Anda di halaman 1dari 154

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, STATUS GIZI DAN

AKTIVITAS FISIK DENGAN DAYA TAHAN (ENDURANCE)


PADA ATLET SEPAK BOLA PSSI CABANG ACEH TENGAH
TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat – syarat guna


memperoleh gelar Sarjana Gizi Universitas Ubudiyah Indonesia

Oleh :
Nama : Elly Ratna Sari
NIM : 141010320003

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA
BANDA ACEH
2018/2019
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) PADA ATLET SEPAK BOLA
PSSI KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2018

Elly Ratna Sari1, Yulia Fitri2

Xv + 97 halaman : 31 tabel, 2 gambar, 20 lampiran

ABSTRAK
Latar Belakang : Daya tahan (endurance) adalah keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk
bekerja lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan setelah menyelesaikan suatu kegiatan.
Menurut penelitian Syahputra, dkk (2016) tentang analisis status gizi dan daya tahan atlet sepak
bola di Banda Aceh berjumlah 18 orang, menunjukkan bahwa daya tahan pada atlet sebesar
71,3% berada pada kategori kurang. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan asupan
asupan energi, status gizi dan aktivitas fisik dengan daya tahan (endurance) pada atlet sepak bola
PSSI kabupaten Aceh Tengah. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain dengan
cross sectional dengan populasi yaitu seluruh pemain sepak bola di Klub Binaan PSSI Cabang
Aceh Tengah, berjumlah 30 orang, usia 16-19 tahun. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 29
Maret – 8 April 2018. Pada masa atlet sedang tidak ada pertandingan. Cara pengumpulan data
dengan metode kuesioner. Selanjutnya dilakukan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
dan batas kemaknaan (α=0,05). Ha diterima bila p-value < 0,05. Hasil Penelitian : Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa atlet dengan asupan energi kurang dan memiliki daya tahan
(endurance) cukup berjumlah 13 orang (87,6%). Atlet dengan status gizi kurus dan memiliki daya
tahan (endurance) kurang berjumlah 8 orang (57,1%). Atlet dengan aktivitas fisik ringan dan
memiliki daya tahan (endurance) kurang berjumlah 9 orang (60%). Kesimpulan dan Saran :
Terdapat hubungan asupan energi dengan daya tahan (endurance) pada atlet sepat bola dengan
nilai (p = 0,023), tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan daya tahan (endurance) pada
atlet sepak bola dengan nilai (p = 0,072), ada hubungan antara aktivitas fisik dengan daya tahan
(endurance) pada atlet sepak bola dengan nilai (p = 0,023). Diharapkan atlet dapat meningkatkan
asupan energi, status gizi dan aktivitas fisik serta memotivasi diri agar dapat meningkatkan daya
tahan (endurance) menjadi lebih baik.
Kata Kunci : Asupan Energi, Status Gizi, Aktivitas Fisik, Daya Tahan (endurance), Atlet Sepak
Bola
Sumber : 25 buku (2001-2017), 10 internet (2004-2017), 40 jurnal (2013-2017)
1
Mahasiswa Prodi S-1 Ilmu Gizi Universitas Ubudiyah Indonesia
2
Dosen Pembimbing Prodi S-1 Ilmu Gizi Universitas Ubudiyah Indonesia

vi
ENERGY ASSEMBLY RELATIONSHIPS, NUTRITION STATUS AND
PHYSICAL ACTIVITIES WITH RESISTANT AT SECURITY ATLET
PSSI DISTRICT ACEH CENTRAL DISTRICT 2018

Elly Ratna Sari1, Yulia Fitri2

xiv + 97 pages: 31 tables, 2 pictures, 20 attachments

ABSTRACT
Background: Endurance (endurance) is a condition or condition of the body that is able to work
long without experiencing excessive fatigue after completing an activity. According to Syahputra's
research, et al (2016) on the analysis of nutritional status and endurance of athlete football in
Banda Aceh amounted to 18 people, showing that endurance athletes of 71.3% are in the less
category. Objectives: To determine the relationship between energy intake intake, nutritional
status and endurance physical activity (endurance) at soccer athletes PSSI Central Aceh district.
Methods: This study used a cross sectional design with the population of all soccer players in
Clubs PSSI Central Aceh branch, amounted to 30 people, aged 16-19 years. This study was
conducted on March 29 to April 8, 2018. At the time of athletes are no match. How to collect data
by questionnaire method. Furthermore, chi-square test with 95% confidence level and significance
limit (α = 0,05). Ha is accepted when p-value <0,05. Results: The results showed that athletes
with less energy intake and endurance were 13 (87.6%). Athletes with nutritional status are thin
and have less endurance amounted to 8 people (57.1%). Athletes with mild physical activity and
have less endurance amounted to 9 people (60%). Conclusion and Suggestion: There is
relationship between energy intake with endurance at spherical ballet with value (p = 0,023),
there is no relationship between nutritional status with endurance at soccer athlete with value (p =
0,072), there is relationship between physical activity with endurance at soccer athlete with value
(p = 0,023). It is expected that athletes can increase energy intake, nutritional status and physical
activity as well as self motivate in order to improve endurance for the better.

Keywords: Energy Intake, Nutritional Status, Physical Activity, Endurance, Football Athlete
Source: 25 books (2001-2017), 10 internet (2004-2017), 40 journals (2013-2017)
1
of Nutrition Science Study Program of Ubudiyah University of Indonesia
2
Lecturer of Nutrition Science Study Program of Ubudiyah University of Indonesia

vii
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohim
Assalamua’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
skripsi tentang “Hubungan Asupan Energi, Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan
Daya Tahan (Endurance) pada Atlet Sepak Bola di Takengon, Kab. Aceh Tengah
Tahun 2018”.
Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita,
nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran-ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar
bagi seluruh alam.
Dalam pembuatan skripsi ini melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Adjunct. Marniati, M.Kes selaku Rektor Universitas Ubudiyah
Indonesia
2. Ibu Asmaul Husna, S.ST., M.Kes selaku Kaprodi Jurusan Gizi
3. Ibu Yulia Fitri, S.ST., M.Biomed selaku pembimbing skripsi saya. Terima
kasih atas bimbingan, arahan dan masukan yang ibu berikan pada penulisan
skripsi ini.
4. Ibu Julaika, S.ST., M.Kes selaku Penguji I yang telah telah menyediakan waktu
untuk menguji sidang skripsi ini dan memberi saran serta bimbingan untuk
perbaikan skripsi.
5. Eva Rosdiana, S.ST., MKM selaku penguji II yang telah telah menyediakan
waktu untuk menguji sidang skripsi ini dan memberi saran serta bimbingan
untuk perbaikan skripsi.
6. Ibu dan bapak staff akademik yang sudah membantu administrasi terkait
skripsi.
7. Ayanda dan Ibunda yang telah susah payah membesarkan kami

viii
8. Teman – teman prodi ilmu gizi angkatan 2014 yang telah memberi motivasi
dan dukungan kepada saya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih dari kesempurnaan. Namun,


penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini.
Demikianlah semoga skripsi ini bermanfaat bagi kami khususnya pembaca.

Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamitthariq


Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Banda Aceh, 21 Mei 2018


Penulis

ix
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG .......................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABTRACT ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daya Tahan (endurance) ..................................................................... 10
2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi daya tahan (endurance) pada
atlet sepak bola .................................................................................. 20
2.2.1 Asupan Energi .............................................................................. 20
2.2.2 Status Gizi ..................................................................................... 39
2.2.3 Aktivitas Fisik ............................................................................... 45

x
2.2.1.4 Genetik ....................................................................................... 54
2.2.1.5 Umur .......................................................................................... 55
2.2.1.6 Jenis Kelamin ............................................................................. 55
2.2.1.7 Status Kesehatan ........................................................................ 56
2.2.1.8 Kebiasaan Merokok ................................................................... 56
2.3 Kerangka Teori .................................................................................... 58
2.4 Kerangka Konsep ................................................................................. 59
2.5 Hipotesis ............................................................................................... 59
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 60
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 60
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 61
3.4 Tehnik Pengumpulan Data ................................................................... 61
3.5 Instrument Penelitian ............................................................................ 65
3.6 Definisi Operasional ............................................................................. 71
3.7 Pengolahan Data ................................................................................... 73
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 78
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 89
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 95
5.2 Saran ..................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Daya Tahan (endurance) saat berlari/jalan 2,4 km ............................. 19

Tabel 2.2 Anjuran Konsumsi Karbohidrat Sebelum Latihan ............................. 24

Tabel 2.3 Anjuran Konsumsi Karbohidrat Selama Latihan ................................ 26

Tabel 2.4 Kebutuhan Energi Atlet Sepak Bola pada laki-laki ............................. 31

Tabel 2.5 Kebutuhan Energi Atlet Sepak Bola pada perempuan ........................ 32

Tabel 2.6 Standar Tingkat Kecukupan Karbohidrat Atlet ................................... 33

Tabel 2.7 Standar Tingkat Kecukupan Protein Atlet ........................................... 34

Tabel 2.8 Standar Tingkat Kecukupan Lemak Atlet ........................................... 35

Tabel 2.9 BMR untuk laki - laki Berdasarkan Berat Badan ................................ 36

Tabel 2.10 BMR untuk Perempuan Berdasarkan Berat Badan ........................... 36

Tabel 2.11 Kebutuhan Energi untuk Pertumbuhan (Kalori/hari) ........................ 37

Tabel 2.12 Batas Ambang IMT menurut Depkes RI ........................................... 43

Tabel 2.13 Tingkat Aktivitas Harian ................................................................... 47

Tabel 2.14 Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga ....................... 47

Tabel 2.15 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai Aktivitas Fisik ................... 48

Tabel 2.16 Kuesioner Baecke .............................................................................. 53

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 71

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Atlet Sepak Bola ................ 78

Tabel 4.2 Distribusi Kebiasaan Merokok Atlet Sepak Bola................................. 79

Tabel 4.3 Distribusi Status Kesehatan Atlet Sepak Bola ..................................... 79

xii
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Daya Tahan (Endurance) Atlet Sepak Bola ...... 80

Tabel 4.5 Rata – Rata (Mean) Daya Tahan (Endurance) Atlet Sepak Bola ........ 80

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Atlet Sepak Bola ....................... 81

Tabel 4.7 Rata – Rata (Mean) Asupan Energi Atlet Sepak Bola ......................... 82

Tabel 4.8 Rata – Rata (Mean) Asupan Zat Gizi Makro Atlet Sepak Bola .......... 82

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh (IMT) Atlet Sepak Bola ... 83

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Aktivitas fisik Atlet Sepak Bola ......... 84

Tabel 4.11 Rata – Rata (Mean) Tingkat Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola ......... 84

Tabel 4.12 Hubungan Asupan Energi Dengan Daya Tahan (Endurance) .......... 85

Tabel 4.13 Hubungan Asupan Status Gizi Dengan Daya Tahan (Endurance) ... 86

Tabel 4.14 Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Daya Tahan (Endurance) ........... 87

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori .............................................................................. 58

Gambar 2 Kerangkap Konsep ........................................................................ 59

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data


Lampiran 2 Surat Balasan Izin Pengambilan Data
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 6 Surat Izin Menjadi Responden
Lampiran 7 Form Analisis Nilai Zat Gizi Makanan
Lampiran 8 Rata – Rata Konsumsi Zat Gizi
Lampiran 9 Tabel Physical Activity Rate (PAR)
Lampiran 10 Tabel Cooper Tes Lari 2,4 Km
Lampiran 11 Kebutuhan Atlet Sepak Bola
Lampiran 12 Rata – Rata Asupan Energi Atlet Sepak Bola
Lampiran 13 Master Tabel
Lampiran 14 SPSS
Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 16 Surat Keterangan Selesai Penelitian

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sepak bola adalah olahraga yang dilakukan secara beregu dengan

tujuan memasukkan bola ke gawang musuh. Sepak bola telah menjadi

olahraga global yang digemari di seluruh dunia termasuk Indonesia. Dalam

hal prestasi, sepak bola di Indonesia sejak 22 tahun terakhir hanya mampu

mempersembahkan satu gelar juara di tingkat Asia Tenggara (Ulhaq, 2013).

Menurut data FIFA (2012), Indonesia berada di peringkat ke-170 dibawah

Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Hal ini, merupakan peringkat terendah

dalam sejarah persepakbolaan Indonesia (ulhaq, 2013). Sedangkan prestasi

sepak bola di Provinsi Aceh tahun 2014 berada pada peringkat 25 dari 33

daerah di Indonesia (Kemenpora RI, 2016).

Salah satu upaya untuk meningkat prestasi atlet adalah dengan

meningkat daya tahan (endurance) pada atlet (Bozenko, 2008). Berdasarkan

penelitian Warni, dkk (2017) pada atlet sepak bola tentang pengaruh latihan

daya tahan (endurance) terhadap peningkatan VO2max pada 21 orang atlet

sepak bola menunjukkan bahwa 62,5% berada pada kategori kurang dan

37,50% berada pada kategori sedang. Dan hasil penelitian yang dilakukan

Rahmad (2016) tentang pengaruh daya tahan kardiovaskuler dalam

permainan sepak bola terhadap 23 orang atlet di perolah hasil bahwa daya

1
2

tahan aerobik atlet masih rendah sebesar 48,6 %. Menurut penelitian

Syahputra, dkk (2016) tentang analisis status gizi dan daya tahan atlet sepak

bola di Banda Aceh berjumlah 18 orang, menunjukkan bahwa daya tahan

pada atlet sebesar 71,3% berada pada kategori kurang. Dari hasil penelitian

sebelumnya dapat dilihat bahwa daya tahan atlet masih rendah.

Daya tahan (endurance) adalah keadaan atau kondisi tubuh yang

mampu untuk bekerja lama tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan

setelah menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dalam cabang olahraga sepakbola,

permainan berlangsung cukup lama 2 x 45 menit dan setiap pemain dituntut

untuk menunjukan kualitas teknik yang baik selama bermain, artinya

kemampuan daya tahan menjadi faktor penting dalam melawan rasa lelah

selama bermain (Rahmat dan Achmad, 2013). Selama ini, para atlet sepak

bola di menit terakhir pertandingan tidak dapat bermain hingga akhir

pertandingan, karena para atlet mengalami kelelahan.

Daya tahan (endurance) dibutuhkan agar pemain sepak bola dapat

mempertahankan keterampilan teknik yang terbaik dan menjalankan taktik

maupun strategi yang benar selama pertandingan berlangsung. Jika seorang

pemain sepak bola memiliki daya tahan (endurance) yang buruk maka akan

sulit menampilkan performa terbaiknya saat pertandingan berlangsung. Maka

tidak heran, jika diawal pertandingan saja keterampilan teknik terbaik dan

menjalankan taktik maupun strategi dengan benar. Selebihnya semakin lama

pertandingan berlangsung maka kualitas performa yang ditampilkan akan

semakin mengalami penurunan yang disebabkan karena kelelahan yang


3

berlebihan dan konsentrasi menjadi menurun. Sehingga, banyak para atlet

sepak bola melakukan gol bunuh diri atau memasukkan bola ke gawang

sendiri (Shaleh, dkk, 2013).

Daya tahan yang buruk juga mengakibatkan sakit dan kelelahan pada

otot yang membuat otot menjadi kaku. Hal ini jika berlangsung terus – terus

dapat menyebabkan cedera pada saat latihan maupun saat pertandingan

berlangsung (Nugraha, 2013). Untuk mendapatkan daya tahan yang baik

seorang atlet harus melalui proses latihan. Dimana tujuan latihan adalah

membantu atlet meningkatkan keterampilan dan potensi semaksimal mungkin

(Rodriguez, L., 2014). Latihan yang rutin dilakukan maka akan meningkatkan

kapasitas vital paru – paru menjadi lebih baik dan organ paru akan mudah

beradaptasi, sehingga tubuh dapat mengatur pernapasan dengan baik saat

melakukan aktivitas yang berat (Imanuudin, 2008).

Namun, selama ini atlet sepak bola melakukan latihan yang sangat

keras menjelang pertandingan, dan saat tidak ada pertandingan para atlet tidak

teratur berlatih dan bahkan tidak berlatih sama sekali. Sehingga membuat

daya tahan (endurance) menurun saat pertandingan berlangsung, karena tubuh

belum mampu beradaptasi dan tidak mampu mengatur pernapasan dengan

baik menyebabkan atlet mengalami kelelahan yang berlebihan karena latihan

yang terlalu keras dan tubuh tidak beristirahat secara maksimal untuk

memulihkan tenaga yang dikeluarkan saat berlatih.


4

Selain aktivitas fisik yang rendah, daya tahan (endurance) juga

dipengaruhi oleh asupan energi. Asupan energi sangat berpengaruh terhadap

kemampuan otot saat berkontraksi dan daya tahan, sehingga asupan energi

yang cukup akan membuat otot berkontraksi dengan baik saat sedang

melakukan aktivitas berat dengan demikian tidak akan terjadi cedera saat

melakukan aktivitas. Hasil penelitian (Fatmah, 2011) menunjukkan bahwa

asupan energi berpengaruh terhadap daya tahan (endurance).

Selama ini atlet tidak berada dalam pengawasan pelatih atau dokter

dalam setiap jam makannya, sehingga menyebabkan terjadinya

ketidaksesuaian kalori atlet. Ketidaksesuaian asupan energi berhubungan

dengan asupan kalori yang rendah bahkan atlet-atlet yang masih dalam usia

pertumbuhan berisiko terhadap keterlambatan pertumbuhan dan penundaan

kematangan saat latihan atau kompetisi jika atlet tersebut terus-menerus

mengalami kekurangan asupan energi dalam jangka waktu yang lama

(Wijaya, 2016).

Asupan energi yang tidak tercukupi dalam jangka waktu yang lama

akan menyebabkan status gizi kurang. Status gizi merupakan salah satu faktor

yang harus diperhatikan pada atlet, karena status gizi yang buruk dapat

mengakibatkan kualitas fisik yang rendah dan sangat berdampak pada daya

tahan(endurance) dan menyebabkan terjadinya gangguan perkembangan dan

pertumbuhan, karena setiap kali melakukan gerak memerlukan energi. Maka,

seseorang akan terlihat semangat, gesit dan aktif saat melakukan gerak atau

aktivitas, sehingga dapat meningkatkan daya tahan (Haryono, dkk. 2007).


