Oleh
SITI NURBAITI
2015201033
Judul : Efektivitas brain gym dalam meningkatkan hasil belajar pada anak
sekolah dasar kelas V di SD Negeri 148 Kota Pekanbaru
NIM :
2015201033
Telah diuji dalam Seminar Proposal Skripsi Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kebidanan Program Studi S1 Kebidanan pada hari : Kamis, 11 Januari 2024
Pekanbaru,
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat dan karunia– Nya, saya dapat menyelesaikan proposal skripsi
ini yang berjudul “efektivitas brain gym dalam meningkatkan hasil belajar pada
anak sekolah dasar kelas V di SD Negeri 148 Kota Pekanbaru”. Tidak lupa
shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Penulisan
proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat dalam penyusunan
skripsi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Susi Endrini, S.Si., M.Sc., PhD. selaku Rektor Universitas Abdurrab.
2. Azlaini Yus Nasution, M. Farm, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi dan
Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab
3. Hotmauli, SST, M. Keb. selaku Kaprodi Kebidanan Program Sarjana
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab
4. Yusmaharani, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing skripsi pertama
sekaligus penguji pertama yang telah meluangkan waktu, memberikan
masukan dan bimbingan sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Siti Qomariah, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing kedua sekaligus
penguji kedua yang telah meluangkan waktu, memberikan masukan dan
bimbingan sehingga proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Sara Herlina, SST, M.Kes selaku ketua penguji yang telah memberikan
masukan dan kritikan untuk perbaikan dalam penyusunan proposal skripsi
ini.
7. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberi kasih sayang, dorongan
moral, maupun, material dan semangat serta doa yang tiada henti kepada
peneliti dalam mencapai cita-cita.
8. Rekan-rekan seperjuangan dan sealmamaterku beserta sahabat
seperjuangan Program Studi S1 Kebidanan Universitas Abdurrab
Pekanbaru, terimakasih atas bantuan dan dorongan kepada peneliti baik
selama mengikuti pendidikan maupun dalam menyelesaikan Karya
ii
Proposal Skripsi. Semoga segala kebaikan mendapatkan balasan dari Allah
SWT.
9. Teman organisasi dari berbagai kampus, terimakasih atas bantuan dan
dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan Karya Proposal Skripsi.
Semoga segala kebaikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga proposal skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
(Penulis)
iii
DAFTAR ISI
iv
3.8 Analisis Data.................................................................................................42
3.9 Etika Penlitian...............................................................................................42
3.10 Alur Penelitian............................................................................................43
3.11 Jadwal Penelitian........................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45
LAMPIRAN..........................................................................................................47
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................................39
Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian...................................................................................44
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Gerakan Calf pump (pompa betis).....................................................11
Gambar 2. 2 Gerakan Lazy 8 (8 malas)..................................................................11
Gambar 2. 3 Gerakan Belly breathing (pernapasan perut).....................................12
Gambar 2. 4 Gerakan Arm activation (mengaktifkan tangan)...............................12
Gambar 2. 5 Gerakan The grounder (kuda-kuda)..................................................13
Gambar 2. 6 Gerakan The thinking cap (pijat kuping)..........................................13
Gambar 2. 7 Gerakan Earth buttons (tombol bumi)..............................................14
Gambar 2. 8 Gerakan Brain buttons (tombol otak)................................................14
Gambar 2. 9 Gerakan The owl (burung hantu).......................................................15
Gambar 2. 10 Gerakan Cross crawl (gerak diagonal)............................................15
Gambar 2. 11 Gerakan Balance Button (Tombol keseimbangan)..........................16
Gambar 2. 12 Kerangka Teori Penelitian..............................................................37
Gambar 2. 13 Kerangka Konsep Penelitian...........................................................38
Gambar 2. 14 Alur Penelitian.................................................................................43
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing 1...........................................47
Lampiran 2 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing 2...........................................48
Lampiran 3 Lembar Konsul Dengan Pembimbing 1.............................................49
Lampiran 4 Konsul Dengan Pembimbing 2...........................................................50
Lampiran 5 Surat LPPM........................................................................................51
Lampiran 6 Surat DPMPTSP.................................................................................52
Lampiran 7 Surat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik..........................................53
Lampiran 8 Surat Izin Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru.....................................54
Lampiran 9 SOP Brain Gym..................................................................................55
Lampiran 10 Lembar Persetujuan Responden........................................................64
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sangat dibutuhkan terutama bagi siswa dalam mencapai
keberhasilan belajar. Terdapat dua indikator kriteria keberhasilan proses
belajar, pertama adalah daya serap terhadap pelajaran yang sangat
dipengaruhi oleh konsentrasi dan kedua adalah perubahan tingkah laku siswa.
Konsentrasi siswa yang rendah akan menimbulkan aktivitas berkualitas
rendah pula serta dapat menimbulkan ketidakseriusan belajar yang
menyebabkan siswa tidak memahami materi dan berpengaruh pada prestasi
belajar (Yanti and Bahri, 2018).
Usia anak sekolah, khususnya usia sekolah dasar (SD) disebut juga
sebagai massa pengembangan intelektual, dikarenakan pada usia tersebut anak
memiliki keinginan dan keterbukaan untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman. Pendidikan merupakan sebuah wadah yang dapat membantu
anak untuk mengembangkan potensinya secara lebih dalam untuk kelak
berguna di masa depannya (Luh et al., 2020).
Berdasarkan data UNESCO tahun 2023 peringkat pendidikan Indonesia
pada 2023 berada diurutan ke 67 dari 203 negara di dunia. Urutan Indonesia
berdampingan dengan Albania di posisi ke-66 dan Serbia di peringkat ke-68.
Sementara Indonesia, tahun 2022 pun menempati peringkat pendidikan ke-67.
Sehingga, Indonesia memang belum berhasil menduduki 20 teratas dalam
peringkat pendidikan. Peringkat itu dipublikasikan oleh World Population
Review. Angka tersebut masih belum terlalu unggul jika dibandingkan dengan
negara lainnya di Asia Tenggara. Sementara berdasarkan data PISA tahun
2022 menyatakan bahwa prestasi belajar peserta didik di Indonesia naik 5
posisi di banding tahun 2018 yaitu dari posisi 72 menjadi posisi ke 67 tingkat
dunia dari 77 negara yang tergabung.
Perkembangan rata – rata lama sekolah di Provinsi Riau terus mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2019 mencaai 9,03 tahun, akan tetapi angka
tersebut masih jauh dibawah target yang ingin di capai yaitu wajib belajar 12
1
tahun. Selain itu jika dilihat dari perkembangan rata – rata lama sekolah
menurut Kabupaten/kota, terdapat 3 daerah dengan angka rata – rata lama
seolah terendah, salah satunya yaitu Kabupaten Indragiri Hulu yaitu 8,17
tahun (Andrel Rosevelt, B. Isyandi and Sri Endang Kornita, 2021).
