Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EVIDANCE BASED PRACTIC BERBASIS BUKTI DALAM PRAKTEK

KEBIDANAN
“ KONSEP EVIDANCE BASED PRACTICE “

DOSEN PEMBIMBING : SARA HERLINA, SST, M. Kes


DISUSUN OLEH KELOMPOK 2
Siti Nurbaiti 2015201033
Nadya Ade Anggraini 2015201018
Jihan bela islami 2015201016
Syahda Elsavira 2015201034
Widiana tasia 2015201035
Sherina Ayuni 2015201028
Aprilia Indriani 2015201002
Ailsa Islami 2015201001
Mutiara 2015201037
Nasri Devi 2015201019
Innifia Anisa Pradini 2015201040
Olivia Yuswita Putri 2015201022
Asma Ul Husna 2015201038
Rafika mahera 2015201024
Darrisna Wiranda 2015201008

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UINIVERSITAS ABDURRAB
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang maha esa atas segala rahmat-nya sehingga makalah
konsep evidence based practice ini dapat tersusun hingga selesai. karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini
oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini
Semoga makalah yang kami tulis ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi teman-
teman mahasiswa kebidanan dan semoga bisa menjadi bahan referensi untuk pembelajaran kita
bersama.

Pekanbaru, 14 February 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan masalah...................................................................................................
1.3 Tujuan penulisan ...................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................
A. Sejarah Evidance Based Practice...........................................................................
B. Pengertian Evidance Based Practice......................................................................
C. Tujuan Evidance Based Practice............................................................................
D. Komponen Evidance Based Practice.....................................................................
E. Manfaat Evidance Based Practice..........................................................................
F. Kekuatan dan Kelemahan Evidance Based Practice..............................................
G. Ciri-Ciri Evidance Based Practice.........................................................................
H. Model Evidance Based Practice.............................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................................
3.1 Kesimpulan............................................................................................................
3.2 Saran ......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Clinical best evidence atau evidence based practice (EBP) adalah tindakan yang teliti dan
bertanggung jawab dengan menggunakan bukti atau berbasis bukti yang berhubungan dengan
keadaan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien untuk menuntun pengambilan keputusan dalam
perawatan. (titler tahun 2008).

Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien pelaporan dan analisis insiden kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko atau dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil kesalahan akibat melakukan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Evidence based practice digunakan untuk meningkatkan keselamatan pasien berdasarkan


perkembangan ilmu pengetahuan yang baru dan riset riset yang telah ditemukan oleh karena
itu disusunlah makalah ini untuk membahas secara komprehensif terkait evidence based
practice dan riset klinis kebidanan sehingga bidan dapat memahami dan mengaplikasikan nya
dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah evidence based practice ?
2. Apa pengertian dari evidence based practice ?
3. Apa tujuan dari Evidance Based Practice?
4. Apa saja komponen dalam Evidance Based Practice?
5. Apa manfaat Evidance Based Practice?
6. Apa saja kekuatan dan kelemahan Evidance Based Practice?
7. Apa saja ciri-ciri Evidance Based Practice?
8. Apa saja model Evidance Based Practice?
9.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah dari evidence based practice.
2. Untuk mengetahui pengertian dari evidence based practice .
3. Untuk mengetahui tujuan Evidance Based Practice
4. Untuk mengetahui komponen Evidance Based Practice
5. Untuk mengetahui manfaat Evidance Based Practice
6. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan Evidance Based Practice
7. Untuk mengetahui ciri-ciri Evidance Based Practice
8. Untuk mengetahui model Evidance Based Practice
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Evidance Based Practic

Pada tahun 1972, Profesor Archie Cochrane, seorang dokter dan peneliti medis di
Inggris, menyoroti fakta bahwa sebagian besar keputusan terkait perawatan tidak
didasarkan pada tinjauan sistematis bukti klinis. Dia mengusulkan agar para peneliti
harus berkolaborasi secara internasional untuk secara sistematis meninjau semua uji
klinis terbaik berdasarkan spesialisasi. Ini menyoroti kesenjangan yang ada antara
penelitian dan praktik klinis dan mulai meyakinkan praktisi tentang manfaat dari
pendekatan berbasis bukti. Perpustakaan Cochrane tetap menjadi salah satu sumber
paling berpengaruh dari bukti yang ditinjau secara sistematis hari ini.

