Anda di halaman 1dari 117

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING

DAN LATIHAN BEBAN TERHADAP KEBUGARAN


JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER
FUTSAL DI SMA NEGERI 11 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH:

IRAWANDI PURBA
NIM. 6193311028

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
ABSTRAK

Irawandi Purba. NIM: 6193311028, “Perbedaan Pengaruh Latihan Circuit Training Dan
Latihan Beban Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal Di SMA
Negeri 11 Medan”. Pembimbing: Muhammad Irfan. Skripsi: Fakultas Ilmu
Keolahragaan UNIMED 2023.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Perbedaan Pengaruh Latihan
Circuit Training Dan Latihan Beban Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa
Ekstrakurikuler Futsal Di SMA Negeri 11 Medan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri 11 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2023 dengan
jumlah siswa 12 orang putra dengan kategori umur 16-19 tahun.
Hasil analisis uji-t pada circuit training dengan nilai thitung sebesar 10,847
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kemudian nilai t hitung dibandingkan dengan
nilai ttabel pada taraf signifikan 5%, sehingga ttabel sebesar 2,015. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (10,847>2,015). Jika
dibandingkan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari  0,05 (0,000<0,05), maka
hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima. Hasil analisis uji-t pada Latihan
beban dengan nilai thitung sebesar 8,367 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Kemudian nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel (df = 5) pada taraf signifikan
5%, sehingga ttabel sebesar 2,015. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih
besar dari pada ttabel (8,367>2,015). Jika dibandingkan nilai signifikansi 0,000 lebih
kecil dari  0,05 (0,000<0,05), maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan
diterima.
Data awal Tingkat Kebugaran Jasmani siswa rata-rata termasuk dalam kategori
kurang pada kedua kelompok dengan nilai rata-rata 12,17 pada kelompok latihan circuit
training dan 11,83 pada kelompok latihan beban. Setelah diberi perlakuan latihan
circuit training terjadi perubahan peningkatan sebesar 6,666 atau 54,8%. Latihan
beban terjadi perubahan peningkatan sebesar 4,667 atau 39,5%. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal yang
diberi latihan circuit training memiliki pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan
kebugaran jasmani siswa yaitu 54,8% dibandingkan dengan siswa yang diberi latihan
beban yaitu 39,5%.
Kata Kunci:
- Latihan Sirkuit
- Latihan Beban
- Kebugaran Jasmani
- Ekstrakurikuler Futsal

i
ABSTRACT

Ancient Irawandi. NIM: 6193311028, "Differences in the Effect of Circuit Training and
Weight Training on the Physical Fitness of Futsal Extracurricular Students at SMA
Negeri 11 Medan". Advisor: Muhammad Irfan. Thesis: Faculty of Sports Science
UNIMED 2023.
The purpose of this study was to determine the differences in the effect of circuit
training and weight training on the physical fitness of extracurricular futsal students at
SMA Negeri 11 Medan. This research was conducted at SMA Negeri 11 Medan. The
time of the research was carried out in May - June 2023 with a total of 12 male students
in the 16-19 year age category.
The results of the t-test analysis on circuit training with a tcount of 10.847 with a
significance value of 0.000. Then the tcount value is compared with the t table value at a
significant level of 5%, so that the ttable is 2.015. These results indicate that the value of
tcount is greater than ttable (10.847> 2.015). When compared to the significance value
of 0.000 which is less than  0.05 (0.000 <0.05), the hypothesis in this study is declared
accepted. The results of the t-test analysis on weight training with a tcount of 8.367 with
a significance value of 0.000. Then the tcount value is compared with the t table value (df
= 5) at a significant level of 5%, so that the ttable is 2.015. These results indicate that
the value of tcount is greater than t table (8.367> 2.015). When compared to the
significance value of 0.000 which is less than  0.05 (0.000 <0.05), the hypothesis in
this study is declared accepted.
Preliminary data on the level of Physical Fitness on average students fall into the
poor category in both groups with an average score of 12.17 in the circuit training
group and 11.83 in the weight training group. After being given the circuit training
treatment, there was an increase of 6.666 or 54.8%. Weight training increased by 4.667
or 39.5%. Based on these results it can be concluded that the physical fitness of futsal
extracurricular students who were given circuit training exercises had a greater
influence in improving students' physical fitness, namely 54.8% compared to students
who were given weight training, namely 39.5%.
Keywords:
- Circuit Training
- Weight Training
- Physical Fitness
- Futsal Extracurricular

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

dan kasih karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi sala satu syarat dalam menyelesaikan program

sarjana pendidikan di Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kesulitan dan hambatan

yang dialami oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan tentunya keberhasilan

penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak, baik dengan dukungan moral, spritual maupun materi.

Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penulis menghantarkan ucapan

terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah turut membantu dalam

menyelesaikan studi serta penulisan skripsi ini dengan sebesar-besarnya kepada;

1. Bapak Prof. Dr. Syamsul Gultom, S.KM, M.Kes selaku Rekor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Dr. Budi Valianto, M.Pd selaku Dekan FIK UNIMED.
3. Bapak Dr. Hariadi, M.Kes selaku Wakil Dekan I FIK UNIMED.
4. Bapak Prof. Dr. Imran Akhmad, S.Pd, M.Pd selaku wakil Dekan II FIK
UNIMED.
5. Ibu Dr. Novita, S.Pd, M.Pd selaku Wakil Dekan III FIK UNIMED.
6. Bapak Dr. Ibrahim, S.Pd, M.Or selaku Ketua Jurusan PJKR FIK UNIMED.
7. Bapak Usman Nasution, S.Pd, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan PJKR FIK
UNIMED.
8. Bapak Dr. Muhammad Irfan, S.Pd, M.Or selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang selama ini telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Prof. Dr. Agung Sunarno, M.Pd selaku Dosen Penguji I.
10. Bapak Iwan Saputra, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Penguji II.
11. Seluruh Staf Akademik dan Administrasi FIK UNIMED yang telah

iii
memberikan kemudahan dalam hal administrasi selama mengikuti proses
perkuliahan.
12. Kepada keluarga teristimewa dan tercinta orang tua penulis : Tumbur Purba
(Ayah), Rusli Pasaribu (Ibu), dan kepada Abang, Kakak dan Adik yang selalu
memberikan dukungan baik segi hal moral dan materi selama penulis
mengikuti proses perkuliahan di Universitas Negeri Medan.
13. Kepada Dwi Cahyani yang ikut serta memberikan dukungan kepada penulis
selama mengikuti proses perkuliahan di Universitas Negeri Medan.
14. Buat sahabat penulis, keluarga besar PJKR E 2019, yang ikut serta
memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.

Penulis telah menyelesaikan Skripsi ini dengan semaksimal mungkin, tetapi

kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

untuk pembaca.

Medan, Juli 2023


Penulis

Irawandi Purba
Nim. 6193311028

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2.Identifikasi Masalah..................................................................................8
1.3.Pembatasan Masalah.................................................................................9
1.4.Rumusan Masalah.......................................................................................9
1.5.Tujuan Penelitian.......................................................................................10
1.6.Manfaat Penelitian.....................................................................................10

BAB II. KAJIAN TEORITIS


A. Kajian Teoritis...............................................................................................11
2.1. Hakikat Pendidikan Jasmani...............................................................11
2.2. Hakikat Kebugaran Jasmani....................................................................... 13
2.3. Karakteristik Siswa SMA...................................................................25
2.4. Hakikat Kegiatan Ekstrakurikuler......................................................27
2.5. Hakikat Latihan..................................................................................29
2.6. Hakikat Latihan Sirkuit......................................................................31
2.7. Hakikat Latihan Beban.......................................................................35
2.8. Hakikat Permainan Futsal...................................................................38
B. Penelitian Yang Relevan...............................................................................47
C. Kerangka Berpikir.........................................................................................47
D. Hipotesis .......................................................................................................49

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

v
3.1.Lokasi Dan Waktu Penelitian....................................................................50
3.1.1 Lokasi Penelitian...........................................................................50
3.1.2 Waktu Penelitian...........................................................................50

3.2.Populasi Dan Sampel.................................................................................50


3.2.1. Populasi.........................................................................................50
3.2.2. Sampel...........................................................................................50
3.3.Metode Penelitian......................................................................................51
3.4.Desain Penelitian.......................................................................................51
3.5.Defenisi Operasional Variabel Penelitian.................................................53
3.6.Instrumen Penelitian..................................................................................54
3.7.Teknik Analisis Data.................................................................................56
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian.........................................................................................59
4.1.1.Deskripsi Data Penelitian.................................................................59
4.1.2.Rekap Hasil Tes TKJI......................................................................64
4.1.3.Rangkuman Perbandingan Nilai Mean.............................................65
4.2.Hasil Analisis Data Penelitian...................................................................67
4.4.1. Uji Normalitas.................................................................................67
4.4.2. Uji Homogenitas..............................................................................68
4.4.3. Uji Hipotesis....................................................................................68
4.3.Pembahasan..............................................................................................72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan.................................................................................................75
5.2.Saran...........................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................77
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................80

vi
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Lari 60 Meter......................................4


Tabel 1.2. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Gantung Angkat Tubuh.......................5
Tabel 1.3. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Baring Duduk.....................................5
Tabel 1.4. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Loncat Tegak.......................................6
Tabel 1.5. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Lari 1200 Meter...................................6
Tabel 1.3. Nilai TKJI.............................................................................................7
Tabel 3.4.1. Desain Penelitian.............................................................................52
Table 3.4.2. Desain Matching Pairing................................................................52
Tabel 3.6.1 Nilai TKJI (Untuk Putra Usia 16-19 Tahun)......................................56
Tabel 3.6.2 Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Putra......................56

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1: Program Latihan Circuit Training....................................................81

Lampiran 2: Program Latihan Beban....................................................................88

Lampiran 3: Hasil Pengolahan Data....................................................................96

Lampiran 4: Dokumentasi...................................................................................103

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang didalam melangsungkan


l l l l l l l l l l l

kehidupannya, agar seseorang dapat mengerti akan hakekat dan martabatnya sendiri.
l l l l l l l l

Pendidikan mempunyai maksud untuk mengembangkan segala potensi seseorang yang


l l l l l l l l l l l l

sudah diberikan langsung oleh sang pencipta sejak dilahirkan. Melalui proses
l l l l l l l l l

pendidikan dapat dikembangkan suatu keadaan yang seimbang antara aspek sosial dan
l l l l l l l

aspek individu. l l

Seperti yang tertera didalam UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha
l l l l l l l l l

dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar l l l l l l l l l l l l

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
l l l l l l l l l l l

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta


l l l l l l l l l

keterampilan, yang diperlukan dirinya, masyarakat dan Negara.


l l l l l

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Bab 2 pasal 3


l l l l l l

menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi


l l l l l l l l l l l

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
l l l l l l l l

Maha Esa, berakhalak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
l l l l l l l l

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan dianggap sebagai


l l l l l l l

alternative yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa
l l l l l l l l l l l l

yang lebih baik. l

Salah satu materi pendidikan yang diterapkan disekolah adalah Pendidikan l l l l l l

Jasmani. Menurut Depdiknas (2003:2) Pendidikan Jasmani adalah suatu proses l l l l l l l l

1
2

pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan


l l l l l l l l l l

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif me lalui
l l l l l l l l l l

kegiatan jasmani. Lingkungan belajar diatur secara seksama. Untuk meningkatkan


l l l l l l l l l

pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan


l l l l l l l l

afektif terhadap siswa. Pendidikan jasmani jika diselenggarakan dengan mematuhi


l l l l l l l l

kaidah-kaidah pedagogi, dapat memberikan dampak yang sangat besar bagi l l l l

perkembangan peserta didik secara menyeluruh, yang berkembang bukan hanya aspek
l l l l l l l l l l l l l

keterampilan dan kebugaran jasmaninya, akan tetapi aspek yang lain yang sangat
l l l l l l

penting bagi sosok manusia seutuhnya, yakni perkembangan pengetahuan dan


l l l l l l l l l l

penalaran, perkembangan intelegensi, emosianal dan sifat-sifat lainnya yang membuat


l l l l l l l l l

karakter seseorang menjadi tangguh. Hal ini juga perlu pada siswa SMA yang menjadi
l l l l l l l l l

bagian dari Pendidikan di sekolah. l l

Sekolah Menengah Atas adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan


l l l l l l l l

formal di Indonesia yang dilaksanakan setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama l l l l l l l l l

(SMP) atau sederajat. Bagi siswa SMA kesegaran jasmani sangat penting untuk l l l l l l l l

menjaga kondisi tubuh tetap baik pada saat belajar maupun diluar sekolah. Masa remaja
l l l l l l l l l l

merupakan masa dimana sedang tumbuh dan berkembang. Pembelajaran pendidikan


l l l l l l l l l l

jasmani olahraga dan kesehatan disekolah diselenggarakan dengan frekuensi seminggu l l l l l l l l l l l

sekali dengan lama 40 x 3 jam pelajaran sekolah atau selama 120 menit, secara fisiologi
l l l l l l l l

kurang merangsang pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh anak. Oleh


l l l l l l l l l l

karena itu dalam upaya membantu dalam meningkatkan pertumbuhan dan


l l l l l l l l l

perkembangan, memperdalam dan memperluas pengetahuan, membentuk nilai-nilai


l l l l l l l l l l l l l

kepribadian serta memunculkan dan membina bakat siswa, diselenggarakan kegiatan


l l l l l l l l l

ekstrakurikuler atau pengembangan diri disekolah.


l l l l l l l l
3

Futsal merupakan permainan bola besar yang popular dikalangan masyarakat


l l l l l l

dimana olahraga ini dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan lima l l l

orang. Futsal mirip dengan permainan sepakbola, tujuannya sama memasukkan bola ke
l l l l l l l l l

gawang lawan dengan kaki ataupun kepala. l l l l

Menurut Murhanto (2006:6) “Futsal adalah kata yang digunakan secara


l l l l l l l

internasional untuk permainan sepakbola dalam ruangan. Kata itu berasal dari kata
l l l l l l l l

Futbol atau Futebol (dari bahasa Spanyol atau Portugal yang berarti permainan
l l l l l l l l

sepakbola)”. l

Kegiatan ekstrakurikuler futsal merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang paling


l l l l l l l l l l l l l

banyak diminati oleh siswa di SMA Negeri 11 Medan. Oleh karena itu pihak sekolah l l l l l l l l

lebih mengembangkan bakat dan minat yang ada pada siswa dengan mengadakan
l l l l l

kegiatan ekstrakurikuler futsal. Kegiatan ekstrakurikuler futsal dilaksanakan di lapangan


l l l l l l l l l l l l

sekolah SMA Negeri 11 Medan. Program latihan yang dapat diberikan dalam kegiatan
l l l l l l

ekstrakurikuler futsal yaitu meliputi latihan fisik, latihan teknik, dan latihan taktik.
l l l l l l l l l

Apabila kegiatan ekstrakurikuler futsal dapat dilaksanakan dengan baik, benar, terarah,
l l l l l l l l l

terencana, dan berkesinambungan diharapkan dapat mendukung kegiatan dalam


l l l l l l l l l

peningkatan l kesegaran l l jasmani siswa. Keberhasilan l l pelaksanaan


l kegiatan l

ekstrakurikuler futsal tentu juga harus didukung oleh beberapa faktor diantaranya
l l l l l l l l l l l l l l

tersedianya alat dan fasilitas yang memadai.


l l l

Kegiatan ekstrakurikuler futsal juga banyak memiliki kendala diantaranya


l l l l l l l l l

alokasi waktu latihan yang hanya 2 kali pertemuan perminggu, tidak memungkinkan l l l l l l l l

untuk mengharapkan siswa mampu menguasai keterampilan dan teknik dasar yang
l l l l l l l l l

diberikan. Secara utuh untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik perlu latihan
l l l l l l l l l l l l l

yang terprogram, teratur dan terukur. Kondisi yang hanya 2 kali pertemuan tersebut,
l l l l l l l l l l l l
4

masih perlu dan butuh latihan untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik pada
l l l l l l l l l l l

siswa.

Peneliti melakukan pengamatan dan observasi di Sekolah SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l l l

Dari pengamatan dan observasi peneliti di lokasi latihan yaitu dilapangan futsal SMA
l l l l l l

Negeri 11 Medan pada tanggal 11 Februari 2023. Saat dilakukan latihan, Peneliti
l l l l l l l l

menemukan banyak siswa yang mengalami kelelahan berlebih saat dalam latihan.
l l l l l l l l

Peneliti juga melakukan wawancara kepada pelatih/pembina Ekstrakurikuler Futsal di


l l l l l l l l l l l l l

SMA Negeri 11 Medan. Pada saat pertandingan banyak siswa yang mengalami
l l l l l

kelelahan berlebih saat bertanding. Siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11


l l l l l

Medan telah banyak mengikuti kejuaran futsal yang ada di kota medan ini diantaranya

Piala Kapoldasu antar SMA, Piala Gubernur, Gerakan Anti Narkoba, Piala Panca Budi

dan Piala NII.

Peneliti juga melakukan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) yang dilakukan
l l l l l l l l l l

dilapangan sekolah pada jadwal latihan, bahwasannya daya tahan paru siswa l l

Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan masih dalam kategori rata-rata sangat
l l l l l l l l l

kurang. Berikut adalah hasil tes kebugaran jasmani yang dilaksanakan peneliti pada
l l l l l l l l

putra kategori Usia 16-19 tahun.


l l l l

Tabel 1.1. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Lari 60 Meter Siswa Ekstrakurikuler
Futsal di SMA Negeri 11 Medan.
NO NAMA USIA Lari 60 Meter KATEGORI NILAI l l l l

1 Dani 16 8’0 Detik Baik 4 l

2 Yeremia 16 8’6 Detik Sedang


l 3 l l l

3 Rahmat 16 8’9 Detik Sedang 3 l l

4 M. Naufal 17 8’5 Detik Sedang 3 l l l

5 Ahmad Fauzan 16 8’4 Detik Sedang 3 l l l

6 Evang Rei 17 l 9’0 Detik Sedang 3 l l l

7 Farel Viere 17 9’5 Detik Sedang 3 l l l l l

8 H. Daulay 16 9’7 Detik Kurang 2 l l l

9 Aris Kembare 17 8,7 Detik Sedang 3 l l l l

10 Safrizal 17 9’7 Detik Kurang 2 l l

11 M. Ade 16 10’1 Detik Kurang 2 l l l


5

12 Jona S 16 10’0 Detik l Kurangl 2

Tabel 1.1. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Gantung Angkat Tubuh Siswa
Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan.
NO NAMA USIA Gantung Angkat KATEGORI
l l NILAI l

Tubuh l l

1 Dani 16 10 Sedang 3 l

2 Yeremia
l l 16 7 Kurang 2 l

3 Rahmat 16 11 Sedang 3 l

4 M. Naufal l 17 9 Sedang 3 l

5 Ahmad Fauzan 16 9 l Sedang 3 l

6 Evang Rei
l 17 l 8 Kurang 2 l

7 Farel Viere
l 17 l l 6 Kurang 2 l

8 H. Daulay l 16 8 Kurang 2 l

9 Aris Kembare 17l 7 l Kurang 2 l

10 Safrizal 17 7 Kurang 2 l

11 M. Ade l 16 8 Kurang 2 l

12 Jona S 16 5 Kurang 2 l

Tabel 1.1. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Baring Duduk Siswa Ekstrakurikuler
Futsal di SMA Negeri 11 Medan.
NO NAMA USIA Baring Duduk lKATEGORI NILAI l l l

1 Dani 16 27 Sedang 3 l

2 Yeremia
l l 16 24 Sedang 3 l

3 Rahmat 16 25 Sedang 3 l

4 M. Naufal l 17 20 Kurang 2 l

5 Ahmad Fauzan 16 18 l Kurang 2 l

6 Evang Rei
l 17 l 22 Sedang 3 l

7 Farel Viere
l 17 l l19 Kurang 2 l

8 H. Daulay l 16 21 Sedang 3 l

9 Aris Kembare 17
l 20 l Kurang 2 l

10 Safrizal 17 21 Sedang 3 l

11 M. Ade l 16 17 Kurang 2 l

12 Jona S 16 16 Kurang 2 l
6

Tabel 1.1. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Loncat Tegak Siswa Ekstrakurikuler
Futsal di SMA Negeri 11 Medan.
NO NAMA USIA Loncat Tegak KATEGORI NILAI l l l

1 Dani 16 55 Sedang 3 l

2 Yeremia l 16 l 52 Sedang 3 l

3 Rahmat 16 50 Sedang 3 l

4 M. Naufal 17 52
l Sedang 3 l

5 Ahmad Fauzan 16 40 Kurang 2 l l

6 Evang Rei
l 17 50 Sedang
l 3 l

7 Farel Viere l17 40 Kurang


l l 2 l

8 H. Daulay 16 l 50 Sedang 3 l

9 Aris Kembare 17 39 l Kurang 2 l l

10 Safrizal 17 47 Kurang 2 l

11 M. Ade 16 45
l Kurang 2 l

12 Jona S 16 42 Kurang 2 l

Tabel 1.1. Hasil Tes Kebugaran Jasmani Lari 1200 Meter Siswa Ekstrakurikuler
Futsal di SMA Negeri 11 Medan.
NO NAMA USIA Lari 1200 KATEGORI NILAI l l

