Anda di halaman 1dari 43

SKRIPSI

PERBEDAAN EFEKTIVITAS INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE


DAN INTERVENSI ACTIVE ISOLATED STRETCHING
TERHADAP PENINGKATAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING
PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMAN 1 SEMARAPURA

Oleh :
INTAN AYU PUSPANINGSIH
NIM. 1202305033

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Perbedaan Efektivitas Intervensi Muscle Energy Technique dan

Intervensi Active Isolated StretchingTerhadap Peningkatan Fleksibilitas Otot

Hamstring pada Pemain Sepak Bola SMA Negeri 1 Semarapura”.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan

Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk

itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam

penulisan Skripsi ini, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT, (K), M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK selaku Ketua Program Studi

Fisioterapi Universitas Udayana.

3. Ni Luh Nopi Andayani, SSt. FT, M.Fis selaku pembimbing I sekaligus

pengajar yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. dr. I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti, S.Ked, M.Biomed selaku pembimbing

II yang telah banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan

skripsi ini.

v
5. Bapak, Ibu, kakak, adek, Aga Satya serta seluruh keluarga besar yang selalu

mendoakan dan memberi dukungan agar penulis berjuang dan berusaha

menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh teman-teman axoplasmic, Fisioterapi FK Unud 2012 yang selalu

membantu dan memberikan semangat dalam berbagai cara.

7. Dosen – dosen pengajar dan staf Program Studi Fisioterapi yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak penulis sangat

harapkan.

Denpasar, Mei 2016

Penulis

vi
PERBEDAAN EFEKTIFITAS INTERVENSI MUSCLE ENERGY TECHNIQUE
DAN INTERVENSI ACTIVE ISOLATED STRETCHING
DALAM MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING
PADA PEMAIN SEPAK BOLA SMAN 1 SEMARAPURA

ABSTRAK
Penggunaan otot hamstring yang berlebihan pada pemain sepak bola
merupakan penyebab utama dari ketegangan pada otot tersebut. Fleksibilitas otot
hamstring yang baik dapat mendukung kualitas tendangan pemain, sehinggga
dapat mencegah terjadinya cedera. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
adanya perbedaan efektifitas intervensi muscle energy technique dan active
isolated stretching terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada pemain
sepak bola.
Penelitian ini menggunakan rancangan randomized pre and post two group
design. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random
sampling. Sampel berjumlah 22 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok I (muscle energy technique) dan kelompok II (active isolated
stretching). Masing-masing kelompok terdiri dari 11 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengukur fleksibilitas otot hamstring pada pemain sepak bola
menggunakan sit and reach test sebelum dan sesudah intervensi setiap kelompok.
Uji normalitas dan homogenitas data menggunakan saphiro wilk test dan levine’s
test.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan fleksibilitas otot
hamstring pada kelompok I sebesar 12,4 dan pada kelompok II adanya
peningkatan fleksibilitas otot hamstring sebesar 7,0. Hasil uji paired sampel t-test
didapatkan nilai p=0,00(p<0,05) pada kelompok I dan nilai p=0,00(p<0,05) pada
kelompok II. Pada uji beda selisih dengan independent test menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna Antara kelompok I dan kelompok II dimana
p=0,00(p<0,05). Dengan persentase sebesar 51,5% pada kelompok I dan 26,0%
pada kelompok II.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa Intervensi
muscle energy technique lebih efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot
hamstring dari pada Intervensi active isolated stretching pada pemain sepak bola.

Kata Kunci : muscle energy technique, active isolated stretching, sit and reach
test, fleksibilitas otot hamstring.

vii
DIFFERENT EFFECTIVENESS OF INTERVENTION MUSCLE ENERGY
TECHNIQUE AND INTERVENTION ACTIVE ISOLATED STRETCHING
IN IMPROVING HAMSTRING MUSCLES FLEXIBILITY OF
FOOTBALL PLAYERS IN SMAN 1 SEMARAPURA

ABSTRACT
The excessive use of the hamstring muscles in football players as the main
cause of tension on the muscle. Good flexibility of Hamstring muscles can
support the quality of the players because it can prevent injury. The purpose of
this study was to prove the different effectiveness of intervention Muscle Energy
Stretching and Active Isolated Stretching in improving hamstring muscles
flexibility of football players.
This research was used the design of randomized pre and post two group
design. The sampling technique used is simple random sampling. There are 22
people as the samples were divided into 2 groups: group I (muscle energy
technique) and group II (active isolated stretching). Each group consists of 11
people. The data collection was done by measuring the flexibility of hamstring
muscles of football players using sit and reach test before and after the
intervention of each group. Normality and homogeneity test of the data using
saphiro wilk test and levine’s test.
The result of the research showed that the increased flexibility of hamstring
muscle in group I of 12.4 and in group II the increased flexibility of hamstring
muscles of 7.0. The result of paired sampel t-test showed the value of
p=0,00(p<0,05) in group I and value of p=0,00(p<0,05) in group II. On different
average test using independent test show that contained significant increase
between group I and group II in which p=0,00(p<0,05). With the percentage of
51,5% in group I and 26,0% in group II.
Based on the results can be concluded that Intervention muscle energy
technique more effective in increasing the hamstring muscles flexibility rather
than Intervention active isolated stretching of football players.

Keywords: muscle energy technique, active isolated stretching, sit and reach
test, flexibility of hamstring muscles.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTARISTILAH ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum............................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 8
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................... 9
2.1 Fleksibilitas ............................................................................. 9
2.1.1 Definisi Fleksibilitas..................................................... 9
2.1.2 Fleksibilitas Otot Hamstring pada Pemain SepakBola 13
2.1.3 Pengukuran Fleksibilitas Otot Hamstring .................... 14
2.2 Anatomi dan Fisiologi ............................................................ 15
2.2.1 Anatomi Hamstring ...................................................... 15
2.2.2 Fisiologi Otot Rangka .................................................. 17
2.3 Mekanisme Pemanjangan Otot ............................................... 18
2.4 Muscle Enegy Technique ........................................................ 20
2.4.1 Pengertian Muscle Energy Technique .......................... 20
2.4.2 Prosedur Muscle Energy Technique ............................. 21