Hasil belajar di pengaruhi oleh salah satu faktor yaitu konsentrasi dalam
belajar karena konsentrasi sangat diperlukan dalam proses pembelajaran
apapun. Hal tersebut disebabkan aspek yang yang mendukung siswa dalam
belajar adalah konsentrasi. Jika siswa tidak dapat berkonsentrasi pada
pelajaran yang sedang berlangsung, maka dampaknya akan merugikan diri
siswa itu sendiri karena tidak mendapatkan apapun dari pelajaran tersebut dan
nilai belajar menjadi rendah. Karena begitu pentingnya konsentrasi bagi siswa,
sehingga konsentrasi dapat menjadi prasyarat untuk siswa dalam belajar agar
berhasil mencapai hasil belajar yang baik (Setyani and Ismah, 2018).
Hasil belajar peserta didik tidak hanya berkaitan dengan kemampuan
peserta didik dalam menyerap dan memahami bahan kajian yang diajarkan,
namun juga bagaimana perubahan sikap terhadap temannya, keluarga, sosial,
dan lingkungan sekitar serta keterampilan yang dicapai setelah mereka belajar.
Oleh karena itu, hasil belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan
dalam suatu pembelajaran. Indikator yang dapat dijadikan tolok ukur
keberhasilan kegiatan belajar tidak hanya berkaitan dengan bertambahnya
pengetahuan siswa ataupun daya serap terhadap pelajaran sehinggga mencapai
prestasi tinggi, baik individu maupun kelompok, tetapi juga berkaitan dengan
sikap dan keterampilan mereka (Sukri and Purwanti, 2016).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dapat melalui senam brain gym. Brain gym merupakan gerakan yang
dapat memaksimalkan konsentrasi anak sekolah dasar dalam proses
pembelajaran dengan dimensi lateralis, dimensi pemfokusan dan dimensi
pemusatan. Brain gym atau senam otak merupakan kumpulan gerakan-gerakan
sederhana dan bertujuan untuk menghubungkan atau menyatukan pikiran dan
tubuh sehingga membuat peserta didik rileks (Nurhayati and Homdijah, 2020).
2
Hasil penelitian Heni dkk dengan judul tingkat konsentrasi belajar anak
pada siswa kelas IV SD melalui brain gym menunjukkan rata-rata nilai belajar
pada siswa kelas IV SD sebelum dilakukan brain gym (senam otak) sebesar
6,18 dengan standar deviasinya adalah 1,632. Sedangkan, rata-rata nilai
belajar pada siswa kelas IV SD sesudah dilakukan brain gym (senam otak)
sebesar 7,01 dengan Standar deviasinya adalah 1,291. Analisis bivariat
menunjukkan bahwa peningkatan rata-rata sebesar 7,09 dibuktikan dengan p
value 0,001 < 0,05. Dapat di simpulkan bahwa brain gym (senam otak)
berpengaruh terhadap hasil belajar anak pada siswa kelas IV SD di SDN
Cimalaka II.
Berdasarkan survey pendahuluan yang peneliti lakukan dengan data dinas
Pendidikan kota Pekanbaru tahun 2023 bahwa SD negeri 148 merupakan SD
negeri dengan peringkat siswa terbanyak nomor 4 di kota Pekanbaru setelah
urutan pertama SDN 111 Pekanbaru, urutan kedua SDN 169 Pekanbaru dan
urutan ketiga SDN 36 Pekanbaru. Pemilihan tempat juga di ambil berdasarkan
kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian terutama dari segi jarak
tempuh. Survey pendahuluan dilakukan dengan cara wawancara kepada wali
kelas V tentang bagaimana konsentrasi dapat mempengaruhi hasil belajar
siswa/i di dalam kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. Di
dapatkan jawaban wali kelas V menyatakan bahwa dari 30 siswa di satu kelas
terdapat 7- 10 anak di setiap masing masing kelas yang mengalami
kekurangan konsentrasi di saat proses pembelajaran berlangsung dan dapat
terjadi berulang kali di setiap pembelajaran dan mempengaruhi nilai belajar
siswa/i di kelas.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian
tentang “efektivitas brain gym dalam meningkatkan hasil belajar pada anak
sekolah dasar kelas V di SD Negeri 148 Kota pekanbaru” untuk mengetahui
seberapa besar efektivitas dari brain gym dalam meningkatkan hasil belajar
belajar pada anak sekolah dasar.
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui “efektivitas brain gym dalam meningkatkan hasil
belajar pada anak sekolah dasar kelas V di SD Negeri 148 Kota Pekanbaru.
5
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Brain
Gym
1. Pengertian Brain Gym
Brain gym atau senam otak adalah latihan yang dirancang untuk
membantu fungsi otak yang lebih baik selama proses pembelajaran.
Brain gym adalah latihan gerak yang sederhana untuk memudahkan
kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari. Brain
gym membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau
terhambat sehingga kegiatan belajar / bekerja berlangsung
menggunakan seluruh otak. Brain gym juga merupakan latihan yang
terangkai atas gerakan- gerakan tubuh yang dinamis dan menyilang.
Senam ini mendorong keseimbangan aktivitas kedua belahan otak
secara bersamaan, sehingga potensi kedua belahan otak akan seimbang.
Aktifitas otak yang optimal, kecerdasan anak pun maksimal. Brain gym
dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa dengan
menggunakan keseluruhan otak, sehingga siswa menguasai juga bagian-
bagian otak yang sebelumnya terhambat (Tarigan, 2018).
Brain gym tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen
ke brain, tetapi juga gerakan-gerakan yang bisa merangsang kerja dan
berfungsinya brain secara optimal. Pada brain gym akan didapatkan
kebugaran brain yang ditandai dengan aliran darah menuju brain lancar
atau pasokan Volume O2 maksimal memadai. Volume O2 maksimal
merupakan kemampuan pengambilan oksigen oleh jantung dan paru-
paru, sehingga aliran darah ke semua jaringan tubuh termasuk brain
lebih banyak dan mempengaruhi brain untuk bekerja maksimal (Suratun
and Tirtayanti, 2020).
Brain gym ialah rangkaian latihan yang terdiri dari gerakan
sederhana dan diaplikasikan untuk menstimulasi otak agar berfungsi
secara optimal. Senam otak awalnya digunakan untuk anak-anak
dengan
5
gangguan kerusakan otak, hiperaktif, depresi serta memiliki kesulitan
dalam berkonsentrasi, tetapi setelah banyak diaplikasikan dan riset
ditemukan bahwa semua orang dapat mengaplikasikannya untuk tujuan
yang berbeda-beda atau beragam. Saat ini, di Eropa dan Amerika, Brain
gym kebanyakan diaplikasikan dikarenakan membantu menjernihkan
pikiran, melepaskan stres, meningkatkan daya ingat, dan banyak lagi.
Brain gym adalah jenis aktifitas fisik yang menggunakan Gerakan
ringan untuk merangsang otak. Brain gym bekerja menstimulus
gelombang otak melalui latihan berupa gerakan ringan, diaplikasikan
dengan permainan olah gerakan tangan maupun kaki. Hal ini dapat
membantu baik peningkatan fokus maupun konsentrasi. Latihan ini
dapat membantu anak – anak belajar lebih baik dan tetap fokus.
