Anda di halaman 1dari 85

PENGARUH LATIHAN KONDISI FISIK TERHADAP

KELINCAHAN (AGILITY) OLAHRAGA


PERMAINAN DI PUSAT PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN OLAHRAGA
PELAJAR (PPLP) PROVINSI
SULAWESI SELATAN
2018

SKRIPSI

EFI HUDRIAH
C131 14 023

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
PENGARUH LATIHAN KONDISI FISIK TERHADAP
KELINCAHAN (AGILITY) OLAHRAGA
PERMAINAN DI PUSAT PENDIDIKAN
DAN PELATIHAN OLAHRAGA
PELAJAR (PPLP) PROVINSI
SULAWESI SELATAN
2018

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana


Disusun dan diajukan oleh

EFI HUDRIAH

Kepada

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : EFI HUDRIAH

Nim : C 13114023

Program Studi : Fisioterapi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang lain, saya

bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 14 Mei 2018

Yang menyatakan

(Efi Hudriah)

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya yang telah dianugrahkan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Latihan Kondisi Fisik

Terhadap Kelincahan (Agility) Olahraga Permainan di Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sulawesi Selatan ”. Skripsi ini

disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan Program

Studi S1 Ilmu Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin,

Makassar. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari

berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abidin Ahmad dan

Ibunda Sri Yuliyanti yang tak pernah lelah memberikan motivasi, selalu

menghadirkan nama penulis dalam setiap munajat doa beliau dengan tulus setiap

saat, dan kasih sayang dalam bentuk moril dan materil. Pada kesempatan ini, secara

khusus penulis juga ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.H. Djohan Aras, S.Ft.,Physio.,M.Pd.,M.Kes., selaku Ketua Program

Studi S1 Fisioterapi, Fakultas Keperawatan, Universitas Hasanuddin, serta

segenap dosen-dosen dan staf karyawan yang telah memberikan bimbingan dan

bantuan dalam proses perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dian Amaliah Nawir, S.Ft.,Physio.,M.Kes, selaku pembimbing I dan

Bapak Muliyadi, S.Ft.,Physio.,M.Kes, selaku pembimbing II yang telah sabar

v
dan ikhlas meluangkan waktu, saran, tenaga serta pikiran selama proses

penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Nahdiah Purnamasari, S.Ft.,Physio.,M.Kes selaku penguji I dan Ibu

Yusfina, S.Ft.,Physio.,M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan banyak

saran dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 Fisioterapi, Fakultas Keperawatan,

Universitas Hasanuddin angkatan 2014 SC14TIC yang telah memberikan

bantuan ide, semangat, dan doa untuk penulis.

5. Para Pelatih Sepak Bola dan Sepak Takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Olahraga Pelajar (PPLP) yang tidak pernah bosan mendengarkan keluhan

penulis dan selalu memberikan motivasi, serta adik-adik dan teman-teman

yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

6. Ahdiat, Intan, Yusty, Ratu, Dian, dan Us selaku Genk Bima yang selalu

membantu, memberikan motivasi, dukungan dan sumbangan pikiran berupa

ide, semangat dan doa demi kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Hurul, Yuli, Muharni, Maria, Dina, dan Nahla yang selalu memberikan saran

dan motivasi kepada peneliti.

8. Unmi dan Meyske yang telah berjuang bersama melakukan proses penelitian.

9. Kak Abdi, Kak Dul, Kak eca yang telah membantu dan memotivasi peneliti

dalam penulisan skripsi.

10. Kpop (kim jongin) yang telah mengisi hari-hari penulis dalam menyelesaikan

penyususnan skripsi ini.

vi
11. Teman-teman KKN-PK Posko Desa Borong Kec. Herlang Kab. Bulukumba

yang selalu memberikan saran, ide, motivasi, dan semangat dalam menyusun

skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung, yang tidakk dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga bentuk

bantuan yang telah diberikan mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari

Allah SWT. Sebagai manusia biasa, maka penulisan skripsi ini pun tak luput

dari kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT

semata. Semoga kripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Aamiin.

Makassar, Mei 2018

Penulis

vii
ABSTRAK

EFI HUDRIAH Pengaruh Latihan Kondisi Fisik terhadap Perubahan Kelincahan


Fisik terhadap Peningkatan Kelincahan pada Olahraga Permainan di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar (dibimbing oleh
Dian Amalia Nawir, dan Muliyadi).

Penelitian ini mengangkat permasalahan pengaruh pemberian latihan kondisi fisik


terhadap peningkatan kelincahan pada atlet sepak bola dan sepak takraw. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian latihan kondisi fisik
terhadap peningkatan kelincahan pada atlet sepak bola dan takraw di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP).

Jenis penelitian yang digunakan adalah pre-experimental dengan menggunakan


desain penelitian one-group pretest posttest design dengan variabel independent
adalah latihan kondisi fisik dan variabel dependent adalah kelincahan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah
sampel 29 orang. Penentuan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Instrumen atau alat pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Illinois Agility Run. Penelitian ini dilakukan selama 6 minggu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 29 responden yang diberikan latihan kondisi


fisik dengan frekuensi 3 kali dalam 1 minggu berpengaruh terhadap perubahan
kelincahan teknik bermain atlet sepak bola dan takraw di Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar dengan nilai signifikan Uji T
berpasangan P = 0.000.

Kata Kunci : Latihan Fisik, Kelincahan, Sepak Bola, Sepak Takraw

viii
ABSTRACT

EFI HUDRIAH The Effect of Physical Condition Training on Sports agility Game
at Center for Student Sport Education and Training (PPLP) Makassar (Guided by
Dian Amalia Nawir, and Muliyadi)

This research discusses the effect of physical condition exercise on increasing the
agility in football and takraw athletes. This research purpose to known effect of
physical condition exercise on improving agility on football and takraw athletes
at Center for Student Sport Education and Training (PPLP)
This research used pre-experimental research. This research use one-group pretest
posttest design, the independent variable is physical condition exercise and
dependent variable is agility. The sampling technique use is purposive sampling
technique with the sample of 29 people. Sample determination based on inclusion
and exclusion criteria. The instrument in this research is use Illinois Agility Run
and it was conducted for 6 weeks.
The result of this research that 29 respondents who were given physical condition
exercise with frequency 3 times in one week had an effect on the change of agility
of football and takraw athletes at Makassar Student Training Center (PPLP) with
significant value of T Pair Test is P = 0.000.

Keywords: Physical Exercise, Agility, Football, Takraw

ix
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

ABSTRAK.......................................................................................................... viii

ABTRACT.......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN......................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4

1. Tujuan Umum ................................................................................... 4

2. Tujuan Khusus .................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

1. Manfaat Aplikatif .............................................................................. 5

x
2. Manfaat Akademik ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6

A. Tinjauan Umum Tentang Latihan Kondisi Fisik ................................... 6

1. Pengertian Latihan Kondisi Fisik ...................................................... 6

2. Prinsip Latihan .................................................................................. 12

3. Dosis Latihan .................................................................................... 15

B. Tinjauan Umum Tentang Kelincahan (Agility) ...................................... 17

1. Anatomi ............................................................................................. 17

2. Definisi Kelincahan ........................................................................... 19

3. Fisiologi Kelincahan ......................................................................... 20

4. Manfaat Kelincahan .......................................................................... 21

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kelincahan........................................ 22

6. Metode Pengukuran.......................................................................... 23

C. Tinjauan Hubungan Antara Latihan....................................................... 25

D. Kerangka Teori........................................................................................ 27

BAB III KERANGKA KONSEP dan HEPOTESIS ........................................... 28

A. Kerangka Konsep .................................................................................... 28

B. Hipotesis .................................................................................................. 29

BAB IV METODE PENELITIAN..................................................................... 30

A. Rencana Penelitian................................................................................. 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 30

1. Tempat Penelitian.............................................................................. 30

2. Waktu Penelitian .............................................................................. 30

xi
C. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 31

1. Populasi ............................................................................................. 31

2. Sampel ............................................................................................... 31

D. Alur Penelitian ........................................................................................ 32

E. Variabel Penelitian .................................................................................. 32

1. Identifikasi Variabel ......................................................................... 32

2. Definisi Operasional Variabel .......................................................... 32

F. Prosedur Penelitian.................................................................................. 35

G. Pengolahan dan Analisis Data................................................................ 36

H. Masalah Etika.......................................................................................... 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................... 38

A. Hasil Penelitian........................................................................................ 38

B. Pembahasan.............................................................................................. 43

C. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 48

BAB VI PENUTUP............................................................................................ 49

A. Kesimpulan.............................................................................................. 49

B. Saran........................................................................................................ 50

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 51

LAMPIRAN....................................................................................................... 53

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Run................................................ 25

Tabel 2 Program Latihan sepak Bola dan Sepak Takraw................................. 33

Tabel 3 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Run................................................ 35

Tabel 4 Karakteristik Responden..................................................................... 38

Tabel 5 Hasil Kategori Pre Test dan Post Test Sepak Takraw......................... 39

Tabel 6 Hasil Kategori Pre Test dan Post Test Sepak Bola............................. 40

Tabel 7 Hasil uji normalitas Pre Test dan Post Test....................................... 41

Tabel 8 Pengaruh Latihan Kondisi fisik terhadap Perubahan Kelincahan....... 42

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Interval Sprints...................................................................... 7

Gambar 2 acceleration sprint track........................................................ 8

Gambar 3 Perenggangan Statis............................................................... 8

Gambar 4 Perenggangan Dinamis.......................................................... 10

Gambar 5 Perenggangan PNF................................................................ 10

Gambar 6 Latihan shuttle run................................................................. 11

Gambar 7 Latihan Illinois agility........................................................... 12

Gambar 8 Grup Otot Quadriceps........................................................... 17

Gambar 9 Grup Otot Hamstring............................................................. 17

Gambar 10 Grup Otot Plantar Fleksor Ankle.......................................... 18

Gambar 11 Grup Otot Dorsi Fleksor Ankle............................................. 18

Gambar 12 Otot Gluteal........................................................................... 19

Gambar 13 Kerangka Konsep.................................................................. 27

Gambar 14 Kerangka Konsep.................................................................. 28

Gambar 15 Bagan Alur Penelitian............................................................ 32

Gambar 16 Grafik Pre test dan Post tes sepak Takraw............................ 39

Gambar 17 Grafik Pre Test dan Post Test Sepak Bola............................ 41

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 4 Hasil Analisa Data Sepak Takraw

Lampiran 5 Hasil Analisa Data Sepak Bola

Lampiran 6 Dokumentasi

xv
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang / Singkatan Arti dan Keterangan

PPLP Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga

Pelajar

PNF Peregangan dibantu pasangan/ Alat

SAID Specific Adaptation to Improve Demand

IMT Indeks massa tubuh

SMA Sekolah Menengah Atas

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang

dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau kelompok.