ix
2.4.3 Mekanisme Muscle Energy Technique Terhadap
Fleksibilitas Otot hamstring ....................................... 23
2.5 Active Isolated Stretching ....................................................... 23
2.5.1 Pengertian Active Isolated Stretching........................... 23
2.5.2 Prosedur Active Isolated Stretching ............................. 26
2.5.3 Mekanisme Active Isolated Stretching Terhadap
Fleksibilitas Otot Hamstring....................................... 27
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS ........... 29
3.1 Kerangka Berpikir................................................................... 29
3.2 Kerangka Konsep .................................................................... 32
3.3 Hipotesis ................................................................................. 33
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 34
4.1 Desain Penelitian .................................................................... 34
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 35
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................... 35
4.3.1 Populasi ........................................................................ 35
4.3.2 Sampel .......................................................................... 35
4.3.3 Besar Sampel ................................................................ 36
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel ............................................ 37
4.4 Variabel Penelitian .................................................................. 38
4.5 Definisi Operasional Variabel ................................................ 38
4.5.1 Fleksibilitas Hamstring ................................................ 38
4.5.2 Muscle Energy Technique ............................................ 39
4.5.3 Active Isolated Stretching ............................................. 39
4.5.4 Umur ............................................................................. 39
4.5.5 Jenis Kelamin ............................................................... 40
4.5.6 IMT ............................................................................... 40
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................... 40
4.7 Prosedur Penelitian ................................................................. 40
4.7.1 Prosedur Pendahuluan .................................................. 40
4.7.2 Prosedur Pelaksanaan ................................................... 41
4.8 Alur Penelitian ........................................................................ 47
4.9 Teknik Analisis Data .............................................................. 48

x
BAB V HASIL PENELITIAN ..................................................................... 49
5.1 Data Karakteristik Sampel ...................................................... 49
5.2 Uji Normalitas dan Homogenitas ........................................... 50
5.3 Uji Hipotesis ........................................................................... 52
5.3.1 Rerata Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring
Sebelum dan Sesudah Intervensi .................................. 52
5.3.2 Uji Komparasi Selisih Peningkatan Fleksibilitas pada
Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah Intervensi pada
Kedua Kelompok Penerapan ........................................ 53
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................ 56
6.1 Karakteristik Sampel............................................................... 56
6.2 Intervensi Muscle Energy Technique dapat Meningkatkan
Fleksibilitas Otot Hamstring .................................................. 56
6.3 Intervensi Active Isolated Stretching dapat Meningkatkan
Fleksibilitas Otot Hamstring .................................................. 58
6.4 Intervensi Muscle Energy Tehnique Lebih Efektif dalam
Meningkatkan Fleksibilitas Otot Hamstring dari pada Active
Isolated Stretching .................................................................. 60
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 65
7.1 Kesimpulan ............................................................................. 65
7.2 Saran ....................................................................................... 65
Daftar Pustaka .............................................................................................. 66
Lampiran ................................................................................................ 71

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sit and Reach Box ............................................................ 15

Gambar 2.2 Anatomi Otot Hamstring ................................................. 17

Gambar 2.3 Mekanisme Kontraksi Otot.............................................. 19

Gambar 2.4 Musle Energy Technique ................................................. 22

Gambar 2.5 Muscle Energy Technique Diikuti dengan Kontraksi


Isometric .......................................................................... 22

Gambar 2.6 Metode Aktif Isolated Stretching (AIS) A. Memasang


Yoga Strap Sebelum Stretching. B. Penguluran otot
Hamstring ........................................................................ 26

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................ 32

Gambar 4.1 Desain Penelitian ............................................................. 34

Gambar 4.2 Aplikasi Musle Energy Technique ................................... 44

Gambar 4.3 Aplikasi Muscle Energy Technique Diikuti dengan


Kontraksi Isometric ......................................................... 44

Gambar 4.4 Aplikasi Metode Aktif Isolated Stretching (AIS) A.


Memasang Yoga Strap Sebelum Stretching. B.
Penguluran otot Hamstring.............................................. 46

Gambar 4.5 Alur Penelitian ................................................................. 47

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sit and Reach Test Scores .................................................. 15

Tabel 4.1 WPRO 2000 IMT untuk Regional ASIA ........................... 42

Tabel 5.1 Distribusi Data Sampel Berdasarkan Umur dan IMT ........ 50

Tabel 5.2 Hasil Sebaran Normalitas dan Homogenitas Peningkatan


Fleksibilitas Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah
Intervensi ............................................................................ 51
Tabel 5.3 Rerata Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring Sebelum
dan Sesudah Intervensi ....................................................... 52
Tabel 5.4 Komparasi Peningkatan dan Selisih Fleksibilitas pada
Otot Hamstring Sebelum dan Sesudah Intervensi pada
Kedua Kelompok Penerapan .............................................. 53
Tabel 5.5 Persentase Peningkatan Fleksibilitas Setelah Perlakuan .... 54

xiii
DAFTAR ISTILAH

MET : muscle energy technique


AIS : active isolated stretching
GAGs : Glycosaminoglycans
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SMA : Sekolah Menengah Atas
SSB : Sekolah Sepak Bola
PORSENIJAR : Pekan Olahraga dan Seni Pelajar
LGS : Luas Gerak Sendi
GTO : Golgi Tendon Organ
PIR : Post Isometrik Relaxtion
RI : Repicoral Inhibition
ROM : Range Of Motion
IMT : Indeks Massa Tubuh
cm : sentimeter
kg : kilogram
m : meter

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Olahraga adalah suatu kegiatan fisik yang merupakan salah satu cara untuk dapat

meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan

untuk meningkatkan efisiensi fungsi dari tubuh sehingga dapat meningkatkan kesegaran

jasmani serta berpengaruh dalam peningkatan dari prestasi pada cabang olahraga yang diikuti

(Halim, 2004). Olahraga merupakan aktifitas fisik yang dapat mempunyai tujuan tertentu

serta dilakukan dengan cara-cara yang sistematis, di dalam melakukan aktifitas olahraga,

setiap manusia memiliki tujuan yang berbeda dalam berolahraga seperti rekreasi, pendidikan,

kesehatan, kebugaran, dan pretasi (Nala, 2011).

Seperti halnya di jaman sekarang ini olahraga yang banyak diminati yaitu sepak bola.

