dada.

c. Tes dimulai dengan testee berdiri di start block, kemudian bersiap – siap

mendengarkan aba – aba dari starter.

d. Setelah testee mendengarkan tanda pluit dibunyikan, maka testee mulai

melakukan lompatan start dan dilanjutkan dengan berenang gaya dada

dengan jarak 50 meter.

e. Testee berenang dengan gaya bebas secepat – cepatnya hingga mencapai

jarak 50 meter.

f. Adapun hasil yang di catat adalah hasil catatan waktu yang diperoleh testee.

Tes dilakukan hanya 1 kali.


61

Hasil dari tes hasil renang 50 meter gaya dada yang telah dilakukan,

dicatat pada form test yang sudah disiapkan. Berikut adalah form test untuk tes

hasil renan 50 meter gaya dada.

Tabel 3.1. Form Tes Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

No Nama Atlet Catatan Waktu (detik)

2. Variabel Koordinasi Mata, Tangan dan Kaki

Tujuan dari tes koordinasi mata-tangan-kaki milik Sridadi adalah ntuk

mengukur kemampuan koordinasi mata-tangan-kaki. Adapun alat yang dibutuhkan

adalah: 2 buah bola tangan, 1 buah stopwatch serta alat tulis untuk mencatat hasil.

Berikut adalah pelaksanaan tes koordinasi mata-tangan-kaki milik Sridadi yang

dilakukan dengan cara:

a. Testee siap dengan membawa bola tangan di belakang batas dengan jarak 4

meter dari dinding (sasaran/target) dan ke samping tak terbatas.

b. Setelah aba-aba “Ya” testee secepat mungkin melakukan gerakan melempar

menangkap, dan menendang bola ke arah sasaran/target (dinding) yang diberi

skor 4,3,2, dan 1 secara terus menerus selama 30 detik.

c. Bola yang memantul dari hasil lemparan maupun tendangan harus melewati

garis batas yang sudah ditentukan,

d. Setiap testee disediakan 2 (dua) buah bola. Jika bola pertama yang dilempar

atau ditendang pantulannya tidak melewati garis batas atau keluar garis batas,

testee diperbolehkan mengambil bola kedua (cadangan) dan selanjutnya

kembali di belakang garis untuk melanjutkan gerakan berikutnya sampai

waktu yang ditentukan habis, dan (e) Jika bola kedua yang dilempar atau
62

ditendang pantulannya tidak melewati garis batas atau keluar garis batas,

testee secepatnya dapat mengambil bola tersebut tanpa bantuan dari siapapun,

selanjutnya kembali di belakang garis untuk melakukan gerakan berikutnya

sampai waktu yang ditentukan habis,

e. Skor yang dihitung adalah jumlah target yang berhasil disentuh bola hasil

dari lemparan atau tendangan. Apabila bola yang dilempar atau ditendang

mengenai garis sasaran maka skor tertinggi yang dihitung, Apabila hasil

lemparan atau tendangan tidak mengenai sasaran diberi skor “0”,

f. Tes dilakukan sebanyak 2 (dua) kali kesempatan dan diambil jumlah skor

yang terbaik,

Hasil dari tes koordinasi mata-tangan-kaki Sridadi yang telah dilakukan

oleh testee, dicatat pada form tes yang sudah disiapkan. Berikut adalah form tes

untuk tes koordinasi mata-tangan-kaki Sridadi, yaitu:

Tabel 3.2. Form Tes Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Sridadi

Nilai Skort Test


Nilai akhir
No. Nama 1 2
1
2
3
3. Variabel Kelentukan Pinggang.

Adapun pelaksanaan tes sit and reach adalah sebagai berikut:

a. Atlet duduk dengan posisi kaki rapat dan lurus ke depan.

b. Perlahan condongkan badan dengan posisi tangan lurus ke depan dari posisi

duduk dan menyentuh mistar skala sejauh mungkin.

c. Tahan posisi akhir selama tiga detik.

d. Yang diukur adalah bekas jari yang nampak pada mistar.


63

Hasil dari tes sit and reach yang telah dilakukan oleh testee, dicatat pada

form tes yang sudah disiapkan. Berikut adalah form tes untuk tes sit and reach

yaitu:

Tabel 3.3. Form Tes Sit and Reach

No Nama Atlet Jauhnya Jangkauan


1
2
dst

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi dan regeresi.

Untuk mengolah data, diperoleh dari tes koordinasi mata, tangan dan kaki ( ), tes

kayuhan lengan ( ) dan hasil renang 50 meter gaya bebas (Y). Teknik analisa data

menggunakan langkah - langkah sebagai berikut:

1. Mencari persamaan regresi

Langkah ini di lakukan untuk memastikan bentuk hubungan antara variabel X

dengan variabel Y dengan bentuk persamaan sebagai berikut:

Ŷ = a + bX

Di mana:

Ŷ= Variabel respon yang diperoleh dari persamaan regresi

a = Konstanta regresi untuk X = 0

b =Koefesien arah regresi yang menentukan bagaimana arah regresi terletak


64

Koefesien arah a dan b untuk persamaan regresi di atas dapat di hitung dengan

rumus sebagai berikut:

a=

b=

2. Mencari koefisien korelasi

Koefisien kerelasi antar variabel dengan Y dapat dicari dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

rx1y=

3. Uji Keberartian Koefisien Korelasi

Sebelum koefesien korelasi di atas dipakai untuk mengambil kesimpulan terlebih

dahulu diuji mengenai keberartianya.

Kriteria Pengujian:

Tolak ho jika dalam hal lain Ho diterima pada α = 0,05.

Untuk keperluan uji ini dengan rumus sebagai berikut:

t=
65

4. Mencari Koefesien Determinasi

Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan jalan mengalikan

koefisien korelasi yang sudah dikuadratkan dengan angka 100%

5. Persamaan Regresi Linear Ganda

Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan bentuk hubungan antara variabel

dengan terhadap Y.