Definisi olahraga dari sudut pandang ilmu faal ialah, serangkaian gerak

raga yang teratur dan terencana yang dilakukan seseorang dengan sadar

untuk meningkatkan kemampuan fungsionalnya, sesuai dengan tujuannya

melakukan olahraga (Palar, 2015).

Olahraga terdiri dari beberapa latihan yang secara sistematis

dengan peningkatan beban secara bertahap dan terus-menerus yang

menggunakan energi yang berasal dari pembakaran yang membutuhkan

oksigen tanpa menimbulkan kelelahan (Ticoalu, 2015). Didalam latihan

olahraga terdapat latihan kondisi fisik untuk keterampilan gerak dasar

yang teratur dan sebaiknya dimulai sejak usia dini (Wahyuno, 2014).

Untuk mengembangkan atau meningkatkan kondisi fisik dapat dilihat dari

kemampuan fisik (physical abilities) atlet. Kemampuan fisik mencakup

dua komponen, yaitu komponen kesegaran jasmani (physical fitness) dan

komponen kesegaran gerak (motor fitness). Kesegaran jasmani terdiri dari

kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardiovaskular, dan

fleksibilitas. Sedangkan komponen kesegaran gerak atau motorik terdiri

dari kecepatan, koordinasi, kelincahan, daya ledaak otot, dan

keseimbangan (Dumi, 2015).

1
2

Menurut Harsono (2001) Salah satu komponen latihan yang

diberikan untuk dapat meningkatkan keterampilan fisik seorang atlet yaitu

dengan meningkatkan kelincahan (agility) yang merupakan komponen

kondisi fisik dari kecepatan, kekuatan, kecepatan reaksi, fleksibility, dan

koordinasi neuromuscular. Kelincahan adalah kemampuan seseorang

untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak

tanpa kehilangan keseimbangan. Kelincahan sangat di butuhkan dalam

semua cabang olahraga yang khususnya permainan terutama pada cabang

olahraga sepak bola dan sepak takraw. Dalam peningkatan permainan

sepak bola, keterampilan dasar erat sekali hubungannya dengan

kemampuan koordinasi gerak fisik, taktik, dan mental. Keterampilan dasar

harus betul-betul dikuasai dan dipelajari lebih awal untuk

mengembangkan mutu permainan yang merupakan salah satu faktor yang

menentukan menang atau kalahnya suatu kesebelasan dalam suatu

pertandingan (Daryanto, 2015). Dalam cabang olahraga sepak takraw

kelincahan digunakan untuk berlari dan berpindah secara cepat dalam

mengejar dan menangkap bola agar tidak terjatuh ke daerah sendiri,

melainkan dapat memasukkan bola ke daerah lawan (Qurun, 2016).

Oleh karena itu penanaman basis kondisi fisik yang dilakukan sejak

usia muda dengan porsi latihan yang cermat dan tepat akan menentukan

kemampuan fisik atlet dikemudian hari. Usia muda merupakan periode

potensial dalam perkembangan dan pertumbuhan fisik, apabila dalam

masa pertumbuhan pemain tidak memperoleh latihan fisik yang tepat


3

sesuai dengan perkembangan potensi fisiknya maka jangan berharap atlet

tersebut akan mencapai kemampuan fisik yang maksimal dikemudian hari

(Rusli Lutan, 2000).

Menurut penelitian Wibowo, 2014 tentang “Sumbangan kecepatan,

kelentukan, dan kelincahan Terhadap kemampuan menggiring bola siswa

yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola Di SMP Diponegoro Sleman

terhadap 30 siswa ekstrakurikuler terdapat sumbangsi dari kelincahan

terhadap kemampuan menggiring bola, yaitu sebesar 44,16% selama satu

bulan latihan (wibowo, 2014). Meskipun banyak penelitian tentang

kelincahan tetapi untuk penelitian yang di lakukan pada atlet muda masih

kurang karena kebanyakan penelitian hanya meneliti pada sekolah yang

hanya sekedar melakukan olahraga untuk hobi bukan untuk

mengembangkan performa atau meningkatkan prestasi. Dalam olahraga

peran fisioterapi sangat di perlukan karena merupakan bagian dari tim

kesehatan. Fisioterapi olahraga dibutuhkan sebagai tim kesehatan olahraga

dalam upaya preventif, kuratif, dan rehabilitatif atau restorasi. Pada

penelitian ini, peran fisioterapi olahraga terdapat pada upaya preventif

untuk meningkatkan level penampilan pemain sehingga tidak mudah

cedera (Lesmana, 2010 dalam Fauziah, H., 2011).

Oleh karna itu penelitian rencannya akan dilakukan di Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar walaupun

atlet sudah di berikan latihan untuk kondisi fisik tetapi untuk kelincahanya

masih kurang di karenakan teknik latihan yang diberikan masih berupa

teknik yang umum oleh karna itu peneliti ingin memberikan latihan fisik
4

dengan teknik yang lain untuk menambah pengetahuan pelatih tentang

variasi latihan fisik agar latihan yang diberikan lebih efektif.

Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan

olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar

(PPLP).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, dapat di rumuskan bahwa

pemberian latihan fisik yang diberikan untuk atlet olahraga permainan di

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) masih bersifat

umum dan tidak efektif sehingga peneliti ingin memberikan latihan fisik

yang bervariasi dengan judul “apakah ada pengaruh latihan kondisi fisik

terhadap kelincahan (agility) olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Provinsi Sulawesi Selatan?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu diketahui adanya

pengaruh latihan kondisi fisik terhadap terhadap kelincahan (agility)

olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar

(PPLP).

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :


5

a. Diketahui distribusi kelincahan atlet sepak bola dan sepak takraw di

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) sebelum

diberikan latihan kondisi fisik.

b. Diketahui distribusi perubahan kelincahan atlet sepak bola dan

sepak takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar

(PPLP) sesudah diberikan latihan kondisi fisik.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yaitu :

1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi atlet dan Pelatih

Menambah informasi tentang pentingnya dilakukan latihan fisik

dalam meningkatkan kelincahan (agility) pada atlet, sehingga

latihan yang dilakukan lebih efektif dan efisien dan agar latihan yang

diberikan beragam.

b. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan wawasan ilmu serta menjadi salah satu acuan

latihan untuk meningkatkan kelincahan pada orang yang melakukan

olahraga individu.

2. Manfaat Akademik

Penelitian diharapkan mendapatkan pengetahuan dan menjadi bacaan

tentang pengaruh latihan kondisi fisik atlet terhadap kelincahan (agility)

untuk meningkatkan performa atlet.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Latihan Kondisi Fisik

1. Latihan Kondisi Fisik

Latihan Kondisi fisik merupakan unsur yang sangat penting

hampir diseluruh cabang olahraga. Syam (2000) mengatakan latihan

kondisi fisik perlu mendapat perhatian yang serius dan direncanakan

dengan matang sehingga tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan

fungsional tubuh lebih baik dengan memenuhi aspek aspek kondisi

fisik (Kamaruddin, 2011).

Aspek – aspek kondisi fisik adalah satu kesatuan yang utuh

yang komponen-komponenya tidak bisa dipisahkan begitu saja baik

dalam peningkatan maupun pemeliharaan kondisi fisik. Aspek- aspek

kondisi fisik adalah :

a. Kecepatan (speed)

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk

mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama

dalam waktu yang singkat- singkatnya seperti, lari cepat, pukulan

dalam tinju dan sebagainya, adapun latihan kecepatan yang

diberikan:

1) Interval Sprints

Latihan lari interval ini terjadi berangsur-angsur dari

pengiramaan kerja latihan, dimana jarak yang telah ditentukan


7

tidak ditempuh dalam kecepatan konstan, tetapi jarak itu

dibagi menjadi beberapa jarak pendek dan ditempuh dengan

lari cepat (sprint) serta diselingi dengan periode istirahat aktif

(jalan di tempat) yang dibatasi waktunya dan terkontrol.