Meter l l

1 Dani 16 5’15 Menit Kurang 2 l l

2 Yeremia l 16l 5’08 Menit Sedang 3 l l

3 Rahmat 16 6’13 Menit Kurang 2 l l

4 M. Naufal 17 5’11 Menit


l Sedang 3 l l

5 Ahmad Fauzan 16 5’54 Menit Kurang 2


l l l

6 Evang Rei
l 17 6’39 Menit Kurang Sekali
l 1 l l l

7 Farel Viere l 17 5’07 Menit lSedang l 3 l l

8 H. Daulay 16 5’16 Menit


l Kurang 2 l l

9 Aris Kembare 17 5’62 Menit


l Kurang 2 l l l

10 Safrizal 17 6’40 Menit Kurang Sekali 1 l l l

11 M. Ade 16 6’52 Menit


l Kurang Sekali 1 l l l

12 Jona S 16 6’43 Menit Kurang Sekali 1 l l l

Berdasarkan hasil observasi dan tes pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
l l l l l l l l l l

pada hari Sabtu 11 Februari 2023 yang bertepatan dengan jadwal latihan ekstrakurikuler
l l l l l l l l l l

futsal dengan menggunakan Tes Pengukuran Jasmani Indonesia dalam TKJI menurut
l l l l l l l l l l l l

(Agung Sunarno 2017:93). Pada tes lari 60 Meter diketahui 1 orang berada pada
l l l l l l l l
7

kategori baik, 7 orang berada pada kategori sedang dan 4 orang berada pada kategori
l l l l l l

kurang. Pada tes gantung angkat tubuh diketahui 4 orang berada pada kategori sedang
l l l l l l l l l l

dan 8 orang pada kategori kurang. Pada tes baring duduk diketahui 6 orang berada pada
l l l l l l l l

kategori sedang dan 6 orang berada pada kategori kurang. Pada tes loncat tegak
l l l l l l l

diketahui 6 orang berada pada kategori sedang dan 6 orang berada pada kategori
l l l l l l l

kurang. Pada tes lari 1200 Meter diketahui 3 orang berada pada kategori sedang, 5 orang
l l l l l l l l l

pada kategori kurang dan 4 orang berada pada kategori kurang sekali. Hal ini dapat
l l l l l l

disebabkan karena kurangnya program latihan yang diberikan guru maupun pelatih
l l l l l l l l l

kepada siswa. Adapun tabel nilai dan norma Kesegaran Jasmani Indonesia sebagai
l l l l l l l

berikut:
l l

Tabel 1.3. Nilai TKJI (Untuk Putra Usia 16 -19 Tahun)

Lari 60 Gantung Baring Loncat Lari 1200 Nilai


meter angkat tubuh duduk tegak meter

S.d – 7,2” 19 – ke atas l 41 – ke atas l 73 – keatas l s.d –3’14” 5

7.3” – 8,3” 14 – 18 30 – 40 60 – 72 3’15” – 4’25” 4

8,4” – 9,6” 09 – 13 21 – 29 50 – 59 4’26” – 5’12” 3

9,7” –11,0” 05 – 08 10 – 20 39 – 49 5’13” – 6’33” 2

11,01”- dst 00 – 04 00 – 09 0 – 39 6’33” – dst 1


Agung Sunarno (2017:93)

Berdasarkan
l permasalahan l tersebut, l l l peneliti l l merencanakanl l perbaikan
l

permasalahan dengan menerapkan beberapa bentuk latihan diantaranya: Latihan Circuit


l l l l l l l l l

Training dan Latihan Beban. Dalam hal ini peneliti akan membuat program latihan l l l l l

dengan membagi dua kelompok dimana satu kelompok akan melakukan program
l l l l l l l l

latihan circuit training dan satu kelompok lagi akan melakukan program latihan beban.
l l l l l l
8

Berdasarkan dari hasil uraian diatas peneliti ingin membuktikan didalam suatu
l l l l l l l l

penelitian ilmiah apakah ada perbedaan hasil untuk meningkatkan kebugaran jasmani
l l l l l l l l l

siswa ekstrakurikuler futsal melalui perbedaan latihan circuit training dan latihan
l l l l l l l l l l

beban, sehingga hal tersebut bukan hanya sekedar teori dan merupakan hal yang nyata
l l l l l l l l l l l

karena harus dibuktikan kebenarannya sehingga berguna disaat bermain didalam


l l l l l l l l l

permainan futsal. Hal ini yang melatar belakangi peneliti mengambil judul “Perbedaan
l l l l l l l l l

Pengaruh Latihan Circuit Training dan Latihan Beban Terhadap Kebugaran

Jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah maka dapatlah dibuat suatu gambaran
l l l l l

tentang permasalahan yang dihadapi. Dalam penelitian ini masalah yang diteliti dapat
l l l l l

diidentifikasi sebagi berikut :


l l l l

1. Faktor-faktor apa saja yang mendukung peningkatan kebugaran jasmani pada l l l l l l

siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l

2. Apakah latihan circuit training dapat meningkatkan kebugaran jasmani pada l l l l

siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l

3. Apakah latihan beban dapat meningkatkan kebugaran jasmani pada siswa l l l l

ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l

4. Apakah ada perbedaan latihan circuit training dan latihan beban terhadap l l l l l

peningkatan kebugaran jasmani pada siswa ekstrakurikuler futsal di SMA


l l l l l l l l

Negeri 11 Medan. l l l
9

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka
l l l l l

peneliti memfokuskan masalah penelitian agar penelitian lebih terarah dalam


l l l l l l l l l l

pengkajiannya. Adapun batasan masalah yang akan diteliti adalah “Perbedaan


l l l

Pengaruh Latihan Circuit Training Dan Latihan Beban Terhadap Kebugaran

Jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan.”

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan pada latar belakang masalah dan


l l l l l l

identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai


l l l l l l

berikut:
l l

1. Apakah ada pengaruh latihan Circuit Training terhadap kebugaran jasmani l l l l l l

siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan?


l l l l l l l l

2. Apakah ada pengaruh Latihan Beban terhadap kebugaran jasmani siswa l l l l l l

ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan?


l l l l l l l l

3. Apakah ada perbedaan pengaruh antara latihan Circuit Training dan Latihan l l l l l

Beban terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri


l l l l l l l l l l l

11 Medan? l

1.5. Tujuan Penelitian

Penentuan tujuan penelitian adalah hal yang sangat mendasar sehingga kegiatan
l l l l l l l l l l

penelitian yang dilakukan akan lebih terarah dan akan memberikan gambaran terhadap
l l l l l l l l

penelitian yang akan dilakukan. Adapun tujuan penelitian yang dimaksud adalah :
l l l l l l l l l

1. Untuk mengetahui pengaruh latihan Circuit Training terhadap kebugaran


l l l l l l l l l l l
10

jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan. l l l l l l l l

2. Untuk mengetahui pengaruh Latihan Beban terhadap kebugaran jasmani siswa


l l l l l l l l l l l

ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan Circuit Training dan


l l l l l l l l l l

Latihan Beban terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA


l l l l l l l l l

Negeri 11 Medan. l l l

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :


l l l l l

1. Memberikan informasi ada tidaknya pengaruh latihan Circuit Training terhadap


l l l l l l

kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l l l

2. Memberikan informasi ada tidaknya pengaruh Latihan Beban terhadap


l l l l l l

kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l l l

3. Untuk mengetahui mana yang lebih baik antara latihan Circuit Training dan
l l l l l l l

Latihan Beban terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA


l l l l l l l l l

Negeri 11 Medan. l l l

4. Untuk memperkaya ilmu pengetahuan cabang olahraga Futsal bagi mahasiswa


l l l l l l l l l

Fakultas Ilmu Keolahragaan. l l l

5. Sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian.


l l l l l l l l
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teoritis

2.1. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran yang didesain


l l l l l l l

untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan


l l l l l l l l l

motorik, pengetahuan dan perilaku hidup aktif, dan sikap sportif melalui
l l l l l l l l

kegiatan jasmani. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk


l l l l l l l l

meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani,


l l l l l l l l l

psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pengalaman belajar yang l l l l

disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak l l l l l l l l l

dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. l l l l l l l l

Pengalaman tersebut dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan


l l l l l l l l

berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai
l l l l l l

pelaku, dan menghargai manfaat aktivitas jasmani bagi peningkatan kualitas


l l l l l

hidup seseorang, sehingga akan terbentuk jiwa spotif dan gaya hidup aktif.
l l l l l l l l

Manusia perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dan resep latihan yang
l l l l l l l l

benar. Olahraga merupakan bentuk lanjut dari bermain dan merupakan bagian
l l l l l l l l l

yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian manusia, agar manusia dapat
l l l l l l l

melaksanakan kegiatan olahraga dengan benar, perlu dibekali dengan


l l l l l l l l

pengetahuan dan keterampilan olahraga yang memadai. Pendidikan jasmani


l l l l l l l

diyakini dapat memberikan kesempatan yang memadai bagi siswa untuk l l l l l l l

berpatisipasi dalam kegiatan olahraga.


l l

11
12

Menurut Husdarta (dalam Ahmad Fauzan Amin 2017: 9) “Pendidikan


l l l l l l

jasmani bukan semata-mata berurusan tentang pembentuk badan, tetapi l l l l l l l l l l

dengan manusia seutuhnya”. Melalui pendidikan jasmani yang teratur,


l l l l l l l l l l

terencana, terarah dan terbimbing diharapkan dapat tercapai seperagkat tujuan


l l l l l l l l l

yang meliputi l l pembetukan l l l dan pembinaan l bagi pertumbuhan l l l dan

perkembangan jasmani dan rohani. Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan


l l l l l l l

di sekolah baik ditingkat SD, SMP dan SMA antara lain untuk meningkatkan
l l l l

kesegaran jasmani. Pendidikan jasmani merupakan suatu bidang studi yang


l l l l l l l l

tidak dapat dipisahkan dari bidang studi lain dalam proses pendidikan secara l l l l

keseluruhan. Hal ini terbukti dengan adanya mata pelajaran pendidikan


l l l l l l l l l

jasmani dari mulai tingkat dasar sampai dengan sekolah tingkat lanjutan dan l l l l

juga disertai pula penyempurnaan kurikulum pendidikan jasmani semakin


l l l l l l l l l l l

baik. Pendidikan jasmani sangat penting diberikan di sekolah dalam rangka


l l l l

meningkatkan kemampuan siswa melalui pemberian proses pembelajaran


l l l l l l l l l l

keterampilan gerak guna mencapai peningkatan kualitas pengetahuan,


l l l l l l l l l l

keterampilan, dan sikap. Tujuan pendidikan jasmani diajarkan di sekolah


l l l l l l

sangat luas, maka tidak mungkin tercapai tujuan-tujuan tersebut jika dalam l l l l l l l l l l

proses pembelajaran pendidikan jasmani tidak dilakukan secara terencana,


l l l l l l l l

sistematis, terukur, menggunakan alat yang tepat dan metode pembelajaran


l l l l l l l l l l l

yang tepat untuk pendidikan jasmani. l l l l

Menurut Achmad Paturusi (2012: 4) “Arti pendidikan jasmani secara umum


l l l l l l l l l

dapat di definisikan sebagai berikut: Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan


l l l l l l l

melalui aktivitas jasmani dan permainan yang terpilih untuk mencapai tujuan
l l l l l l l l l

pendidikan”. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aktivitas fisik ataupun fisikis
l l l l l l l
13

dalam suatu pembelajaran yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas
l l l l l l l l l l l

kesehatan siswa setelah pembelajaran. Dari pengertian ini, mengukuhkan bahwa


l l l l l l l l l l l

pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum.


l l l l l l l

Menurut Dini Rosdiani (2015: 1) bahwa “Pendidikan jasmani adalah proses


l l l l l

pendidikan melalui penyediaan pengalaman belajar kepada siswa berupa aktivitas


l l l l l l l l l l

jasmani, bermain dan berolahraga yang direncanakan secara sistematik guna l l l l l l

merangsang pertumbuhan dan perkembangan fisik, keterampilan, motorik, keterampilan


l l l l l l l l l l

berfikir, emosional, sosial, dan moral, pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
l l l l l l l

untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktip sepanjang hayat”.
l l l l l l l l l l l

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa


l l l l

“Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dipilih
l l l l l

untuk mencapai tujuan pendidikan, alat yang digunakan untuk mendidik”. Dapat di
l l l l l l l l l l

definisikan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari


l l l l l

pendidikan umum, karena diharapkan dalam pendidikan jasmani perkembangan


l l l l l l l

motorik, perkembangan afektif dan perkembangan kognitif anak dapat berjalan dengan
l l l l l l l

seimbang.
l

2.2. Hakikat Kebugaran Jasmani

2.2.1. Pengertian Kebugaran Jasmani

Istilah kebugaran l l jasmani (physical fitness) l sering l dibicarakan bila

mendiskusikan tentang aktivitas fisik. Kebugaran fisik atau lazim disebut kesegaran
l l l l l l l l l l

jasmani mengandung makna kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan l l l l l l l l l l

penyesuaian terhadap pembebanan fisik yang diberikan tanpa menimbulkan kelelahan


l l l l l l l l l l l

yang berlebihan. l l
14

Kebugaran jasmani disebut juga kesegaran jasmani atau kesemaptaan


l l l l l l l l l l

jasmani. Menurut Kamus Besar Indonesia (2001) kebugaran adalah sehat dan segar, l l l l l l l l l l

kesegaran; sedangkan jasmani adalah tubuh, atau badan. Sedangkan menurut


l l l l l l l l l l

Departemen Kesehatan RI (1994:1) Kebugaran jasmani atau kesegaran jasmani adalah,


l l l l l l l l l l

kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa


l l l l l l l l l l l l l l

menimbulkan kelelahan yang berarti. Bebas dari penyakit belum berarti tingkat
l l l l l l l l l l

kebugaran jasmaninya baik. Oktian (2016) menjelaskan bahwa “Kebugaran jasmani


l l l l l l

memiliki 4 komponen dasar yaitu daya tahan jantung dan paru (kardiopulmonal),
l l l l l l

kekuatan dan daya tahan otot, kelenturan serta komposisi tubuh”.


l l l l l l l l

Kebugaran jasmani adalah kondisi dimana seseorang dapat beraktivitas secara


l l l l l l

maksimal tanpa mengalami kelelahan yang begitu berarti (Kurnianto 2015). Kebugaran l l l l l l l l l

jasmani merupakan salah satu faktor penting bagi peserta didik untuk melakukan l l l l l l l l l l

aktivitas fisik dan olahraga serta berdampak positif untuk perkembangan kognitif, l l l l l l

psikomotor, dan afektif (Suhartoyo et al. 2019). Dengan pengelolaan pembelajaran yang l l l l l l l l

baik nantinya akan meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik sesuai dengan salah l l l l l l l l

satu tujuan penjas (Darmawan, 2017).


l l l l

Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas


l l l l l l l l l l l l l

pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Ibrahim,


l l l l l l l l l

2019:65). Menurut pendapat Karpovich dalam Sudarno (1992:2) menyatakan l l l l l l

“kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan fisik


l l l l l l l l l l l

tertentu yang sesuai dengan bidang tugasnya yang memerlukan usaha otot”.
l l l l l l l l l l l

Menurut Azizil Fikri (2017), kebugaran jasmani meliputi keadaan sehat jasmani
l l l l l l l l l

dan kemampuan kerja secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Dengan
l l l l l l l l l l l l

demikian, kebugaran jasmani merupakan modal utama dalam melaksanakan pekerjaan


l l l l l l l l l
15

sehari-hari sesuai kebutuhan. Artinya kebugaran jasmani merupakan cermin dari


l l l l l l l l l l l

kemampuan fungsi sistem dalam tubuh yang dapat mewujudkan peningkatan kualitas
l l l l l l l l l l l

hidup dalam setiap aktifitas fisik.


l l

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kebugaran jasmani di atas, maka


l l l l l l l l

dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh atau kebugaran l l l l l l l l l l

fisik seseorang yang memiliki kekuatan dan daya tahan tubuh, baik untuk
l l l l l l l l l

melakukan tugas serta pekerjaan sehari-hari dengan mudah atau secara efisien dan
l l l l l l l l l l l l l

efektif tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Serta masih mempunyai sisa atau
l l l l l l l l l l l

cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas selanjutnya. l l l l l l l

2.2.2. Komponen Kebugaran Jasmani

Kebugaran Jasmani merupakan pengertian yang kompleks. Maka baru dapat


l l l l l l l l

dipahami jika mengetahui tentang komponen-komponen kebugaran jasmani yang saling l l l l l l l l

berkait antara yang satu dengan yang lain. Masing-masing komponen memiliki ciri-ciri
l l l l l

sendiri yang berfungsi pokok dalam kebugaran jasmaninya yang baik, maka status
l l l l l l

setiap komponennya harus dalam keadaan baik pula.


l l l l l

Menurut Tanja (2010), Pelatihan kebugaran fisik dapat dibagi menjadi empat
l l l l l l l l

komponen utama yang memungkinkan keragaman pelatihan yang diperlukan untuk


l l l l l l l l l l

menyelesaikan tugas misi: daya tahan, mobilitas, kekuatan dan fleksibilitas.


l l l l l l l

Kebugaran Jasmani dapat dibagi dalam dua aspek yaitu: 1) kebugaran jasmani
l l l l l l l

yang berhubungan dengan kesehatan, 2) kebugaran jasmani yang berhubungan dengan


l l l l l l l l l l l l

keterampilan (prestasi). Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan


l l l l l l l l l l l

meliputi: a) Daya tahan jantung dan paru-paru, b) kekuatan otot, c) fleksibilitas, d)


l l l l l l l l

komposisi tubuh. l l Sedangkan l kebugaranl l jasmani yang berhubungan l l l dengan l

keterampilan (prestasi) meliputi: a) kecepatan, b) power, c) keseimbangan, d)


l l l l l l l l l l
16

kelincahan, e) koordinasi dan f) kecepatan reaksi. (Nurhasan, 2001:132). Kebugaran


l l l l l l l l

jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, meliputi: l l l l l l l l

a) Daya Tahan Jantung dan Paru-Paru l l l

Daya tahan jantung-paru adalah kemampuan jantung-paru mensuplai oksigen l l l l l l l l l

untuk kerja otot jangka waktu yang lama (Menurut Djoko Pekik Irianto 2004: 4).
l l l l l l l l

Seseorang yang memiliki daya tahan jantung-paru baik, tidak akan cepat kelelahan
l l l l l l l l

setelah melakukan serangkaian kerja


l l l l l l

Menurut Harsono (2018:11) "daya tahan jantung dan paru-paru adalah keadaan
l l l l l l l

atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja atau berlatih dalam waktu yang lama,
l l l l l l l l l l l

tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan pekerjaan atau


l l l l l l l l l l l l l

latihan tersebut". Lebih lanjut Harsono (2018:15) "Mengemukakan bahwa untuk l l l l l l l l l l

melatih daya tahan jantung dan paru-paru ada dua sistem yang digunakan yaitu: Fartlek
l l l l l l l l l

(dimulai dengan lari lambat-lambat kemudian divariasikan dengan sprint-sprint pendek


l l l l l l l

yang intensif dan dengan lari jarak menengah dengan kecepatan yang konstan yang
l l l l l l l

cukup tinggi), dan Interval Training (latihan yang diselingi dengan interval-interval
l l l l l l l

yang berupa masa-masa istirahat)". Latihan untuk meningkatkan daya tahan jantung dan
l l l l l l

pernafasan ialah latihan yang berlangsung lama seperti lari jarak jauh, renang jarak jauh,
l l l l l l l l

cross country atau lari lintas alam, interval training, fartlek, atau bentuk latihan yang
l l l l l l l

bersifat memaksa tubuh kita untuk bekerja dengan waktu yang lama (Zulbahri, 2019).
l l l l l l l l l l l

b) Kekuatan Daya Tahan Otot


l l

Harsono (2018:61), mengatakan bahwa kekuatan otot adalah "Kemampuan otot l l l l l

untuk menggunakan tenaga maksimal atau mendekati maksimal untuk mengangkat


l l l l l l l l l l l

beban menggunakan kekuatan tidak perlu maksimal dalam jangka waktu tertentu".
l l l l l l l l l l l
17

Otot juga dapat memberi kesan bahwa tubuh seseorang dapat menampilkan sikap
l l l l l l l l l

yang lebih baik, sel otot mampu membakar kalori yang lebih besar, bagi seseorang
l l l l l l l l

olahragawan, atlet atau siapa pun yang memiliki kekuatan dan daya tahan akan dapat l l l l l l

meningkatkan performa dan prestasi yang ada pada dirinya hanya saja me merlukan
l l l l l l

latihan-latihan yang cukup dan terprogram. Untuk meningkatkan kekuatan dan daya l l l l l l l l

tahan otot dapat dilakukan melalui latihan seperti: latihan beban, push-up untuk melatih l l l l l l l l l l l

otot lengan, sit-up melatih daya tahan otot perut, pull-up dan latihan beban lainnya dan
l l l l l l l l

harus diingat bahwa dalam melatih daya tahan yang penting diutamakan adalah jumlah
l l l l l

repetisi.
l l

Berdasarkan perbedaan pendapat di atas jelas bahwa kapasitas jantung dan paru-
l l l l l l l

paru sangatlah penting untuk menunjang kinerja otot dengan perannya mengambil
l l l l l l l l l l

oksigen dan menyalurkan ke seluruh jaringan otot yang sedang aktif sehingga dapat
l l l l l l l l l

digunakan untuk proses metabolisme tubuh.


l l l l l l l l

c) Kelenturan/Fleksibiltas l l l l

Harsono (2018:35), mengatakan bahwa kelenturan adalah "Kemampuan untuk l l l l l l l l

melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Selain oleh ruang gerak sendi, kelentukan
l l l l l l l l l l l l l l

juga ditentukan oleh elastis tidaknya oto-otot, tendon, dan ligamen di sekitar sendinya".
l l l l l l l l l