Istilah 'kedokteran berbasis bukti' diperkenalkan oleh Gordon Guyatt dan timnya
pada tahun 1991 untuk menggeser penekanan dalam pengambilan keputusan klinis dari
'intuisi, pengalaman klinis tidak sistematis, dan alasan patofisiologis' menjadi penelitian
ilmiah, yang relevan secara klinis. Pada tahun 1996, DL Sackett, seorang dokter Kanada-
Amerika dan pendiri departemen epidemiologi klinis pertama di McMaster University di
Ontario, menjelaskan bahwa pengambilan keputusan klinis berbasis bukti adalah
kombinasi tidak hanya bukti penelitian tetapi juga keahlian klinis, juga sebagai nilai dan
keadaan unik dari masing-masing pasien.

Dalam hal bukti penelitian, penting untuk dicatat bahwa 'yang terbaik tersedia'
mungkin berbeda untuk setiap situasi. Sejumlah besar informasi baru terus-menerus
dihasilkan, dan bukti konklusif tidak ada untuk setiap pertanyaan klinis.

B. Pengertian Evidance Based Practic


Praktek berbasis bukti (EBP) adalah istilah yang akrab bagi dokter, perawat,
sekutu kesehatan, dan profesional kesehatan lainnya. Semakin banyak harapan oleh
layanan kesehatan, manajer, pasien, dan konsumen lain, bahwa 'bukti terbaik yang
tersedia' digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan klinis dan memberikan
hasil terbaik bagi pasien.
EBP adalah pendekatan interdisipliner untuk perawatan dan perawatan pasien.
EBP dimulai dalam kedokteran sebagai kedokteran berbasis bukti (EBM) dan kemudian
menyebar ke bidang lain seperti keperawatan, psikologi, pendidikan, layanan informasi,
dan lainnya.
David Sackett, salah satu pelopor awal EBM, pertama-tama mendefinisikan EBP.
Definisi proses yang diterima saat ini adalah 'mengintegrasikan bukti penelitian terbaik
yang tersedia dengan keahlian klinis dan nilai-nilai dan keadaan unik pasien' (Straus S
dkk,2011).
Istilah-istilah ini didefinisikan sebagai:
Bukti klinis terbaik yang tersedia
Penelitian yang relevan secara klinis diambil dari studi dengan kemungkinan bias yang
paling kecil
Keahlian klinis individu
Penggunaan keterampilan klinis dan pengalaman masa lalu untuk memungkinkan
diagnosis yang akurat, pilihan perawatan yang paling tepat, dan bentuk perawatan
optimal
Nilai dan harapan pasien
Kondisi klinis pasien, masalah individu, preferensi, dan harapan.
Bias
Penyimpangan pengukuran dari nilai sebenarnya yang mengarah ke estimasi efek
perawatan yang berlebihan atau kurang. Bias dapat berasal dari berbagai sumber: alokasi
pasien, pengukuran, interpretasi, publikasi, dan tinjauan data.

C. Tujuan Evidance Based Practice


Tujuan dari EBP adalah tiada lain dan tiada bukan adalah untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan, meningkatkan pelayanan yang selalu mendahulukan
keselamatan pasien dan pada akhirnya membantu untuk menurunkan hospital costs.
Dimana tujuan dari penerapan evidence-based practice ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien.

Tujuan EBP adalah memberi alat, berdasarkan bukti-bukti-bukti terbaik yang ada,
untuk mencegah, mendeteksi dan menangani gangguan kesehatan dan kepribadian (Stout
& Hayes, 2005 & Haynes, 1998). Artinya bahwa dalam memilih suatu pendekatan
pengobatan dan kepribadian, kita hendaknya secara empiris melihat-lihat kajian
penelitian yang telah divalidasikan secara empiris yang menunjukkan keefektifan suatu
pendekatan terapi tertentu pada diri individu tertentu. Adapun jenis penelitian yang harus
dikuasai para praktisi dalam EBP adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian
kuantitatif didasari pada ide bahwa suatu problem dapat diteliti dan menggunakan
metodologi yang signifikan dimana masing-masing variabel menunjukan saling
keterkaitan satu sama lainnya (Glicken, 2005). Untuk mengontrol variabel yang
kompleks yang berhubungan dengan klien bisa jadi sangat sulit. Walaupun penelitian
kualitatif terbatas pada fakta yang mana variabel penting lainnya tidak dapat dikontrol,
penelitian ini di dasari pada keyakinan bahwa penemuan non empiris merupakan cara
dalam memahami kefektifan treatmen. Meskipun penelitian kualitatif tidak dapat
memperlihatkan hubungan sebab akibat sebagaimana penelitian kuantitatif, namun
implikasi dari hubungan dan kelemahan hubungan dari variabel tersebut dapat diketahui.

