TEGUH PURNOMO
1604618027
Nurfitranto, S.Pd.,M.Pd
NIP:198506182015041002
Mengetahui
Kordinator Program Setudi Kepelatihan Kecabangan Olahraga
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
TEGUH PURNOMO
1604618027
ii
PENGARUH LATIHAN FISIK DENGAN MEDIA ANKLE WEIGHT
DAN LINTASAN BERPASIR DALAM MENINGKATKAN POWER
ATLET SEPAK BOLA UNJ
ABSTRAK
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu untuk meneliti Pengaruh latihan
dengan Media Lintasan Berpasir Dan Ankle Weight Terhadap Peningkatan Power
Atlet Sepak Bola Universitas Negeri Jakarta. Pengambilan data penelitian
dilaksanaka pada bulan 10 Februari – 20 Maret 2023 di Kampus Olahraga
Universitas Negeri Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian
kuantitatif dengan metode eksperimen. Semu Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah atlet KOP Sepak Bola Universitas Negeri Jakarta dengan total
sampel sebanyak 20 atlet. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah
Tripel Hop Jump. Teknik analisis statistik yang digunakan adalah menggunakan uji
t. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Hasil uji hipotesis diperoleh bahwa
hipotesis diterima, yaitu latihan dengan menggunakan media Pasir dan Angkle
Weight berpengaruh terhadap power otot Tungkai Atlet Sepak Bola Universitas
Negeri Jakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil data masing-masing tes, baik
data tes awal (pretest) maupun data tes akhir (posttest). Pada kelompok yang
diberikan perlakuan Media Pasir dan media Angkle Weight masing masing terdapat
sebuah perbedaan antara hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posstest) yang
dimana pada kelompok media Pasir nilai rata-rata selisih sebesar 2,93 sedangkan
kelompok media Ankle Weight nilai rata rata selisih sebesar 0,7.
iii
THE EFFECTIVENESS OF RESISTANCE BAND AND DUMBLE
EXERCISE ON INCREASING THE ARM POWER OF BOLATANGAN
ATHLETES, JAKARTA STATE UNIVERSITY
ABSTRACT
The aim of this research is to examine the effects of training using Sand Track and
Ankle Weight media on improving the power of soccer athletes at Universitas
Negeri Jakarta. Data collection for this study was conducted from October 10th to
March 20th, 2023, at the Sports Campus of Universitas Negeri Jakarta. The
research design used in this study is quantitative research with an experimental
method. The sample for this research consists of 20 athletes from the Universitas
Negeri Jakarta's Soccer Club. The instrument used in this study is the Triple Hop
Jump test. The statistical analysis technique employed is the t-test. The results of
the data analysis indicate that the hypothesis is accepted, meaning that training
using Sand Track and Ankle Weight has an effect on the leg muscle power of the
soccer athletes at Universitas Negeri Jakarta. This can be observed from the data
obtained in both the initial (pretest) and final (posttest) tests. In the groups that
received the Sand Track and Ankle Weight treatments, there was a noticeable
difference between the initial (pretest) and final (posttest) test results. In the Sand
Track group, the average difference score was 2.93, while in the Ankle Weight
group, the average difference score was 0.7.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada TUHAN YANG MAHA ESA
atas segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi ini.Proposal Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi mata
kuliah seminarpersiapan skripsi, judul dari Proposal skripsi ini adalah “Efektifitas
Latihan Resistance Band Dan Dumble Terhadap Peningkatan Power Lengan Atlet
Bola Tangan”.
Dalam penulisan Penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan
kesulitan, namun berkat bantuan, bimbingan, nasihat dan saran serta kerjasama dari
berbagai pihak, khususnya Ibu dan bapak Saya Bariah,Salinu segala hambatan
tersebut akhirnya dapat diatasi dengan baik.
Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.
Johansyah Lubis, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu keolahragaan; Dr. Mansur
Jauhari, M,Si selaku Koordinator Program Studi Kepelatihan Kecabangan
Olahraga Keolahragaan, Serta tak lupa dosen pembimbing saya bapak Nurfitranto,
S.Pd.,M.Pd dan Bambang Sutiono.M,Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan
skripsi ini.
Kepada sahabat saya Sidik, Adi, Insan dan Pengurus Kop Sepk Bola UNJ
yang selalu membantu peneliti dalam mengerjakan skripsi ini. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Teguh Purnomo
v
DAFTAR ISI
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Sepakbola adalah jenis olahraga yang paling populer di seluruh dunia. Game
ini berhasil menarik minat berbagai kelompok masyarakat tanpa memandang
perbedaan etnis, budaya, dan agama mereka. Dengan demikian, sepakbola telah
mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Permainan sepak bola
merupakan suatu olahraga tim yang bertujuan untuk mencetak gol sebanyak
mungkin ke gawang lawan, sambil menjaga agar gawang sendiri tidak kebobolan.
Pemenang dalam permainan ini ditentukan oleh tim yang berhasil mencetak gol
terbanyak Clive Gifford dalam (Ismoyo, 2014: 1).
1
2
Beberapa elemen fisik di atas yang dapat berperan sebagai penunjang untuk
meningkatkan kualitas permainan dalam sepakbola adalah kekuatan (power).
Menurut Suharno, (1985:59), kekuatan adalah kemampuan otot atlet untuk
mengatasi hambatan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu
gerakan yang utuh. Power memegang peranan fundamental dalam membentuk
semua aspek fisik dan teknik dalam permainan sepakbola. Mencapai tingkat
kekuatan yang optimal melalui latihan fisik merupakan perjalanan yang memakan
waktu dan memerlukan perencanaan yang teliti dalam program latihan.
Adapun metode latihan power yang akan di gunakan penulis disini yakni
metode latihan dengan media beban ankle weight dan media lintasan pasir dimana
metode tersebut akan menjadi beban atau hambatan dalam latihan.dengan
menggunakan beban,latihan tersebut dirasa sangat cocok untuk meningkatkan
kekuatan otot tungkai
Latihan power dengan menggunakan media pasir juga suatu alternatif lain
dalam meningkatkan power dengan karakteristi pasir yang lunak ketika di dan
permukaan pasir yang tidak rata akan membuat berat saat melangkah di atasnya
sehingga media ini sangatlah cocok dalam melatih power. Menurut Kumar, (2015),
sifat yang lunak tidak memberikan beban berlebih pada persendian, sehingga sangat
ideal untuk digunakan dalam latihan kecepatan dan kekuatan yang menghasilkan
gerakan yang cepat dan tiba-tiba.
Dari latar belakang di atas dapat di simpulkan bahwa power adalah suatu
komponen yang penting untuk menunjang performa atlet pada saat bertanding.