5

Hasil penelitian Awisaba (2014) terhadap pemain futsal di SMK

yogyakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

asupan gizi dan aktivitas fisik dengan daya tahan pada pemain futsal. Dan

hasil penelitian Irdilla (2015) terhadap mahasiswa UKM sepak bola di

Universitas Negeri Lampung menunjukkan tidak terdapat hubungan antara

status gizi dan aktivitas fisik dengan daya tahan. Namun, asupan energi

terdapat hubungan yang signifikan dengan daya tahan.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan asupan

energi, status gizi dan aktivitas fisik dengan daya tahan (endurance) pada

atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah

yaitu “Apakah ada hubungan asupan energi, status gizi dan aktivitas fisik

dengan daya tahan (endurance) pada atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang

Aceh Tengah Tahun 2018?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan asupan energi status gizi dan aktivitas fisik dengan

daya tahan (endurance) pada atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh

Tengah Tahun 2018?”


6

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui asupan energi pada atlet Sepak Bola Binaan PSSI

Cabang Aceh Tengah Tahun 2018.

1.3.2.2 Untuk mengetahui aktivitas fisik pada atlet Sepak Bola Binaan PSSI

Cabang Aceh Tengah Tahun 2018.

1.3.2.3 Untuk mengetahui status gizi atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang

Aceh Tengah Tahun 2018.

1.3.2.4 Untuk mengetahui daya tahan (endurance) atlet Sepak Bola Binaan

PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018.

1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan asupan energi dengan daya tahan

(endurance) pada atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah

Tahun 2018

1.3.2.6 Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan daya tahan (endurance)

pada atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018.

1.3.2.7 Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan daya tahan

(endurance) pada atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah

Tahun 2018.
7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

1.4.1.1 Dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dan yang terkait dengan

penelitian dibidang ilmu gizi serta mendapat informasi tentang

kaitan asupan energi, status gizi dan aktivitas fisik dengan daya

tahan (endurance) pada atlet sepak bola.

1.4.2 Bagi Atlet

1.4.2.1 Atlet mendapat informasi kebutuhan energi perhari, kecepatan

berlari, yang dapat memotivasi diri agar lebih baik.

1.4.3 Bagi Pelatih

1.4.3.1 Mendapat gambaran tentang asupan energi dan kecepatan berlari

pada atlet sepak bola yang dapat dijadikan dasar dalam peningkatan

daya tahan (endurance) atlet sepak bola

1.4.3.2 Memberikan informasi mengenai pentingnya nutrisi untuk

meningkatkan daya tahan (endurance) atlet sepak bola.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

1.4.4.1 Dapat dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat

dikembangkan lebih luas lagi oleh peneliti lain.


8

1.5 Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan penulis, beberapa

penelitian yang mirip dengan penelitian tentang Hubungan Asupan Energi

dan Tingkat Pengetahuan Gizi dengan Prestasi Atlet Sepak bola, antara lain :

1. Daya Tahan Kardiorespirasi Siswa Pemain Basket Sekolah Menengah

Atas Di Kota Denpasar Lebih Baik Dari Pada Siswa Bukan Pemain

Basket, oleh Anak Agung Fridami Dewi (2016). Penelitian ini

merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional,

analisa data menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan

Terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,000) antara daya tahan

kardiorespirasi pada siswa laki-laki pemain basket dan bukan pemain

basket tingkat sekolah menengah atas di Kota Denpasar.

2. Studi Kemampuan Daya Tahan (Cardiovascular Respiratory

endurance) Pada Atlet Klub Bola Voli Putri Se-Kota Bandar

Lampung, oleh Gia Anggun Wijaya (2016). Penelitian ini

menggunakan metode gabungan (mixed methods), analisa data yang

digunakan yaitu metode deskriptif analitik. Hasil penelitian terhadap

60 atlet menunjukkan bahwa 43,3% atlet dalam klasifikasi sedang,

33,3% dalam klasifikasi baik, 15% dalam klasifikasi kurang, dan 8,4

% dalam klasifikasi sangat baik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

tempat, waktu, serta variabel penelitian dikembangkan menjadi “hubungan


9

asupan energi, status gizi dan aktivitas dengan daya tahan (endurance) pada

atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018”.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daya Tahan Tubuh (Endurance)

Daya tahan (endurance) adalah keupayaan sistem kardiorespirator

untuk melakukan kerja bagi satu jangka masa yang lama dan berterusan

dengan intersiti kerja yang ringan atau sederhana. Daya tahan kardiovascular

juga merupakan komponen yang paling penting dalam profil fisiologi

manusia ini disebabkan melibatkan daya tahan aerobik dan anaerobik (Dewi

dan Muliarta, 2016)

Menurut Collingwood (1995:87) dikutip Hardilles (2016) “Stated that

the endurance of cardiovascular is one of good from the body which can

deliver the oxygen to the entire of body part by producing the power to be

used for having the activities”. Menyatakan bahwa daya tahan kardiovascular

adalah kebolehan tubuh menghantar oksigen ke seluruh anggota badan untuk

menghasilkan tenaga yang digunakan untuk menjalankan aktivititas”.

Sehingga, daya tahan (endurance) sangat penting bagi atlet sepak bola untuk

meningkatkan performa saat berlatih maupun bertanding. Daya tahan

(endurance) yang baik tidak akan mudah membuat atlet sepak bola kelelahan

pada saat berlatih/bertanding dalam jangka waktu yang lama.

Tujuan dari daya tahan (endurance) adalah untuk meningkatkan

kemampuan olahragawan agar dapat mengatasi kelelahan selama aktivitas


10
11

berlangsung. Kelelahan yang dimaksud adalah kelelahan baik secara fisik

maupun psikis. Latihan daya tahan akan berdampak pada kualitas sistem

kardiovaskuler, pernafasan dan system peredaran darah. Faktor utama

keberhasilan dalam latihan dan pertandingan olahraga dipengaruhi oleh

tingkat kemampuan olahragawan dalam menghambat proses terjadinya

kelelahan (Sukadiyanto, 2009).

Olahragawan yang memiliki daya tahan (endurance) yang baik tentu

akan mampu melakukan aktivitas tanpa mengalami kelelahan yang berarti

dalam jangka waktu yang lama. Keuntungan yang diperoleh olahragawan

yang memiliki kemampuan daya tahan (endurance) yang baik diantaranya

atlet akan mampu : (Ma’mum, 2003)

1. Menentukan irama dan pola permainan.

2. Memelihara atau mengubah irama dan pola permainan sesuai dengan yang

diinginkan.

3. Berjuang secara ulet dan tidak mudah menyerah.

Adapun bentuk latihan fisik untuk melatih daya tahan (endurance) sabagai

berikut : (Wijaya, 2016)

1. Kekuatan

Kekuatan adalah kapasitas kontraksi dari otot, yang merupakan gerakan

otot dari gerakan pertamanya sampai jarak gerakan sepenuhnya dan

mengulangi.
12

a. Bentuk Latihan

Dengan berat badan sendiri :

1. Bench Press (beban 80% berat badan)

2. Curl (Punggung menempel pada dinding)

3. Press Up lengan sebagai penopang dan punggung lurus

4. Press Up pada Ujung jari

5. Press Up slapping chest: Press Up sambil memukul dada

6. Press Up clapping hands: Press Up sambil bertepuk tangan.

7. Press Up with feet raised: Press Up seperti latihan 1 sambil

mengangkat 1 kaki.

8. Knee raise (angkat lutut), tidur terlentang tingkai lurus kedepan

dengan kedua lengan disamping badan. Bawa kedua lutut

kedada kembalikan ke posisi semula.

9. Sit-up

10. Diagonal Sit-up

11. Standing squats

Latihan dengan teman :

1. Separate Wrist: berdiri berhadapan, pegang pergelangan tangan

kawan lalu berusaha memisahkan kedua pergelangan teman.


13

2. Separate Legs

3. Clap hands: berpasangan tidur terlentang, kepala bersentuhan

dengan teman.

2. Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan

secara berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya.

a. Bentuk Latihan

1. Panahan

2. Running (berlari)

3. Speed Drills

4. Running on the spot (berjalan ditempat)

5. Speed Assisted Work (Kecepatan menggiring bola)

6. Speed Resisted Work (Kecepatan mengejar bola)

7. Speed Endurance Work (menendang bola serta melompat-

lompat dalam waktu yang singkat)

Metode Sprint terdiri:

1. Accelaration Sprints (meningkatkan kecepatan sepak bola)

2. Hollow Sprint (bentuk latihan kecepatan)


14

3. Repetion sprint (Kecepatan bola yang konstan)

3. Kelincahan

Kelincahan adalah berhubungan dengan cara mengubah arah posisi

tubuh dengan kecepatan dan kecepatan tinggi. Kelincahan adalah

kemampuan seseorang mengubah posisi tertentu. Seseorang yang

mampu mengubah posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan

koordinasi yang baik.

a. Bentuk Latihan

1. Agility Run (kelincahan berlari)

2. Zig-zag Run

3. Shuttle Run (Lari bolak balik)

4. Illionis Agility Run

4. Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan

organ-organ syaraf otot, seperti handstand atau mencapai keseimbangan

sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu (misalnya

tergelincir dan lain-lain).

a. Bentuk Latihan

1. Naik sepeda dengan melewati balok kayu.


15

2. Berdiri pada balok yang berukuran 10 x 10 cm dan balok di taruh

di atas permukaan air.

3. Berdiri dengan kaki dengan mengangkat sebelah kanan atau kiri

secara bergantian

5. Kelenturan

Kelenturakan adalah kemampuan seseorang untuk meningkatkan tubuh

bagian-bagian tubuh dalam suatu ruang gerak yang seluas mungkin,

tanpa mengalami cedera pada persendian dan otot di sekitar persendian.

a. Bentuk Latihan

1. Peregangan Statis (dengan gerak yang perlahan tetapi dilakukan

terus menerus.

2. Peregangan Balistis (peregangan yang dilakukan dengan gerak

memantul-mantulkan). Semuanya meliputi: Leher, Bahu dan

dada, Lengan bahu dan dada, Lengan dan bahu, Otot belakang

bawah (lower back), Pantat dan panggul, Otot belakang bawah

dan perut, Otot pangkal paha, Otot pangkal paha panggul paha

bagian dalam, Otot paha belakang (hamstring), Otot paha depan

(Quadriseps) dan ankle, Otot paha depan dan panggul, Otot betis

dan tungkai bawah.

3. Kecepatan dalam melakukan gerak tipu, sliding tackle (Kekatan),

mengubah arah dalam berlari.


16

6. Ketepatan

Akurasi adalah kemampuan untuk mengendalikan gerakan-gerakan

bebas terhadap suatu sasaran. dapat berupa sasaran atau objek langsung

yang harus dikenai oleh salah satu bagian tubuh.

a. Bentuk Latihan

1. Bermain sepak bola dengan Memasukan bola kedalam gawang

7. Reaksi

Reaksi adalah kemampuan gerak yang ada, pada manusia dalam

melakukan aktifitas fisik dan ini merupakan wujud dari kemampuan

organ-organ tubuh memenuhi kebutuhan dan menggunakan oksigen

sehingga memungkinkan melakukan aktivitas fisik terus menerus tanpa

istirahat, serta kemampuan membuang dan menghambat bertambahnya

konsentrasi asam laktat di dalam tubuh.

a. Bentuk Latihan

Dribling artinya sentuhan terhadap bola sesering mungkin atau

banyak sentuhan, mengoper bola pada teman, berarti secara reflek

menerima bola untuk dimasukkan kedalam gawang.


17

8. Koordinasi

Koordinasi adalah yang berhubungan dengan kemampuan untuk

menggunakan panca indera seperti penglihatan dan pendengaran,

bersama-sama dengan tubuh tertentu di dalam melakukan kegiatan

motorik dan harmonis dan ketepatan tinggi.

a. Bentuk Latihan

Naik turun bangku mengikuti irama yang teratur sebanyak 120 kali

permenit selama 5 menit. Gunanya untuk melatih kemampuan

belajar yang bersifat sensomotorik. Dan berlari dengan melakukan

dribble yang dilanjutkan melakukan shooting kearah gawang.

9. Power

Kesanggupan atau kemampuan dari tubuh manusia untuk melakukan

penyesuaian untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap

beban fisik yang di hadapi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti,

dan memiliki kapasitas cadangan untuk melakukan aktifitas berikutnya.

a. Bentuk Latihan

1. Sesi Latihan Dasar Plyometrik

Sesi latihan inin di dahului oleh pemanasan berlangsubg 15-20

menit yang di lakukan dengan progress latihan yang teratur dari

latihan sederhana ke latihan dengan tuntutan plyometrik yang

lebih kompleks.
18

10. Latihan daya tahan aerobik

a. Lari terus menerus dalam waktu yang lama (Long Continous

Running)

b. Bentuk latihan berlangsung lama dan terus menerus meningkatkan

kemampuan menghirup oksigen dan metabolisme berlngsung lebih

efesien.

c. Latihan interval (latihan dengan metode interval) adalah latihan

daya tahan yang biasa dipakai diberbagai cabang olahraga seperti

berenang, bersepeda, sepak bola dan sebagainya. Latihan interval

memiliki perbandingan priode kerja dan istirahat yang cukup.

11. Daya Tahan Otot (Muscular Endurance) sangat berhubungan erat

dengan kekuatan otot. Oleh karenanya metode untuk

mengembangkan daya tahan otot sangat mirip dengan yang digunakan

untuk meningkatkan kekuatan.

2.1.1 Pengukuran daya tahan (endurance)

Dalam merencanakan tes daya tahan (endurance) dapat

menggunakan tabel Cooper lari/jalan 2,4 km dan digunakan rumus

menghitung waktu tempuh yang diperlukan untuk menempuh jarak 2,4

km dalam menit kemudian dikonversikan menjadi nilai VO2 max

melalui perhitungan sebagai berikut : (Cooper, 2003)


19

Tabel 2.1 Daya Tahan (endurance) Saat Lari/Jalan 2,4 km


Waktu tempuh (menit,detik)
Kategori 13-19 20-29 30-39 40-49 50-59
>60
tahun tahun tahun tahun tahun
Laki – laki
Baik sekali <09.4
<10.45 <11.00 <11.30 12.30 13.59
0
Baik 09.41- 10.46- 11.01- 11.31- 12.31- 14.00-
10.46 12.00 12.30 13.00 14.30 16.15
Cukup 10.49- 12.01- 12.31- 13.01- 14.31- 16.16-
12.10 14.00 14.45 15.35 17.00 19.00
Kurang 12.11- 14.01- 14.44- 15.36- 17.01- 19.01-
15.30 16.00 16.30 17.30 19.00 20.00
Sangat >15.3 >19.0 >20.0
>16.01 >16.31 >17.31
kurang 1 1 1
Perempuan
Baik sekali <12.2 <16.3 <17.3
<13.30 <14.30 <15.55
9 0 0
Baik 12.30- 13.31- 14.31- 15.56- 16.31- 17.31-
14.30 15.54 16.30 17.30 19.00 19.30
Cukup 14.31- 15.55- 16.31- 17.31- 19.01- 19.31-
16.54 18.00 19.00 19.30 20.00 20.30
Kurang 16.55- 18.01- 19.01- 19.31- 20.01- 20.31-
18.30 19.00 19.30 20.00 20.30 21.00
Sangat >18.3 >20.3 >21.0
>19.01 >19.31 >20.01
kurang 1 1 1
(Sumber : Cooper 2003)
20

2.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi Daya Tahan (Endurance) pada atlet

sepakbola

2.2.1 Asupan Energi Atlet

Asupan energi adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang

diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang (Almatsier,

sunita., 2007). Asupan energi sangat penting bagi tubuh terutama pada

atlet. Kebutuhan gizi pada atlet berbeda dengan yang bukan atlet, dapat

dilihat dari segi aktivitas fisik dan kondisi fisik dari atlet tersebut. Daya

tahan (endurance) atlet di Indonesia belum mencapai kondisi yang

optimal, salah satunya dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang tidak

seimbang. Oleh sebab itu, asupan energi memegang peranan penting

dalam mendukung performa atlet (Syafrizal dan wilda welis, 2009).

Daya tahan (endurance) atlet tidak terlepas dari pemenuhan gizi

sesuai dengan fase persiapan umum, persiapan khusus, fase pertandingan,

dan fase transisi atau pemulihan. Konsumsi zat gizi yang kurang atau

tidak sesuai, membuat tubuh akan kekurangan asupan energi dari

makanan yang mengakibatkan daya tahan (endurance) atlet menjadi

menurun (Zoorob et.al., 2013). Karena gizi yang optimal dapat

mengurangi rasa lelah, sehingga memungkinkan seorang atlet untuk

berlatih dan bertanding lebih lama atau pulih lebih cepat (Chaundary dan

Sukhwal, 2016).
21

Asupan energi yang seimbang mempengaruhi penampilan prima

seorang atlet pada saat bertanding. Asupan energi dibutuhkan untuk

penyediaan energi pada saat seorang atlet melakukan berbagai aktivitas

fisik. Ketersediaan zat gizi di dalam tubuh juga berpengaruh terhadap

kemampuan daya tahan jantung paru. Daya tahan jantung paru

merupakan komponen terpenting dari kesegaran jasmani, Daya tahan

jantung paru adalah kemampuan fungsional sistem jantung, paru dan

pembuluh darah saat melakukan aktivitas untuk mengambil oksigen

secara optimal dan mensuplai oksigen ke seluruh tubuh terutama pada

jaringan aktif agar dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh (Ita,

2009).

Menurut Widiastuti (2009) asupan energi yang seimbang

digunakan untuk memperbaiki dan mempertahankan status gizi,

membentuk otot, mencapai tinggi badan yang optimal, memelihara

kondisi tubuh serta menjaga daya tahan atlet. Asupan energi yang kurang

atau melebihi kebutuhan akan memberikan efek yang kurang baik

terhadap fungsi fisiologis tubuh.

Gizi ibarat bahan bakar pada suatu mesin, jika bahan bakar yang

digunakan baik, maka mesin akan bekerja secara maksimal. Begitu juga

sebaliknya bahan bakar yang buruk akan menyebabkan mesin tidak

bekerja secara maksimal. Asupan gizi yang baik akan menghasilkan

energi yang diperlukan tubuh saat melakukan olahraga.


22

Pemenuhan asupan energi sebelum latihan bertujuan untuk

menjaga atlet tetap memiliki energi sebelum dan selama bertanding serta

membantu menjaga tingkat energi yang optimal (kadar glukosa darah)

untuh melatih otot – otot selama bertanding (Hardinsyah dan supariasa,

2016). Idealnya makanan sebelum pertandingan harus terdiri dari

karbohidrat kompleks, protein sedang dan rendah lemak (Chaundary dan

Sukhwal, 2016)

1. Pengaturan Makan Atlet

a. Gizi Selama Latihan

Peningkatan glikogen otot sebelum latihan dapat dilakukan

dengan asupan tinggi karbohidrat. Asupan tinggi karbohidrat akan

meningkatkan glikogen otot dan dapat meningkatkan daya tahan

(Jeukendrup dan Randell, 2011). Glikogen berperan penting dalam

proses pembentukkan energi saat latihan maupun bertanding.

konsumsi tinggi karbohidrat sebelum latihan akan membantu

meningkatkan stamina sehingga durasi latihan menjadi lebih lama

dan intensitasnya semakin meningkat (Hardinsyah dan supariasa,

2016).