Sepak bola merupakan cabang olahraga yang paling disukai di seluruh dunia, dan digemari

oleh siapapun baik anak-anak, orang dewasa, orang tua, laki-laki bahkan perempuan. Tim-

tim sepak bola bermunculan seiring dengan berkembangnya olahraga ini, baik di tingkat

sekolah SMP maupun SMA, salah satunya SMAN 1 Semarapura yang merupakan Sekolah

yang memiliki ekstrakulikuler Sepak bola yang diberi nama Semarapura United. Tim ini

sering mengikuti lomba-lomba dan sempat meraih juara umum pada PORSENIJAR (Pekan

Olahraga dan Seni Pelajar) Klungkung, yang seing digelar di kabupaten Klungkung.
Sepak bola merupakan permainan olahraga beregu, yang masing-masing regu terdiri

dari sebelas pemain, salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya

dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan

menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya. Tujuan dari permainan sepak

bola yaitu untuk mendapatkan point dengan cara memasukkan bola ke gawang lawan dengan

sebanyak-banyaknya (Sucipto, 2000). Untuk menjadi pemain Sepak bola yang baik, harus

mengetahui terlebih dahulu teknik dasar dalam bermain sepak bola. Berbagai teknik dasar

penguasaan bola terdiri dari menendang bola, menerima bola, menggiring, dan teknik

penjaga gawang. Pada permainan sepak bola sangat memerlukan kemampuan fisik, dan

kemampuan fisik yang dianggap dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan

menggiring bola dalam permainan sepak bola yaitu kelentukan, kecepatan, dan kelincahan

(Djawad, 1981).

Pada saat berlatih dan bertanding para pemain sepak bola sangat beresiko mengalami

cedera terutama pada ekstermitas bawah. Contohnya Strain hamstring, sehingga sebagai

jenis cedera yang paling sering dialami, Strain quadriceps, sprain ankle, dan cedera pada

knee. Strain hamstring merupakan cedera yang disebabkan karena over stretch. Karena

Cedera ini disebabkan karena otot dipaksakan utuk meregang atau melakukan gerakan

membelok secara tiba-tiba sehingga terjadinya robeknya otot hamstring. Robekan otot ini

dapat menyebabkan terjadinya nyeri dan peradangan sehingga nyeri dan peradangan yang

ditimbulkan dapat mengganggu aktivitas seorang atlit (Alter, 1999). Dari hasil survey
(Rosella, 2013) ditemukan lima dari tujuh siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) sering

mengalami strain otot hamstring dan mengalami gangguan fleksibilitas pada otot hamstring

dengan adnya tight pada otot hamstring. Hal ini menjadi perhatian kebutuhan rehabilitatif

yang memadai untuk mencegah reinjuries (Arnason et al, 2004).

Fleksibilitas adalah kemampuan persendian dalam melakukan gerak dengan luas

gerak yang penuh (Duster, et al, 2007). Sendi tubuh yang dikatakan fleksibilitasnya baik

apabila ruang gerak dari sendi itu sendiri tidak mengalami gangguan. Gerakan hanya dapat

terjadi bila ada suatu kontraksi dari otot-otot yang bersangkutan. Sehingga untuk dapat

melakukan suatu gerakan yang baik pada jaringan lunak (otot, jaringan pengikat, serta kulit).

Secara umum menurunnya fleksibilitas lebih diakibatkan oleh kebiasaan bergerak dalam pola

tertentu pada seorang individu dan pada gerakan tertentu dibandingkan dengan usia atau jenis

kelamin. Fleksibilitas juga berkaitan dengan ukuran tubuh seseorang, jenis kelamin, usia, dan

aktifitas fisik yang dilakukan.

Fleksibilitas hamstring pada pemain sepak bola, Pada pemain sepak bola Penggunaan

otot hamstring yang berlebihan merupakan penyebab utama ketegangan pada otot

hamstring. Hal ini terjadi ketika otot ditarik melebihi kapasitasnya atau berkontraksi secara

tiba-tiba dengan beban yang berlebihan. Misalnya pada gerakan menendang bola secara

terhentak, otot hamstring yang memendek secara tiba-tiba akan menyebabkan kontraksi

kurang maksimal sehingga serabut-serabut otot yang posisinya menyilang akan dipaksa lurus

padahal otot dalam keadaan tidak rileks sehingga hal tersebut berpotensi untuk
mengakibatkan kerobekan pada otot hamstring. Hamstring yang mengalami pemendekan

dapat berpengaruh pada penurunan kekuatan atau keseimbangan otot sehingga kontraksi

menjadi tidak sinergis (Stephens et al, 2006). Jika tidak diimbangi dengan fleksibilitas yang

baik rawan memunculkan terjadinya cedera. Untuk mencegah terjadinya cedera hamstring,

maka otot harus kuat dan lentur. Sehingga, diperlukan latihan peregangan otot yang baik

(Rafqi, 2010).

Fleksibilitas otot yang baik dapat mendukung kualitas pemain, karena dapat

mencegah strain, salah satu cara untuk mencegah strain adalah dengan melakukan stretching.

Stretching secara umum merupakan bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot – otot

di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga, sehingga untuk dapat

mengurangi dampak cedera yang sangat rentan terjadi. Misalnya sebelum melakukan

olahraga biasanya dilakukan pemanasan terlebih dahulu, diantaranya adalah penguluran otot

atau stretching.

Stretching merupakan suatu aktivitas yang sudah banyak diterapkan di lingkungan

masyarakat. Contohnya, sebelum melakukan aktivitas olahraga biasanya dilakukan

pemanasan terlebih dahulu diantaranya adalah stretching (Kisner and Colby, 2007). Terdapat

banyak metode stretching untuk dapat meningkatkan fleksibilitas otot yaitu proprioceptive

neuromuscular facilitation (PNF), ballistic stretching, static stretching, pasif stretching,

isometric stretching, auto stretching, active isolated stretching (Kinser and Colby, 2007).
Active Isolated Stretching merupakan suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan

merileksasikan otot antagonisnya melalui inhibisi timbal balik yang menyebabkan terjadinya

peregangan. Dalam penelitian Wismanto (2011) active isolated stretching memberikan

peningkatan yang bermakna terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring dengan hasil

pre test 24,42 cm dan hasil post test 34,57 cm. Pengaruh ini terjadi karena Intervensi active

isolate stretching bertujuan untuk mencegah dan mengurangi kekakuan serta mengulur

struktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat

meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) dan meningkatkan fleksibilitas otot ( Kochno,

2009).

Menurut Rosella (2013) Intervensi lain yang lebih efektif dalam memningkatkan

fleksibilitas otot yaitu Muscle Energy Technique Isometric, dimana latihan ini menghinhibisi

golgi tendon organ (GTO) agar tidak terjadinya stretch reflex. Dengan terinhibisinya GTO

ini akan memberikan panjang otot baru pada hamstring (Chaintow, 2001). Dalam penelitian

Wahyu (2014) muscle energy technique isometric memberikan peningkatan yang bermakna

terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring dari pada static stretching dengan hasil pre

test 25,958 cm dan hasil post test 37,542 cm. Pengaruh ini terjadi karena muscle energy

technique bekerja dengan merileksasikan otot tanpa menimbulkan rasa nyeri dan kerusakan

jaringan dengan tekanan yang ringan serta lembut sehingga tidak membuat jaringan iritasi

dan tergang kuat (Chintow, 2001).