Aktivitas latihan lari interval ini dilakukan ganti berganti

secara tepat antara kerja dan istirahat dan jalan

perkembangannya dipengaruhi oleh kerja dan istirahat

sebelumnya (Muhammadiah, 2015).

interval interval interval

sprint sprint sprint sprint

Gambar 1 Interval Sprints

2) Acceleration Sprint

Jhonson dalam (Muhammadiah, 2015) menyatakan

latihan lari percepatan (acceleration sprint) adalah suatu

bentuk latihan lari yang kecepatan larinya bertambah secara

perlahan-lahan sejak dari ringan ke berat yaitu bentuk

latihannya diawali dengan lari pelan-pelan (jogging),

kemudian dipercepat (striding), dan diakhiri dengan kecepatan

maksimal (sprint), dengan panjang lintasan lari percepatan

adalah 55 yard atau 51 meter


8

50 M 50 M 50 M

JOGGING STRIDING SPRINT

Gambar 2 acceleration sprint track

b. Kelenturan (Flexibility)

Kelenturan adalah kemampuan tubuh mengulur diri seluas-

luasnya yang ditunjang oleh luasnya gerakan pada sendi.

Kemampuan untuk menggerakan tubuh dan anggota tubuh seluas-

luasnya, berhubungan erat dengan kemampuan gerak

kelompok otot besar dan kapasitas kinerjanya, latihan fleksibilitas

dilakukan dengan cara peregangan (stretching). Berikut uraian

serangkaian metode latihan untuk flexibilitas (Mylsidayu &

Kurniawan, 2015).

1) Peregangan statis

Gambar 3 Perenggangan Statis


Sumber: Penjasorkes (2017)
9

Peregangan statis adalah gerakan peregangan pada

otot-otot yang dilakukan secara perlahan-lahan hingga terjadi

ketegangan dan mencapai rasa nyeri atau rasa tidak nyaman

pada otot tersebut. Posisi tersebut dipertahankan untuk

beberapa saat. Sasaran pada pergangan statis adalah untuk

meningkatkan dan memelihara keleturan otot-otot yang

diregangkan. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam

melakukan latihan peregangan statis adalah sebagai berikut :

a) Regangkan otot secara perlahan-lahan dan tanpa kejutan.

b) Segera terasa ada regangan pada otot, berhentilah sebentar;

kemudian lanjutkan regangan sampai terasa agak sakit;

berhenti lagi; akhirnya lanjutkan regangan sampai sedikit

melewati titik atau limit rasa sakit, bukan sampai terasa

sakit yang ekstrim.

c) Pertahankan sikap terakhir ini secara statis untuk selama

20-30 detik.

d) Seluruh anggota tubuh lainnya tinggal relax, terutama otot-

otot antagonisnya (yang diregangkan), agar ruang gerak

sendi mampu untuk meregang lebih luas.

e) Bernapaslah terus, jangan menahan napas.

f) Selesai mempertahankan sikap statis selama 20-30 detik,

kembalilah ke sikap semula secara perlahan-lahan, tidak

mengejut, agar ototnya tidak berkontraksi. Sebab kontraksi


10

ini akan memberikan kepada otot yang baru kita

panjangkan tersebut rangsangan untuk memendek lagi.

2) Peregangan dinamis

Gambar 4 Perenggangan Dinamis


Sumber: Penjasorkes (2017)

Peregangan dinamis adalah gerakan yang dilakukan

dengan melibatkan otot-otot dan persendian. Gerakan

pergangan dinamis dilakukan secara perlahan dan terkontrol

dengan pangkal geraknya adalah persendian. Sasaran dari

peregangan dinamis adalah untuk memelihara dan

meningkatkan kelentukan persendian, tendon, ligament, dan

otot. Gerakan pada peregangan dinamis yaitu diregang-

regangkan secara aktif seluas ruang gerak persendian yang

dilatihkan.

3) Peregangan dibantu pasangan/ Alat (PNF)

Gambar 5 Perenggangan PNF


Sumber: Verrion & Sabine (2014)
11

Pada peregangan cara propioneuromuscular facilities

(PNF) diperlukan adanya bantuan dari orang lain (pasangan)

atau menggunakan peralatan lain untuk membantu

memudahkan gerakan peregangan agar mencapai target.

Tujuannya untuk membantu meregangkan otot hingga

mencapai posisi statis dan dapat dipertahankan posisinya

dalam beberapa waktu (Mylsidayu & Kurniawan, 2015).

Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam melakukan

latihan peregangan PNF adalah sebagai berikut :

c. Kelincahan (Agility)

Kelincahan yakni kempuan untuk bergerak secepatnya dari

satu titik ke titik lainnya, kemudian secara tiba- tiba mengubah arah

gerakan, menghindari atau mengelilingi obyek secepatnya yang

memerlukan kecepatan, adapun latihan kelincahan adalah :

1) Shuttle Run ( Widiastuti dalam Nawir 2016)

Bertujuan untuk kelincahan dengan mengubah gerak tubuh

arah lurus.

Gambar 6 Latihan shuttle run


Sumber: Fitness Test Card, 2016
12

2) Illinois Agility Test

Bertujuan untuk kelincahan dalam berlari dan mengubah

posisi

Gambar 7 Latihan Illinois agility


Sumber: Fitness Test Card, 2016

2. Prinsip Latihan

Latihan fisik yang tepat akan meningkatkan prestasi kerja

dari faal tubuh. Peningkatan prestasi kerja dimaksud sangat tergantung

kepada tipe latihan, intensitas latihan, frekuensi, lama latihan, dan

prinsip-prinsip dasar latihan fisik. Selain itu, variasi dalam latihan juga

sangat perlu diperhatikan. Apabila hal tersebut sudah dapat

dilaksanakan dengan baik, sudah dapat dikatakan latihan yang dikuti

berkualitas (HB, 2013).Rancangan olahraga harus mengikuti prinsip

latihan yang telah dikemukakan olehbeberapa ahli, dan secara ringkas

dapat diurai menjadi (Anggriawan, 2015).


13

a. Prinsip Beban Berlebih (Overload)

Dengan beban berlebih, memaksa otot untuk berkontraksi

maksimal, sehingga merangsang adaptasi fisiologis yang akan

mengembangkan kekuatan dan daya tahan. Dengan pemulihan yang

baik, tubuh akan kembali pada kondisi kebugaran yang lebih tinggi

dari pada sebelum latihan.

b. Prinsip Tahanan Progresif

Semakin maju, beban semakin ditingkatkan. Dengan cara

ini otot selalu bekerja pada daerah beban berlebih (overload zone).

Setiap program latihan kebugaran dan kondisioning akan sangat

efektif apabila secara rutin latihan bertambah berat untuk setiap

minggu atau dua minggu. Prinsip ini didasarkan pada kenyataan

bahwa tubuh akan selalu beradaptasi dengan keadaan atau stres yang

baru (Rumpis, 2009).

c. Prinsip Susunan Latihan

Kelompok otot yang lebih besar harus dilatih sebelum

kelompok otot yang lebih kecil. Otot yang lebih kecil cenderung

lebih cepat lelah, sehingga untuk menjamin terjadinya beban

berlebih pada otot besar, otot tersebut harus dilatih sebelum otot

yang lebih kecil lelah. Sebagai contoh: otot kaki dan panggul harus

dilatih sebelum otot lengan. Untuk menjamin waktu pemulihan,

tidak boleh ada latihan berurutan yang melibatkan kelompok otot

yang sama.
14

d. Prinsip Spesifitas

Teori SAID (Specific Adaptation to Improve Demand) dari

O'Shea mengatakan bahwa tubuh hanya beradaptasi secara khusus

terhadap beban yang diberikan. Dengan demikian beban latihan

harus disesuaikan dengan tujuan.

e. Prinsip Latihan Beraturan

Untuk memberi adaptasi pada tubuh, harus dilakukan

latihan yang teratur.

f. Prinsip Kembali Asal

Efek latihan akan hilang jika latihan tidak teratur atau

bahkan berhenti. Daya tahan aerobik akan menurun setelah satu

minggu tidak latihan, sedangkan kekuatan otot akan menurun setelah

satu bulan tidak latihan.

g. Prinsip individualitas

Pada dasarnya beban latihan harus diberikan sesuai dengan

kemampuan dan keterbatasan seseorang. Dengan demikian

melakukan pemeriksaan dan pengukuran awal merupakan hal yang

mutlak.

h. Prinsip Beragam

Kebosanan dalam berlatih merupakan fenomena yang

paling sering dikeluhkan oleh pelaku olahraga. Perlu dilakukan

variasi dalam latihan baik jenis, metoda maupun suasana berlatih.

Musik dapat membuat suasana latihan menyenangkan.


15

3. Dosis Latihan

Terdapat tiga cara mengatur dosis olahraga, yaitu : (Santoso

& Didik, 2013)

a. Meningkatkan intensitas dengan durasi pelaksanaan yang tetap.

b. Meningkatkan durasi pelaksanaan dengan intensitas yang tetap.

c. Meningkatkan intensitas disertai juga dengan meningkatkan durasi

pelaksanaannya.

Sebuah hasil latihan yang maksimal harus memiliki prinsip

latihan. Tanpa adanya prinsip atau patokan yang harus diikuti oleh

semua pihak yang terkait, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai

pada evaluasi pelatihan akan sulit mencapai hasil yang maksimal (Nala,

2011 dalam Fitri 2016).

a. Intensitas

Intensitas merupakan ukuran terhadap aktivitas yang

dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Intensitasnya diukur

berdasarkan posisi, jarak dan jumlah cone yang digunakan.

b. Volume

Volume dalam pelatihan merupakan komponen dosis yang

paling penting dalam setiap pelatihan. Dalam penelitian ini volume

yang digunakan adalah:

1) Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan yang dilakukan tiap set

latihan. Untuk latihan kelincahan, repetisi yang digunakan


16

adalah 1-3 kali, tetapi untuk menghasilkan peningkatan yang

maksimal repetisi yang sebaiknya digunakan adalah 3 repetisi

untuk setiap set.