Dimana :

6. Mencari Koefisien Korelasi Ganda (ganda 1-2)

Di mana:

JK(REG) = ⅀ y+ ⅀ y
66

7. Uji Keberartian Korelasi Ganda

Hipotesis Statistik:

Ho : Ry =0

H1 : Ry ≠ 0

Ho : Koefisien korelasi ganda tidak berarti

H1 : Koefisien korelasi ganda berarti

Kriteria Pengujian:

Tolak Ho jika > dalam hal lain diterima pada α = 0,05

Rumusnya : F =

Dimana :

F = Uji keberartian regresi

R = Koefisien korelasi ganda

K = Jumlah variabel bebas

N = jumlah sampel

dicari dari daftar distribusi F dengan dk sebagai pembilang adalah k atau 2

dan sebagai dk penyebut adalah (n-k-1) atau 2 pada α =0,05

8. Mencari Koefisien Determinasi


67

Hal ini dapat ini dapat dilakukan untuk mengetahui sumbangan dua variabel X 1

dan X2 terhadap variabel Y.Koeefisien determinasi dicari dengan jalan mengalikan

dengan 100%.

9. Interpretasi Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui tingkat hubungan dari variabel - variabel yang diteliti, maka

dapat menggunakan interpretasi Koefisien Korelasi sebagai berikut:

0,80 – 1,00 = Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 = Tinggi

0,40 – 0,59 = Sedang

0,20 – 0,39 = Rendah

0,00 – 0,19 = Tidak ada hubungan

H. Hipotesis Statistik

1) Ho : y x1 = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara koordinasi

mata-tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

Ha : y x1 ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara mata-tangan-kaki

terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

2) Ho : py x2 = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara

kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

Ha : y x2 ≠ 0, artinya terdapat terdapat hubungan antara

kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya

dada.
68

3) Ho : y x1x2 = 0, artinya tidak terdapat hubungan antara

koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara

bersama – sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

Ha : y x1x2 ≠ 0, artinya terdapat hubungan antara koordinasi

mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara bersama –

sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Setelah dilakukan pengambilan data penelitian, maka langkah selanjutnya adalah

menyajikan data hasil penelitian yang telah diolah. Penelitian ini memiliki dua (2)

variabel bebas dan satu (1) variabel terikat. Adapun variabel bebas terdiri dari koordinasi

mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil

renang 50 meter gaya dada. Pada sub bab ini akan disajikan tentang deskripsi data hasil

penelitian yang berupa nilai rata-rata, median, modus, simpangan baku, nilai tertinggi dan

nilai terendah yang diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian.

Tabel 4.1. Data Koordinasi mata-tangan-kaki, Kelentukan Pinggang, dan Hasil

Renang 50 Meter Gaya Dada

Koordinasi Mata- Kelentukan Hasil Renang 50


Deskripsi Data
Tangan-Kaki Pinggang Meter Gaya Dada
Nilai Terendah 53.09 23.36 27.38
Nilai Tertinggi 56.62 71.48 71.19
Mean 54.48 50 50
Median 54.41 47.85 52.27
Modus 53.97 40.55 52.35
Simpangan Baku 0.98 10 10
Varians 0.97 100 100

70
71

1. Deskripsi Data Variabel Koordinasi mata-tangan-kaki (X1)

Hasil penelitian variabel koordinasi mata-tangan-kaki (X 1) mempunyai

rentang nilai sebesar 3.97, yaitu dengan nilai terendah 53.09 dan nilai tertinggi 56.62.

Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa skor rata-rata sebesar 54.48, median

54.41, modus 53.97, simpangan baku 0.98, varians 0.97. Berdasarkan hasil

perhitungan tersebut, maka terlihat distribusi frekuensi pada tabel 4.2. di bawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Koordinasi mata-tangan-kaki (X1)

No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1 53.09 - 53.72 6 20

2 53.77 - 54.40 13 43

3 54.45 - 55.08 3 10

4 55.13 - 55.76 6 20

5 55.81 - 56.44 0 0

6 56.49 - 57.12 2 7

  30 100
 

Selanjutnya kecenderungan distribusi frekuensi variabel koordinasi mata-

tangan-kaki (X1) di atas digambarkan dalam grafik histogram 4.1. di bawah ini.
72

Gambar 4.1: Grafik Histogram Variabel Koordinasi mata-tangan-kaki (X 1)

2. Deskrpisi Data Variabel Kelentukan Pinggang (X2)

Hasil penelitian variabel kelentukan pinggang (X2) mempunyai rentang nilai

sebesar 30, yaitu dengan nilai terendah 23.36 dan nilai tertinggi 71.48. Berdasarkan

hasil analisis data ditemukan bahwa skor rata-rata sebesar 29.33, dengan simpangan

baku 6.87, median 27.5, modus 25, varians 47.13. Berdasarkan hasil perhitungan

tersebut, maka terlihat distribusi frekuensi pada tabel 4.3. di bawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Kelentukan Pinggang (X2)

No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1 23.36 - 31.50 1 3

2 31.55 - 39.69 1 3

3 39.74 - 47.88 13 43

4 47.93 - 56.07 6 20
73

5 56.12 - 64.26 7 23

6 64.31 - 72.45 2 7

    30 100

Selanjutnya kecenderungan distribusi frekuensi variabel kelentukan pinggang

(X2) di atas digambarkan dalam grafik histogram 4.2. di bawah ini:


74

Gambar 4.2: Diagram Histogram Variabel Kelentukan Pinggang (X2)

3. Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada (Y)

Hasil penelitian variabel hasil renang 50 meter gaya dada (Y)

mempunyai rentang nilai sebesar 43.81, yaitu dengan nilai terendah 27.38 dan nilai

tertinggi 71.19. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa skor rata-rata

sebesar 50, median 52.27, modus 52.35, varians 100, simpangan baku 10.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka terlihat distribusi frekuensi pada tabel

4.4. di bawah ini:


74

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada (Y)

No Kelas Interval Frekuensi Frekuensi Relatif (%)

1 27.38 - 34.79 1 3

2 34.84 - 42.25 6 20

3 42.30 - 49.71 7 23

4 49.76 - 57.17 8 27

5 57.22 - 64.63 5 17

6 64.68 - 72.09 3 10

    30 100

Selanjutnya kecenderungan distribusi frekuensi variabel hasil renang 50

meter gaya dada (Y) di atas digambarkan dalam grafik histogram 4.3. di bawah ini:
74

Gambar 4.3: Grafik Histogram Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

(Y)

B. PENGUJIAN HIPOTESIS

1. Hubungan antara Koordinasi Mata-Tangan-Kaki (X1) Terhadap Hasil Renang

50 Meter Gaya Dada (Y)

Hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter

gaya dada dapat diketahui atau diperkirakan dengan persamaan regresi = 579.19 – 9.71

X1. Artinya hasil renang 50 meter gaya dada dapat diketahui atau diperkirakan dengan

persamaan regresi tersebut jika variabel koordinasi mata-tangan-kaki (X 1) diketahui.

Hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki (X 1) terhadap hasil renang 50 meter gaya

dada (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi RX 1Y = 0.95 dan koefisien itu harus diuji

terlebih dahulu mengenai keberartiannya sebelum digunakan untuk mengambil

kesimpulan. Hasil uji koefisien korelasi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
75

Tabel 4.5 Uji keberartian koefisien korelasi (X1) dengan (Y)

Koefisien korelasi thitung ttabel


0.95 17.01 1.70

Dari uji keberartian koefisien korelasi diatas terlihat bahwa t hitung = 17.01 lebih

besar dari ttabel = 1.70. Hasil ini memiliki arti bahwa koefisien korelasi ry 1 = 0.95 adalah

berarti atau signifikan. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan

terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki (X 1) terhadap hasil renang 50

meter gaya dada (Y) diterima. Koefisien determinasi koordinasi mata-tangan-kaki

terhadap hasil renang 50 meter gaya dada (ry 12) = 0.90. Hal ini berarti bahwa koordinasi

mata-tangan-kaki (X1) memiliki kontribusi sebesar 90% dan 10% dipengaruhi oleh faktor

yang lainnya.

2. Hubungan antara Kelentukan Pinggang (X2) Terhadap Hasil Renang 50 Meter

Gaya Dada (Y)

Hubungan antara kelentukan pinggang (X2) terhadap hasil renang 50 meter gaya

dada dapat diketahui atau diperkirakan dengan persamaan regresi = 16.14 + 0.68 X2.

Artinya hasil renang 50 meter gaya dada dapat diketahui atau diperkirakan dengan

persamaan regresi tersebut jika variabel kelentukan pinggang (X 2) diketahui. Hubungan

antara kelentukan pinggang (X2) terhadap hasil renang 50 meter gaya dada(Y) ditunjukan

oleh koefisien korelasi RX 2Y = 0.68 dan koefisien itu harus diuji terlebih dahulu

mengenai keberartiannya sebelum digunakan untuk mengambil kesimpulan. Hasil uji

koefisien korelasi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.6 Uji keberartian koefisien korelasi (X2) dengan (Y)

Koefisien korelasi thitung ttabel


0.68 4.87 1.70
76

Dari uji keberartian koefisien korelasi diatas terlihat bahwa t hitung = 4.87 lebih

besar dari ttabel = 1.70, ini memiliki arti bahwa koefisien korelasi ry 2 = 0.68 adalah berarti

atau signifikan. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat

hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada diterima.

Koefisien determinasi kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada

(ry22) = 0.46. Hal ini berarti bahwa kelentukan pinggang (X 2) memiliki kontribusi sebesar

46% dan sebesar 54% dipengaruhi oleh faktor yang lainnya.

3. Hubungan antara Koordinasi Mata-Tangan-Kaki (X1) dan Kelentukan

Pinggang (X2) secara bersama-sama Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya

Dada (Y).

Hubungan koordinasi mata-tangan-kaki (X1) dan kelentukan pinggang (X2) secara

bersama-sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada (Y) dinyatakan oleh persamaan

regresi = 499.71 – 8.46 X1 + 0.23 X2. Sedangkan hubungan antara ketiga variabel

tersebut dinyatakan oleh koefisien korelasi ganda R y-12 = 0,66. Koefisien korelasi ganda

tersebut harus di uji terlebih dahulu mengenai keberartiannya sebelum digunakan untuk

mengambil kesimpulan. Hasil uji koefisien korelasi ganda tersebut dapat dilihat dalam

tabel berikut.

Tabel 4.7 Uji keberartian koefisien korelasi ganda

Koefisien korelasi Fhitung Ftable

0.66 10.50 3,34

Dari uji keberartian koefisien korelasi diatas terlihat bahwa F hitung = 10.50 lebih

besar dari Ftabel = 3,34, ini memiliki arti bahwa koefisien korelasi Ry 1-2= 0,66 adalah
77

berarti atau signifikan. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang secara

bersama-sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada diterima. Koefisien determinasi

dari (Ry1-2)2 = 0,44. Hal ini berarti bahwa koordinasi mata-tangan-kaki (X 1) dan

kelentukan pinggang (X2) secara bersama memiliki kontribusi sebesar 44% terhadap hasil

renang 50 meter gaya dada dan 56% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditemukan

dalam pembahasan dari hasil penelitian menunjukan:

1. Terdapat Hubungan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki (X1) Terhadap Hasil

Renang 50 Meter Gaya Dada (Y).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara koordinasi mata-

tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter gaya dada yang ditunjukkan dengan nilai thitung

= 17.01 yang lebih besar dari t tabel = 1.701. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir dan

teori yang mengatakan bahwa dengan memiliki koordinasi mata-tangan-kaki yang baik,

dapat meningkatkan hasil renang 50 meter gaya dada. Oleh karena itu, bagi perenang

terutama perenang gaya dada sangatlah penting memiliki koordinasi mata-tangan-kaki

yang baik agar dapat memiliki hasil renang 50 meter gaya dada sesuai dengan catatan

waktu yang diharapkan.