Berolahraga dengan brain gym kemungkinan akan meningkatkan suplai
oksigen, memori, fokus, dan tingkat ketegangan siswa, yang mengarah
pada peningkatan konsentrasi siswa secara keseluruhan selama
pembelajaran (Rosepti Farlinda et al., 2022).
Brain gym memiliki berbagai definisi, tetapi secara umum
mengacu pada aktivitas yang menggunakan energi untuk meningkatkan
kesehatan atau kesejahteraan mental. Brain gym terdiri dari dua
gabungan kata yang berasal dari bahasa inggris yaitu brain dan gym.
Brain yaitu otak, sedangkan gym berasal dari etimologis gymnastics
yang artinya senam. Brain gym adalah dasar dari Kinesiologi
Pendidikan, yang merupakan studi tentang gerakan tubuh. Dengan
brain gym, anak dapat memanfaatkan potensi tersembunyi anak dengan
melakukan gerakan tubuh (Rosepti Farlinda et al., 2022).
2. Dimensi Brain Gym
Brain gym adalah untuk menstimulasi, meringankan, dan
merelaksasi anak dalam pembelajaran. Otak manusia mirip dengan
hologram yang dapat menyerap mencatat, menyimpan, mereproduksi, dan
merekontruksi informasi-informasi yang dialami anak (Tarigan, 2018).
Otak manusia terdiri dari tiga dimensi yaitu :
6
a. Dimensi Lateralitas
Brain gym berfungsi untuk memberi stimulasi dalam dimensi
lateralitas. Kemampuan lateral adalah keterampilan berkomunikasi,
berbahasa, dan keterampilan melakukan kegiatan jarak dekat yang
memerlukan orientasi ruang gerak tubuh kiri-kanan. Kemampuan
lateralitas merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan
koordinasi tubuh sebagai kemampuan motorik dasar. Sisi tubuh
manusia dibagi menjadi kanan dan kiri. Sifat ini memungkinkan
dominasi salah satu sisi, misal menulis dengan tangan kanan atau kiri,
dan juga untuk integrasi kedua sisi tubuh (bilateral integration), yaitu
untuk menyeberangi garis tengah tubuh untuk bekerja. Jika
keterampilan ini dikuasai maka anak dapat menerjemahkan kode/
simbol tertulis. Penguasaan tersebut merupakan kemampuan dasar
akademik. Ketidakmampuan untuk menyeberangi garis tengah
mangkibatkan apa yang disebut ketidakmampuan belajar (learning
disabled) atau disleksi. Gerakan-gerakan yang menstimulasi
koordinasi kedua belahan otak dan gabungan dua sisi (bilateral)
terdapat dalam kegiatan Brain gym.
Koordinasi kedua belahan otak jarang dilakukan dalam
pembelajaran, terlebih pengembangan otak. pembelajaran adalah
kurangnya perhatian terhadap pengembangan fungsi otak kanan.
Berbeda dengan otak kiri yang sering diberi rangsangan seperti baca,
tulis, dan hitung.
b. Dimensi Pemfokusan
Brain gym berfungsi untuk meringankan aktivitas dalam dimensi
pemfokusan. Fokus adalah kemampuan menyeberangi “garis tengah
partisipasi” yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan
juga bagian belakang (occipital) dan depan. Secara sederhana, fokus
adalah kemampuan seseorang berkonsentrasi pada suatu bagian dari
pengalaman, membedakan, dan membatasinya dari bagian lainnya
melalui kesadaran kesamaan dan perbedaan. Garis tengah partisipasi
7
adalah garis vertikal bayangan ditengah tubuh ( dilihat dari samping )
memisahkan tubuh serta otak bagian depan dan bagian belakang,
tergantung partisipasi batin pada suatu kegiatan apakah seseorang
berada di depan atau belakang garis tersebut. Kurang fokus
menghasilkan kurangnya ekspresi diri dan keaktifan dalam
pembelajaran. Masalah yang terjadi dalam dimensi ini misal anak
yang kurang fokus (underfocused : kurang perhatian, kurang
pengertian, terlambat bicara, hiperaktif) (dan anak yang fokus berlebih
overfocused).
c. Dimensi Pemusatan
Brain gym berfungsi untuk merelaksasi tubuh dalam dimensi
pemusatan. Pemusatan adalah kemampuan menyeberangi garis yang
memisahkan antara muatan emosional dan pikiran abstrak serta untuk
mengatur gerakan-gerakan reflex tubuh. Emosional diatur dalam
bagian tengah sistem limbik (midbrain). Pikiran abstrak diatur dalam
otak besar (cerebrum).
3. Manfaat Brain Gym
Brain gym memiliki banyak manfaat bagi perkembangan
kemampuan akademik dan non akademik pada anak diantaranya yaitu
senam otak dapat mengaktifkan otak untuk meningkatkan kemampuan
belajar, meningkatkan konsentrasi,merelaksasikan otot-otot yang tegang
(Tarigan, 2018). manfaat senam otak, diantaranya sebagai berikut :
a. Memberikan stimulus terhadap aktivitas belajar siswa menggunakan
seluruh kemampuan otak: senam otak mengoptimalkan fungsi-fungsi
setiap bagian otak, sehingga siswa dapat menggunakan seluruh
kemampuan otaknya dan dapat memberikan stimulus pada aktivitas
belajarnya.
b. Efektif dalam penanganan pada siswa yang mengalami hambatan
belajar: senam otak mengoptimalkan penggunaan fungsi otak siswa,
penggunaan fungsi otak secara optimal dapat memudahkan siswa
8
untuk berpikir, berkonsentrasi, dan rileks dalam belajar, sehingga
hambatan belajar dapat teratasi.
c. Meningkatkan motivasi: senam otak berfungsi mengaitkan dan
mengoptimalkan fungsi otak diantaranya yaitu otak besar. Otak besar
adalah bagian otak yang mengatur motivasi, sehingga ketika otak
besar dioptimalkan maka motivasi pada siswa pun meningkat.
d. Meningkatkan kemampuan membaca dan menulis: senam otak dapat
mengaktivasi seluruh bagian diantaranya ialah otak kiri, yang
dimana bagian otak ini berkaitan dengan kemampuan membaca
maupun menulis, sehingga ketika otak kiri di optimalkan maka
kemampuan membaca dan menulis pun meningkat.
4. Indikasi dan Kontraindikasi Brain Gym
Dalam pelaksanaan brain gym terdapat beberapa indikasi dan
kontraindikasi. Dimana kelompok kontraindikasi tidak dissaran kan untuk
melakukan Gerakan brain gym tersebut (Guarango, 2022).
a) Indikasi Brain Gym
1. Diberikan pada anak yang mengalami penurunan konsentrasi
2. Anak yang mengalami ketegangan
3. Anak yang mengalami kelelahan saat proses pembelajaran
berlangsung
b) Kontra Indikasi Brain Gym
1. Tidak boleh diberikan pada anak yang sakit
2. Anak yang tidak ingin diberikan Brain gym
5. Tahapan Brain Gym
Sebelum melakukan brain gym, harus melakukan beberapa hal
yang dikenal dengan PACE (Positive, Active, Clear dan Energetic).
