AL FARUQ DIHARJO
6315161909
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
Skripsi Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
= 17.01 > ttabel = 1.70 dengan taraf signifikansi 0.05. Persamaan regresinya adalah: =
579.19 – 9.71 X1. Kontribusi koordinasi mata-tangan-kaki (X1) sebesar 90% terhadap
hasil renang 50 meter gaya dada, dan sisanya 10% dipengaruhi oleh faktor lainnya. 2)
Terdapat hubungan kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada. Hal
ini dapat dilihat dari hasil thitung = 4.87 > ttabel = 1.70 dengan taraf signifikansi 0.05.
Persamaan regresinya adalah: = 16.14 + 0.68 X2. Kontribusi kelentukan pinggang (X2)
sebesar 9% terhadap hasil renang 50 meter gaya dada, dan sisanya 54% dipengaruhi oleh
faktor lainnya. 3) Terdapat Hubungan koordinasi mata-tangan-kaki dan kelentukan
pinggang secara bersama-sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada. Hal ini dapat
dilihat dari hasil Fhitung = 10.50 > Ftabel = 3.34 dengan taraf signifikansi 0.05. Dengan
i
persamaan regresinya adalah: = 499.71 – 8.46 X1 + 0.23 X2. Kontribusi koordinasi
mata-tangan-kaki (X1) dan kelentukan pinggang (X2) secara bersama-sama sebesar 44%
terhadap hasil renang 50 meter gaya dada, dan sisanya 56% dipengaruhi oleh faktor
lainnya.
ABSTRACT
ii
This study aims to determine: 1). The relationship between eye-hand-foot
coordination on the results of the 50-meter breaststroke 2) The relationship between
waist flexibility and the results of the 50-meter breaststroke 3) The relationship between
eye-hand-foot coordination and waist flexibility on the results of the 50-meter
breaststroke. This research was carried out from January 2021 to July 2021. Data
collection was carried out in July 2021 for the Indonesian Star Aquatics (ISA) swimming
club athletes..
The population in this study was the Indonesian Star Aquatics (ISA) club
swimming athletes, which amounted to 60 people. As for the sampling technique using
purposive sampling technique. Thus, the sample used was 30 swimming athletes from the
Indonesian Star Aquatics (ISA) club. The research instruments used in the study were: 1)
To measure eye-hand-foot coordination was Sridadi's Eye-Hand-Foot Coordination Test,
2) To measure waist flexibility using the sit and reach test and 3) To measure the results
of the 50 meter breaststroke swimming using the 50 meter breaststroke swimming test.
The results showed that: 1). There is a relationship between eye-hand-foot
coordination on the results of the 50 meter breaststroke swimming. This can be seen from
the results of tcount = 17.01 > ttable = 1.70 with a significance level of 0.05. The
regression equation is: = 579.19 – 9.71 X1. The contribution of eye-hand-foot
coordination (X1) is 90% to the results of the 50 meter breaststroke, and the remaining
10% is influenced by other factors. 2) There is a relationship between waist flexibility
and the results of the 50 meter breaststroke swimming. This can be seen from the results
of tcount = 4.87 > ttable = 1.70 with a significance level of 0.05. The regression
equation is: = 16.14 + 0.68 X2. The contribution of waist flexibility (X2) is 9% to the 50
meter breaststroke swimming results, and the remaining 54% is influenced by other
factors. 3) There is a relationship between eye-hand-foot coordination and waist
flexibility together with the results of the 50 meter breaststroke swimming. This can be
seen from the results of Fcount = 10.50 > Ftable = 3.34 with a significance level of 0.05.
The regression equation is: = 499.71 – 8.46 X1 + 0.23 X2. The contribution of eye-hand-
foot coordination (X1) and waist flexibility (X2) together is 44% to the 50 meter
breaststroke swimming results, and the remaining 56% is influenced by other factors.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan keluasan rahmat dan kasih sayang
kepada seluruh makhluk-Nya. Atas izin-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Hubungan Koordinasi Mata-Tangan-Kaki Dan Kelentukan Pinggang
Terhadap Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada. Skripsi ini merupakan suatu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta.
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa terselesaikannya skripsi ini bukan semata-
mata hasil kerja keras peneliti sendiri, melainkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Johansyah Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri
Jakarta, Bapak Hendro Wardoyo, M.Pd selaku Koordinator Program Studi Pendidikan
iv
Kepealtihan Olahraga, Ibu Ibu Dr. Ika Novitaria Marani, S.Pd, SE, M.Si selaku Dosen
Pembimbing I, dan Bapak Nurfitranto, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II, dan Bapak
Dr. Iman Sulaiman, M.Pd selaku Penasehat Akademik.
Peneliti juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dari
Bapak Dr. Abdul Sukur, M.Pd, Bapak Dr. Setyo Purwanto, M.Pd, Bapak Dr. Sudrajat
Wiradihardja, M.Pd, Bapak Dr. Oman Unju Subandi, M.Pd, Bapak Dr. Fajar Vidya,
M.Pd, Bapak Abdul Kholik, M.Pd dan Bapak Bazuri Fadhillah, M.Pd selaku dosen
pembina renang Universitas Negeri Jakarta. Demikian juga peneliti menyampaikan
terima kasih kepada seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Olahraga Universitas
Negeri Jakarta. Peneliti juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada atlet
renang klub Indonesia Star Aquatics (ISA) yang telah bersedia menjadi sampel dalam
penelitian, serta teman – teman seperjuangan skripsi yang saling mendukung untuk dapat
terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, disebabkan keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, Peneliti berharap
mendapatkan masukan untuk penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Olahraga Universitas Negeri Jakarta khususnya dan masyarakat pencinta olahraga dan
yang ingin meningkatkan prestasi olahraga di Indonesia pada umumnya.
AFD
v
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN.................................................................................................... i
ABSTRACT ……………………………………………………………............ iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ x
DAFTAR TABEL............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 7
D. Perumusan masalah..................................................................... 8
E. Kegunaan Hasil Penelitian.......................................................... 8
BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Teoritis ........................................................................ 10
B. Kerangka Berpikir....................................................................... 46
C. Hipotesis Penelitian ……………………………………… 53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
vi
A. Tujuan Penelitian ....................................................................... 54
B. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................... 54
C. Metode Penelitian…………….................................................... 55
D. Populasi dan Sampel................................................................... 57
E. Instrumen Penelitian................................................................... 58
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 60
G. Teknik Analisis Data ................................................................... 64
H. Hipotesis Statistik ………………………………………… . . .68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................. 70
B. Pengujian Hipotesis ………………………………………......... 74
C. Pembahasan................................................................................ 77
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………. 85
B. Saran …………………………………………………… 85
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 87
LAMPIRAN...................................................................................................... 91
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
Tabel 3.1. Form Tes Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada ………… 62
Tabel 4.6. Uji keberartian koefisien korelasi (X2) terhadap (Y) ….... 77
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan fisik yang dilakukan dengan cara dan aturan tertentu disebut dengan
olahraga. Salah satu tujuan dari olahraga adalah meningkatkan kemampuan fungsi tubuh
untuk menunjang berbagai kegiatan atau aktivitas tubuh dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Salah satu olahraga yang dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa
mengenal perbedaan jenis kelamin dan umur adalah olahraga renang. Olahraga renang
merupakan suatu aktivitas di dalam air yang memerlukan upaya untuk memindahkan
tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Renang termasuk ke dalam salah satu
cabang olahraga aquatic yang dilakukan dengan cara menggerakkan (mengapungkan atau
mengangkat) semua bagian tubuh ke atas permukaan air dan dilakukan tanpa
perlengkapan bantuan. Berenang adalah aktivitas fisik yang telah dipraktekkan oleh
manusia sejak berabad - abad yang lalu, sebelum manusia mengenali dan menggunakan
Renang secara umum adalah upaya mengapungkan atau mengangkat tubuh keatas
permukaan air (Badruzaman, 2007). Dengan melakukan olahraga renang maka tubuh
dapat menjadi sehat, hal ini dikarenakan saat melakukan renang hampir semua otot tubuh
1
2
aktivitas olahraga renang, seperti: untuk rekreasi bersama keluarga, olahraga kesehatan,
dalam olahraga. Renang juga memiliki manfaat seperti: memiliki kapasitas paru – paru
yang baik, daya tahan tubuh, kelenturan, keseimbangan, kekuatan otot dan pengendalian
berat badan (Garrido Nuno, Daniel A. Marinho, Tiago M. Barbosa, Aldo M. Costa,
kesehatan saja, tetapi juga bertujuan untuk meraih prestasi dalam olahraga. Namun, tidak
mudah untuk melahirkan seorang atlet yang mampu berprestasi tinggi. Perlu waktu dan
berkesinambungan. Salah satu pembinaan yang dilakukan adalah pembinaan dengan cara
pemantauan bakat renang sejak dini, yaitu sejak usia anak - anak diharapkan akan
memperoleh bibit perenang - perenang yang unggul dan berpotensi. Pembinaan yang
lebih lanjut, pemberian gerak dasar yang baik dan benar serta latihan yang dilakukan
Oleh karena itu diperlukan adanya pembinaan yang dilakukan melalui klub –
klub renang. Peranan Club renang sangat penting dalam pengembangan bakat serta dalam
mencari bibit yang berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam mencapai prestasi yang
lebih maksimal. Sehingga dapat dikatakan bahwa klub merupakan suatu wadah/ tempat
bagi bibit olahragawan yang profesional. Salah satu klub renang yang ada di Jakarta
adalah klub renang Indonesia Star Aquatic (ISA). Klub ini berlatih di salah satu kolam
renang yang berada di Jakarta Timur. Ada beberapa atlet renang yang telah dihasilkan
Olahraga renang dilakukan di air, sehingga selain faktor gravitasi bumi juga
dipengaruhi oleh daya tekan air ke atas. Dalam keadaan normal (di darat) tubuh manusia
3
dapat bergerak bebas di bawah pengaruh gravitasi, namun lain hal jika berada di air kita
harus belajar menyesuaikan gerakan dengan air. Hal tersebut pertama-tama menimbulkan
gerakan-gerakan yang kelihatan aneh, kemudian tercipta gerakan yang dianggap paling
menguntungkan. Gerakan tersebut menjadi gaya dalam renang. Dalam renang sendiri,
terdapat empat gaya yaitu renang gaya punggung (backstroke), gaya kupu-kupu
2014).