2) Set

Set adalah satu rangkaian dari repetisi. Untuk latihan

kelincahan, set yang dianjurkan adalah 3-5 kali. Untuk

menghasilkan peningkatan yang maksimal set yang sebaiknya

digunakan adalah 3 set.

3) Istirahat

Waktu istirahat diperlukan dalam setiap set untuk memberikan

waktu istirahat kepada otot-otot yang berperan dalam pelatihan

kelincahan. Waktu istirahat yang dianjurkan adalah selama 1-3

menit antar set, untuk mencegah terlalu lamanya waktu istirahat.

c. Frekuensi

Frekuensi merupakan jumlah latihan per-minggu. Dalam

pelatihan kelincahan, frekuensi yang biasa digunakan adalah 3-5 kali

seminggu. Hal ini sesuai bagi atlet sehingga menghasilkan

peningkatan kemampuan otot yang baik serta tanpa menimbulkan

kelelahan yang berarti. Dalam penelitian ini, frekuensi yang

digunakan 3 kali seminggu. Latihan ini dilaksanakan selama 6

minggu.
17

B. Tunjuan Umum Tentang Kelincahan(Agility)

1. Otot- otot yang Berperan pada Kelincahan (Agility)

a. Otot pada ekstremitas inferior

Daerah ekstremitas inferior memiliki grup otot besar yang

dapat memberikan kontribusi terhadap kelincahan (Sukma, 2015).

Beberapa grup otot besar yang terlibat adalah:

1) Grup Otot Quadriceps

Gambar 8 Grup Otot Quadriceps


Sumber: www.coreevolutionpb.com

2) Grup Otot Hamstring

Gambar 9 Grup Otot Hamstring


Sumber : http://medicastore.com
18

3) Grup Otot Plantar Fleksor Ankle

Gambar 10 Grup Otot Plantar Fleksor Ankle


Sumber : http://medicastore.com

4) Grup Otot Dorso Fleksi Ankle

Gambar 11 Grup Otot Dorsi Fleksor Ankle


Sumber : http://medicastore.com

Selain otot yang di atas, otot yang berperan dalam gerakan

kelincahan adalah otot Gluteus Maximus, Gluteus Medius dan

minimus. Otot ini menjaga tubuh bagian belakang agar tetap tegap

(Sukma, 2015).
19

Gambar 12 Otot Gluteal


Sumber : http://medicastore.com

Karakterisitik otot rangka secara fisiologis ada 4 aspek

yaitu:

Contractility adalah kemampuan untuk mengadakan respon memendek

bila dirangsang. Extensibility adalah kemampuan otot untuk

memanjang bila otot ditarik atau ada gaya yang bekerja pada otot

tersebut bila otot rangka diberi beban. Elasticity adalah kemampuan

otot untuk kembali ke bentuk dan ukuran semula setelah mengalami

extensibility atau contractility. Extensibility electric adalah kemampuan

untuk merespon terhadap rangsangan tertentu dengan memproduksi

sinyal-sinyal listrik yang disebut tindakan potensi (Tortora dan

Derrickson, 2009 dalam fitri, 2016).

2. Definisi Kelincahan (agility)

Agility adalah kemampuan untuk menghentikan, memulai,

dan mengubah arah tubuh atau bagian tubuh dengan cepat di bawah

kontrol, Dari pernyataan di atas dapat diketahui menurut Baechle dan

Vestegen, kelincahan merupakan kemapuan untuk berhenti, memulai

dan mengubah arah gerak badan atau bagian tubuh secara berulang
20

dibawah kontrol. Sedangkan menurut Drabik (Peebles,2009) periode

penting untuk meningkatkan kelincahan berada direntangan sekitar

usia 9-12 tahun, dengan kompleksifitas dan spesifikasi yang dimulai

dari usia sekitar 16-17 tahun. (Diputra, 2015). Agility dapat dibagi

menjadi 2 macam, antara lain sebagai berikut :

a. Agility umum : agility umum adalah agility seseorang dalam

melakukan olahraga pada umumnya dan menghadapi situasi

hidup dengan lingkungannya.

b. Agility khusus : agility khusus adalah agility yang diperlukam

sesuai dengan cabang olahraga yang diikutinya. Artinya,

kelincahan yang dibutuhkan memiliki karakteristik tertentu

sesuai tuntutan cabang olahraga yang ditekuni.

3. Fisiologi Kelincahan

Kelincahan merupakan salah satu komponen biomotorik

yang didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara efektif

dan cepat. Kelincahan terjadi karena gerakan tenaga eksplosif

(Ruslan, 2012 dalam Sukma 2015). Kelincahan juga merupakan

kombinasi antara power dengan flexibility. Besarnya tenaga

ditentukan oleh kekuatan dari kontraksi serabut otot. Kecepatan otot

tergantung dari kekuatan dan kontraksi serabut otot. Kecepatan

kontraksi otot tergantung dari daya rekat serabut-serabut otot dan

kecepatan transmisi impuls saraf.

Seseorang yang mamapu mengubah arah dari posisi ke

posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi gerak


21

yang baik berarti kelincahannya cukup tinggi. Elastisitas otot sangat

penting karna makin panjang otot tungkai dapat terulur maka makin

kuat dan cepat otot memendek atau berkontraksi. Selain itu elastis otot

juga dapat memepengaruhi fleksibility seseorang.

Pada saat latuhan otot-otot lebih menjadi elastis dan ruang

gerak sendi akan semakin baik sehingga persendian akan menjadi

sangat lentur sehingga menyebabakan ayunan tungkai dalam

melakukan langkah-langkah menjadi sangat lebar Dengan otot yang

elastis, tidak akan menghambat gerakan-gerakan otot tungkai

sehingga langkah kaki dapat dilakukan dengan cepat dan panjang.

Keseimbangan dinamis juga akan terlatih karena dalam pelatihan ini

harus mampu mengontrol keadaan tubuh saat melakukan pergerakan.

Dengan meningkatnya komponen-komponen tersebut maka

kelincahan akan mengalami peningkatan (Pratama et al., 2014 dalam

Made, 2016).

4. Manfaat Kelincahan (Ichsan, 2011)

a. Mengkoordinasi gerakan- gerakan ganda

b. Mempermudah berlatih tehnik- tehnik tinggi

c. Gerakan dapat efisien dan efektif

d. Mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap lawan dan

lingkungan bertanding

e. Menghindari terjadinya cedera.


22

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kelincahan (Agility)

Menurut Apta Mylsidayu dan Febi Kurniawan(2015) dalam

(Humaedi & dkk, 2017) faktor yang mempengaruhi agility antara lain

sebagai berikut: :

a. Komponen biomotor yang meliputi kekuatan otot, speed, power

otot, waktu reaksi, keseimbangan dan koordinasi.

b. Tipe tubuh orang yang tergolong mesomorph lebih tangkas dari

pada eksomorf dan endomorf.

c. Umur, agility meningkat sampai kira-kira umur 12 tahun pada

waktu mulai memasuki pertumbuhan cepat (rapid growth).

Kemudian selama periode rapid growth, agility tidak meningkat

tapi menurun. Setelah melewati rapid growth, maka agility

meningkat lagi sampai anak mencapai usia dewasa, kemudian

menurun lagi menjelang usia lanjut.

d. Jenis kelamin. Anak laki-laki memiliki agility sedikit di atas

perempuan sebelum umur pubertas. Tetapi, setelah umur pubertas

perbedaan agility-nya lebih mencolok.

e. Berat badan. Berat badan yang lebih dapat mengurangi agility.

f. Kelelahan. Kelelahan dapat mengurangi agility. Oleh karena itu,

penting memelihara daya tahan jantung dan daya tahan otot, agar

kelelahan tidak mudah timbul.


23

6. Metode Pengukuran Kelincahan

a. Pengukuran Kelincahan Shuttle Run (Dr.Widiastuti, M.Pd 2011,

dalam Nawir 2016)

1) Tujuan

Bertujuan untuk kelincahan dengan mengubah gerak tubuh

arah lurus.

2) Alat dan fasillitas

a) Stopwacth sesuai kebutuhannya.

b) Lintasan lari datar panjang minimal 10 meter dengan

garis jarak 5 meter dengan setiap lintasan lebar 1,22

meter.

3) Tester

a) 1 Orang starter dan pencatat waktu.

b) Pengambil sesuai dengan tester dan lintasan yang

tesedia.

4) Pelaksanaan

a) Pada aba – aba “ bersedia” setiap teste berdiri di

belakang garis atau garis pertama di tengah lintasan.

b) Pada aba-aba “siap” testee dengan start berdiri dan siap

lari.

c) Dengan aba-aba “ya”testee segera lari menuju garis

kedua dan setelah melewati kedua garis kedua segera

berbalik menuju garis start.


24

d) Lari dari garis startatau garis pertama menuju ke garis

start.

e) Lari dari garis start atau garis pertama menuju ke garis

kedua dan kembali ke garis start di hitung 1 kali.

f) Pelaksanaan lari dilakukan sampai ke empat kalinya

bolak – balik sehingga menempuh jarak 20 meter.

g) Setelah melewati garis finish stopwatch dihentikan.

b. Pengukuran Illinois Agility Test

1) Tujuan

Untuk kelincahan dalam berlari dan mengubah posisi

2) Alat dan peralatan

a) Lapangan

b) Stopwatch

c) Tongkat/cone

d) Pluit

e) Alat tulis

3) Tester

a) 1 orang starter

b) Pencatat waktu

c) Pencatat hasil tes

d) Pengawas

4) Pelaksanaan

a) Panjang area tes adalah10 meter dan lebarnya (jarak titik

start dengan finis) adalah 5 meter.