Namun yang terjadi di lapangan khususnya di kop sepak bola UNJ masih kurang
dalam hal melatih power dan bahkan jarang sekali untuk melakukan sesi latihan
beban. Dalam penelitian ini, penting untuk mengembangkan latihan yang efektif
dalam meningkatkan power atlet secara signifikan. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah menggunakan media pasir dan ankle weight sebagai alat untuk
melatih power dalam olahraga sepak bola. Hingga saat ini, latihan untuk
meningkatkan power dalam sepak bola masih kurang, dan fokus latihan cenderung
lebih pada pengembangan teknik dari pada latihan fisik yang khusus untuk otot
tungkai. Oleh karena itu, harapannya adalah bahwa latihan yang terapkan ini akan
memberikan cara baru untuk meningkatkan power dalam olahraga sepak bola.
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat yaitu
sebagai berikut:
1. Secara umum dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi peneliti lain
dalam melakukan penelitian selanjutnya.
2. Secara umum diharapkan bisa menjadi pertimbangan atau gambaran
dalam latihan Memaksimalkan power
3. Bisa dijadikan pertimbangkan sebagai pembinaan olahraga terkhusus
bagi cabor Sepak bola
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Deskripsi Konseptual
Hakikat Sepak Bola
a. Permainan Sepak Bola
6
7
teknik dengan bola yaitu: (a) Pengenalan bola dengan bagian tubuh (ball
feeling) bola (pass), (b) Menendang bola ke gawang (shooting), (c) Menggiring bola
(dribbling), (d) Menerima bola dan menguasai bola (receiveing and controlling
the ball), (e) Menyundul bola (heading), (f) Gerak tipu (feinting), (g) Merebut bola
(sliding tackle-shielding), (h) Melempar bola ke dalam (throw-in), (i) Menjaga
gawang (goal keeping).
9
Teknik tanpa bola dan teknik dengan bola saling terkait erat dalam permainan
sepak bola. Kedua teknik ini saling mempengaruhi dan berhubungan satu sama lain.
Kedua teknik dasar ini harus diterapkan dan digabungkan sesuai kebutuhan dalam
permainan. Kemampuan teknik yang baik akan meningkatkan penampilan pemain
dan kerjasama tim. Semakin baik kualitas teknik yang dimiliki, semakin baik
penguasaan permainan, dan ini akan meningkatkan peluang memenangkan
pertandingan. Menurut Herwin, (2004:18) teknik dasar bermain sepak bola
meliputi:
1) Ball feeling
2) (Passing)
Passing dalam sepak bola memiliki beberapa tujuan, seperti mengoper bola
kepada rekan setim, mengoper bola ke area yang kosong, melakukan operan tembus
di antara pemain lawan, menendang bola untuk mencetak gol ke gawang lawan, dan
menendang bola untuk menjaga daerah permainan sendiri Herwin, (2004:27).
Terdapat berbagai bagian kaki yang dapat digunakan untuk mengoper bola, namun
untuk melakukan tendangan yang baik, kita dapat menggunakan bagian punggung
kaki atau tengah kaki, bagian dalam kaki, bagian luar kaki, punggung kaki di sisi
10
3) (Dribbling)
Menggiring bola dalam sepak bola adalah sebagai berikut: untuk mengatasi
lawan, mendekati area pertahanan lawan, melepaskan diri dari penjagaan lawan,
mencetak gol, dan melewati area yang tidak dijaga. Menurut Suharno, (1985:33)
Herwin teknik menggiring bola dengan kaki memiliki beberapa variasi, termasuk
penggunaan sisi dalam kaki, bagian punggung kaki yang penuh, punggung kaki
bagian dalam, punggung kaki bagian luar, dan sisi luar kaki.
Dalam menghadapi tekanan lawan saat dribbling, penting bagi bola untuk
tetap dekat dengan kaki yang akan melakukan dribbling. Ini berarti menjaga
sentuhan bola sebanyak mungkin atau melakukan banyak sentuhan. Namun, ketika
berada di daerah yang bebas tanpa tekanan lawan, sentuhan bola dapat dikurangi
dan digantikan dengan gerakan lari cepat. Selain itu, menggiring bola juga bisa
diikuti dengan gerakan selanjutnya seperti passing atau shooting.
3) Menghentikan bola (Stoping)
Pemain perlu selalu mengamati kecepatan bola baik saat sedang melayang
maupun bergulir ketika mereka berusaha menghentikannya Suharno, (1985:35).
Gerakan untuk menghentikan pergerakan bola melibatkan upaya menjaga
keseimbangan dan stabilitas tubuh, serta mengikuti arah bola ketika bola
bersentuhan dengan bagian tubuh. Selain itu, sangat penting untuk selalu
memusatkan pandangan pada bola.
11
Hakikat Latihan
a. Pengertian Latihan
mereka. Prestasi dalam olahraga dapat dicapai melalui latihan yang berkelanjutan
dan terencana dengan baik.
b. Prinsip Latihan
Konsep latihan dengan beban lebih terkait erat dengan tingkat intensitas
latihan. Setiap kali melatih, beban yang digunakan harus lebih tinggi daripada
sebelumnya. Salah satu cara sederhana untuk mengukur intensitas latihan adalah
dengan mengamati denyut jantung saat melakukan aktivitas tersebut. Pada atlet
muda, menurut Diky, (2019:24) denyut nadi maksimal saat melakukan latihan dapat
mencapai 180-190 kali permenit. Jika atlet tersebut diberikan beban latihan yang
lebih berat, maka denyut nadi maksimal akan mendekati batas tertingginya. Dalam
13
konteks latihan kekuatan (strength training), beban yang lebih tinggi dapat berarti
menggunakan beban yang lebih berat atau melakukan lebih banyak repetisi saat
mengangkat beban.
dewasa, jumlah volume latihan dan bagian latihan khusus bertambah, sambil
mempertimbangkan kemajuan dan keahlian. Menurut Ozolin (dalam Budiwanto,
2013: 19), ada dua jenis tujuan latihan atau aktivitas gerak yang digunakan untuk
mencapai hasil latihan, yaitu: (1) latihan olahraga spesifik, dan (2) latihan untuk
meningkatkan kemampuan gerak. Ada dua kelompok latihan yang berbeda dalam
olahraga, yaitu latihan yang mirip atau meniru gerakan yang diperlukan dalam
olahraga penting, dan latihan yang mengembangkan kekuatan, kecepatan, dan daya
tahan. Perbandingan antara dua kelompok latihan ini bervariasi tergantung pada
karakteristik olahraga yang dilakukan. Sebagai contoh, dalam lari jarak jauh,
hampir seluruh volume latihan (sekitar 100%) termasuk dalam kelompok latihan
pertama, sedangkan dalam lompat tinggi hanya sekitar 40% dari latihan yang mirip
dengan gerakan tersebut. Sisanya, persentase latihan yang tersisa, digunakan untuk
latihan yang berfokus pada pengembangan kekuatan kaki dan daya melompat,
seperti latihan beban.