Melihat dari kedua Intervensi dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring,

sehingga muscle energy technque lebih efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot

hamstring, tentang muscle energy technque lebih meningkatkan nilai pada post test daripada

active isolated stretching. Terdapat dua tipe muscle energy technique yaitu post isometrik

relaxation (PIR) dan reciprokal inhibition (RI). Isometric muscle energy techniques yang

biasa disebut post isometric relaxation (PIR) memiliki pengaruh utama yaitu dapat

mengurangi tonus sehingga otot yang mengalami hipertonus serta akan mengembalikan

panjang normal istirahat otot. Mekanisme kerjanya yaitu secara singkat dimana gamma

afferent kembali ke serabut intrafusal dan kembali ke panjangnya, yang merubah panjang

istirahat serabut ekstrafusal otot, dimana membuat hamstring yang santai dan terjadinya

pemanjangan otot saat rileksasi (Chaitow, 2006).

Melihat latar belakang tersebut, maka pentingnya untuk meningkatkan fleksibilitas

otot hamstring pada pemain sepak bola agar dapat terhindar dari cedera. Selain itu belum

banyak penelitian terhadap kedua latiahan tersebut dalam meningkatkan fleksibilitas otot

hamstring. Berdasarkan hal tersebut maka akan dilakukan penelitian dengan judul

“Perbedaan Efektivitas Intervensi Muscle Energy Technique dan Intervensi Active Isolated

Stretching Terhadap Peningkatan Fleksibilitas Otot Hamstring pada Pemain Sepak Bola

SMAN 1 Semarapura”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian Latar Belakang di atas maka rumusan masalah yang disampaikan adalah

sebagai berikut :

1. Apakah intervensi Muscle Energy Technique efektif dalam meningkatkan

fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepakbola SMAN 1 Semarapura?

2. Apakah intervensi Active Isolated Stretching efektif dalam meningkatkan fleksibilitas

otot hamstring pada pemain Sepakbola SMAN 1 Semarapura?

3. Apakah ada perbedaan efektifitas intervensi Muscle Energy Technique dengan

intervensi Active Isolated Stretching dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring

pada pemain Sepakbola SMAN 1 Semarapura?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran umum tentang Intevensi Muscle Energy Technique dan

Intervensi Active Isolated Stretching dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring

pada pemain sepakbola.

1.3.2 Tujuan Khusus

Dari permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan khusus dari penelitian ini

adalah:
1. Untuk membuktikan efektifitas intervensi Muscle Energy Technique terhadap

peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepak bola SMAN 1

Semarapura.

2. Untuk membuktikan efektifitas intervensi Active Isolated Stretching terhadap

peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepak bola SMAN 1

Semarapura.

3. Untuk membuktikan adanya perbedaan efektifitas intervensi Muscle Energy

Stretching dan Active Isolated Stretching terhadap peningkatan fleksibilitas otot

hamstring pada pemain Sepak bola SMAN 1 Semarapura.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Diharapkan penelitian ini menambah pengetahuan bagi para pembaca

(mahasiswa) tentang pengaruh Intervensi Muscle Energy Technique dan

Intervensi Active Isolated Stretching terhadap peningkatan Fleksibilitas otot

Hamstring pada pemai sepak bola.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan bagi para pembaca

(mahasiswa) dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan pada fisioterapi dalam meningkatkan

fleksibilitas otot hamstring untuk mencegah cedera pada Atlit.


2. Dapat dijadikan saran untuk melatih otot hamstring bagi atlit untuk meningkatkan

fleksibilitasnya agar terhindar dari cedera.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fleksibilitas

2.1.1 Definisi Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah kemampuan tubuh untuk mengulur diri seluas luasnya yang

ditunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan untuk menggerakan tubuh serta

anggota tubuh dengan seluas-luasnya, berhubungang erat dengan kemampuan gerak

kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya. Kemampuan ini terkait pula dengan

peregangan otot dan jaringan sekeliling sendi (Nala, 2011).

Adanya dua jenis dari fleksibilitas yaitu, fleksibilitas dinamis dan fleksibilitas pasif.

Fleksibilitas dinamis merupakan mobilitas aktif ROM, dimana otot yang berkontraksi secara

aktif untuk dapat menggerakkan satu sendi, segmen dan keseluruhan dari tubuh, sedangkan

fleksibilitas pasif merupakan mobilitas pasif ROM yang dimana otot serta jaringan ikat sendi

dapat diulur secara pasif sehingga dapat berfungsi sebagai penunjang dari fleksibilitas

dinamis (Kinser & Colby, 2007).

Adanya tolak ukur dari fleksibilitas yaitu, dapat dilihat dari luas gerak suatu sendi

atau gabungan dari beberapa persendian. Fleksibilitas adalah fungsi yang relatif laksitas atau

ekstensibilitas jaringan kolagen dan otot yang melewati persendian bagi sebagian populasi.

Ketegangan dari ligament serta otot yang membatasi ekstensibilitas, merupakan inhibitor
yang paling besar untuk ROM dari sendi. Saat jaringan tersebut tidak terulur maka

ekstensibilitasnya akan menurun (Anshar & Sudaryanto, 2011).

Tujuan dari melakukan latihan fleksibilitas adalah untutk meningkatkan elastisitas

dari otot supaya mencapai keadaan yang secara maksimal (Dwijowinoto, 1993). Maka dari

itu untuk mencapai hasil otot yang maksimal diperlukannya suatu latihan yang dapat

meningkatkan fleksibilitas, yang dimana fleksibilitas seseorang dapat menurun jika tidak

dilatih.