Hasil penelitian membuktikan bahwa koordinasi mata-tangan-kaki menjadi salah

satu unsur penting dalam menguasi keterampilan olahraga terutama olahraga renang. Hal

ini disebebabkan karena fungsi dari koordinasi mata-tangan-kaki terkait dengan elemen-

elemen kondisi fisik dan sangat ditentukan oleh kemampuan sistem persarafan pusat.
78

Untuk dapat melakukan gerakan koordinasi yang benar diperlukan juga koordinasi sistem

yaraf yang meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang, dan

sendi. Sehingga dapat dikatakan bahwa koordinasi mata-tangan-kaki dibutuhkan oleh

atlet terutama perenan, karena koordinasi sering dikatikan dengan kualitas gerakan.

Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak

satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Pada umumnya setiap

teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil dari perpaduan antara pandangan mata-

tangan dan kerja kaki. Dan salah satu olahraga yang menggunakan koordinasi mata

tangan dan kaki adalah renang. Karena olahraga renang merupakan salah satu cabang

olahraga yang menuntut suatu pola gerakan tangan dan kaki yang harus dilakukan pada

saat bersamaan sehingga dapat mengapung dan meluncur bergerak maju dari satu tempat

ke tempat lain.

Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta teknik pengambilan nafas dan

dipadukan dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan

yang lebih efisien, efektif dan renang yang baik. Salah satu gaya dalam renang yang

menggunakan kombinasi mata tangan dan kaki adalah gaya dada. Dimana gerakan renang

gaya dada yang dimulai dengan tahap start meluncur dalam air (under water), gerakan

kaki dan lengan dan dilanjutkan dengan koordinasi gerak antara kayuhan lengan, ayunan

kaki dan nafas. Karena keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan atlet dalam

melakukan gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan

tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu aktivitas

siklik dan meningkatkan otomatisasi gerakan.

2. Terdapat hubungan Kelentukan Pinggang (X2) Terhadap Hasil Renang 50

Meter Gaya Dada (Y).


79

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kelentukan

pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada yang ditunjukkan dengan t hitung = 4.87

yang lebih besar dari ttabel = 1.701. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir dan teori yang

mengatakan bahwa dengan memiliki kelentukan pinggang yang baik, dapat meningkatkan

hasil renang 50 meter gaya dada. Oleh karena itu, bagi perenang sangat penting memiliki

kelentukan pinggang yang baik untuk dapat meningkatkan prestasi renang 50 meter gaya

dada hingga mencapai catatan waktu yang diinginkan.

Hasil penelitian membuktikan bahwa salah satu komponen biomotor yang

memiliki hubungan terhadap peningkatan hasil renang 50 meter gaya dada adalah

kelentukan. Dengan memiliki kelentukan, berarti seorang perenang memiliki keselarasan

dalam melakukan gerakan renang. Kelentukan memegang peranang penting dalam

pencapaian hasil yang optimal, karena kelentukan merupakan kemampuan melakukan

gerakan dalam ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian yang ditentukan oleh sendi,

tendon, dan ligamen. Sehingga orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang

gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan orang yang mempunyai otot-otot yang elastis.

Terbatasnya kelentukan dalam gerak yang memerlukan luas gerak yang maksimal

dari persendian adalah disebabkan kurangnya daya kedang dari otot-otot yang

berlawanan. Kelentukan persendian berpengaruh terhadap mobilitas dan dinamika kerja

seseorang dan bermanfaat untuk mengurangi kemungkinan cedera. Dengan demikan

sangat penting untuk meningkatkan kelentukan atlet karena berpengaruh terhadap

peregangan tendon dan ligament serta menambah kualitas gerakan secara maksimal.

Oleh karena itu, kelentukan dibutuhkan dalam cabang olahraga renang saat melakukan

gerakan-gerakan teknik dasar renang. Dalam melakukan tehnik dasar renang, kelentukan

memiliki peran besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otot-otot
80

pada togok harus lentur agar peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang

yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya.

Seseorang yang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi, memungkinkan untuk

dapat bergerak secara lebih leluasa dan halus dengan penggunakan energy yang sedikit.

Begitu juga dalam cabang olahraga renang. Kelentukan pinggang yang baik mampu

memperkecil keletihan dan meminimalisir terjadinya cidera. Karena kelentukan yang

buruk menyebabkan perenang cidera. Sehingga, gerakan seorang perenang menjadi lebih

efisien dan tenaga yang maksimal akan menghasilkan suatu luncuran yang cepat. Pada

gaya dada, kelentukan terjadi saat melakukan tendangan gaya dada. Tendangan gaya dada

melibatkan banyak sendi yang bergerak melalui sudut rotasi pada saat bersamaan ketika

melakukan tendangan.

Rotasi pinggul dan lutut terlibat dalam rotasi kedua kaki dan pergelangan kaki.

Kesulitan yang umumnya terjadi saat melakukan tendangan kaki gaya dada terkati dengan

dengan urutan gerakan sendi pinggul, lutut, dan pergelangan kaki yang rumit. Untuk

dapat menghasilkan tenaga penggerak saat melakukan tendangan kaki gaya dada yang

kuat diperlukan kelentukan dan kekuatan otot di atas rata – rata. Oleh karena itu,

kelentukan pinggang memiliki peranan agar gerakan lebih maksimal dan juga dengan

memiliki kelenturan yang bagus maka akan membuat lecutan tungkai lebih keras dan juga

akan membuat hambatan oleh tubuh menjadi lebih kecil.