Namun, lebih penting sebagai metode untuk secara objektif menentukan dan
subjektif mengamati. Penting bagi para atlet untuk memiliki pemahaman yang jelas
tentang kebutuhan latihan mereka guna memaksimalkan potensi mereka
(Budiwanto, 2013: 20).Atlet anak-anak menurut Diky, (2019:27) adalah seperti
pada atlet dewasa, yang mempunyai sistem syaraf yang relatif belum stabil,. Oleh
karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara latihan dan kegiatan
sekolah mereka. Latihan bagi calon atlet anak-anak harus memiliki variasi yang
banyak agar mereka tetap tertarik dan dapat mempertahankan konsentrasi dengan
baik. Selain itu, pemilihan yang tepat antara rangsangan latihan dan istirahat juga
diperlukan untuk memulihkan kondisi tubuh dari cedera.
e. Prinsip Variasi
Menurut Bompa dalam Budiwanto, (2013: 23), penting bagi latihan untuk
bervariasi guna menghindari kebosanan dan monoton. Hazeldine dalam Budiwanto,
(2013: 23) menjelaskan bahwa latihan membutuhkan waktu yang cukup lama agar
adaptasi fisiologis yang bermanfaat dapat terjadi, sehingga ada risiko kebosanan
dan monoton. Seorang atlet perlu menjaga disiplin dalam berlatih, tetapi yang lebih
penting adalah mempertahankan motivasi dan konsentrasi dengan melakukan
variasi dalam latihan fisik dan rutinitas latihan lainnya. Waktu latihan merupakan
usaha keras yang membutuhkan berjam-jam kerja bagi atlet. Volume dan intensitas
latihan harus terus meningkat secara bertahap dan dilakukan secara berulang.
Budiwanto (2013: 23) menyatakan bahwa untuk mencapai kemampuan tinggi,
volume latihan harus melebihi ambang batas 1000 jam per tahun.
Dalam upaya mengatasi kebosanan dan latihan yang monoton, seorang pelatih
perlu kreatif dengan memiliki banyak pengetahuan dan berbagai jenis latihan
16
Mulai dari awal pertumbuhannya hingga menjadi atlet yang berprestasi, atlet
perlu secara bertahap meningkatkan beban kerja dalam latihan sesuai dengan
kemampuan fisiologis dan psikologisnya. Prinsip ini didasarkan pada fisiologi
17
tubuh, di mana melalui latihan yang efisien, tubuh secara perlahan meningkatkan
efisiensi fungsionalnya dan kapasitas untuk bekerja selama periode waktu yang
panjang. Jika ingin mencapai peningkatan kemampuan secara drastis, diperlukan
waktu latihan yang panjang serta adaptasi yang sesuai. Perubahan anatomis,
fisiologis, dan psikologis pada atlet menimbulkan kebutuhan akan peningkatan
intensitas latihan.
Dalam pandangan Bompa seperti yang dikutip oleh Budiwanto (2013: 25),
proses peningkatan kemampuan sistem saraf dan reaksi, koordinasi neuro-
muscular, serta kapasitas psikologis untuk mengatasi tekanan akibat latihan intens,
mengalami perubahan yang lambat dan membutuhkan waktu serta
kepemimpinan.Prinsip peningkatan beban latihan secara bertahap merupakan dasar
dalam merencanakan program latihan olahraga, baik untuk siklus pendek maupun
dalam persiapan menuju Olimpiade. Prinsip ini berlaku untuk semua atlet dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan masing-masing. Tingkat peningkatan
keterampilan secara langsung tergantung pada sejauh mana beban latihan
ditingkatkan dan kebiasaan dalam meningkatkan intensitas latihan. Jika standar
beban latihan yang rendah diterapkan, hal ini akan berdampak negatif pada hasil
latihan, terutama dalam lari jarak jauh, yang ditandai dengan penurunan kondisi
fisik dan psikologis, serta berkurangnya kemampuan atlet tersebut. ampak dari
perubahan rangsangan yang kurang memadai adalah timbulnya keadaan plateau di
mana kemampuan tidak mengalami perkembangan atau bahkan mengalami
penurunan Bompa, mengutip dalam ( Budiwanto, 2013: 25).
g. Prinsip Partisipasi Aktif dalam Latihan
Dalam hal ini, penting bagi pelatih untuk secara berkala dan teratur berdiskusi
18
dengan atletnya mengenai kemajuan yang dicapai. Dengan demikian, atlet dapat
menghubungkan umpan balik objektif dari pelatih dengan penilaian subjektif
kemampuan mereka sendiri. Dengan membandingkan kemampuan mereka dengan
persepsi subjektif tentang kecepatan, akurasi, dan kefasihan dalam melakukan
keterampilan, serta persepsi tentang kekuatan dan perkembangan lainnya, atlet akan
memiliki pemahaman yang lebih baik tentang aspek positif dan negatif kemampuan
mereka. Mereka juga akan mengetahui apa yang perlu diperbaiki dan bagaimana
mereka dapat meningkatkan hasil mereka. Pelatihan melibatkan partisipasi serta
keterlibatan baik pelatih maupun atlet dalam kegiatan tersebut. Menurut Bompa,
dalam Budiwanto (2013: 26), seorang atlet akan melakukan tindakan dengan penuh
kehati-hatian karena ia menyadari bahwa masalah pribadi yang dialaminya dapat
mempengaruhi kemampuannya. Atlet juga akan berkomunikasi dan berbagi
perasaan dengan pelatihnya, sehingga mereka dapat bekerja sama untuk mencari
solusi atas masalah yang dihadapi.
Partisipasi aktif tidak hanya terjadi selama latihan. Seorang atlet akan terus
melakukan kegiatannya bahkan ketika tidak ada pengawasan atau perhatian dari
pelatih. Ketika memiliki waktu luang, atlet dapat terlibat dalam pekerjaan atau
kegiatan sosial yang memberikan kepuasan dan ketenangan, tetapi mereka juga
perlu memastikan untuk memiliki istirahat yang cukup. Ini akan membantu
memulihkan fisik dan mental mereka untuk latihan berikutnya. Jika atlet tidak
memperhatikan dengan seksama semua kebutuhan latihan yang tidak diawasi, maka
kemampuannya untuk tampil di tingkat maksimal akan terpengaruh.
h. Prinsip Perkembangan Multilateral (multilateral development)
Menurut Bompa dalam Budiwanto, (2013: 27), ada sebuah pandangan yang
menyatakan bahwa perkembangan secara serentak dari berbagai aspek manusia
saling terkait secara bertahap, baik itu organ dan sistem dalam tubuh manusia
maupun proses fisiologis dan psikologis. Adanya kebutuhan akan perkembangan
multilateral ini diakui sebagai sesuatu yang penting dalam berbagai kegiatan
pendidikan dan upaya manusia. Dalam usaha untuk memperoleh dasar-dasar yang
diperlukan, multilateral menjadi penting. Perubahan yang terjadi dalam latihan
selalu saling terkait satu sama lain. Sebuah latihan harus memperhatikan perilaku
dan kebutuhan gerak yang saling terkait, serta mengharuskan koordinasi berbagai
sistem, berbagai kemampuan gerak, dan aspek psikologis. Oleh karena itu, pada
19
tahap awal latihan seorang atlet, pelatih harus mengadopsi pendekatan yang
langsung sesuai dengan perkembangan fungsional tubuh.
Prinsip multilateral ini akan diterapkan dalam latihan anak-anak dan remaja.