Gerakan PACE diketahui dapat membantu mengurangi kecemasan dan
membuat kita berada dalam kondisi santai (Ayirezang, 2015). Berikut
penjelasan dari masingmasing istilah tersebut :
a) Energetic: Untuk bersikap energik, diperlukan pendukung berupa air
putih minimal 125 cc per hari. Hal ini berguna dalam menyalurkan
9
oksigen ke otak dan melarutkan garam sehingga mengoptimalkan
fungsi energi listrik di dalam tubuh.
b) Clear: Untuk menjernihkan otak (clear), diperlukan pemijatan pada
daerah sakelar otak (brain buttons). Daerah yang dipijat adalah titik
dua jari di bawah tulang selangka (clavikula) dengan satu tangan dan
tangan lainnya menggosok daerah pusar.
c) Active: Agar otak dapat aktif, lakukan gerakan silang (cross crawl),
yaitu menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan
sebaliknya.
d) Positive: Gerakan positif, yaitu melakukan gerakan kait relaks (hook
ups). Tangan disilangkan dengan jempol di bagian bawah, lalu diputar
sambil kaki disilangkan.
6. Gerakan Brain Gym
Gerakan brain gym juga sangat praktis, karena bisa dilakukan
dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa. Porsi latihan yang tepat adalah
sekitar 10- 15 menit, sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Senam otak ini
melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan pembaruan (repatteing)
dan aktivitas brain gym. Latihan ini membuka bagian-bagian otak yang
sebelumnya tertutup atau terhambat. Disamping itu, senam otak tidak
hanya memperlancar aliran darah dan oksigen keotak juga merangsang
kedua belah otak untuk bekerja sehinggan didapat keseimbangan aktivitas
kedua belah otak secara bersamaan (Sutopo, 2018).
10
a. Calf pump (pompa betis)
b. Lazy 8 (8 malas)
11
gerakkan tangan berlawanan arah jarum jam: ke atas, membentuk
lingkaran. Kemudian searah jarum jam: ke atas, membentuk lingkaran
dan kembali ke titik tengah. Buatlah gerakan ini 3 kali tiap tangan,
kemudian 3 kali dengan kedua tangan.
12
membantu otak dalam kemudahan menulis dengan tangan, mengucap
dan menulis kreatif. Luruskan satu tangan ke atas, ke samping kuping.
Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong
tangan melawan tangan satunya keempat jurusan (depan, belakang, ke
dalam dan keluar).
13
Kegiatan ini membangkitkan mekanisme pendengaran dan
memori. Sehingga meningkatkan kemampuan mendengar, memori
jangka pendek dan ketrampilan berpikir abstrak. Pelan-pelan buka
daun kuping keluar, 3 x dari atas ke bawah.
Kegiatan ini menurunkan tegangan otot bahu & leher. Pada saat otot
leher rileks kemampuan mendengar, berpikir dan berbicara meningkat.
Cengkeram otot bahu, gerakkan kepala menengok ke belakang, tarik
napas dalam dan tarik bahu ke belakang, kemudian menengok kesisi
yang lain. Tundukkan kepala, napas dalam, biarkan otot relaks. Ulangi
dengan mencengkeram bahu yang lain.
15
corpus callosum sehingga komunikasi antara kedua hemisfer bertambah
cepat dan lebih terintegrasi. Gerakan ini meningkatkan koordinasi
penglihatan, pendengaran, kemampuan kinestetik sehingga
meningkatkan kemampuan mendengar, membaca, menulis dan daya
ingat. Koordinasikan gerakan supaya kalau satu tangan bergerak, kaki
yang berlawanan bergerak pada saat yang sama. Gerakkan badan ke
depan, ke samping, ke belakang dan arahkan mata kesemua jurusan.
16
2.1.2 Konsep Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu “prestasi” dan
“belajar”. Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu ”perstatie”,
kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti “hasil
usaha” dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa kata
“prestasi” berarti hasil yang telah dicapai (Herlina and Fauzi, 2019).
Untuk lebih jelasnya ada beberapa pengertian tentang prestasi
belajar yaitu:
a. Prestasi adalah hasil yang dicapai yang sebanar-benarnya dicapai.
17
yang ditunjukan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.
Rahman Abror yang dikutip Nashar berpendapat, bahwa belajar itu
menimbulkan perubahan yang relatif tetap yang membedakan antara
keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah
diperlakukan belajar.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar
merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan
perubahan perubahan dalam tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya. Sedangkan prestasi belajar dapat disimpulkan
sebagai hasil yang telah dicapai dari aktifitas yang menghasilkan
perubahan pada diri individu, baik aktual maupun potensial.
2. Jenis-Jenis Prestasi Belajar
18
Untuk lebih
19
spesifiknya, penulis akan akan menguraikan ketiga ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik sebagai yang terdapat dalam teori B. S Bloom
berikut:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. B. S Bloom membagi
domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua
bagian: Bagian pertama adalah berupa Pengetahuan (kategori 1)
dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan
Intelektual (kategori 2-6).
1. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan,
metodologi, prinsip dasar dan sebagainya. Pengetahuan juga
diartikan sebagai kemampuan mengingat akan hal-hal yang
pernah dipelajaridan disimpan dalam ingatan.
2. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menangkap makna dan arti yang dari bahan yang dipelajari.
Pemahaman juga dikenali dari kemampuan untuk membaca
dan memahami gambaran, laporan, tabel, diagram, arahan,
peraturan, dan sebagainya.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi atau penerapan diartikansebagai kemampuan untuk
menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu
kasus atau problem yang konkret dan baru. Di tingkat ini,
seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan gagasan,
prosedur, metode, rumus, teori, dan sebagainya di dalam
kondisi kerja.
4. Analisis (Analysis)
Analisis didefinisikan sebagai kemampuan untuk merinci
suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur
20
keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.
Di
21
tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi
yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi
ke dalam bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau
hubungannya, dan mampu mengenali serta membedakan faktor
penyebab dan akibat dari sebuah skenario yang rumit.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis diartikan sebagai kemampuan untuk membentuk
suatu kesatuan atau pola baru. Sintesis satu tingkat di atas
analisa. Seseorang di tingkat sintesa akan mampu menjelaskan
struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya tidak
terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untik membentuk
suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama
dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan
kriteria tertentu.26 Evaluasi dikenali dari kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, metodologi,
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang
ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
b. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Tujuan pendidikan ranah
afektif adalah hail belajar atau kemampuan yang berhubungan
dengan sikap atau afektif. Taksonomi tujuan pendidikan ranah
afektif terdiri dari aspek:
1. Penerimaan (Receiving/Attending)
Penerimaan mencakup kepekaan akan adanya suatu
perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
rangsangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang
diberikan oleg guru.
22
2. Tanggapan (Responding)
Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di
lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan
dalam memberikan tanggapan.
3. Penghargaan (Valuing)
Penghargaan atau penilaian mencakup kemampuan untuk
memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri
sesuai dengan penilaian itu.mulai dibentuk suatu sikap
menerima, menolak atau mengabaikan, sikap itu dinyatakan
dalam tingkah laku yang sesuai dengan konsisten dengan sikap
batin.