Berdasarkan pada evidence based, pendekatan yang dilaksanakan mempunyai


tujuan guna memperoleh data yang paling baik sebagai respon dari persoalan dalam klinis
praktikum kebidanan yang berguna untuk menambah taraf perawatan pada ibu/pasien.

Tujuan utama di implementasikannya evidance based practice adalah untuk


meningkatkan kualitas perawatan dan memberikan hasil yang terbaik dari asuhan yang
diberikan. Selain itu juga, dengan dimaksimalkannya kualitas perawatan tingkat
kesembuhan pasien bisa lebih cepat dan lama perawatan bisa lebih pendek serta biaya
perawatan bisa ditekan.

Pendekatan yang dilakukan berdasarkan pada evidance based bertujuan untuk


menemukan bukti-bukti terbaik sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan klinis yang
muncul dan kemudian mengaplikasikan bukti tersebut ke dalam praktek kebidanan guna
meningkatkan kualitas perawatan pasien tanpa menggunakan bukti-bukti terbaik, praktek
kebidanan akan sangat tertinggal dan seringkali berdampak kerugian untuk pasien.

Contohnya saja education kepada ibu untuk menempatkan bayinya pada saat tidur
dengan posisi pronasi dengan asumsi posisi tersebut merupakan posisi terbaik untuk
mencegah aspirasi pada bayi ketika tidur. Namun berdasarkan evidence based
menyatakan bahwa posisi pronasi pada bayi akan dapat mengakibatkan resiko kematian
bayi secara tibatiba SIDS (Melnyk & Fineout, 2011).
Tujuan utama mengajarkan EBP dalam pendidikan kebidanan pada level
undergraduate student adalah menyiapkan bidan profesional yang mempunyai
kemampuan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas berdasarkan
evidence based. Pentingnya pelaksanaan EBP pada institusi pendidikan yang merupakan
cikal bakal atau pondasi utama dibentuknya perawat profesional membutuhkan banyak
strategi untuk bisa meningkatkan knowledge dan skill serta pemahaman terhadap kasus
real dilapangan.

D. Komponen Evidance Based Practice


Evidence merupakan sebuah bukti dari sekumpulan fakta dimana kebenarannya
dapat diyakini. Evidence dapat dibagi menjadi 2 bukti atau evidence yaitu eksternal
evidence (bukti eksternal) dan internal evidence (bukti internal). Bukti yang akan
diperoleh dari riset ketat serta didapatkan dari prosedur maupun desain suatu riset yang
bersifat keilmuan. Persoalan yang utama guna menerapkan data dari luar diperoleh pada
sebuah riset yaitu Apa penemuan dalam penelitian atau produk yang sudah diperoleh bisa
di implementasikan ke dalam masyarakat atau dunia praktik kesehatan dan apakah
seorang tenaga kesehatan akan dapat memperoleh hasil sama dengan hasil yang diperoleh
dalam riset tersebut. Namun, bukti internal lain dengan bukti eksternal, bukti internal
yaitu hasil perbaikan kualitas.

Evidence Based Practice dalam Grove tahun 2012, menjelaskan critical expertise
adalah salah satu komponen bukti internal yaitu knowledge dan ketrampilan bidan yang
professional serta expert menyampaikan sebuah servis kesehatan. Bagian atau elemen
Evidence Based Practice yang akan menafsirkan bukti ke dalam praktikum digunakan
sebagai alat dan mempunyai integrasi terhadap bukti dari internal guna menambah
kualitas dalam pelayanan.

Komponen Evidence Based Practice dalam membuat keputusan klinis berdasarkan


evidence based yaitu:

1. Bukti eksternal yang dapat bermula dari penelitian, fakta berdasarkan prinsip,
pendapat seorang pimpinan, dan konsultasi dengan seorang yang professional.
2. Bukti internal berupa kemampuan klinis yang diperoleh dari tata laksana dampak
dan pengembangan mutu, analisis pada pasien dan evaluasi pelayanan pada
pasien, dan pemakaian sumber yang ada.
3. Pilihan pada pasien
Meskipun evidence atau bukti yang dianggap paling kuat adalah systematic
reviews dari penelitian-penelitian Randomized Control Trial namun penelitian deskriptif
ataupun penelitian kualitatif yang berasal dari opini leader juga dapat dijadikan landasan
untuk membuat sebuah keputusan klinis, jika memang penelitian sejenis RCT tidak
tersedia. Begitu juga dengan teori-teori, pilihan atau nilai pasien untuk membuat
keputusan klinis guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien. Sering
kali pertanyaan dari klinisi, bagaimana sebuah evidence atau bukti dan jenis bukti yang
bagaimana yang dibutuhkan sampai bisa merubah sebuah praktek kesehatan. Level dan
kualitas dari evidence atau bukti dapat dijadikan dasar dan meningkatkan kepercayaan
diri seorang klinisi untuk merubah praktek.