Selanjutnya
l l menurut l l l Wahjoedi l (2002:60), mengemukakan l l l kelenturan
l l l adalah

"kemampuan tubuh untuk gerakan melalui ruang gerak sendi atau ruang gerak tubub
l l l l l l l l l l l l l l l l l

secara maksimal".
l

Terkait dengan kesehatan maka kelenturan merupakan salah satu parameter atau
l l l l l l l l l l l l l

tolak ukut kesembuhan akibat cedera dan penyakit sistem musculus skeletal, kelenturan
l l l l l l l l l l l l l l l l l

juga dapat menghaluskan gerakan manusia, memperbaiki keterampilan gerak,


l l l l l l l l l l

mengurangi cidera-cidera dan yang penting adalah meningkatkan kebebasan dari


l l l l l l l l
18

gerakan yang baik. Kelenturan yang baik juga akan memudahkan seseorang untuk
l l l l l l l l l l l

mendapat hasil kerja yang baik karena hilangnya kelakuan yang memungkinkan
l l l l l l l

mempersulit gerakan. l l l l

d) Komposisi Tubuh l l

Menurut Harsono (2018:134), "Komposisi tubuh adalah persentase lemak


l l l l l l l l l

tubuh, dari berat badan tanpa lemak (Otot, tulang rawan dan organ vital)". Karena
l l l l l l

lemak merupakan bagian daripada tubuh yang dapat memberikan andil pada keindahan
l l l l l l l l

bentuk tubuh bila jumlahnya tepat dan sesuai dengan jumlah dan letaknya. Oleh karena
l l l l l l l l l l l l l

itu persentase lemak haruslah kita ketahui degan cara melakukan pengukuran dengan
l l l l l l l l l l l l l l l

alat Schinfold Caliper dibagian-bagian tertentu seperti triceps, sub scapula dan l l l l l l l l l

suprailiaka.
l

Persentase lemak tubuh biasanya tergantung pada jenis kelamin, usia, keturunan
l l l l l l l l l l l l l l

dan aktivitas seseorang. Karena pada umumnya semakin usia menanjka akan semakin l l l l l l l l l

meningkat pula persenatse lemak, maka akan semakin baik kinerja seseorang. Ada
l l l l l l l l l l

beberapa fungsi lemak antara lain, yaitu:


l l l l l

1. Pelindung organ-organ bagian dalam tubuh l l l l

2. Membantu memberikan garis bentuk tubuh l l l l l l l l

3. Sebagai cadangan makanan l

Seseorang yang mempunyai badan yang besar atau terlihat berlebihan lemak
l l l l l l l l l l

pada tubuhnya sangatlah mempengaruhi ruang gerak yang ada pada dirinya, untuk itu
l l l l l l l l l l

hendaknya kita selalu menjaga komposisi tubuh kita agar seimbang yaitu melalui
l l l l l l l l l l

olahraga secara teratur dan terprogram. l l l l

Kebugaran l l jasmani yang berhubungan l l l dengan keterampilan (prestasi)


l l l l

meliputi: l l
19

a) Kecepatan l l

Menurut Harsono (2018:145), mengemukakan bahwa kecepatan adalah


l l l l l l l l

"Kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan- gerakan yang sejenis secara berturut-
l l l l l l l l l l l l l l l l

turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menenmpuh


l l l l l l l l l l l l

suatu jarak dalam waktu yang sangat cepat".


l l l l

Kecepatan bukan hanya berarti menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan
l l l l l l l l l l l l l

tetapi dapat pula terbatas pada menggerakkan anggota-anggota tubuh, seperti lengan,
l l l l l l l l l l

tungkai dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.


l l l

b) Power l

Menurut Harsono (2001:24), power adalah produk dari kekuatan dan kecepatan.
l l l l l l l l l

Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu
l l l l l l l l l l

yang amat singkat. Dapat diambil kesimpulan power adalah perpaduan antara kekuatan l l l l l l l

dan kecepatan yang dikerahkan secara maksimal dan dalam waktu yang amat singkat.
l l l l l

c) Kelincahan l

Menurut Harsono (2018:49), Kelincahan adalah "Kemampuan tubuh untuk


l l l l l l l l l l

mengubah arah secara tepat tanpa adanya gangguan keseimbangan atau kehilangan
l l l l l l l l l

keseimbangan". Dengan koordinasi dan kecepatan yang tinggi maka dengan sendirinya
l l l l l l l

seseorang akan memiliki kebugaran yang baik karena dalam komponen-komponen


l l l l l l l l

kelincahan memadukan semua unsur gerakan dan daya tahan tubuh.


l l l l l l l l l l

Berdasarkan penjelasan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa orang yang lincah
l l l l l l

adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh l l l l l l l l l l

dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan
l l l l l l l l l l

dan kesadaran akan posisi tubuhnya. l l l

d) Kesimbangan l
20

Menurut Harsono (2018:164), mengemukakan bahwa keseimbangan adalah


l l l l l l l l

"Kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi atau sikap tubuh secara tepat pada
l l l l l l l l l l l l l

saat melakukan gerakan". Karena pada dasarnya keseimbangan sangat diperlukan untuk
l l l l l l l l l l

selalu dapat mempertahankan postur dan kondisi tubuh baik pada saaat berjalan, duduk,
l l l l l l l l l l

atau melakukan aktivitas fisik lainnya dalam menyelesaikan tugas-tugas keseharian.


l l l l l l l l l l

e) Kecepatan Reaksi l l l

Menurut Harsono (2018:149), mengatakan "Kecepatan reaksi adalah waktu yang


l l l l l l l l

diperlukan untuk memberikaan respon kinetik setelah menerima suatu stimulus atau
l l l l l l l l l l l l l l l l l

rangsangan. Karena melalui rangsangan (stimulus), reaksi tersebut mendapat sumber l l l l l l l l l l l l

dari: pendengaran, pandangan (visual), rabaan maupun gabungan antara pendengaran l l l l l l l l

dan rabaan". Berdasarkan penjelasan diatas, jelas bahwa kecepatan reaksi sangatlah l l l l l l l

penting bagi setiap individu yang melakukan aktivitas kerja maupun kegiatan lainnya.
l l l l l l l l l

f) Koordinasi

Menurut Harsono (2018:159), mengatakan bahwa "Koordinasi adalah kemampuan


l l l l l l

biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan kecepatan, l l l l l l l

kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas dan sangat penting untuk mempelajari dan
l l l l l l l l

menyempurnakan teknik dan taktik". Baik tidaknya koordinasi gerak seseorang


l l l l l l l

tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat
l l l l l l l l l l l l l l l

dan efisien. Seseorang dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan
l l l l l l l l l

suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat mempelajari dan
l l l l l l l l l l l l l

menguasai suatu keterampilan yang masih baru atau asing baginya. Koordinasi sangat
l l l l l l l l

dibutuhkan seseorang berhubung akibat aktifitasnya yang hampir selalu berubah setiap
l l l l l l l l l l l l

jamnya karena aktifitas yang berbeda-beda juga. l l l l l

Berdasarkan uraian dan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa
l l l l
21

komponen kebugaran jasmani terdiri dari daya tahan jantung dan paru-paru,
l l l l l l l

kekuatan otot, fleksibilitas, komposisi tubuh, kecepatan, power, keseimbangan,


l l l l l l l l l l

kelincahan, koordinasi, kecepatan reaksi.


l l l l

Kebugaran
l l jasmani erat l hubunganya l l dengan
l tugas yang dilaksanakan
l

seseorang, dengan kemampuan usaha jasmani dan kebugaran kesehatan pribadinya


l l l l l l l l l l

sendiri. Kebugaran jasmani tidak perlu sama bagi setiap orang. Cukup kiranya
l l l l l l l l

apabila masing-masing dapat melakukan pekerjaannya dengan baik serta masih l l l l l l

tersedia pula cadangan untuk menghadapi keadaan yang tidak terduga yang
l l l l l l l l l

mungkin terjadi secara mendadak.


l l l l

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Jasmani

Menurut Erminawati (2009:3) Kebugaran jasmani jasmani pada umumnya


l l l l l l l l

dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
l l l l l l l l l

internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat
l l l l l l l l l l l

menetap misalnya genetik, umur, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal di
l l l l l l l l l l l

antaranya aktivitas fisik, istirahat, status gizi, dan dan suhu tubuh. l l l l l

A. Faktor Internal l

1) Faktor Genetik l l

Faktor genetik, yaitu sifat-sifat spesifik dalam tubuh seseorang dari sejak lahir. l l l l l l l l l

Pengaruh genetik terhadap kekuatan otot dan daya tahan otot pada u mumnya
l l l l l l l l l

berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri atas serat merah dan serat
l l l l l l l l l l

putih. l

2) Faktor Umur l l

Umur mempengaruhi hampir semua komponen kebugaran jasmani. Pada daya


l l l l l l l l l l

tahan kardiovaskuler ditemukan, sejak usia anak-anak sampai sekitar usia 20 tahun, l l l l l l l l l
22

daya tahan kardiovaskuler meningkat dan mencapai maksimal diusia 20-30 tahun. Daya l l l l l l

tahan tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya usia, namun
l l l l l l l l l l l

penurunan ini dapat berkurang, bila seseorang berolahraga teratur sejak dini.
l l l l l l l l l l l

3) Faktor Jenis Kelamin l l

Kebugaran jasmani antara pria dan wanita berbeda, karena adanya perbedaan
l l l l l l l

ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kardiovaskuler pada usia
l l l l l l l l l l l l

anak-anak, antara pria dan wanita tidak berbeda, namun setelah masa pubertas terdapat l l l l l l l l

perbedaan, karena wanita memiliki jaringan lemak yang lebih banyak dan kadar
l l l l l l

hemoglobin lebih rendah dibanding dengan pria.


l l l l

B. Faktor Eksternal l l

1) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi semua komponen kebugaran jasmani, latihan l l l l l l l l

yang bersifat aerobik yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan daya tahan
l l l l l l l

kardiovaskuler dan dapat mengurangi lemak tubuh. l l l l l l l

2) Istirahat

Istirahat diperlukan untuk memberikan recovery, sehingga dapat melakukan l l l l l l l l l l l

kerja sehari-hari dengan baik.


l l l

3) Status Gizi l

Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot
l l l l l l l l l l

berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuler.


l l l

4) Suhu Tubuh l l l l

Kontraksi otot akan lebih kuat dan cepat bila suhu otot sedikit lebih tinggi dari l l l l l l l

suhu normal tubuh. Pada pemanasan (Warming Up), reaksi kimia untuk kontraksi dan
l l l l l l l l l

relaksasi otot lebih cepat.


l l l
23

2.2.4. Manfaat Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani mempunyai banyak manfaat terutama untuk melakukan


l l l l l l l l l l

aktivitas sehari-hari. Tubuh yang mempunyai tingkat kesegaran jasmani yang baik
l l l l l l l

tidak akan mudah lelah sehingga aktivitas dapat dilakukan dengan baik tanpa ada l l l l l

hambatan. “Menjaga kebugaran jasmani dan daya tahan tubuh tentunya harus dilakukan l l l l l l l l l

dengan rutin berolahraga. Karena olahraga merupakan salah satu media fisik untuk
l l l l l l l l l l

membuat dan menjadikan kondisi kesehatan dari manusia menjadi lebih baik dan lebih
l l l l l l l l l

terjaga” (Rahadian, 2019).


l

Untuk meningkatkan fisik dan psikis seseorang kearah yang lebih baik lagi,
l l l l l l l

salah satu jalan terbaik adalah dengan melakukan olahraga secara teratur dan
l l l l l l l l

berkesinambungan. Dengan olahraga secara teratur dan berkesinambungan diharapkan


l l l l l l l l l l

akan mempengaruhi kondisi bahan seperti peningkatan dalam kekuatan, kelentukan dan
l l l l l l l l l l l

stamina, kecepatan reaksi serta pemulihan yang lebih cepat dari organ-organ tubuh
l l l l l l l l l l

setelah latihan. Apabila seseorang memiliki keadaan tubuh yang segar salah satu aspek
l l l l l l l l l l l

pokok yang tampak adalah keadaan penampilan jasmaninya. Pada orang yang l l

mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik tentu kita akan menjumpai seseorang
l l l l l l l l l l

yang memiliki tubuh yang fit dimana ketika melakukan berbagai aktifitas maka aktivitas
l l l l l l l

tersebut dilakukan dengan penuh energi.


l l l l l l l l l

Hasnan Said (1975:3) mengatakan "seseorang berada dalam keadaan fit, l l l l l

memiliki jasmani yag baik adalah orang-orang yang cukup mempunyai kekuatan
l l l l l l l

(strenght), kemampuan (ability), kesanggupan, daya kreasi dan daya untuk melakukan
l l l l l l l l l l

pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang begitu berarti".


l l l l l l l l l l l l

Kebugaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas-tugas


l l l l l l l l l l l l

dengan baik walaupun dalam keadaan sulit, dimana orang yang kebugaran jasmaninya
l l l l l l l
24

kurang tidak akan dapat melakukannya. Jadi dengan demikian dapat dikemukakan
l l l l l l l

bahwa komponen-komponen yang dapat mempengaruhi kebugaran jasmani, yaitu: (a)


l l l l l l l l

kondisi fisik setealah melakukan tugas-tugas yang diberikan tetap baik; (b) kemampuan
l l l l l l l l l l

atau kapasitas seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas sehari-hari; (c) kemampuan


l l l l l l l l l

untuk mengatasi situasi dalam keadaan sulit.


l l l l l l

Rusli lutan (2002:10) menyebutkan kebugaran jasmani akan mendatangkan


l l l l l l l l

manfaat, di antaranya:

1) Terbangunnya l l kekuatan l l dan daya tahan otot se perti kekuatan


l l l l

tulang, persendiam yang akan me ndukung performa baik dalam aktivitas


l l l l l l l

olahraga maupun non-olahraga. l l

2) Meningkatkan daya tahan aerobik


l l

3) Meningkatkan fleksibilitas
l l

4) Membakar kalori yang memungkinkan tubuh terhindar dari kegemukan


l l l l l l l l l

5) Mengurangi stres l l l

6) Meningkatkan gairah hidup


l l

Selanjutnya Rusli Lutan (2002:10) menyatakan bahwa keuntungan yang


l l l l l l l l

dapat dirasakan dari kesegaran jasmani adalah sebagai berikut: l l l l l

a) Hidup lebih sehat dan segar l l l l

b) Kesehatan fisik dan mental lebih baik


l l l l

c) Menurunkan bahaya penyakit jantung


l l l l l

d) Mengurangi resiko tekanan darah tinggi


l l l l

e) Mengurangi stres l l l

f) Otot lebih sehat dan kuat l l l


25

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kebugaran


l l l l l l

jasmani bermanfaat sebagai l l pembangun l l kekuatan l l dan daya tahan otot,

meningkatkan l daya aerobik,


l meningkatkanl fleksibilitas, membakar kalori,
l l

mengurangi stress serta meningkatkan gairah hidup. Penting bagi setiap


l l l l l l l l individu l

mempunyai tingkat kesegaran jasmani untuk dapat melakukan aktivitas hidup secara
l l l l l l l l l l

maksimal.

Tingkat kebugaran jasmani sangat penting bagi siswa yang berada di SMA l l l l

Negeri 11 Medan, terutama siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah,


l l l l l l l l l l l l l

mengingat mereka memiliki jadwal kegiatan-kegiatan yang begitu padat baik disekolah
l l l l l l l l l

maupun dilingkungan tempat mereka tinggal. Bagi siswa yang berada di SMA Negeri
l l l l l l l l l

11 Medan, kebugaran jasmani bermanfaat dalam melakukan aktivitas rutin sehari-


l l l l l l l l

harinya, dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, juga tingkat kebugaran jasmani l l l l l l l

akan mendukung proses belajar yang mereka lakukan disekolah. Anak-anak menjadi
l l l l l l l l l l

tidak mudah lelah dalam belajar, mempunyai konsentrasi yang tinggi dan semangat
l l l l l l l

yang baik dalam belajar. Kebugaran jasmani ini akan mendukung pencapaian prestasi l l l l l l l l

belajar mereka, khususnya prestasi pada cabang olahraga Futsal.


l l l l l l l

2.3. Karakteristik Siswa SMA

Menurut Sarwono (2007:27) Siswa adalah setiap orang yang resmi terdaftar
l l l l l l

untuk mengikuti pelajaran di dunia pendidikan. Siswa atau anak didik adalah salah satu
l l l l l l l l l

komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar,
l l l l l l l l

dalam proses belajar mengajar siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita memiliki
l l l l l l

tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Siswa akan menjadi faktor
l l l l l l l
26

penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai
l l l l l l l l l l l l l l l l

tujuan belajarnya.
l l l

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) secara umum berusia enam belas tahun
l l l l l l l l l l l

sampai dengan Sembilan belas tahun dan berapa pada tahap perkembangan remaja.
l l l l l l l l

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
l l l l l

masa dewasa yang mengandung perubahan besar pada kondisi fisik, kognitif dan
l l l l l l

psikososial. Piaget menyatakan bahwa siswa sekolah menengah atas berada pada tahap l l l l l l

perkembangan kognitif operasional formal (Papaliadkk, 2008:534).


l l l

Remaja sering berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.


l l l l l l l l l

Mereka berpikir tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia. Hal
l l l l l l l l l

inilah yang disebut oleh Santrock sebagai standar ideal remaja (siswa SMA). Pada tahap l l l l l l

ini, siswa mulai membandingkan kenyataan yang terjadi dengan standar idealnya (siswa l l l l l l

SMA) (Santrock, 2007:126).

Kemampuan berpikir dengan pendapat sendiri pada siswa ditahap ini belum
l l l l l l l l

disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya sehingga pandangan dan penilaian diri
l l l l l

sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya (Fatimah,
l l l l

2010:94).

Menurut Sukintaka dalam lanun (2007:19-20) karakteristik anak SMA umur 16-
l l l l l l l l

19 tahun antara lain : l

A. Psikis atau Mental l l

1. Banyak memikirkan dirinya sendiri. l l

2. Mental menjadi stabil dan matang. l l

3. Membutuhkan pengalaman dari segala segi. l l l l l l


27

4. Sangat senang terhadap hal-hal yang ideal dan senang sekali bila l l l l l

memutuskan masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, perkawinan,


l l l l l l l

pariwisata dan kepercayaan l l

B. Sosial

1. Sadar dan peka terhadap lawan jenis. l l l

2. Lebih bebas. l l

3. Berusaha lepas dari lindungan orang dewasa atau pendidik.


l l l l l l l

4. Senang pada perkembangan sosial.


l l l

5. Senang pada masalah kebebasan diri dan berpetualang.


l l l l l l

6. Sadar untuk berpenampilan dengan baik dan cara berpakaian rapi dan l l l l l l

baik.