Menurut Frankl (dalam Suciptha, 2013), terdapat faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi fleksibilitas yakni;

1. Faktor internal fleksibilitas;

a. Pengaruh usia: dari usia anak-anak, remaja, dan dewasa fleksibilitas seseorang seperti

kurva. Diawali usia anak – anak yang semakin meningkat fleksibilitasnya namun

sesudah remaja mulai menurun karena gaya hidup aktif pada usia anak – anak mulai

tidak dilakukan, apalagi pada usia dewasa yang tentunya muncul berbagai masalah

degeneratif seperti nyeri sendi, nyeri otot dan lain-lain.

b. Jenis kelamin: secara umun perempuan lebih fleksibel dari pada laki-laki. Hal ini

dikarenakan faktor hormonal dimana laki – laki memiliki hormon testosteron yang

memicu pertumbuhan dan pemendekan otot. Sedangkan perempuan memiliki hormon

estrogen yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan panjang otot dan kelemahan sendi.
Pada wanita hamil akan menjadi lebih fleksibel karena hormon estrogen dilepaskan

sangat tinggi jumlahnya yang memungkinkan sendi untuk menjadi longgar. Wanita

memerlukan kelemahan sendi dasar panggul untuk memudahkan proses persalinan.

Tetapi efek kelemahan sendi tersebut tidak terjadi pada sendi lainnya.

c. Sendi: sendi dalam tubuh manusia dikelilingi oleh membran sinovial dan tulang rawan

artikular yang berfungsi melindungi dan memelihara sendi dan permukaan sendi.

Meningkatkan elastisitas otot dan luas gerak sendi dengan mobilitas tertentu dapat

meningkatkan fleksibilitas.

d. Ligamen: ligamen terdiri dari dua jaringan yang berbeda yakni putih dan kuning.

Jaringan ikat putih tidak melar, tetapi sangat kuat sehingga bahkan jika tulang yang patah

jaringan akan tetap di tempatnya. Jaringan putih memungkinkan kebebasan subjektif

dari gerakan. Jaringan elastis kuning dapat ditarik jauh saat kembali ke posisi semula.

e. Tendon: tendon tidak elastis dan bahkan kurang elastis. Tendon dikategorikan sebagai

jaringan ikat. Jaringan ikat mendukung, mengelilingi, dan mengikat serat-serat otot.

Mereka mengandung jaringan elastis baik dan non-elastis.

f. Jaringan areolar: adalah permeabel dan secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh.

Jaringan ini bertindak sebagai pengikat untuk semua jaringan lain.

g. Jaringan Otot: jaringan otot terbuat dari bahan elastis. Hal ini diatur dalam bundel dari

serat paralel.
h. Reseptor peregangan: reseptor peregangan memiliki dua bagian: sel spindle dan tendon

golgi. Sel spindle, terletak di pusat otot, mengirim untuk otot untuk berkontraksi. Golgi

reseptor yang terletak dekat ujung dari serat otot dan mengirim pesan untuk otot untuk

rileksasi.

2. Faktor eksternal fleksibilitas;

a. Ukuran tubuh: orang dengan jumlah lemak tinggi (obesitas) akan menurun

fleksibilitasnya karena luas gerak sendinya menjadi terbatas.

b. Aktiftas Fisik: orang yang aktivitasnya banyak diam akan berpengaruh pada fleksibilitas.

Hal ini terjadi karena jaringan lunak dan sendi menyusut sehingga kehilangan daya

regang otot, dimana jika seseorang tidak aktif maka otot-otot dipertahankan pada posisi

memendek dalam waktu yang lama.

c. Cidera: karena adanya cidera pada sendi, otot, dan tulang maka seseorang akan takut

menggerakkan anggota gerak karena nyeri sehingga akan berpengaruh terhadap

fleksibilitas. Pada pemasangan eksternal fiksasi pada cidera tertentu sangat menurunkan

fleksibilitas sendi tersebut.

d. Pengalaman: seseorang yang memiliki pengalaman dengan olahraga yang membutuhkan

gerakan dinamis yang besar, seperti senam, tari, atau seni bela diri, akan memiliki

jangkauan yang lebih baik gerak dari seseorang dengan gaya hidup biasa saja. Bahkan

olahraga yang kita lakukan sepuluh tahun yang lalu akan mempengaruhi pola motorik

tubuh kita yang dapat menguntungkan kita di masa depan.


2.1.2 Fleksibilitas otot hamstring pada pemain Sepak bola

Otot hamstring merupakan suatu group otot pada sendi paha (hip joint) yang terletak

pada sisi belakang paha yang berfungsi sebagai gerakan fleksi knee, serta gerakan eksternal

dan internal rotasi hip. Group otot ini terdiri atas otot semimembranosus, otot

semitendinosus, dan otot biceps femoris. Pada Sepak bola melibatkan banyak otot mulai dari

otot besar sampai pada otot kecil salah satu yang paling berperan adalah otot hamstring. Otot

hamstring dalam permainan sepak bola mempunyai banyak peran dilihat dari aspek

biomekanikanya hampir seluruh gerakan dalam permainan bola yang meliputi menggiring

bola, pasing bola, dan melakukan tendangan, derajat knee joint selalu pada posisi flexi pada

berbagai derajat. Hal ini menyebabkan otot hamstring bekerja lebih berat dalam membentuk

pola keseimbangan untuk penompang tubuh dan potensial mengalami cedera (Shan, 2011).

Pada olahraga sepak bola otot hamstring berfungsi sebagai persiapan awal untuk

melakukan tendangan dan kemudian beralih fungsi sebagai stabilisator saat puncak

tendangan, gerakan cepat yang dihasilkan biasanya membutuhkan fleksibilitas yang baik,

jika tidak diimbangi dengan fleksibilitas biasanya akan rawan memunculkan terjadinya

cedera. Untuk mencegah terjadinya cedera hamstring, maka otot harus kuat dan lentur. Untuk

itu, perlu latihan peregangan dan penguatan otot yang baik (Rafqi, 2010).

Penurunan fleksibilitas hamstring dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti

pemendekan otot hamstring, cedera akut ataupun kronis pada otot hamstring, menurunnya
sendi panggul, aktivitas yang berlebihan, serta pola latihan yang tidak benar. panggul dalam

aktivitas sehari-hari jarang diberikan latihan khusus (Miller, 2010).

Pada pemain sepak bola Penggunaan otot hamstring yang berlebihan merupakan

penyebab utama dari ketegangan pada otot hamstring. Hal ini terjadi ketika otot ditarik

melebihi kapasitasnya atau berkontraksi secara tiba-tiba dengan beban yang berlebihan.

Misalnya pada gerakan menendang bola secara terhentak, otot hamstring yang memendek

secara tiba-tiba akan menyebabkan kontraksi kurang maksimal sehingga serabut-serabut otot

yang posisinya menyilang akan dipaksa lurus padahal otot dalam keadaan tidak rileks

sehingga hal tersebut berpotensi untuk mengakibatkan kerobekan pada otot hamstring.