25

b) 4 cone digunakan sebagai tanda start, finis, dan untuk

titik memutar 2 kun. 4 cone lainnya disimpan di tengah-

tengah diantara titik start dan finis. Jarak tiap cone yang

di tengah adalah 3.3 meter.

c) Subjek siap-siap untuk berlari dengan posisi badan

condong ke depan. Ketika ada aba-aba "Ya", stopwatch

dijalankan, dan subjek lari secepat mungkin kemudian

mengubah arah gerakan sesuai dengan alur gerakan yang

terlihat pada gambar disamping tanpa mengenai atau

menyenggol cone yang ada sampai ke titik finis.

c. Parameter latihan shuttle run dan illinois

Tabel 1 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Test

Rating Kategori Males

Excellent 1 < 15.2

Very Good 2 15.2 -16.1

Good 3 16.2 - 18.1

Fair 4 18.2 - 19.3

Needs Improvement 5 > 19.3

Sumber: Fitness Test Card, 2016

C. Tinjauan Hubungan antara Latihan Kondisi Fisik dengan

Kelincahan (Agility)

Pemberian pelatihan fisik secara teratur dan terukur dengan takaran

dan waktu yang cukup, akan menyebabkan perubahan fisiologis yang

mengarah pada kemampuan menghasilkan energi yang lebih besar dan

memperbaiki penampilan fisik. Perubahan fisiologis yang nyata dapat


26

terjadi pada tubuh kita apabila aktivitas fisik dan latihan olahraga yang

selalu dilakukan. Oleh karen itu, tanggapan latihan memiliki 2 aspek

analog dengan respon tubuh terhadap lingkungan. Salah satunya adalah

respon jangka pendek yaitu serangan tunggal setelah sesekali olahraga atau

latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang yaitu setelah

olahraga teratur yang mempermudah latihan berikutnya serta

meningkatkan kinerjanya. Hal ini disebut atlet sudah memiliki adaptasi

terhadap latihan yang diberikan.

Jenis pelatihan fisik yang diberikan secara cepat dan tepat, akan

memeberikan perubahan yang meliputi peningkatan substrak anaerobik

seperti ATP-PC, kreatin dan glikogen serta peningkatan pada jumlah dan

aktivitas enzim (McArdle, 2010 dalam Sukma 2015). Jadi secara teoritis

bahwa dengan melakukan pelatihan fisik maka unsur kebugaran jasmani

seperti kekuatan otot tungkai, kecepatan, fleksibilitas, elastis otot dan

keseimbangan dinamis akan mengalami peningkatan fungsi secara

fisiologi sehingga akan berpengaruh terhadap peningkatan kelincahan

kaki. Otot rangka memperlihatkan kemampuan berubah yang besar dalam

memberi respon terhadap berbagai bentuk latihan (Sudarsono,2009 dalam

Sukma 2015). Beberapa unit organ tubuh akan mengalami perubahan

akibat dilakukan latihan memberikan efek positif terhadap otot, bahkan

perubahan adaptif jangka panjang dapat terjadi pada serat otot, yang

memungkinkan untuk respon lebih efisien terhadap berbagai jenis

kebutuhan pada otot (Wiarto, 2013 dalam Sukma 2015).


27

D. Kerangka Teori

Gambar 13 Kerangka Konsep


BAB III

KERANGKA KONSEP dan HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependent

1. Speed
Latihan Kondisi
2. Power Kelincahan
Fisik
3. Fleksibilitas

Variabel Kontrol Variabel Perancu

1. Usia 1. Nutrisi
2. Aktivitas fisik 2. Psikis
3. IMT

Gambar 14 Kerangka Konsep

28
29

B. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan masalah diatas, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ada

pengaruh pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan (agility)

pada olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga

Pelajar (PPLP) Sulawesi Selatan.


30

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan bentuk data yang diamati, maka jenis penelitian yang

digunakan dalah penelitian ekperimental yang merupakan suatu bentuk

penelitian experimental yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa

menggunakan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode one- group pretest dan posttest, yaitu dengan cara

memberikan perlakuan pada jangka waktu selama 6 minggu serta

mengukurnya dengan tes sebelum dan sesudah latihan fisik diberikan.

Adapun pola latihan yang diberikan sebagai berikut:

Keterangan. A1 B2 A2

A1 = Pretest
B = Perlakuan (treatment) diberikan selama enam minggu
A2 = Posttest

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Olahraga Pelajar (PPLP), Kota Makasaar, Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada 22 Maret – 30 April 2018.


31

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Seluruh atlet cabang olahraga sepak bola dan sepak takraw

di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang

berlatih.

2. Sampel

Sampel yang digunakan sebanyak 29 orang

3. Pengambilan sampel
Pengambilan sampel menggunakan metode purposive

sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan berdasarkan kriteria

inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

1) Usia 15-19 tahun

2) Hadir untuk mengikuti tes dan pengukuran latihan fisik

3) Memiliki IMT (Indeks Masa Tubuh) normal

4) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi

Mempunyai riwayat atau sedang mengalami cedera terutama

pada ekstremitas inferior.


32

D. Alur Penelitian

Tahap Persiapan :

1. Persuratan Merumuskan Populasi dan Sampel


2. Perizinan Masalah

Post-Test Latihan Kondisi Fisik Pre-Test


Pengukuran (fleksibilitas, speed dan Pengukuran
Kelincahan Kelincahan
(agility) kelincahan (agility)
(agility)

Olah/ Hasil
Analisis Data Penelitian

Gambar 15 Bagan Alur Penelitian.

E. Variabel Penelitian

1. IdentifikasiVaribel

Variabel penelitian ini terdiri dari:

a. Variabel independent (variabel bebas) pada penelitian ini yaitu

latihan kondisi fisik.

b. Variabel dependent (variabel terikat) pada penelitian ini yaitu

kelincahan.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Latihan Kondisi Fisik

Latihan kondisi fisik merupakan latihan dasar yang di butuhkan

seorang atlet dalam mengembangkan permainannya, latihan fisik

yang diberikan pertama adalah latihan fleksibilitas yang

merupakan bagian pemanasan dan pendinginan yaitu peregangan


33

statis, peregangan dinamis dan peragangan yang dibantu oleh

pasangan/ alat setelah itu akan dilanjutkan dengan latihan inti

berupa latihan kecepatan yaitu latihan interval sprints dan latihan

kelincahan yaitu latihan shuttle run dan illinois yang disatukan

dalam program latihan dibawah ini :

Tabel 2 Program Latihan sepak bola dan sepak takraw

Minggu 1

Frekuensi 3x seminggu

Intensitas Pemanasan
20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Sepak Bola
Istirahat 30 detik Kecepatan 60 meter
Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) Kelincahan 10x5
2 set, 3 kali repetisi meter
Istirahat 1 menit Sepak Takraw
Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Kecepatan 20 meter
Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan Kelincahan 6x6 meter

Time 1 jam

Minggu 2

Frekuensi 3x seminggu

Intensitas Pemanasan
20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi
Istirahat 30 detik Sepak Bola
Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) Kecepatan 60 meter
2 set, 4 kali repetisi Kelincahan 10x5
Istirahat 1 menit meter
Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Sepak Takraw
Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan Kecepatan 20 meter
Kelincahan 6x6 meter
Time 1 jam

Frekuensi Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan

Minggu 3
34

Frekuensi 3x seminggu

Intensitas Pemanasan
20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Sepak Bola
Istirahat 30 detik Kecepatan 60 meter
Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) Kelincahan 10x5
2 set, 5 kali repetisi meter
Istirahat 1 menit Sepak Takraw
Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Kecepatan 20 meter
Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan Kelincahan 6x6 meter

Time 1 jam

Minggu 4

Frekuensi 3x seminggu

Intensitas Pemanasan
20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi
Istirahat 30 detik Sepak Bola
Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) Kecepatan 60 meter
2 set, 6 kali repetisi Kelincahan 10x5
Istirahat 1 menit meter
Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Sepak Takraw
Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan Kecepatan 20 meter
Kelincahan 6x6 meter
Time 1 jam

Frekuensi 3x seminggu

Minggu 5

Frekuensi 3x seminggu

Intensitas Pemanasan
20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Sepak Bola
Istirahat 30 detik Kecepatan 60 meter
Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) Kelincahan 10x5
2 set, 7 kali repetisi meter
Istirahat 1 menit Sepak Takraw
Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Kecepatan 20 meter
Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan Kelincahan 6x6 meter

Time 1 jam

Minggu 6
35

Frekuensi 3x seminggu

Intensitas Pemanasan
20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Sepak Bola
Istirahat 30 detik Kecepatan 60 meter
Latihan Inti (kecepatan dan kelincahan) Kelincahan 10x5
2 set, 8 kali repetisi meter
Istirahat 1 menit Sepak Takraw
Pendinginan 20-30 detik/ 3 set, 3 kali repatisi Kecepatan 20 meter
Teknik Fleksibilitas,kecepatan dan kelincahan Kelincahan 6x6 meter

Time 1 jam

b. Kelincahan

Kelincahan adalah kemampuan untuk bergerak mengubah arah

dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan, alat ukur yang

digunakan untuk mengukur kelincahan adalah stopwacth dengan

menghitung berapa menit jarak yang di tempuh dalam

menyelesaiakn latihan shuttle run dan illinois sampai di garis

finis dengan melihat kriteria yang ada di bawah ini

Tabel 3 Penilaian Shuttle Run dan Illinois Test

Rating Kategori Males ( detik)

Excellent 1 < 15.2

Very Good 2 15.2 -16.1

Good 3 16.2 - 18.1

Fair 4 18.2 - 19.3

Needs Improvement 5 > 19.3

Sumber: Fitness Test Card, 2016

F. Prosedur Penelitian

1. Responden diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.


36

2. Responden yang terpilih sesuai kriteria telah bersedia menandatangani

informed consent.