Menurut Clark (2014) berikut ini adalah beberapa pengaturan

pemenuhan asupan gizi sebelum bertanding yang dapat dilakukan :

1. Selalu mengonsumsi makanan yang sudah biasa dikonsumsi

selama latihan. Jangan mencoba makanan baru yang belum


23

pernah dimakan karena akan beresiko untuk terjadinya masalah di

pencernaan yang akan membuat performa atlet menjadi tidak

maksimal saat bertanding.

2. Atlet yang merasa gelisah dan tidak dapat makan sebelum

bertanding disarankan makan sebelumnya dan menambah porsi

makan malam sebagai pengganti sarapan.

3. Atlet yang memiliki masalah dengan pencernaan, dapat

mengonsumsi makanan cair sebagai pengganti makanan padat,

namun hal ini harus dibiasakan jauh sebelum waktu pertandingan.

4. Saat perjalanan menuju venue pertandingan, atlet disarankan

untuk menyiapkan makanan kecil untuk mengantisipasi apabila

terjadi masalah seperti delay, macet dan sebagainya.

5. Apabila atlet memiliki “magic food “ atau makanan khusus yang

dipercaya oleh masing-masing atlet dapat meningkatkan performa

dan kepercayaan dirinya saat latihan atau bertanding. pastikan

makanan tersebut ada dalam menu sebelum bertanding karena

dapat membuat atlet lebih percaya diri.

6. Minum air lebih banyak sehari sebelum pertandingan untuk

mencegah terjadinya dehidrasi.

Tabel 2.2 Anjuran Konsumsi Karbohidrat sebelum latihan


24

Waktu Sebelum Jumlah Karbohidrat Kalori (BB 68 kg)


Latihan
4 jam 2 (4g/kg) 1200
2 jam 1 (2 g/kg) 600
5-60 menit 0,5 (1 g/kg) 300
(Sumber : Sport Nutrition Guide Book (Clark, 2014)

Sedangkan menurut Syafrizal dan Wilda Welis (2009)

petunjuk yang dapat digunakan dalam pengaturan makan atlet

sebelum pertandingan, yaitu:

1. 3 jam sebelum bertanding atlet dianjurkan makan menu ringan,

tinggi karbohidrat terutama dengan indeks glikemik rendah,

cukup protein, rendah lemak, tidak bergas dan mudah cerna

2. Diusahakan tidak memberikan makanan sumber glukosa 30 menit

atau kurang sebelum pertandingan berlangsung. Hal ini akan

menyebabkan hipoglikemia.

3. Bagi atlet yang gugup dan cemas berikan makanan cair.

b. Gizi Saat Pertandingan

Gizi saat bertanding bertujuan memberi makanan dan cairan

yang cukup untuk memenuhi energi dan zat gizi agar cadangan

glikogen tetap terpelihara. Adapun beberapa pedoman makanan

selama hari pertandingan ( Syafrizal dan Wilda Welis, 2009) :


25

1. Cukup energi sesuai kebutuhan

2. Protein cukup 10-12%, lemak 15-20%, karbohidrat 68-70%

3. Banyak vitamin dan mineral

4. Mudah cerna, tidak bergas dan berserat, tidak meransang

5. Cairan gula diberikan dalam konsentrasi rendah

Waktu makan :

1. 3-4 jam sebelum tanding: makanan utama nasi + lauk +sayur

+ buah.

2. 2-3 jam sebelum tanding: makanan kecil roti/krakers.

3. 1-2 jam sebelum tanding: makanan cair/minuman jus/teh.

4. < 1jam sebelum tanding: cairan /minuman.


26

Tabel 2.3 Anjuran Konsumsi Karbohidrat selama


latihan/pertandingan
Jenis Latihan Asupan Contoh Bahan
Karbohidrat Selama Makanan
Latihan
<45 menit, Asupan karbohidrat Air, jika haus
latihan ringan di tidak dibutuhan
klub kebugaran
1-2,5 jam, seperti 30-60 Sport drink, gels,
bermain bola, lari karbohidrat/jam (120- pisang, buah kering,
jarak jauh atau 240 kal/jam) setelah 1 permen gummy,
berenang jam pertama pretzels
>2,5 jam Sesuai dengan nafsu Bolu pisang, trail
intensitas rendah makan, tetapi mix, buah kering,
– sedang, setidaknya 30 g hummus
walking karbohidrat/jam (120
marathon, kal/jam)
bersepeda jarak
jauh atau hiking
>2,5 jam 60-90 g Sport drink, gels,
intensitas tinggi, karbohidrat/jam (240- sport candies,
marathon, lari 360 kal/jam) yang energy bar, kukis,
lintas alam dan didapatkan dari dan makanan
triahlon bermacam – macam pelengkap lain
jenis makanan seperti peanut
butter, madu, coklat
susu, jerky, keju
(Sumber : Sport Nutrition Guide Book (Clark, 2014)

1. Pertandingan Selama 1-3 Jam

Olahraga endurance yang dilakukan selama 1-3 jam

membutuhkan tambahan energi untuk mempertahankan performa

atlet. Energi tambahan dibutuhkan untuk menjaga performa atlet

berupa snack bar atau minuman berenergi (Goulet, 2012).


27

Pemenuhan asupan cairan juga menjadi perhatian untuk mencegah

terjadinya dehidrasi dengan tetap mengonsumsi cairan setiap 10-

15 menit selama melakukan latihan atau pertandingan (Mujika &

Burke, 2011).

2. Pertandingan Lebih dari 3 Jam

Berolahraga keras selama lebih dari 3 jam, dan

mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah yang lebih tinggi (60-90

g) dari biasanya dalam bentuk minuman olahraga yang

mengandung glukosa dan fruktosa (maltodextrin dan fruktosa)

dalam rasio 2:1 dapat membantu meningkatkan kinerja dan

membantu menjalani waktu latihan lebih lama (Bean, 2014).

Menurut penelitian Wilborn et al (2013) menunjukkan bahwa 68-

78 g karbohidrat/jam adalah dosis optimal untuk olahraga yang

berlangsung lebih dari 3 jam.

c. Gizi Setelah Pertandingan

Gizi berperan sangat penting untuk pemulihan agar dapat

meningkatkan daya tahan (endurance). Kegagalan untuk mengisi

cairan dan cadangan energi setelah latihan/pertandingan dapat

dengan cepat menghasilkan sakit otot, kelelahan dan penurunan

kinerja di sesi latihan berikutnya. Adapun yang termasuk pemulihan

adalah sebagai berikut (Hardinsyah dan supariasa, 2016) :


28

1. Mengganti cairan, otot tubuh tidak dapat sepenuhnya pulih

hingga sel terhidrasi dengan baik.

2. Mengisi bahan bakar, seorang atlet harus mengganti bahan bakar

yang telah digunakan, jika tidak otot akan terasa sakit dan lelah

selama sesi berikutnya.

3. Rebuild, seorang atlet perlu untuk memperbaiki sel-sel otot yang

telah rusak selama latihan.

Semakin cepat mengisi energi setelah latihan, semakin cepat

tubuh pulih. Selama periode ini, sel-sel otot menjadi lebih sensitif

terhadap insulin dan enzim karbohidrat diubah menjadi glikogen satu

setengah kali lebih cepat dari normal selama periode ini (Bean,

2014). Pemulihan setelah latihan/bertanding seorang atlet harus

menunggu lebih dari 2 jam, maka kemampuan tubuh untuk megubah

apa yang dikonsumsi menjadi glikogen turun menjadi sebesar 66%.

Semakin lama menunggu, semakin lama yang dibutuhkan untuk

memulai proses pemulihan. Jadi, konsumsi makanan dan minuman

tinggi karbohidrat dan kaya protein atau makanan ringan harus

dilakukan sesegera mungkin setelah latihan, idealnya dalam waktu

30 menit dan tidak lebih dari 2 jam (Clark, 2014).

Gizi setelah bertanding bertujuan memberi makanan yang

memenuhi energi dan zat gizi untuk memulihkan glikogen otot, sttus
29

dehidrasi dan keseimbangan elektrolit. Dengan beberapa ketentuan

sebagai berikut ( Syafrizal dan Wilda Welis, 2009) :

1. Syarat

a. Cukup energi, tinggi karbohidrat, vitamin mineral, cukup

protein, rendah lemak

b. Banyak cairan

2. Hal yang perlu diperhatikan

a. Minuman setelah bertanding penting untuk memulihkan status

dehidrasi

b. Setiap penurunan 500 gr berat badan, tubuh memerlukan 500 cc

air

c. Pada penurunan berat badan 4-7%, berat badan akan kembali

normal setelah 24-48 jam

d. Minuman diberikan dengan interval waktu tertentu

e. Minumlah jenis jus buah yang mengandung K dan Na (tomat,

belimbing)

f. Untuk memulihkan kadar gula darah, tubuh memerlukan hidrat

arang. Kebutuhan hidrat arang 1 jam setelah bertanding 1 gr/kg

BB. Misal, Berat badan 60 kg maka kebutuhan hidrat arang

sebesar 60 gr atau 240 kalori


30

g. Pilihlah hidrat arang kompleks (polisakarida) dan disakarida

h. Pada umumnya setelah bertanding atlet malas makan, oleh

karena itu porsi makanan diberikan ½ porsi dari biasanya,

ditambah makanan cair yang banyak hidrat arang

3. Cara Pemberian

a. Segera setelah bertanding minum air dengan suhu 10° c (sejuk),

1-2 gelas

b. ½ jam setelah bertanding; jus buah 1 gelas

c. 1 jam setelah bertanding; jus buah 1 gelas dan snack ringan atau

makanan cair yang mengandung hidrat arang sebanyak 300

kalori

d. 2 jam setelah bertanding makan lengkap dengan porsi kecil;

sebaiknya diberi lauk yang tidak digoreng dan tidak bersantan

dan diberi banyak sayuran dan buah.

e. Sayuran berkuah lebih bermanfaat untuk mencukupicairan dan

mineral, misal soto, sop. 6. 4 jam kemudian atlet biasanya baru

merasa lapar. Untuk itu penyediaan makanan pada malam hari

menjelang tidur, mutlak diperlukan bagi atlet yang bertanding

malam hari. Jenis hidangan yang disukai atlet ialah mie bakso,

mie instan dan lain-lain.


31

Pemenuhan asupan energi pada atlet harus individual dengan

memperhatikan jenis kelamin, umur, berat badan, tinggi badan, dan jenis

olahraga. Dengan terpenuhinya asupan energi membuat tubuh memiliki

energi untuk melakukan gerakan yang benar sehingga olahraga akan

maksimal. Secara umum seorang pemain sepak bola memerlukan energi

sekitar 4.500 Kkal atau 1,5 kali kebutuhan energi orang dewasa normal

dengan postur tubuh relatif sama, karena pemain sepak bola

dikategorikan dengan seseorang yang melakukan aktivitas fisik yang

berat (Depkes RI, 2002). Energi tersebut dihasilkan dari karbohidrat,

protein dan lemak yang telah mengalami metabolisme di dalam tubuh.

Tabel 2.4 Kebutuhan Energi Atlet Sepak bola pada Laki - laki
Jenis Kelamin Berat Badan Energi (Kal)
(Kg)
10-18 th 18-30 th 30-60 th
Laki - laki 55 3515 3268 3238
60 3730 3455 3389
65 3907 3603 3502
70 4122 3790 3654
75 4299 3939 3767
80 4514 4126 3920
85 4693 4274 4033
90 4947 4500 4223
(Sumber : Depkes RI, 2002)
32

Tabel 2.5 Kebutuhan Energi Atlet Sepak bola pada Perempuan


Jenis Kelamin Berat Badan Energi (Kal)
(Kg)
10-18 th 18-30 th 30-60 th
Perempuan 40 2540 2242 2414
45 2668 2380 2489
50 2833 2557 2604
55 2960 2694 2679
60 3127 2870 2794
65 3253 3009 2869
70 3419 3182 2984
75 3547 3324 3059
(Sumber : Depkes RI, 2002)

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa sumber energi utama bagi

tubuh yang memiliki peran sangat penting untuk seorang atlet dalam

melakukan olahraga (Ariesta, 2016). Jenis makanan sumber

karbohidrat antara lain: biji-bijian (beras, ketan, jagung), umbi-

umbian (ubi, singkong) dan tepung- tepungan (roti, mie, pasta,

makaroni, bihun).

Karbohidrat di dalam tubuh akan di metabolisme menjadi

glukosa darah, glikogen hati serta glikogen otot dan di konversi

menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa yang terbentuk akan

tersimpan dalam aliran darah sebagai glukosa darah serta sebagai

cadangan energi dalam bentuk glikogen di dalam hati dan otot.

Glikogen otot dipergunakan langsung oleh otot untuk pembentukan


33

energi, sedangkan glikogen hati mengalami perubahan menjadi

glukose yang akan masuk ke peredaran darah untuk selanjutnya

dipergunakan oleh otot. Sehingga tidak membuat atlet kelelahan dan

lemas saat berlatih maupun bertanding. Karena karbohidrat

merupakan sumber energi yang paling baik dan sangat efisien untuk

di metabolisme menjadi energi, maka karbohidrat diutamakan

dikonsumsi oleh atlet.

Tabel 2.6 Standar Tingkat Kecukupan Karbohidrat Atlet


Standar Asupan Karbohidrat
Kurang <6 g/kg bb per hari
Normal 6-10 g/kg bb per hari
Kelebihan >10 g/kg bb per hari
(Sumber : Mikeskey, 2006:454)

2. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan

bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas

yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu, membangun

serta memelihara sel – sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2007).

Protein bagi atlet sepak bola yang masih remaja sangat diperlukan

untuk pertumbuhan dan pembentuk tubuh untuk mencapai tinggi

badan yang optimal. Peningkatkan kebutuhan protein bagi atlet ini

disebabkan karena atlet lebih beresiko untuk mengalami kerusakan


34

jaringan otot terutama saat menjalani latihan/pertandingan olahraga

yang berat.

Tabel 2.7 Standar Tingkat Kecukupan Protein untuk Atlet


Standar Asupan Protein
Kurang <1,2 g/kg bb per hari
Normal 1,2-1,7 g/kg bb per hari
Kelebihan >1,7 g/kg bb per hari
(Sumber : Mikeskey, 2006:439)

3. Lemak

Lemak berfungsi sebagai pembentuk struktur tubuh, karena

menunjang letak organ tubuh (Tejasari, 2005). Lemak merupakan

cadangan energi bagi tubuh, pada saat atlet melakukan latihan mupun

pertandingan lemak akan menggantikan energi bagi tubuh apabila

energi dari karbohidrat telah habis terpakai. Walaupun lemak

merupakan sumber energi yang paling tinggi, tapi para atlet tidak

dianjurkan untuk mengonsumsi lemak berlebihan. Karena, energi

lemak tidak dapat langsung dimanfaatkan untuk latihan maupun

bertanding (Depkes, 2002). Hal ini dimaksudkan agar atlet

mengkonsumsi karbohidrat penggantian glikogen otot dan hati

berlangsung dengan baik. Pengosongan lambung menjadi lambat

akibat mengkonsumsi lemak yang berlebihan sehingga perut terasa

penuh. Rasa kenyang dan penuh yang terjadi akibat makan lemak
35

yang berlebihan dapat mengurangi konsumsi karbohidrat (Depkes,

2002).

Tabel 2.8 Standar Tingkat Kecukupan Lemak untuk Atlet


Standar Asupan Protein
Kurang <20% dari total kalori
Normal 20-30% dari total kalori
Kelebihan >30% dari total kalori
(Sumber : Mikeskey, 2006:441)

Energi yang dihasilkan tubuh digunakan untuk melakukan tiga

kegiatan yaitu kerja internal (sirkulasi darah, pernapasan, denyut jantung,

ginjal dan lain-lain), kerja eksternal dan menutupi pengaruh makanan.

Energi untuk kerja internal disebut juga Basal Metabolic Rate (BMR),

energi untuk menutupi pengaruh makanan yang disebut Specific

Dynamic Action (SDA), dan Aktivitas Fisik atau kerja eksternal

(Syafrizar dan wilda, 2009).

a. Basal Metabolic Rate (BMR)

Metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimal yang

dibutuhkan tubuh untuk menjalankan proses yang vital. Kebutuhan

energi metabolisme basal termasuk jumlah energi yang diperlukan

untuk pernapasan, peredaran darah, pekerjaan ginjal, dan alat tubuh

lain, serta untuk proses metabolisme di dalam sel – sel untuk

mempertahankan suhu tubuh (Almatsier, 2009).


36

Tabel 2.9 BMR untuk laki – laki berdasarkan berat badan


Jenis Kelamin Berat Energi (Kal)
Badan (Kg)
10-18 th 18-30 th 30-60 th
Laki - laki 55 1625 1514 1499
60 1713 1589 1556
65 1801 1664 1613
70 1889 1739 1670
75 1977 1814 1727
80 2065 1889 1785
85 2125 1964 1842
90 2242 2039 1899
(Sumber : Depkes RI, 2000)

Tabel 2.10 BMR untuk perempuan berdasarkan berat badan


Jenis Kelamin Berat Badan Energi (Kal)
(Kg)
10-18 th 18-30 th 30-60 th
Perempuan 40 1224 1075 1167
45 1291 1149 1207
50 1357 1223 1248
55 1424 1296 1288
60 1491 1370 1329
65 1557 1444 1369
70 1624 1518 1410
75 1691 1592 1450
(Sumber : Depkes RI, 2000)
37

b. Specific Dynamic Action (SDA)

Specific Dynamic Action (SDA) atau pengaruh termis

makanan adalah energi tambahan yang diperlukan tubuh untuk

pencernaan makanan, absopsi dan metabolisme zat – zat gizi yang

menghasilkan energi (Almatsier, sunita., 2009). Besarnya SDA kurang

lebih 10% dari Basal Metabolic Rate (BMR) (Depkes RI, 2002).

c. Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel

seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur

(Depkes RI, 2000). Sehingga, anak dan remaja memerlukan tambahan

energi untuk membantu pertumbuhan tulang baru dan jaringan tubuh.