7. Tidak senang dengan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh l l l l l l l

kedua orang tua. l l l

8. Pandangan kelompoknya sangat menentukan sikap pribadinya. l l l l

C. Perkembangan Motorik
l l

Anak akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan pada masa l l l l l l

dewasanya, keadaan tubuhnya pun akan menjadi lebih kuat dan lebih baik, maka
l l l l l l l l l

kemampuan motorik dan keadaan psikisnya juga telah siap menerima latihan-
l l l l l l l

latihan peningkatan ketrampilan gerak menuju prestasi olahraga yang lebih.


l l l l l l l l

Untuk itu mereka telah siap dilatih secara intensif di luar jam pelajaran. Bentuk
l l l l l l l l l l l l

penyajian pembelajaran sebaiknya dalam bentuk latihan dan tugas.


l l l l l l l

2.4. Hakikat Kegiatan Ekstrakurikuler

2.4.1. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler


28

Berdasarkan l SK Mendikbud l l No.060/U1993, l No.061/U/1993 l dan

No.080/U/1993, Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan di luar jam


l l l l l l l l l

pelajaran yang tercantum dalam susunan program yang sudah sesuai dengan keadaan
l l l l l l l l l l

dan juga kebutuhan sekolah. Lebih lanjut ekstrakurikuler merupakan program sekolah,
l l l l l l l l l l l l l l

berupa kegiatan siswa yang bertujuan memperdalam dan memperluas pengetahuan


l l l l l l l l l l l l l l

siswa, optimis pelajaran yang terkait, menyalurkan bakat dan minat, kemampuan dan l l l l l l

keterampilan serta untuk lebih memantapkan kepribadian siswa. Tujuan ini


l l l l l l l l l l

mengandung makna bahwa kegiatan Ekstrakurikuler berkaitan erat dengan proses


l l l l l l l l l l l

belajar mengajar.
l l

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan diluar jam pelajaran yang


l l l l l l l l l l

ditunjukkan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan,


l l l l l l l l l l l l l l l l

potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan
l l l l l l l l l l l

oleh peserta didik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
l l l l l l l l l l

berkewenangan di sekolah (Wiyani , 2013: 108).


l l l l

Syatibi (2013:167-168) menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah l l l l l l l l

program kegiatan di luar muatan pelajaran untuk mempermudah pebelajar untuk l l l l l l l l l l l l l

pengembangan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, serta minat mereka melalui
l l l l l l l l l l l l l l

kegiatan
l yang terencana l l dan secara l khusus l l diselenggarakan l l oleh l tenaga l

kependidikan/ahli yang berkompeten dan berwenang di sekolah.


l l l l l l l l

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa


l l l l l l l

ekstrakurikuler merupakan suatu pelajaran tambahan yang diadakan oleh sekolah dan
l l l l l l l l l l l

dilakukan diluar jam sekolah yang mempunyai nilai positif bagi peserta didik agar dapat
l l l l l l l
29

menambah pengetahuan atau meningkatkan prestasi dari bakat yang telah dimiliki oleh
l l l l l l l l l

peserta didik tersebut.


l l l l l

2.4.2. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia


l l l l l l l l l l l l l

Nomor 62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler ayat (2) yaitu: Kegiatan l l l l l l l l l

Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat,


l l l l l l l l l l l l l l

minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara


l l l l l l l l

optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional. l l l l l l l

2.4.3. Manfaat Kegiatan Ekstrakurikuler

Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler mempunyai manfaat


l l l l l l l l l

diantaranya yaitu: l

a) Mengembangkan nilai-nilai karakter siswa.


l l l

b) Meningkatkan perilaku sosial, emosional, dan prestasi sekolah.


l l l l l l

c) Sebagai bentuk keterlibatan orangtua dengan sekolah.


l l l l l l l l

d) Meningkatkan mutu sekolah melalui manajemen ekstrakurikuler.


l l l l l l l l l l l l

e) Sebagai ciri khas sekolah.


l l l

f) Sebagai wahana pengembangan diri.


l l l

g) Sebagai layanan khusus dalam pendidikan di sekolah


l l l l l

2.5. Hakikat Latihan

2.5.1. Pengertian Latihan


30

Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau kerja, yang dilakukan l l l l l l

secara berulang- ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau
l l l l l l l l l

pekerjaannya (Harsono, 1998:101). Selanjutnya Bompa (1983:167) berpendapat latihan


l l l l l l

adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang lama
l l l l l l

ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah pada ciri- ciri fungsi l l l l l

fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. l l l l l l

Latihan adalah suatu proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang l l l l l l l l

dilakukan secara berulang-ulang, sehingga semakin hari jumlah beban latihannya


l l l l l l l l l

semakin bertambah. Sistematis adalah terencana dan terprogram menurut jadwal, pola
l l l l l l l l l

dari yang paling mudah ke yang paling sukar atau latihan secara teratur. Berulang-ulang l l l l l l l l l l

maksud dan tujuannya agar gerakan-gerakan yang pada awal mulanya sukar dilakukan
l l l l l l l l

menjadi semakin mudah (Susanto, 2015).


l l l l

Latihan kebugaran l l jasmani berarti l suatu l l proses l sistematis l untuk


l l

mengembangkan l l dan mempertahankan l l unsur-unsur


l l l l kebugaran jasmani
l l yang

dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif, bebannya individual


l l l l l l

dan dilakukan secara terus menerus (Suharjana, 2004:13-14). Menurut Palar, dkk
l l l l l l l l l l l

(2015) “Latihan didefinisikan sebagai aktivitas olahraga secara sistematis yang l l l l

dilakukan berulang–ulang dalam jangka waktu lama disertai dengan peningkatan beban
l l l l l l l l l

secara bertahap dan terus–menerus sesuai dengan kemampuan masing –masing


l l l l l l l l l l l l

individu, tujuannya adalah untuk membentuk dan mengembangkan fungsi fisiologis dan
l l l l l l l l l l l

psikologis”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode latihan adalah


l l l l l

suatu cara yang sistematis, teratur, dan terencana yang berfungsi fisiologis, psikologis,
l l l l l l l l l

dan keterampilan gerak agar penampilan gerak lebih baik dalam keterampilan khusus.
l l l l l l l l l l
31

2.5.2. Prinsip-Prinsip Latihan

Menurut Bompa, Thompson, Egger dan Fox dalam Suharjana (2004:16)


l l l l l l

menyatakan bahwa prinsip-prinsip latihan adalah sebagai berikut:


l l l l

1 Prinsip Adaptasi khusus (Spesific Adaptation Demand) Dengan latihan secara l l l l l l

normal, maka perhitungan jumlah tenaga yang dipergunakan untuk melawan l l l l l l l l l

beban akan berkurang, hal ini disebabkan oleh adaptasi latihan.


l l l l l

2 Prinsip beban berlebihan (The Overload Principle) l l l l l l

Prinsip beban berlebih dapat dilakukan dengan pembebanan dalam latihan l l l l l l l

harus lebih berat dibanding dengan kemampuan yang bisa diatasi.


l l l l l l

3 Prinsip beban bertambah (The Principle of Progressive Resistance) l l l l l l l l

Prinsip beban bertambah dapat dilakukan dengan meningkatkan beban secara l l l l l l l

bertahap dalam suatau program latihan. Progresif (kemajuan) adalah kenaikan


l l l l l l l

beban latihan dibandingkan dengan latihan yang dijalankan sebelumnya.


l l l l l

Peningkatan beban dapat dilakukan dengan penambahan set, repetisi, frekuensi,


l l l l l l l l l l l

atau lama latihan. l

4 Prinsip spesifikasi atau kekhususan (The Prinsiple of Spesificity) l l l l l l l l

Latihan yang dilakukan harus mengarah pada perubahan fungsional. Prinsip l l l l l l

kekhususan meliputi kekhususan terhadap kelompok otot atau sistem energi


l l l l l l l l l l l l l l

yang akan dikembangkan. Latihan yang dipilih harus sesuai dengan tujuan l l l l l l l

yang hendak dicapai. l

5 Prinsip Individu (The Principle Individualiti) l l l l

Pemberian latihan yang akan dilaksanakan hendaknya memperhatikan


l l l l l

kekhususan individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, karena setiap


l l l l l l l l l l l

orang mempunyai cirri yang berbeda baik secara mental maupun fisik.
l l l l l l l l
32

6 Prinsip Kembali asal (The Prinsiple of Reversibility) Kebugaran l l l l l l l yang telah l

dicapai akan berangsur-angsur menurun bahkan bisa hilang sama sekali, jika l l l l l l l

tidak latihan. Kualitas otot akan menurun kembali apabila tidak dilihat secara l l l l l l

teratur dan kontinyu. Karena itu rutinitas latihan mempunyai peranan penting
l l l l l l l l l l

dalam menjaga kebugaran yang telah dicapai. l l l l

2.6. Hakikat Latihan Sirkuit

2.6.1. Pengertian Latihan Sirkuit

Latihan sirkuit adalah suatu sistem latihan yang dapat me ngembangkan secara l l l l l l l

serempak fitness keseluruhan dari tubuh, yaitu unsur-unsur daya tahan, ke kuatan,
l l l l l l l l l l l l l l l l

kelentukan power, daya tahan otot, ke lincahan, kecepatan dan lain-lain kompone n
l l l l l l l l

kondisi fisik. Karena itu bentuk-bentuk latihan dalam sirkuit biasanya merupakan l l l l l l l l l

kombinasi dari semua atau beberapa unsur fisik tersebut (Harsono 2018:183). l l l l l l l l l l

Bentuk-bentuk latihannya biasanya disusun dalam suatu lingkaran yang terdiri


l l l l l l l l l

dari beberapa pos. Dengan sedikit kecerdikan dan kreativitas, pelatih akan bisa
l l l l l l l l

mendesain suatu program latihan sirkuit yang paling cocok untuk mengembangkan
l l l l l l l l l

unsur-unsur fisik yang cocok bagi cabang olahraganya. Karena itu di beberapa pos
l l l l l l l l

pelatih bebas untuk menempatkan bentuk-bentuk latihan teknik atau fisik yang ada atau
l l l l l l l l l l l l l

yang sering dilakukan dicabang olahraganya (Harsono 2018:184).


l l

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan latihan


l l l l l l l l l

Sirkuit adalah suatu program latihan yang terdiri dari beberapa stasion dan di setiap
l l l l l l l

stasion seseorang harus melakukan gerakan yang bertujuan untuk melatih daya tahan,
l l l l l l l l l l l l

kekuatan, kelincahan, daya ledak, kecepatan sesuai dengan kemampuan individu


l l l l l l l l l l l l

masing-masing.
33

2.6.2. Program Latihan Sirkuit

Menurut J.P O‟shea dalam Surtiyo Utomo (2008:64) mengemukakan bahwa


l l l l l l l l l

jumlah stasiun adalah delapan tempat. Satu stasion diselesaikan dalam waktu 45
l l l l l l l l

detik, dengan repetisi antara 15-20 kali. Waktu istirahat tiap stasion adalah satu menit
l l l l l l l

atau kurang. l l

Latihan beban sirkuit (CWT) adalah modalitas latihan yang dianggap l l

merangsang sistem yang meningkatkan manfaat kardiovaskular dan kekuatan. Program


l l l l l l

tersebut terdiri dari rangkaian, biasanya 10-15, latihan ketahanan untuk bagian tubuh
l l l l l l l l l

yang berbeda. Untuk setiap latihan 12–15 pengulangan, menggunakan bobot sederhana
l l l l l l l l l l l

(sekitar 40–60% dari satu pengulangan maksimum (RM)), dilakukan (Salvador, dkk,
l l l l l l

2013).

Menurut M. Sajoto (1995:83) dalam Kusmanto (2010:18) dalam program


l l l l

latihan harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga latihan yang dimaksudkan l l l l l l l

mengenai sasaran yang dituju. Latihan sirkuit dengan beban berat, sasaran utama
l l l l l l l l l

dirancang untuk cabang- cabang olahraga yang memerlukan kekuatan, sedangkan l l l l l l l l

sasaran kedua untuk endurance. Latihan untuk endurance otot, maka rancangan l l l l l l l l l l l l

program dibuat dengan repetisi tinggi tetapi beban ringan, sasaran adalah endurance l l l l l l l l l

untuk cardiovascular-repiratory, maka program latihan hendaknya memasukkan


l l l l l l l

unsur-unsur lari di dalam program latihan.


l l l l

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa


l l l l l l l l l l

program latihan sirkuit harus dirancang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai l l l l l

misalnya ingin melatih kekuatan, kecepatan, kelincahan, daya tahan, power. Latihan l l l l l l l

yang diberikan terdiri dari beberapa stasion. l l l l


34

2.6.3. Kelebihan Latihan Sirkuit

Menurut Amat Komari (2008:77-78) latihan sirkuit mempunyai beberapa


l l l l l l l l

keuntungan antara lain:


l l l

1. Tiap latihan akan diketahui lamanya waktu latihan untuk menyelesaikan l l l l l l l l

dosis yang telah ditentukan. Karena setiap latihan waktunya dicatat l l l l l l

sedangkan dosisnya tetap, maka dapat dibandingkan dengan waktu latihan


l l l l

yang telah lalu makin cepat atau makin lambat. l l l l

2. Setiap latihan dapat diketahui kondisi kebugaran peserta naik atau turun.
l l l l l l l l l l

Karena mengerjakan dosis latihan yang sama, kalau waktunya makin lambat
l l l l l

berarti kondisinya lebih rendah dari latihan yang lalu.


l l l l

3. Latihan bisa secara klasikal karena alatnya mudah didapat (accessable) l l l l l

sehingga
l jika dibutuhkan l l dalam jumlah l yang banyak tetap mudah l l

mencukupinya. l l l

4. Dosis latihan sesuai dengan kemampuan individu, hal ini sesuai dengan l l l l l l l l l

prinsip latihan yang bersifat individual. l l

5. Bobot intensitas latihan relative sama beratnya, karena masing-masing peserta l l l l l l l

mengerjakan dosis latihannya repetisinya lebih banyak begitu sebaliknya bagi


l l l l l l l l

yang lebih lemah repetisi dosisnya juga lebih rendah. l l l l l l l

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari


l l l l l

latihan sirkuit yaitu melatih dapat disesuaikan diberbagai area atau tempat latihan.
l l l l l l l l l

Kelebihan-kelebihan latihan sirkuit dapat diaplikasikan kepada siswa sesuai dengan


l l l l l l l l l

kebutuhan intensitas, dosis, waktu, dan bobot latihan serta klasifikasi peserta didik.
l l l l l l l l

2.6.4. Jenis Latihan Sirkuit

Sukadiyanto (2005:28) mengemukakan dalam satu seri terdiri dari beberapa


l l l l l l l l l
35

macam latihan yang semuanya harus diselesaikan dalam rangkaian. Menurut Amat l l l l l l l l

Komari (2008:8) materi Latihan Sirkuit terdiri dari 10 Station yaitu: l l l l

1. Shuttle Run l l l

2. Push up l l

3. Sit up l

4. Back Up l

5. Side Jump l l

6. Step Up l l

7. Frog Jump l

8. Lompat zig-zag

9. Bench Jump
l l

10. Squat thrust l l

2.7. Hakikat Latihan Beban

2.7.1. Pengertian Latihan Beban

Latihan beban adalah latihan menggunakan beban untuk meningkatkan


l l l l l l l

kemampuan seseorang dalam mengerahkan kekuatan dengan tujuan meningkatkan


l l l l l l l l l l l l

kekuatan, daya tahan otot, hipertrofi, kinerja atlet atau kombinasi dari tujuan tersebut
l l l l l l l l l l l

(Baechle, 2012). Avery dan Wayne (2009) mengatakan bahwa latihan beban merupakan
l l l l l l l l

latihan olahraga yang terencana dan terstruktur dengan menggunakan beban yang tepat l l l l l l l l l l

dan secara bertahap dengan tujuan agar otot berkembang lebih kuat. Sedangkan Baechle
l l l l l l l l l l l l

(2014) mengatakan bahwa latihan beban banyak digunakan oleh para penggemar
l l l l l l

kebugaran, karena latihan beban merupakan aktivitas yang dapat dicapai dalam waktu
l l l l l l l

singkat, namun dapat secara dramatis mengubah bentuk tubuh.


l l l l l l l l
36

Werner (2011) berpendapat bahwa latihan beban merupakan sebuah program


l l l l l l l l l

yang dirancang untuk meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan tubuh melalui l l l l l l l l l

serangkaian latihan beban secara progresif yang membebani sistem otot dan
l l l l l l l

menyebabkan perkembangan fisiologis. Djoko (2009) mengatakan bahwa latihan beban


l l l l l l

(weight training) disebut juga resistance training adalah salah satu jenis latihan
l l l l l l l l

olahraga yang menggunakan beban sebagai sarana untuk memberikan rangsang gerak l l l l l l l l l

pada tubuh. Pada awalnya latihan beban dikembangkan untuk melatih otot dengan
l l l l l l l l

tujuan untuk meningatkan kekuatan, daya tahan dan hipertrofi otot.


l l l l l l l l

Latihan beban yang dilakukan secara teratur akan memberikan banyak manfaat l l l l l l l

diantaranya: meningkatkan kekuatan otot, mencegah cedera, dapat mengontrol berat l l l l l l l l l

badan, meningkatkan penampilan olahraga utamanya bagi atlet serta menguatkan l l l l l l l

tulang. Latihan beban dapat meningkatkan kekuatan otot, otot akan menjadi lebih
l l l l l l l

efisien dan kuat sebagai akibat dari stres yang diterima otot ketika melakukan latihan
l l l l l l l l l

beban. Latihan beban juga dapat mencegah otot atrofi ketika tumbuh menjadi tua.
l l l l l l l l l l

Seseorang yang memiliki otot yang kuat akan memiliki kontrol, keseimbangan dan
l l l l l l l

koordinasi yang lebih baik untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Otot yang kuat akan l l l l l l l

melindungi sendi dari cedera. Latihan beban juga dapat membantu mengontrol berat
l l l l l l l l l l l

badan seseorang dengan membakar lebih banyak kalori ketika seseorang melakukan
l l l l l l l l l l

latihan beban. l

Pelaksanaan latihan beban harus dilakukan secara teratur dan terukur serta harus
l l l l l l l l l l l l

diimbangi dengan pengaturan pola makan yang baik, istirahat cukup dan manajemen l l l l l l l

stres yang bagus. Frekuensi latihan hendaknya dilakukan 3-5 kali dalam seminggu
l l l l l l l l l

dengan intensitas latihan tergantung pada tujuan latihan. Pengaturan pola makan dan
l l l l l l l l

asupan nutrisi juga harus diperhatikan.


l l l l l
37

Latihan beban adalah jenis olahraga umum untuk mengembangkan kekuatan l l l l l l l l l l

yang menggunakan gaya berat gravitasi, untuk menentang gaya yang dihasilkan oleh
l l l l l l l l

otot melalui kontraksi konsentris atau eksentrik. Bentuk latihan tersebut di mana otot-
l l l l l l l l l l l

otot tubuh mengalami kontraksi menggunakan berat badan atau perangkat lain untuk
l l l l l l l l l l

merangsang pertumbuhan/kerja otot, kekuatan dan daya tahan, dengan menargetkan


l l l l l l l l l l

kelompok otot dan jenis gerakan tertentu.


l l l l l l

Gerakan dalam latihan beban menunjukkan gambaran tentang karakteristik dan


l l l l l l l

kontraksi otot yang terjadi pada tubuh. Otot pada manusia dapat melakukan gerakan l l l l l l l

memendek (kontraksi), memanjang (relaksasi) dan keadaan tetap seperti dalam keadaan
l l l l l l l l l l

tidak berkontraksi. Foss & Keteyian 1998 mengemukakan bahwa ada empat macam
l l l l l l l

kontraksi otot: 1) Isotonik yaitu otot memendek pada saat terjadi tegangan meningkat, l l l l l l l

2) Isometrik (statik) yaitu otot menegang tetapi tidak memanjang dan tidak berubah, 3)
l l l l l l l l

Eksentrik, yaitu otot memanjang pada saat tegangan meningkat, 4) Isokinetik, yaitu otot
l l l l l l l l

memendek pada saat terjadi tegangan melalui ruang gerak dalam kecepatan konstan.
l l l l l l l l l l l

2.7.2. Bentuk Latihan Beban

1. Beban Dalam l

Latihan beban dapat menggunakan beban bebas, berat badan pengangkat l l l l l l l

sendiri, mesin, atau perangkat lain untuk mencapai tujuan latihan (Baechle,
l l l l l l l l l l l

2012). Latihan beban dapat dilakukan dengan menggunakan beban dari berat l l l l l l l

badan sendiri (beban dalam) atau menggunakan beban luar yaitu beban bebas l l l l l l l l l l

(free weight) seperti dumbell, barbell, dan mesin (gym machine). Latihan dengan
l l l l l l l l l l l

menggunakan beban dalam cenderung lebih mudah dilakukan dimana saja


l l l l l l l l l

karena sistem pembebanannya hanya menggunakan beban berat badan sendiri.


l l l l l l l l l

Akan tetapi, variasi latihan dengan beban dalam ini tidak sebanyak beban bebas
l l l l l l
38

sehingga perkenaan ototnya belum terfokus.


l l l l l l l

Latihan dengan menggunakan beban dalam diantaranya adalah sebagai l l l l l

berikut: a) push up, b) sit up, c) crunch, d) v-up, e) pull up, f) back up, g) back
l l l l l l l l l l l

extension dan h) chest dip.


l l l

2. Beban Luar l l

Pada umumnya latihan beban sering dilakukan dengan menggunakan l l l l l l l l

mesin, beban bebas berupa barbell dan dumbbell. Latihan beban dengan beban
l l l l l l l l l l l

bebas ini cenderung lebih efektif karena dapat dilakukan dengan berbagai variasi
l l l l l l l l l l l

gerakan, sehingga perkenaan pada masing-masing otot lebih terfokus. Namun


l l l l l l l l

demikian, dalam pelaksanaannya harus di tempat-tempat kebugaran.


l l l l l l l

Sebelum melakukan latihan beban dengan menggunakan beban bebas,


l l l l l l l l l l l

hendaknya seseorang harus mengetahui jenis-jenis peralatan, karakteristik, dan


l l l l l l l l l l l

cara penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses latihan beban tidak
l l l l l

menimbulkan resiko cedera. Jenis-jenis peralatan yang dapat gunakan untuk


l l l l l l l l l l l

melakukan latihan adalah menggunakan mesin, beban bebas (barbell, dumbbell,


l l l l l l l l l l

dan kettlebells), band resistensi, bola stabilitas, atau kombinasi dari semuanya,
l l l l l l l l

(Baechle, 2014). l l

2.8. Hakikat Permainan Futsal

2.8.1. Pengertian Futsal

Kata futsal berasal dari kata “fut” yang diambil dari kata futbol atau futebol,
l l l l l l l

yang dalam bahasa Spanyol dan Portugal berarti sepak bola, dan kata “sal” yang l l l

diambil dari kata sala atau salao yang berarti ruangan dan pertama kali diperkenalkan l l l l l l

secara tidak sengaja seorang pelatih sepak bola bernama Juan Carlos Ceriani pada tahun
l l l l l l l l l
39

1930 (Ishak, 2008:20).

Futsal adalah permainan berupa regu terdiri atas 5 lawan 5, dan produ ktivitas
l l l l l l l l

setiap gol pertandingannya sangat cepat sehingga olahraga ini nyaman untuk ditekuni.
l l l l l l l l

Menang atau kalah dalam pertandingan dilihat dari tingkat baik buruknya pemain serta
l l l l l l l

proses strategi dalam pertandingan. Menurut Mulyono (2017:5) futsal adalah salah satu
l l l l l l l l l

cabang olahraga yang termaksud bentuk permainan bola besar. Sepak bola futsal yang l l l l l l l l

dimainkan di dalam ruangan adalah olahraga berupa team dengan sifat dinamis. l l l l l

Sedangkan menurut Naser & Ali (2016:1) pengertian futsal adalah sebuah versi
l l l l l l l l l l l

sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan lima melawan lima (satu penjaga gawang
l l l l l

dan lima sebagai pemain) yang telah disetujui oleh badan pengatur sepak bola l l l l l l l l l l

internasional atau yang biasa kita sebut (Federation International de asosiasi sepakbola,
l l l l l l l l l

FIFA 2014).