Salah satu gaya berenang yang paling popular untuk masyarakat dan digunakan
untuk renang rekreasi dan kesehatan adalah gaya dada. Karena renang gaya dada
merupakan gaya renang yang paling lambat gerakannya dan posisi tubuhnya yang lebih
stabil. Selain itu, renang gaya dada merupakan gaya yang paling diminati oleh para
pemula karena kepalanya dapat berada di luar air dalam waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan gaya yang lain. Pada renang gaya dada penggunaan tenaga cukup
sedikit karena tangan bergerak dalam air dan daya apung alami menjaga agar tubuh tetap
mengapung. Namun gaya ini memiliki faktor penyelamat bila dipakai untuk jarak jauh,
hal ini juga berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki oleh seorang perenang.
Karena jika seorang yang akan berenang dengan jarak tertentu tidak memiliki kecepatan
yang dikatakan baik, maka tujuan dari renang tadi tidak akan tercapai
yang kompleks untuk dapat melakukannya dengan baik, maka dibutuhkan kemampuan
dalam melakukan teknik renang gaya dada selain ditentukan oleh penguasaan teknik
dasar yang baik dan benar juga ditentukan oleh komponen kondisi fisik, diantaranya
adalah: koordinasi mata-tangan-kaki, kelentukan, kekuatan, daya tahan, dan lain – lain.
Terdapat empat aspek untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal yaitu: (1)
4
Kemampuan fisik, (2) Kemampuan teknik, (3) Kemampuan taktik, (4) Kemampuan
mental (Harsono, 2001). Maka keberhasilan dalam menguasai teknik maupun kecepatan
Oleh karena itu, kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai prestasi dalam
olahraga ditentukan oleh kemampuan kondisi fisik, teknik, taktik dan mental dari setiap
atlet. Begitu juga dalam olahraga renang. Renang merupakan cabang olahraga yang
menggabungkan sejumlah faktor seperti kekuatan otot yang tinggi, keterampilan teknik,
koordinasi, ritme, kecepatan, daya ledak dan teknik yang benar (Garrido Nuno, Daniel A.
Mario, 2013). Untuk dapat melakukan renang dengan baik dibutuhkan kemampuan untuk
mengkoordinasikan gerakan tangan dan tungkai juga pernapasan secara harmonis. Oleh
karena itu, untuk dapat menunjang prestasi renang khususnya renang gaya dada
Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola gerakan
tangan dan kaki yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat mengapung
dan meluncur bergerak maju dari satu tempat ke tempat lain. Gerakan kombinasi antara
kaki dan tangan serta tekhnik pengambilan nafas dan dipadukan dengan koordinasi
gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan yang lebih efisien, efektif dan
renang yang baik. Koordinasi terjadi bukan sebagai hasil dari pola tindakan tetapi lebih
sebagai konsekuensi dari kendala yang dikenakan pada tindakan yang mencerminkan
gaya renang memiliki teknik dasar, yaitu: posisi tubuh, gerakan kaki, gerakan tangan,
pernafasan, start, pembalikan dan finish. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang
5
maksimal maka setiap teknik dasar tersebut perlu dikoordinasikan dengan benar dan baik.
Koordinasi yang dimaksud disini adalah penggabungan beberapa teknik dasar yang
dibutuhkan pada saat melakukan renang gaya dada. Karena masih banyaknya kesalahan –
kesalahan yang dilakukan saat melakukan teknik renang gaya dada diantaranya: belum
bisa melakukan cara bernafas yang baik, tidak selarasnya antara gerakan tangan dan
gerakan kaki, dan bahkan saat perenang tersebut sudah melakukan gerakan gaya dada,
namun masih saja diam di posisi awal dan tidak bergerak maju ke depan.
Komponen fisik lain yang dapat mempengaruhi hasil renang gaya dada adalah
dalam renang terutama renang gaya dada. Kelentukan pinggang dapat membantu
memberikan dorongan ke depan, sehingga dapat membantu hasil luncuran yang lebih
jauh. Kelentukan sangat penting dimiliki seorang atlet karena sangat berpengaruh
kinerja ketrampilan dengan amplitudo yang tinggi, serta memudahkan seseorang dalam
Selain itu, kelentukan menurut Syafruddin dalam Denis Erison dan Ridwan
(2019) adalah “salah satu unsur kondisi fisik yang menentukan dalam a) mempelajari
kecepatan, daya tahan dan koordinasi”. Berdasarkan hal tersebut, kelentukan memegang
peranan yang penting dalam pencapaian hasil yang optimal. Kelentukan pinggang pada
aktivitas renang gaya dada merupakan kemampuan dari persendian tubuh yang terlibat
dalam aktivitas renang gaya dada untuk bergerak membantu keselarasan gerak pada saat
gerakan kaki melakukan tendangan yang ditutup dengan gerakan recovery lengan
sehingga atlet dapat berenang gaya dada dengan efektif dan efsien.
6
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa hasil renang dapat
dipengaruhi oleh komponen fisik antara lain komponen fisik koordinasi mata-tangan-kaki
dan kelentukan pinggang. Namun, belum banyak penelitian yang mengkaji tentang
terhadap hasil renang gaya dada 50 meter. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
B. Identifikasi Masalah
berikut:
dada.
6. Hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada
C. Pembatasan Masalah
dalam penelitian ini dibatasi dalam hal hubungan koordinasi mata-tangan-kaki dan
D. Perumusan Masalah
pinggang secara bersama – sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada?
pihak, seperti:
tangan-kaki dan kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada.
2. Menjadi bahan perhatian bagi para pelatih renang untuk memperhatikan komponen-
3. Sebagai bahan evaluasi untuk para pelatih, bagaimana faktor komponen fisik seperti
atlet klub ISA Jakarta, sehingga dapat memberikan penekanan pada latihan
renang untuk latihan darat sehingga bisa meningkatkan hasil renang dari atlet
binaannya.
renang untuk latihan di air sehingga bisa meningkatkan hasil renang dari atlet
binaannya.
6. Menjadi evaluasi untuk para atlet agar dapat terus meningkatkan komponen
7. Sebagai sumber referensi bagi penelitian selanjutnya terutama yang ingin meneliti
tentang komponen fisik yang lainnya untuk dapat meningkatkan hasil renang pada
KAJIAN TEORITIK
A. Deskripsi Konseptual
Sejarah olahraga renang selaras dengan sejarah kehidupan manusia. Pada zaman
kuno, renang digunakan untuk melatih dan mempersiapkan para pemudanya untuk
jaman kuno seperti di negara Mesir, China, Yunani, Roma dan negara lainnya, renang
masuk dalam pelajaran sekolah. Oleh karena itu, sejak jaman dahulu hingga sekarang,
renang telah dikenal dan terus berkembang. Renang memberikan kesenangan, relaksasi,
tantangan, persaingan, dan kemampuan untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat
di dalam air.
Olahraga renang dapat diartikan sebagai bentuk aktivitas yang dilakukan di air,
menggerakkan anggota badan agar tetap mengapung, serta anggota badan lain bergerak
bebas. Berenang adalah aktivitas menggunakan badan, mengapung melintas di air dengan
menggunakan kaki dan tangan. Berenang adalah aktivitas fisik yang dilakukan di air
dengan menggunakan anggota tubuh atau sebagian anggota tubuh, dengan gerakan tubuh
10
11
Bagi seorang pemula terasa sedikit sulit untuk melakukan gerakan renang, karena
seorang perenang harus bisa mengurangi hambatan saat melakukan gerakan renang agar
semakin cepat laju renang saat di dalam air. Olahraga renang itu sendiri memiliki banyak
manfaat. Adapun beberapa manfaat dari kegiatan renang adalah (Annayanti, 2010):
Anak- anak dan balita akan menyukai permainan air. Bermain air sangat
anak dengan berenang maka otot - ototnya akan berkembang, persendian dapat
Sehingga, anak - anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan akan
Sehingga baiknya, semenjak bayi sudah dibiasakan bermain air dan kelak jika
Cabang olahraga renang digunakan sebagai sarana untuk mengukir prestasi. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya klub – klub renang dan lomba – lomba renang yang
diadakan mulai dari tingkat daerah sampai dengan tingkat internasional. Oleh karena itu,
untuk dapat mencapai prestasi yang diinginkan, maka pelatih dan perenang harus
mengetahui prinsip – prinsip renang. Adapun prinsip - prinsip renang yang harus
Setiap saat kecepatan maju seorang perenang adalah hasil dari dua
kekuatan. Satu kekuatan cenderung untuk menahannya, ini disebut tahanan atau
hambatan yang disebabkan oleh air yang harus didesaknya atau yang harus
yang ditimbulkan oleh gerakan lengan dan tungkai. Usaha yang bisa dilakukan
oleh perenang untuk memperoleh kecepatan renang yang tinggi, adalah membuat
letak badan perenang di air supaya streamline dan tidak menimbulkan banyak
mengakibatkan reaksi yang sama dan berlawanan arah. Jika perenang mendorong
ditimbulkan besarnya sama persis dengan aksi dan arahnya 180 terhadapnya. Jika
Begitu pula jika perenang mendorong air ke belakang, maka reaksinya berupa
c. Perpindahan Momentum
lengan saat melakukan Start dan gerakan lengan saat pemulihan atau recovery
pada gaya bebas, gaya kupu-kupu, dan gaya punggung serta gaya dada
ke seluruh tubuh dan membantu perenang meloncat lebih jauh (Setiawan, 2004).