Namun, perkembangan multilateral yang tidak langsung akan menyebabkan atlet
menghabiskan seluruh waktu latihan hanya untuk program tersebut. Para pelatih di
semua cabang olahraga perlu memperhatikan pentingnya prinsip ini, yaitu
perkembangan multilateral seperti yang dijelaskan oleh Bompa dalam Budiwanto
(2013:28) dalam program latihan. Prinsip ini mencakup inklusi berbagai jenis
olahraga dan penggunaan permainan yang menyenangkan, dengan tujuan
mengurangi kemungkinan terjadinya kebosanan.
i. Prinsip Pulih Asal (recovery)
Menurut Rushall dan Pyke dalam Budiwanto, (2013: 28), faktor utama yang
memengaruhi kesehatan atlet adalah kombinasi antara pemilihan beban latihan
yang tepat dan waktu pemulihan yang cukup di antara setiap sesi latihan. Setelah
melakukan latihan, tubuh perlu memulihkan diri dengan mengisi kembali sumber
energi yang terpakai dan memperbaiki kerusakan fisik yang terjadi selama aktivitas
latihan.Menurut Kent dalam Budiwanto, (2013: 28), pulih asal merujuk pada proses
pemulihan yang melibatkan beberapa elemen penting. Proses ini mencakup
pemulihan glikogen dalam otot dan phospagen sebagai sumber energi,
menghilangkan asam laktat dan proses metabolik lainnya, serta menyediakan
oksigen kembali ke myoglobin dan mengganti protein yang telah digunakan.
j. Prinsip Reversibilitas (reversibility)
Prinsip dasar yang dapat diamati adalah bahwa pengaruh latihan akan hilang
20
secara perlahan jika intensitas, durasi, dan frekuensi latihan dikurangi (Budiwanto,
2013: 29). Menurut Rushall dan Pyke dalam Budiwanto, (2013: 29), jika waktu
pemulihan diperpanjang, hasil yang telah dicapai selama latihan akan kembali ke
kondisi semula jika tidak dipertahankan. Oleh karena itu, penting untuk terus
melanjutkan latihan agar dapat menjaga kondisi tubuh. Seperti yang dijelaskan oleh
Brooks dan Fahey dalam Budiwanto, (2013: 29), latihan memiliki kemampuan
untuk meningkatkan kebugaran, sedangkan ketidakaktifan akan mengurangi
kemampuan tersebut. Hazeldine dalam Budiwanto, (2013: 29) menyatakan bahwa
adaptasi fisiologi yang dihasilkan dari latihan intens akan kembali ke kondisi
semula, sehingga kebugaran yang sulit dicapai dapat hilang dengan mudah.
k. Menghindari Beban Latihan Berlebihan (Overtraining)
f) Tanda-tanda overtraining pada atlet dapat terlihat dari segi somatis, seperti:
a) Penurunan berat badan.
b) Wajah yang pucat.
c) Nafsu makan yang berkurang.
d) Minum banyak.
e) Kesulitan tidur.
Tujuan penggunaan model adalah untuk mencapai sesuatu yang ideal, dan
meskipun keadaan ideal tersebut secara konkret mungkin tidak ada, namun mereka
mencerminkan sesuatu yang ingin dicapai, suatu peristiwa yang dapat Setiap
individu atau tim dalam dunia olahraga memiliki kekhasan yang berbeda. Seorang
pelatih atau atlet seringkali menghadapi tantangan untuk menciptakan model
latihan yang sesuai agar atlet atau tim mencapai kesuksesan. Model latihan harus
mempertimbangkan berbagai faktor, seperti potensi psikologis dan fisiologis atlet,
fasilitas yang tersedia, dan lingkungan sosial. Setiap olahraga atau pertandingan
22
memiliki model teknik yang dapat digunakan oleh semua atlet, namun perlu
dilakukan penyesuaian kecil untuk mengakomodasi perbedaan anatomis, fisiologis,
dan psikologis setiap atlet.
Setiap individu atau tim dalam dunia olahraga memiliki kekhasan yang
berbeda. Seorang pelatih atau atlet seringkali menghadapi tantangan untuk
menciptakan model latihan yang sesuai agar atlet atau tim mencapai
kesuksesan. Model latihan harus mempertimbangkan berbagai faktor, seperti
potensi psikologis dan fisiologis atlet, fasilitas yang tersedia, dan lingkungan
sosial. Setiap olahraga atau pertandingan memiliki model teknik yang dapat
digunakan oleh semua atlet, namun perlu dilakukan penyesuaian kecil untuk
mengakomodasi perbedaan anatomis, fisiologis, dan psikologis setiap atlet.
Misalnya seperti alat bantu penglihatan dan pendengaran memiliki potensi besar
dalam mendukung pembelajaran atlet dalam memahami model teknik yang tepat
serta dampaknya (Bompa, seperti yang dikutip oleh Budiwanto, 2013:31).
Tujuan Latihan
Setiap sesi latihan memiliki tujuan yang ingin dicapai baik oleh atlet maupun
pelatih. Tujuan utama dari latihan atau pelatihan adalah untuk membantu atlet
meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan mencapai prestasi yang optimal.
Dalam hal ini, prestasi atlet merupakan hasil dari akumulasi keseluruhan dari
latihan fisik dan mental yang dilakukan. Menurut Suharjana, (2013:38) dari
perspektif kesehatan secara keseluruhan, individu yang secara teratur berlatih atau
berolahraga bertujuan untuk mencapai tingkat kebugaran fisik yang baik.
Sukadiyanto (2011:8) mengemukakan bahwa tujuan umum dari latihan adalah
membantu pembina, pelatih, dan guru olahraga untuk dapat menerapkan dan
menguasai konsep-konsep serta keterampilan yang diperlukan untuk membantu
23
strategi, taktik, dan pola bermain yang diperlukan dalam olahraga tertentu.
Tujuan ini melibatkan analisis permainan, perencanaan strategi, dan penerapan
taktik yang efektif.
Selain mempunyai tujuan jangka panjang dan jangka pendek, latihan memiliki
berbagai tujuan umum yang mencakup aspek-aspek yang berbeda dalam kehidupan
seorang atlet. Seorang pelatih dalam membimbing atlet pasti memiliki tujuan
spesifik dan tujuan umum yang melibatkan berbagai aspek. Latihan psikis bertujuan
untuk memperbaiki perkembangan emosional (Irianto, 2002: 63).
Menurut Harsono, (2015:39) tujuan utama dari latihan atau pelatihan adalah
membantu atlet meningkatkan keterampilan dan mencapai prestasi sebaik mungkin.
Untuk mencapai hal tersebut, ada empat aspek latihan yang harus diperhatikan dan
dilatih dengan cermat oleh atlet, yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik,
dan latihan mental.
Bompa (1994: 4-5) menyatakan bahwa agar mencapai tujuan latihan tersebut,
beberapa aspek latihan harus diperhatikan dan dilatih secara maksimal oleh seorang
atlet. Hal ini dapat diringkas sebagai berikut:
b) Latihan Teknik
teknik gerakan yang diperlukan dalam cabang olahraga tertentu. Latihan teknik
berfokus pada pembentukan dan pengembangan kebiasaan motorik atau
perkembangan neuromuskular dalam gerakan spesifik cabang olahraga.