3. Terdapat hubungan Koordinisi Mata-Tangan-Kaki (X 1) dan Kelentukan

Pinggang (X2) secara bersama-sama Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya

Dada (Y)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan koordinisi mata-tangan-

kaki (X1) dan kelentukan pinggang (X2) secara bersama-sama terhadap hasil renang 50
81

Meter gaya dada (Y) yang ditunjukkan dengan nilai F hitung = 10.50 yang lebih besar dari

Ftabel = 3.34. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir dan teori yang mengatakan bahwa

dengan memiliki koordinisi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang yang baik, dapat

meningkatkan hasil renang 50 Meter gaya dada. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

hasil renang 50 meter gaya dada dipengaruhi oleh koordinasi mata-tangan-kaki dan

kelentukan pinggang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan prestasi renang

terutama renang 50 meter gaya dada diperlukan oleh komponen fisik diantaranya adalah

koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang. Karena dalam olahraga renang

yang menjadi focus utama adalah kemampuan atau kecepatan seseorang dalam

menyelesaikan renangan atau yang sering disebut dengan waktu tempuh. Dalam renang

untuk dapat mencapai kecepatan yang maksimal maka seorang perenang harus mampu

menghasilkan daya dorong yang cepat dan mengurangi hambatan yang terjadi selama

renangan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada dapat

diperoleh dengan meningkatkan daya penggerak melalui perbaikan gaya antara lain,

gerakan lengan, gerakan tungkai, pernapasan (napas) dan gerakan koordinasi serta power

yang sangat penting untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat

cepat agar dapat menghasilkan dorongan yang maksimal.

Oleh karena itu, untuk dapat menunjang prestasi dalam olahraga renang,

dibutuhkan latihan untuk peningkatan determinan kinerja seperti teknik dan koordinasi,

kelentukan, dan kapasitas aerobik. Karena olahraga renang merupakan olahraga yang

melombakan kecepatan atlet renang dalam kemampuan berenang. Perenang yang

memenangkan lomba renang merupakan perenang yang dapat menyelesaikan jarak

lintasan tercepat. Salah satu komponen yang sangat menunjang prestasi olahraga renang

adalah koordinasi mata, tangan, kaki.


82

Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan

suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan

keterampilan baru yang diperoleh. Karena dengan memiliki koordinasi yang baik dapat

mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain

sehingga gerakannya menjadi efektif. Begitu pula pada renang gaya dada. Gaya dada

merupakan gaya yang menantang karena gerakan aksi pendorong lengan dan kaki yang

terputus-putus namun memerlukan sinkronisasi waktu yang kompleks.

Berbeda dengan gaya yang lain, gaya dada memiliki variasi kecepatan yang luas,

karena komponen hambatan gaya yang dimiliki pada gaya dada lebih besar dari gerakan

maju selama pemulihan di bawah air yang didapat dari gerakan lengan dan tungkai.

Ketika kecepatan meningkat, perenang dapat meningkatkan kecepatan gerakan lengan

atau mengurangi panjang gerakan lengan dengan memperpendek waktu meluncur dan

mengubah koordinasi lengan-kaki. Koordinasi mata-tangan-kaki dibutuhkan untuk

menggabungkan dan melatih kerja sama antara kaki, gerakan tangan dan pernafasan.

Sehingga, rangkaian gerak yang terjadi pada renang gaya dada harus dapat membut

perenang bergerak maju ke depan dan tidak terlihat tahanan.

Selain dari koordinasi mata-tangan-kaki, ada komponen fisik yang harus juga

dipertimbangkan terutama menyangkut kapasitas funsional suatu persendian dan keluasan

gerak yaitu kelentukan. Kelentukan dibutuhkan dalam renang, karena untuk mencapai

posisi yang optimal di dalam air untuk penerapan gaya dan meminimalkan hambatan

diperlukan kelentukan. Karena untuk mendapatkan efisiensi gerakan dibutuhkan jumlah

gerakna sendi yang sesuai. Kelentukan berguna untuk merubah arah dari keadaan diam

menjadi aktif bergerak. Sehingga kelentukan sangat penting bagi semua atlet begitu juga

untuk perenang yang akan melakuakn kerja otot dengan sepenuh tenaga, supaya otot

terhindar dari rasa sakit setelah selesai kegiatan yang dilakukan.


83
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang

gaya dada 50 meter.

2. Terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang gaya dada

50 meter.

3. Terdapat hubungan antara koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang

secara bersama-sama terhadap hasil renang gaya dada 50 meter,

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut:

1. Pelatih harus memperhatikan komponen fisik terutama koordinasi mata-tangan-

kaki dan kelentukan pinggang untuk dapat meningkatkan prestasi renang

terutama renang 50 meter gaya dada.

85
86

2. Pelatih dapat memasukkan program latihan untuk meningkatkan komponen fisik

seperti koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang terutama pada saat

latihan fisik di darat.

3. Pelatih juga dapat memasukkan program latihan untuk meningkatkan komponen

fisik seperti koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang terutama pada

saat latihan di air dengan melakukan berbagai variasi bentuk latihan di air.

4. Untuk perenang diharapkan melakukan latihan untuk meningkatkan komponen

fisik seperti koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan agar dapat membantu

meningkatkan prestasi renang terutama renang 50 meter gaya dada.

5. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan mencari hubungan

antara faktor komponen lain seperti koordinasi mata-tangan-kaki, kekuatan otot

core, keseimbangan dan lain – lain terhadap hasil renang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Metode Penelitian. Dk, 53(9), 1689–1699.


Annayanti, B. &. (2010). Berenang Gaya Bebas. Kudus: PT. PuraBarutama.
Arwandi, D. K. dan J. (2020). Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Renang Club Tirta Kaluang
Padang. Jurnal Patriot, 3, 111–119.
87

Badruzaman. (2007). Modul Teori Renang I. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.