Hambatan yang timbul dalam cairan dan gas berubah kira - kira menurut
kuadrat kecepatannya. Penerapan hukum ini dalam renang adalah dalam hal
kecepatan masuknya lengan ke dalam air saat recovery atau pemulihan. Jika
gerakan lengan saat recovery tidak hanya mengganggu irama gerakan lengan,
tetapi juga meningkatkan hambatan untuk maju. Oleh karena itu majunya lengan
perenang saat recovery perlu diperlambat. Tetapi perenang juga sulit untuk
14
menahan lengan saat recovery terlalu lama di dalam air agar dapat menghasilkan
hambatan yang kecil, sebab kecepatan kedua lengan harus serasi, teratur dan
dimasukkan ke dalam zat cair akan diapungkan ke atas oleh gaya yang besarnya
sama dengan zat cair yang dipindahkan. Jadi, gaya apung seseorang besarnya
sama dengan berat air yang dipindahkan oleh badan yang mengapung. Untuk
dapat mengapung orang harus mempertimbangkan dua gaya, gaya ke bawah dari
berat badan dan gaya apung ke atas dari air. Jika kedua gaya yang bekerja pada
badan resultant nya sama dengan nol, gaya itu dalam keadaan seimbang dan
badan dapat mengapung tanpa gerakan. Perenang yang ringan mempunyai daya
apung yang lebih tinggi dan menimbulkan hambatan lebih sedikit daripada
perenang yang lebih berat. Faktor - faktor yang mempengaruhi daya apung dan
posisi perenang antara lain bentuk tubuh, ukuran tulang, perkembangan otot,
berat badan, jumlah relative jaringan lemak, kapasitas paru dan sebagainya
(Setiawan, 2004).
berenang, maka seorang perenang harus memahami dasar belajar berenang dengan baik.
Sedangkan substansi gerakan dalam olahraga renang terdiri dari tiga gerakan, yaitu: (1)
gerakan non lokomotor, (2) gerakan lokomotor, dan (3) gerakan manipulasi (Winarto,
2017).
pada olahraga renang adalah; berdiri membelakangi dinding kolam, salah satu
kaki diangkat menempel pada dinding kolam, dan meluruskan kedua lengan
sejajar di atas permukaan air serta jari - jari dan telapak tangan menghadap dasar
kolam.
b. Gerakan Locomotor
menghadap dasar kolam, dada, perut senantiasa sejajar dengan ke dua lengan dan
permukaan air.
c. Gerakan Manipulasi.
gerakan manipulasi dalam renang adalah: gerakan lengan yaitu ke dua lengan
menarik dan mendorong air dari depan ke belakang, mengangkat dan memutar
Dalam olahraga renang memiliki beberapa gaya yang memiliki gerakan yang
khas dan dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Adapun gaya dalam olahraga renang ada
16
empat gaya, yaitu: gaya bebas, gaya punggung, gaya dada dan gaya kupu – kupu (Sukur
kanan dan kiri digerakkan secara bergantian untuk mendayung dari depan ke
Gaya dada sering disebut dengan gaya katak, karena pada saat melakukan
renang gaya dada gerakannya mirip sekali dengan katak berenang. Gaya dada
melakukan gerakan memutar di bawah dada, dan kedua kaki digerakkan secara
bersama – sama dengan cara ditarik, dibuka dan kemudian menutup kembali.
Gaya kupu – kupu juga dilakukan dengan posisi tubuh telungkup, kedua
lengan dan kedua kaki digerakkan secara bersama – sama dan simetris.
Pada penelitian ini, peneliti tidak membahas keempat gaya dalam renang, tetapi
hanya membahas satu gaya yaitu gaya dada. Gaya dada merupakan gaya yang paling tua.
Renang gaya dada adalah gaya yang pertama - tama dipelajari oleh orang - orang pada
waktu mereka mulai belajar renang (Haller, 2007). Renang gaya dada merupakan gaya
yang mudah dan cepat untuk dipelajari. Tapi dalam segi kecepatan, gaya ini merupakan
17
gaya yang paling lambat. Gaya dada juga merupakan gaya yang efektif digunakan untuk
renang jarak jauh. Karena renang gaya dada adalah gaya yang mudah dan nyaman untuk
dilakukan. Jika dilakukan dengan benar, gaya dada memerlukan pernapasan yang teratur
Renang gaya dada sering juga disebut renang gaya katak. Sebutan ini
dikarenakan gerakan renang gaya dada ini menyerupai bentuk Gerakan katak saat
berenang. Gaya dada terjemah dari breaststroke. Gaya dada merupakan suatu gaya renang
yang sejak dimulainya dayungan lengan yang pertama sesudah start dan sesudah
pembalikan badan harus telungkup dan kedua bahu segaris dengan air (I. N. Marani,
2019). Adapun teknik gaya dada seperti gaya renang yang lain terdiri dari beberapa
gerakan, yaitu: posisi tubuh, gerakan lengan (sapuan luar dan sapuan dalam), gerakan
tungkai, pengambilan nafas, dan koordinasi antara gerakan lengan, gerakan tungkai dan
a. Posisi Tubuh
Ada dua versi posisi tubuh untuk gaya dada, yaitu versi Amerika Utara
dan versi Eropa Timur (I. N. Marani, 2019). Namun, secara garis besar posisi
tubuh untuk gaya dada adalah: tubuh sejajar dengan permukaan air dengan
pinggang dekat di permukaan air dan tungkai di bawah permukaan air. Wajah
atau kepala selalu dibawah permukaan air selama kayuhan lengan dan diangkat
ke atas permukaan air selama pengambilan nafas. Tubuh lebih rendah dari kepala
dan tungkai lebih rendah dari tubuh saat tungkai melakukan recovery (Setiawan,
2004).
18
b. Gerakan Lengan
Gerakan lengan gaya dada terdiri dari menarik (pull) dan memulihkan
(recovery). Tarikan lengan pada gaya dada dimulai dengan awal tarikan yang
dalamnya sekitar enam inchi di bawah permukaan air. Jika perenang memulai
tarikannya pada permukaan, ada kecenderungan untuk naik terlalu tinggi dan
tenaga akan dihamburkan dalam gerakan naik turun (Setiawan, 2004). Jadi
gerakan lengan dalam renang gaya dada sedikit menambah daya dorong maju,
karena pada gerakan lengan digunakan untuk gerakan naik turun dalam
Gerakan lengan gaya dada terdiri dari tiga bagian yaitu gerakan lengan
tangan pada posisi untuk melakukan sapuan dalam yang efektif. Tangan
mulai bergerak ke arah luar - dalam sampai melewati garis bahu. Tangan
cm. Tangan di gerakan ke luar hampir membentuk sudut 30° - 40° relatif
daya dorong terbesar pada gaya dada. Gerakan ini dimulai ketika tangan
mendekati titik terdalam pada gerakan catch. Sapuan tangan harus berubah dari
arah luar - bawah ke arah dalam - atas dengan sudut serangan 30°. Kecepatan
sapuan dalam harus di tambah menjadi 5-6 m/detik. Sapuan dalam berakhir saat
tangan mulai bergerak ke atas - depan untuk gerakan recovery. Recovery dimulai
depan-atas secara bersama-sama dan simetris, dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu tangan diatas permukaan air, tepat di garis permukaan air, atau di bawah
lengan sapuan dalam selesai. Sehingga posisi lengan kembali ke posisi awal yaitu
Berikut ini adalah tahapan – tahapan gerakan tungkai gaya dada, yaitu:
1) Gerak kaki pada gaya dada saat ini adalah gerakan kaki yang cenderung
membentuk gerak kaki dolphin (whip kick), dimana pada saat fase istirahat
yaitu fase ketika kedua tungkai kaki bagian bahwa ditarik serentak mendekati
pinggul dan kemudian setelah fase itu dikerjakan pergelangan kedua kaki
posisi ini kedua kaki melakukan gerak menginjak dan diakhiri dengan
menendang sehingga kedua kaki bertemu lurus di belakang. Gerak itu sering
21
disebut dengan istilah propeller, dimana pergelangan kaki dan tungkai kaki
2) Beberap perenang ada yang melakukan akhir dari gerakan kaki dengan
menginjak dan menendang hingga tumit kaki sedikit naik ke atas permukaan
air. Hal ini disebabkan kaki yang bersangkutan sangat lentur (flexible).
gerak berikutnya dengan lebih kuat. Apabila pada waktu melakukan gerak
menarik tungkai kaki bawah agak berat dilakukan, maka gerak itu dikerjakan
kepala ke atas permukaan air. Kepala mulai ditarik ke atas ketika lengan
22
melakukan gerakan awal sapuan luar dan mencapai titik tertinggi ketika lengan
melakukan akhir sapuan dalam. Kepala kembali dimasukan ke dalam air pada
tungkai dan pengambilan nafas. Untuk melaju kedepan dimulai dari gerakan kaki
pengambilan nafas. Jadi untuk gerakan koordinasi renang gaya dada adalah satu
gerakan tungkai, satu gerakan lengan dan satu gerakan pengambilan nafas
(Setiawan, 2004).
23
Untuk dapat menunjang prestasi dalam olahraga renang, dibutuhkan latihan untuk
peningkatan determinan kinerja seperti teknik dan koordinasi, kekuatan, dan kapasitas
aerobik. Karena olahraga renang merupakan olahraga yang melombakan kecepatan atlet
24
merupakan perenang yang dapat menyelesaikan jarak lintasan tercepat. Oleh karena itu,
salah satu komponen yang sangat menunjang prestasi olahraga renang adalah koordinasi
Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu
keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan
keterampilan baru yang diperoleh. Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah
secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi
efektif. Tingkatan baik dan tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam
kemampuan untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat, cepat, efektif dan
efisien.