E. Manfaat Evidance Based Practice

 Menjadi jembatan antara penelitian dan praktik


 Mengeliminasi penelitian dengan kualitas penelitian yang buruk
 Mencegah terjadinya informasi yang overload terkait hasil penelitian
 Mengeliminasi budaya “practice wich is not evidance based”

Manfaat lainnya yaitu :

 Keamanan bagi tenaga kesehatan karena intervensi yang di lakukan berdasarkan


bukti ilmiah
 Meningkatkan kompetensi ( kognitif)
 Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai professional dalam memberikan asuhan
yang bermutu
 Memenuhi kepuasan pelanggan yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar,sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

F. Kekuatan dan Kelemahan Evidance Based Practice


1. Kekuatan EBP :
 Memberikan pelayanan yang terbaik
 Menggunakan sumber daya yang terbaik dan terpercaya
Kekuatan EBP lainnya menurut berbagai pakar yaitu :
 Helper dan klien bersama-sama memperoleh pengetahuan dan informasi sebanyak-
banyaknya terhadap suatu penyakit atau masalah yang di alami klien,sehingga akan
mmebantu klien dalam membuat keputusan alternatif dari sejumlah pilihan
penanganan masalah atau penyakit ( Stout & Hayes,2005)
 Dengan EBP memungkinkan praktisi :
a. Mengembangkan pedoman praktis yang bermutu yang bisa diterapkan pada
klien.
b. Mengidentifikasi literatur yang cocok yang bisa di jadikan bahan diskusi
bersama klien
c. Berkomunikasi dengan para profesional lain dari kerangka acuan atas panduan
pengetahuan dan
d. Meneruskan proses pembelajaran diri sendiri sehingga dihasilkan
kemungkinan pengobatan terbaik bagi klien ( Hines,2000)
 Menurut Starus ddan Sackett ( 1998) EBP cukup berhasil di latar psikiatris dan
medis umum dan bahwa para praktisi membaca penelitian itu secara akurat dan
membuat keputusan yang benar
 Contoh penerapan EBP yang efektif,seperti dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebanyak 53% pasien mengakui kalau dirinya mendapaat penanganan
primer yang telah dilaksanakan dengan randomized controlled trials (RCT) atau
percobaan terkendali secara acak dan hasilnya sangat efektif.

2. Kelemahan EBP :

 Membatasi autonomi professional.

Keterbatasan EBP lainnya yaitu :

 Keterbatsan ekonomi dan dorongan yang kontra produktif bersaing dengan


sejumlah bukti yang berfungsi sebagai faktor penentu keputusan ( Burns,1999)
 Literatur yang relevan mungkin tidak dapat di akses.Waktunya tidak cukup untuk
melakukan tinjauan yang cermat terhadap bukti-bukti yang ada ( mungkin sangat
banyak umlahnya)yang relevan dengan masalah klinis yang mendesak ( Americal
Medical Assosiation atau disingkat AMA,1992).
G. Ciri-Ciri Evidance Based Practice

Ciri-ciri evidance based practice


timmermans dan angell(2001) menunjukkan bahwa pertimbangan klinis berbasis bukti
memiliki lima ciri penting:

1.terdiri atas bukti penelitian dan pengalaman klinis

2.keterampilan membaca literatur untuk mensintesakan informasi dan membuat


pertimbangan mengenai kualitas bukti-bukti yang ada

3.cara penggunaan informasi keefektifan informasi yang digunakan

4.penggunaan EBP mengevaluasi dan menguji validitas dalam praktik

5.pertimbangan klinis berbasis bukti didasarkan pada gagasan tentang prilaku dan peran
profesional dan terutama dipedomani oleh suatu sistem nilai bersam