Tabel 2.11 Kebutuhan energi untuk pertumbuhan (kalori/hari)


Jenis Kelamin Umur (Tahun) Tambahan energi
Laki - laki 10-14 2 kal/kg berat badan
Perempuan 15 1 kal/kg berat badan
16-18 0,5 kal/kg berat badan
(Sumber : Depkes RI, 2002)

Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung kebutuhan gizi

olahragawan/atlet sebagai berikut (Depkes RI, 2000) :

TEE = (BMR + SDA 10%) x Faktor Aktifitas Fisik + Faktor Aktivitas

Harian + Faktor Pertumbuhan


38

2.2.1.1 Metode Pengukuran Asupan Energi

Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah

satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi peorangan

atau kelompok. Metode pengukuran konsumsi makanan untuk

individu antara lain:

1. Metode Food Recall 24 Jam

Prinsip metode ini adalah dilakukan dengan mencatat

jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode

24 jam yang lalu yang diperoleh dari hasil wawancara yang

dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih dengan

menggunakan kuesioner terstruktur. Data yang diperoleh dari

food recall cenderung lebih bersifat kualitatif, sehingga untuk

mendapatkan data kuantitatif, jumlah konsumsi makanan

individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat atau

ukuran rumah tangga (URT). Contoh sendok, gelas, piring, atau

ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. Apabila

pengukuran dilakukan hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), data

yang diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan

kebiasan makanan individu. Oleh karena itu, food recall 24 jam

sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan harinya tidak berturut-

turut.

a. Kelebihan metode food recall 24 jam antara lain:


39

1. Mudah melaksanakannya tidak terlalu membebani

responden.

2. Biaya relatif murah.

3. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden.

4. Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf.

5. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar

dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi

sehari.

b. Kekurangan metode food recall 24 jam antara lain:

1. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari,

apabila hanya dilakukan recall satu hari.

2. Ketepatannya sangat bergantung pada daya ingat responden

(Lee-Han et al, 2009:269).

2.2.2 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat zat gizi, dibedakan menjadi gizi buruk, kurang, baik dan

lebih (Almatsier, 2010). Menurut supariasa (2002) “status gizi adalah

ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau

perwujudan dari natriure dalam bentuk variabel tertentu”. Status gizi juga
40

merupakan akibat dari keseimbangan antara Ketersedian zat gizi dalam

tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya

tahan (endurance). Untuk mendapatkan daya tahan yang baik, seseorang

harus melakukan latihan – latihan olahraga yang cukup dan status gizi

yang baik untuk kegiatan fisiknya dan tidur (Fatmah,2011).

Dalam dunia olahraga, status gizi yang baik dan ketersediaan

energi dalam jumlah cukup serta pada waktu yang tepat sangat penting.

Karena, pada saat latihan apabila status gizi tidak baik maka akan sulit

mencapai prestasi yang optimal (Pengembangan Kesehatan Olahraga RI,

2000).

Seseorang yang memiliki status gizi baik memiliki cadangan

energi yang lebih besar sehingga konsumsi oksigen maksimal lebih

besar. Konsumsi oksigen maksimal ditentukan oleh cadangan energi

aerobik, yaitu pemecahan ATP menjadi energi dengan bantuan O2

sehingga seseorang dengan status gizi yang lebih akan menurunkan

kemampuan tubuh untuk menggunakan oksigen secara maksimal

(Kusumawati,2012).

Kelebihan lemak tubuh meningkatkan massa tubuh sehingga

menurut hukum II Newton akan menurunkan percepatan (gerak).

Peningkatan berat badan akan membawa pada kebutuhan energi yang

lebih besar pada sistem aerobik untuk melangsungkan pergerakan badan.

Oleh karena itu, kelebihan berat badan pada umunya menyebabkan


41

seseorang mudah kelelahan (wijayanti, 2006). Menurut Kamaruddin

(2011) status gizi yang lebih akan menurunkan daya tahan seseorang.

Karena pada proses fisiologis, kapasitas pengambilan oksigen didukung

oleh kardiorespirasi serta kekuatan dan ketahanan otot, tingginya lemak

tubuh akan menurunkan persentase otot sehingga mengurangi kerja

aerobik, selain itu status gizi lebih akan meningkatkan kebutuhan sistem

kardiovaskuler. Pada kelompok gizi kurang memiliki daya tahan

(endurance) yang buruk, sama baiknya dalam aspek kelenturan dan

ketangkasan (Hapsari, dkk.., 2007).

Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik

manusia. Makin baik status gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya.

Daya tahan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan

produktifitas yang memadai akan lebih dimiliki oleh individu dengan

status gizi baik (Adrianto & Ningrum, 2010).

1. Penilaian Status Gizi

Untuk menilai status gizi digunakan dua metode penilaian

status gizi, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status

gizi secara langsung, dapat dibagi menjadi 4 penilaian, yaitu

penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Sedangkan

untuk penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi


42

menjadi 3, yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor

ekologi (Supariasa, 2002).

a. Penilaian status gizi secara langsung

1. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh

manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri

gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan

tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk

melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Hal ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan

tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Pada

penelitian ini untuk menentukan status gizi atlet sepak bola,

terlebih dahulu tentukan status gizi atlet menggunakan Indeks

Massa Tubuh (IMT) dengan rumus yaitu (Depkes RI, 2000) :

IMT = Berat Badan (kg)


(Tinggi Badan (m) x Tinggi badan (m))
43

Tabel 2.12 Batas ambang IMT menurut Depkes RI


Status Gizi Kategori
Kurus IMT <18,5
Normal IMT ≥18,5 - <24,9
Berat Badan Lebih IMT ≥25,0 - <27
Obesitas IMT ≥27,0
(Sumber:Kemenkes RI, 2013)

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah dengan metode yang sangat

penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini

berdasarkan tas perubahan yang terjadi dan dihubungkan

dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada

jsringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau

pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti

kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei

klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi

secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah

satu atau lebih zat gizi.

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah

pemeriksaan yang diuji secara laboratorium dilakukan pada


44

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang

digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot.

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya

jaringan) dan melihat perubahan strukur jaringan. Penggunaan

pada umumnya pada situasi tertentu seperti kejadian buta senja

epidemik dengan menggunakan cara tes adaptasi gelap.

b. Penilaian status gizi secara tidak langsung

1. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis

zat yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan

dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat

gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini

dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.


45

2. Faktor Ekologi

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting

untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat

sebagai dasar melakukan program intervensi.

3. Statistik Vital

Pengukuran status gizi menggunakan statistik vital

adalah dengan menganalisa data beberapa statistik kesehatan

seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan

dan kematian akibat tertentu dan data lainnya yang

berhubungan dengan gizi.

2.2.3 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan

sistem penunjangnya (Almatsier, sunita., 2009). Aktivitas fisik yang

benar dan teratur sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan fisik,

mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar.

Saat melakukan aktivitas fisik tubuh memerlukan energi, banyaknya

energi yang dibutuhkan tubuh tergantung berapa banyak otot yang

bergerak, berapa lama dan berapa berat aktivitas/pekerjaan yang

dilakukan. Semakin lama dan semakin berat aktivitas yang dilakukan,

maka semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas

tersebut (Pudjiadi, A.H., dkk, 2010).


46

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran

jasmani, latihan fisik yang bersifat aerobik dilakukan secara teratur dan

mempengaruhi atau meningkatkan daya tahan (endurance) dan dapat

mengurangi lemak tubuh (Fatmah, 2011). Aktivitas fisik terbagi menjadi

2 kategori, yaitu aktivitas fisik terstruktur (kegiatan olahraga) dan

aktivitas fisik tidak terstruktur (kegiatan sehari-hari) (Williams, 2005).

Aktivitas fisik yang terstruktur dan rutin dilakukan dapat

meningkatkan daya tahan (endurance) karena saat melakukan latihan

suplai oksigen ke otot meningkat sehingga memberi kemampuan pada

atlet untuk melakukan aktivitas olahraga dengan waktu yang lebih lama

(Mongsidi, 2007). Tingginya daya tahan menunjukkan tingginya aktivitas

fisik, karena mampu melepaskan sejumlah energi yang relatif tinggi

dalam jangka waktu yang lama (Neiman, 2011). Menurut Wardani dan

Roosita (2008) aktivitas fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat

mengurangi risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) dan dapat

meningkatkan derajat kesehatan dan daya tahan.

Pada saat atlet melakukan aktivitas fisik menyebabkan kontraksi

pada otot rangka, sehingga mengakibatkan kebutuhan oksigen dan energi

untuk kontraksi meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan otot tersebut,

maka terjadi peningkatan aktivitas pernafasan, jantung, sistem sirkulasi

darah, hormonal, sistem syaraf, dan metabolisme. Akibatnya terjadi

peningkatan daya tahan untuk melakukan aktivitas lebih lama (Wiarto,

2013).
47

Tabel 2.13 Tingkat Aktivitas Harian


Tingkat Aktivitas Jenis Kelamin
Laki – laki Perempuan
Istirahat di tempat tidur 1,2 1,2
Kerja sangat ringan 1,4 1,4
Kerja ringan 1,5 1,5
Kerja ringan-sedang 1,7 1,6
Kerja sedang 1,8 1,7
Kerja berat 2,1 1,8
Kerja berat sekali 2,3 2,0
(Sumber : Depkes RI, 2002)

Tabel 2.14 Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga (kal/m)


Berat Badan (Kg)
Aktivitas
50 60 70 80 90
Sepak bola
Lari :
- 5,5 mnt/km 10 12 14 15 17
- 5 mnt/km 10 12 15 17 19
- 4,5 mnt/km 11 13 15 18 20
- 4 mnt/km 13 15 18 21 23
Jalan Kaki
- 10 mnt/km 5 6 7 8 9
- 8 mnt/km 6 7 8 10 11
- 5 mnt/km 10 12 15 17 19
(Sumber : Depkes RI, 2002)
48

Tabel 2.15 Physical Activity Rate (PAR) berbagai Aktivitas Fisik

Aktivitas PAR
Tidur 1,0
Berkendaraan dalam mobil/bus 1,2
Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1,4
Makan 1,5
Duduk (bekerja kantor, menjaga toko) 1,5
Mengendarai mobil/berjalan 2,0
Memasak 2,1
Berdiri, membawa barang yang ringan 2,2
Mandi dan berpakaian 2,3
Menyapu, mencuci baju dan piring tanpa mesin 2,3
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2,8
Berjalan 3,2
Berkebun 4,1
Olahraga ringan (jalan kaki) 4,2
Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1,5
Kegiatan ringan 1,4
Berbaring 1,2
Beribadah 1,2
Rapat 1,2
(Sumber : WHO, 2004)
49

Aktivitas fisik dapat meningkatkan daya tahan (endurance) apabila

memenuhi syarat berikut ini : : (Wahyuno, 2014)

1. Intensitas Latihan

Makin besar intensitas latihan, makin besar pula efek latihan

tersebut. Intensitas kesegaran jasmani sebaiknya antara 60-80% dari

kapasitas aerobik. Intensitas latihan yang dianjurkan untuk berolahraga

kesehatan adalah antara 72% - 78% dari denyut nadi maksimal.

2. Lamanya Latihan

Lamanya waktu latihan dikatakan baik apabila tidak berbahaya

bagi kesehatan jantung. Lamanya waktu latihan yang baik adalah

selama 15-25 menit.

3. Frekuensi Latihan

Frekuensi latihan berhubungan erat dengan intensitas dan

lamanya latihan. Olahraga dilakukan secara setiap hari atau 3 kali

seminggu.

2.2.2.1 Pengkuran Aktivitas Fisik

Metode yang sering digunakan untuk mencatat aktivitas fisik

(physical activity diaries) dan mengingat kembali aktivitas fisik yang

sudah dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner (physical

activities recall). Pencatatan dilakukan untuk seluruh jenis aktivitas


50

fisik yang dilakukan selama 24 jam beserta jumlah waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan aktifitas fisik tersebut (Rifki dan Wilda,

2009). Adapun metode pengukuran aktivitas fisik menurut Rifki dan

Wilda (2009) ada 2 yaitu :

1. Metode Diari

Pada metode ini responden diminta untuk mencatat jenis – jenis

kegiatan yang dilakukan setiap menit selama 24 jam, pencatatan

setiap menit bertujuan agar tidak ada kegiatan yang hilang atau

lupa dicatat.

a. Keuntungan Metode Diari

1. Dalam pengumpulan data tidak memerlukan orang

(enumerator).

2. Biaya relatif murah

b. Kelemahan Metode Diari

1. Perlu kesabaran yang tinggi agar seluruh aktivitas fisik yang

dilakukan tidak ada yang terlupakan

2. Pengolahan datanya cukup rumit

besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam

dinyatakan dalam Physical activity level (PAL) atau tingkat

aktifitas fisik . PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan

(kkal) dalam 24 jam. Nilai Physical activity rate (PAR) untuk


51

berbagai jenis aktivitas fisik dan tingkat aktivitas fisik menurut

WHO/FAO (2004). PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut

PAL = E (PARi) x Wi
24 jam
Keterangan :

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PARi : Physical activity rate dari masing-masing yang dilakukan

untuk tiap jenis aktivitas per jam

Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas

Dengan kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

sebagai berikut :

1. Ringan (sedentary lifestyle) 1.40 – 1.69

2. Sedang (active or mederately active lifestyle) 1.70-1.99

3. Berat (virgorous or vigorous active lifestyle) 2.00-2.40

2. Metode Kuesiner dan wawancara Baecke

Metode ini responden diwawancara untuk mengingat

jenis aktivitas fisik dan lamanya aktivitas fisik tersebut dilakukan

selama 24 jam. Pada metode ini harus dipersiapkan kuesioner yang


52

akan digunakan sebagai form yang akan diisi oleh responden yang

diteliti atau sebagai pedoman wawancara aktifitas fisik yang

dilakukan selama 24 jam. Contoh kuesioner Baecke yang dipakai

untuk mengukur perkiraan aktivitas fisik dalam 24 jam dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.


53

Tabel 2.16 Kuesioner Baecke


No Pertanyaan Skor
1 Apa jenis pekerjaan utama anda ? 123
2 Pada saat bekerja saya duduk : 12345
Tidak pernah/jarang/kadang-kadang/sering/selalu
3 Pada saat bekerja saya bekerja berdiri : 12345
Tidak pernah/jarang/kadang-kadang/sering/selalu
4 Pada saat bekerja saya bekerja berjalan : 12345
Tidak pernah/jarang/kadang-kadang/sering/selalu
5 Pada saat bekerja saya pakai lift beban berat : 12345
Tidak pernah/jarang/kadang-kadang/sering/selalu
6 Setelah bekerja saya merasa lelah : 54321
Sangat sering/sering/kadang/jarang/tidak pernah
7 Pada bekerja saya berkeringat : 54321
Sangat sering/sering/kadang/jarang/tidak pernah
8 Bila dibandingkan dengan yang lain saya pikir pekerjaan fisik : 54321
lebih berat/berat/agak berat/lebih ringan/sangat ringan
9 Apakah anda berolahraga ? ya/tidak, jika ya :
- Olahraga yang paling sering dilakukan ?
- Berapa jam seminggu ?
<1/1-2/2-3/3-4/>4
- Berapa bulan dalam setahun ?
<1/1-3/4-6/7-9/>9
Jika ada permainan olahraga kedua :
- Berapa kali seminggu :
<1/1-2/2-3/3-4/>4
- Berapa bulan dalam setahun :
<1/1-3/4-6/7-9/>
10 Dibandingkan teman sebaya aktifitas fisik saya diwaktu luang 54321
adalah :
lebih banyak/banyak/sama/ lebih sedikit/paling sedikit
11 Selama waktu luang saya berkeringt : 54321
Sangat sering/sering/kadang/jarang/tidak pernah
12 Selama waktu luang saya berolahraga : 12345
Tidak pernah/jarang/kadang-kadang/sering/selalu
13 Selama waktu luang saya menonton TV : 12345
Tidak pernah/jarang/kadang-kadang/sering/selalu
14 Selama waktu luang saya berjalan : 12345
Tidak pernah/jarang/kadang-kadang/sering/selalu
15 Selama waktu luang saya bersepeda : 12345
Tidak pernah/jarang/kadang-kadang/sering/selalu
16 Berapa lama anda berjalan atau bersepeda dari tempat kerja, 12345
kesekolah atau berbelanja ?
<5/5-15/15-30/30-45/>45
54

2.2.4 Genetik

Kemampuan fisik seseorang dipengaruhi oleh gen yang ada dalam

tubuh. Genetik atau keturunan yaitu sifat spesifik seseorang yang dibawa

sejak lahir. Sifat spesifik tersebut mempengaruhi perbedaan kekuatan,

pergerakan anggota tubuh, kecepatan lari, kecepatan reaksi, fleksibilitas,

dan keseimbangan setiap orang (Montgomery, 2007). Jika mereka yang

mewarisi potensi genetik untuk kegiatan atau latihan ketahanan dengan

rutin, maka akan mampu mencapai hasil pada tingkat yang sangat tinggi.

Namun, pelatihan yang tekun dengan latihan yang normal atau sedikit

diatas kinerja rata-rata hanya beberapa individu yang terpilih yang

mewarisi kemampuan kategori rata-rata kelas dunia. Mayoritas orang

berada dalam kategori rata-rata, tetapi semua bisa mencapai daya tahan

(endurance) yang baik dengan latihan (Indrawagita, 2009).

Penemuan tentang kapasitas otot untuk merespon latihan juga

merupakan keturunan. Orang tua mewariskan faktor yang dapat

memberikan konstribusi pada daya tahan (endurance), termasuk

kapasitas maksimal sistem respiratori dan kardiovaskuler, jantung, sel

darah merah dan haemoglobin serta persentase serat otot. Faktor

keturunan lainnya seperti fisik dan komposisi tubuh juga mempengaruhi

daya tahan dan performa atlet (Sharkley,2011).


55

2.2.5 Umur

Daya tahan (endurance) akan semakin menurun sejalan dengan

bertambahnya umur. Namun penurunan ini dapat berkurang, bila

seseorang berolahraga secara teratur sejak dini (Hoeger, 2014). Daya

tahan (endurance) meningkat sampai mencapai maksimal pada usia 25-

30 tahun, kemudian terjadi penurunan fungsional dari seluruh tubuh,

kira-kira sebesar 0,8-1% pertahun, tetapi bila rajin berolahraga

penurunan ini dapat dikurangi (Depkes,2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Amara, et. al. (2000)

menunjukkan bahwa penurunan daya tahan (endurance) seiring

bertambahnya usia adalah fungsi dari perubahan massa lemak bebas.

Kehilangan massa jaringan aktif pada orang tua merupakan faktor

penting dalam hilang nya daya tahan (endurance).