Menurut Rezaimanesh (2012:3138) disetiap kompetisi pertandingan olahraga


l l l l l l l l

atlet dapat memecahkan rekor yang dilakukan sebelum atau sesudah dengan hasil yang
l l l l l l l l l l l l

jauh lebih baik karena persiapan fisik, mental dan teknis. Serrano (2013:157)
l l l l l l l

menambahkan mengenai keputusan juga faktor-faktor penting kenyamanan dalam


l l l l l l l l l

permainan. Menurut Dogramaci (2011:650) secara alami, hasil pertandingan adalah


l l l l l l

penentu utama intensitas selama pertandingan pertandingan futsal. Menjadi tinggi


l l l l l l l l l l

insensitas pemain futsal juga akan lebih cepat ketika merasakan kelelahan antara waktu
l l l l l l l l l l l

ketika permainan berlangsung. Permainan bentuk team futsal mampu bertransisi dalam
l l l l l l l l l l l

hitungan perdetik, dengan mengiringi perubahan dari posisi bertahan ke serangan begitu
l l l l l l l l l l l l

pula sebaliknya (Aji 2016:84).


l l

Menurut Mulyono (2017:5) futsal adalah salah satu di antara cabang olahraga
l l l l l l

yang termaksud bentuk permainan bola besar. Sepak bola berkembang menjadi
l l l l l l l l l l
40

alternatif olahraga futsal, karena lebih efesien untuk digunakan lahan sera ukuran
l l l l l l l l l l l l l

lapangan yang agak lebih kecil. Futsal dimainkan oleh dua tim yang masing-masing l l l l l

terdiri atas lima pemain, salah satunya adalah kiper, futsal mempunyai karakteristik di
l l l l l l l l

antaranya adalah semua pemain aktif berpartisipasi secara merata dan kapan saja bisa l l l l l l

main walaupun dalam keadaan fase bertahan atau menyerang, eksekusi sangat cepat
l l l l l l l l l l l l

dengan tingkat presisi yang sangat tinggi sehingga dapat mengejutkan lawan kemudian
l l l l l l l l

melakukan langkah cepat sepanjang permainan.


l l l l l

Olahraga permainan futsal seolah-olah mengalir begitu saja, karena atlet l l l l l l l l

kewajiban melakukan improvisasi arahan dari pelaih ketika dalam menghadapi yang
l l l l l l

berbeda-beda, sehingga diperlukan konsentrasi dan intlegensi yang tinggi. Tiap atlet
l l l l l l l l l l

diharuskan berjuang agar selalu menguasai mengontrol bola, dan juga ditekankan agar
l l l l l l l l l l

selalu berlari dengan tempo yang tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Lhaksana
l l l l l l l l l

(2012:4) bahwa olahraga futsal merupakan permainan dinamis dan cepat, dan transisi l l l l l

bola bertahan ke menyerang harus seimbang. Setiap atlet melakukan gerakan kombinasi
l l l l l l l l l l l

tubuh yang baik dari rotasi sepatu pemain dan permukaan lapangan futsal. Menurut
l l l l l l l l l l l

Sarmento (2016:628) analisis permainan futsal semestinya tidak hanya mencakup aksi
l l l l l l l

permainan di lapangan saja, namum sebaiknya pemain futsal yang dapat dihasilkan dari
l l l l l

lapangan khususnya pola atau strategi untuk menciptakan gol. l l l l l l l

Olahraga futsal mempunyaai kesamaan dengan sepak bola, salah satu bentukl l l l l l l l l

kesamaannya adalah memiliki tujuan untuk merebut bola dari penguasaan lawan dan
l l l l l l l l l l l

memasukkan bola sebanyak mungkin, serta menjaga pertahanan sehinggah tidak


l l l l l l l l

kemasukan bola, dan pemenang diketahui dari total gol tercipta. Walaupun futsal dan
l l l l l l l l l l

sepak bola itu sepintas hanya memiliki kesamaan namun ada beberapa yang
l l l l l l l l

membedakan. l l
41

Berdasarkan pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa permainan futsal


l l l l l l l

adalah sebuah permainan dilakukan dengan dua regu yang masing-masing terdiri atas
l l l l l l l l l

lima orang pemain disetiap team. Permainan futsal merupakan hasil dari adopsil l l l l l l

olahraga sepak bola yang telah dimodivikasi menjadi sebuah permainan dan memiliki
l l l l l l l

tujuan yang sama yaitu merebut bola dari penguasaan lawan juga mencetak gol
l l l l l l l l l l l

sebanyak banyaknya ke gawang dengan melibatkan seluruh tubuh tidak termaksud


l l l l l l l l l l l

tangan. Olahraga futsal sendiri mempunyai peraturan yang sangat terperinci, sehingga l l l l l l l l l

bisa membedakan mana sepak bola dan mana futsal. Adapun khusus aturan di lapangan
l l l l l l l l

baik ukuran tertentu seperti, ukuran bola, ukuran pada gawang, ukuran lapangan,
l l l l l l l l l l l l l

permainan, dan tidak terbatas melakukan pergantian pemain.


l l l l l l

2.8.2. Peraturan Futsal

Menurut Tenang (2008), aturan permainan futsal berbeda dengan aturan


l l l l l l l l l l l

sepakbola lapangan besar. Mulai dari ukuran lapangan dan bola, jumlah pemain, hingga
l l l l l l l

sistem pertandingan. Berikut ini penjelasan secara rinci tentang aturan permainan futsal
l l l l l l l l l l l

yang mengacu pada peraturan FIFA.


l l l l

a. Lapangan Permainan l

1. Ukuran; panjang 25-42 m x lebar 15-25 m.


l l l

2. Garis batas; garis lebar 8 cm, yakni garis setengah di sisi, garis gawang l l l

di ujung-ujungnya. l l l l

3. Lingkaran tengah; berdiameter 6 m. l l l l

4. Daerah penalti; busur berukuran 66 m dari setiap pos.


l l l l l l l l

5. Garis penalti; 6 m dari titik tengah garis gawang. l l

6. Garis penalti kedua; 12 m dari titik tengah garis gawang. l l l l

7. Zona pergantian; daerah 6 m (3 m pada setiap sisi garis tengah lapangan) l l l l


42

pada sisi tribun dari pelemparan.


l l l

8. Gawang; tinggi 2 m x lebar 3 m. l

Gambar 1. Ukuran Lapangan Futsal


Sumber: Hermananis.com
l l l

b. Bola

1. Ukuran; nomor 4
l l

2. Keliling; 62-64 cm
l

3. Berat; 390-430 gr
l

4. Lambung; 55-65 cm pada pantulan pertama


l l l

5. Bahan; kulit atau bahan yang cocok lainnya (yang tidak berbahaya)
l l l

Gambar 2. Bola Futsal


Sumber: Hermananis.com
l l l
43

c. Jumlah Pemain
l l

1. Jumlah pemain maksimal untuk memulai pertandingan adalah lima


l l l l l l l

pemain dengan salah satunya penjaga gawang.


l l l l

2. Jumlah pemain minimal untuk mengakhiri permainan adalah 2 pemain


l l l l l l l

dengan salah satunya adalah penjaga gawang.


l l l

3. Jumlah pemain cadangan maksimal 7 orang.


l l

4. Jumlah wasit 2 orang.


l

5. Jumlah hakim garis 0 orang.


l

6. Batas pergantian pemain; tidak terbatas. l l l

7. Metode pergantian; pergantian melayang (semua pemain kecuali kiper


l l l l l l l l l l l

boleh memasuki dan meninggalkan lapangan kapan saja, pergantian


l l l l l

penjaga gawang hanya boleh dilakukan apabila bola tidak sedang


l l l l

dimainkan dan dengan persetujuan wasit). l l l l l

d. Lama Permainanl

1. Lama normal 2x20 menit. l

2. Lama istirahat 10 menit. l

3. Lama perpanjangan waktu 2x10 menit. l l l

4. Ada adu penalti jika jumlah gol kedua tim sama sedangkan perpanjangan
l l l l l l l

waktu sudah selesai. l l l l

5. Time-out 1 kali per tim babak tak ada dalam waktu tambahan.
l l l l

6. Waktu pergantian babak maksimal 10 menit. l l l

e. Gawang

Menurut John D. Tenang (2008:28-30) gawang harus tempatkan pada bagian


l l l l l l

tengah dari masing-masing garis gawang. Gawang terdiri dari dua tiang yang sama
l l l
44

dari masing-masing sudut dan dihubungkan dengan pucuk tiang oleh mistar gawang l l l l l l l l

secara horizontal (cross bar).


l

Gawang harus ditempatkan dibagian tengah masing-masing garis gawang.


l l l

Lebar gawang adalah 3 m diukur dari bagian dalam tiang. Sedangkan tinggi gawang
l l l l

adalah 2 m diukur dari bagian dalam tiang palang atas gawang ke lantai. Bentuk
l l l l l

penampang tiang yang diperbolehkan adalah kotak dan lingkaran, namun bentuk
l l l l l l

penampang kotak lebih dianjurkan, karena pantulan bola dengan tiang penampang
l l l l l l l

kotak lebih menghasilkan arah yang akurat. Jaring gawang berbahan nilon, yang
l l l l

diikatkan ketiang dan palang gawang. Kedalaman gawang adalah 80 cm untuk


l l l l

bagian atas gawang, dan 100 cm untuk bagian bawah. l l

Gambar 3. Gawang Futsal


Sumber: Ilmusiana.com
l l l

f. Perlengkapan pemain
l l l

Menurut law of the games (2012:10) setiap pemain diwajibkan memakai


l l l l l l l l

perlengkapan bertujuan menunjang pemain. Adapun beberapa dasar perlengkapan


l l l l l l l l l l l l l

yang wajib dimiliki seorang pemain adalah: l l

a. Memakai seragam kostum team kecuali kiper.


l l l l l l l
45

b. Celana pendek, jika pemain memakai celana yang bentuknya stretch pants
l l l l l l l l l

maka warnanya ikut menyusuaikan dengan warna utama. l l l l l l

c. Memakai kaos kaki, juga plaster disesuaikan dengan warna yang sudah
l l l l l l l

disepakati. l

d. Wajib memakai shinguards. l l

e. Sepatu yang dipakai harus sama dengan model yang diperkenankan petunjuk
l l l l l l l l l l

lapangan.

2.8.3. Teknik Dasar Futsal

Teknik dasar dalam permainan futsal sama dengan teknik dasar permainan
l l l l l l

sepakbola. Teknik-teknik yang digunakan dalam permain futsal relatif tidak jauh
l l l l l l l l

berbeda dalam permainan sepakbola namun karena faktor lapangan yang relatif kecil
l l l l l l l l

dan permukaan lantai yang lebih rata menyebabkan perbedaan-perbedaan penggunaan


l l l l l l l l l l l

teknik. Pemain dalam tim futsal, seperti dalam sepakbola Menurut Suharno (1984:12)
l l l l l l l l l l

teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan
l l l l l l l l l l l l l

tertentu secara efektif dan efisien. Menurut Justinus Lhaksana, (2011:29), modern futsal
l l l l l l l l l l l l l l l

adalah permainan futsal yang para pemainnya diajarkan bermain dengan sirkulasi bola
l l l l l l

yang sangat cepat, menyerang dan bertahan, dan juga sirkulasi pemain tanpa bola l l l l l l l

ataupun timing yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan menguasai teknik
l l l l l l l l l l l l l

dasar bermain futsal yang meliputi: l l l l

1. Teknik Dasar Mengumpan (Passing) l l l

Menurut John D. Tenang, (2008:83) passing adalah operan-operan


l l l l l l

pendek atau istilah kerennya passing game. Karenenya, seorang pemain harus
l l l l l l l l l l l

menguasai teknik mengumpan atau mengoper bola dengan benar. Sedangkan


l l l l l l l l l l l

Menurut Justinus Lhaksana, (2011:30) Passing merupakan salah satu teknik


l l l l l l l l l
46

dasar permainan futsal yang sangat dibutuhkan oleh pemain. Di lapangan yang
l l l l l l

rata dan ukuran lapangan yang kecil dibutuhkan passing yang keras dan akurat
l l l l l l l

karena bola yang meluncur sejajar dengan tumit pemain. Ini di sebabkan hampir
l l l l l l l l l

sepanjang permainan futsal menggunakan passing. Untuk menguasai passing


l l l l l l l l l

diperlukan penguasaan gerakan sehingga sasaran yang diinginkan tercapai.


l l l l l l l

2. Teknik Dasar Menahan Bola (Control)


l l

Menurut John D. Tenang, (2008:69) melakukan sentuhan pertama yang


l l l l l l l l l

sempurna memerlukan skill yang vital bagi pemain dalam mengontrol bola
l l l l l l l

ketika menerima operan dari rekannya. Ada beberapa cara mengontrol bola,
l l l l l l l l

yakni dengan kaki, dada dan paha. Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana,
l l l l l l l

(2011:31) teknik dasar dalam keterampilan control (menahan bola) haruslah l l l l l

menggunakan telapak kaki (sole). Dengan permukaan lapangan yang rata, bola
l l l l l l l

akan bergulir cepat sehingga para pemain harus dapatmengontrol dengan baik.
l l l l l l l l

Apabila menahan bola jauh dari kaki, lawan akan mudah merebut bola. l l l l l l

3. Teknik Dasar Mengumpan Lambung (Chipping)


l l l l

Menurut John D. Tenang (2007:70) menyatakan bahwa ketika bola


l l l l l l

dicungkil dengan kaki memutar kebelakang sehingga bola memutar maka


l l l l l l l l l

disebut dengan chip. Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana, (2011:32)


l l l l l l l l l

keterampilan chipping ini sering di lakukan dalam permainan futsal untuk


l l l l l l l l

mengumpan bola di belakang lawan atau dalam situasi lawan bertahan satu
l l l l l l l

lawan satu. Teknik in hampir sama dengan teknik passing. Perbedaannya l l l l l l

terletak pada saat chipping menggunakan bagian atas ujung sepatu dan
l l l l l l l l

perkenaannya tepat di bawah bola.


l l l

4. Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribbling)


l l
47

Menurut John D. Tenang (2007:75) menggiring artinya melakukan


l l l l l l l

beberapa sentuhan ada bola. Basanya kaki dibenturkan pada bagian pinggir bola.
l l l l l l

Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana, (2011:33) teknik dribbling merupakan


l l l l l l l l l

keterampilan penting dan mutlak harus dikuasai oleh setiap pemain futsal.
l l l l l l l l l l

Dribbling merupakan kemampuan yang dimiliki setiap pemain dalam menguasai l l l l l l l l

bola sebelum diberikan kepada temannya untuk menciptakan peluang dalam


l l l l l l l l l l l

mencetak gol. l l

5. Teknik Dasar Menembak (Shooting)


l l l

Menurut John D. Tenang (2008:84) Shooting adalah menendang bola


l l l l l l

dengan keras guna mencetak gol. Ini juga merupakan bagian tersulit karena
l l l l l l l l l l l

perlu kematangan dan kecerdikan pemain dalam menendang bola agar tidak bisa
l l l l l l l l

dijangkau atau ditangkap kiper. Sedangkan Menurut Justinus Lhaksana, l l l l l l l l l

(2011:34) shooting merupakan teknik dasar yang harus dikuasai oleh setiap l l l l l l l

pemain. Teknik ini merupakan cara untuk menciptakan gol. Ini disebabkan
l l l l l l l l

seluruh pemain memiliki kesempatan untuk menciptakan gol dan memenangkan


l l l l l l l l l l l l

pertandingan atau permainan. Shooting dapat dibagi menjadi dua teknik, yaitu
l l l l l l l

shooting menggunakan punggung kaki dan ujung kaki atau ujung sepatu. l l l l l l l l l l l

6. Teknik Menyundul Bola (Heading)


l l l l l

Menurut John D. Tenang, (2008:85-86) Teknik menyundul bola


l l l l l l l l

(Heading) adalah, tidak begitu sulit untuk mengontrol bola dengan kaki atau
l l l l l l l l l

menahan bola dengan paha. Namun, tidak mudah untuk mengontrol boladengan
l l l l l l l l

kepala. Mereka yang tahu tentang sepakbola, tentu mengetahui bahwa sundulan
l l l l l l l l l l l l l

merupakan salah satu skill paling penting dalam suatu permainan. Teknik
l l l l l l l l

menyundul bola pada permainan futsal sama dengan teknik yang dilakukan
l l l l l l l l
48

dalam permainan sepakbola, namun dalam permainan futsal teknik menyundul l l l l l l l l l

bola (heading) jarang diterapkan. Ada satu istilah dalam menyundul, yakni l l l l l l

driving header teknik ini memerlukan latihan yang rutin karna tidak mudah l l l l l l l l

melakukannya. Pemain harus menjaga keseimbangan, ketepatan waktu dan


l l l l l l l l l l

kecermatan dalam membaca arah sehingga bola bisa di sundul dengan baik dan
l l l l l l l

sempurna kearah gawang. l l l

B. Kerangka Berfikir

Cabang olahraga Futsal merupakan salah satu cabang olahraga yang l l l l

membutuhkan l l l kebugaran l l jasmani yang baik. Daya tahan paru l jantung l

(kardiorespirasi) merupakan unsur dominan dalam kebugaran jasmani seseorang.


l l l l l l l l l

Pentingnya
l kebugaran l l kardiorespirasi l (VO2 Max) dalam permainan l futsal l

mempunyai pengaruh besar khususnya saat proses kegiatan pembelajaran/latihan futsal.


l l l l l l l l l l l l

Daya tahan jantung paru baik akan memberikan gerakan permainan futsal yang baik l l l l l l l

pula disusul dengan komponen kebugaran lainnya. Beberapa gerakan yang


l l l l l l l l l l

membutuhkan kebugaran jasmani seperti: melompat, berbalik, meloncat, lari pendek,


l l l l l l l l l l l l

dan lari zig-zag. Kebugaran jasmani dipandang sangat penting untuk ditingkatkan l l l l l

agar penampilan saat kegiatan pembelajaran/latihan permainan futsal tidak mengalami


l l l l l l l

penurunan kualitas.
l l l l

Latihan circuit terdiri dari beberapa latihan dan memiliki item yang berbeda- l l l l l l l l

beda setiap pos. Latihan ini sangatlah mendukung dalam proses peningkatakan
l l l l l l l

kualitas kebugaran jasmani peserta. Kebugaran jasmani yang akan ditingkatkan


l l l l l l l

melalui latihan circuit terdiri dari beberapa item latihan diantaranya: Shuttle run, Push-
l l l l l l l l l l l

Up, Sit-Up, Squat thrust, Step-Up.


l l l l l l
49

Sedangkan latihan beban merupakan sebuah program yang dirancang untuk


l l l l l l l l

meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan tubuh melalui serangkaian latihan beban
l l l l l l l l l

secara progresif yang membebani sistem otot dan menyebabkan perkembangan


l l l l l l l l l

fisiologis. Kebugaran jasmani yang akan ditingkatkan melalui Latihan Beban terdiri dari l l l l l l

beberapa item latihan diantarannya: (1) Pull-Up (gantung angkat tubuh), (2) Dumbbell
l l l l l l l l l l

Pullover, (3) One Arm Dumbbell Row, (4) Dumbbell Lateral Raise, (5) Dumbbell
l l l l l l l l l l l

Rowing.

Kebugaran jasmani adalah salah satu unsur yang mendukung kualitas manusia
l l l l l l l l l l

dari sudut jasmaninya. Pendidikan jasmani dapat digunakan untuk melakukan


l l l l l l l l

pembinaan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah adalah


l l l l l l l l l l

membantu l l siswa mempertahankan dan meningkatkan kesegaran jasmani dan l l l l l

kesehatan melalui pengenalan sifat positif, serta gerak dasar berbagai aktivitas jasmani.
l l l l l l l l l

Upaya peningkatan kesegaran jasmani lewat pendidikan jasmani perlu evaluasi dengan
l l l l l l l l l l l

cara menyelenggarakan tes dan menggunakan alat ukur tes kesegaran jasmani yang
l l l l l l l l l l l

sudah baku. Perlu adanya pembuktian melalui penelitian mengenai latihan mana yang
l l l l l l l l l l l l

lebih berpengaruh antara circuit training dan latihan beban terhadap kebugaran jasmani
l l l l l l l l l

siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l

C. Hipotesis

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah


l l l l l l

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :


l l l l l l

1. Terdapat pengaruh yang signifikan latihan Circuit Training terhadap kebugaran


l l l l l l l

jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan. l l l l l l l l

2. Terdapat pengaruh yang signifikan Latihan Beban terhadap kebugaran jasmani


l l l l l l l
50

siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l

3. Latihan Circuit Training lebih besar pengaruhnya dari pada Latihan Beban
l l l l l l

terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11


l l l l l l l l l l

Medan.
l
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Sekolah SMA Negeri 11 Medan, Jalan Pertiwi


l l l l l l l

No.93, Medan, Bantan, Kec. Medan Tembung, Provinsi Sumatera Utara.


l l l l l l l l

3.1.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan di bulan Mei - Juni 2023 dengan
l l l l l l l

frekuensi latihan 3 kali seminggu pada hari Senin, Rabu dan Sabtu di lapangan Futsal
l l l l l l l l l

SMA Negeri 11 Medan. l l l

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang


l l l l l l l

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
l l l l l l l l l l l l l

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2017:80). Populasi dalam


l l l l l l l

penelitian ini adalah siswa ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 11 Medan yang berusia
l l l l l l l l l l l l

16-19 tahun. Siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler futsal sebanyak 20 siswa
l l l l l l l l l l

laki-laki.