Beganovic, E., Joksimovic, M., Musovic, A., & Niksic, E. (2020). The Influence of
Balance and Flexibility on the Performance of Freestyle Swimming. Journal of
Physical Education and Sports Studies, 12(2), 59–64.
https://doi.org/10.30655/besad.2020.27
Bompa, T. O., & Haff, G. G. (2009). Periodization: Theory and Methodology of
Training. Champaign, Ill. : Human Kinetics;
Cahyandaru, E. Y. (2015). Hubungan Antara Kecepatan, Kelentukan dan Daya Tahan
Vo2 Max Terhadap Prestasi Renang Gaya Bebas 50 Meter di Pusat Pembinaan
Atlet Berbakat (PAB) Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
Retrieved from www.journal.uta45jakarta.ac.id
Chollet, D., Seifert, L., Leblanc, H., Boulesteix, L., & Carter, M. (2004). Evaluation of
arm-leg coordination in flat breaststroke. International Journal of Sports Medicine,
25(7), 486–495. https://doi.org/10.1055/s-2004-820943
Emeilda Riska Tama, M. (2019). Analisis Keterampilan Teknik Dasar Renang Gaya
Dada Mahasiswa Jurusan Kepelatihan FIK UNP. Universitas Negeri Padang.
Garrido Nuno, Daniel A. Marinho, Tiago M. Barbosa, Aldo M. Costa, Antonio, J. Silva,
Jose A. Perez-Turpin, Mario, C. M. (2013). Relationships Between Dry Land
Strength, Power Variables and Short Sprint Performance in Young Competitive
Swimmers. Journal of Human Sport and Exercise, 5(2), 240–249.
https://doi.org/10.4100/jhse.
Gulo. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta; Grasindo.
Haller, D. (2007). Belajar Berenang. Bandung: Pionir Jaya
Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik. Bandung: Semerai Pustaka.
Hartoto, D. M. R. dan S. (2018). Pengaruh Alat Bantu Swim Board Terhadap Hasil
Belajar Renang Gaya Dada (Studi pada Siswa Kelas X SMAN 4 Sidoarjo). Jurnal
Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan, 6(2), 221–224.
Irawadi, H. (2013). Kondisi Fisik dan Pengukurannya. Padang: UNP.

Irianto, D. P. (2009). Materi Pelatihan Kondisi Fisik Dasar. Jakarta: ASDEP


Pengembangan Tenaga dan Pembinaan Keolahragaan.
Iskandar. (1992). Bab I Pendahuluan Iskandar. Japanese Society of Biofeedback
Research, 19, 463–466. https://doi.org/10.20595/jjbf.19.0_3
Ismaryati. (2008). Tes Dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Jürimäe, G. J. and T. (2005). The influence of anthropometrical and flexibility parameters
on the results of breaststroke swimming. JSTOR, 2(Juni 2005), 213–219.
Kamalia, A. (2014). Pengaruh Modifikasi Pelatihan Teknik Renang Gaya Dada Pada
Anggota Renang Lumba-Lumba Swimming Club Surabaya. Jurnal Kesehatan
Olahraga, 2(2), 106–113.
Leblanc, H., Seifert, L., & Chollet, D. (2009). Arm-leg coordination in recreational and
competitive breaststroke swimmers. Journal of Science and Medicine in Sport,
88

12(3), 352–356. https://doi.org/10.1016/j.jsams.2008.01.001


Lutan, R. (2000). Pengukuran dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.
Maglischo, E. W. (2003). Swimming Fastest. United States: Human Kinetics.
Mahendra, A. (2017). Modul Teori Belajar Mengajar Motorik. Bandung: FPOK UPI.
Maidarman. (2000). Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelentukan Pinggang
Terhadap Kemampuan Start Renang Gaya Bebas Atlet Womens Swimming Club,
1–12.
Marani, A. S. dan I. N. (2019). Dasar - dasar Renang (Pertama). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Marani, I. N. (2019). Kepelatihan Renang Dasar (Pertama). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
MS., D. G. T. (2000). Swimming Advane: Step of Success. United States: Human
Kinetics, Inc.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugraheni, W., & Widodo, A. (2017). Tingkat Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Mahasiswa
PJKR FKIP UMMI Angkatan 2016/2017. Umpk.
Pamugar, E. D. (2016). Koordinasi Mata Tangan dan Kaki Siswa Tunagrahita Kelas
Atas SLB Negeri 1 Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Prastowo, A. (2014). Metode PEnelitain Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Jogjakarta: Ar-RUZZ Media.

Riduwan. (2015). Dasar - dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.


Ridwan, D. E. dan M. (2019). Kontribusi Daya Tahan Kekuatan Otot Lengan dan
Kelentukan Pinggang Terhadap Renang 100 Meter Gaya Kupu - kupu. Jurnal
Pendidikan Dan Olahraga, 2(1), 45–50.
Rosalina Wardani, T. A. dan I. N. M. (2020). Hubungan Koordinasi Mata Tangan, Kaki
dan Kelincahan Terhadap Kemampuan Dig Pada Atlet Bola Voli Putri Fortius.
Jurnal Ilmiah Sport Coaching and Education, 4(2).
Seifert, L., Chollet, D., & Bardy, B. G. (2004). Effect of swimming velocity on arm
coordination in the front crawl: A dynamic analysis. Journal of Sports Sciences,
22(7), 651–660. https://doi.org/10.1080/02640410310001655787
Seifert, L., Chollet, D., & Rouard, A. (2007). Swimming constraints and arm
coordination. Human Movement Science, 26(1), 68–86.
Setiawan, T. T. (2004). Renang Dasar I. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Siregan, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, 63–81.
Smith, D. J., Norris, S. R., & Hogg, J. M. (2002). Performance Evaluation of Swimmers.
Sports Medicine, 32(9), 539–554. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12096928
Sridadi. (2014). Penyusunan norma penilaian tes koordinasi mata, tangan dan kaki.
89

Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 10(April), 1–7.