2.2.6 Jenis Kelamin

Perbedaan daya tahan (endurance) antara laki – laki dan

perempuan berkaitan dengan perbedaan tubuh, komposisi tubuh,

kekuatan otot, jumlah haemoglobin, dan kapasitas paru-paru (Armstrong

N, 2006). Kemampuan aerobik wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria

pada usia yang sama. Hal ini dikarenakan perbedaan hormonal yang

menyebabkan wanita memiliki konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan

lemak tubuh lebih besar dan wanita juga memiliki massa otot lebih kecil
56

daripada pria. Pada saat pubertas wanita yang sama dengan pria usianya,

pada umumnya mempunyai konsumsi oksigen maksimal lebih rendah

dari pria (Kildibre et. al., 2003).

Perempuan memiliki volume paru – paru lebih kecil dibandingkan

laki-laki, sehingga maksimal laju aliran ekspirasi lebih rendah dan

permukaan difusi lebih kecil daripada laki-laki. Hal ini, mengakibatkan

lebih rendah ventilasi paru (Sharkley,2011).

2.2.7 Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan salah satu determinan atau faktor

penentu dari daya tahan (endurance), kemampuan untuk menjalankan

aktifitas fisik yang lebih berat dari biasanya dapat diketahui dengan

menggambarkan status kesehatan seseorang. Hal tersebut juga diperlukan

untuk melakukan tes daya tahan (endurance) sehingga status kesehatan

seseorang dapat dikontrol (Kiernan, 2012).

2.2.8 Kebiasaan Merokok

Nikotin, karbon monoksida, tar, zat adiktif untuk rasa dan aroma,

serta gas beracun lainnya adalah produk berbahaya dalam rokok. Karbon

monoksida dan nikotin memiliki efek buruk pada jantung dan pembuluh

darah. Nikotin adalah stimulan adiktif yang meningkatkan denyut jantung


57

istirahat, tekanan darah, dan metabilisme. Efek nikotin meningkatkan

kebutuhan oksigen otot jantung (detak jantung tidak teratur). Karbon

monoksida, gas beracun yang merupakan produk sampingan dari

pembakaran produk tembakau menggantikan oksigen dalam darah karena

memiliki kemampuan yang lebih kuat mengikat haemoglobin dari

oksigen sehingga mempengaruhi transportasi oksigen keseluruh tubuh

dan menghambat aktivitas organ tubuh (Indrawagita, 2009).

Kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan peningkatan

kolesterol darah. Setiap hisapan rokok dapat meningkatkan pacuan

jantung dan tekanan darah, terjadi kekurangan oksigen dalam sirkulasi

darah ke seluruh tubuh, penurunan daya tahan secara bertahap (Penggalih

dan Emy, 2007). Daya ikat (afinitas) karbon monoksida pada

haemoglobin 200-300 kali lebih kuat dari oksigen. Hal ini berarti karbon

monoksida lebih cepat mengikat haemoglobin dari pada oksigen.

Haemoglobin berfungsi mengangkut oksigen keseluruh tubuh, dengan

adanya ikatan karbon monoksida pada haemoglobin akan menghambat

pengangkutan oksigen ke jaringan tubuh, Sehingga menyebabkan tubuh

cepat lelah (Hapsari, 2007).


58

2.3 Kerangka Teoritis

Berdasarkan pendapat yang disimpulkan dari (Hardinsyah dan

Supariasa, IDN., 2016) faktor – faktor yang berhubungan dengan daya tahan

(endurance) pada atlet sepak bola dipengaruhi oleh genetik, umur, jenis

kelamin, asupan energi, kebiasaan merokok, status gizi, aktivitas fisik dan

status kesehatan. Untuk penjelasan dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

Asupan Energi
(Protein, Lemak, KH)

Status Gizi

Aktivitas Fisik

Genetik Daya Tahan


(endurance) pada
atlet sepak bola
Umur

Jenis Kelamin

Status Kesehatan

Kebiasaan Merokok

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : (Hardinsyah dan Supariasa, IDN, 2016)


59

2.4 Kerangka Konsep

Asupan Energi (KH,


Lemak, Protein
Daya Tahan Tubuh
Status Gizi (endurance) pada
atlet sepak bola

Aktivitas Fisik

Gambar 2. Kerangka konsep

Sumber : (Hardinsyah dan Supariasa, IDN., 2016)

2.5 Hipotesis

2.5.1 Ha : Ada hubungan asupan energi dengan daya tahan tubuh (endurance)

pada atlet sepak bola.

2.5.2 Ha : Ada hubungan aktivitas fisik dengan daya tahan tubuh (endurance)

pada atlet sepak bola.

2.5.3 Ha : Ada hubungan status gizi dengan daya tahan tubuh (endurance) pada

atlet sepak bola.


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif non-eksperimen. Penelitian

kuantitatif menekankan pada data-data numerik (angka) dari mulai

pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya.

(Arikunto, Suharmi., 2006).

Metode penelitiannya adalah survei dengan pendekatan cross sectional.

Metode survei merupakan penelitian yang biasa dilakukan dengan subjek yang

banyak, dimaksudkan untuk mengumpulkan pendapat atau informasi mengenai

status gejala pada waktu penelitian berlangsung. (Arikunto, Suharmi., 2006).

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Takengon, Kab. Aceh Tengah, pada tanggal

29 Maret – 8 April 2018. Pada masa atlet sedang tidak ada pertandingan.

3.3 Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemain sepak bola di

Klub Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah, berjumlah 30 orang, usia 16-19

tahun.

60
61

3.3.2 Sampel Penelitian

Arikunto, Suharmi (2006) menegaskan apabila subyek penelitian

kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya. Sebaliknya, jika subyek

terlalu besar, maka sampel bisa diambil diantara 10%-15% hingga 20%-

25%.

Dalam penelitian ini, karena populasinya kurang dari seratus

subyek, maka penelitian ini merupakan penelitian sampel populatif

(menyeluruh). Dengan keseluruhan populasi berjumlah 30 orang.

3.4 Teknik pengumpulan data

3.4.1 Angket atau kuesioner

Kuisoner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden. (Arikunto, Suharmi., 2006).

Beberapa data yang perlu di isi dalam kuesioner ini adalah identitas

responden berupa, umur, jenis kelamin, tahun lahir, alamat, dan nomor

responden.

a. Daya Tahan (endurance)

Data yang dikumpulkan dari tes ini adalah data daya tahan

(endurance) menggunakan Cooper Test lari 2,4 km, dalam proses

menggumpulkan data daya tahan (endurance) menggunakan


62

Enumerator yaitu pelatih dan asisten pelatih. Untuk mengatasi

kecondongan (bias) hasil yang diperoleh tes, maka dilakukan :

1. Memberi kesempatan kepada tester untuk berlatih.

2. Menggunakan Cooper tes lebih dari satu orang, kemudian

hasilnya dibandingkan.

3. Melengkapi instrumen tes dengan manual (pedoman pelaksaan)

selengkapnya.

4. Menciptakan situasi tes sedemikian rupa sehingga membantu

tester tidak mudah terganngu oleh lingkungan.

5. Memilih situasi tes sebaik – baiknya.

6. Menciptakan kerja sama yang baik dan rasa saling percaya antara

sesama tester.

7. Menentukan waktu untuk mengerjakan tes secara tepat, baik

ketepatan pelaksanaan maupun lamanya.

8. Memperoleh izin dari atasan apabila tes tersebut dilaksanakan di

lokasi penelitian.

b. Asupan energi

Data yang dikumpulkan berupa identitas responden (nama,

alamat, kontak, pendidikan dan jenis kelamin) asupan energi,

karbohidrat, lemak, dan protein. Dengan menggunakan food recall


63

3x24 jam pada atlet sepakbola selama 3 hari berturut – turut.

Hasilnya kemudian di rata-ratakan dan dikonversi kedalam bentuk

satuan gizi. Untuk validitas dan reabilitas lembar Food Recall ini

telah diuji oleh Kementerian Kesehatan sehingga dapat digunakan.

Untuk menghitung asupan energi atlet sepak bola menggunakan

rumus debagai berikut (Depkes RI,2002) :

TEE = (BMR + SDA 10%) x F. Aktivitas Fisik + F. Aktivitas

Harian + F. Pertumbuhan

c. Status Gizi

Data status gizi dikumpulkan menggunakan antropometri sebagai

berikut :

a. Berat badan

Berat badan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,1

kg

b. Tinggi badan

Tinggi badan di ukur menggunakan microtoise dengan ketelitian

0,1 cm dengan kapasitas ukur 2 meter.

c. IMT (Indeks Masa Tubuh)


64

d. Aktivitas Fisik

Untuk mendapatkan data aktivitas fisik melalui wawancara langsung

kepada responden. Menurut WHO (2004) untuk menghitung aktivitas

fisik seseorang dalam sehari dengan menggunakan rumus PAL

(Physical Activty Level) sebagai berikut : (WHO, 2004)

PAL = E (PARi) x Wi
24 jam

Keterangan :

PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik)

PARi : Physical activity rate dari masing-masing yang dilakukan

untuk tiap jenis aktivitas per jam

Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas

3.5 Instrument penelitian

3.5.1 Daya Tahan (Endurance)

1. Metode Pengkuran Daya Tahan (Endurance)

Pengukuran daya tahan (endurance) dilakukan dengan mengukur

VO2 max menggunakan Cooper Test 2,4 km. Prosedur pelaksanaan

Cooper Test 2,4 km adalah sebagai berikut :

a. Peralatan yang dibutuhkan Stopwach, peluit, asisten


65

b. Tes ini mengharuskan atlet berlari sejauh mungkin dalam 12

menit

c. Sampel diminta melakukan pemanasan selama 10 menit sebelum

tes dilakukan.

d. kemudian sampel diminta untuk menempuh jarak 2,4 km secepat

mungkin dengan berlari atau berjalan.

e. Saat asistem memberikan perintah “GO”, mulai stopwach dan

atlet dimulai tes.

f. Asisten terus memberikan informasi kepada atlet dari waktu ang

tersisa terakhir.

g. Waktu tempuhnya akan diukur menggunakan stopwatch.

h. Setelah melakukan tes, sampel harus melakukan gerakan

pendinginan.

Nilai VO2 max yang didapat dicocokkan dengan

menggunakan tabel VO2 max Cooper untuk menentukan kategori

daya tahan tubuh (endurance). Data yang diperoleh dianalisis

menggunakan program SPSS.


66

3.5.2 Asupan Energi

1. Metode Food Recall

Metode ini menggunakan kuesioner Food Recall 3x24 jam, yang

dilakukan selama 3 hari untuk mengetahui asupan energi atlet. Data

yang telah terkumpul akan diolah menggunakan aplikasi nutrisurvey.

3.5.4 Status Gizi

1. Pengukuran Antropometri

a. Tinggi Badan

Alat : Microtoise

Cara memasang Microtoise :

1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang

microtoise di dinding agar tegak lurus.

2. Letakan alat pengukur di lantai yang DATAR tidak jauh dari

bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan

ada lekukan atau tonjolan (rata).

3. Tarik papan penggeser tegak lurus keatas, sejajar dengan

benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka

pada jendela baca menunjukkan angka 0 (NOL). Kemudian


67

dipaku atau direkat dengan lakban pada bagian atas

microtoise.

4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi

perekat pada posisi sekitar 10 cm dari bagian atas

microtoise.

Cara mengukur :

1. Minta responden melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi

(penutup kepala).

2. Pastikan alat geser berada diposisi atas.

3. Reponden diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.

4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan

tumit menempel pada dinding tempat microtoise di pasang.

5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi

tergantung bebas.

6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala

responden. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala

responden. Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser

harus tetap menempel pada dinding.

7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka

yang lebih besar (ke bawah ) Pembacaan dilakukan tepat di


68

depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata

petugas.

8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur

harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.

9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka

dibelakang koma (0,1 cm).

b. Berat Badan

Alat : Timbangan Injak

Cara ukur :

1. Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol. Mula-

mula akan muncul angka 8,88 dan tunggu sampai muncul

angka 0,00. Bila muncul bulatan (0) pada ujung kiri kaca

display, berarti timbangan siap digunakan.

2. Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki

tepat di tengah alat timbang tetapi tidak menutupi jendela

baca .

3. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat

timbang, sikap tenang (jangan bergerak-gerak dan kepala

tidak menunduk memandang lurus kedepan)

4. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, dan

tunggu sampai angka tidak berubah (statis).


69

5. Catat angka yang terakhir (ditandai dengan munculnya tanda

bulatan 0 diujung kiri atas kaca display) dan isikan pada

kolom: Berat Badan pada formulir

6. Angka hasil penimbangan dibulatkan menjadi satu digit

misal 0,51 - 0,54 dibulatkan menjadi 0,5 dan 0,55 - 0,59

dibulatkan menjadi 0,6

7. Minta Responden turun dari alat timbang

8. Alat timbang akan OFF secara otomatis.

9. Untuk menimbang responden berikutnya, ulangi prosedur 1

s/d 7 untuk responden berikutnya.

c. IMT

3.5.3 Aktivitas Fisik

Menurut WHO (2004) untuk menghitung aktivitas fisik seseorang

dalam sehari dengan menggunakan rumus PAL (Physical Activty Level)

sebagai berikut : (WHO, 2004)

PAL = E (PARi) x Wi
24 jam
Keterangan :

PAL : Physical activity level (PAL) (tingkat aktivitas fisik)

PARi : Physical activity rate (PAR) dari masing-masing yang


70

dilakukan untuk tiap jenis aktivitas per jam

Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas

Perhitungan di atas dapat dijelaskan dengan contoh kasus sebagai

berikut:

Seorang wanita memiliki 8 jam waktu tidur (8x1,0 =8), 4 jam waktu

melakukan pekerjaan rumah tangga (4x1,7=6,8), 4 jam waktu menonton

televisi (4x1,4=5,6) dan waktu bekerja (8x1,5=12). Total PAL selama

24 jam diperoleh dengan menjumlahkan seluruh hasil perkalian waktu

(jam) dan PAR sehingga diperoleh nilai PAL selama 24 jam adalah

32,4 kkal. Rata – rata nilai PAL selama 24 jam adalah 1,40 kkal/jam.

Hal ini berarti wanita tersebut memiliki tingkat aktivitas fisik ringan.
71

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Asupan Energi, Pengetahuan Gizi, serta Prestasi
Variabe Skala
Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
l Ukur
Dependen
Daya Kemampuan Dengan Stopwatch Ordinal Baik sekali :
Tahan atlet sepak cara , peluit, 09.40
(Endura bola mengisi tabel daya
nce) mempertahank formulir tahan Baik : 09.41
an tubuhnya Cooper test (enduranc – 10.46
agar tetap fit 2,4 km e) Cukup :
selama berdasarkan 10.49-12.10
berlatih/bertan nilai
ding. stopwatch Kurang :
dan 12.11-15.30
membandin Sangat
gkan kurang :
dengan >15.31
tabel
Cooper test (Cooper
lari 2,4 km 2003)

Independen
Asupan Konsumsi Membagika Kuesioner Ordinal Lebih :
Energi energi atlet n kuiesioner Food ≥130% AKE
sepak bola Food Recall Recall
berasal dari pada 3x24 jam Normal
makanan yang responden :100-130%
diperlukan AKE
untuk Kurang : 70-
memenuhi ≤100% AKE
kebutuhan
energi saat Sangat
berlatih kurang :
maupun saat ≤70% AKE
pertandingan. (Depkes RI,
2000)
Status Keadaan tubuh Metode BB Ordinal Kurus : IMT
Gizi seorang yang antropometr ditimbang < 18,5
diukur dengan dengan
72

Indeks Massa i timbangan Normal :


Tubuh sebagai injak IMT ≥ 18,5 -
pengaruh Dengan < 24,9
asupan indikator TB diukur
makanan yang IMT dengan Berat badan
dikonsumsi Microtoise lebih : IMT
Menimbang ≥ 25,0 - < 27
atlet sepak BB dan
bola mengukur Obesitas :
TB IMT ≥ 27,0
(Kemenkes
RI, 2013)
Aktivitas Rata -rata Membagi Form Ordinal Ringan :
Fisik besarnya kuesioner Aktivitas 1,40 – 1,69
aktivitas sehari aktivitas Fisik
– hari maupun fisik Sedang :
saat 1,70 – 1,99
berolahraga Berat : 2,00
yang dilakukan – 2,40
atlet sepak
bola dalam 24 (WHO,2004
jam dinyatakan )
dalam tingkat
aktivitas fisik

3.7 Pengolahan dan Analisa data

3.7.1 Pengolahan data

3.7.1.1 Persiapan

Langkah – langkah dalam persiapan ini antara lain (Arikunto, suharsimi

(2006) :

1. Mengecek kelengkapan identitas responden.

2. Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen

pengumpulan data.
73

3. Mengecek macam isian data.

3.7.1.2 Pengolahan variabel

a. Daya Tahan (endurance)

Kategori Daya Tahan (endurance) menurut Cooper (2003) :

Baik sekali : <09.40

Baik : 09.41 - 10.46

Cukup : 10.49 - 12.10

Kurang : 12.11 – 15.30

Sangat kurang : >15.31

b. Asupan Energi

Asupan energi (karbohidrat, protein, lemak) diolah menggunakan

software Nutrisurvey setelah data terkumpul dari responden.

Berdasarkan Depkes RI (2000) Angka Kecukupan Energi terbagi

menjadi 4 kategori, yaitu :

Normal :100-130% AKE

Kurang : 70-≤100% AKE

Sangat kurang : ≤70% AKE


74

Lebih : ≥130% AKE

c. Status gizi

Status gizi menggunakan indikator IMT dengan menimbang berat

badan dan mengukur tinggi badan, kemudian di konversikan dengan

kategori sebagai berikut : (Kemenkes RI, 2013)

Kurus : IMT < 18,5

Normal : IMT ≥ 18,5 - < 24,9

Berat badan lebih : IMT ≥ 25,0 - < 27

Obesitas : IMT ≥ 27,0

d. Aktivitas Fisik

Dengan kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL

sebagai berikut : (WHO, 2004)

1. Ringan (sedentary lifestyle) 1.40 – 1.69


2. Sedang (active or mederately active lifestyle) 1.70-1.99
3. Berat (virgorous or vigorous active lifestyle) 2.00-2.40
75

3.7.1.3 Tabulasi

1. Editing

Editing dalam penelitian ini menjumlahkan dan melakukan koreksi.

Dimana, penjumlahan dilakukan pada instrument penelitian yang

didapatkan disesuaikan dengan yang telah ditentukan, sedangkan

koreksi berupa tindakan menyelesaikan hal – hal yang kurang jelas.