Kesempurnaan teknik dasar dari setiap gerakan akan menentukan kualitas gerakan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, gerakan dasar yang diperlukan dalam setiap
cabang olahraga harus dilatih dan dikuasai dengan baik.
c) Latihan Taktik
d) Latihan Mental
Volume latihan merujuk pada beban latihan yang dinyatakan dalam satuan
seperti jarak, total waktu, jumlah repetisi, berat beban, atau jumlah set. Intensitas
latihan mengacu pada tingkat kesungguhan dalam melakukan aktivitas fisik, seperti
kecepatan lari atau berat beban yang digunakan. Frekuensi latihan adalah seberapa
sering atlet harus melakukan gerakan dalam setiap set atau dalam satu periode
waktu tertentu, misalnya dalam seminggu.
Irama latihan berkaitan dengan tempo atau berat ringannya suatu latihan
dalam unit waktu seperti latihan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan. Durasi
latihan adalah waktu yang digunakan untuk melaksanakan latihan, termasuk waktu
istirahat. Recovery adalah waktu yang diperlukan untuk pemulihan tenaga antara
elemen latihan yang satu dengan yang lain.Menurut Tohar (1992: 55), frekuensi
juga dapat diartikan sebagai berapa kali atlet harus melakukan gerakan dalam setiap
giliran atau dalam satu periode waktu, seperti latihan per hari atau latihan per
minggu. Dalam penelitian ini, frekuensi latihan adalah 3 kali per minggu selama 6
minggu untuk mencegah kelelahan. Namun menurut Eka Novita Indra, (2016:50)
mengatakan bahwa empat hari latihan hasilnya lebih baik daripada tiga hari, namun
27
jika ingin latihan >5 kali dalam seminggu, usahakan agar dapat beristirahat paling
sedikit satu hari setiap minggu untuk mencegah terjadinya cedera karena latihan
yang berlebih.
Hakikat Power
a. Defenisi Power
Power atau daya eksplosif adalah kemampuan gerak yang sangat penting
dalam setiap cabang olahraga (Widiastuti, 2015:107). Menurut Irawadi, (2014:167),
power merupakan kombinasi unsur kekuatan dan kecepatan. Dengan kata lain, daya
ledak otot dapat dilihat dari hasil unjuk kerja yang menggunakan kekuatan dan
kecepatan. Contohnya, daya ledak otot tungkai dapat terlihat melalui lompatan,
sedangkan daya ledak otot lengan dapat dilihat dari hasil lemparan atau tolakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai adalah kemampuan
otot tungkai untuk melakukan gerakan dengan kekuatan dan kecepatan yang tinggi.
Pelatihan kekuatan dan daya ledak otot serta adaptasinya merupakan suatu proses
28
Pengembangan kekuatan dan daya ledak, yang juga dikenal sebagai power,
sangat penting dalam berbagai cabang olahraga (Harsono, 2018: 100). Untuk
mengukur kemampuan power seseorang, diperlukan penggunaan alat yang sesuai.
Menurut Widiastuti (2015: 108), ada beberapa bentuk tes yang dapat digunakan
untuk mengukur kekuatan otot tungkai, antara lain:
Dalam hal daya ledak atau power, terdapat dua unsur penting, yaitu kekuatan
otot dan kecepatan. Kedua unsur ini diperlukan untuk menghasilkan tenaga
maksimal dalam mengatasi tahanan atau beban. Oleh karena itu, power menjadi
salah satu komponen penting dalam kondisi fisik seseorang yang dapat menentukan
hasil prestasi dalam ketrampilan gerak.Besar kecilnya power dipengaruhi oleh otot-
otot yang ada pada tungkai manusia. Tungkai merujuk pada bagian bawah tubuh
manusia yang berperan dalam menggerakkan tubuh, seperti berjalan, berlari, dan
melompat. Gerakan pada tungkai ini terjadi karena adanya otot dan tulang, di mana
otot berfungsi sebagai alat gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif. Power
otot pada tungkai memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai prestasi
maksimal saat melakukan tolakan atau mendorong. Hal ini disebabkan karena
dengan memiliki power yang besar pada otot-otot tungkai, seorang atlet dapat
mengatasi beban atau tahanan dalam rangka mencapai nilai power yang maksimal.
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Power
1) Jenis Serabut Otot: Manusia memiliki dua jenis serabut otot, yaitu serabut otot
berwarna merah dan serabut otot berwarna putih. Serabut otot berwarna merah
29
2) Panjang Otot: Panjang serat otot juga memengaruhi kecepatan. Otot dengan
serat yang lebih panjang memiliki kemampuan kontraksi yang lebih cepat
dibandingkan otot dengan serat yang lebih pendek.
4) Suhu Otot: Suhu otot memiliki pengaruh terhadap tingkat kesiapan otot. Otot
yang berada pada suhu yang cukup panas akan bereaksi lebih cepat daripada
otot yang berada dalam suhu yang dingin.
6) Kelelahan: Otot yang lelah cenderung bereaksi lebih lambat daripada otot yang
segar atau tidak lelah.
maksimal dalam waktu yang sangat singkat. Bompa (1994: 269) juga menjelaskan
bahwa power adalah hasil dari kombinasi antara kekuatan dan kecepatan.
Sementara itu, daya ledak (power) merujuk pada kemampuan tubuh untuk
menghasilkan gerakan yang eksplosif melalui penggunaan otot atau kelompok otot
tertentu(Wahjoedi, 2001:61). Power atau daya ledak merupakan kombinasi antara
kekuatan dan kecepatan. Ketika ingin memindahkan benda yang relatif ringan,
perlu meningkatkan kecepatan. Namun, jika benda tersebut berat, diperlukan
kekuatan yang lebih dominan. Daya ledak otot tungkai mempengaruhi pemindahan
momentum dari horizontal ke vertikal. Ini dipengaruhi oleh daya dorong yang
dihasilkan dari perubahan momentum.
Menurut Irianto (2002: 67), power otot tungkai adalah kemampuan otot
tungkai atau sekelompok otot untuk mengatasi hambatan dengan gerakan yang
cepat, seperti melompat, melempar, memukul, dan berlari. Pengembangan power
dalam latihan kondisioning terdiri dari dua komponen utama, yaitu pengembangan
kekuatan untuk meningkatkan daya gerak dan pengembangan kecepatan untuk
mengurangi waktu gerakan. Power merupakan komponen gerakan yang sangat
penting dalam melakukan aktivitas yang berat.
b) Power siklik merujuk pada jenis kekuatan fisik yang penting dalam cabang
olahraga lari cepat. Power siklik melibatkan gerakan yang berulang secara
terus-menerus. Daya ledak atau power ini memiliki peranan yang signifikan
dalam meningkatkan mobilitas fisik. Komponen utama dari power termasuk
kekuatan dan kecepatan.