4. Pengorganisasian (Organization)
Memadukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik
di antaranya, dan membentuk suatu sistem nilai yang konsisten.
Pengorganisasian juga mencakup kemampuan untuk membentuk
suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam
kehidupan. Nilai- nilai yang diakui dan diterima ditempatkan
pada suatu skala nilai mana yang pokok dan selalu harus
diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.
5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a
Value or Value Complex)
Memiliki sistem nilai yang mengendalikan tingkah-lakunya
sehingga menjadi karakteristik gaya-hidupnya. Karakterisasinya
mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan
sedemikin rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi)
dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur
kehidupannya sendiri.
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin. Alisuf
Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan menjelaskan,
keterampilan ini disebut motorik. karena keterampilan ini
23
melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga
keterampilan benar-benar berakar pada kejasmanian. Orang yang
memiliki keterampiulan motorik, mampu melakukan serangkaian
gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan
koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu. Ciri
khas dari keterampilan motorik ini ialah adanya kemampuan.
Automatisme. yaitu gerakan-gerik yang terjadi berlangsung secara
teratur dan berjalan dengan enak, lancar dan luwes tanpa harus
disertai pikiran tentang apa yang harus dilakukan dan mengapa hal
itu dilakukan.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Untuk memeperoleh hasil belajar yang optimal harus
memperhatikan faktor- faktor yang memepengaruhi prestasi belajar itu
sendiri. Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor :
a. Faktor Intern
24
mempengaruhi
25
terhadap prestasi siswa.
26
e. Motif, motif dapat dikatakan sebagai daya gerak dari dalam
dan didalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Dalam belajar akan lebih berhasil
kalau pada diri seseorang ada keinginan untuk belajar, motif
ini dapat ditanamkan kepada siswa dengan cara memberikan
latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang
juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
f. Kematangan, kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam
pertumbuhan seseorang, alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru.32 Kematangan belum berarti
dapat melaksanakan kegiatan terus-menerus untuk itu
diperlukan latihan- latihan dan pelajaran, dengan kata lain anak
yang sudah siap (Matang) belum tentu dapat melaksanakan
kecakapannya sebelum belajar, akan tetapi belajar akan lebih
berhasil, jika anak sudah siap (matang).
g. Kesiapan, kesiapan adanya kesediaan untuk memberi respon,
kesediaan itu timbul dalam diri seseorang sehubung dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk
melaksanakam kecakapan.33 Kesiapan mempengaruhi terhadap
prestasi belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah
ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan baik.
b. Faktor Ekstern
28
2.1.3 Konsep Konsentrasi Belajar
1. Pengertian Konsentrasi Belajar
Konsentrasi adalah suatu kemampuan untuk menetapkan pikiran –
pikiran pada titik yang ditentukan, kemampuan untuk mengembangkan
suatu gagasan tanpa merasa terganggu, kemampuan untuk
menenggelamkan diri sendiri dalam buku, dalam beberapa pekerjaan, dan
seterusnya. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal
dengan menyampingkan Semua hal lainnya yang tidak berhubungan.
Dalam belajar konsentrasi berarti pemusatan pikiran terhadap suatu mata
pelajaran dengan menyampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan dengan pelajaran (Tarigan, 2018).
Konsentrasi adalah pikiran dengan keadaan terkondisi yang dapat
diaktifkan melalui sensasi di tubuh. Individu dalam keadaan tegang tidak
mampu menggunakan fungsi otak secara maksimal karena kosongnya
pikiran tersebut. Keadaan menyenangkan bermakna bahwa individu
sedang berada dalam keadaan yang tenang dengan tidak terdapat
ancaman fisik ataupun non fisik.Pembelajaran di sekolah dengan
melibatkan peserta didik dapat menimbulkan keadaan yang tidak tenang
karena penurunan fungsi otak, akibat dari seringnya mengalami kelelahan
dan keadaan yang tidak tenang atau tegang selama proses pembelajaran
di kelas. Materi pelajaran yang terlalu sulit untuk dipelajari dan dipahami
oleh peserta didik akan menimbulkan kelelahan dan sulitnya untuk
berkonsentrasi (Djamarah, 2008). Konsentrasi belajar adalah aspek
penting pada peserta didik untuk mencapai keberhasilan belajar (Kartini,
Asrowi and Legowo, 2022).
Konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan
pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau dan menyisihkan
segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari.
Konsentrasi belajar menjadi salah satu aspek yang dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Proses belajar mengajar di sekolah mengharuskan
siswa untuk duduk di dalam kelas dan mendengarkan penjelasan dari
guru.
29
Melalui penjelasan oleh guru tersebut, siswa dapat menyerap informasi
dan mempelajarinya dengan baik. Secara tidak langsung apabila anak
dapat menyerap informasi dengan baik, maka anak juga memiliki prestasi
akademik yang unggul. Dalam hal ini, siswa seharusnya memusatkan
pikiran pada penjelasan guru dan mengesampingkan hal lainnya. Bentuk
tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar pada anak seperti halnya tidak
dapat memperhatikan penjelasan guru dengan baik, kesulitan menerima
materi pelajaran yang diberikan oleh guru, serta kesulitan menjawab
pertanyaan yang diberikan guru secara langsung maupun mengerjakan
soal-soal materi yang diberikan oleh guru (Luh et al., 2020).
Konsentrasi belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dalam
diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah pengaruh yang
berasal dari luar individu. Lingkungan fisik seperti suara, pencahayaan
dan lain sebagainya adalah faktor eksternal yang dapat membantu siswa
lebih berkonsentrasi dalam belajar, sedangkan kondisi fisik dan kondisi
psikologis adalah faktor internal yang juga harus diperhatikan apabila
ingin meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar. Banyak hal yang
dapat meningkatkan konsentrasi belajar siswa, antara lain lingkungan
(memperbaiki suhu, pencahayaan, suara, dan desain belajar),
meningkatkan modalitas belajar, mengawasi pergaulan, dan
memperhatikan aspek psikologis (Luh et al., 2020).
Otak merupakan bagian tubuh yang berfungsi sebagai pusat
pengendali organ-organ tubuh dan otak berhubungan dengan kecerdasan
seseorang serta kemampuan seseorang dalam berkonsentrasi terutama
bagi siswa selama kegiatan belajar berlangsung Konsentrasi yang baik
berpotensi meningkatkan keberhasilan seorang siswa sekolah dasar
dalam mencapai tujuan pembelajaran, jika seorang siswa sekolah dasar
mengalami hambatan dalam pembelajaran, misalnya terhambatnya
pencapaian prestasi yang maksimal maka seorang siswa sekolah dasar
mengalami penurunan dalam konsentrasi belajar (Heni and Nurlika,
2021).