3. Sampel melakukan pre-test kelincahan pada hari pertama, minggu

pertama penelitian. Penilaian kelincahan diukur dengan menggunakan

T-Test Agility.

4. Sampel diberikan latihan kondisi fisik oleh peneliti dengan teknik

latihan fleksibilitas, kecepatan (speed), kelincahan (agility) sesuai

dengan cara pelaksanaan dan dosis yang telah ditentukan. Latihan ini

dilakukan selama 18 kali perlakuan dalam kurun waktu 3 kali

seminggu sebanyak 6 minggu dengan intensitas yang ditambah

disetiap minggunya.

5. Setelah dilakukan perlakuan tersebut, maka sampel diberikan posttest

di hari terakhir pemberian perlakuan dengan kembali melakukan Ttest

Agility agar perubahan yang terjadi dapat diukur secara maksimal.

6. Sampel melakukan warm-up sebelum melakukan latihan fisik

(fleksibilitas, kecepatan, dan kelincahan) dan cool-down setelah

melakukan latihan kondisi fisik dengan waktu selama 5 – 10 menit.

7. Tulis data hasil pengukuran.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem computer dan penyajian

datanya dibuat dalam bentuk tabel. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer.


37

Analisis data dilakukan dengan sistem computer dan memakai uji

Paired T tes , sebelum dilakukan uji t maka dilakukan terlebih dahulu uji

normalitas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas

Shapiro-Wilk.

H. Masalah Etika

Penelitian yang dilakukan telah mendapatkan rekomendasi dari

instansi peneliti dan mengajukan permohonan izin kepada instansi yang

akan dilakukan penelitian. Adapun etika penelitian yang perlu

diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Peneliti akan memberikan lembar persetujuan kepada

responden yang memenuhi kriteria inklusi. Apabila responden bersedia

maka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut dan apabila

responden menolak maka tidak akan dipaksa dan peneliti tetap

menghormati haknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden

dijamin oleh peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan

dalam hasil penelitian.


38

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 4 Karakteristik Responden

Kategori Jumlah Presentase


Usia
15 4 13,8
16 8 27,6
17 10 34,5
18 7 24,1
Total 29 100,0
IMT (Indeks Masa Tubuh)
Normal 29 100,0
Obesitas 1 0
Obesitas 2 0
Total 29 100,0

Sumber: Data Primer 2018

Berdasarkan tabel 3 mengenai karakteristik responden, tabel

usia menunjukan bawah usia yang paling dominan adalah responden

yang berusia 17 tahun sebanyak 10 orang (34,5%) dan yang paling

sedikit responden berusia 15 tahun sebanyak 4 orang (13,8%) dan

selebihnya responden berusia 16 tahun sebanyak 8 orang (27,6%) dan

berusia 18 tahun sebanyak 7 orang (24,1%). Pada tabel 3 karakteristik

IMT menunjukan bahwa responden yang termaksud kategori normal 29

orang ( 100,0%), dan tidak ada yang masuk dalam kategori obesitas 1

dan obesitas 2.
39

2. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pre Test dan Post Test

sepak takraw dan sepak bola

Tabel 5 Hasil kategori Pre test dan Post test sepak takraw
Pre test Post Test
Kategori
N % N %
Excellent (1)
Very Good (2)
Good (3)
Fair (4) 1 7,1 %
Needs 14 100 % 13 92,9 %
Improvement (5)
Total 14 100% 14 100%
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 4 menunjukan hasil kategori pre test dan post test sepak

takraw yang menunjukan hasil pre test terdapat 14 responden yang

berada pada kategori 5 yaitu needs improvement dengan presentase

100% dan setelah dilaksanakan post test terdapat 1 responden yang

berada pada kategori 4 yaitu fair dengan presentase 7,1% dan sisanya

masih berada pada kategori 5 yaitu needs improvement dengan

presentase 92,9%.

Grafik Pre Test dan Post Test Sepak Takraw


2000
1500
Detik

1000
500
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Responden

Pre test post test

Gambar 16 Grafik pre test dan post test sepak takraw.


40

Berdasarkan gambar 16 grafik pre test dan post test,

menunjukan bahwa dari 14 responden terdapat peningkatan yang

ditandai dengan penurunan waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan

test yaitu pada grafik post test.

Tabel 6 Hasil kategori Pre test dan Post test sepak bola
Pre test Post Test
Kategori
N % N %
Excellent (1) 9 60,1%
Very Good (2) 4 26,6%
Good (3) 2 13,3%
Fair (4)
Needs 15 100 %
Improvement (5)
Total 15 100% 15 100%
Sumber: Data Primer 2018

Tabel 5 menunjukan hasil kategori pre test dan post test sepak

bola yang menunjukan hasil pre test terdapat 15 responden yang berada

pada kategori 5 yaitu needs improvement dengan presentase 100% dan

setelah dilaksanakan post test terdapat 9 responden yang berada pada

kategori 1 yaitu excellent dengan presentase 60,1% dan 4 responde

yang berada pada kategori 2 yaitu very good dengan presentase 26,6 %

dan 2 responden berada pada kategori 3 yaitu good dengan presentase

13,3%.
41

Grafik Pre Test dan Post Test Sepak Bola


1500

1000
Detik
500

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Responden

Pre test post test

Gambar 17 Grafik pre test dan post test sepak bola.

Berdasarkan gambar 17 grafik pre test dan post test,

menunjukan bahwa dari 15 responden terdapat peningkatan yang

ditandai dengan penurunan waktu yang ditempuh untuk menyelesaikan

test yaitu pada grafik post test.

3. Analisis Data

Setelah melakukan analisa deskriptif terhadap data

responden, selanjutnya akan dilakukan uji normalitas data pre test dan

post test untuk mengetahui keadaan sebaran data penelitian yang akan

didapatkan. Hasil uji normalitas pre test dan post test dapat dilihat di

tabel dibawah ini:

Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Pre test dan Post sepak takraw dan sepak bola

Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Sepak Takraw
Pre Test 0,924 14 0,254
Post Test 0,957 14 0,667

Sepak Bola
42

Pre Test 0,938 15 0,364


Post Test 0,957 15 0,648

Sumber: Data Primer 2018

Setelah melakukan analisa deskriptif terhadap data

responden, selanjutnya dilakukan uji normalitas data pre test dan post

test terhadap atlet sepak takraw dan sepak bola. Berdasarkan output Test

Of Normality, diperoleh nilai signifikan untuk sepak takraw hasil pre

test dan post test kelincahan sebesar 0.254 dan 0.667 dan nilai

signifikan untuk sepak bola hasil pre test dan post test kelincahan

sebesar 0.364 dan 0.648 . Karena nilai signifikan yang didapat > 0.05,

maka dapat disimpulkan bahwa data pre test dan post test kelincahan

berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas, maka langkah selanjutnya

yaitu pengujian hipotesis dengan uji t berpasangan. Hasil uji tersebut

disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 8 Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Perubahan Kelincahan Atlet


sepak takraw dan sepak bola
Rata-rata ± Simpangan Baku P

Sepak takraw

Pre test 1417s ± 106,48


0,000
Post test 1286s ± 85,28

Sepak bola

Pre test 1294s ± 61,55


0,000
Post test 904s ± 52,59

Keterangan: P = Hasil Uji paired t test


Sumber: Data Primer 2018
43

Hasil uji t berpasangan diperoleh nilai p = 0.000 dimana p <

0,05. Hal ini berarti hipotesis penelitian diterima bahwa terdapat

pengaruh pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan pada atlet

sepak takraw dan sepak bola.

Hasil sepak takraw pre test tingkat kelincahan sebesar 1471s

± 106,48 dan hasil dari post test tingkat kelincahan sebesar 1286s ±

85,28, dan hasil sepak bola pre test tingkat kelincahan sebesar 1294s ±

61,55 dan hasil dari post test tingkat kelincahan sebesar 904s ± 52,59

didapatkan hasil uji T berpasangan dengan nilai signifikan p = 0.000

dimana p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan pada atlet sepak

takraw dan sepak bola.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Responden berusia 15-18 tahun yang dimana usia 17 tahun

lebih dominan karena atlet PPLP rata-rata adalah siswa sekolah

menengah atas (SMA) dan setelah di ukur IMT responden rata-rata

normal olehkarena itu responden termaksud dalam kriteria karna berat

badan berperan penting terhadap kelincahan. Berat badan yang

berlebihan secara langsung akan mengurangi kelincahan karena adanya

friksi jaringan lemak pada serabut otot sehingga kontraksi otot menjadi

berkurang, kontraksi otot yang berkurang berakibat menurunnya

kecepatan dan kelincahan (Rudiyanto,2012).


44

2. Pengaruh Latihan Terhadap Kelincahan sepak takraw dan sepak bola

Pada sepak takraw di berikan latihan pemanasan dan yang

berupa peregangan statis dan dinamis dan dibantu oleh alat, dilanjutkan

dengan pemberian latihan kecepatan interval sprint dengan jarak 20

meter dan pemberian latihan kelincahan shutlle run dan illinois run

dengan jarak 6x6 meter dikarenakan latihan yang diberikan pada atlet

disesuaikan dengan panjang lapangan yang digunakan untuk

pertandingan. Hal ini di dukung dengan jurnal (Saputro, 2016)

menyatakan bahwa terdapat prinsip spe-sialisasi atau kekhususan

latihan adalah latihan harus dikhususkan sesuai dengan kebutuhan pada

setiap cabang olahraga dan tujuan latihan. Pada sepak takraw terdapat

perubahan setelah dilakukan post test akan tetapi pada kategori masih

berada pada kategori yang sama hanya satu orang yang berubah pada

kategori 4 yaitu fair.