: 3-5x/seminggu
Menurut tabel tersebut, jika Anda ingin melakukan latihan kekuatan (power
training), Anda dapat mengacu pada informasi berikut. Intensitas yang disarankan
adalah 60%, yang umumnya digunakan oleh atlet terlatih. Volume latihan adalah 3
set per sesi, dengan repetisi antara 15 hingga 20 repetisi per set. Frekuensi latihan
direkomendasikan 3-5 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa, Kamis, dan
Sabtu.
Untuk latihan power, penting untuk menjaga irama latihan agar secepat
mungkin dan eksplosif. Ini berarti gerakan harus dilakukan dengan cepat dan tiba-
tiba. Menurut Suharno (1993: 33), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kekuatan, namun tidak dijelaskan dalam tabel tersebut.
Hakikat Plyometric
a. Defenisi Plyometric
program yang diterapkan (Booth, M.A., & Orr, 2016). Efek tersebut akan
tergantung pada peningkatan kinerja yang diinginkan dalam olahraga tertentu.
Misalnya, seorang atlet sepak bola mungkin ingin meningkatkan kekuatan
tendangan. Oleh karena itu, pelatihan plyometric yang difokuskan pada otot-otot
kaki akan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan atlet tersebut.
latihan.
f. Latihan ini sebaiknya dilakukan di permukaan yang datar dan lunak.
g. Latihan plyometric harus dilakukan dengan gerakan cepat namun tetap
terkendali dan lembut, tidak terburu-buru.
Menurt Utama et al., (2018:.3) ankle weight adalah alat pemberat kaki yang
terbuat dari kain yang diberi pemberat serbuk. Ankle weight dapat dipergunakan
pada kaki maupun tangan. Ankle weight mempunyai ukuran panjang 28-34 cm dan
berat terdiri dari 0,4kg, 0,9kg, 1,14kg,
Dwi Yulia Safitri,( 2007:3) mengatakan Latihan ankle weight adalah latihan
untuk meningkatkan kekuatan kinerja otot-otot pada tungkai, yang dilakukan
dengan cara memberi beban pada tungkai bagian bawah. Latihan ankle weight dapat
meningkatkan power tendangan long passing, karena bentuk latihan ankle weight
dapat melatih power tungkai Utama et al., (2018:3)
Dari beberapa uraian di atas ankel weight adalah suatu alat beban atau
pemberat, yang digunakan pada bagaian tungkai dangan cara di ikatkan di bagian
ankle kaki. Ankle weight mempunyai level berat yang bervariasi sehingga cocok di
gunakan dalam latihan meningkan power. Hal ini sesuai hasil penelitihan yang
pernah dilakukan Utama et al., 2018:6) menunjukan 15 atlet sepakbola PERSADA
FC menunjukan hasil yang signifikan dalam latihan power dengan ankle
weightterhadap hasil longpassing. Fitriani, (2015:14) pada 10 sampel atlet pencak
silat PPLM Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
37
Bentuk variasi latihan power yang dapat dilakukan dengan media ankle
weight adalah
a) Single Leg Forward + Lateral Jump
3. Segera lompat lateral atau kesamping dengan kaki yang sama melewati cone
kedua.
4. Ulangi pola lompatan maju dan lateral menggunakan kedua kaki secara
bergantian.Melanjutkan hingga melewati semua cone yang ditempatkan.
38
1. Persiapkan cones & marker secara berurutan dengan jarak yang sesuai.
Jadi latihan Front, Lateral Jump, agilty & Sprint adalah variasi latihan
pleomatrik yang menggabungkan gerakan loncat kedepan lalu kesamping dengan
variasi agilty dan sprint cara perlakuanyan adalah
1. Persiapkan cones & marker secara berurutan dengan jarak yang sesuai.
3. Lalu ulangi dengan pola yang sama dengan lompatan kesamping yang
berlawanan sesuai arah cone & marker
39
Maka dari itu, memanfaatkan permukaan pasir saat melakukan latihan dalam
olahraga tim dapat menghasilkan tingkat adaptasi yang lebih tinggi selama periode
40
latihan tertentu, sambil mengurangi potensi pembatasan kinerja yang dapat timbul
akibat beban latihan yang intens. Berlari di atas pasir kering membutuhkan energi
1,6 kali lebih banyak dibandingkan dengan berlari di permukaan yang stabil,
sedangkan berjalan di pasir membutuhkan energi 2,1 hingga 2,7 kali lebih banyak
(Widiastuti, 2017:40).
Latihan di pasir juga memberikan manfaat yang serupa dengan tren latihan
lain yang sedang berkembang: latihan tanpa alas kaki. Salah satu teori untuk
peningkatan ini adalah bahwa tubuh manusia dirancang untuk bergerak tanpa alas
kaki (Widiastuti,2017:41). Dengan melatih tanpa alas kaki, dapat mengaktifkan dan
memperkuat area yang kurang berfungsi ini.
penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera pada otot atau sendi kaki.
Selain latihan dengan ankle weight, penting juga untuk memperhatikan
aspek-aspek lain dalam latihan sepakbola seperti teknik, kecepatan, ketahanan, dan
koordinasi. Semua faktor ini saling berinteraksi dan berkontribusi pada peningkatan
performa sepakbola secara keseluruhan.
A. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui perbedaan power setelah diberikan latihan dengan media
bennding?
2. Mengetahui perbedaan power lengan setelah diberikan latihan dengan
menggunakan media lintasan berpasir ?
3. Mengetahui perbedaan power lengan setelah diberikan latihan dengan
media bennding? dan media lintasan berpasir?
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian: dilaksanakan di kampus olahraga Universitas Negeri
Jakarta, klub Olahraga Prestasi Sepak Bola Universitas Negeri Jakarta, Waktu:10
Februari sampai 20 Maret 2023
C. Metode Penelitian
Menurut (Sugiyono., 2017:72), metode penelitian eksperimental adalah
metode yang digunakan untuk mengungkap efek dari perlakuan yang diberikan
kepada orang lain dalam kondisi yang terkontrol. Dalam eksperimen semu, semua
subjek dalam kelompok studi (kelompok yang terluka) diperlakukan, tidak seperti
dalam eksperimen sejati di mana subjek dipilih secara acak. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan Desain Two Group Pretest
Posttest, yang melibatkan dua kelompok yang menerima latihan yang berbeda.
Desain ini lebih baik daripada model pertama karena melibatkan tes awal (pretest)
sebelum perlakuan diberikan, dan kemudian pengukuran dilakukan setelahnya
(posttest) untuk melihat dampak dari perlakuan tersebut. Dengan eksperimen ini,
dapat dipastikan bahwa kelompok pertama menerima latihan menggunakan media
Pasir, sementara kelompok kedua menerima latihan menggunakan Ankle weight.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas latihan
menggunakan media Pasir dan Ankle Weight dalam meningkatkan power dalam
atlet sepak bola..