3.2.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017:85) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
l l l l l l l

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun teknik sampel yang digunakan dalam l l l l l l l l l

penelitian ini adalah Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan
l l l l l l l l l l

sampel dengan pertimbangan tertentu atau penelitian yang tidak melakukan


l l l l l l l l l l l

51
52

generalisasi.
l l
53

Sampel dalam penelitian ini berdasarkan Usia dan Jenis kelamin. Pertimbangan sampel
l l l l l l l l l

yang digunakan meliputi: l l l

1. Siswa Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 11 Medan l l l l l l l l

2. Usia antara 16-19 tahun l l

3. Masih aktif latihan

Berdasarkan kriteria tersebut diperoleh sampel sebanyak 12 siswa peserta


l l l l l l l l l l l

ekstrakurikuler futsal.
l l l l l

3.3. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang diuraikan sebelumnya


l l l l l l l l l l l l

bahwa penelitian yang dilakukan bermaksud untuk menemukan informasi tentang


l l l l l l l l l l l

pengaruh latihan circuit training dan latihan beban terhadap kebugaran jasmani siswa
l l l l l l l

ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan
l l l l l l l l l l l

teknik pengumpulan data menggunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI). Ada
l l l l l l l l l l

tiga variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Latihan Circuit Training
l l l l l l

sebagai variabel bebas dan Latihan Beban sebagai variabel bebas dan Kebugaran
l l l l l l l l l

Jasmani sebagai variabel terikat. l l l

3.4. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode matching pre-test
l l l l l l l l l

and post-test two group design, yaitu: l l l l


54

Tabel 3.4.1. Desain penelitian pre-test dan post-test two group design

Pre - test l l Matching Pengelompokan


l l Perlakuan (treatment)
l l l l Post - test l

pairing (group) l

T1 Kelompok A
l Latihan Circuit Training l T2

Kelompok B l Latihan Beban l

Keterangan : T1 : Tes Awal


l l l

T2 : Tes Akhir l

Tes yang merupakan pengambilan data awal kemampuan siswa sebelum


l l l l l l l l l

diberikan perlakuan/latihan. Data yang akan diperoleh melalui Tes Kesegaran Jasmani
l l l l l l l l l l

Indonesia (TKJI) berkenaan dengan kebugaran jasmani, dimana akan dilakukan


l l l l l l l

pembagian kelompok latihan dengan teknik Matching pairing.


l l l l

Matching pairing merupakan l l pembagian


l dua l kelompok
l yang sama

kemampuannya dengan mengurutkan hasil nilai tertinggi sampai nilai terendah,


l l l l l l l l l

sehingga diperoleh sampel yang diberikan latihan circuit training untuk kelompok A
l l l l l l l l l

dan latihan beban untuk kelompok B. l l l l

Tabel 3.4.2. Desain Matching pairing

A B
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10
12 11
55

Tes yang merupakan pengambilan data akhir kemampuan siswa setelah


l l l l l l l l

diberikan perlakuan. Data yang diperoleh melalui Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
l l l l l l l l l l l

(TKJI). Kemudian hasil Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) tersebut selanjutnya
l l l l l l l l l l l

akan diolah menjadi data penelitian sehingga dapat dibuktikan kebenaran hipotesa yang l l l l l l l l

diajukan. l

Latihan ini dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan sesuai dengan pernyataan l l l l l l l l l

Tjaliek Sugiardo (1991: 25) dalam Bangkit Budi Iswanjaya (2014: 63) latihan sebanyak
l l l l

16 kali secara fisiologis sudah ada perubahan yang menetap. Adapun perlakuannya
l l l l l l l l l

(treatment) ialah latihan circuit dan latihan beban yang terdiri dari masing-masing
l l l l l

latihan 5 (lima) pos, yaitu : l

Latihan Circuit Training l Latihan Beban l

1. Shuttle run l l l (30 detik) l 1. Pull-Up l l (30 detik) l

2. Push-Up l l (30 detik) l 2. Dumbbell Pullover l l l l (30 detik) l

3. Sit-Up l (30 detik) l 3. One Arm Dumbbell Row l l l (30 detik) l

4. Squat trust l l (30 detik) l 4. Dumbbell Lateral Raise l l l l (30 detik) l

5. Step-Up l l (30 detik) l 5. Dumbbell Rowing l l (30 detik) l

Dosis latihan yang harus dijalankan oleh peserta melakukan aktivitas latihan l l l l l l

circuit dan latihan beban dengan maksimal untuk semua stasion. Setiap stasion dilalui
l l l l l l l l l

tanpa berhenti/istrahat. Setelah siswa melalui semua pos latihan, istrahat diberikan antara
l l l l l l l l l

1-2 menit kemudia langsung kembali dalam aktivitas latihan circuit dan latihan beban.
l l l l l l l

3.5. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto, (2005:118) “Variabel adalah objek penelitian atau


l l l l l l l l l l

apa-apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Dalam penelitian ini terdapat l l l l l l l l l

dua variabel, variabel bebas yaitu latihan circuit dan latihan beban, sedangkan variabel
l l l l l l l l l
56

terikatnya yaitu tingkat kebugaran jasmani. Adapun defenisi variabel dalam peneltian
l l l l l l l l l l

ini adalah sebagai berikut: l l l

a. Variabel Bebas : Latihan Circuit dan Latihan Beban l l l l

Latihan circuit adalah suatu program latihan yang terdiri dari beberapa stasion l l l l l l

dan disetiap stasion seseorang harus melakukan gerakan yang bertujuan untuk
l l l l l l l l l l l l

melatih daya tahan, kekuatan, kelincahan, daya ledak, kecepatan, ketepatan. Latihan
l l l l l l l l l

circuit terdiri dari beberapa latihan dan memiliki item yang berbeda-beda setiap pos
l l l l l l l l l l

latihan yaitu: (1) Shuttle run (lari bolak-balik), (2) Push-Up (dorong angkat), (3) Sit- l l l l l l

Up (baring duduk), (4) Squat thrust, (5) Step-Up.


l l l l l l l

Latihan beban merupakan sebuah program yang dirancang untuk meningkatkan l l l l l l l l

kekuatan otot dan daya tahan tubuh melalui serangkaian latihan beban secara progresif
l l l l l l l l l l

yang membebani sistem otot dan menyebabkan perkembangan fisiologis. Kebugaran


l l l l l l l l l

jasmani yang akan ditingkatkan melalui Latihan Beban terdiri dari beberapa item latihan l l l l l l l

diantarannya: (1) Pull-Up (gantung angkat tubuh), (2) Dumbbell Pullover, (3) One Arm l l l l l l l l l l

Dumbbell Row, (4) Dumbbell Lateral Raise, (5) Dumbbell Rowing.


l l l l l l l l

b. Variabel Terikat : Tingkat Kebugaran Jasmani l l l l

Kebugaran jasmani adalah kemampuan atau kebugaran fisik siswa peserta


l l l l l l l l l

ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 11 Medan yang memiliki kekuatan daya tahan
l l l l l l l l l l l

tubuh baik untuk melakukan tugas serta pekerjaan sehari-hari dengan mudah atau
l l l l l l l l l l l l l l

secara efisien dan efektif tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebih, serta masih
l l l l l l l l l l l l

mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas selanjutnya.


l l l l l l l l l l

Kebugaran jasmani siswa peserta ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 11 Medan diukur
l l l l l l l l l l l l l l

dengan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).


l l l l l

3.6. Instrumen Penelitian


57

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:101), “Instrumen pengumpulan data adalah


l l l l l l l l l l

alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya dalam
l l l l l l

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.”


l l l l l l l l l l l l

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kebugaran jasmani siswa


l l l l l l l l l l

ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 11 Medan adalah Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
l l l l l l l l l l l l

(TKJI) untuk anak umur 16-19 tahun yang di kutip dari Sunarno.A (2017:83). Tes
l l l l l l l l

ini memiliki validasi untuk putra sebesar 0,950 dan reabilitas untuk remaja putra
l l l l l l l l l l l

sebesar 0,960. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia terdiri dari:


l l l l l l l

a) Untuk Putra terdiri dari:


l l l l

1) Lari 60 meter (16-19 tahun) l l l

2) Gantung angkat tubuh (Pull-Up) 60 detik l l l l l l

3) Baring duduk (Sit-Up) 60 detik l l l l

4) Loncat tegak (Vertical Jump) l l l

5) Lari 1200 meter (usia 16-19 tahun) l l l l

Alat dan fasilitas yang digunakan: l

a. Lintasan lari yang lurus, datar, dan tidak licin l l

b. Tiang/palang tanggal untuk bergantung setinggi minimal 180 cm l l l l l

c. Dinding untuk vertical jump dengan landasan yang datar dan tidak licin l l l l l

d. Tiang pancang untuk rambu lintasan lari l l l

e. Papan skala loncat tegak l

f. Bendera start l l

g. Alas untuk baring duduk l l l l

h. Formulir TKJI l

i. Stopwatch
58

j. Nomor Dada

k. Peluit l l

Adapun tabel nilai dan norma Kesegaran Jasmani Indonesia sebagai berikut:
l l l l l l l l

Tabel 3.6.1. Nilai TKJI (Untuk Putra Usia 16 -19 Tahun)

Lari 60 Gantung Baring Loncat Lari 1200 Nilai


meter angkat tubuh duduk tegak meter

S.d – 7,2” 19 – ke atas l 41 – ke atas l 73 – keatas l s.d –3’14” 5

7,3” – 8,3” 14 – 18 30 – 40 60 – 72 3’15” – 4’25” 4

8,4” – 9,6” 09 – 13 21 – 29 50 – 59 4’26” – 5’12” 3

9,7” –11,0” 05 – 08 10 – 20 39 – 49 5’13” – 6’33” 2

11,1”- dst 00 – 04 00 – 09 00 – 39 6’33” - dst 1


Agung Sunarno (2017:93)

Tabel 3.6.2. Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Putra

NO Jumlah nilai Klasifikasi Kesegaran


Jasmani
1 22 – 25 Baik sekali (BS) l

2 18 – 21 Baik (B)

3 14 – 17 Sedang (S)
l

4 10-13 Kurang (K) l

5 5–9 Kurang sekali (KS)


l l

Agung Sunarno (2017:93)

3.7. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dari pre-test dan post test dianalisis dengan
l l l l l l l l

menggunakan perhitungan uji normalitas, uji homogenitas, statistic uji-t dan uji-t
l l l l l l l l l

gabungan. Membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
l l l l l l l
59

diterima atau ditolak. Untuk menentukan kebugaran jasmani dengan dibedakan antara
l l l l l l l l l l l

latihan circuit training dan latihan beban pada sampel dapat dihitung dalam uji hipotesa,
l l l l l l

dengan uji-t. Untuk menguji hipotesa ditempuh beberapa prosedur statistic dengan
l l l l l l l l l l l l l l

mengacu pada buku Sudjana (2002).


l l l l l

Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :


l l l l l

1. Menghitung rata-rata simpangan baku.


l l l

X=
∑x (Sudjana, 2002 : 67)
l

nn x 2— ( ∑ x
∑ 1 1

2 )2
S =
1 (Sudjana, 2002 : 94)
n(n-1)
l

2. Uji persyaratan analisis


l l

a. Uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors


l l l l l l

xi−x
zi= (Sudjana, 2002 : 466)
s
l

b. Uji homogenitas dengan uji varians


l l l l

VariansTerbesar
F= (Sudjana, 2002 : 250)
Varians Terkecil
l

3. Uji hipotesis
l l

a. Hipotesis I dan II menggunakan uji-t berpasanganl l l l l

B
t = SB (Sudjana, 2002: 239)
l

√n
b. Hipotesis III menggunakan uji beda/ uji-t tidak berpasangan
l l l l l l l

(Sudjana, 2002 : 210)


l

Untuk menguji hipotesis maka disusun hipotesis statistik sebagai berikut :


l l l l l l l l l l l

Hipotesis I l
60

Ho :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan circuit training


l l l l

terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11


l l l l l l l l l l

Medan. l

Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan circuit training terhadap


l l l l l

kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l l l

Hipotesis II
l

Ho :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan beban terhadap


l l l l l

kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l l l

Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan beban terhadap kebugaran


l l l l l l l

jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan. l l l l l l l l

Hipotesis III
l

Ho :Latihan beban tidak lebih besar pengaruhnya dari pada latihan circuit
l l l l l l

training terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA


l l l l l l l l

Negeri 11 Medan. l l l

Ha :Latihan beban lebih besar pengaruhnya dari pada latihan circuit training
l l l l l l

terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11


l l l l l l l l l l

Medan. l
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pengukuran/tes l l l l l l l l l

terhadap subyek penelitian secara langsung yaitu pada siswa ekstrakurikuler di SMA
l l l l l l l l l l l l

Negeri 11 Medan, yang berusia 16-19 tahun.


l l l l l l

Jumlah siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan secara keseluruhan


l l l l l l l l l l l l l l

berjumlah 12 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok latihan yaitu 6 orang pada latihan
l l l l l l

circuit training dan 6 orang pada latihan beban. Berikut adalah siswa yang mengikuti
l l l l l l

proses penelitian: l l l

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Kelompok Siswa Eksktrakurikuler Futsal di SMA


Negeri 11 Medan

Kelompok Latihan
l Kelompok Latihan l

No. Kelompok Usia l l


Circuit Training l Beban l

Frekuensi Persentase
l l l l
l
l Frekuensi Persentasel l l l l l

1 16 tahun l 4 66,7 3 50,0


2 17 tahun l 2 33,3 3 50,0
Jumlah l 6 100,0 6 100,0

Tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11
l l l l l l l l l l l l l

Medan yang berada pada kelompok latihan circuit training dengan usia terbanyak
l l l l l l l

adalah usia 16 tahun yaitu sebanyak 4 orang (66,7%), sedangkan yang berada pada
l l l l l l

kelompok latihan beban terdapat 50% yang berusia 16 tahun dan 50% berusia 17 tahun.
l l l l l l l l l

Pelaksanaan TKJI pada latihan circuit training dan latihan beban dilakukan
l l l l

peneliti pada hari Senin tanggal 19 Juni 2023 pukul 16.00 – 17.30 Wib untuk seluruh
l l l l l l l l l l l

siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan tersebut dengan mengukur 5 item
l l l l l l l l l l l l l l l l

61
62

indikator TKJI siswa usia 16-19 tahun yaitu lari 60 meter, gantung angkat tubuh, baring l l l l l l l l

duduk, loncat tegak dan lari 1200 meter. Hasil selengkapnya Tes Kesegaran Jasmani
l l l l l l l l l l

Indonesia siswa yang diberi latihan circuit training dan latihan beban di SMA Negeri 11
l l l l l l

Medan adalah sebagai berikut:


l l l l

a. Lari 60 Meter

Hasil tes lari 60 meter untuk putra usia 16-19 tahun yang diberi latihan circuit
l l l l l l l l l l

training dan latihan beban di SMA Negeri 11 Medan adalah sebagai berikut: l l l l l l l

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Pada
Lari 60 Meter Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan

Latihan Circuit Training l Latihan Beban l

Nilai Kategori l Pre tes Post tes


l l l Pre tes Post tes
l l l

F % F % F % F %
5 Sangat Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
4 Baik 1 16,7 5 83,3 0 0,0 4 66,7
3 Sedang l 3 50,0 1 16,7 4 66,7 2 33,3
2 Kurang l 2 33,3 0 0,0 2 33,3 0 0,0
1 Kurang Sekali
l l 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Jumlah l 6 100 6 100 6 100 6 100

Tabel 4.2 memperlihatkan hasil tes lari 60 meter untuk kelompok latihan circuit
l l l l l l l l l l

training pada pretes paling banyak mendapat nilai 3 yaitu sebanyak 3 orang (50,0%) l l l l l

dengan waktu 8,4” – 9,6”. Sedangkan pada nilai posttest paling banyak mendapat nilai 4
l l l l l

(baik) sebanyak 5 orang (83,3%) dengan waktu 7,3” – 8,3” detik.


l l l l

Selanjutnya hasil tes lari 60 meter untuk kelompok latihan beban pada pretes
l l l l l l l l l l l

paling banyak mendapat nilai 3 (sedang) yaitu sebanyak 4 orang (66,7%) dengan waktu
l l l l l l

8,4” – 9,6” detik. Sedangkan pada nilai posttest paling banyak mendapat nilai 4 yaitu
l l l l l

sebanyak 4 orang (66,7%) dengan waktu 7,3” – 8,3” detik.


l l l l
63

b. Gantung Angkat Tubuh

Hasil tes kesegaran jasmani pada gantung angkat tubuh pada siswa putra yang
l l l l l l l

diberi latihan circuit training dan latihan beban di SMA Negeri 11 Medan dapat dilihat
l l l l l l

pada Tabel 4.3 berikut : l l l

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kesegaran Jasmani Pada Gantung
Angkat Tubuh Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan

Latihan Circuit Training l Latihan Beban l

Nilai Kategori l Pre tes Post tes


l l l Pre tes Post tes
l l l

F % F % F % F %
5 Sangat Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
4 Baik 0 0,0 5 83,3 0 0,0 3 50,0
3 Sedang l 3 50,0 1 16,7 1 16,7 3 50,0
2 Kurang l 3 50,0 0 0,0 5 83,3 0 0,0
1 Kurang Sekali l l 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Jumlah l 6 100 6 100 6 100 6 100

Tabel 4.3 memperlihatkan hasil tes gantung angkat tubuh untuk kelompok
l l l l l l l l l l

latihan circuit training pada pretes paling banyak mendapat nilai 3 dan 2 yaitu masing-
l l l l l

masing 3 orang (50,0%) dengan gantung angkat tubuh sebanyak 5-8 dan 9-13 kali. l l l l l

Sedangkan pada nilai posttest paling banyak mendapat nilai 4 (baik) sebanyak 5 orang
l l l l

(83,3%) dengan gantung angkat tubuh sebanyak 14-18 kali.


l l l l l

Selanjutnya hasil tes gantung angkat tubuh untuk kelompok latihan beban pada
l l l l l l l l l l

pretes paling banyak mendapat nilai 2 (kurang) yaitu sebanyak 5 orang (83,3%) dengan
l l l l l l l

gantung angkat tubuh sebanyak 5-8 kali. Sedangkan pada nilai posttest paling banyak
l l l l l l

mendapat nilai 3 dan 4 yaitu masing-masing sebanyak 3 orang (50,0%) dengan gantung
l l l l l

angkat tubuh 5-8 dan 9-13 kali.


l l
64

c. Baring Duduk

Hasil tes kesegaran jasmani pada tes baring duduk pada anak putra diberi latihan
l l l l l l l l l

circuit training dan latihan beban di SMA Negeri 11 Medan dapat dilihat pada Tabel
l l l l l l

4.4 berikut : l l

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kesegaran Jasmani Pada Baring
Duduk Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan

Latihan Circuit Training l


Latihan Beban l

Nilai Kategori l Pre tes


l Post tesl l
Pre tes
l Post tes
l l

F % F % F % F %
5 Sangat Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
4 Baik 0 0,0 4 66,7 0 0,0 4 66,7
3 Sedang l
2 33,3 2 33,3 4 66,7 2 33,3
2 Kurang l
4 66,7 0 0,0 2 33,3 0 0,0
1 Kurang Sekali
l l
0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Jumlah l 6 100 6 100 6 100 6 100

Tabel 4.4 memperlihatkan hasil tes baring duduk untuk kelompok latihan circuit
l l l l l l l l l l

training pada pretes paling banyak mendapat nilai 2 atau kurang yaitu 4 orang (66,7%)
l l l l l l

dengan baring duduk 10-20. Sedangkan pada nilai posttest paling banyak mendapat
l l l l l l

nilai 4 sebanyak 4 orang (66,7%) dengan baring duduk 30 – 40.


l l l l

Selanjutnya hasil tes baring duduk untuk kelompok latihan beban pada pretes
l l l l l l l l l l l

paling banyak mendapat nilai 3 atau sedang yaitu sebanyak 4 orang (66,7%) dengan l l l l l l

baring duduk 21–29. Sedangkan pada nilai posttest paling banyak mendapat nilai 4
l l l l l

sebanyak 4 orang (66,7%) dengan baring duduk 30 – 40.


l l l l

d. Loncat Tegak

Hasil tes kesegaran jasmani pada tes loncat tegak pada anak putra yang diberi
l l l l l l l l

latihan circuit training dan latihan beban di SMA Negeri 11 Medan dapat dilihat pada
l l l l l

Tabel 4.5 berikut :


l l l
65

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kesegaran Jasmani Pada Loncat
Tegak Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan

Latihan Circuit Training l


Latihan Beban l

Nilai Kategori l Pre tes Post tes


l l l
Pre tes Post tes l l l

F % F % F % F %
5 Sangat Baik 0 0,0 1 16,7 0 0,0 0 0,0
4 Baik 0 0,0 4 66,7 0 0,0 1 16,7
3 Sedang l
3 50,0 1 16,7 3 50,0 5 83,3
2 Kurang l
3 50,0 0 0,0 3 50,0 0 0,0
1 Kurang Sekali
l l
0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Jumlah l 6 100 6 100 6 100 6 100

Tabel 4.5 memperlihatkan hasil tes loncat tegak untuk kelompok latihan circuit
l l l l l l l l l

training pada pretes paling banyak mendapat nilai 3 dan 2 yaitu masing-masing 3 orang
l l l l

(50,0%) dengan loncat tegak 50 – 59 dan 39 – 49. Sedangkan pada nilai posttest paling
l l l l

banyak mendapat nilai 4 sebanyak 4 orang (66,7%) dengan loncat tegak 60 – 72.
l l l l

Selanjutnya hasil tes loncat tegak untuk kelompok latihan beban pada pretes
l l l l l l l l l l

paling banyak mendapat nilai 3 dan 2 yaitu masing-masing 3 orang (50,0%) dengan
l l l

loncatan 50 – 59 dan 39 – 49. Sedangkan pada nilai posttest paling banyak mendapat l l l

nilai 3 sebanyak 5 orang (83,3%) dengan loncatan 60 – 72.


l l

e. Lari 1200 Meter

Hasil tes kesegaran jasmani pada tes lari 1200 meter putra yang diberi latihan
l l l l l l l l l

circuit training dan latihan beban di SMA Negeri 11 Medan dapat dilihat pada Tabel
l l l l l l

4.6 berikut :
l l

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kesegaran Jasmani Pada Lari 1200
Meter Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan

Latihan Circuit Training l Latihan Beban l

Nilai Kategori l Pre tes Post tes


l l l Pre tes Post tes
l l l

F % F % F % F %
5 Sangat Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
4 Baik 0 0,0 4 66,7 0 0,0 1 16,7
66

3 Sedang l
1 16,7 1 16,7 2 33,3 3 50,0
2 Kurang l
4 66,7 1 16,7 1 16,7 2 33,3
1 Kurang Sekali l l
1 16,7 0 0,0 3 50,0 0 0,0
Jumlah l 6 100 6 100 6 100 6 100

Tabel 4.6 memperlihatkan hasil tes lari 1200 meter untuk kelompok latihan
l l l l l l l l l

circuit training pada pretes paling banyak mendapat nilai 2 atau kurang yaitu masing-
l l l l l l l

masing 4 orang (66,7%) dengan waktu 5’13”–6’33” sedangkan pada posttest paling l l l l

banyak mendapat nilai 4 atau baik sebanyak 4 orang (66,7%) dengan waktu 3’15” –
l l l l l

4’25”.