2. Coding

Coding data dilakukan untuk membuat kelompok jawaban dan memberi

jawabannya sebelum dimasukkan kedalam komputer.

a. Daya Tahan : Sangat Baik : kode 1

Baik : kode 2

Cukup : 3

Kurang : kode 4

Sangat kurang : kode 5

b. Asupan energi : Normal : kode 1

Kurang : kode 2

Sangat kurang : kode 3

Lebih : kode 4

c. Aktivitas fisik : Ringan : kode 1


76

Sedang : kode 2

Berat : kode 3

d. Status gizi : Normal : kode 1

Kurus : kode 2

Berat badan lebih : 3

Obesitas : kode 4

3. Entry

Dalam penelitian ini, peneliti memasukkan data ke dalam template

yang telah disediakan. Agar mudah dijumlahkan, disusun, dan

ditata untuk disajikan dan dianalisis.

4. Cleaning

Peneliti melakukan kegiatan pengecekkan kembali data yang telah

di entry untuk memastikan bahwa data tersebut tidak ada kesalahan

baik dalam pengkodingan maupun membaca kode sehingga jika

ditemukan kesalahan dapat langsung dilakukan perbaikan dan

penyesuaian dengan data yang telah dikumpulkan.


77

3.7.2 Analisa Data

3.7.2.1 Univariat

Analisis data yang digunakan untuk melihat dan menyajikan dan

mendeskripsikan data variabel dependen dan independen. Data yang

disajikan berupa asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, tingkat

pengetahuan gizi, tingkat pencapaian prestasi atlet, IMT para atlet.

Semua data yang telah diolah akan disajikan kedalam tabel, dan grafik.

3.7.2.2 Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya

hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan independen.

Analisa bivariat ini menggunakan uji chi square. Melalui uji statistik

chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini

digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antar dua

variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai P ≤ 0,05 artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan

independen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Analisa Univariat

1. Gambaran Usia Atlet Sepak Bola

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 30 orang merupakan atlet

sepak bola yang berjenis kelamin laki-laki yang bergabung di dalam klub

bola binaan PSSI cabang Aceh Tengah. Dari 30 orang atlet tersebut terdiri

dari usia 16-18 tahun.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Atlet Sepak Bola


Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Umur N %
16 Tahun 21 70%
17 Tahun 9 30%
TOTAL 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar atlet sepak

bola di klub binaan PSSI Kab. Aceh Tengah berumur 16 tahun yaitu

sebanyak 21 orang (70%).

78
79

2. Gambaran Kebiasaan Merokok Atlet Sepak Bola

Tabel 4.2 Distribusi Kebiasaan Merokok Atlet Sepak Bola Binaan PSSI
Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Kebiasaan Merokok N %
Ya 21 70%
Tidak 9 30%
Total 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar atlet

sepak bola di Takengon mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 21

orang (70%).

3. Gambaran Status Kesehatan Atlet Sepak Bola

Dalam penelitian ini status kesehatan atlet sepak bola di lihat

berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada atlet untuk melihat ada

atau tidak menderita penyakit kronis berdasarkan keterangan dokter.

Tabel 4.3 Distribusi Status Kesehatan Atlet Sepak Bola Binaan PSSI
Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Status Kesehatan N %
Baik 30 100%
Kurang Baik 0 0%
TOTAL 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa seluruh atlet sepak

bola di Takengon memiliki status kesehatan baik (100%).


80

4. Gambaran Daya Tahan (endurance) Atlet Sepak Bola

Dalam penelitian ini daya tahan (endurance) terbagi menjadi 5

kategori yaitu, sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang. Seperti

yang terlihat pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Daya Tahan (endurance) Atlet Sepak Bola
Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Kategori Waktu Tempuh (menit,detik) N %
Sangat Baik <09.40 0 0%
Baik 09.41-10.46 0 0%
Cukup 10.49-12.10 19 63,3%
Kurang 12.11-15.30 11 36,7%
Sangat Kurang >15.31 0 0%
TOTAL 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar atlet sepak

bola di Takengon mempunyai daya tahan (endurance) cukup yaitu

sebanyak 63,3%.

Pada tabel daya tahan (endurance) dibawah ini dapat dilihat nilai

rata – rata (mean), minimum dan maksimum pada atlet sepak bola, sebagai

berikut :

Tabel 4.5 Rata-Rata (Mean) Daya Tahan (endurance) Atlet Sepak Bola
Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Variabel Mean Kategori Min Maks
Daya Tahan 11.68 Cukup 10.49 14.12
(endurance)
Sumber : Data Primer
81

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa rata – rata (mean) daya

tahan (endurance) pada atlet sepak bola cukup yaitu 11.68 dan nilai

minimun daya tahan (endurance) pada atlet sepak bola yaitu 10.49 serta

nilai maksimum daya tahan (endurance) pada atlet sepak bola yaitu 14.12.

5. Gambaran Asupan Atlet Sepak Bola

a. Asupan Energi Atlet

Dalam penelitian ini asupan energi terbagi menjadi 4 kategori

yaitu, normal, kurang, sangat kurang dan lebih. Seperti terlihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Asupan Energi Atlet Sepak Bola Binaan
PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Kategori % AKE N %
Normal 100-130 0 %
Kurang 70-≤100% AKE 15 50%
Sangat ≤70% AKE 15 50%
Kurang
Lebih ≥130% AKE 0 0%
TOTAL 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa asupan energi atlet sepak

bola di Takengon sebanding antara asupan energi kurang dan sangat

kurang yaitu sebesar 50%. Untuk melihat rata – rata konsumsi energi

pada atlet sepak bola di Takengon dalam sehari dapat dilihat tabel berikut

ini :
82

Tabel 4.7 Rata-Rata (Mean) Asupan Energi Atlet Sepak Bola Binaan PSSI
Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Variabel Mean % Kategori Min Maks
Asupan 2484,19 74% Kurang 1937,56 3279,63
Energi kkal/hari kkal/hari kkal/hari
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.7 diketahui rata – rata (mean) konsumsi

asupan energi atlet sepak bola kurang yaitu 2484,19 kkal perhari (74%)

dan nilai minimum konsumsi asupan energi atlet sepak bola yaitu

1937,56 kkal perhari sedangkan nilai maksimum konsumsi asupan energi

atlet sepak bola sebesar 3279,63 kkal perhari. Asupan energi ditinjau dari

banyaknya asupan zat gizi dilakukan dengan menghitung jumlah zat gizi

yang masuk dengan kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan atlet kemudian

melakukan perbandingan dengan presentase AKE yang mengacu pada

Departemen Kesehatan RI tahun 2000.

Tabel 4.8 Rata-Rata (Mean) Asupan Energi Atlet Sepak Bola Binaan PSSI
Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Zat Gizi Mean Min Maks
Asupan
Karbohidrat 506,4 g/hari 421,2 g/hari 640,5 g/hari
Protein 126,6 g/hari 105,3 g/hari 160,1 g/hari
Lemak 93,8 g/hari 78 g/hari 118,6 g/hari
Asupan
Karbohidrat 372,5 g/hari 290,6 g/hari 491,9 g/hari
Protein 93,1 g/hari 72,6 g/hari 123 g/hari
Lemak 69 g/hari 53,8 g/hari 91,1 g/hari
Sumber : Data Primer
83

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui rata – rata (mean) kebutuhan

asupan energi atlet sepak bola yaitu 3375,86 kkal perhari dan nilai

minimum kebutuhan asupan energi atlet sepak bola yaitu 2808,06 kkal

perhari sedangkan nilai maksimum kebutuhan asupan energi atlet sepak

bola sebesar 4270,15 kkal perhari. Untuk rata-rata konsumsi zat gizi atlet

sepak bola dapat dilihat dari tabel berikut ini :

6. Gambaran Status Gizi Atlet Sepak Bola

Dalam penelitian ini status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(IMT) atlet sepak bola terbagi menjadi 4 kategori yaitu, kurus, normal,

lebih, obesitas. Seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Indeks Massa Tubuh (IMT) Atlet Sepak
Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Kategori ) N %

Kurus <18,5 14 47%


Normal ≥18,5 - <24,9 16 53%
Lebih ≥25,0 - <27 0 0%
Obesitas ≥27,0 0 0%
TOTAL 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa status gizi atlet sepak bola

di Takengon yang berada pada status gizi normal yaitu sebesar 53% dan

yang berada pada status gizi kurus yaitu sebanyak 47%.


84

7. Gambaran Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola

Dalam penelitian ini aktivitas fisik atlet sepak bola terbagi menjadi

3 kategori yaitu, ringan, sedang, berat. Seperti terlihat pada tabel berikut

ini :

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola
Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Kategori PAL (Kkal/Jam) N %
Ringan 1.40 – 1.69 15 50%
Sedang 1.70 – 1.99 15 50%
Berat 2.00 – 2.40 0 0%
TOTAL 30 100%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa aktivitas fisik atlet sepak

bola di Takengon sebanding antara aktivitas fisik ringan dan aktivitas fisik

sedang yaitu sebesar 50%. Untuk melihat rata-rata aktivitas fisik atlet

sepak bola dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 4.11 Rata-Rata (Mean) Tingkat Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola
Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Variabel Mean Kategori Min Maks
Tingkat Aktivitas 1,6 kkal/Jam Ringan 1,4 1,82
Fisik kkal/Jam kkal/Jam
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat rata – rata (mean) aktivitas

fisik atlet sepak bola ringan sebesar 1,6 dan nilai minimun aktivitas fisik

atlet yaitu 1,4, sedangkan nilai maksimum aktivitas fisik yaitu 1,82.
85

4.1.2 Analisa Bivariat

Pada analisa bivariat, peneliti akan menghubungkan antara faktor

independen terdiri dari asupan energi, status gizi dan aktivitas fisik

dengan daya tahan (endurance) pada atlet sepak bola.

1. Hubungan Asupan Energi Dengan Daya Tahan (endurance) Pada

Atlet Sepak Bola

Tabel 4.12 Hubungan Asupan Energi Dengan Daya Tahan (endurance)


Pada Atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Daya Tahan
(endurance) Total P
Asupan Energi
Cukup Kurang value
n % n % n %
Kurang (70 - ≤100% 13 87,6 2 13,3 15 100
AKE)
Sangat Kurang (≤ 6 40,0 9 60,0 15 100 0.023
70% AKE)
Jumlah 19 63,7 11 36,7 30 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari 15 atlet dengan

asupan energi kurang sebanyak 13 atlet (87,6%) memiliki daya tahan

(endurance) cukup. Sedangkan 15 atlet dengan asupan energi sangat

kurang sebanyak 6 atlet (40%) memiliki daya tahan (endurance) kurang.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan hasil P-value sebesar 0,023 <

0,05 (alpha) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima artinya terdapat hubungan bermakna antara asupan energi dengan

daya tahan (endurance).


86

2. Hubungan Status Gizi Dengan Daya Tahan (endurance) Pada Atlet

Sepak Bola

Tabel 4.13 Hubungan Status Gizi Dengan Daya Tahan (endurance) Pada
Atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Daya Tahan (endurance)
Total P
Status Gizi Cukup Kurang
value
n % n % n %
Normal (IMT ≥ 18,5 13 81,3 3 18,8 16 100
- < 24,9)
0.072
Kurus (IMT < 18,5) 6 42,9 8 57,1 14 100
Jumlah 19 63,3 11 36,7 30 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari 16 atlet dengan status

gizi normal sebanyak 13 atlet (81,3 %) memiliki daya tahan (endurance)

cukup. Sedangkan dari 14 atlet dengan status gizi kurus sebanyak 8 atlet

(57,1%) memiliki daya tahan (endurance) kurang. Berdasarkan hasil uji

Chi-Square didapatkan hasil P-value sebesar 0,072 > 0,05 (alpha) sehingga

dapat disimpulkan bahwa Ha ditolak dan Ho diterima artinya tidak

terdapat hubungan antara status gizi dengan daya tahan (endurance).


87

3. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Daya Tahan (endurance) Pada

Atlet Sepak Bola

Tabel 4.14 Hubungan Asupan Energi Dengan Daya Tahan (endurance)


Pada Atlet Sepak Bola Binaan PSSI Cabang Aceh Tengah Tahun 2018
Daya Tahan
(endurance) Total
Tingkat Aktivitas P
Fisik (PAL) Cukup Kurang value
n % n % n %
Ringan (1,40 -1,69) 6 40,0 9 60,0 15 100
Sedang (1,70 – 1,99) 13 86,7 2 13,3 15 100 0.023
Jumlah 19 63,3 11 36,7 30 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa dari 15 atlet dengan

aktivitas ringan sebanyak 6 atlet (40 %) memiliki daya tahan (endurance)

cukup. Sedangkan dari 15 atlet dengan aktivitas ringan sebanyak 13 atlet

(86,7%). Berdasarkan hasil uji Chi-Square didapatkan hasil P-value

sebesar 0,023 < 0,05 (alpha) sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak

dan Ha diterima artinya terdapat hubungan antara status gizi dengan daya

tahan (endurance).
88

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Hubungan Asupan Energi dengan Daya Tahan (Endurance) Atlet

Sepak Bola

Berdasarkan tabel 4.12 diperoleh hasil Chi-Square bahwa asupan

energi berhubungan secara signifikan dengan daya tahan (endurance)

pada atlet sepak bola binaan PSSI cabang Aceh Tengah tahun 2018 (P-

Value 0,023). Hal ini terjadi akibat rendahnya asupan energi pada atlet

sepak bola binaan PSSI cabang Aceh Tengah karena jenis makanan yang

dikonsumsi tidak bervariasi dan konsumsi energi yang dibawah normal

tersebut di sebabkan oleh kualitas dan kuantitas makanan yang

dikonsumsi. Kualitas menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi

terhadap kebutuhan tubuh dan menunjukkan adanya semua zat gizi yang

diperlukan tubuh, di dalam suatu susunan hidangan dan perbandingannya

yang satu terhadap yang lain. Dikatakan konsumsi atau asupan energi

adekuat apabila tubuh mendapatkan asupan gizi yang baik, baik dari segi

kuantitas maupun kualitasnya (Amanda,2014). Hal ini sejalan dengan

penelitian suharjo (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

asupan energi dengan kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi dan

pangan berperan besar dalam asupan kalori seseorang. Dari hasil recall

yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa frekuensi makan atlet sepak

bola tidak sampai 3 x sehari, namun 2 x dalam sehari dan selingan 1 kali

dalam sehari. Pada dasarnya, selingan mampu melengkapi zat-zat gizi

yang kurang saat mengonsumsi makanan utama. Namun, kebanyakan


89

dari para atlet sepak bola tidak sarapan pagi atau makan malam. Pola

makan yang belum mencukupi kebutuhan energi dapat juga dipengaruhi

oleh berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas dan kuantitas

makan atlet sepak bola kebutuhan, kemudahan memperoleh, keuangan,

dan jumlah anggota keluarga dan lain-lain.

Asupan energi dibutuhkan tubuh untuk penyediaan energi pada

saat seorang atlet melakukan aktivitas fisik. Ketersediaan zat gizi

didalam tubuh juga berpengaruh terhadap daya tahan seorang atlet. Daya

tahan (endurance) merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan

aktivitas fisik secara terus-menerus dalam waktu lama tanpa mengalami

kekelahan. Untuk mendapatkan daya tahan (endurance) yang baik

diperlukan ketersediaan asupan energi yang cukup (Andika, 2013).

Menurut Faruq (2015) Energi dibutuhkan oleh otot untuk bergerak

selama aktivitas fisik di luar metabolisme tubuh, sedangkan jantung dan

paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan sisa-sisa

metabolisme dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung

pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan berat

pekerjaan/aktivitas yang dilakukan. Energi dalam olahraga penting

diperhatikan karena kelelahan dapat terjadi akibat tidak tercukupinya

ketersediaan energi yang butuhkan untuk menghasilkan produktivitas

daya tahan yang baik. Hal tersebut didukung oleh penelitian Ramacahya,

dkk (2017) menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara

asupan energi dengan daya tahan (endurance) dengan nilai P-value


90

0,007. Demikian juga penelitian Sari, dkk (2016) menunjukkan ada

hubungan signifikan antara asupan energi dengan daya tahan tubuh

dengan nilai P-value 0,02. Semakin rendah asupan energi maka semakin

rendah daya tahan tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti rendahnya

asupan energi pada atlet sepak bola selain disebabkan karena atlet sepak

bola tidak di karantina, namun dipengaruhi juga oleh keadaan

perekonomian keluarga yang menyebabkan daya beli keluarga juga

rendah yang berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas asupan

makanan di keluarga.

4.2.2 Hubungan Status Gizi dengan Daya Tahan (Endurance) Atlet Sepak

Bola

Berdasarkan tabel 4.13 diperoleh hasil Chi-Suare bahwa status

gizi tidak berhubungan secara signifikan dengan daya tahan (endurance)

pada atlet sepak bola binaan PSSI cabang Aceh Tengah tahun 2018 (P-

Value 0,072). Hal ini terbukti dari hasil analisa statistik, didapatkan

bahwa 81,3% atlet dengan daya tahan (endurance) cukup memiliki status

gizi normal dan 57,1% atlet dengan daya tahan (endurance) kurang

memiliki status gizi kurus.

Status gizi adalah indikator baik buruknya penyediaan makanan

sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan

derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak serta


91

menunjang pembinaan prestasi olahragawan (Irianto,2007). Status gizi

baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh digunakan secara efesien,

sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,

kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi

mungkin (Syamisa,2011). Menurut Adrianto, dkk (2010) status gizi

merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya

menusia dan kualitas hidup. Oleh karena itu, program perbaikan gizi

bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan, agar terjadi

perbaikan status gizi masyarakat. Peningkatan status gizi diarahkan pada

peningkatan intelektualitas, produktivitas kerja, prestasi belajar, dan

prestasi olahraga dengan meningkatkan daya tahan tubuh serta penurunan

angka gizi salah. Hal ini didukung oleh penelitian Anggraeni (2017)

menunjukkan ada hubungan signifikan antara status gizi dengan daya

tahan tubuh dengan nilai P-value 0,000. Namun, penelitian ini sejalan

dengan penelitian Umasangaji (2017) menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan antara status gizi dan daya tahan tubuh dengan nilai P-value

0,082. Demikian juga hasil penelitian Bryantara (2016) tidak terdapat

hubungan antara status gizi dangan daya tahan tubuh, namun frekuensi

dan intensitas latihan mempengaruhi daya tahan tubuh.

Menurut Susilowati (2007) status gizi dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari genetik, umur, dan jenis

kelamin. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari riwayat penyakit,

merokok, makanan, aktivitas fisik dan kebiasaan olahraga.