Pemendekan pada otot hamstring pada pemain sepak bola dimana akan terjadi gerakan yang

tidak optimal. Serta mempengaruhi daya dorong dan sangat mempengaruhi prestasi pada para

pemain sepak bola.

2.1.3 Pengukuran Fleksibilitas Otot Hamstring

Sit and Reach Test merupakan metode pengukuran fleksibilitas otot hamstring yang

menggunakan media berupa box terbuat dari papan yang tingginya 30 cm. Dimulai pada

angka 23 cm yang berada diujung kaki (Gambar 2.1). Tujuannya agar nilai Sit and Reach

Test angkanya selalu positif, hal ini untuk mengantisipasi jika pada saat pengukuran tidak

bisa sampai menyentuh jari kaki (Panteleimon et al , 2010).


Gambar 2.1 Sit and Reach box
Sumber: Panteleimon et al, 2010
Prosedurnya pada saat pengukuran dilakukan duduk di lantai dengan lutut ekstensi

penuh dan pergelangan kaki posisi normal terhadap box. Kemudian diperintahkan untuk

menempatkan satu tangan di atas yang lain dan perlahan-lahan maju sejauh mungkin sambil

menjaga lutut tetap ekstensi. Gerakan dilakukan sebanyak 3x dan diambil nilai rata-rata, Sit

and Reach Test skor (cm) tercatat sebagai posisi akhir dari ujung jari (Quinn, 2008;

Panteleimon et al., 2010).

Tabel 2.1. Sit and Reach Test Scores

Jenis Kelamin Baik Sekli Diatas rata- Rata-rata Bawah Rata- Buruk
rata rata

Laki-laki >40 34-39 30-33 25-29 <24


2.2 Anatomi dan Fisiologi

2.2.1 Anatomi Hamstring

Hamstring merupakan salah satu group otot yang terdiri dari 3 macam otot, yang

tersusun oleh biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus. Otot hamstring dapat

berfungsi sebagai penggerak fleksi dari knee joint dan membantu gerakan ekstensi dari hip

joint.

a) Otot semimembranosus

Letak dari otot semimembranosus berada pada bagian medial diantara ketiga otot hamstring.

Origo : berada pada tuberositas ischia

Insersio : berada pada bagian posterior condyles medialis tibia

Fungsi : otot semimembranosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi hip, fleksi knee, dan

internal rotasi.

b) Otot semitendinosus

Terletak diantara semimembranosus dan biceps femoris

Origo : tuberositas ischia

Insersio : permukaan atas bagian medial pada tibia


Fungsi :otot semitendinosus ini berfungsi sebagai penggerak ekstensi hip, fleksi knee, dan

internal rotasi hip.

c) Otot biceps femoris

Merupakan otot yang terletak paling luar dari otot-otot penyusun hamstring

Origo : pada tuberositas ischia, setengah distal linea aspera tulang femur, bagian lateral

supracondylus.

Insersio : Condylus lateral tibia, collum femur.

Fungsi : Ekstensi hip, fleksi knee, lateral rotasi.

Kelompok otot hamstring tersusun dari tiga otot yakni semitendinosus, semimembranosus

dan biceps femoris dimana kelompok otot ini berfungsi sebagai ekstensi hip dan fleksi pada

knee. Otot hamstring disajikan pada gambar 2.2.


Gambar 2.2: Anatomi otot hamstring
Sumber: Stephen et al., 2006

2.2.2 Fisiologi Otot Rangka

Karakteristik otot rangka secara fisiologis ada 4 aspek yaitu: contractility yaitu

kemampuan otot untuk mengadakan respon (memendek) bila dirangsang (otot polos 1/6 kali;

otot rangka 1/10 kali). Exstensibility (distensibility) yaitu kemampuan otot untuk memanjang

bila otot ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot tersebut bila otot rangka diberi beban.

Elasticity yaitu kemampuan otot untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah

mengalami exstensibility atau distensibility (memanjang) atau contractility (memendek).

Exsitability electric yaitu kemampuan untuk merespon terhadap rangsangan tertentu dengan

memproduksi sinyal-sinyal listrik disebut tindakan potensi (Tortora & Derrickson, 2009).
Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah yang besar dalam memberi respon

terhadap berbagai bentuk latihan (Sudarsono, 2009). Beberapa unit organ tubuh akan

mengalami perubahan akibat dilakukan pelatihan. Dengan latihan yang teratur, akan

memberikan beberapa efek positif terhadap otot, bahkan perubahan adaptif jangka panjang

dapat terjadi pada serat otot, yang memungkinkan untuk respon lebih efisien terhadap

berbagai jenis kebutuhan pada otot (Wiarto, 2013).

2.3 Mekanisme Pemanjangan Otot

Terjadinya kontraksi otot yang dimulai dengan adanya beda potensial pada motor end

plate akibat suatu stimulus sehingga tercetusnya suatu potensial aksi pada serat otot.

Penyebaran depolarisasi terjadi ke dalam tubulus T dan mengakibatkan pelepasan Ca2+ dari

sisterna terminal retikulum sarkoplasmik serta difusi Ca2+ ke filamen tebal dan filament

tipis. Selanjutnya terjadi suatu pengikatan Ca2+ oleh troponin C, yang membuka tempat

pengikatan myosin dari aktin.

Gambar 2.3: Mekanisme Kontraksi Otot


Sumber: Huxley and Hansen, 2010
Proses diatas tersebut menyebabkan terbentuknya ikatan silang (cross links) Antara

actin dan myosin dan terjadi pergeseran filament tipis pada filamen tebal (pemendekan atau

kontraksi). Pada tahap relaksasi Ca2+ akan dipompakan kembali kedalam retikulum

sarkoplasmik dan terjadi pelepasan Ca2+ dari troponin, sehingga interaksi antara actin dan

myosin berhenti. Pada proses kontraksi dan relaksasi otot maka otot akan mengalami

perubahan panjang yang dihasilkan serabut otot. Stretching akan memberikan efek langsung

pada muscle spindle. Spindel otot akan menyampaikan stimulus ke medula spinalis kemudian

sistem saraf pusat. Inpuls yang diproses menimbulkan stretch reflex atau refleks miostatis

untuk mencoba menahan perubahan panjang otot yang terjadi oleh tendon golgi dengan cara

otot yang diulur akan mengalami kontraksi. Apabila perubahan panjang otot berlangsung

secara tiba-tiba maka kontraksi akan semakin kuat.