30
Konsentrasi belajar dapat ditunjukkan dari sikap dan perilaku
siswa ketika sedang melakukan aktivitas belajar di dalam
kelas.Perilaku tidak dapat berkonsentrasi belajar sering muncul pada
diri siswa di sela-sela aktivitas belajar di kelas.Ciri-ciri siswa yang tidak
dapat berkonsentrasi belajar pada umumnya merasa tidak betah
berjam-jam melakukan aktivitas di luar kegiatan belajar mudah
terkena rangsangan lingkungan mondar-mandir kesana kemari untuk
mencari perlengkapan belajar (Ilahi et al., 2022).
Berdasarkan definisi – definisi di atas maka diketahui bahwa
konsentrasi belajar merupakan pemusatan pikiran, perhatian serta
kesadaran terhadap suatu pelajaran dan mengesampingkan hal – hal yang
tidak ada hubungannya dengan proses belajar.
2. Aspek Konsentrasi Belajar
Aspek konsentrasi belajar merupakan gambaran-gambaran keadaan
dari seseorang yang dapat diketahui secara langsung. Adapun aspek-aspek
tersebut menurut Nugroho (dalam Tarigan, 2018) aspek – aspek
konsentrasi belajar adalah sebagai berikut :
a. Pemusatan pikiran: Suatu keadaan belajar yang membutuhkan
ketenangan,nyaman,perhatian seseorang dalam memahami isi
pelajaran yang dihadapi.
b. Motivasi: Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang
lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Rasa khawatir: Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa
tidak optimal dalam melakukan pekerjaannya.
d. Perasaan tertekan: Perasaan seseorang yang bukan dari individu
melainkan dorongan / tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.
e. Gangguan pemikiran: Hambatan seseorang yang berasal dari dalam
individu maupun orang sekitar sendiri. Misalnya: masalah ekonomi
keluarga, masalah pribadi individu.
31
f. Gangguan kepanikan: hambatan dalam berkonsentrasi dalam bentuk
rasa waswas akan menunggu hasil yang akan dilakukan maupun yang
sudah dilakukan oleh seseorang tersebut.
g. Kesiapan belajar: Keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima
pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya.
Berdasarkan aspek-aspek konsentrasi diatas dapat diketahui bahwa
aspek-aspek konsentrasi merupakan suatu keadaan belajar yang
membutuhkan ketenangan, kenyamanan dan kesiapan belajar dari diri
seseorang itu sendiri serta tidak mendapatkan gangguan dari lingkungan
sekitar.
3. Ciri-ciri Konsentrasi Belajar
klasifikasi perilaku belajar yang dapat digunakan untuk mengetahui
ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar sebagai berikut (Tarigan,
2018):
a. Perilaku kognitif, yaitu perilaku yang menyangkut masalah
pengetahuan, informasi, dan masalah kecakapan intelektual. Pada
tahap ini anak memiliko konsentrasi yang ditandai :
1) kesiapan ingatan tentang pengetahuan yang diperolehnya.
pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan,
2) pandai mengaplikasikan tentang informasi yang didapat ,
3) mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh,
4) mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang
diperoleh.
b. Perilaku afektif, yaitu perilaku yang berupa sikap dan apersepsi. Pada
perilaku ini, anak yang memiliki konsentrasi belajar dapat ditandai
dengan:
1) Adanya penerimaan yaitu tingkat perhatian tertentu.
2) Tanggapan, yaitu kemauan untuk menanggapi yang diajarkan.
3) Mampu mengemukakan pendapatnya sendiri tanoa malu dan
takut salah.
32
c. Tindakan psikomotor.pada perilaku ini ditandai dengan :
1) Gerak anggitan badan yang sesuai dengan apa petunjuk guru.
2) Tindakan komunikasi antar sesama siswa dan juga guru baik
secara expresi muka maupun gerakan bdan yang memiliki arti.
d. Pelafalan bahasa, pada tahap ini anak yang memiliki konsentrasi
tinggi ditandai dengan aktifnya dia berbahasa dan terkoordinir dengan
benar.
33
aspekaspek yang ada pada anak. Beberapa teori tersebut antaranya yaitu
teori kognitif , teori psikososial, teori moral, teori perkembangan fisik
dan motorik. Konsep-konsep di dalamnya akan dibahas lebih lanjut
sebagai berikut :
a. Perkembangan kognitif Anak Usia sekolah dasar
Teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh piaget
menyatakan bahwa anak usia sekolah pada umunya berada pada
tahap operasional konkret untuk anak dengan rentang usia 7
samapai 11 tahun. Tahap operasional konkret merupakan tahap
ketiga dari tahap-tahap perkembangan kognitif. Pada tahap ini,
anak sudah dapat melakukan penalaran secara logis untuk hal-hal
yang bersifat konkret, sedangkan untuk hal-hal yang bersifat
abstrak masih belum mampu. Anak sudah mampu mengklasifikasi
objek konkret ke dalam kelompok yang berbeda. Selama masa
sekolah dasar terjadi perkembangan kognitif yang pesat pada anak.
Anak mulai belajar membentuk sebuah konsep, melihat hubungan,
dan memecahkan masalah pada situasi yang melibatkan objek
konkret dan situasi yang tidak asing lagi bagi dirinya.
b. Perkembangan Psikologis Anak Usia sekolah dasar
Perkembangan psikologis dalam teori Erikson memberikan
pandangan bahwa manusia dalam perkembangan psikososialnya
mengalami perubahan-perubahan sepanjang hidupnya.
Perkembangan anak usia sekolah dasar menekankan pada proses-
proses sadar yang dialami anak ketika berinteraksi sosial. Anak
usia sekolah dasar pada tahap ini telah menyadari bahwa dirinya
memiliki keunikan dan kemampuan yang berbeda dengan
temannya. Anak mulai membentuk konsep diri sebagai anggota
kelompok sosial di luar keluarga.
c. Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah Dasar
Perkembangan moral merupakan kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri dalam bentuk sikap/perilaku sebagai hasil dari
34
interaksi seseorang dengan norma-norma atau nilai-nilai sosial
masyarakat. Ukuran moralitas menjadi sangat penting jika
dikaitkan dengan perkembangan anak. Anak sejatinya adalah
makhluk murni dan nilai moral tidak dibawah anak dari lahir.
Peran lingkungan keluarga sosial lebih yang lebih luas di luar
keluarga menajdi pusat dari pebelajar moral anak yang akan
membawah anak untuk melakukan setiap tahap perkembangan
moralnya. Penanaman moral dilakukan tanpa disadari anak
sehingga dapat mendorong kedasaran dalam dirinya untuk
bertindak dengan moral yang baik.
d. Perkembangan Fisik dan Motorik Anak Usia Sekolah Dasar
Perkembangan fisik dan motorik anak adalah sesuatu yang tidak
terpisahkan. Fisik seseorang akan mempengaruhi gerak
motoriknya. Perkembangan fisik merupakan suatu proses tumbuh
kembang serta pematangan seluruh organ tubuh manusia sejak
lahir sehingga dewasa. Perkembangan fisik ini dipengaruhi oleh
kesehataan fisik atau fungsi organ tubuh. Organ yang sehat secara
fisik akan dapat melakukan aktivitas dengan baik sehingga
perkembangan motoriknya berjalan dengan baik. Perkembangan
fisik anak usia sekolah dasar dapat dilihat dari gambar umum
menyamgkut pertambahan proporsi tinggi dan berat badan serta
ciri-ciri fisik lain yang tampak. Anak usia sekolah dasar umumnya
pada fase tenang, dimana perkembangan fisik pada masa ini
terbilang lambat namun konsisten. Perkembangan motorik
penting untuk dikembangkan melalui proses pembelajaran.