Selanjutnya hasil tes lari 1200 meter untuk kelompok latihan beban pada pretes
l l l l l l l l l l l

paling banyak mendapat nilai 1 atau kurang sekali yaitu masing-masing 3 orang l l l l l

(50,0%) dengan waktu 6’33” - dst sedangkan pada posttest paling banyak mendapat
l l l l l

nilai 3 atau sedang sebanyak 3 orang (60,0%) dengan waktu 4’26” – 5’12”.
l l l l l

2. Rekap Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal di

SMA Negeri 11 Medan

Berikut rekap hasil Tes Kesegaran Jasmani yang diberi latihan circuit training
l l l l l l l l

dan latihan beban pada siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan:
l l l l l l l l l

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kesegaran Jasmani Siswa


Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan

Latihan Circuit Training Latihan Beban l

Rentan
l

Kategori Pre tes Post tes Pre tes Post tes


l

g Nilai
l l l l l l l

F % F % F % F %
22 – 25 Sangat Baik 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
18 – 21 Baik 0 0,0 4 66,7 0 0,0 2 33,3
14 – 17 Sedang l 2 33,3 2 33,3 2 33,3 4 66,7
10-13 Kurang l 3 50,0 0 0,0 3 50,0 0 0,0
5–9 Kurang Sekali l l 1 16,7 0 0,0 1 16,7 0 0,0
Jumlah l 6 100 6 100 6 100 6 100
67

Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa pada kelompok
l l l l l l l

siswa yang diberi latihan circuit training pada pretes diperoleh 3 orang pada kategori l l l l l l l

kurang (50%), 2 orang pada kate gori sedang (33,3%) dan 1 orang pada kate gori kurang
l l l l l

sekali (16,7%). Sedangkan pada posttest diperoleh 4 orang pada kategori baik (66,7%)
l l l l l l

dan 2 orang pada kategori sedang (33,3%). l l

Tingkat kebugaran jasmani siswa pada kelompok siswa yang diberi latihan beban pada
l l l l l

pretes diperoleh 3 orang pada kategori kurang (50%), 2 orang pada kategori sedang
l l l l l l l l

(33,3%) dan 1 orang pada kategori kurang sekali (16,7%). Sedangkan pada posttest l l l l l

diperoleh 4 orang pada kategori sedang (66,7%) dan 2 orang pada kate gori baik
l l l l l

(33,3%).

3. Rangkuman Perbandingan Nilai Mean Kebugaran Jasmani Siswa Pada

Latihan Circuit Training dan Latihan Beban

Berikut rangkuman hasil analisis data nilai mean pada pre-test dan post-test
l l l l l l l

dalam penelitian ini, yang ditunjukkan pada tabel 4.8 di bawah ini :
l l l l l

Tabel 4.8 Rangkuman Perbandingan Nilai Mean Pada Pre-test dan Post-test
l l l l l l l

Variabel Data Mean Standar Deviasi


Latihan circuit l Pre-test l l 12,17 2,137
training Post-test l
18,83 1,602
Latihan beban l Pre-test l l 11,83 2,041
Post-test l
16,50 1,871

Berdasarkan tabel 4.8 di atas didapatkan pada kelompok latihan circuit training
l l l l

diperoleh nilai rata-rata kebugaran jasmani siswa untuk pre test adalah 12,17 dengan
l l l l l l l l l

standar deviasi 2,137 dan post test meningkat sebesar 18,83 dengan standar deviasi
l l l l l l l

1,602. Hasil ini menunjukkan tingkat kebugaran jasmani Siswa Ekstrakurikuler l l l l l l l l l

Futsal di SMA Negeri 11 Medan sesudah diberi perlakuan latihan circuit training
l l l l l l l l l l

meningkat sebesar 6,666 atau 54,8%.


l l l l
68

Selanjutnya pada kelompok siswa yang diberi latihan beban diperoleh nilai rata-
l l l l l l l

rata pre test sebesar 11,83 dengan standar deviasi 2,041 dan post test sebesar 16,50
l l l l l l l l l

dengan standar deviasi 1,871. Hasil tersebut menunjukkan tingkat kebugaran


l l l l l l l l l l

jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan sesudah diberi l l l l l l l l l l l

perlakuan latihan beban meningkat sebesar 4,667 atau 39,5%.


l l l l l l l

Penggambaran hasil analisis data nilai mean pada pre-test dan post-test melalui
l l l l l l l

histogram sebagai berikut : l l l

Perbandingan Pengaruh Latihan Circuit Training dan


Latihan Beban terhadap Kebugaran Jasmani Siswa
18.83
20
16.5
18
16
12.17 11.83
14
12
10
8
6
4
2
0
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
Latihan Circuit Training Latihan Beban

Gambar 4.1. Histogram Perbandingan Nilai Pretes – Postest Kebugaran Jasmani l l l l l l

Siswa yang Diberi Latihan Circuit Training dan Latihan Beban l l l

4. Hasil Analisis Data Penelitian

Sebelum dilakukan analisis data, akan dilakukan analisis prasyarat analisis


l l l l l

data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji prasyarat analisis
l l l l l l

disajikan berikut ini: l l

1. Uji Normalitas

Uji normalitas di ujikan pada masing-masing data penelitian yaitu tingkat


l l l l l

kebugaran jasmani. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji shapiro-wilk dengan


l l l l l l l l
69

program SPSS 21. Dalam uji ini akan menguji hipotesis sampel berasal dari l l l l l l

populasi berdistribusi normal, untuk menerima atau menolak hipotesis dengan


l l l l l l l l l l l

membandingkan harga Signifikan 0,05. Kriterianya adalah menerima hipotesis


l l l l l

apabila angka signifikan lebih besar dari 0,05 (Sig> 0,05). Hasil uji normalitas pada l l l

lampiran dapat dilihat pada tabel di bawah ini: l

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas


l l l l

Variabel Data Shapiro-wilk Sig. Kesimpulan


Latihan circuit Pre-test 0,967 l l l 0,875 Normal
training Post-test 0,908 l 0,425 Normal
Latihan Beban Pre-test 0,903 l l l 0,393 Normal
Post-test 0,982 l 0,961 Normal
Sumber : SPSS 21 (Shapiro-wilk)
l l

Tabel 4.9 di atas diketahui bahwa dari hasil pre test dan posttest nilai TKJI
l l l l l l

Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan memiliki nilai signifikan


l l l l l l l l l

sebesar 0,875 dan 0,425 untuk latihan circuit training dan nilai signifikansi sebesar
l l l l l l l

0,393 dan 0,961 untuk nilai latihan beban dimana nilai signifikan tersebut lebih l l l l l l l

besar dari 0,05 (Sig> 0,05), artinya data pretest dan posttest tersebut berdistribusi
l l l l l l l l l

normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenormalan distribusi untuk


l l l l l l l

data pre test dan posttest terpenuhi. l l l l l l

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan variansi, atau untuk


l l l l l l l l l l l l

menguji bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang homogen. Kriteria
l l l l l l l l

pengambilan keputusan diterima apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05 (Sig>
l l l l l l l

0,05). Hasil uji homogenitas adalah sebagai berikut: l l l l l


70

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas


l l l l

Variabel Data Latihan Db Fhitung Sig. Kesimpulan


Pre test l l Circuit training l 1:10 0,000 1,000 Homogen l

Beban l

Post test l Circuit training l 1:10 0,294 0,599 Homogen l

Beban l

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai pretes dan post test memiliki
l l l l l l l l

signifikansi lebih dari 0,05, artinya data tersebut mempunyai varian yang sama.l l l l l l

Maka bisa dikatakan data berasal dari populasi-populasi yang homogen. Sehingga l l l l l

hipotesis yang menyatakan bahwa data diperoleh dari populasi yang homogen
l l l l l l

diterima. l

3. Uji Hipotesis

a. Pengaruh Latihan Circuit Training Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa

Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu “ada pengaruh latihan circuit
l l l l l l l l l

training terhadap kebugaran jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11


l l l l l l l l l l

Medan”. Untuk pengujian hipotesis analisis data dilakukan dengan uji-t paired
l l l l l l l l l l

sample test pada data pre test dan post test hasil pengukuran tingkat kebugaran
l l l l l l l l l l

jasmani. Dalam uji ini akan menguji hipotesis terdapat perbedaan tingkat l l l l l l l

kebugaran
l l jasmani. Untuk l l menerima l l atau l menolak l hipotesis l dengan l

membandingkan harga thitung dengan harga ttabel. Kriterianya adalah menerima


l l l l l l l

hipotesis apabila harga thitung terletak antara negatif dan positif dari ttabel, atau jika
l l l l l l l

signifikan perhitungan lebih besar dari 0,05. l l l l

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara kebugaran


l l l l l l l l l l l

jasmani sebelum diberikan latihan circuit training dengan tingkat kebugaran


l l l l l l l l
71

jasmani setelah diberi perlakuan circuit training digunakan uji-t dua sampel l l l l l l l l l l

berhubungan atau Paired samplet-test. Hasil uji-t ditunjukkan pada tabel berikut.
l l l l l l l l l l l l l

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji-t Paired samplet-test Pada Kelompok Latihan
l l l l l l l

Circuit Training Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan


l l l l l l l l l

Latihan N Mean ± thitung ttabel Sig. Kesimpulan


Circuit St.Deviasi
Training
Pre-test 6 12,17 ± 2,137 10,847 2,015 0,000 Ha diterima
l l l

Post-test 6 18,83 ± 1,602 l

Tabel 4.11 di atas, diketahui hasil analisis uji-t dengan nilai thitung sebesar
l l l l l l l l

10,847 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kemudian nilai thitung dibandingkan
l l l l l l

dengan nilai ttabel pada taraf signifikan 5%, se hingga ttabel sebesar 2,015. Hasil
l l l l l l

tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari pada ttabel (10,847>2,015).
l l l l l l l l l l

Jika dibandingkan nilai signifikansi 0,000 le bih kecil dari  0,05 (0,000<0,05), l l

maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima. Artinya, terdapat l l l l

pengaruh yang signifikan Latihan Circuit Training Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa
l l l l l l

Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l

Selanjutnya, untuk melihat keefektifan peningkatan kebugaran jasmani


l l l l l l l l l l l

siswa ditunjukkan dari nilai rata-rata untuk data pre test adalah sebesar 12,16 dan
l l l l l l l l

nilai rata-rata untuk data post test adalah sebesar 18,83. Hasil ini menunjukkan l l l l l l l l

tingkat kebugaran jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan l l l l l l l l l l

sesudah diberi perlakuan latihan circuit training meningkat sebesar 6,666 atau
l l l l l l l l l l

54,8%. Artinya, latihan circuit training dapat meningkatkan kebugaran jasmani l l l l

Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan sebesar 54,8%.


l l l l l l l l l l

b. Pengaruh Latihan Beban Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa

Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan.


72

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini yaitu “ada pengaruh latihan beban terhadap
l l l l l l l l l l

kebugaran jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan”. Untuk


l l l l l l l l l l l l

pengujian hipotesis analisis data dilakukan dengan uji-t paired sample test pada
l l l l l l l l l

data pre test dan post test hasil pengukuran tingkat kebugaran jasmani. Dalam ujil l l l l l l l l

ini akan menguji hipotesis terdapat perbedaan tingkat kebugaran jasmani. Untuk l l l l l l l l l l

menerima atau menolak hipotesis dengan membandingkan harga thitung dengan


l l l l l l l l l

harga ttabel. Kriterianya adalah menerima hipotesis apabila harga thitung terletak antara l l l l l l l l

negatif dan positif dari ttabel, atau jika signifikan perhitungan lebih besar dari 0,05.
l l l l l l l

Untuk mengetahui perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara kebugaran jasmani


l l l l l l l l l l l

sebelum diberikan latihan beban dengan tingkat kebugaran jasmani setelah diberi
l l l l l l l l l l l

perlakuan latihan beban digunakan uji-t dua sampel berhubungan atau Paired
l l l l l l l l l l l l

samplet-test. Hasil uji-t ditunjukkan pada tabel berikut. l l l l l l l l

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Uji-t Paired samplet-test Pada Kelompok Latihan
l l l l l l l

Beban Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan


l l l l l l l l l

Latihan N Mean ± thitung ttabel Sig. Kesimpulan


Beban St.Deviasi
Pre-test l l 6 11,83 ± 2,041 8,367 2,015 0,000 Ha diterima l

Post-test l 6 16,50 ± 1,870

Tabel 4.12 di atas, diketahui hasil analisis uji-t dengan nilai thitung sebesar
l l l l l l l l

8,367 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kemudian nilai thitung dibandingkan l l l l l l

dengan nilai ttabel (df = 5) pada taraf signifikan 5%, sehingga ttabel sebesar 2,015.
l l l l l l

Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari pada ttabel l l l l l l l l l l

(8,367>2,015). Jika dibandingkan nilai signifikansi 0,000 le bih kecil dari  0,05 l l

(0,000<0,05), maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan diterima. Artinya, l l l

terdapat pengaruh yang signifikan Latihan Beban Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa
l l l l l l l

Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l
73

Selanjutnya, untuk melihat keefektifan peningkatan kebugaran jasmani


l l l l l l l l l l l

siswa ditunjukkan dari nilai rata-rata untuk data pre test adalah sebesar 11,83 dan
l l l l l l l l

nilai rata-rata untuk data post test adalah sebesar 16,50. Hasil ini menunjukkan l l l l l l l l

tingkat kebugaran jasmani Siswa Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan


l l l l l l l l l l

sesudah diberi perlakuan latihan beban meningkat sebesar 4,666 atau 39,5%.
l l l l l l l l l l

Artinya, latihan beban l dapat meningkatkan l kebugaran l l jasmani Siswa

Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan sebesar 39,5%.


l l l l l l l l l l

c. Pengaruh Latihan Circuit Training Terhadap Kebugaran Jasmani Siswa

Ekstrakurikuler Futsal di SMA Negeri 11 Medan.

Untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara latihan Circuit Training dan


l l l l l l l l l l

Latihan Beban terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal digunakan uji-t
l l l l l l l l l l l

independen sample test pada kedua kelompok. Hasil uji-t independen sample test
l l l l l l l l l l l l l l

ditunjukkan pada tabel berikut.


l l l l l

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji-t Independent samplet-test Kebugaran


Jasmani Siswa Pada Kelompok Latihan Circuit Training dan Latihan Beban
di SMA Negeri 11 Medan

Data Post tes N Mean ± thitung ttabel Sig. Kesimpulan


St.Deviasi
Latihan Circuit l 6 18,83 ± 1,602 2,320 2,228 0,043 Ha diterima l

Training
Latihan Beban l 6 16,50 ± 1,870

Tabel 4.13 di atas, diketahui hasil analisis uji-t independent sample test
l l l l l l l l l

dengan nilai thitung sebesar 2,320 dan signifikansi 0,043. Kemudian nilai thitung
l l l l l l l

dibandingkan dengan nilai ttabel (df = 10) pada taraf signifikan 5%, sehingga ttabel l l l l

sebesar 2,228. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung lebih besar dari pada
l l l l l l l l l l l

ttabel (2,320>2,228) dan nilai signifikansi 0,043 <  0,05, maka hipotesis dalam
l l

penelitian ini dinyatakan diterima. Artinya, terdapat perbedaan pengaruh antara


l l l l l l l
74

latihan Circuit Training dan Latihan Beban terhadap kebugaran jasmani siswa l l l l l

ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan. Berdasarkan hasil tersebut dapat


l l l l l l l l l l l l

disimpulkan bahwa kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal yang diberi latihan
l l l l l l l l l

circuit training memiliki pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan kebugaran
l l l l l l l l l

jasmani siswa yaitu 54,8% dibandingkan dengan siswa yang diberi latihan beban yaitu l l l l l

39,5%.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pre test diketahui


l l l l l l l l l l

tingkat kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler fultsal di SMA Negeri 11 Medan rata-
l l l l l l l l l l

rata termasuk dalam kategori kurang pada kedua kelompok dengan nilai rata-rata 12,17
l l l l l l l l

pada kelompok latihan circuit training dan 11,83 pada kelompok latihan beban. Setelah
l l l l l l

mengikuti latihan circuit training selama 3 kali seminggu dengan frekuensi lama
l l l l l l l l l l

latihan selama 6 minggu didapatkan post test TKJ siswa meningkat dengan nilai
l l l l l

rata-rata 18,83 dengan kriteria penilaian Baik. Ternyata setelah diberi perlakuan l l l l l l l l l

latihan circuit training terjadi perubahan peningkatan sebesar 6,666 atau 54,8%. Hasil l l l l l l l l

analisis uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga hal
l l l l l l l l

ini menunjukkan bahwa ternyata latihan circuit training memberikan pengaruh yang
l l l l l l l l l

signifikan terhadap peningkatan kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di l l l l l l l l l

SMA Negeri 11 Medan sebesar 54,8%. l l l l l

Begitu juga dengan siswa pada kelompok latihan beban yang diberi selama
l l l l l l l l

3 kali seminggu dengan frekuensi lama latihan selama 6 minggu didapatkan post
l l l l l l l l

test TKJ siswa meningkat dengan nilai rata-rata 16,50 dengan kriteria penilaian
l l l l l l

Sedang. Ternyata setelah diberi perlakuan latihan beban terjadi perubahan


l l l l l l l l l l l

peningkatan sebesar 4,667 atau 39,5%. Hasil analisis uji-t menunjukkan bahwa
l l l l l l l l
75

terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga hal ini menunjukkan bahwa latihan
l l l l l l l

beban memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran


l l l l l l l l l

jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan sebesar 39,5%. l l l l l l l l l l

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani siswa


l l l l l l l

ekstrakurikuler futsal yang diberi latihan circuit training memiliki pengaruh yang lebih
l l l l l l l l l l l

besar dalam meningkatkan kebugaran jasmani siswa yaitu 54,8% dibandingkan dengan
l l l l l l

siswa yang diberi latihan beban yaitu 39,5%. l l l

Peningkatan kebugaran jasmani melalui jenis latihan circuit training yang


l l l l l l l

dijalankan secara terprogram, dengan intensitas yang semakin hari semakin meningkat l l l l l l l

telah memberi bukti nyata meningkatkan tingkat kebugaran. Dengan demikian jelas
l l l l l l l l l l

bahwa latihan sirkuit atau circuit training merupakan salah satu program latihan yang l l l l l l

efektif untuk meningkatkan kondisi fisik.


l l l l l

Circuit training merupakan suatu cara latihan kondisi fisik yang bertujuan
l l l l l l l l

dan berusaha untuk mengembangkan fungsi jantung, pernafasan dan pembuluh


l l l l l l l l l l l l

darah melalui penambahan ulangan dengan pembebanan tertentu dan berusaha l l l l l l l l l l l l

mengurangi jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan rangkaian latihan.


l l l l l l l l l

Kesegaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan


l l l l l l

kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan


l l l l l l l l l

efisien. Pemberian latihan circuit training pada siswa futsal di SMA Negeri 11
l l l l l l l l