2.4 Muscle Enegy Technique

2.4.1 Pengertian Muscle Energy Technique

Muscle energy techniques (MET) merupakan teknik osteopatik yang memanipulasi

jaringan lunak dengan gerakan langsung dan dengan kontrol gerak yang dilakukan oleh

pasien sendiri pada saat kontraksi isotonik atau isometrik, ini bertujuan untuk meningkatkan

fungsi muskuloskeletal dan mengurangi nyeri. Muscle energy techniques memiliki prinsip

manipulasi dengan cara yang halus, dengan kekuatan tahanan gerak yang minimal hanya

sebesar 20-30 % dari kekuatan otot, melibatkan kontrol pernapasan pasien, dan dengan

repetisi yang optimal. Muscle energy techniques bekerja dengan merilekskan otot tanpa
menimbulkan nyeri dan kerusakan jaringan melalui tekanan yang ringan dan lembut sehingga

tidak membuat jaringan iritasi dan teregang kuat (Chaitow, 2006; Webster, 2001).

Muscle energy techniques (MET) merupakan teknik isometrik dan isotonik yang

digunakan untuk strengthening atau meningkatkan tonus otot yang lemah, melepaskan

hipertonus, stretching ketegangan otot dan fascia, dan meningkatkan fungsi muskuloskeletal,

mobilisasi sendi pada keterbatasan gerak sendi, dan meningkatkan sirkulasi lokal (Fryer,

2011) Intervensi pada keterbatasan gerak sendi dapat dimodifikasi dengan menggunakan

Muscle Energy Technique soft tissue stretching dan mobilisasi sistem osteoligamentous

seperti yang ditunjukan dengan peningkatan ROM melalui teknik pulse Muscle energy

techniques (Chaitow, 2006).

Terdapat dua tipe Muscle Energy Technique yaitu Post Isometrik Relaxation (PIR) dan

Reciprokal Inhibition (RI) yang dijelaskan sebagai berikut (Grubb, 2010):

1) Isometrik Muscle Energy Techniques

Pengaruh utama yaitu mengurangi tonus pada otot yang mengalami hipertonus dan

mengembalikan panjang normal istirahat otot. Mekanisme kerjanya yaitu secara singkat

dimana gamma afferent kembali ke serabut intrafusal dan kembali ke panjangnya, yang

merubah panjang istrihatat serabut ekstrafusal otot.

2) Isotonik Muscle energy techniques


Isotonik Muscle energy techniques menggunakan teknik reciprocal innervation/ inhibition

yang memiliki prinsip kerja yaitu ketikat otot agonist berkontraksi dan memendek, otot

antagonist harus rileks dan memanjang sehingga gerakan terjadi dibawah pengaruh otot

agonist. Kontraksi otot agonist reciprocal menghambat otot antagonist sehingga

menimbulkan gerakan yang pelan, lebih kuatnya kontraksi otot agonist, hambatan lebih

terjadi, dan otot antagonist lebih rileks.

2.4.2 Prosedur Muscle Energy Technique

Adapun prosedur pemberian Muscle Energy Technique (MET) adalah sebagai berikut:

Sampel melakukan pemanasan agar terhindar dari cedera saat melakukan latihan,

memberikan penjelasan mengenai prosedur dan tujuan latihan yang diberikan, Subjek tidur

terlentang pada matrass dengan satu lutut fleksi. Subjek diberikan penjelasan tentang

prosedur pelaksanaan latihan tersebut. Terapis mengulur pasif salah satu tungkai dengan lutut

subjek ekstensi dan dorsi fleksi ankle. Setelah itu subjek diminta menekuk lutut dengan

mendorong kebawah bahu terapis, terapis akan memberi tahanan sebesar 20-30 % selama 10

detik. Setelah melakukan isometrik selama 10 detik, fisioterapi melakukan regangan selama

6 detik dengan perlahan dan halus. Regangan ini akan memaksimalkan fleksibilitas otot dan

menambah panjang istirahat otot yang baru (Chaitow, 2006). Keseluruhan gerakan diulang 3

kali kemudian dilanjutkan pada tungkai yang lain. Frekuensi latihan 3 kali dalam satu

minggu selama 4 minggu.


Gambar 2.4: Musle Energy Technique
Sumber: Chaintow, 2001

Gambar 2.5: Muscle Energy Technique diikuti dengan kontraksi isometric


Sumber: Chaintow, 2001
2.4.3 Mekanisme Muscle Energy Technique terhadap fleksibilitas otot hamstring

Sesuai dengan pernyataan dari (rosella, 2013) bahwa muscle energy technique

meningkatkan fleksibilitas otot hamstring secara bermakna pada siswa Sekolah Sepak Bola

Angkasa di Surakarta. Latihan ini menginhibisi golgi tendon organ (GTO) agar tidak

terjadinya stretch reflex. Dengan terinhibisinya GTO ini akan memberikan panjang otot yang

baru pada hamstring. (Chaitow, 2001) menyatakan bahwa, pemberian Muscle Energy

Technique pada otot hamstring, akan merenggankan reseptor pada hamstring yang disebut

golgi tendon organ (GTO) yang terletak ditendon dari muscle hamstring sebagai agonis.
Implus aferen saraf dari golgi tendon organ akan menuju dorsal root di spinal cord yang

kemudian bertemu dengan hambatan motor neuron. Pertemuan ini akan menghentikan debit

impuls motor neuron eferent untuk mencegah terjadinya kontraksi lanjut dan menghasilkan

penurunan tonus otot, membuat hamstring yang santai dan terjadi pemanjangan otot saat

rileksasi. Muscle Energy Technique ini akan meregangkan, meningkatkan dan

memperpanjang jaringan myofascial pada muscle hamstring yang berpotensi menghasilkan

viscoelastic dan perubahan struktural, perubahan gerakan autonomic mediated dalam cairan

ekstraselular otot dan mechanotransduction fibroblast (Chaintow, 2001).

2.5 Active Isolated Stretching

2.5.1 Pengertian Active Isolated Stretching

Active Isolated Stretching merupakan suatu teknik atau metode stretching yang

menggunakan adaptasi suatu kontraksi otot agonis secara aktif dan merelaksasikan otot

antagonisnya melalui inhibisi timbal balik (reciprocal inhibition) yang menyebabkan

terjadinya peregangan pada otot antagonis tanpa meningkatkan ketegangan otot (muscle

tension) pada otot agonis (Longo, 2009). Teknik active isolated stretching atau yang biasa

disebut dengan metode Mattes merupakan suatu pengembangan metode myofascial

technique yang memiliki tujuan untuk pemulihan fisiologis dan fungsi otot, tendon, ligamen,

dan persendian untuk memfasilitasi mobilitas dari permukaan jaringan fascia.