Begitu pula pada renang gaya dada. Gaya dada merupakan gaya yang menantang
karena gerakan aksi pendorong lengan dan kaki yang terputus – putus namun
tentang koordinasi mata-tangan-kaki terhadap hasil renang gaya dada. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa seorang perenang gaya dada yang sukses adalah dengan mengubah
sinkronisasi pola sinkronisasi lengan dan kaki dengan mempertimbangkan jarak nomor
yang dipertandingkan (Takagi, Sugimoto, Nishijima, & Wilson, 2004). Studi ini
Koordinasi pada olahraga renang lebih mudah digunakan pada gaya bebas
daripada gaya dada. Karena koordinasi pada gaya bebas dapat dijelaskan hanya pada
gerakan lengan ke depan dengan memperhitungkan rasio jeda waktu antara dimulainya
gerakan satu lengan dan diakhirin dengan gerakan lengan yang lainnya (Seifert, Chollet,
& Bardy, 2004). Sedangkan koordinasi mata-tangan-kaki pada gaya dada aga sedikit
Berbeda dengan gaya yang lain, gaya dada memiliki variasi kecepatan yang luas,
karena komponen hambatan gaya yang dimiliki pada gaya dada lebih besar dari gerakan
maju selama pemulihan di bawah air yang didapat dari gerakan lengan dan tungkai
(Chollet, Seifert, Leblanc, Boulesteix, & Carter, 2004). Ketika kecepatan meningkat,
karakteristik individu dan kecepatan berenang adalah dua faktor yang dapat
Renang gaya dada yang kompetitif ditandai dengan pemulihan anggota tubuh di
bawah air. Untuk menghadapi kendala ini, para perenang secara bersamaan memulihkan
lengan dan kaki mereka yang dimulai dengan urutan tarikan tangan, nafas, gerakan
tungkai, gerakan recovery lengan dan meluncur (Maglischo, 2003). Pada saat waktu
meluncur, ada tiga jenis koordinasi yang dapat diamati, yaitu (Leblanc, Seifert, &
Chollet, 2009):
antara kaki, gerakan tangan dan pernafasan. Gerakan tersebut harus terlihat secara
harmonis dan teratur juga membedakan gerakan aktif dan pasif diantara elemen-elemen
26
gerakan tersebut. Jadi rangkaian gerak yang terjadi tersebut harus betulbetul membuat
perenang bergerak maju ke depan dan tidak terlihat tahanan atau tersendat - sendat”
Salah satu komponen kondisi fisik yang penting untuk dipertimbangkan dalam
suatu gerak, terutama sekali yang menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian dan
keluasan gerak adalah kelentukan (Maidarman, 2000). Begitu juga dalam olahraga
Karena dalam renang, kelentukan dibutuhkan untuk mencapai posisi yang optimal di
dalam air untuk penerapan gaya dan meminimalkan hambatan. Gerakan efisiensi
membutuhkan jumlah gerakan sendi yang sesuai (Smith, Norris, & Hogg, 2002).
Kelentukan berguna untuk merubah arah dari keadaan diam menjadi aktif
bergerak. Sehingga kelentukan sangat penting bagi semua atlet begitu juga untuk
perenang yang akan melakuakn kerja otot dengan sepenuh tenaga, supaya otot terhindar
dari rasa sakit setelah selesai kegiatan yang dilakukan. Adapun faktor yang
mempengaruhi kelentukan menurut Lutan dalam Dedi dan Jhon (2020) adalah:
ligament 5). Kemampuan proses dan pengendalian persyarafan 6). Usia dan jenis
kelamin”.
Berdasarkan teori – teori di atas dapat disimpulkan bahwa renang gaya dada
adalah suatu renangan yang dilakukan dengan posisi telungkup, kaki diayuhkan ke arah
luar air serta kedua tangan ke arah depan dengan posisi tubuh hampir sejajar permukaan
air. Kedua tangan dibuka ke arah samping, bertujuan badan lebih cepat melaju ke arah
depan.
keterampilan dalam olahraga. Karena koordinasi merupakan salah satu elemen yang
relatif sulit di definisikan secara tepat. Hal ini disebebabkan karena fungsinya sangat
terkait dengan elemen - elemen kondisi fisik dan sangat ditentukan oleh kemampuan
sistem persarafan pusat. Untuk dapat melakukan gerakan atau keterampilan dari yang
mudah, sederhana sampai yang rumit, maka setiap orang diatur dan diperintah dari sistem
syaraf pusat yang sudah disimpan di dalam memori terlebih dahulu. Jadi untuk dapat
melakukan gerakan koordinasi yang benar diperlukan juga koordinasi sistem yaraf yang
meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang, dan sendi.
dengan cepat dan tepat secara efisien (Irianto, 2009). Menurut Jonath dan Krempel dalam
system yang telah diselaraskan oleh proses rangsangan dan hambatan serta otot rangka
pada waktu jalannya gerakan secara terarah. Sedangkan Suharno dalam Syafrudin (2011)
unsur gerak menjadi suatu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya. Ada juga yang
berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan efisien dan penuh ketepatan (Lutan, 2000).
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
kesukaran dengan kerjasama sistem persyarafan yang telah diselaraskan oleh proses
rangsangan dan hambatan serta otot rangka sehingga dapat tercipta gerakan yang cepat
dan efisien. Sehingga sangat jelas bahwa koordinasi sangat dibutuhkan bagi seorang atlet,
karena koordinasi sering kali dikaitkan dengan kualitas gerakan. Semakin baik tingkat
28
koordinasi seseorang maka semakin baik pula kualitas gerakan yang ditampilkan
(Syafrudin, 2011).
Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak
satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Sehingga dapat
dikatakan bahwa koordinasi diperlukan hampir disemua cabang olahraga yang individu
maupun caban olahraga permainan. Tingkatan baik atau tidaknya koordinasi gerak
seorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus,
tepat, cepat, dan efisien. Adapun indicator utama dari koordinasi adalah ketepatan dan
otot, tulang, dan persendian dalam menghasilkan gerak yang efektif dan efisien. Dimana
komponen gerak yang terdiri dari energi, kontraksi otot, syaraf, tulang dan persendian
terjadi dalam urutan dan waktu yang tepat serta gerakannya mengandung tenaga
(Sukadiyanto, 2005). Untuk dapat mencapai tingkat koordinasi yang baik, banyak sekali
2008):
a. Pengaturan saraf pusat dan saraf tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan
koordinasi gerakan menurut Jonath Krempel dalam Syafrudin (2011) adalah kemampuan
29
fisiologi saraf, otot - otot saraf sensoris dan mekanis, kemampuan koordinasi gerakan
ditentukan oleh faktor kemampuan fisik, perbendaharaan gerakan dan faktor kemampuan
analisatoris. Pada dasarnya koordinasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu: koordinasi
a. Koordinasi umum.
system syaraf, dan persendian. Untuk itu, pada koordinasi umum diperlukan
adanya keteraturan gerak dari beberapa anggota badan yang lainnya, agar gerak
b. Koordinasi khusus.
secara simultan (Sukadiyanto, 2005). Pada umumnya setiap teknik dalam cabang
kerja kaki. Oleh karena itu, koordinasi khusus merupakan pengembangan dari
beberapa bagian anggota tubuh. Sehingga koordinasi merupakan salah satu unsur penting
untuk dapat menguasai keterampilan dalam olahraga. Hal ini disebabkan bahwa gerakan
keterampilan tersebut tidak mungkin hanya dilakukan oleh salah satu bagian anggota
badan saja. Sugiyanto dalsam Rosalina dkk (Rosalina Wardani, 2020) mengemukakan
30
bahwa gerakan keterampilan merupakan salah satu jenis kegiatan yang di dalam
renang yang memerlukan koordinasi dan salah satu koordinasi tersebut adalah
mata – kaki adalah saat melakukan gerakan ayunan kaki (kicking). Karena saat
melakukan gerakan ayunan kaki (kicking) tetap membutuhkan mata untuk dapat
menjaga posisi tubuh agar tetap berada posisi streamlined. Berikut adalah contoh
Gambar 2.8. Contoh Gerakan Koordinasi Mata-Kaki Pada Renang Gaya Dada
sasaran. Melalui timming yang baik, perkenaan antara tangan dengan objek akan
Akurasi akan menentukan tepat tidaknya objek yang akan dituju. Koordinasi
yang diterima dan tangan sebagai fungsi penggerak untuk melakukan gerakan
koordinasi mata-tangan adalah pada saat melakukan gerakan kayuhan lengan dan
melakukan gerakan nafas. Gerakan nafas pada gaya dada dilakukan pada saat
fase tarikan dan fase recovery. Koordinasi mata-tangan diperlukan untuk dapat
menjaga posisi tubuh agar tetap berada posisi streamlined. Berikut adalah contoh
Gambar 2.9. Contoh Gerakan Koordinasi Mata-Tangan Pada Renang Gaya Dada
gerakan menjadi satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan menyeluruh dan
tepat dalam irama gerak yang terkontrol sesuai dengan tujuan. Berikut ini adalah
Dada
Pada umumnya setiap teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil dari
perpaduan antara pandangan mata-tangan dan kerja kaki. Salah satu olahraga
menggunakan koordinasi mata tangan dan kaki adalah renang. Karena olahraga renang
merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola gerakan tangan dan kaki
yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat mengapung dan meluncur
bergerak maju dari satu tempat ke tempat lain. Koordinasi mata tangan dan kaki adalah
suatu kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam
merangkai berbagai gerakan menjadi satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan
menyeluruh dan tepat dalam irama gerak yang terkontrol sesuai dengan tujuan (Pamugar,
2016).
Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta teknik pengambilan nafas dan
dipadukan dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan
yang lebih efisien, efektif dan renang yang baik. Salah satu gaya dalam renang yang
menggunakan kombinasi mata tangan dan kaki adalah gaya dada. Dimana gerakan renang
gaya dada yang dimulai dengan tahap start meluncur dalam air (under water), gerakan
34
kaki dan lengan dan dilanjutkan dengan koordinasi gerak antara kayuhan lengan, ayunan
kaki dan nafas. Karena keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan atlet dalam
melakukan gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan
tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu aktivitas
Salah satu gaya dalam olahraga renang yang terdiri dari beberapa teknik dan
jenis koordinasi mata-tangan-kaki yang berubah sesuai dengan kecepatan adalah gaya
dada. Dimana pada renang gaya dada, para perenang secara bersamaan melakukan dua
tindakan kontradiktif yang satu berasal dari gerakan pemulihan kaki yang menyebabkan
penurunan kecepatan dan yang satu lagi dari gerakan lengan (Leblanc et al., 2009).