H. Model Evidance Based Practice


Beberapa model yang sering digunakan dalam mengimplementasikan Evidence
Based Practice adalah Iowa model, Stetler model, ACE STAR model, John Hopkins
evidence- based practice model, rosswurm dan larrabee’s model serta evidence
based practice model for stuff nurse. Sedangkan beberapa karakteristik tiap-tiap model
yang dapat dijadikan landasan dalam menerapkan Evidence Based Practice yang sering
digunakan yaitu IOWA model yang digunakan untuk dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan, digunakan dalam berbagai akademik dan setting klinis. Ciri khas
dari model IOWA adalah adanya konsep “triggers” dalam pelaksanan EBP.
Sedangkan John hopkin’s model mempunyai 3 domain prioritas masalah yaitu
praktek, penelitian dan pendidikan. Dalam pelaksanaannya model ini terdapat beberapa
tahapan yaitu menyusun practice question yang menggunakan PICO approach,
menentukan evidence dengan penjelasan.

Mengenai tiap level yang jelas dan translation yang lebih sistematis dengan model
lainnya serta memiliki lingkup yang lebih luas. Sedangkan ACE star model merupakan
model transformasi pengetahuan berdasarkan research. Evidence non research tidak
digunakan dalam model ini. Untuk stetler’s model merupakan model yang tidak
berorientasi pada perubahan formal tetapi pada perubahan oleh individu tenaga kesehatan.
Model ini menyusun masalah berdasarkan data internal (quality improvement dan
operasional) dan data eksternal yang berasal dari penelitian. Model ini menjadi panduan
perseptor dalam mendidik bidan yang baru. Dalam pelaksanaannya, untuk mahasiswa
sarjana dan master sangat disarankan menggunakan model jhon hopkin, sedangkan untuk
mahasiswa undergraduate disarankan menggunakan ACE star model dengan proses yang
lebih sederhana dan sama dengan proses kebidanan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan konsep evidence based practice di atas, dapat disimpulkan
bahwa ada 3 faktor yang seacara garis besar menentukan tercapainya pelaksanaan praktek
keperawatan yang lebih baik yaitu, penelitian yang dilakukan berdasarkan fenomena yang terjadi
di kaitkan dengan teori yang telah ada, pengalaman klinis terhadap suatu kasus, dan pengalaman
pribadi yang bersumber dari pasien.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka di harapkan pelaksanaan pemberian
pelayanan kesehatan khususnya pemberian asuhan keperawatan dapat di tingkatkan terutama
dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan atau keperawatan, pengurangan biaya (cost effective)
dan peningkatan kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan.
Namun dalam pelaksanaan penerapan evidence based practice ini sendiri tidaklah mudah,
hambatan utama dalam pelaksanaannya yaitu kurangnya pemahaman dan kurangnya referensi
yang dapat digunakan sebagai pedoman pelaksanaan penerapan EBP itu sendiri.

3.2 Saran
Dalam pemberian pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang baik, serta
mengambil keputusan yang bersifat klinis hendaknya mengacu pada SPO yang dibuat
berdasarkan teori-teori dan penelitian terkini. Evidence  based practice dapat menjadi panduan
dalam menentukan atau membuat SPO yang memiliki landasan berdasarkan teori, penelitian,
serta pengalaman klinis baik oleh petugas kesehatan maupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Inayatur Rosyidah, Dwi Prasetyaningati. (2019). EVIDENCE BASED PRACTICE. SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA. : Jombang. PROGRAM
STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN. 2019 .
Setyawati, A, dkk. (2017). PENINGKATAN PENGETAHUAN PERAWAT DAN BIDAN
TENTANG EVIDENCE-BASED PRACTICE MELALUI PELATIHAN PENERAPAN
EVIDENCE-BASED PRACTICE. Vol. 6, No. 1, Maret 2017: 53 - 56, 53-56.

Amelia, Paramitha dan Rafhani Rosyidah. 2020. Buku ajar mata kuliah Evidance based
Midwifery
Melnyk, B. M., & Fineout-Overholt, E. (2011). Evidence-based practice in nursing &
healthcare: a guide to best practice (2nd ed). Philadelphia: Wolters Kluwer/Lippincott
Williams & Wilkins.
Nurfazriah,indah.Kekuatan dan kelemahan EBP.Materi Evidance Based Penelitian.
Glasziou, Paul., Del-Mar, Chris., Salisbury, Janet. Buku Kerja Evidence Based Practice.2012.
Yogyakarta: Buku Seru.
Mehrdad, N., Joolaee, S., Joulaee, A., & Bahrani, N. (2012). Nursing faculties’ knowledge and
attitude on evidence based practice Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research,
17(7), 506–511.
Timmermans & angell,2001, Ciri-ciri evidance based practice

Anda mungkin juga menyukai