Menurut Kochno (2009), dimana Active Isolated Stretching merupakan stretching

aktif, dengan menggunakan terapi myofacial release dan stretching untuk otot yang dangkal
maupun yang dalam, tendon dan facia. Stretching berguna mengoptimalkan fleksibilitas.

Gerakan aktif yang memungkinkan otot antagonis untuk relaksasi, sehingga terjadi

peningkatan fleksibilitas tanpa hambatan. Adapun tujuan dari pemberian Active Isolated

Stretching adalah untuk mencegah dan atau mengurangi kekakuan serta mengulur strktur

jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat meningkatkan

lingkup gerak sendi dan menigkatkan fleksibilitas otot. Adapun tujuan dari pemberian active

isolated stretching adalah untuk mencegah dan atau mengurangi kekakuan serta mengulur

struktur jaringan lunak (soft tissue) yang berkaitan dengan spasme sehingga dapat

meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS).

Teknik Active Isolated Stretching merupakan aspek penting dari program latihan di

rumah (home training program) dan merupakan penatalaksanaan terapi jangka panjang pada

beberapa gangguan muskuloskeletal. Menurut (Olaf & Jean, 1997) active stretching

merupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua otot yang membatasi

gerakan. Pemberian edukasi terhadap subyek tentang cara yang aman melakukan prosedur

active isolated stretching di rumah sangat penting untuk pencegahan injuri kembali atau

mencegah terjadinya disfungsi di masa akan datang. Adapun prinsip untuk mengaplikasikan

active isolated stretching adalah sebagai berikut: Posisi awal harus aman dan stabil, latihan

harus selalu terkontrol dan mempunyai dampak yang sesuai, otot atau grup otot harus dalam

keadaan terulur di berbagai posisi dan memanjang sebisa mungkin sehingga dapat mencapai

batas dari mobilitas normal.


Tsatsouline (2001), secara umum menjelaskan Active Isolated Stretching dilakukan

untuk mendapatkan penambahan panjang dari otot dan jaringan ikat, apabila suatu otot

terulur dengan sangat cepat maka spindel otot berkontraksi untuk menghantarkan rangsangan

serabut afferen primer yang menimbulkan ekstrafusal melaju dan tegangan otot meningkat.

peristiwa ini disebut monosinaptik refleks stretch. Sedangkan jika otot diulur dengan

kekuatan yang sedang dan perlahan-lahan maka laju golgi tendon organ dan inhibisi dalam

otot menyababkan sarkomer memanjang. Dalam penerapan prosedur Active Isolated

Stretching menujukkan suatu kontraksi isotonik dari otot yang mengalami pemendekan,

secara aktif otot memanjang. Alasan penerapan teknik ini adalah bahwa kontraksi isotonik

yang diakukan saat Active Isolated Stretching dari otot yang mengalami pemendekan akan

menghasilkan otot memanjang secara maksimal tanpa perlawanan. Adanya kontraksi

isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari spindel otot untuk segera

mengulur panjang otot yang meksimal. Golgi tendon organ akan terlibat dan menghambat

ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga otot dapat dengan mudah

dipanjangkan.

2.5.2 Prosedur Active Isolated Stretching

Adapun prosedur pemberian Active Isolated Stretching (AIS) adalah sebagai berikut:

1. Sampel melakukan pemanasan agar terhindar dari cedera saat melakukan latihan

2. memberikan penjelasan mengenai prosedur dan tujuan latihan yang diberikan

3. Sampel diminta untuk berbaring diatas matras dalam posisi yang nyaman
4. Sampel diminta untuk memasang yoga strap yang direkatkan permukaan telapak kaki

5. Sebelumnya sampel diberi instruksi terlebih dahulu oleh Fisioterapis.

6. Sampel diminta mengangkat kakinya (dengan lutut dalam posisi full extensi atau Straight

Leg Raises dan ankle dalam posisi dorsi flexion) sehingga membentuk Hip dalam posisi

flexi, setelah itu Sampel menahan posisi tersebut selama 2 detik dan dilakukan

pengulangan sebanyak 10 kali dan 2 set.

Gambar 2.6: Metode Aktif Isolated Stretching (AIS) A. Memasang Yoga Strap Sebelum
Stretching. B. Penguluran otot Hamstring
Sumber: Williams, 2011
2.5.3 Mekanisme Active Isolated Stretching terhadap Fleksibilitas otot hamstring

Secara umum Active Isolated Stretching dilakukan untuk mendapatkan penambahan

panjang dari otot dan jaringan ikat. Dalam prosedur active isolated stretching pasien

menunjukkan suatu kontraksi isotonik pada otot agonis dan pada otot yang mengalami

pemendekan (shortness), secara aktif akan memanjang. Alasan penerapan teknik ini adalah

bahwa kontraksi isotonik yang dilakukan saat active isolated stretching secara fisiologis akan

merespon otot antagonis untuk menghasilkan pemanjangan secara maksimal dan juga tanpa
perlawanan. Adanya kontraksi isotonik akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari

Muscle Spindel untuk segera mengulur panjang otot yang maksimal. Golgi tendon organ

akan terlibat dan menghambat ketegangan otot bila otot sudah mengulur maksimal sehingga

otot dapat dengan mudah di stretching.

Menurut Wismanto (2011), pemberian Active Isolated Stretching dapat mengurangi

iritasi terhadap saraf Aδ dan saraf tipe C yang menimbulkan nyeri akibat adanya abnormal

cross link. Hal ini dapat terjadi karena pada saat diberikan active isolated stretching serabut

otot ditarik keluar sampai panjang sarkomer penuh. Ketika hal ini terjadi maka akan

membantu meluruskan kembali beberapa serabut atau abnormal cross link pada otot yang

memendek. Active isolated stretching dapat bermanfaat pada serabut otot yang mengalami

pemendekan. Serabut otot yang terganggu akan menyebabkan penurunan elastisitas otot

akibat adanya taut band dalam serabut otot. Sarkomer sebagai komponen elastis di dalam

serabut otot akan mengalami gangguan. Pemberian Active Isolated Stretching yang dilakukan

secara perlahan akan menghasilkan peregangan pada sarkomer sehingga peregangan akan

mengembalikan elastisitas sarkomer yang terganggu. Active Isolated Stretching dapat

mencegah dan atau mengurangi tightness dan perasaan yang tidak nyaman. Active Isolated

Stretching merupakan stretching yang efektif, karena berpengaruh terhadap semua otot

hamstring yang membatasi gerakan.

Anda mungkin juga menyukai