Koordinasi lengan-kaki ditentukan oleh pengukuran jarak waktu antara fase stroke yang
berbeda dari setiap pasang anggota tubuh motor, sehingga memungkinkan untuk
Dari beberapa pendapat yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
koordinasi mata tangan dan kaki adalah suatu kemampuan seseorang dalam
mengkoordinasikan mata, tangan, dan kaki dalam merangkai berbagai gerakan menjadi
satu dalam satu satuan waktu secara tepat dan menyeluruh dan tepat dalam irama gerak
penting dalam pembinaan olahraga prestasi, begitu juga dalam olahraga renang. Karena
dalam olahraga renang memiliki kelentukan berarti mempunyai kunci dalam keselarasan
gerakan renang. Kelentukan menurut Syafruddin dalam Denis dan Ridwan (2019) adalah
35
“salah satu unsur kondisi fisik yang menentukan dalam a) mempelajari gerakan-gerakan,
tahan dan koordinasi”. Berdasarkan hal tersebut, kelentukan memegang peranan yang
pengukuran tubuh yang luas dan bahkan ada yang mengidentifikasikan kelentukan
yang luas. Kelentukan menurut M. Sajoto dalam Enggar (2015) adalah efektivitas
seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala kegiatan atau aktivitas dengan penguluran
otot – otot tubuh dan ruang sendi yang sangat luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai
kemampuan menggerakan tubuh atau bagian – bagiannya seluas mungkin tanpa terjadi
ketegangan sendi dan cedera otot (Irianto, 2009). Ahli lain berpendapat, kelentukan
adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh
ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot - otot, tendon
Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen,
dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam bekerja (berolahraga)
luasnya dalam persendian. Kelentukan ini ditentukan oleh sendi, tendon, dan ligamen.
Ada dua macam kelentukan, yaitu kelentukan statis dan kelentukan dinamis
(Sukadiyanto, 2005).
a. Pada kelentukan statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak satu persendian
atau beberapa persendian. Contoh, yaitu mencium lutut, seseorang duduk dengan
kedua tungkai lurus dan rapat ke depan, kedua tangan berusaha meraih ujung
kecepatan yang tinggi. Contoh kelentukan dinamis saat melakukan renang adalah
gerakan saat melakukan start atau renang gaya kupu – kupu dan gaya dada.
. Kelentukan sangat erat hubungan nya dengan kemampuan otot - otot kerangka
tubuh secara alamiah dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang melampaui
panjangnya yang normal waktu istirahat. Kemampuan untuk melakukan gerak persendian
secara luas akan mempermudah dalam melakukan atau menguasai motor skill secara baik
dan benar. Dengan demikian akan mempermudah mencapai tingkat yang optimal pada
cabang olahraga yang dipilih. Orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang
gerak yang luas dalam sendi - sendinya dan orang yang mempunyai otot - otot yang
elastis. Terbatasnya kelentukan dalam gerak yang memerlukan luas gerak yang maksimal
dari persendian adalah disebabkan kurangnya daya kedang dari otot - otot yang
berlawanan.
Kualitas kelentukan dipengaruhi oleh struktur sendi, kualitas otot tendon dan
ligamen, usia, serta suhu. Kelentukan persendian berpengaruh terhadap mobilitas dan
(Irianto, 2009). Menurut Sukadiyanto, secara garis besar faktor - faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat kemampuan kelentukan seseorang antara lain adalah (a) elastisitas otot,
(b) tendon dan ligamenta, (c) susunan tulang, (d) bentuk persendian, (e) suhu atau
temperatur tubuh, (f) umur, (g) jenis kelamin, (h) bioretme (Sukadiyanto, 2005).
besar dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) faktor, yaitu : (a) Genetik, (b) Otot, (c) Umur dan
jenis kelamin, (d) Suhu tubuh, (e) waktu, (f) Kekuatan otot, (g) Kelelahan dan emosi
ditentukan oleh elastisitas otot - otot, tendon atau jaringan pengikat. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa seseorang yang memiliki otot yang elastis memiliki kelentukan
yang baik. Namun elastisitas otot dapat berkurang apabila tidak melakukan latihan dalam
jangka waktu yang lama. Agar seseorang memiliki kelentukan yang baik, perlu
diperhatikan langkah - langkah atau cara melatihnya. Latihan - latihan yang dapat
penguluran (stretching) sangat penting dilakukan sebelum latihan yang lebih berat karena
dapat mengurangi kelelahan yang berarti dalam suatu intensitas latihan olahraga berat.
lebih banyak melakukan peregangan otot dan menjadi lebih kuat. Hal ini dapat diperkuat
oleh Uram dalam Enggar (2015) yang menyatakan bahwa latihan kelentukan dapat
38
kemampuannya.
kekuatan dan latihan kecepatan guna menghindari kekakuan otot dan membantu
pemulihan.
kekuatan karena tanpa kekuatan amplitude Gerakan yang besar tidak dapat
dicapai
Adapun metode latihan untuk melatih kelentukan dapat dilakukan dengan cara
peregangan (Sukadiyanto, 2005). Secara garis besar ada tiga macam bentuk peregangan
(Streaching), yaitu : (1) balastik, (2) statistik, dan dibantu oleh pasangannya (memakai
alat) (Sukadiyanto, 2005). Sedangkan menurut Djoko Pekik Irianto ada empat macam
peregangan, yaitu : (1) Aktif-pasif, (2) Statis-dinamis), (3) bouncing (memantul), dan (4)
berpengaruh terhadap peregangan tendon dan ligament serta menambah kualitas gerakan
39
2001):
(agility).
gerakan, dan
gerak sendi seperti renang. Pada cabang olahraga renang, kelentukan sangat
dibutuhkan utamanya pada saat melakukan gerakan-gerakan teknik dasar renang. Dalam
melakukan tehnik dasar renang, kelentukan memiliki peran besar dimana pada saat
melakukan gerakan tersebut kelentukan otot - otot pada togok harus lentur agar
peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal
besar bagian tubuh dalam sistem persendian individu. Tergantung pada teknik berenang
yang diajarkan, karena terdapat perbedaan besar dalam mobilitas persendian individu.
kinesiologis yang berbeda (Beganovic, Joksimovic, Musovic, & Niksic, 2020). Seseorang
yang memiliki tingkat kelentukan yang tinggi, memungkinkan untuk dapat bergerak
secara lebih leluasa dan halus dengan penggunakan energy yang sedikit. Begitu juga
cidera. Sehingga, gerakan seorang perenang menjadi lebih efisien dan tenaga yang
maksimal akan menghasilkan suatu luncuran yang cepat (Ridwan, 2019). Perenang gaya
dada yang sering memiliki nyeri lutut ditemukan memiliki rotasi internal yang lebih
sedikit pada sendi panggul. Oleh karena itu, kelentukan tidak boleh dianggap sebagai
komponen tubuh secara keseluruhan, melainkan sebagai spesifik sendi. Sehingga perlu
melakukan penekanan pada pencapaian dan pemeliharaan terhadap sendi – sendi yang
Pada gaya dada, kelentukan terjadi saat melakukan tendangan gaya dada.
Tendangan gaya dada melibatkan banyak sendi yang bergerak melalui sudut rotasi pada
saat bersamaan ketika melakukan tendangan. Rotasi pinggul dan lutut terlibat dalam
rotasi kedua kaki dan pergelangan kaki. Kesulitan yang umumnya terjadi saat melakukan
tendangan kaki gaya dada terkati dengan dengan urutan gerakan sendi pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki yang rumit (Strzała et al., 2012). Untuk dapat menghasilkan tenaga
penggerak saat melakukan tendangan kaki gaya dada yang kuat diperlukan kelentukan
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jagomägi dan Jürimäe
(Jürimäe, 2005) pada sampel besar 125 perenang wanita, kecepatan renang dalam gaya
dada 100 m yang dilakukan dengan menggunakan papan dan tungkai secara signifikan
dipengaruhi oleh kelenturan pinggang, lutut, dan pergelangan kaki. Oleh karena itu,
kelentukan pinggang memiliki peranan agar gerakan lebih maksimal dan juga dengan
memiliki kelenturan yang bagus maka akan membuat lecutan tungkai lebih keras dan juga
akan membuat hambatan oleh tubuh menjadi lebih kecil (Ridwan, 2019).
41
pinggang adalah kemampuan pergerakan persendian dalam ruang gerak sendi pinggan
dengan amplitude yang lebih luas sehingga gerakan - gerakan yang dilakukan lebih
mudah dan efisien. Dengan elastisitas otot - otot dan luasnya persendian seseorang akan
lebih mudah menguasai keterampilan gerak, karena gerakannya akan lebih leluasa
B. Kerangka Berpikir
Gaya Dada
Salah satu unsur penting untuk dapat menguasai keterampilan dalam olahraga
adalah koordinasi. Hal ini disebebabkan karena fungsinya sangat terkait dengan elemen -
elemen kondisi fisik dan sangat ditentukan oleh kemampuan sistem persarafan pusat.
Untuk dapat melakukan gerakan koordinasi yang benar diperlukan juga koordinasi sistem
yaraf yang meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang, dan
sendi. Sehingga, definisi dari koordinasi adalah kemampuan melakukan gerak pada
berbagai tingkat kesukaran dengan kerjasama sistem persyarafan yang telah diselaraskan
oleh proses rangsangan dan hambatan serta otot rangka sehingga dapat tercipta gerakan
Oleh karena itu, sangat jelas bahwa koordinasi sangat dibutuhkan bagi seorang
atlet, karena koordinasi sering kali dikaitkan dengan kualitas gerakan. Koordinasi yang
baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang
lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Pada umumnya setiap teknik dalam cabang
olahraga merupakan hasil dari perpaduan antara pandangan mata-tangan dan kerja kaki.
Salah satu olahraga menggunakan koordinasi mata tangan dan kaki adalah renang.
42
Karena olahraga renang merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut suatu pola
gerakan tangan dan kaki yang harus dilakukan pada saat bersamaan sehingga dapat
mengapung dan meluncur bergerak maju dari satu tempat ke tempat lain.
Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta teknik pengambilan nafas dan
dipadukan dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan
yang lebih efisien, efektif dan renang yang baik. Salah satu gaya dalam renang yang
menggunakan kombinasi mata tangan dan kaki adalah gaya dada. Dimana gerakan renang
gaya dada yang dimulai dengan tahap start meluncur dalam air (under water), gerakan
kaki dan lengan dan dilanjutkan dengan koordinasi gerak antara kayuhan lengan, ayunan
kaki dan nafas. Karena keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan atlet dalam
melakukan gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan
tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu aktivitas
Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat dibuat
olahraga prestasi, terutama dalam olahraga renang adalah kelentukan. Karena dalam
gerakan renang. Kelentukan memegang peranan yang penting dalam pencapaian hasil
yang optimal. kelentukan merupakan kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak
seluas - luasnya dalam persendian. Kelentukan ini ditentukan oleh sendi, tendon, dan
ligamen.