Orang tua dirumah juga penting untuk memberikan asupan gizi
yang sehat dan seimbangan agar pertumbuhan fisik anak
sekolah dapat
beraktivitas dengan penuh semangat (Trianingsih, 2016).
35
2.1.5 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Brain Gym
36
Brain Gym dapat dilakukan untuk mengeksploitasi segala potensi
belajar melalui gerakan-gerakan tubuh. Senam otak dapat dilakukan pada
semua jenjang pendidikan mulai dari tingkatan taman kanak-kanak,
sekolah dasar, sekolah menengah, bahkan sampai pada tingkatan
perguruan tinggi. Tidak hanya itu, senam otak selain digunakan untuk
kalangan akademis tetapi juga dapat digunakan oleh kalangan kalangan
bisnis, serta sebagai alat untuk pertumbuhan personal. Dalam
pembelajaran, senam otak dapat dikombinasikan dengan penggunaan
metode pembelajaran yang lain, karena senam otak tidak terpaku dengan
penggunaan metode belajar. Sebagai salah satu alternatif penggunaan
senam otak dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan pada tiga bagian
kegiatan pembelajaran di kelas yaitu pada saat sebelum pembelajaran atau
pendahuluan, pada saat pembelajaran berlangsung atau kegiatan inti, dan
pada saat pembelajaran telah selesai atau penutup. Alternatif lain yang
dapat dilakukan adalah melakukan seluruh Gerakan senam otak (Brain
Gym) sebelum guru masuk ke dalam kegiatan pembelajaran baik kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup (Sukri and Purwanti,
2016).
38
81,85dengan standar deviasi 10,04. Terlihat perbedaan nilai mean antara
prestasi belajar sebelum dilakukan Brain Gym dan prestasi belajar setelah
dilakukan Brain Gym adalah 13,52. Hasil uji statistik didapatkan nilai
p=0,000 , maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara prestasi belajar sebelum dan sesudah Brain Gym.
Hasil penelitian Audy Datu fajrian Naufal dkk tentang pengaruh brain
gym terhadap konsentrasi belajar pada siswa kelas V SD di SDN 2
Sempusari Jember, penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy
Experiment dengan rancangan Post test only with Control Group design
yang bertujuan untuk mngetahui kemungkinan adanya perubahan –
perubahan yang terjadi setelahnya adanya eksperimen pada siswa kelas V
SD di SDN 2 Sempusari Jember dengan jumlah sampel 44 responden yang
terdiri dari 22 responden pada kelompok eksperimen dan 22 responden
pada kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling. Proses pengumpulan data menggunakan Kuisioner.
Hasil penelitian pada kelompok eksperimen didapatkan nilai mean 10,55,
sedangkan pada kelompok kontrol dengan jumlah responden sama
memiliki nilai mean mean 5, 86. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
mean pada kelompok perlakuan lebih besar dari pada kelompok kontrol,
dan didapatkan pula nilai p value 0,000 (α < 0,05). Hal tersebut bermakna
H1 diterima, yang artinya ada pengaruh yang signifikan dari brain gym
terhadap konsentrasi belajar siswa kelas V SD di SDN 2 Sempusari
Jember.
Kesimpulan penelitian ini bahwa ada perubahan konsentrasi belajar
yang signifikan dari brain gym terhadap konsentrasi belajar pada siswa
kelas V SD di SDN 2 Sempusari Jember. Rekomendasi dari penelitian ini
yaitu perlakuan brain gym pada siswa sebaiknya dilakukan secara intensif
dan rutin dalam jangka waktu yang lama sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi belajar siswa.
Penurunan konsentrasi pada anak biasanya ditandai dengan
menurunnya pusat perhatian anak terhadap situasi belajar, gejala lain yang
muncul adalah perhatian serta pikiran siswa mudah sekali teralihkan
39
dengan
40
hal-hal yang tidak berkaitan dengan pembelajaran seperti mengobrol
dengan teman, melamun ataupun mengganggu temannya yang sedang
memperhatikan guru, perasaan bosan dan mudah merasa mengantuk
Ketika guru sedang menerangkan pelajaran setiap gerakan brain
gymberfungsi dalam memberikan stimulasi pada otak dan meningkatkan
aliran darah otak serta memperlancar oksigen ke otak sehingga dapat
memproduksi faktor- faktor pertumbuhan untuk saraf. Efek ini
menyebabkan kedua belahan otak bekerja secara bersamaan dan harmonis,
sehingga konsentrasi belajar yang maksimal dapat tercapai.
41
2.2 Kerangka Teori
Tindakan Meningkatkan
Konsentrasi Belajar
1. Vitamin E Yoga
2. Vitamin B12 Aromatheraphy
3. Vitamin C Brain Gym
Meningkatkan Kebugaran
Otak
Peningkatan Konsentrasi
Belajar
Keterangan
:
: diteliti : berhubungan
: tidak diteliti
42
2.3 Kerangka Konsep
V. Independen V. Dependen
Ha : Ada keefektivan brain gym dalam meningkatkan hasil belajar pada anak
sekolah dasar kelas V di SD Negeri 148 Kota Pekanbaru.
Ho : Tidak ada keefektivan brain gym dalam meningkatkan hasil belajar
pada anak sekolah dasar kelas V di SD Negeri 148 Kota Pekanbaru.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif
menggunakan desain penelitian pre eksperimen dengan rancangan one group
pretest-posttest design. Pada penelitian ini responden sebelum diberikan
perlakuan brain gym diobservasi awal pretest untuk mengetahui hasil belajar
dengan nilai penilaian harian (PH) sebelumnya. Kemudian di lakukan
observasi posttest dengan penialaian harian (PH) setelah di berikan perlakuan
brain gym. Intervensi brain gym akan diberikan selama 12 sesi pertemuan
atau kurang lebih dua minggu dengan menggunakan 11 gerakan.
Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
39
sekolah dijadikan 1. Sangat Baik
dasar sebagai : 93-100
tolok ukur 2. Baik :
keberhasilan 84-92
dalam suatu 3. Cukup :
pembelajaran. 75-83
4. Kurang :
< 75
40
3.6.2 Data sekunder
Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
peneliti dalam penelitian ini sumber data sekunder yang diambil dari
laporan hasil penilaian harian (PH) siswa kelas V SD Negeri 148 Kota
Pekanbaru.
41
3.8 Analisis Data
3.8.1 Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisa
univariat tergantung dari jenis datanya. Data univariat yang dianalisis
pada penelitian ini adalah variabel dependen (hasil belajar pada anak
sekolah dasar) dan variabel independen (Brain gym). Analisis data
univariat diperoleh dalam bentuk distribusi frekuensi.