Subagyo. (2017). Pendidikan Olahraga Renang Dalam Perspektif Aksiologi. Yogyakarta:
LPPM UNY.
Subardjah, H. (2002). Bulutangkis. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharto, D. (2000). Ketahuilah Tingkat Kesegaran Jasmani Anda. Jakarta: Depdiknas.
Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta:
Penerbit UNY.
Supomo, N. I. dan B. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi &
Manajemen. Yoyakarta: BPFE.
Suryowidodo, B. (2016). Analisis Kesesuaian Keterampilan Gerak Renang Gaya Dada
(Studi Lapangan Pada Atlet Renang UNNES). Uniersitas Negeri Semarang.
Strzała, M., Krezałek, P., Kaca, M., Głab, G., Ostrowski, A., Stanula, A., & Tyka, A.
(2012). Swimming speed of the breaststroke kick. Journal of Human Kinetics,
35(1), 133–139. https://doi.org/10.2478/v10078-012-0087-4
Syafrudin. (2011). Ilmu Kepelatihan Olahraga, Teori dan Aplikasinya dalam Pembinaan
Latihan. Padang: UNP Press Padang.
Takagi, H., Sugimoto, S., Nishijima, N., & Wilson, B. (2004). Swimming: Differences in
stroke phases, arm‐leg coordination and velocity fluctuation due to event, gender
and performance level in breaststroke. Sports Biomechanics, 3(1), 15–27.
https://doi.org/10.1080/14763140408522827.
Widiastuti. (2011). Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta: PT. Bumi Timur Jaya
Winarto, M. E. (2017). Belajar Motorik. Belajar Motorik, 91, 399–404. Retrieved from
http://lib.um.ac.id/wp-content/uploads/2018/02
W.R. Borg and M.D., G. (2003). Educational Research: An Introducation. London:
Longman Inc. https://doi.org/10.22201/fq.18708404e.2004.3.66178
.
90

Lampiran 1. Data Penelitian

Data Mentah
Koordinasi Mata-Tangan-Kaki (X1), Kelentukan Pinggang (X2) dan Hasil Renang
50 Meter Gaya Dada (Y)

No X1 X2 Y
1 16 36 35.15
2 15 59 38.16
3 13 62 38.4
4 13 66 38.45
5 12 22 39.01
6 12 42 39.2
7 12 42 39.36
8 12 43 40.05
9 11 44 40.34
10 11 45 40.7
11 11 45 40.88
12 10 46 40.9
13 10 47 41.18
14 10 48 41.2
15 10 48 43.05
16 10 49 43.10
17 9 49 43.10
18 9 50 43.15
91

19 9 51 43.90
20 9 54 44.08
21 9 54 44.20
22 9 59 44.25
23 9 60 44.80
24 9 61 44.87
25 8 62 44.98
26 8 64 45.20
27 8 66 45.27
28 7 68 47.20
29 7 70 47.35
30 7 78 49.10
  305 1590 1270.58

Lampiran 2. Data T-Score

Koordinasi Mata-Tangan-Kaki (X1), Kelentukan Pinggang (X2) dan Hasil Renang 50

Meter Gaya Dada (Y)

No X1 X2 Y
1 57.06 35.39 27.38
2 56.62 55.16 36.83
3 55.73 57.73 37.58
4 55.73 61.17 37.74
5 55.29 23.36 39.50
6 55.29 40.55 40.10
7 55.29 40.55 40.60
8 55.29 41.41 42.77
9 54.85 42.27 43.68
10 54.85 43.13 44.81
11 54.85 43.13 45.37
12 54.41 43.99 45.44
13 54.41 44.84 46.32
14 54.41 45.70 46.38
15 54.41 45.70 52.19
16 54.41 46.56 52.35
17 53.97 46.56 52.35
18 53.97 47.42 52.50
19 53.97 48.28 54.86
92

20 53.97 50.86 55.43


21 53.97 50.86 55.80
22 53.97 55.16 55.96
23 53.97 56.01 57.69
24 53.97 56.87 57.91
25 53.53 57.73 58.25
26 53.53 59.45 58.94
27 53.53 61.17 59.16
28 53.09 62.89 65.23
29 53.09 64.61 65.70
30 53.09 71.48 71.19

Lampiran 3. Data Distribusi Frekuensi X1, X2 dan Y

1. Variabel Daya Koordinasi Mata-Tangan-Kaki

a. Rentang : Data terbesar – data terkecil

: 57.06 – 53.09

: 3.97

b. Kelas Interval : 1 + 3,3 log n

: 1 + 3,3 log 30

: 1 + 3,3 (1,48)

: 1 + 4,87

: 5,87 dibulatkan 6

c. Panjang Kelas : Rentang


Kelas Interval

: 3.97
6

: 0.68

2. Variabel Kelentukan Pinggang

a. Rentang Kelas : Data terbesar – data terkecil

: 71.48 – 23.36 = 48.12


93

b. Kelas Interval : 1 + 3,3 log n

: 1 + 3,3 log 30

: 1 + 3,3 (1,48)

: 1 + 4,87

: 5,87 dibulatkan 6

b. Panjang Kelas : Rentang


Kelas Interval

: 48.12
6

: 8.19

3. Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

a. Rentang : Data terbesar – data terkecil

: 71.19 – 27.38

: 43.81

c. Kelas Interval : 1 + 3,3 log n

: 1 + 3,3 log 30

: 1 + 3,3 (1,48)