43
dengan amplitude yang luas. Kelentukan sebagai salah satu unsur komponen kesegaran
mungkin tanpa terjadi ketegangan sendi dan cedera otot. Oleh karena itu, kelentukan
sangat erat hubungan nya dengan kemampuan otot - otot kerangka tubuh secara alamiah
dan yang telah dimantapkan kondisinya diregang melampaui panjangnya yang normal
waktu istirahat. Kemampuan untuk melakukan gerak persendian secara luas akan
mempermudah dalam melakukan atau menguasai motor skill secara baik dan benar.
Orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam
sendi - sendinya dan orang yang mempunyai otot - otot yang elastis. Terbatasnya
kelentukan dalam gerak yang memerlukan luas gerak yang maksimal dari persendian
adalah disebabkan kurangnya daya kedang dari otot - otot yang berlawanan. Kualitas
kelentukan dipengaruhi oleh struktur sendi, kualitas otot tendon dan ligamen, usia, serta
berpengaruh terhadap peregangan tendon dan ligament serta menambah kualitas gerakan
ruang gerak sendi seperti renang. Pada cabang olahraga renang, kelentukan sangat
dibutuhkan utamanya pada saat melakukan gerakan - gerakan teknik dasar renang. Dalam
melakukan tehnik dasar renang, kelentukan memiliki peran besar dimana pada saat
melakukan gerakan tersebut kelentukan otot - otot pada togok harus lentur agar
peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal
dapat bergerak secara lebih leluasa dan halus dengan penggunakan energy yang sedikit.
Begitu juga dalam cabang olahraga renang. Kelentukan pinggang yang baik mampu
buruk menyebabkan perenang cidera. Sehingga, gerakan seorang perenang menjadi lebih
efisien dan tenaga yang maksimal akan menghasilkan suatu luncuran yang cepat. Pada
gaya dada, kelentukan terjadi saat melakukan tendangan gaya dada. Tendangan gaya dada
melibatkan banyak sendi yang bergerak melalui sudut rotasi pada saat bersamaan ketika
melakukan tendangan.
Rotasi pinggul dan lutut terlibat dalam rotasi kedua kaki dan pergelangan kaki.
Kesulitan yang umumnya terjadi saat melakukan tendangan kaki gaya dada terkati dengan
dengan urutan gerakan sendi pinggul, lutut, dan pergelangan kaki yang rumit. Untuk
dapat menghasilkan tenaga penggerak saat melakukan tendangan kaki gaya dada yang
kuat diperlukan kelentukan dan kekuatan otot di atas rata – rata. Oleh karena itu,
kelentukan pinggang memiliki peranan agar gerakan lebih maksimal dan juga dengan
memiliki kelenturan yang bagus maka akan membuat lecutan tungkai lebih keras dan juga
Berdasarkan kerangka teori serta kerangka berfikir di atas, maka dapat dibuat
hipotesis bahwa terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50
Cabang olahraga renang yang menjadi fokus utama terletak pada kemampuan
atau kecepatan atau waktu tempuh. Kecepatan renang adalah kemampuan perenang untuk
45
menghasilkan daya dorong cepat dan mengurangi hambatan. Sehingga, kecepatan renang
gaya dada adalah kemampuan untuk melakukan gerakan renang gaya dada dengan cepat.
Di dalam peningkatan kecepatan renang gaya dada dapat diperoleh dengan meningkatkan
daya penggerak melalui perbaikan gaya antara lain, gerakan lengan, gerakan tungkai,
pernapasan (napas) dan gerakan koordinasi serta power yang sangat penting untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat agar dapat
Oleh karena itu, untuk dapat menunjang prestasi dalam olahraga renang,
dibutuhkan latihan untuk peningkatan determinan kinerja seperti teknik dan koordinasi,
kelentukan, dan kapasitas aerobik. Karena olahraga renang merupakan olahraga yang
lintasan tercepat. Salah satu komponen yang sangat menunjang prestasi olahraga renang
Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu
keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan
keterampilan baru yang diperoleh. Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah
secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi
efektif. Begitu pula pada renang gaya dada. Gaya dada merupakan gaya yang menantang
karena gerakan aksi pendorong lengan dan kaki yang terputus-putus namun memerlukan
Berbeda dengan gaya yang lain, gaya dada memiliki variasi kecepatan yang luas,
karena komponen hambatan gaya yang dimiliki pada gaya dada lebih besar dari gerakan
maju selama pemulihan di bawah air yang didapat dari gerakan lengan dan tungkai.
atau mengurangi panjang gerakan lengan dengan memperpendek waktu meluncur dan
individu dan kecepatan berenang adalah dua faktor yang dapat mempengaruhi koordinasi
melatih kerja sama antara kaki, gerakan tangan dan pernafasan. Jadi rangkaian gerak yang
terjadi tersebut harus betul - betul membuat perenang bergerak maju ke depan dan tidak
Salah satu komponen kondisi fisik yang penting untuk dipertimbangkan dalam
suatu gerak, terutama sekali yang menyangkut kapasitas fungsional suatu persendian dan
keluasan gerak adalah kelentukan. Begitu juga dalam olahraga renang, kelentukan
merupakan komponen integral dari pengkondisian fisik perenang. Karena dalam renang,
kelentukan dibutuhkan untuk mencapai posisi yang optimal di dalam air untuk penerapan
Kelentukan berguna untuk merubah arah dari keadaan diam menjadi aktif
bergerak. Sehingga kelentukan sangat penting bagi semua atlet begitu juga untuk
perenang yang akan melakuakn kerja otot dengan sepenuh tenaga, supaya otot terhindar
dari rasa sakit setelah selesai kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan kerangka teori serta
kerangka berfikir di atas, maka dapat dibuat hipotesis bahwa terdapat hubungan antara
C. Hipotesis Penelitian
47
gaya dada
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
gaya dada.
5. Hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada
1. Tempat Penelitian
hingga pembuatan laporan penelitian. Untuk pembuatan proposal dan laporan hasil
54
55
2. Waktu Penelitian
Dilanjutkan dengan permohonan pengambilan data yang dilakukan pada bulan Juni –
awal bulan Juli 2021. Dan pembuatan laporan hasil penelitian dilakukan mulai dari
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan untuk mencari jawaban atas suatu masalah yang dilakukan
dengan hati – hati, teratur dan terus – menerus dengan menggunakan langkah – langkah
yang disebut dengan metode penelitian. Metode diartikan sebagai cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki, atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Prastowo, 2014). Sedangkan definisi
penelitian adalah refeksi dari keinginan untuk mengetahui sesuatu yang berupa fakta atau
sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Metode penelitian yang digunakan pada suatu penelitian ditentukan oleh sifat
persoalannya dan jenis data yang diperlukan. Oleh karena itu, berdasarkan sifat dari
penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan studi
korelasi.
variabel yang diuji melalui statistik korelasional (W.R. Borg and M.D., 2003). Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas yaitu koordinasi mata, tangan dan kaki (X1) dan kelentukan pinggang
56
(X2) dengan variabel terikat yaitu hasil renang 50 meter gaya dada (Y). Maka dari itu
Keterangan :
X1 : Koordinasi mata-tangan-kaki
X2 : Kelentukan Pinggang
1. Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
ini populasinya adalah atlet renang pada klub Indonesia Star Aquatics (ISA) dengan
jumlah 60 atlet.
57
2. Sampel
Sampel sering juga disebut "contoh" yaitu himpunan bagian/subset dari suatu
populasi, sampel memberikan gambaran yang benar tentang populasi (Gulo, 2010).
Ada juga yang mendefinisikan sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi
yang akan diteliti (Arikunto, 2013). Pengambilan populasi untuk dijadikan sampel
disebut dengan teknik sampling. Teknik sampling adalah suatu cara mengambil
mempertimbangkan khusus supaya data dari hasil penelitian yang dilakukan menjadi
lebih representative (Siregan, 2013). Adapun pertimbangan yang diambil adalah atlet
renang dengan rentangan umur 10 – 14 tahun dan berjenis kelamin laki – laki pada
E. Instrumen Penelitian
mengumpulkan data yang dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir - formulir
lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Oleh
karena itu, instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah dengan melakukan pengukuran terhadap variabel –variabel yang terdapat dalam
Instrumen penelitian untuk hasil renang 50 meter gaya dada menggunakan tes
renang 50 meter gaya dada. Adapun tujuan dari instrument tes ini adalah untuk
menilai kemampuan hasil renang 50 meter gaya dada atlet renang klub ISA.
58
2014). Adapun tujuan dari instrument tes ini adalah untuk menilai kemampuan
koordinasi mata, tangan dan kaki atlet renang klub ISA. Tes koordinasi mata-tangan-
kaki milik Sridadi adalah: melempar, menangkap dan menendang bola ke arah
sit and reach. Adapun tujuan dari instrument tes ini adalah untuk menilai kemampuan
kelentukan pinggang atlet renang klub ISA. Berikut gambar instrument tes sit and
reach.
dikumpulkan ditentukan oleh variable - variabel yang ada dalam hipotesis dan dilakukan
oleh sampel yang telah ditentukan. “Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga
menunjukkan fakta (Riduwan, 2015)”. Ditinjau dari aspek cara memperolehnya, data
Data primer adalah data yang didapat dan diolah langsung dari obyeknya atau
sumbernya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk sudah
jadi, hasil dari pengumpulan dan pengolahan pihak lain. Data penelitian yang diambil
melalui data primer, yaitu data koordinasi mata, tangan dan kaki, kelentukan pinggang
dan hasil renang 50 meter gaya dada. Berikut teknik pengambilan data dari masing –
Pelaksanaan tes hasil renang 50 meter gaya dada dilakukan dengan cara:
c. Tes dimulai dengan testee berdiri di start block, kemudian bersiap – siap
jarak 50 meter.
f. Adapun hasil yang di catat adalah hasil catatan waktu yang diperoleh testee.