92

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa

status gizi tidak berhubungan dengan daya tahan (endurance). Namun,

berdasarkan hasil statistik dapat dilihat pada tabel 4.13 bahwa dari 14

orang atlet sepak bola dengan status gizi kurus terdapat 8 orang atlet

memiliki daya tahan (endurance) kurang dan dari 16 orang atlet sepak

bola dengan status gizi normal terdapat 13 orang atlet memiliki daya

tahan (endurance) cukup, dari hasil statistik ini dapat dilihat bahwa status

gizi memiliki kecendrungan yang berhubungan dengan daya tahan

(endurance) pada atlet sepak bola. Namun, pada penelitian ini terjadi

bias, karena atlet sepak bola tidak di karantina dan tinggal di rumah

masing-masing. Sehingga atlet sepak bola tidak dapat di kontrol dalam

hal seperti, kebiasaan merokok, konsumsi makanan, aktivitas fisik, dan

kegiatan olahraga, yang menyebabkan daya tahan (endurance) yang terus

menurun dan status gizi yang tidak normal.

4.2.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Daya Tahan (Endurance) Atlet

Sepak Bola

Berdasarkan tabel 4.14 diperoleh hasil Chi-Suare bahwa aktivitas

fisik berhubungan secara signifikan dengan daya tahan (endurance) pada

atlet sepak bola binaan PSSI cabang Aceh Tengah tahun 2018 (P-Value

0,023). Hal tersebut dapat terjadi pada atlet sepak bola dengan daya tahan

(endurance) cukup dan kurang karena menurut pengamatan peneliti

berdasarkan recall aktivitas fisik selama 24 jam. Rata – rata aktivitas atlet

sepak bola ringan, hal ini disebabkan atlet sepak bola menghabiskan
93

waktu luang mereka lebih dari 2 (dua) jam untuk melakukan aktivitas

ringan seperti menonton TV, bermain handphone, membaca buku,

mengerjakan tugas rumah yang dilakukan dengan duduk. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Sri Wahyuni (2013) bahwa kemajuan teknologi

berdampak pada berkurangnya aktivitas fisik sehari-hari. Kebiasaan

menonton televisi, menonton film/serial di laptop, bermain video game,

dan/atau bermain handphone dalam waktu yang lama selama berjam-jam

membuat fungsi otot menjadi menurun sehingga menyebabkan daya

tahan (endurnce) atlet sepak bola secara perlahan juga menurun. Hal ini

terbukti dari hasil analisa statistik, didapatkan bahwa 60% atlet yang

memiliki daya tahan (endurance) kurang memiliki tingkat aktivitas fisik

yang ringan.

Menurut Utari (2007) taraf kesehatan dan daya tahan tubuh

meningkat disebabkan oleh fungsi jantung dan sirkulasi, fungsi respirasi,

darah, sistem pertahanan tubuh, meningkatnya kinerja neuro-muskular

(sistem saraf dan otot) dan memacu perkembangan tulang belulang

(skeleton). Dengan meningkatkan aktivitas fisik atau olahraga yang baik,

benar, teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Organ yang paling

aktif pada saat aktivitas fisik adalah otot rangka. Akibat aktivitas otot

rangka yang dilakukan secara teratur dan terukur, maka memberi

pengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap fungsi organ

tubuh yang lain. Selanjutnya akan meningkatkan taraf kesehatan dan

daya tahan (Widodo, dkk, 2013). Hal ini didukung oleh penelitian
94

Febriyanti, dkk (2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara aktivitas fisik dengan daya tahan (endurance) dengan

nilai P-value 0.000. Demikian juga penelitian Budianti (2014)

menunjukkan ada hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan daya

tahan (endurance) dengan nilai P-value 0.036.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama penelitian

rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan atlet sepak bola karena atlet

sepak bola tidak dikarantina, sehingga aktivitas yang dilakukan tidak

terjadwal dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari lebih banyak duduk.

Berbeda dengan di karantina aktivitas yang dilakukan oleh semua atlet

sepak bola dalam setiap harinya sudah terjadwal dan terstruktur, sehingga

tidak banyak aktivitas yang dilakukan duduk.


BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil statistik univariat pada atlet sepak bola binaan PSSI

Cabang Aceh Tengah tahun 2018 diketahui asupan energi sebanding

antara asupan energi kurang dan sangat kurang sebesar 50%, status gizi

yaitu 53% memiliki status gizi normal dan 47% status gizi kurus, aktivitas

fisik atlet sepak bola di sebanding antara aktivitas ringan dan sedang

sebesar 50% dan daya tahan (endurance) atlet yaitu 63,3% memiliki daya

tahan cukup dan 36,7% daya tahan kurang.

2. Ada hubungan asupan energi dengan daya tahan (endurance) pada atlet

sepat bola dengan nilai p = 0,023 (p<0,05).

3. Tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan daya tahan

(endurance)pada atlet sepak bola dengan nilai p = 0.072 (p>0,05).

4. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan daya tahan (endurance) pada

atlet sepak bola dengan nilai p = 0,023 (p<0,05).

95
96

5.2 SARAN

1. Bagi Atlet

a. Diharapkan agar atlet dapat mempertahankan dan meningkatkan status gizi

menjadi lebih baik.

b. Diharapkan agar atlet dapat memotivasi diri untuk meningkatkan daya

tahan (endurance) menjadi lebih baik.

2. Bagi Pelatih

a. Pelatih diharapkan dapat lebih memperhatikan kondisi atlet sepak bola

berupa kerjasama dengan petugas kesehatan guna memberikan edukasi

atau penyuluhan mengenai bahan pangan apa saja yang mengandung

energi yang adekuat dan bagaimana cara memenuhi kebutuhan energi

sehari dengan tepat yang dibutuhkan seorang atlet dan pentingnya status

gizi bagi seorang atlet dan bagaimana cara meningkatkan status gizi atlet

agar normal.

b. Pelatih diharapkan dapat memberikan motivasi agar lebih mengurang

aktivitas duduk dan memberikan latihan rutin yang terjadwal dan

terstruktur walaupun tidak ada jadwal pertandingan sepak bola, agar dapat

meningkatkan daya tahan (endurance) pada atlet sepak bola.


97

3. Bagi Institusi Pendidikan

a. Semoga penelitian ini dapat menjadi bahan refrensi untuk penelitian

selanjutnya dan kekurangan pada penelitian ini dapat dijadikan acuan

untuk mengembangkannya menjadi lebih baik lagi.

.
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, Eko Haris, dan Ningrum. 2010. Hubungan Antara Tingkat Kesegaran
Jasmani dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja Pekerja Penyadap
Karet di Unit Plantukan/ Blabak PT. Perkebunan Nusantara IX Boja
Kabupaten Kendal. Jurnal. KEMAS - Volume 5 / No. 2 / Januari - Juni
2010.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka


Utama.

Amanda, Amelia. 2014. Hubungan asupan zat gizi (energi, protein, besi dan seng)
stunting dan stimulasi psikososial dengan status motorik anak usia 3-6
tahun pada paud wilyah binaan puskesmas kecamatan kebayoran lama
tahun 2014. Skripsi. UINJKT. Jakarta.

Amara, Catherine E. 2000. “Modelling the influence of fat-free mass and physical
activity on the decline in maximal oxygen uptake with age in older
humans”. Experimental physiology 85.6 : 877-885

Andhika B. 2013. Analisis status gizi dan v o2 maks pada pemain sepak bola.
jurnal kesehatan olahraga 2013;1(1). o2

Ariesta, Tiana Wanda. 2016. Tingkat pemahaman kebutuhan asupan gizi atlet lari
jarak jauh. FPOK UNY. Yogyakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta.


Rineka Cipta. Jakarta. Edisi Revisi VI

Armstrong N. 2006. Aerobic Fitness of Children and Adolescent. Jornal de


Pediatria.

Arsani, N. L. 2014. Manajemen gizi atlet cabang olahraga unggulan di kabupaten


buleleng. jurnal sains dan teknologi 275-287.

Arum, Virra Mayang Dan Mulyati, Tatik. 2014. Hubungan intensitas latihan,
persen lemak tubuh, dan kadar hemoglobin dengan ketahanan
kardiorespirasi atlet sepak bola . FK UNDIP. Semarang

Atmaja., Panji Bayu. 2015. Perbedaan kemampuan dasar sepakbola kelompok


umur 14-16 tahun dengan kelompok umur 16-18 tahun sekolah sepakbola
(ssb) handayani gunung kidul. skripsi. UNY. Yogyakarta.

Awisaba, Robertus Ega. 2014. Hubungan antara status gizi dengan tingkat
kebugaran jasmani tim futsal putra O2SN smk daerah istimewa
yogyakarta tahun 2014. FPOK UNY. Yogyakarta.
Bean, A. 2014. Food For Fitness – How to Eat for Maximum Performance (4th
Edition). London. Bloomsbury.

Bozenko. 2008. FIFA conditioning course fitness training in football. Singapore.


FAS.

Bryantara, O.F, 2016. Faktor yang berhubungan dengan kebugaran jasmani (vo2
maks) atlet sepakbola. FKM UNAIR. Surabaya

Budianti, Endah Aprilia. 2014. Hubungan antara asupan energi, asupan protein,
aktifitas fisik dan tingkat kebugaran pada peserta didik SMPN 1
cikalongkulon. Poltekes Bandung.

Chaundhary and Skhwal. 2014. Nutrition for optimal sport performance.


international journal of recent scientific research. Vol. 7, issue, 4, pp.
9988-9922.

Cooper, KH. 2003. The Aerobic Ways (30). New York: M Evans and Company,
Inc.

Clark, N. 2014. Super sport foods : do they really need to be exotic. american
fitness, 66-77.

Depkes, R.I. 2002. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.

Depkes RI. 2000. Pedoman Pelatihan Gizi Olahraga Untuk Prestasi. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.

Depkes RI. 2002. Gizi Atlet Sepak Bola. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Dewi, A.A.F. dan I Made Muliarta. 2016. Daya tahan kardiorepirasi siswa pemain
basket sekolah menengah atas di kota denpasar lebih baik dari pada bukan
pemain basket. FK Udayana.

Dewi, E.K dan Mury, K. 2013. Hubungan asupan zat gizi makro dan status gizi
terhadap kebugaran atlet bulutangkis jaya raya pada atlet laki-laki dan
perempuan di asrama atlet ragunan tahun 2013. Volume 5 nomor 2,
oktober 2013.

Faruq, Muhammad Muhyi. 2009. Meningkatkan kebugaran jasmanimelaui


permainan dan olahraga bola voli. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta

Faruq, Muhammad Mukhdor Al., Adiningsih, Sri. 2015. Pola konsumsi energi,
protein, persen lemak tubuh dan aerobic endurance atlet renang remaja.
FKM UNAIR. Surabaya.
FAO/WHO/UNU. 2004. Human energy requirements. Report of a joint
FAO/WHO/UNU expert colsultation . FAO/WHO/UNU. Rome

Fatmah, R. Y. 2011. “Gizi Kebugaran dan Olahraga”, Lubuk Agung, Jawa Barat.

Febriyanti, Ni Kadek.. Adiputra, I Nyoman., Sutadarma, I Wayan Gede. 2015.


Hubungan indeks massa tubuh dan aktivitas fisik terhadap daya tahan
kardiovaskular pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas udayana.
denpasar bali.

FIFA. 2010. Nutrition for football, a practical guide to eating and drinking for
health and performance. zurich: Fmarc, september 2005. Updated january
2010.

Gentle, H. L., Love, T.D., Howe, A. S., and Black, K. E. 2014. A randomised trial
of pre-exercise meal composition on performance and muscle damage in
wel-trained basketball players, journal of the international sosiety of sports
nutrition.

Goulet, E. D. 2012. Dehydration and endurance performance in comtitive athletes.


Nutrition riviews, 70 (SUPPL/2).

Halimah, Nur. 2016. Hubungan tingkat kecukupan konsumsi kalsium dan vitamin
e dengan kelincahan pada atlet sepak bola di arunajaya football academy
salatiga. Skripsi. Unimus. Semarang.

Hapsari, M., ST. Penggalih dan E. Huriyanti. 2007. Gaya hidup, status gizi dan
stamina atlet pada sebuah sepak bola. Berita Kedokteran Masyarakat, 23
(40), hal. 192-199.

Haryono, Iswahyudi, Huriyati Emy. (2007). Gaya Hidup, Status Gizi, dan Stamina
Atlet pada Sebuah Klub Sepakbola. Program Studi Gizi Kesehatan. FK
UGM. Yogyakarta

Hardilles. 2016. Perbedaan hasil tes endurance menggunakan bleept test dan balke
test pada atlet sepakbola klub maung bandung fc. FPOK UPI. Bandung.

Hardinsyah dan Supariasa. 2016. Ilmu Gizi. Teori dan Aplikasi. Jakarta. EGC.

Hooger, Werner W.K. dan Sharon A. Hoeger. 2014. Fitness and wellnes.
Colorado, USA

IFAB. 2017. Laws of the game 2017/18.

Immanuddin, I. 2008. Modul ilmu kepelatihan olahraga. FPOK UPI. Bandung.


Indra, J.A. 2015. Analisis status gizi pemain persatuan sepak bola UNNES.
Skripsi.

Indrawagita, Larasati. 2009. Hubungan status gizi, aktivitas fisik dan asupan gizi
dengan kebugaran pada mahasiswi program studi gizi FKMUI tahun 2009.
UI. Depok.

Irdilla, Calely E., Mury, kuswari., dan Racmanida, Nuzrina. 2015. Hubungan
asupan zat gizi, status gizi, aktivitas fisik, dan gaya hidup terhadap daya
tahan kardiorespiratori pada mahasiswa ukm sepakbola universitas negeri
lampung tahun 2015. UEU. Lampung.

Irianto, D.P. 2007. Panduam Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahragawan. Andi
Offset. Yogyakarta.

Ita. 2009. Hubungan antara asupan energi dengan indeks massa tubuh (imt),
persen lemak tubuh, dan kapasitas oksigen maksimal (VO maks) atlet pada
periode latihan di pusat pelatihan klub bola basket satria muda britama
Jakarta. [skripsi] FK UGM

Jaihar,S., Dachlan,D.M., Yustini. 2013. Analisis status gizi dan aktivitas fisik
dengan ketahanan fisik siswa di sekolah polisi negara (spn) batua
makassar, sulawesi selatan. UNHAS. Makasar.

Jeukendrup, A. E., and Randell, R. 2011. Fat burners : Nutrition suplplements that
increase fat metabolims. Obesity reviews, 12 (10), 841-851.

Kamaruddin, I. 2011. Kondisi fisik dan struktur tubuh atlet sepakbola usia 18
tahun psm makassar. FIK UNM. Makasar.

Kemenpora. 2014. Penyajian Data dan Informasi Kepemudaan dan Olahraga.


Kemenpora RI

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta.

Kiernan, J.A., 2012. Peripheral nervous system. In Barr´s The human nervous
system. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers, p.42-63.

Killdibre, Emma. 2003. “Do gender differences exist in the ventilatory respone to
progressive in males and females of average fitness? eur j appl physiol :
595-602

Kusumawati, Elly Puji, 2012. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Dengan Ketahanan Fisik Atlet Senam di Klub Senam Wimilia Kota
Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Lee-Han, H., V. McGuire and N.F. Boyd. 2009. "A review of the methods used by
studies of dietary measurement." journal of clinical epidemiology 42(3):
269.

Marmi. 2013. Gizi Dalam kesehatan Reproduksi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Ma’mum, Amung. 2003. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Permainan


Bola Voli Konsep & Metode Pembelajaran. Depdiknas. Jakarta

Montgomery, Douglas C. 2007. Genetic Basic of Physicall Fitness. Annual


Review of Anthopology. Vol 36 : P391-405.

Mujika, I., and Burke, L. M. 2011. Nutrition in team sports. Annals of nutrition
and metabolism, 57 (SUPPL.2), 26-35.

Nieman, David C. 2011. Exercise testing and prescription, a health related


approach. New York, USA. McGraw-Hill Companies inc.

Novitasari, Dwi Ayu., Rahfiludin, M.Zen., Suroto. 2016. Tingkat konsumsi


energi, aktivitas fisik dan kesegaran jasmani pada posisi (tosser dan
smasher) atlet bola voli. FKM UNDIP. Semarang.

Nugraha, R. 2013. Profil kemampuan daya tahan (vo2max) tim sepak bola suratin
dan tim porda sumedang. UPI.

Nurwidyastuti, Dinda. 2012. Hubungan konsumsi zat gizi dan faktor lain dengan
status kebugaran mahasiswa departemen arsitektur fakultas tehnik
universitas indonesia tahun 2012. skripsi. FKM UI. Depok

Penggalih, M.H.S.T dan Emy,H. 2007. Gaya hidup, status gizi dan stamina atlet
pada sebuah klub sepakbola. Jurnal. Vol. 23, No. 4, halaman 192 – 199

Proyek Pengembangan Kesehatan Olahraga RI. 2000. Manual Kesehatan


Olahraga. Jakarta. Dinas kesehatan DKI Jakarta.

Pudjiadi, A.H., Hegar, BHandryastuti, S., Idris, N.S., Gandaputra, E.P., dan
Harmoniati, E.D. 2010. Pedoman pelayanan medis ikatan dokter anak
indonesia. IDAI. Jakarta.

Rahardja, K. 2007. Bahan makanan dan obat -obat penting, penggunaan dan efek
sampingnya. Gramedia. Jakarta.

Rahmat, E. dan Achmad, A.K.A. 2013. Manajemen OlahragaFPOK UPI. .


Bandung.
Rahmad, Hari Adi. 2016. Pengaruh penerapan daya tahan kardiovaskuler (vomax)
dalam permainan sepakbola ps bina utama. FPOK Meranti

Ramacahya, Ramadika., Mury, Kuswary., Dudung, Angkasa. 2017. Asupan


energi dan zat gizi makro, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol dan
kuantitas tidur terhadap kebugaran dan keterampilan shooting atlet basket
aspac jakarta.

Rianti, Anggraeni. 2017. Hubungan status gizi dengan tingkat kebugaran jasmani
siswa putra kelas ii di smp negeri 3 jati agung lampung selatan tahun
ajaran 2016/2017. Skripsi. FKIP UNILA. Lampung.

Rodriguez, L., 2014. Cardiorespiratory Endurance Lake Sumter State . [diakses


pada 10 Maret 2018]; Diunduh dari
:http://www.lssc.edu/faculty/leonardo_rodriguez
/Downloads%20%20Documents/Physical%20Fitness%20Classes/Material
s/Ch04_Cardio_Book.pdf.

Sari, Intan Dwi., Rohmawati, Ninna., Ningtyas, Farida Wahyu. 2016. Hubungan
antara tingkat konsumsi makanan, suplemen dan status gizi dengan tingkat
kesegaran jasmani (relation between food consumption, supplement and
nutrition status with physical fitness). FKM UNEJ. Kalimantan.

Setiaputri, Karinta Ariani., Rahfiludin, M.Zen., Suroto. 2017. Hubungan


konsumsi zat gizi, persentase lemak tubuh dan aktivitas fisik dengan
kebugaran jasmani pada atlet renang. FKM UNDIP. Semarang.