45
46
keterangan:
𝑥: nilai rata-rata yang dicari
x:skor mentah
n:jumlah sampel
∑ = j𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟i
2) Mencari Uji - Dependen kedua metode simpangan baku dari setiap
kelompokdata dengan rumus :
∑ 𝑑i
drata =
48
𝑛
𝑛 ∑ 𝑑2−(∑ 𝑑)2
Simpangan baku (S) = √
(𝑛−1)
∑ = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑟i
= Data nilai mentah n= banyaknya sampelMencari nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Pada uji-t dependent, 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 diperoleh dengan cara derajat kebebasan(dk)= (n-1),
dengan taraf kepercayaan α=0,05
3) Memberikan interprestasi terhadap 𝑡0 yang disebut dengan kriteria
pengujianhipotesis. Adapun kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut:
Jika 𝐻0 ditolak,maka 𝐻𝑎 diterima. 𝐻0 ditolak jika 𝑡ℎ> 𝑡𝑡,
Jika 𝐻0 diterima,maka 𝐻𝑎 ditolak. 𝐻0 diterima jika 𝑡ℎ< 𝑡𝑡,
G. Hipotesis Statistika
1. H0:μA= 0 artinya tidak terjadi peningkatan power otot tungkai setelah
diberikanlatihan dengan media Pasir
H1:μB≠ 0 artinya terjadi peningkatan power lengan setelah diberikan latihan
Media Pasir
2. H0:μA= 0 artinya tidak terjadi peningkatan power lengan setelah diberikan
latihan ankle weight
H1:μA≠ 0 artinya terjadi peningkatan power lengan setelah diberikanlatihan
ankle weight
3. H0:μA<μB, Latihan dengan media Pasir tidak lebih efektif dari latihan
ankle weight terhadap peningkatan power otot tungkai
4. H1:μA>μB, Latihan dengan media Pasir lebih efektif dari latihan ankle
weight terhadap peningkatan power otot tungkai
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Deskripsi data di bawah ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang penyebaran data yang meliputi nilai terendah, nilai tertinggi, rata-rata,
simpangan baku, median, modus, distribusi frekuensi, varians, serta histogram
dari masing- masing variable Berikut data lengkapnya:
Tabel 4. 1 Deskripsi Data Penelitian
Modus - - - 15,45
50
51
Frekuensi
Titik
Relatif(%
No Interval Kelas (-) Tengah
Absolut )
1 10,2 10,8 10,4 2 20%
Jumlah 10 100%
8
6
4
2
0
10,4 11,2 11,9 12,6 13,4
Series 1
Frekuensi
Titik
Relatif(%
No Interval Kelas (-) Tengah
Absolut )
1 12,72 13,23 12,97 1 10%
Jumlah 10 100%
Frekuensi
Titik
Relatif(%
No Interval Kelas (-) Tengah
Absolut )
1 10,3 10,93 10,61 2 20%
Jumlah 10 100%
54
Berdasarkan data dari tabel diatas dibandingkan dengan nilai rata-rata, terlihat
sampel yang berbeda, yang berada di bawah kelas rata-rata sebanyak 6 Sampel
(60%), sedangkan sampel yang berada diatas kelas rata-rata sebanyak 4 sampel
(40%). Selanjutnya histogram tes awal Media Ankle weight dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Series 1
Frekuensi
Titik
Relatif(%
No Interval Kelas (-) Tengah
Absolut )
1 11,77 12,79 12,28 1 30.00
Jumlah 10 100.00
Series 1
B. Pengujian Hipotesis
1. Efektivitas Menggunakan Media Pasir Terhadap Peningkatan Power
Lengan
Pada hasil penilitian menunjukan peningkatan nilai rata-rata (Mean) dari hasil
yang di dapatkan pada saat tes tripel hop tes. Sebelum melakukan latihan dengan
menggunakan media pasir nilai rata rata yaitu sebesar 11,39 dan pada saat sesudah
melakukan melakukan latihan dengan menggunakan media pasir nilai rata rata
yaitu sebesar 14,32. Dari data yang ada, menunjukan bahwa adanya peningkatan
pada rata-rata (Mean) power otot oto tungkai pada atlet sebelum dan sesudah
melakukan latihan dengan menggunakan media pasir. Dari hasil analisis data
diperoleh selisih rata-rata (MD) 2,93 dengan standar deviasi perbedaan rata-rata (SD)
yaitu sebesar 1,4654 dan standar error perbedaan rata-rata (SEMD) sebesar 0,463.
Dalam perhitungan lanjutan diperoleh nilai t-hitung sebesar [-6,586] dan kemudian
hasil tersebut diujikandengan nilai krisis t-tabel pada derajat kebebasan (dk) =
n-1, 10-1 = 7 dengantaraf signifikan ɑ = 0,05 (5%) diperoleh nilai kritis t-tabel
sebesar 2,262 dengan demikian nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (t-hitung [-
6,586] > t-tabel 2,262).
Berdasarkan analisi data yang telah di analisis, maka dapat disimpulkan
hipotesis nihil (Ho) di tolak, dan hipotesis alternatif (HI) diterima, berarti terdapat
efektivitas latihan dengan menggunakan media Pasir terhadap peningkatan power
otot tungkai.
2. Efektivitas Latihan Lengan Menggunakan Media Ankle Weight Terhadap
Peningkatan Power
Pada hasil penelitian menunjukan peningkatan nilai rata-rata (Mean) dari
hasil yang di dapatkan pada saat tes power otot lengan. Sebelum melakukan latihan
dengan menggunakan media Ankle Weight nilai rata rata yaitu sebesar 11,37 dan
pada saat sesudah melakukan melakukan latihan dengan menggunakan media
Dumble nilai rata rata yaitu sebesar 14,80. Dari data yang ada, menunjukan bahwa
adanya peningkatan pada rata-rata (Mean) power pada atlet sebelum dan sesudah
melakukan latihan dengan menggunakan media Ankle Weight. Dari hasil analisis
data diperoleh selisih rata-rata (MD) 3,43 dengan standar deviasi perbedaan rata-
rata (SD) yaitu sebesar 2,114 dan standar error perbedaan rata-rata (SEMD) sebesar
0,668. Dalam perhitungan lanjutan diperoleh nilai t-hitung sebesar [-5,126] dan
57
kemudian hasil tersebut diujikan dengan nilai krisis t-tabel pada derajatkebebasan
(dk) = n-1, 10-1 = 9 dengan taraf signifikan ɑ = 0,05 (5%) diperoleh nilai kritis t-
tabel sebesar 2,262 dengan demikian nilai t-hitung lebih besar dari t- tabel (t-hitung
[-5,126] > t-tabel 2,262).
Berdasarkan analisi data yang telah di analisis, maka dapat disimpulkan
hipotesis nihil (Ho) di tolak, dan hipotesis alternatif (HI) diterima, berarti terdapat
efektivitas latihan dengan menggunakan media ankle weight terhadap power atlet
sepak bola unj
3. Efektivitas Latihan Lengan Menggunakan Media Resisstance Band dan
Media Dumble Terhadap Peningkatan Power Lengan.
Pada hasil penilitian menunjukan peningkatan nilai rata-rata (Mean) dari
kedua media terhadap hasil yang di dapatkan pada saat tes power otot lengan.