: 1 + 4,87

: 5,87 dibulatkan 6

b. Panjang Kelas : Rentang


Kelas Interval

: 43.81
6

: 7,46
94

Lampiran 4. Perhitungan rata-rata, varians Koordinasi Mata-Tangan-Kaki,

Kelentukan Pinggang dan Hasil Renang Gaya Dada 50 Meter

Data Perhitungan Korelasi dan Regresi

No X1 X2 Y X12 X22 Y2 X 1Y X2Y X1X2


1 57.06 35.39 27.38 3255.84 1252 749.664 1562.3 969 2019
2 56.62 55.16 36.83 3205.82 3043 1356.45 2085.31 2032 3123
3 55.73 57.73 37.58 3105.83 3333 1412.26 2094.33 2169 3217
4 55.73 61.17 37.74 3105.83 3742 1424.31 2103.25 2309 3409
5 55.29 23.36 39.5 3056.98 546 1560.25 2183.96 923 1292
6 55.29 40.55 40.10 3056.98 1644 1608.01 2217.13 1626 2242
7 55.29 40.55 40.60 3056.98 1644 1648.36 2244.77 1646 2242
8 55.29 41.41 42.77 3056.98 1715 1829.27 2364.75 1771 2290
9 54.85 42.27 43.68 3008.52 1787 1907.94 2395.85 1846 2319
10 54.85 43.13 44.81 3008.52 1860 2007.94 2457.83 1933 2366
11 54.85 43.13 45.37 3008.52 1860 2058.44 2488.54 1957 2366
12 54.41 43.99 45.44 2960.45 1935 2064.79 2472.39 1999 2393
13 54.41 44.84 46.32 2960.45 2011 2145.54 2520.27 2077 2440
14 54.41 45.70 46.38 2960.45 2088 2151.1 2523.54 2120 2487
15 54.41 45.70 52.19 2960.45 2088 2723.8 2839.66 2385 2487
16 54.41 46.56 52.35 2960.45 2168 2740.52 2848.36 2437 2533
17 53.97 46.56 52.35 2912.76 2168 2740.52 2825.33 2437 2513
18 53.97 47.42 52.50 2912.76 2249 2756.25 2833.43 2490 2559
19 53.97 48.28 54.86 2912.76 2331 3009.62 2960.79 2649 2606
20 53.97 50.86 55.43 2912.76 2587 3072.48 2991.56 2819 2745
21 53.97 50.86 55.80 2912.76 2587 3113.64 3011.53 2838 2745
22 53.97 55.16 55.96 2912.76 3043 3131.52 3020.16 3087 2977
23 53.97 56.01 57.69 2912.76 3137 3328.14 3113.53 3231 3023
24 53.97 56.87 57.91 2912.76 3234 3353.57 3125.4 3293 3069
25 53.53 57.73 58.25 2865.46 3333 3393.06 3118.12 3363 3090
26 53.53 59.45 58.94 2865.46 3534 3473.92 3155.06 3504 3182
27 53.53 61.17 59.16 2865.46 3742 3499.91 3166.83 3619 3274
28 53.09 62.89 65.23 2818.55 3955 4254.95 3463.06 4102 3339
29 53.09 64.61 65.70 2818.55 4174 4316.49 3488.01 4245 3430
30 53.09 71.48 71.19 2818.55 5109 5068.02 3779.48 5089 3795
95

  1634.52 1499.99 1500.01 89083.2 77899 77900.7 81454.5 76964 81571.1

1. Variabel Koordinasi Mata-Tangan-Kaki (X1)

Diketahui : ΣX1 = 1634.52 ΣX12 = 89083.19 n = 30

a. Rata - rata

= 54.48

b. Varian :

S2 = 0.97

c. Simpangan Baku :

S = 0.98

2. Variabel Kelentukan Pinggang

Diketahui : ΣX2 = 1499,99 ΣX22 = 77899.08 n = 30

a. Rata –rata

X2 = 50
96

b. Varian :

S2 = 100

c. Simpangan Baku :

S = 10

3. Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada

Diketahui : ΣY = 1500.01 ΣY2 = 77900.74 n = 30

a. Rata –rata :

Y = 25.17

b. Varians : =

S2 = 100
97

c. Simpangan Baku :

S = 10

Lampiran 5. Mencari Persamaan Regresi

1. Regresi y atas X1

Diketahui : ∑X1 = 1634.52 ∑Y = 1500.01


98

∑X12 = 89083.19 ∑Y2 = 77900.74

∑X1Y = 81454.54 n = 30

Mencari a :

(∑Y) (∑X1 2) – (∑X1) (∑X1 Y)


a = ──────────────────
n ∑X1 2 - (∑X1)2

Jadi persamaan regresi y dengan X1 : Ŷ= 579.19 – 9.71X1

2. Regresi Y atas X2

Diketahui : ∑X2 = 1499.99 ∑Y = 1500.01

∑X22 = 77899.1 ∑Y2 = 77900.7

∑X2Y = 76964.1 n = 30

Mencari a :
99

Jadi persamaan regresi Y terhadap X2 adalah Ŷ= 16.14 + 0.68 X2

3. Regresi Ganda Y atas X1 dan X2

Dicari dengan rumus

Dimana :
100

Jadi :
101

Diketahui:

Σx12 = 28 Σx1y = -272

Σx22 = 2900 Σx2y = 1964.06

Σy2 = 2899.74 Σx1x2 = -154.34


102

Jadi persamaan regresi ganda Y atas X1 dan X2 adalah :

Ŷ = 499.71 – 8.46 X1 + 0.23 X2

Lampiran 6. Perhitungan Kofisien korelasi

1. Korelasi X1 Terhadap Y

a. Koefisien Korelasi ry1


103

b. uji keberartian koefisien korelasi rx1y

Tabel dk =n-2

= 30 – 2

= 28

T tabel = dk : 0.05 α

= 28 : 0.05 α

= 28 : 0,05

= 1,701

Berarti nilai ttabel dengan = 0,05 dan dk= 28 diperoleh sebesar 1.701 dan thitung

17.01 .Karena nilai thitung = 17.01 > ttabel = 1.701, maka dengan demikian Ho di

tolak, dan Ha diterima. Ini berarti terhadap hubungan antara koordinasi mata-

tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

2. Korelasi X2 Terhadap Y

a. Koefisien korelasi rx2y


104

b. Uji keberartian koefisien korelasi rx2y


105

Tabel dk =n-2

= 30 – 2

= 28

T tabel = dk : 0.05 α

= 28 : 0.05 α

= 28 : 0,05

= 1,701

Berarti nilai ttabel dengan = 0,05 dan dk= 28 diperoleh sebesar 1.701 dan thitung

4.88. Karena nilai thitung = 4.88 > ttabel = 1.701, maka dengan demikian Ho di tolak,

dan Ha diterima. Ini berarti terhadap hubungan antara kelentukan pinggang

terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.

3. Mencari koefisien korelasi ganda (R)

a.

b. Uji keberartian koefisien korelasi ganda


106

Ftabel dapat dicari dengan cara melihat daftar disrtibusi F dengan cacah predictor =

z sebagai pembilang dan (n – k - 1) = (30 – 2 – 1) = 27 sebagai penyebut didapat

Fhitung = 10,50 > F tabel = 3,34, maka koefisien korelasi ganda rxy1-2 = 0,66 adalah

signifikan.
107

Lampiran 6. Surat Penelitian


108

Lampiran 8. Foto Penelitian


109
110

Anda mungkin juga menyukai