Hasil dari tes hasil renang 50 meter gaya dada yang telah dilakukan,
dicatat pada form test yang sudah disiapkan. Berikut adalah form test untuk tes
adalah: 2 buah bola tangan, 1 buah stopwatch serta alat tulis untuk mencatat hasil.
a. Testee siap dengan membawa bola tangan di belakang batas dengan jarak 4
c. Bola yang memantul dari hasil lemparan maupun tendangan harus melewati
d. Setiap testee disediakan 2 (dua) buah bola. Jika bola pertama yang dilempar
atau ditendang pantulannya tidak melewati garis batas atau keluar garis batas,
waktu yang ditentukan habis, dan (e) Jika bola kedua yang dilempar atau
62
ditendang pantulannya tidak melewati garis batas atau keluar garis batas,
testee secepatnya dapat mengambil bola tersebut tanpa bantuan dari siapapun,
e. Skor yang dihitung adalah jumlah target yang berhasil disentuh bola hasil
dari lemparan atau tendangan. Apabila bola yang dilempar atau ditendang
mengenai garis sasaran maka skor tertinggi yang dihitung, Apabila hasil
f. Tes dilakukan sebanyak 2 (dua) kali kesempatan dan diambil jumlah skor
yang terbaik,
oleh testee, dicatat pada form tes yang sudah disiapkan. Berikut adalah form tes
b. Perlahan condongkan badan dengan posisi tangan lurus ke depan dari posisi
Hasil dari tes sit and reach yang telah dilakukan oleh testee, dicatat pada
form tes yang sudah disiapkan. Berikut adalah form tes untuk tes sit and reach
yaitu:
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi dan regeresi.
Untuk mengolah data, diperoleh dari tes koordinasi mata, tangan dan kaki ( ), tes
kayuhan lengan ( ) dan hasil renang 50 meter gaya bebas (Y). Teknik analisa data
Ŷ = a + bX
Di mana:
Koefesien arah a dan b untuk persamaan regresi di atas dapat di hitung dengan
a=
b=
rx1y=
Kriteria Pengujian:
t=
65
dengan terhadap Y.
Dimana :
Di mana:
JK(REG) = ⅀ y+ ⅀ y
66
Hipotesis Statistik:
Ho : Ry =0
H1 : Ry ≠ 0
Kriteria Pengujian:
Rumusnya : F =
Dimana :
N = jumlah sampel
Hal ini dapat ini dapat dilakukan untuk mengetahui sumbangan dua variabel X 1
dengan 100%.
Untuk mengetahui tingkat hubungan dari variabel - variabel yang diteliti, maka
H. Hipotesis Statistik
dada.
68
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
menyajikan data hasil penelitian yang telah diolah. Penelitian ini memiliki dua (2)
variabel bebas dan satu (1) variabel terikat. Adapun variabel bebas terdiri dari koordinasi
renang 50 meter gaya dada. Pada sub bab ini akan disajikan tentang deskripsi data hasil
penelitian yang berupa nilai rata-rata, median, modus, simpangan baku, nilai tertinggi dan
70
71
rentang nilai sebesar 3.97, yaitu dengan nilai terendah 53.09 dan nilai tertinggi 56.62.
Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa skor rata-rata sebesar 54.48, median
54.41, modus 53.97, simpangan baku 0.98, varians 0.97. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, maka terlihat distribusi frekuensi pada tabel 4.2. di bawah ini:
1 53.09 - 53.72 6 20
2 53.77 - 54.40 13 43
3 54.45 - 55.08 3 10
4 55.13 - 55.76 6 20
5 55.81 - 56.44 0 0
6 56.49 - 57.12 2 7
30 100
tangan-kaki (X1) di atas digambarkan dalam grafik histogram 4.1. di bawah ini.
72
sebesar 30, yaitu dengan nilai terendah 23.36 dan nilai tertinggi 71.48. Berdasarkan
hasil analisis data ditemukan bahwa skor rata-rata sebesar 29.33, dengan simpangan
baku 6.87, median 27.5, modus 25, varians 47.13. Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut, maka terlihat distribusi frekuensi pada tabel 4.3. di bawah ini:
1 23.36 - 31.50 1 3
2 31.55 - 39.69 1 3
3 39.74 - 47.88 13 43
4 47.93 - 56.07 6 20
73
5 56.12 - 64.26 7 23
6 64.31 - 72.45 2 7
30 100
mempunyai rentang nilai sebesar 43.81, yaitu dengan nilai terendah 27.38 dan nilai
tertinggi 71.19. Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa skor rata-rata
sebesar 50, median 52.27, modus 52.35, varians 100, simpangan baku 10.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka terlihat distribusi frekuensi pada tabel
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada (Y)
1 27.38 - 34.79 1 3
2 34.84 - 42.25 6 20
3 42.30 - 49.71 7 23
4 49.76 - 57.17 8 27
5 57.22 - 64.63 5 17
6 64.68 - 72.09 3 10
30 100
meter gaya dada (Y) di atas digambarkan dalam grafik histogram 4.3. di bawah ini:
74
Gambar 4.3: Grafik Histogram Variabel Hasil Renang 50 Meter Gaya Dada
(Y)
B. PENGUJIAN HIPOTESIS
gaya dada dapat diketahui atau diperkirakan dengan persamaan regresi = 579.19 – 9.71
X1. Artinya hasil renang 50 meter gaya dada dapat diketahui atau diperkirakan dengan
dada (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi RX 1Y = 0.95 dan koefisien itu harus diuji
kesimpulan. Hasil uji koefisien korelasi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut.
75
Dari uji keberartian koefisien korelasi diatas terlihat bahwa t hitung = 17.01 lebih
besar dari ttabel = 1.70. Hasil ini memiliki arti bahwa koefisien korelasi ry 1 = 0.95 adalah
berarti atau signifikan. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan
terhadap hasil renang 50 meter gaya dada (ry 12) = 0.90. Hal ini berarti bahwa koordinasi
mata-tangan-kaki (X1) memiliki kontribusi sebesar 90% dan 10% dipengaruhi oleh faktor
yang lainnya.
Hubungan antara kelentukan pinggang (X2) terhadap hasil renang 50 meter gaya
dada dapat diketahui atau diperkirakan dengan persamaan regresi = 16.14 + 0.68 X2.
Artinya hasil renang 50 meter gaya dada dapat diketahui atau diperkirakan dengan
antara kelentukan pinggang (X2) terhadap hasil renang 50 meter gaya dada(Y) ditunjukan
oleh koefisien korelasi RX 2Y = 0.68 dan koefisien itu harus diuji terlebih dahulu
Dari uji keberartian koefisien korelasi diatas terlihat bahwa t hitung = 4.87 lebih
besar dari ttabel = 1.70, ini memiliki arti bahwa koefisien korelasi ry 2 = 0.68 adalah berarti
atau signifikan. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat
hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada diterima.
Koefisien determinasi kelentukan pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada
(ry22) = 0.46. Hal ini berarti bahwa kelentukan pinggang (X 2) memiliki kontribusi sebesar
Dada (Y).
bersama-sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada (Y) dinyatakan oleh persamaan
regresi = 499.71 – 8.46 X1 + 0.23 X2. Sedangkan hubungan antara ketiga variabel
tersebut dinyatakan oleh koefisien korelasi ganda R y-12 = 0,66. Koefisien korelasi ganda
tersebut harus di uji terlebih dahulu mengenai keberartiannya sebelum digunakan untuk
mengambil kesimpulan. Hasil uji koefisien korelasi ganda tersebut dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Dari uji keberartian koefisien korelasi diatas terlihat bahwa F hitung = 10.50 lebih
besar dari Ftabel = 3,34, ini memiliki arti bahwa koefisien korelasi Ry 1-2= 0,66 adalah
77
berarti atau signifikan. Hal ini berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa
bersama-sama terhadap hasil renang 50 meter gaya dada diterima. Koefisien determinasi
dari (Ry1-2)2 = 0,44. Hal ini berarti bahwa koordinasi mata-tangan-kaki (X 1) dan
kelentukan pinggang (X2) secara bersama memiliki kontribusi sebesar 44% terhadap hasil
renang 50 meter gaya dada dan 56% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
C. PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditemukan
tangan-kaki terhadap hasil renang 50 meter gaya dada yang ditunjukkan dengan nilai thitung
= 17.01 yang lebih besar dari t tabel = 1.701. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir dan
teori yang mengatakan bahwa dengan memiliki koordinasi mata-tangan-kaki yang baik,
dapat meningkatkan hasil renang 50 meter gaya dada. Oleh karena itu, bagi perenang
yang baik agar dapat memiliki hasil renang 50 meter gaya dada sesuai dengan catatan
satu unsur penting dalam menguasi keterampilan olahraga terutama olahraga renang. Hal
ini disebebabkan karena fungsi dari koordinasi mata-tangan-kaki terkait dengan elemen-
elemen kondisi fisik dan sangat ditentukan oleh kemampuan sistem persarafan pusat.
78
Untuk dapat melakukan gerakan koordinasi yang benar diperlukan juga koordinasi sistem
yaraf yang meliputi sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi dengan otot, tulang, dan
atlet terutama perenan, karena koordinasi sering dikatikan dengan kualitas gerakan.
Koordinasi yang baik dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak
satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efektif. Pada umumnya setiap
teknik dalam cabang olahraga merupakan hasil dari perpaduan antara pandangan mata-
tangan dan kerja kaki. Dan salah satu olahraga yang menggunakan koordinasi mata
tangan dan kaki adalah renang. Karena olahraga renang merupakan salah satu cabang
olahraga yang menuntut suatu pola gerakan tangan dan kaki yang harus dilakukan pada
saat bersamaan sehingga dapat mengapung dan meluncur bergerak maju dari satu tempat
ke tempat lain.
Gerakan kombinasi antara kaki dan tangan serta teknik pengambilan nafas dan
dipadukan dengan koordinasi gerakan saat berenang dapat menciptakan hasil gerakan
yang lebih efisien, efektif dan renang yang baik. Salah satu gaya dalam renang yang
menggunakan kombinasi mata tangan dan kaki adalah gaya dada. Dimana gerakan renang
gaya dada yang dimulai dengan tahap start meluncur dalam air (under water), gerakan
kaki dan lengan dan dilanjutkan dengan koordinasi gerak antara kayuhan lengan, ayunan
kaki dan nafas. Karena keahlian saat berenang dikaitkan dengan kemampuan atlet dalam
melakukan gerakan tertentu atau pola koordinasi yang dilakukan secara konsisten dengan
tujuan untuk mengurangi hambatan selama menunjukkan kinerja dalam satu aktivitas
pinggang terhadap hasil renang 50 meter gaya dada yang ditunjukkan dengan t hitung = 4.87
yang lebih besar dari ttabel = 1.701. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir dan teori yang
mengatakan bahwa dengan memiliki kelentukan pinggang yang baik, dapat meningkatkan
hasil renang 50 meter gaya dada. Oleh karena itu, bagi perenang sangat penting memiliki
kelentukan pinggang yang baik untuk dapat meningkatkan prestasi renang 50 meter gaya
memiliki hubungan terhadap peningkatan hasil renang 50 meter gaya dada adalah
gerakan dalam ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian yang ditentukan oleh sendi,
tendon, dan ligamen. Sehingga orang yang lentuk adalah orang yang mempunyai ruang
gerak yang luas dalam sendi-sendinya dan orang yang mempunyai otot-otot yang elastis.