Pada sepak bola di berikan latihan pemanasan dan yang

berupa peregangan statis dan dinamis dan dibantu oleh alat, dilanjutkan

dengan pemberian latihan kecepatan interval sprint dengan jarak 60

meter dan pemberian latihan kelincahan shutlle run dan illinois run

dengan jarak 10x5 meter yang sesuai dengan dosis latihan. Setelah

dilakukan post test terdapat peningkatan yang cukup baik sehingga

banyak yang berada pada kategori sempurna (excellent).


45

3. Perubahan Latihan Kondisi fisik terhadap kelincahan atlet sepak bola

dan sepak takraw

Pada atlet sepak takraw dan sepak bola terdapat hasil pre test

yang masih dalam kategori needs improvement yang berarti masih

sangat membutuhkan kalincahan karena tubuh belum mulai

beradapatasi dengan latihan yang akan diberikan, sehingga tanggapan

otak untuk melakukan pergerakan dengan cepat akan menjadi lamban.

Dalam hal ini, waktu yang dibutuhkan akan menjadi lebih lama karena

proses penghantaran sinyal ke otak yang sangat lamban. Hal ini sesuai

dengan teori kecepatan reaksi secara fisiologis ditentukan oleh tingkat

kemampuan penerima rangsang penghantaran stimulus ke SSP,

penyampaian stimulus melalui saraf sampai terjadi sinyal,

penghantaran sinyal dari sistem saraf pusat ke otot dan kecepatan otot

menerima rangsang untuk menjawab dalam bentuk gerak (Sukadiyanto,

2005).

Oleh karena itu diberikan latihan kondisi fisik sesuai dengan

prinsip latihan yaitu prinsip peningkatan beban secara terus menerus

(Bompa 1990 dalam Mufrodi, P.A., 2013) dengan diberikan latihan 3x

dalam seminggu. Maka didapatkan perbedaan hasil T-Test Agility yang

diperoleh responden pada saat pre-test dan post-test sepak bola dan

sepak takraw yaitu P = 0.000 , sehingga membenarkan hipotesis yang

dibuat oleh peneliti yaitu terdapat pengaruh latihan kondisi fisik


46

terhadap perubahan kelincahan atlet sepak bola dan takraw di Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Juliantine, 2016) dengan judul studi perbandingan berbagai macam

metode latihan peregangan dalam meningkatkan kelenturan

mengatakan bahwa latihan peregangan statis, peregangan dinamis,

peregangan yang dibantu oleh alat berpengaruh terhadap kelincahan

karena kelentukan yang dimiliki seseorang biasanya menggambarkan

kelincahan seseorang dalam geraknya serta dapat mempengaruhi

peningkatan kelincahan. Bahkan bagi para olahragawan dalam cabang

olahraga yang dominan unsur kelentukannya, apabila kelentukannya

tinggi akan menampakkan prestasi yang lebih baik dibandingkan

dengan olahragawan yang tingkat kelentukannya rendah, latihan

interval sprints juga dibutuhkan dalam meningkatkan kelincahan karna

dalam kelincahan seorang atlet tidak hanya di tuntut untuk lincah dalam

bermain tetapi juga harus diimbangi dengan kecepatan, dan latihan

Shuttle run dan illinois run adalah metode latihan yang dilakukan

dengan perubahan posisi secara langsung dengan berlari zig-zag dan

berlari lurus. Shuttle run exercise dan Illinois sangat diperlukan dalam

permainan sepak bola dan sepak takraw karena memiliki unsur

kelincahan menggiring bola serta berubah tempat dengan cepat. Latihan

kondisi fisik merupakan salah satu upaya preventif dari fisioterapi


47

olahraga agar atlet tidak mudah cedera dan dapat meningkatkan level

penampilannya.

Pada saat latihan, tubuh akan mengalami respon secara

fisiologi. Latihan akan berefek akut atau sesaat pada sistem

neuromuscular, sistem hormonal, sistem cardiovascular, sistem

pernapasan, dan metabolisme (Sebastianus, P., 2011). Efek pada sistem

neuromuscular dapat meningkatkan kelincahan seseorang. Hal ini

dikarenakan pelatihan fisik yang teratur akan menyebabkan terjadinya

hypertropy fisiologi otot. Terjadinya hypertropy disebabkan oleh

bertambahnya jumlah myofibril pada setiap serabut otot, meningkatnya

kepadatan kapiler pada serabut otot dan meningkatnya jumlah serabut

otot. Tidak semua serabut otot mengalami peningkatan yang sama,

peningkatan yang lebih besar terjadi pada serabut otot putih atau fast

twitch sehingga terjadi peningkatan kecepatan kontraksi otot. Dengan

meningkatnya ukuran serabut otot maka akan meningkatkan kecepatan

kontraksi otot sehingga menyebabkan peningkatan kelincahan

(Womsiwor, 2014 dalam Sukma 2015).

Dengan diberikan pelatihan latihan kondisi fisik, otot-otot

akan menjadi lebih elastis dan ruang gerak sendi akan semakin baik

sehingga persendian akan menjadi sangat lentur sehingga menyebabkan

ayunan tungkai dalam melakukan langkah-langkah menjadi sangat

lebar.
48

Keseimbangan dinamis juga akan terlatih karena dalam

pelatihan ini harus mampu mengontrol keadaan keadaan tubuh

melakukan pergerakan. Otot-otot sinergis berkontraksi lebih tepat, dan

meningkatnnya otot-otot antagonis. Dengan meningkatnnya

komponen-komponen otot tersebut kelincahan akan mengalami

peningkatan. Selain itu terjadinya adaptasi persarafan yang ditentukan

oleh tingkat kemampuan penerima rangsang penghantaran stimulus ke

SSP, penyampaian stimulus melalui saraf sampai terjadi sinyal,

penghantaran sinyal dari sistem saraf pusat ke otot dan kecepatan otot

menerima rangsang untuk menjawab dalam bentuk gerak (Sukadiyanto,

2005).

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat

beberapa kekurangan yang selanjutnya dapat diperbaiki dan ataupun

dikembangkan. Adapun keterbatasan dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Desain penelitian yang tidak terdapat kelompok kontrol di dalamnya.

2. Adanya perbedaan pemberian latihan antara kedua cabang olahraga

dikarenakan latihan yang diberikan harus sesuai dengan lapangan

yang digunakan untuk bertanding.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Tingkat kelincahan sebelum melakukan latihan kondisi fisik pada atlet

sepak bola dan takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga

Pelajar (PPLP) Makassar usia 15-18 tahun terdapat 29 orang memiliki

nilai kategori 5 atau needs improvement.

2. Tingkat kelincahan sebelum melakukan latihan kondisi fisik pada atlet

sepak bola dan takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Olahraga

Pelajar (PPLP) Makassar usia 15-18 tahun terdapat 13 tetap memiliki

nilai 5 atau needs improvement, kategori 4 atau fair sebanyak 1 orang,

kategori 3 atau good sebanyak 2 orang, kategori 2 atau very good

sebanyak 4 oarang, kategori 1 atau excellent sebanyak 9 orang.

3. Terdapat pengaruh pemberian latihan kondisi fisik terhadap kelincahan

pada atlet sepak bola dan takraw di Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar.

49
50

B. Saran

1. Bagi pelatih cabang olahraga sepak bola dan takraw di Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar agar

selalu memberikan program latihan kondisi fisik dengan dosis latihan 3

kali seminggu agar meningkatkan kelincahan atlet.

2. Untuk atlet cabang olahraga sepak bola dan takraw di Pusat Pendidikan

dan Pelatihan Olahraga Pelajar (PPLP) Makassar disarankan untuk

rutin melakukan latihan kondisi fisik , karena selain latihan ini dapat

meningkatkan kelincahan juga dapat meningkatkan kecepatan,

kekuatan, daya ledak, dan fleksibilitas pemain serta mencegah

terjadinya cedera pada saat bermain.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bentuk latihan ini dapat dikontrol

dengan baik dan tidak digabungkan dengan latihan lain agar hasil yang

didapatkan benar-benar hasil dari latihan kondisi fisik itu sendiri dan

diharapkan hanya mengambil satu cabang olahraga agar hanya terfokus

dengan cabang olahraga itu sendiri


DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, I. (2015). Efek Latihan Berbeban Terhadap. Jurnal Pedagogik


Keolahragaan Volume 1, Nomor 2, 80-102.
Anggriawan, N. (2015). Peran Fisiologi Olahraga Dalam Menunjang Prestasi.
Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 11, Nomor 2, 14.

Daryanto, Z. P. (2015). Pengaruh latihan kelincahan terhadap kemampuan


menggiring bola. Jurnal Pendidikan Olahraga, Vol. 4, No. 2, 202-212.

Daryanto, Z. P. (2015). Pengaruh Latihan Kelincahan Terhadap Kemampuan


Menggiring Bola. Jurnal Pendidikan Olahraga vol. 4, No. 2, 203-204.
Diputra, R. (2015). Pengaruh latihan three cone drill, four cone drill, dan five cone
drill terhadap kelincahan (agility) dan kecepatan (speed). 48.
Dumi, A. P. (2015). Skripsi.
Hadi, F. S., Hariyanto, E., & Amiq, F. (2016). Pengaruh Latihan Ladder Drirrils
Terhadap Peningkatan Kelincahan Siswa U-17 di Persatuan Sepakbola
Jajag Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Pendidikan Jasmani, Vol 26, 224.
Halim, N. I. (2011). Tes dan pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar: Badan
Penerbit Universitas Negri Makassar.
HB, B. (2013). Kontribusi fisiologi olahraga mengatasi resiko menuju prestasi
optimal. Jurnal media ilmu keolahragaan indonesia volume 3. edisi 1, 40.