Medan digunakan untuk mencari tahu apakah latihan tersebut berpengaruh terhadap
l l l l l l l l l l l l l

peningkatan kebugaran jasmani siswanya atau tidak. Ternyata setelah dilakukan


l l l l l l l l

eksperimen, dan diadakan penelitian ternyata terjadi peningkatan kebugaran


l l l l l l l l l l

jasmani siswa futsal di SMA Negeri 11 Medan yang cukup besar dari latihan circuit l l l l l l l l

training. Latihan circuit training memberikan pengaruh sebesar 54,8%. Hal ini l l l l l l l
76

kembali pada tujuan latihan circuit training yaitu meningkatkan kerja jantung,
l l l l l l l l

pernafasan dan pembuluh darah. Karena kerja jantung, pernafasan dan pembuluh
l l l l l l l l l l l

darah dapat optimal dan efisien, maka kebugaran jasmani seseorang akan l l l l l l

meningkat. l

Setiap unsur itu perlu dikembangkan untuk meningkatkan kondisi fisik, melalui
l l l l l l l l l l l l

setiap bentuk latihan dapat dikembangkan setiap unsur. Namun cara ini memerlukan
l l l l l l l l l l l

waktu yang cukup lama. Karena itu dapat diterapkan cara lain yang efektif untuk
l l l l l l l l l l

mengembangkan latihan yang disebut latihan sirkuit. Latihannya terdiri atas latihan
l l l l l l

kondisi fisik seperti kelincahan, daya tahan, kekuatan, dan unsur lainnya.
l l l l l l l
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, deskripsi, dan pembahasan, dapat diambil


l l l

kesimpulan, yaitu:
l l l

1. Ada pengaruh latihan Circuit Training terhadap kebugaran jasmani siswa


l l l l l l

ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan yaitu sebesar 54,8%.


l l l l l l l l l l l

2. Ada pengaruh latihan beban terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler


l l l l l l l l l l

futsal di SMA Negeri 11 Medan yaitu sebesar 39,5%.


l l l l l l l

3. Ada perbedaan pengaruh antara latihan Circuit Training dan Latihan Beban
l l l l l l

terhadap kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan.


l l l l l l l l l l l

Tingkat kebugaran jasmani siswa ekstrakurikuler futsal yang diberi latihan circuit
l l l l l l l l l

training memiliki pengaruh yang lebih besar dalam meningkatkan kebugaran l l l l l l l l

jasmani siswa yaitu 54,8% dibandingkan dengan siswa yang diberi latihan beban l l l l

yaitu 39,5%. l

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian mengenai perbedaan


l l l l l l l l l l l

pengaruh latihan circuit training dan latihan beban terhadap kebugaran jasmani siswa
l l l l l l l

ekstrakurikuler futsal di SMA Negeri 11 Medan, maka peneliti memberikan saran-saran


l l l l l l l l l l l l

sebagai berikut:
l l l

1. Kepada Pelatih l l

Diharapkan pelatih mampu melanjutkan penggunaan latihan sirkuit dan l l l l l l l

mampu memvariasikan dengan model latihan lainnya dalam proses kegiatan


l l l l l l

latihan futsal sesuai kondisi atlet tersebut sehingga dapat meningkatkan l l l l l l l l l

77
78

kualitas kebugaran atlet


l l l l
79

futsal.
l

2. Bagi atlet l

Atlet diharapkan dapat mempertahankan semangat dan motivasi dalam


l l l l

mengikuti arah dan cara mengajar pelatih yang masih belum menggunakan
l l l l l l l l

model latihan tertentu, agar kualitas kebugaran jasmani atlet selalu terjaga
l l l l l l l l l l l

dan dapat bermain futsal dengan baik. l l l

3. Bagi peneliti selanjutnya


l l l l

Bagi penelitian lain hendaknya melakukan penelitian dengan menggunakan


l l l l l l l l l l

model-model latihan baru, dengan menggunakan pendekatan yang berbeda


l l l l l l l l l l

dan dengan objek yang berbeda pula, sehingga hasil dari penelitiannya
l l l l l l l l

tersebut akan lebih menyempurnakan hasil penelitian ini.


l l l l l l l l l
80

DAFTAR PUSTAKA

Agung Sunarno. (2018). Taman Rekreasi Kesegaran Jasmani Dan Olahraga.


l l l l l l

Jurnal Ilmu Keolahragaan, 17(2), 28–35.


l l l

Al-Jamil, A. H., Sugiyanto, S., & Sugihartono, T. (2018). Analisis Tingkat


l l

Kebugaran Jasmani Siswa Pendidikan Pondok Pesantren Di Kota


l l l l l

Bengkulu. Kinestetik,
l 2(1), 118–125.
l l l l

https://doi.org/10.33369/jk.v2i1.9196

Alcaraz. (2008). “Physical performance and cardiovascular responses to an l l l l l

acute bout of heavy resistance circuit training versus


l l l l l l l l l

traditional strength training”. Journal of Strength and l l l

Conditioning Research. Vol 22 Number 3 May 2008. l l l l

Achmad Paturusi. (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga.


l l l l l

Jakarta: PT Asri Mahasatya.

Arikunto S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.


l l l l Jakarta: Bumi l

Aksara.

Babu, M. S., & Kumar, P. P. S. P. (2014). E ffect of Continuous Running


l l l l l l l

Fartlek and Interval Training on Speed and Coordination


l l l l

among Male Soccer Players. Journal of Physical Education l l l l l l

and Sports Management, 1(1), 33–41. l l

Black, I. S. (1956). The effect of weight training on physical fitness index of l l l l l l

high school boys (Doctoral dissertation, Boston University). l l l

Bompa, T. (1983). Theory And Methodology Of Training. Dubuque. Iowa: l l l l l l

Kendall/Hunt Publising Company.


l l l

Dea Linia Romadhoni. (2018). Pengaruh Pemberian Circuit Training


l l l l l l

Terhadap Peningkatan VO2Max Pada Pemain Futsal Di Maleo


l l l l l

Futsal Magetan. Jurnal Kesehatan Vol. 11. No. 1. ISSN 1979-


l l l l l

7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). 43-38. l

Depdiknas. (1999).Tes Kesegaran Jasmani Indonesia Untuk Anak Umur 13-


l l l l l l l l l

15 tahun. Jakarta: Puskesjasrek Depdiknas. l l l l l

Erminawati. (2009). Kesegaran dan Kesehatan. Ricardo, Jakarta. CV


l l l l l

Ricardo.
81

Harsono. (2018). Latihan Kondisi Fisik Untuk Atlet Sehat Aktif. Bandung: l l l l l

PT. Remaja Rosdakarya. l

Hasibuan, Sanusi. 2008. Pengaruh Latihan Senam Indonesia Jaya Terhadap


l l l l l l l

Peningkatan Kebugaran Jasmani Siswa Putra SMP Negeri 19


l l l l l l

Palembang Kelas VII. l l

Hasnan, Said. 1975. Tes Kesegaran Jasmani indonesia. Jakarta. Departemen l l l l l l l

Pendidikan dan Kebudayaan. Rineka Cipta.


l l l l

Festiawan, R., Raharja, A. T., Ju suf, J. B. K., & Mahardika, N. A. (2020). E ffect
l l l l l

of Oregon Circuit Training and Fartlek Training on the VO2Max l l l l

Level of Soedirman Expedition VII Athletes (Goes to Aconcagua


l l l l l l l l l

Mountain: Argentina). Jurnal Pendidikan Jasmani Dan


l l l l

Olahraga, 5(1), 62–69. https://doi.org/10.17509/jpjo.v5i1.23183

Fikri, A. (2017). Meningkatkan Kebugaran Jasmani Melalui Metode Latihan l l l l l l l

Sirkuit Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan


l l l l

Kesehatan Di Sma Negeri 1 Lubuklinggau. Jurnal SPORTIF :


l l l l l l l l

Jurnal Penelitian Pembelajaran, 3(1), 89–102.


l l l l l

John D. Tenang. (2008). Mahir Bermain Futsal. Bandung. PT. Mizan Pustaka.
l l l l l

Justinus Lhaksana. (2011). Taktik & Strategi Futsal Modern. Jakarta: Penebar
l l l l l l l

Swadaya Group l

Nasrulloh, A., Prasetyo, Y., & Apriyanto, K. D. (2018). Dasar-dasar latihan


l l

beban. Yogyakarta: UNY Pres.


l l l

Rahadian, A. (2019). “Aplikasi Analisis Biomekanika (Kinovea Software) l l l

Untuk Mengembangkan Kemampuan Lari Jarak Pendek (100


l l l l l l l l

M) Mahasiswa PJKR Unsur”. Journal of SPORT, 3(1), 1–8. l l l

Ryan, Cooper, & Tauer. (2018). Hubungan Koordinasi Mata-Kaki Dan


l l l l l

Keseimbangan Dengan Kemampuan Passing Kaki Bagian Dalam


l l l l l

Pada Permainan Futsal Siswa Ekstrakurikuler Smpn 139 Jakarta l l l l l l

Timur. Paper Knowledge . Toward a Media History of l l l l l

Documents, 12–26. l l

Sembiring, I. (2019). Pengaruh Game Sirkuit Terhadap Kebugaran Fisik Pada.


l l l l l l l l

Jambura Journal of Sports Coaching, 1(2), 63–72. l l

Sepakbola, M. A. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kebugaran


l l l l l l l

Jasmani ( Vo2. December, 237–249. l l l

https://doi.org/10.20473/jbe.v4i2.2016.237 l
82

Sudhakar Babu, M., & S Paul Kumar, P. P. (2014). Effect of Continuous


l l l l l l l l

Running Fartlek and Interval Training on Speed and Coordination


l l l l l

among Male Soccer Players. Journal of Physical Education and l l l l l l

Sports Management, 1(1), 33–41. l l

Suharjana, F. (2020). Kebugaran Kardiorespirasi dan Indeks Massa Tubuh


l l l l l l l

Mahasiswa KKN-PPL PGSD Pnejas FUK UNY. Jurnal l l l l

Pendidikan Jasmani Indonesia, 9(November), 117–124.


l l l l

Sulistiono, A. A. (2014). Basic and Se condary Education Students Physical


l l l l l l

Fitness in West Java. Jurnal


l Pendidikan dan l l l

Kebudayaan, 20(2), 225.


l l

Sunarno A. (2017). Tes Pengukuran Kesegaran Jasmani dan Olahraga.


l l l l l l l

Diktat. Medan: FIK UNIMED. l l l

Susanto, S. (2015). Pengaruh Latihan Sirkuit terhadap Peningkatan Kebugaran


l l l l l l l l

Jasmani dan Ketepatan Membidik Panahan pada Anak Usia Dini. l l l l

Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam, 3(2), 185–199.


l l l

https://doi.org/10.21274/taalum.2015.3.2.185-199 l

Susanto, S., Siswantoyo, S., Prasetyo, Y., & Putranta, H. (2021). The effect of
l l l l l l

circuit training on physical fitness and archery accuracy in novice


l l l l l

athletes. Physicall Activity Review,


l 9(1), 100–108. l l

https://doi.org/10.16926/par.2021.09.12

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3. Tahun 2005 Tentang Sistem


l l l l l l l l

Keolahragaan Nasional. Kementerian Negara Pemuda dan


l l l l l l l

Olahraga Republik Indonesia. Jakarta . 2007. l l l

Zulbahri, Z. (2019). Tingkat Kemampuan Daya Tahan Jantung dan Pernafasan


l l l l l

Mahasiswa Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pasir l l l l l

Pengaraian. Gelanggang Olahraga: Jurnal Pendidikan Jasmani


l l l l

Dan Olahraga (JPJO), 3(1), 96–101.


https://doi.org/10.31539/jpjo.v3i1.852
83

Lampiran 1.

PROGRAM LATIHAN CIRCUIT TRAINING

Tempat Latihan : Lapangan Sekolah SMA Negeri 11 Medan


Tujuan Penelitian : Circuit Training
 Shutle run
 Push up
 Sit up
 Squat thrust
 Step up

Frekuensi Latihan : 3 Kali Seminggu


Lama Latihan : 6 Minggu
Hari Latihan : Senin, Rabu dan Sabtu
Waktu Latihan : 16.00 – 17.30 Wib (90 Menit)
Waktu Pemanasan : 15 menit
Waktu Pendinginan : 60 menit
Waktu Pendinginan : 15 menit
Istrahat Antar Set : 15 menit
Jumlah Siswa :6
Kenaikan Beban : 1. Ringan : 30-50%
2. Sedang : 50-70%
3. Berat : 70-80%
4. Submaksimal : 80-90%
5. Maksimal : 90-100% (Harsono 2000:64)
84

Minggu I, Intensitas 50% dari Kemampuan Maksimal

Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat


Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
3 1 set 30 1 menit
 Push up
detik
 Sit up
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 3 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 3 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
85

Minggu II, Intensitas 60%


Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat
Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
4 1 set 30 1 menit
 Push up
detik
 Sit up
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 4 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 4 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
86

Minggu III, Intensitas 70%


Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat
Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
5 1 set 30 1 menit
 Push up
detik
 Sit up
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 5 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 5 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
87

o Arahan

Minggu IV, Intensitas 60%


Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat
Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
4 1 set 30 1 menit
 Push up
detik
 Sit up
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 4 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 4 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
88

o Peregangan
o Arahan

Minggu V, Intensitas 70%


Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat
Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
5 1 set 30 1 menit
 Push up
detik
 Sit up
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 5 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 5 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
89

Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Minggu VI, Intensitas 80%


Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat
Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
6 1 set 30 1 menit
 Push up
detik
 Sit up
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 6 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Circuit Training
 Shutle run
 Push up 6 1 set 30 1 menit
 Sit up detik
 Squat thrust
90

 Step up
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Lampiran 2.

PROGRAM LATIHAN BEBAN

Tempat Latihan : Lapangan Sekolah SMA Negeri 11 Medan


Tujuan Penelitian : Latihan Beban
 Pull-Up
 Dumbbell Pullover
 One Arm Dumbbell Row
 Dumbbell Lateral Raise
 Dumbbell Rowing
Frekuensi Latihan : 3 Kali Seminggu
Lama Latihan : 6 Minggu
Hari Latihan : Senin, Rabu dan Sabtu
Waktu Latihan : 16.00 – 17.30 Wib (90 Menit)
Waktu Pemanasan : 15 menit
Waktu Pendinginan : 60 menit
Waktu Pendinginan : 15 menit
Istrahat Antar Set : 15 menit
Jumlah Siswa :6
Kenaikan Beban : 1. Ringan : 30-50%
2. Sedang : 50-70%
3. Berat : 70-80%
4. Submaksimal : 80-90%
5. Maksimal : 90-100% (Harsono 2000:64)
91

Minggu I, Intensitas 50% dari Kemampuan Maksimal

Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat


Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 3 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 3 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 3 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
92

• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Minggu II, Intensitas 60%

Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat


Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 4 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 4 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 4 1 set 30 1 menit
93

• One Arm Dumbbell Rown detik


• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Minggu III, Intensitas 70%

Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat


Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 5 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 5 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
94

• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 5 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Minggu IV, Intensitas 60%

Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat


Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 4 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 4 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
95

Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 4 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Minggu V, Intensitas 70%

Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat


Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 5 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 5 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan
Sabtu Pemanasan
96

o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 5 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Minggu VI, Intensitas 80%

Hari Kegiatan Set Repetisi Istrahat


Senin Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 6 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Rabu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 6 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
97

o Arahan
Sabtu Pemanasan
o Peregangan
o Statis, Dinamis, Jogging
Latihan Inti
o Latihan Beban
• Pull-Up
• Dumbbell Pullover 6 1 set 30 1 menit
• One Arm Dumbbell Rown detik
• Dumbbell Lateral Raise
• Dumbbell Rowing
Pendinginan
o Peregangan
o Arahan

Minggu Terakhir Pengambilan Post –Test

No Jenis Tes Hasil Nilai Ket


1 Lari 60 Meter ..... detik
2 Gantung
a) Siku tekuk ..... detik
b) Angkat Tubuh ..... kali
3 Duduk baring 60 detik ..... kali

4 Loncat Tegak
Tinggi raihan : ..... Cm
Loncatan 1 : ..... Cm
Loncatan 2 : ..... Cm
Loncatan 3 : ..... Cm ..... Cm
5 Lari 1200 Meter ..... Menit

6 Jumlah tes1 + tes 2 + tes 3 + tes 4 + tes 5

7 Klasifikasi Tingkat Kebugaran Jasmani


98

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Data


1. Latihan Circuit Training

Frequencies
Statistics
Pre - Circuit Post - Circuit
Training Training
N Valid 6 6
Missing 0 0
Mean 12,17 18,83
Median 12,00 19,00
Std. Deviation 2,137 1,602
Variance 4,567 2,567
Minimum 9 17
Maximum 15 21
Sum 73 113

Frequency Table
99

Pre - Circuit Training


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 9 1 16,7 16,7 16,7
11 1 16,7 16,7 33,3
12 2 33,3 33,3 66,7
14 1 16,7 16,7 83,3
15 1 16,7 16,7 100,0
Total 6 100,0 100,0

Post - Circuit Training


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17 2 33,3 33,3 33,3
19 2 33,3 33,3 66,7
20 1 16,7 16,7 83,3
21 1 16,7 16,7 100,0
Total 6 100,0 100,0

2. Latihan Beban

Statistics
Pre - Latihan Post - Latihan
beban beban
N Valid 6 6
Missing 0 0
Mean 11,83 16,50
Median 12,00 16,50
Std. Deviation 2,041 1,871
Variance 4,167 3,500
Minimum 9 14
Maximum 14 19
Sum 71 99

Frequency Table
100

Pre - Latihan beban


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 9 1 16,7 16,7 16,7
10 1 16,7 16,7 33,3
12 2 33,3 33,3 66,7
14 2 33,3 33,3 100,0
Total 6 100,0 100,0

Post - Latihan beban


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 14 1 16,7 16,7 16,7
15 1 16,7 16,7 33,3
16 1 16,7 16,7 50,0
17 1 16,7 16,7 66,7
18 1 16,7 16,7 83,3
19 1 16,7 16,7 100,0
Total 6 100,0 100,0

3. Hasil Uji Normalitas Data


Descriptives
Statistic Std. Error
Pre - Circuit Training Mean 12,1667 ,87242
95% Confidence Interval for Lower Bound 9,9240
Mean
Upper Bound 14,4093
5% Trimmed Mean 12,1852
Median 12,0000
Variance 4,567
Std. Deviation 2,13698
Minimum 9,00
Maximum 15,00
Range 6,00
Interquartile Range 3,75
Skewness -,137 ,845
Kurtosis -,270 1,741
Post - Circuit Training Mean 18,8333 ,65405
95% Confidence Interval for Lower Bound 17,1521
101

Mean Upper Bound 20,5146


5% Trimmed Mean 18,8148
Median 19,0000
Variance 2,567
Std. Deviation 1,60208
Minimum 17,00
Maximum 21,00
Range 4,00
Interquartile Range 3,25
Skewness -,041 ,845
Kurtosis -1,311 1,741
Pre - Latihan beban Mean 11,8333 ,83333
95% Confidence Interval for Lower Bound 9,6912
Mean Upper Bound 13,9755
5% Trimmed Mean 11,8704
Median 12,0000
Variance 4,167
Std. Deviation 2,04124
Minimum 9,00
Maximum 14,00
Range 5,00
Interquartile Range 4,25
Skewness -,302 ,845
Kurtosis -1,419 1,741
Post - Latihan beban Mean 16,5000 ,76376
95% Confidence Interval for Lower Bound 14,5367
Mean
Upper Bound 18,4633
5% Trimmed Mean 16,5000
Median 16,5000
Variance 3,500
Std. Deviation 1,87083
Minimum 14,00
Maximum 19,00
Range 5,00
Interquartile Range 3,50
Skewness ,000 ,845
Kurtosis -1,200 1,741
102

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre - Circuit Training ,198 6 ,200* ,967 6 ,875
Post - Circuit Training ,208 6 ,200* ,908 6 ,425
Pre - Latihan beban ,199 6 ,200* ,903 6 ,393
Post - Latihan beban ,122 6 ,200* ,982 6 ,961
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

4. HASIL UJI T PAIRED SAMPLE PADA KELOMPOK LATIHAN CIRCUIT


TRAINING

T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre - Circuit Training 12,1667 6 2,13698 ,87242
Post - Circuit Training 18,8333 6 1,60208 ,65405
103

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pre - Circuit Training & Post - 6 ,711 ,113
Circuit Training

Paired Samples Test


Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviati Error Difference
Mean on Mean Lower Upper
Pai Pre - Circuit - 1,5055 ,61464 -8,24664 - -10,847 5 ,000
r 1 Training - Post - 6,6666 5 5,0866
Circuit Training 7 9
104

5. HASIL UJI T PAIRED SAMPLE PADA KELOMPOK LATIHAN BEBAN

T-Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre - Latihan beban 11,8333 6 2,04124 ,83333
Post - Latihan beban 16,5000 6 1,87083 ,76376

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Pre - Latihan beban & Post - 6 ,759 ,080
Latihan beban

Paired Samples Test


Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
95% Confidence
Std. Std. Interval of the
Deviatio Error Difference
Mean n Mean Lower Upper
Pair Pre - -4,66667 1,36626 ,55777 -6,10047 -3,23286 -8,367 5 ,000
1 Latihan
beban -
Post -
Latihan
beban
105

6. HASIL UJI T INDEPENDENT SAMPLE PADA KELOMPOK LATIHAN


CIRCUIT TRAINING DAN LATIHAN BEBAN

T-Test

Group Statistics
Latihan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Nilai TKJI Circuit Training 6 18,83 1,602 ,654
Latihan Beban 6 16,50 1,871 ,764

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
Std. 95% Confidence
Mean Error Interval of the
Sig. (2- Differe Differe Difference
F Sig. t df tailed) nce nce Lower Upper
Nilai Equal ,294 ,599 2,320 10 ,043 2,333 1,006 ,093 4,574
TKJI variances
assumed
Equal 2,320 9,769 ,043 2,333 1,006 ,086 4,581
variances
not
assumed
106

Lampiran 4. Dokumentasi
107

Anda mungkin juga menyukai