Terbatasnya kelentukan dalam gerak yang memerlukan luas gerak yang maksimal
dari persendian adalah disebabkan kurangnya daya kedang dari otot-otot yang
peregangan tendon dan ligament serta menambah kualitas gerakan secara maksimal.
Oleh karena itu, kelentukan dibutuhkan dalam cabang olahraga renang saat melakukan
gerakan-gerakan teknik dasar renang. Dalam melakukan tehnik dasar renang, kelentukan
memiliki peran besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otot-otot
80
pada togok harus lentur agar peregangan yang dilakukan tidak terasa, kaku dan tegang
dapat bergerak secara lebih leluasa dan halus dengan penggunakan energy yang sedikit.
Begitu juga dalam cabang olahraga renang. Kelentukan pinggang yang baik mampu
buruk menyebabkan perenang cidera. Sehingga, gerakan seorang perenang menjadi lebih
efisien dan tenaga yang maksimal akan menghasilkan suatu luncuran yang cepat. Pada
gaya dada, kelentukan terjadi saat melakukan tendangan gaya dada. Tendangan gaya dada
melibatkan banyak sendi yang bergerak melalui sudut rotasi pada saat bersamaan ketika
melakukan tendangan.
Rotasi pinggul dan lutut terlibat dalam rotasi kedua kaki dan pergelangan kaki.
Kesulitan yang umumnya terjadi saat melakukan tendangan kaki gaya dada terkati dengan
dengan urutan gerakan sendi pinggul, lutut, dan pergelangan kaki yang rumit. Untuk
dapat menghasilkan tenaga penggerak saat melakukan tendangan kaki gaya dada yang
kuat diperlukan kelentukan dan kekuatan otot di atas rata – rata. Oleh karena itu,
kelentukan pinggang memiliki peranan agar gerakan lebih maksimal dan juga dengan
memiliki kelenturan yang bagus maka akan membuat lecutan tungkai lebih keras dan juga
Dada (Y)
kaki (X1) dan kelentukan pinggang (X2) secara bersama-sama terhadap hasil renang 50
81
Meter gaya dada (Y) yang ditunjukkan dengan nilai F hitung = 10.50 yang lebih besar dari
Ftabel = 3.34. Hal ini sesuai dengan kerangka berpikir dan teori yang mengatakan bahwa
dengan memiliki koordinisi mata-tangan-kaki dan kelentukan pinggang yang baik, dapat
meningkatkan hasil renang 50 Meter gaya dada. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
hasil renang 50 meter gaya dada dipengaruhi oleh koordinasi mata-tangan-kaki dan
kelentukan pinggang.
terutama renang 50 meter gaya dada diperlukan oleh komponen fisik diantaranya adalah
yang menjadi focus utama adalah kemampuan atau kecepatan seseorang dalam
menyelesaikan renangan atau yang sering disebut dengan waktu tempuh. Dalam renang
untuk dapat mencapai kecepatan yang maksimal maka seorang perenang harus mampu
menghasilkan daya dorong yang cepat dan mengurangi hambatan yang terjadi selama
renangan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kecepatan renang gaya dada dapat
diperoleh dengan meningkatkan daya penggerak melalui perbaikan gaya antara lain,
gerakan lengan, gerakan tungkai, pernapasan (napas) dan gerakan koordinasi serta power
yang sangat penting untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat
Oleh karena itu, untuk dapat menunjang prestasi dalam olahraga renang,
dibutuhkan latihan untuk peningkatan determinan kinerja seperti teknik dan koordinasi,
kelentukan, dan kapasitas aerobik. Karena olahraga renang merupakan olahraga yang
lintasan tercepat. Salah satu komponen yang sangat menunjang prestasi olahraga renang
Seorang atlet dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan
suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dalam melakukan
keterampilan baru yang diperoleh. Karena dengan memiliki koordinasi yang baik dapat
mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak satu ke pola gerak yang lain
sehingga gerakannya menjadi efektif. Begitu pula pada renang gaya dada. Gaya dada
merupakan gaya yang menantang karena gerakan aksi pendorong lengan dan kaki yang
Berbeda dengan gaya yang lain, gaya dada memiliki variasi kecepatan yang luas,
karena komponen hambatan gaya yang dimiliki pada gaya dada lebih besar dari gerakan
maju selama pemulihan di bawah air yang didapat dari gerakan lengan dan tungkai.
atau mengurangi panjang gerakan lengan dengan memperpendek waktu meluncur dan
menggabungkan dan melatih kerja sama antara kaki, gerakan tangan dan pernafasan.
Sehingga, rangkaian gerak yang terjadi pada renang gaya dada harus dapat membut
Selain dari koordinasi mata-tangan-kaki, ada komponen fisik yang harus juga
gerak yaitu kelentukan. Kelentukan dibutuhkan dalam renang, karena untuk mencapai
posisi yang optimal di dalam air untuk penerapan gaya dan meminimalkan hambatan
gerakna sendi yang sesuai. Kelentukan berguna untuk merubah arah dari keadaan diam
menjadi aktif bergerak. Sehingga kelentukan sangat penting bagi semua atlet begitu juga
untuk perenang yang akan melakuakn kerja otot dengan sepenuh tenaga, supaya otot
A. Kesimpulan
berikut:
2. Terdapat hubungan antara kelentukan pinggang terhadap hasil renang gaya dada
50 meter.
B. Saran
85
86
saat latihan di air dengan melakukan berbagai variasi bentuk latihan di air.
DAFTAR PUSTAKA
Data Mentah
Koordinasi Mata-Tangan-Kaki (X1), Kelentukan Pinggang (X2) dan Hasil Renang
50 Meter Gaya Dada (Y)
No X1 X2 Y
1 16 36 35.15
2 15 59 38.16
3 13 62 38.4
4 13 66 38.45
5 12 22 39.01
6 12 42 39.2
7 12 42 39.36
8 12 43 40.05
9 11 44 40.34
10 11 45 40.7
11 11 45 40.88
12 10 46 40.9
13 10 47 41.18
14 10 48 41.2
15 10 48 43.05
16 10 49 43.10
17 9 49 43.10
18 9 50 43.15
91
19 9 51 43.90
20 9 54 44.08
21 9 54 44.20
22 9 59 44.25
23 9 60 44.80
24 9 61 44.87
25 8 62 44.98
26 8 64 45.20
27 8 66 45.27
28 7 68 47.20
29 7 70 47.35
30 7 78 49.10
305 1590 1270.58
No X1 X2 Y
1 57.06 35.39 27.38
2 56.62 55.16 36.83
3 55.73 57.73 37.58
4 55.73 61.17 37.74
5 55.29 23.36 39.50
6 55.29 40.55 40.10
7 55.29 40.55 40.60
8 55.29 41.41 42.77
9 54.85 42.27 43.68
10 54.85 43.13 44.81
11 54.85 43.13 45.37
12 54.41 43.99 45.44
13 54.41 44.84 46.32
14 54.41 45.70 46.38
15 54.41 45.70 52.19
16 54.41 46.56 52.35
17 53.97 46.56 52.35
18 53.97 47.42 52.50
19 53.97 48.28 54.86
92
: 57.06 – 53.09
: 3.97
: 1 + 3,3 log 30
: 1 + 3,3 (1,48)
: 1 + 4,87
: 5,87 dibulatkan 6
: 3.97
6
: 0.68
: 1 + 3,3 log 30
: 1 + 3,3 (1,48)
: 1 + 4,87
: 5,87 dibulatkan 6
: 48.12
6
: 8.19
: 71.19 – 27.38
: 43.81
: 1 + 3,3 log 30
: 1 + 3,3 (1,48)
: 1 + 4,87
: 5,87 dibulatkan 6
: 43.81
6
: 7,46
94
a. Rata - rata
= 54.48
b. Varian :
S2 = 0.97
c. Simpangan Baku :
S = 0.98
a. Rata –rata
X2 = 50
96
b. Varian :
S2 = 100
c. Simpangan Baku :
S = 10
a. Rata –rata :
Y = 25.17
b. Varians : =
S2 = 100
97
c. Simpangan Baku :
S = 10
1. Regresi y atas X1
∑X1Y = 81454.54 n = 30
Mencari a :
2. Regresi Y atas X2
∑X2Y = 76964.1 n = 30
Mencari a :
99
Dimana :
100
Jadi :
101
Diketahui:
1. Korelasi X1 Terhadap Y
Tabel dk =n-2
= 30 – 2
= 28
T tabel = dk : 0.05 α
= 28 : 0.05 α
= 28 : 0,05
= 1,701
Berarti nilai ttabel dengan = 0,05 dan dk= 28 diperoleh sebesar 1.701 dan thitung
17.01 .Karena nilai thitung = 17.01 > ttabel = 1.701, maka dengan demikian Ho di
tolak, dan Ha diterima. Ini berarti terhadap hubungan antara koordinasi mata-
2. Korelasi X2 Terhadap Y
Tabel dk =n-2
= 30 – 2
= 28
T tabel = dk : 0.05 α
= 28 : 0.05 α
= 28 : 0,05
= 1,701
Berarti nilai ttabel dengan = 0,05 dan dk= 28 diperoleh sebesar 1.701 dan thitung
4.88. Karena nilai thitung = 4.88 > ttabel = 1.701, maka dengan demikian Ho di tolak,
a.
Ftabel dapat dicari dengan cara melihat daftar disrtibusi F dengan cacah predictor =
Fhitung = 10,50 > F tabel = 3,34, maka koefisien korelasi ganda rxy1-2 = 0,66 adalah
signifikan.
107