Humaedi, & dkk. (2017). Sumbangan Kelincahan dan Keseimbangan Dinamis


Terhadap Kemampuan Menggiring Bola dalam Permainan Futsal Pada
Mahasiswa PJKR. Tadulako Journal Sport Sciences and Physical
Education Volume VI Nomor 1 , 80-94.
Ichsan, H. N. (2011). Tes dan Pengukuran Kesehatan Jasmani. Makassar: Badab
Penerbit Universitas Negri Makassar.

Juliantine, T. (2016). Studi Perbandingan Berbagai Macam Metode Latihan


Peregangan Dalam Meningkatkan Kelentukan.
Kamaruddin, I. (2011). Kondisi fisik dan struktur tubuh atlet sepakbola usia 18
tahun PSM Makassar. Jurnal ILARA, volume I I, Nomor 2, 83.

51
52

Nawir, D. A. (2016). Pengaruh Latihan Kondisi Fisik Atlet Terhadap Fleksibilitas,


Kelincahan, Kecepatan Daya tahan Umum Atlet Kontingan Bayangan PON
XIX-2016 Cabang Olahraga Bela diri.
Palar, C. M. (2015). Manfaat latihan olahraga terhadap kebugaran fisik manusia.
jurnal e-biomedik (ebm), Volume 3, nomor 1, 316-317.

Qurun, D. K. (2016). Hubungan Somatotype dengan Kelincahan Atlet Sepak


Takraw UPT SMA Negeri Olahraga Jawa Timur. AntroUnairdotNet,
Vol.V/No.2/Juli , 233.

Ruslan. (2011). Meningkatkan Kondisi Fisik Atlet Pusat Pendidikan dan Latihan
Olahraga Pelajar (pplp). Jurnal Ilara, Volume 11, Nomor 2, 45-56.
Riswindra, Y. (2015). Pengaruh Latihan Pro Agility Shuttle run Terhadap
Kelincahan Pemain Sepak Bola SMA PGRI Pekanbaru.
Saputro, A. B. (2016). Pengaruh Latihan Running With The Ballterhadap
Peningkatan Kecepatan Lari Pemain Persatuan Sepakbola Djagung Kota
Malang. Jurnal Pendidikan Jasmani, Vol 26 No 1 .
Ticoalu, S. H. (2015). Manfaat latihan olahraga aerobik terhadap kebugaran fisi
manusia. Jurnal e-Biomedik (eBM), Volume 3 nomor 1, 316.

Wahyuno, D. (2014). Studi Kondisi Fisik Atlet Sepak bola Persatuan Sepak bola
Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.

wibowo, H. (2014). Sumbangan Kecepatan, Kelentukan, Dan Kelincahan Terhadap


Kemampuan Menggiring Bola Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler
Sepakbola. Skripsi.

Yanaludin. (2014). Hubungan Kekuatan Otot kaki dengan ketepatan sepak kuda
permainan takraw.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

53
54

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian


55

Lampiran 3 Informed Consent

SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedian menjadi responden dalam penelitian

yang dilakukan oleh Efi Hudriah, dengan judul “Pengaruh Latihan Kondisi Fisik

Terhadap Kelincahan (Agility) Pada Atlet Sepak Bola dan Sepak Takraw di Pusat

Pendidikan dan Pelatihan Olahraga Pelajar Provinsi Sulawesi Selatan (PPLP)”.

Demikian surat pernyataan kesediaan ini saya buat dengan penuh rasa

kesadaran dan sukarela.

Makassar, Maret 2018

Yang membuat pernyataan,


56

Lampiran 4. Hasil Analisa Data Sepak Takraw

Pre test

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1340 1 7,1 7,1 7,1

1344 2 14,3 14,3 21,4

1392 1 7,1 7,1 28,6

1396 1 7,1 7,1 35,7

1430 2 14,3 14,3 50,0

1452 1 7,1 7,1 57,1

1520 1 7,1 7,1 64,3


1530 1 7,1 7,1 71,4

1562 1 7,1 7,1 78,6

1572 1 7,1 7,1 85,7

1630 1 7,1 7,1 92,9

1652 1 7,1 7,1 100,0

Total 14 100,0 100,0

Post test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1100 1 7,1 7,1 7,1


1206 2 14,3 14,3 21,4

1222 1 7,1 7,1 28,6

1242 1 7,1 7,1 35,7

1280 1 7,1 7,1 42,9

1296 2 14,3 14,3 57,1

1310 1 7,1 7,1 64,3

1332 1 7,1 7,1 71,4

1336 1 7,1 7,1 78,6

1388 2 14,3 14,3 92,9

1408 1 7,1 7,1 100,0

Total 14 100,0 100,0


57

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre test 14 100,0% 0 0,0% 14 100,0%


Post test 14 100,0% 0 0,0% 14 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pre test Mean 1471,00 28,460

95% Confidence Interval for Lower Bound 1409,52


Mean Upper Bound 1532,48

5% Trimmed Mean 1468,22

Median 1441,00

Variance 11339,538

Std. Deviation 106,487

Minimum 1340

Maximum 1652

Range 312

Interquartile Range 185

Skewness ,346 ,597

Kurtosis -1,182 1,154


Post test Mean 1286,43 22,792

95% Confidence Interval for Lower Bound 1237,19


Mean Upper Bound 1335,67

5% Trimmed Mean 1290,03

Median 1296,00

Variance 7272,725

Std. Deviation 85,280

Minimum 1100

Maximum 1408

Range 308

Interquartile Range 131

Skewness -,543 ,597

Kurtosis ,219 1,154


58

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre test ,150 14 ,200* ,924 14 ,254


Post test ,116 14 ,200* ,957 14 ,667

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
59
60

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre test 1471,00 14 106,487 28,460


Post test 1286,43 14 85,280 22,792

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the

Std. Std. Error Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pai Pre test - 184,5 10,69


64,595 17,264 147,275 221,868 13 ,000
r1 Post test 71 1
61

Lampiran 5. Hasil Analisa Data Sepak Bola

Pre Test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 1204 1 6,7 6,7 6,7

1208 1 6,7 6,7 13,3

1235 1 6,7 6,7 20,0

1242 1 6,7 6,7 26,7

1265 1 6,7 6,7 33,3

1274 2 13,3 13,3 46,7

1276 1 6,7 6,7 53,3

1286 1 6,7 6,7 60,0

1326 1 6,7 6,7 66,7

1327 1 6,7 6,7 73,3

1338 1 6,7 6,7 80,0

1381 1 6,7 6,7 86,7

1383 1 6,7 6,7 93,3

1393 1 6,7 6,7 100,0

Total 15 100,0 100,0

Post Test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 791 1 6,7 6,7 6,7

855 1 6,7 6,7 13,3

862 1 6,7 6,7 20,0

871 1 6,7 6,7 26,7

883 1 6,7 6,7 33,3

884 1 6,7 6,7 40,0

889 1 6,7 6,7 46,7

900 1 6,7 6,7 53,3

902 1 6,7 6,7 60,0

931 1 6,7 6,7 66,7

938 1 6,7 6,7 73,3

940 2 13,3 13,3 86,7

991 2 13,3 13,3 100,0

Total 15 100,0 100,0


62

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pre Test 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%


Post Test 15 100,0% 0 0,0% 15 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Pre Test Mean 1294,13 15,894

95% Confidence Interval for Lower Bound 1260,04


Mean Upper Bound 1328,22

5% Trimmed Mean 1293,65

Median 1276,00

Variance 3789,267

Std. Deviation 61,557

Minimum 1204

Maximum 1393

Range 189

Interquartile Range 96

Skewness ,250 ,580

Kurtosis -,994 1,121


Post Test Mean 904,53 13,579

95% Confidence Interval for Lower Bound 875,41


Mean Upper Bound 933,66

5% Trimmed Mean 906,04

Median 900,00

Variance 2765,695

Std. Deviation 52,590

Minimum 791

Maximum 991

Range 200

Interquartile Range 69

Skewness -,161 ,580

Kurtosis ,453 1,121

Tests of Normality
63

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pre Test ,153 15 ,200* ,938 15 ,364


Post Test ,119 15 ,200* ,957 15 ,648

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre Test 1294,13 15 61,557 15,894

Post Test 904,53 15 52,590 13,579

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference

Std. Std. Error Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair Pre Test - 389,6 17,15


87,951 22,709 340,894 438,306 14 ,000
1 Post Test 00 6
64

Lampiran 6. Dokumentasi
65

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Efi hudriah


Tempat/Tanggal Lahir : Bolo, 2 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Politeknik Kompleks Unhas Makassar
Email : evi.hudriah96@gmail.com
Riwayat Keluarga
Nama Ayah : Drs. Abidin Ahmad
Nama Ibu : Sri Yuliaty
Riwayat Pendidikan
1. (2002-2008) SD Negeri 1 Bolo
2. (2008-2011) SMP Negeri 1 Bolo
3. (2011-2014) SMA Negeri 1 Bolo
4. (2014-2018) Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan
UNHAS
Riwayat Organisasi
1. (2016-2017) Anggota Divisi Minat dan Bakat Himafisio FKep-
UNHAS.
ii

Anda mungkin juga menyukai