Namun, dari kedua media tersebut terdapat perbedaan peningkatan rata-rata dimana
pada pada kelompok media Pasir nilai rata-rata selisih sebesar 2,93 sedangkan
kelompok media Ankle Weight nilai rata rata selisih sebesar 3,43. Dari angka
tersebut terlihat perbadaan selisih 0,5 dimana kelompok yang menggunakan Ankle
Weight lebih tinggi mengalami peningkatan daripada media Pasir. Hal ini
menunjukan bahwa latihan menggunakan media Ankle Weight lebih efektif
daripada latihan menggunakan resistance band. Sehingga hipotesis yang
mengatakan latihan dengan menggunakan media Ankle Weight lebih efektif
dibandingkan dengan media Pasir didukung oleh penelitian.
C. Pembahasan
Data penelitian ini didapatkan dari hasil tes power otot lengan dengan
melakukan tes awal dan tes akhir untuk melihat apakah terdapat efektivitas latihan
dengan menggunakan media Pasir dan Ankle Weight terhadap power otot tungkai
terhadap Atlet Sepak Bola Universitas Negeri Jakarta. Penelitian inidilaksanakan
di kampus olahraga Universita Negeri Jakarta. Subejk penelitian ini adalah 20 Atlet
KOP Sepak Bola Universitas Negeri Jakarta. Pemberian perlakukan dengan dua
media yaitu Pasir dan Ankle Weight yang dibagi menjadi dua kelompok dengan
berbeda perlakuan dilakukan selama 16 kali pertemuan yang memberikan pengaruh
terhadap power otot tungkai Atlet Kop Sepak Bola Universitas Negeri Jakarta.
Hasil uji hipotesis diperoleh bahwa hipotesis diterima, yaitu latihan dengan
menggunakan media Pasir dan Ankle Weight berpengaruh terhadap power otot
lengan atlet Bola Tangan Universitas Negeri Jakarta. Hal tersebut dapatdilihat dari
58
hasil data masing-masing tes, baik data tes awal (pretest) maupun data tes akhir
(posttest). Pada kelompok yang diberikan perlakuan Media Pasir dan Ankle Weight
masing masing terdapat sebuah perbedaan antara hasiltes awal (pretest) dan tes
akhir (posstest) yang dimana pada kelompok media Pasir nilai rata-rata selisih
sebesar 2,93 sedangkan kelompok media Ankle Weight nilai rata rata selisih sebesar
3,43. Terjadinya perbedaan tersebut disebabkan karena latihan yang diberikan
dengan menggunakan media Pasir dan Ankle Weight merupakan latihan untuk
meningkatkan kekuatan otot lengan bagi para masing masing atlet.
Jika dilihat dari perbedaan selisih rata rata maka latihan menggunakan media
Ankle weight lebih dapat meningkatkan hasil power otot tungkai pada atlet sepak
bola Universitas Negeri Jakarta yang dikarenakan latihan dengan menggunakan
ankle weight, berat yang dibebankan selalu konsisten, berbeda dengan Pasir yang
hanya memiliki beban pijakan yang tidak beraturan.
Berdasarkan analisis kategorisasi skor, 70% Atlet Sepak Bola Universitas
Negeri Jakarta mengalami peningkatan dengan perlakuan Media Pasir yang dapat
di artikan bahwa 7 dari 10 atlet mengalami peningkatan. Sedangkan 60% Sepak
Bola Universitas Negeri Jakarta mengalami peningkatan dengan perlakuan Media
Ankle Weight yang dapat di artikan bahwa 6 dari 10 atlet mengalami peningkatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
59
60
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, D. N., & Si, M. (2018). PENGARUH LATIHAN ZIG ZAG RUN TERHADAP
TAPAK SUCI LEBONG. 2(2), 181–185.
Andrejic, O. (2012). Effect of a plyometric and strength training program on the
fitness performance in young basketball players. Physical Education and
Sport Vol. 10, No 3, 2012, pp. 221-229.
Bompa, T. O. (1994). Theory and methodology of training. Toronto: Kendall/ Hunt
Publishing Company.
Booth, M.A., & Orr, R. (2016). Effects of plyometric training on sports performance.
Strength and Conditioning Journal. 38(1), 30– 37.doi:10.1519/.
https://doi.org/10.1519/.Strength
Boy Indrayana, S. (2019). HUBUNGAN STANDING BROAD JUMP DAN LARI
SPRINT 20 METER TERHADAP HASIL KEMAMPUAN LOMPAT JAUH
PADA SISWA KELAS XI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI. 3(5), 19–24.
Bremaeker, M. D. (2013). Plyo-flex: plyometrics and flexibility training for explosive
martial arts kicks and performance sports. Turtle Press Washington DC.
2013.
Budiwanto, S. (2013). Metodologi latihan olahraga. Malang: Penerbit Universitas
Negeri Malang (UM PRESS). 2013.
Diky, P. P. (2019). Pengaruh Latihan Pliometrik Terhadap Peningkatan Power
Tungkai dan Jauhnya Long Pass Pada Siswa Ku 14 Tahun SSB Kridaning
Karso Ksatrio (KKK) Klajuran.
Dwi Yulia Safitri. (2007). Program latihan ankle weight terhadap power tungkai
pemain bolavoli di unit aktivitas bolavoli universitas negeri malang.
Eka Novita Indra, E. A. A. ,. (2016). Perbedaan Pengaruh Frekuensi Latihan Senam
Aerobik Terhadap Penurunan Persentase Lemak Tubuh Dan Berat Badan
Pada Members Wanita. Medikora, 15(1), 39–51.
https://doi.org/10.21831/medikora.v15i1.10071
Faturochman, Said Junaidi, A. S. (2020). Journal of Sport Sciences and Fitness DI
SEMARANG. Journal of Sport Sciences and Fitness Di Semarang, 5(2), 104.
Harsono. (1988). Panduan Kepelatihan. Jakarta: KONI. Primasoni,. 2013.
Harsono. (2015). Kepelatihan olahraga. (teori dan metodologi). Bandung: Remaja
Rosdakarya. 100.
Herwin. (2004). Pembelajaran keterampilan sepakbola dasar. Yogyakarta: UNY
Press.
Irawadi, H. (2014). Kondisi fisik dan pengukuran. UNP Press.
Irianto, D. P. (2002). Dasar kepelatihan. Yogyakarta: FIK UNY.
Ismoyo, F. (2014). “Pengaruh Latihan Variasi Speed Ladder Drill Terhadap
Kemampuan Dribbling, Kelincahan dan Koordinasi Siswa SSB Angkatan
Muda Tridadi Kelompok Umur 11-12 Tahun. Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Jordan, N. (2022). Efektivitas latihan resistance band dan dumble terhadap
peningkatan power lengan atlet bola tangan universitas negeri jakarta.
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA.
Kumar, P. (2015). Impact of sand training for endurance development among
athletes. International Journal of Applied Research. 1(7): 503-506.
Luxbacher, J. A. (2011). Sepakbola langkah-langkah menuju sukses. Jakarta: PT.
61