42
3.10 Alur Penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan data
Analisa data
Hasil
43
3.11 Jadwal Penelitian
Tabel 3. 2
Jadwal
penelitian
Uraian
No Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Penyusunan proposal
Penyerahan
2 proposal
3 Survey pendahuluan
Pengajuan surat
4 izin peneliti
5 Pengumpulan data
6 Pengelolaan data
7 Penyusunan skripsi
8 Pengumpulan skripsi
9 Siding Skripsi
44
DAFTAR PUSTAKA
Andrel Rosevelt, B. Isyandi And Sri Endang Kornita (2021) „Analisis Prestasi
Pendidikan Anak Penerima Bantuan Program Keluarga Harapan Di
Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu‟, Jurnal Niara, 14(3), Pp.
197–212.
Ayirezang, F. (2015) „Pengaruh Latihan Senam Otak (Brain Gym) Terhadap
Penurunan Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir S1 Keperawatan Program
Reguler Yang Sedang Menyusun Skripsi Di Stikes Muhammadiyah
Samarinda‟, 2015, Pp. 1–239.
Febriyanti, D. (2023) „Pengaruh Metode Brain Gym Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Di Sdn 2 Branti Raya Tahun Pelajaran 2022/2023
Dewi‟.
Guarango, P.M. (2022) „Efektivitas Brain Gym Dan Ketrampilan Bermain
Menggunting Terhadap Perkembangan Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Karangdoro (8.5.2017), Pp. 2003–2005.
Heni, H. And Nurlika, U. (2021) „Tingkat Konsentrasi Belajar Anak Pada Siswa
Kelas Iv Sd Melalui Brain Gym (Senam Otak)‟, Jurnal Keperawatan
Silampari, 5(1), Pp. 222–232.
Herlina, H. And Fauzi, A.N. (2019) „Pengaruh Brain Gym Terhadap Prestasi
Belajar Anak Kelas 4 Di Madrasah Ibtidaiyah (Mi) Al-Madani Komplek
Inkopad Rw 06 Tajurhalang Kabupaten Bogor Tahun 2014‟, Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 2(1), Pp. 71–80.
Ilahi, A. Et Al. (2022) „Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Example
Nonexample Kelas V Sd Negeri 200302 Padangsidimpuan‟, Jipdas (Jurnal
Ilmiah Pendidikan Dasar) Institut Pendidikan Tapanuli Selatan, 2(3), Pp. 7–
16.
Kartini, Y., Asrowi, A. And Legowo, E. (2022) „Teknik Brain Gym Untuk
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Ditinjau Dari Tingkat Intelligence
Quotient Peserta Didik‟, Jurnal Psikoedukasi Dan Konseling, 5(1), P. 1.
Luh, N. Et Al. (2020) „Upaya Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Usia
Sekolah Dengan Latihan Yoga Efforts To Increase The Learning
Concentration Of Children‟s Age With Yoga Training‟, Pp. 1–13.
Nurani, E. (2019) „Pengaruh Metode Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan
Praktek Pemilihan Jajanan Sehat Pada Anak Sekolah Dasar‟, Jurnal Riset
Dan Inovasi, Pp. 7–29.
Nurhayati, E. And Homdijah, O.S. (2020) „Penggunaan Brain Gym Untuk
Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Dengan Hambatan Kecerdasan
Ringan‟, Jassi Anakku, 20(1), Pp. 13–20.
Rosepti Farlinda, A. Et Al. (2022) „Penyuluhan Brain Gym Pada Anak Bimbingan
Belajar Kelas 5 Sd Desa Sadang‟, Community Jurnal Pengabdian
45
Masyarakat, 2(3), Pp. 15–22.
Setyani, M.R. And Ismah (2018) „Analisis Tingkat Konsentrasi Belajar Siswa
Dalam Proses Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Hasil Belajar‟,
Pendidikan Matematika, 01, Pp. 73–84.
Sukri, A. And Purwanti, E. (2016) „Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Brain Gym‟, Jurnal Edukasi Matematika Dan Sains, 1(1), P. 50.
Suparyanto (2020) „Studi Kasus Pengaruh Belajar Anak Terhadap Tingkat
Prestasi Belajar‟, Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori Dan Praktik
Kependidikan, 5(3), Pp. 248–253.
Suratun, S. And Tirtayanti, S. (2020) „Pengaruh Brain Gym Terhadap Konsentrasi
Belajar‟, Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(1), Pp. 101–105.
Sutopo, B. (2018) Pengaruh Senam Otak (Brain Gym) Terhadap Tingkat
Kejenuhan Siswa.
Tarigan, W.H. (2018) Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Dengan Teknik
Brain Gym Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Siswa Smp Swasta
Imelda Medan Tahun Ajaran 2017/2018.
Yanti, N. And Bahri, S. (2018) „Penggunaan Senam Otak Dalam Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Sd Negeri Ateuk Aceh Besar‟, Jurnal Bimbingan
Konseling, 3(1), Pp. 28–34.
46
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing 1
47
Lampiran 2 Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing 2
48
Lampiran 3 Lembar Konsul Dengan Pembimbing 1
49
Lampiran 4 Konsul Dengan Pembimbing 2
50
Lampiran 5 Surat LPPM
51
Lampiran 6 Surat DPMPTSP
52
Lampiran 7 Surat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
53
Lampiran 8 Surat Izin Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru
54
Lampiran 9 SOP Brain Gym
55
menggunakan seluruh kemampuan
otak
b. Efektif dalam penanganan pada
siswa yang mengalami hambatan
belajar
c. Meningkatkan motivasi
d. Meningkatkan kemampuan
membaca dan menulis
4 Persiapan Klien 1. Posisi rileks
2. Dilakukan sesuai tahapan
56
2. Lazy 8 (8 malas)
Fungsi : meningkatkan
ketrampilan baca tulis &
pemahaman.
Fungsi : meningkatkan
kemampuan membaca dan
berbicara
57
4. Arm activation (mengaktifkan
tangan)
58
5. The grounder (kuda-kuda)
Fungsi : meningkatkan
pemahaman, memori jangka
pendek, ekspresi & ketrampilan
organisasi.
Fungsi : membangkitkan
mekanisme pendengaran dan
memori. Sehingga meningkatkan
kemampuan mendengar, memori
59
jangka pendek dan ketrampilan
berpikir abstrak.
Fungsi : meningkatkan
ketrampilan organisasional &
meningkatkan kemampuan untuk
terfokus pada objek yang dekat.
60
Fungsi : meningkatkan hubungan
silang antara otak untuk membaca,
menulis, berbicara dan mengikuti
petunjuk.
61
samping, ke belakang dan arahkan
mata kesemua jurusan.
62
konsentrasi, dan pemecahan
masalah.
63
Lampiran 10 Lembar Persetujuan Responden
Nim :
2015201033
Peneliti telah menjelaskan isi dari penelitian ini beserta tujuan dan
manfaatnya. Saya memahami dan menyadari bahwa penelitian ini tidak akan
mempengaruhi atau mengakibatkan hal yang merugikan saya. Oleh karena itu
saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dengan menjawab semua
pertanyaan dengan jujur sesuai kondisi yang sebenarnya dan secara sukarela tanpa
ada paksaan dari siapapun.
Responden Peneliti
( )
64