Shaleh, M.H., Agus, S., Hapsari, S.K. 2013. Hubungan tingkat konsumsi energi
dan protein dengan daya tahan tubuh pada atlet pusat pendidikan dan
latihan pelajar sepak bola salatiga. UMS. Semarang.

Sharkey, Brian J. 2011. Coaches guide to sport phsycology, Champaign, Il.:


Human Kinetics Publisher, Inc.

Sinamo, Eko Cipako. 2012. Hubungan antara status gizi, asupan gizi, aktivitas
fisik dengan vo2 max pada mahasiswa program studi gizi fkm ui tahun
2012. Skripsi. FKM UI. Depok.

Sugiarto, 2012. Hubungan asupan energi, protein dan suplemen dengan tingkat
kebugaran. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Volume 2. Edisi 2.
Desember 2012. ISSN: 2088-6802.

Suharjo. 2010. Perencanaan Pangan Dan Gizi. Bumi Aksara Jakarta

Sukadiyanto. 2009. Metode melatih fisik petenis. Yogyakarta: FIK UNY.


Supariasa, I Dewa. Nyoman. 2002 . Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Susilowati. 2007. Faktor-faktor risiko kesegaran jasmani pada polisi lalu lintas di
kota semarang. Skripsi. UNDIP. Semarang.

Syafrizar dan Wilda Welis. 2009. Gizi Olahraga. Wineka Media. Malang.

Syahputra, Andri., Muhammad, J., dan Bustamam. 2016. Analisis status gizi
dengan daya tahan pada atlet sepak bola aneuk rencong banda aceh. FPOK
Unsyah. Banda Aceh.

Syamisa, C.Y. 2011. “Hubungan status gizi, latihan fisik, asupan energi, dan zat
gizi dengan status kebugaran pada mahasiswi s-1 reguler fakultas
kesehatan masyarakat universitas indonesia tahun 2011”. Skripsi. UI.
Depok.

Tejasari. 2005. Nilai – Nilai Pangan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Ulhaq, A. 2013. Olahraga dan politik studi kasus peran pemerintah dalam konfilk
persatuan sepakbola seluruh indonesia (PSSI). Skripsi. Jakarta.

Umasangaji, M. Sadli. 2017. Hubungan antara asupan energi protein, status gizi
dengan kesegaran jasmani pada anggota klub tenis meja satelit dan salero
star kota ternate. Gizi Poltekes. Ternate.

Utari, Agustini. 2007. Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kesegaran
jasmani pada anak usia 12-14 tahun. Skripsi. UNDIP. Semarang.

Wahyuno, Dani. 2014. Studi kondisi fisik atlet sepak bola persatuan sepak bola
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas bengkulu. FKIP UNIB.
Bengkulu.

Wardani, NEJ. dan K. Roosita. 2008. Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan
Produktivitas Kerja Pria Dewasa, Studi kasus di Perkebunan Teh Malabar
PTPN VII Bandung, Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan, 3: 71–78.

Warni, Herita., Ramdhan, A., dan Robinsyah.A.B. 2017. Pengaruh latihan daya
tahan (endurance) terhadap peningkatan vo2max pemain sepakbola. FPOK
ULM. Banjar baru.

Welis, Wilda dan Muhamad Sazeli Rifki. 2009. Gizi Untuk Aktifitas Fisik dan
Kebugaran.
World Health Organization (WHO) Global Strategy on Diet,Physical Activity and
Health. 2004. http://www.who.int/topics/physical_ activity/en/. (diakses 16
Januari 2018)

Wiarto, giri. 2013. Fisiologi dan olahraga. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Widiastuti, Putu Ayu dkk. 2009. Pola Makan dan Kebugaran Jasmani Atlet
Pencak Silat Selama Pelatihan Daerah Pekan Olahraga Nasional XVII
Provinsi Bali Tahun 2008. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.

Widodo, Bs. dan Nw. Kusnanik.2013.Tingkat kesegaran jasmani pada siswa smp
negeri 2 krembung dan smp negeri 2 sidoarjo. jurnal prestasi olahraga, 1
(1), hal.1-5

Wijaya, Gia Anggun. 2016. Studi kemampuan daya tahan (cardiovascular


respiratory endurance) pada atlet klub bola voli putri se- kota bandar
lampung. FKIP UNL. Lampung.

Wijayanti, Kusuma. 2006. Model prediksi VO2 max dengan persen lemak tubuh,
RLPP, dan IMT. FKM UI. Depok.

Wilborn, C.D., Taylor, L.W., Outlaw, J., Williams, L., Cambell, B., Foster, C.A.,
and Hayward, S. 2013. The effects of pre-and post-exercise whey vs.casein
protein consumption on body composition and performance measures in
collegiate female athletes. Journal of sports science and medicine, 12 (1),
74-79.

Williams, M.H. 2005. Nutrition for Health, Fitness and Sport, Edisi ke-7,
Mc.Graw-Hill, New York.

Mongsidi, W. 2007. Analisis Status Gizi dan Hubungannya dengan Kemampuan


Tubuh Menggunakan Oksigen Secara Maksimal. Indonesian Scientific
Journal Database.

Zoorob, et al. 2013. Sport nutrition needs before, during, and after exercise,
primary care – clinic in office.
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK
DENGAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) PDA ATLET SEPAK BOLA DI
TAKENGON, KAB. ACEH TENGAH 2018

Petunjuk : isilah dan beri lingkaran pada poin jawaban yang disediakan !
I. Identitas Responden
1. No. Responden : [ ][ ]
2. Nama Responden :
3. Umur : Tahun [ ][ ] Tahun
4. Tanggal Lahir : [ ][ ]/ [ ] [ ]/ [ ][
]
5. Alamat :

6. Jenis Kelamin : [ ]
1. Laki – Laki 2. Perempuan
II. Kebiasaan Merokok
BI Apakah Anda Merokok ? [ ]
1. Ya 2. Tidak
III. Status Kesehatan
B2 Apakah menurut dokter, anda menderita [ ]
penyakit kronis ?
1. Ya 2. Tidak
B3 Jika ya, jenis penyakit kronis berikut : [ ]
1. Jantung dan Pembuluh Darah
2. Diabetes Militus
3. Paru – Paru
4. Ginjal
5. Stroke
6. Lainnya
Sebutkan : …………………..
FORMULIR FOOD RECALL 1 x 24 JAM
Hari : 1 (Pertama) No. Responden :
Tanggal : Hari :
Nama : Jenis Kelamin :
Umur :

Waktu Nama Makanan Bahan Makanan


Makan
Jenis Banyaknya

URT *Berat (gram)


Pagi/Jam :

Selingan
Pagi/Jam :

Siang/Jam :

Selingan
Siang/Jam :

Malam/Jam
:

Selingan
Malam/Jam
:

Keterangan :
URT : Urutan Rumah Tangga
*Berat (gr) : tidak perlu diisi oleh responden
FORMULIR FOOD RECALL 1 x 24 JAM
Hari : 2 (dua) No. Responden :
Tanggal : Hari :
Nama : Jenis Kelamin :
Umur :

Waktu Nama Makanan Bahan Makanan


Makan
Jenis Banyaknya

URT *Berat (gram)


Pagi/Jam :

Selingan
Pagi/Jam :

Siang/Jam :

Selingan
Siang/Jam :

Malam/Jam
:

Selingan
Malam/Jam
:

Keterangan :
URT : Urutan Rumah Tangga
*Berat (gr) : tidak perlu diisi oleh responden
FORMULIR FOOD RECALL 1 x 24 JAM
Hari : 3 (Tiga) No. Responden :
Tanggal : Hari :
Nama : Jenis Kelamin :
Umur :

Waktu Nama Makanan Bahan Makanan


Makan
Jenis Banyaknya

URT *Berat (gram)


Pagi/Jam :

Selingan
Pagi/Jam :

Siang/Jam :

Selingan
Siang/Jam :

Malam/Jam
:

Selingan
Malam/Jam
:

Keterangan :
URT : Urutan Rumah Tangga
*Berat (gr) : tidak perlu diisi oleh responden
FORM AKTIVITAS FISIK

No Waktu Jenis Aktivitas Lama PAR (di Kode


Kegiatan isi oleh
berlangsung peneliti)
(menit)

[ ]
FORM ANTROPOMETRI

Nama : No. Responden :


Tanggal : Hari :
Umur : Jenis Kelamin :

Tinggi Badan (cm) Berat Badan (Kg) IMT Kode


FORM COOPER TEST 2,4 KM

Tanggal :
Nama Enummerator :

No. Waktu Tempuh lari 2,4 km Kode


Responden (menit, detik)
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
[ ]
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 6 Surat Izin Responden

UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA


KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI, STATUS GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK


DENGAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) PADA ATLET SEPAK BOLA DI
TAKENGON, KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2018

Assalammu’alaikum Wr.Wb
Perkenalkan nama saya Elly Ratna Sari, mahasiswa Kesehatan Jurusan Ilmu Gizi
Universitas Ubudiyah Indonesia. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk
penyusunan skripsi tentang “Hubungan Asupan Energi, Status Gizi, Dan Aktivitas
Fisik Dengan Daya Tahan (Endurance) Pada Atlet Sepak Bola Di Takengon,
Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2018”. Untuk itu saya mohon kesedian teman-
teman untuk mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya.
Data yang akan ditampilkan merupakan data kumulatif dari seluruh sampel yang
diambil.
Apabila teman – teman bersedia, mohon untuk menandatangani pernyataan
dibawah ini.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia mengikuti penelitian ini dan
bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah disediakan dibawah ini.
Tertanda,

(………………………)

Setelah menandatangani pernyataan diatas, saya mohon kesediaan teman-teman


untuk menjawab perntanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan jujur, tanpa bantuan
orang lain dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Atas perhatian dan
kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,

Elly Ratna Sari


Lampiran 7 Form Analisa Nilai Zat Gizi Makanan
FORM ANALISA NILAI ZAT GIZI MAKANAN

Hari : 1 (Satu) No. Responden:


Tanggal : Nama :
JK : Umur :
Nama bahan Berat Energi KH Protein Lemak
makanan (gr) (kal) (gr) (gr) (gr)

Jumlah
Kebutuhan
Kategori
FORM ANALISA NILAI ZAT GIZI MAKANAN

Hari : 2 (Dua) No. Responden:


Tanggal : Nama :
JK : Umur :

Nama bahan Berat Energi KH Protein Lemak


makanan (gr) (kal) (gr) (gr) (gr)

Jumlah
Kebutuhan
Kategori
FORM ANALISA NILAI ZAT GIZI MAKANAN

Hari : 3 (tiga) No. Responden:


Tanggal : Nama :
JK : Umur :

Nama bahan Berat Energi KH Protein Lemak


makanan (gr) (kal) (gr) (gr) (gr)

Jumlah
Kebutuhan
Kategori
Lampiran 8 Form Konsumsi Makanan Rata-Rata Sehari
FORM KONSUMSI MAKANAN RATA – RATA SEHARI

Nama :
Umur :

Jumlah (gr) Jumlah


Nama bahan Rata-
Total
makanan Hari 1 Hari 2 Hari 3 Rata
(gr)
Lampiran 9 Tabel Physical Activity Rate (PAR)
TABEL PHYSICAL ACTIVITY RATE (PAR)

Aktivitas Fisik PAR


Laki-laki
Aktivitas Umum
Tidur 1,0
Berbaring 1,2
Berdiri 1,4
Berpakaian 2,4
Mencuci tangan/wajah dan rambut 2,3
Makan dan minum 1,4
Transportasi
Duduk dalam mobil/bus/kereta 1,2
Berjalan (berjalan-jalan keliling) 2,1
Jalan pelan 2,8
Jalan cepat 3,8
Jalan menanjak/mendaki 7,1
Jalan menurun/turun 3,5
Naik tangga 5,0
Mengendarai mobil/bus 2,0
Aktivitas Dengan Beban
Membawa beban 20-30 kg di kepala 3,5
Membawa beban 35-60 kg di kepala 5,8
Membawa beban 27 kg dengan selempang di bahu 5,0
Membawa beban 30 kg dengan selempang di kepala 5,32
Memuat karung berisi 9 kg ke atas truk 5,79
Memuat karung berisi 16 kg ke atas truk 9,65
Menarik gerobak dengan tangan tanpa beban 4,28
Menarik gerobak dengan tangan dengan beban 185-370 kg 8,3
Pekerjaan Rumah Tangga
Mencari kayu 3,3
Memotong kayu bakar 4,2
Membersihkan sayuran 1,9
Membersihkan jendela 3,0
Menyetrika pakaian 3,5
Menjahit/merajut 1,6
Membersihkan/menyapu halaman 3,7
Membersihkan rumput 3,3
Aktivitas Pertanian
Menggali 5,6
Menjalankan traktor 2,1
Pemupukan 5,2
Mencangkul 4,2
Membajak dengan traktor 3,4
Menebar benih/pembibitan 4,0
Berkebun 4,1
Aktivitas Di Ruangan
Membaca 1,3
Duduk di depan meja 1,3
Berdiri/berjalan disekitar ruangan 1,6
Menulis 1,4
Mengetik 1,8
Aktivitas Olahrga
Senam Aerobik (intesitas rendah) 3,51
Basket 6,95
Memukul bola 4,85
Olahraga tanpa bantuan alat atau hanya mengandalkan berat badan, 5,44
seperti push-up, pull-up, sit-up, squat, jumping jack, leg raise, etc
Sepak bola 8,0
Dayung 6,7
Golf 4,38
Lari jarak jauh 6,34
Lari sprint 8,21
Perahu layar 1,42
Renang 9,0
Tenis 5,8
Bola voli 6,06
Olahraga ringan (jalan kaki) 4,2
Aktivitas Lain
Berdiri, membawa barang yang ringan 2,2
Mendengarkan musik/radio 1,57
Menyapu, mencuci baju dan piring tanpa mesin 2,3
Mengerjakan pekerjaan rumah tangga 2,8
Berjalan 3,2
Bermain drum 3,75
Main games/kartu 1,5
Kegiatan yang dilakukan dengan duduk 1,5
Kegiatan ringan 1,4
Aktivitas santai (nonton TV dan mengobrol) 1,4
Beribadah 1,2
Rapat 1,2
Melukis 1,25
Bermain piano 2,25
Menari/dansa 5,0
Bermain terompet 1,77
Lampiran 10 Tabel Cooper Tes Lari 2,4 KM
TABEL COOPER TES LARI 2,4 KM

KATEGORI WAKTU TEMPUH (MENIT,DETIK)


Baik Sekali <09.40
Baik 09.41-10.46
Cukup 10.49-12.10
Kurang 12.11-15.30
Sangat Kurang >15.31
Lampiran 11 Kebutuhan Atlet Sepak Bola
KEBUTUHAN ATLET SEPAK BOLA

KEBUTUHAN ASUPAN
NO. RESPONDEN NAMA UMUR (Tahun)
KALORI KH PROT LEMAK KALORI % KH % PROT % LEMAK %
1 RENGGA ARTANOGA 16 3382.51 507.4 126.8 94.0 2536.89 75 380.5 75 95.1 74.97 70.5 75
2 FAUZI ALFARIZI 17 2903.06 435.5 108.9 80.6 2438.57 84 365.8 84 91.5 84.05 67.8 84
3 RAHMAT MIKO ARA D 16 3618.55 542.8 135.7 100.5 3075.77 85 458.7 84.5 114.6 84.45 84.9 84
4 YUANDA FIRMANSYAH 17 3132.07 469.8 117.5 87.0 2505.65 80 375.8 80 94 80.03 69.6 80
5 ALAL HUDA 16 3299.4 494.9 123.7 91.7 2573.53 78 386 78 96.5 77.99 71.5 78
6 RUSSEL JUNI VITO 17 2808.06 421.2 105.3 78.0 1937.56 69 290.6 69 72.6 68.94 53.8 69
7 SAID JAILANI 16 3144.14 471.6 117.9 87.3 2106.57 67 316 67 79 67 58.5 67
8 ALFAZAR 17 3255.81 488.4 122.1 90.4 2213.95 68 332.2 68 83 67.98 61.5 68
9 SEJUK MIKO 17 3826.75 574.0 143.5 106.3 2640.46 69 396.1 69 99 68.99 73.3 69
10 M.ASISIFA 16 3201.25 480.2 120.0 88.9 2240.87 70 336.1 70 84.1 70.06 62.3 70
11 ARI SAPUTRA 16 3479.36 521.9 130.5 96.6 2609.52 75 391.4 75 97.8 74.96 72.5 75
12 SANDI ARIFAN 16 4270.15 640.5 160.1 118.6 2989.11 70 448.3 70 112.1 70.01 83 70
13 KHAIRULROZIKIN 16 2917.54 437.6 109.4 81.0 2013.10 69 302 69 75.5 69.01 55.9 69
14 MUSDA 16 3735.44 560.3 140.1 103.8 2951.00 79 442.7 79 110.7 79.03 82 79
15 RADIKA DWI WIJAYA 16 3144.53 471.7 117.9 87.3 2201.17 70 330.2 70 82.6 70.05 61.1 70
16 FITRA AKBAR 16 3112.62 466.9 116.7 86.5 2645.72 85 396.8 85 99.2 84.99 73.5 85
17 RISKAN GUSTI BAIHAKI 16 3359.26 503.9 126.0 93.3 2351.48 70 352.7 70 88.2 70.02 65.3 70
18 AKBAR LINGE 16 3826.43 574.0 143.5 106.3 2563.71 67 384.5 67 96.1 66.97 71.2 67
19 MITRA MIRANDA 17 3742.95 561.4 140.4 104.0 2582.64 69 387.4 69 96.8 68.97 71.7 69
20 JULIAN REZEKI 16 3280.17 492.0 123.0 91.1 2558.53 78 383.8 78 95.9 77.96 71.1 78
21 M.FITRIASYAH 16 3278.36 491.8 122.9 91.1 2294.85 70 344.2 70 86.1 70.04 63.7 70
22 KABARIK 16 3354.72 503.2 125.8 93.2 2281.21 68 342.2 68 85.5 67.96 63.3 68
23 ILHAM 16 3904.32 585.6 146.4 108.5 3279.63 84 491.9 84 123 84.01 91.1 84
24 MALIK ALBAR 17 3523.98 528.6 132.1 97.9 2396.31 68 359.4 68 89.8 67.95 66.6 68
25 ZIKRIKA IWAN T 16 3203.88 480.6 120.1 89.0 2402.91 75 360.4 75 90.1 74.99 66.7 75
26 FAHAKIMUL 16 2846.27 426.9 106.7 79.1 2077.78 73 311.7 73 77.9 72.98 57.7 73
27 MUKARABIN 17 3735.24 560.3 140.1 103.8 2988.19 80 448.2 80 112 79.96 83 80
28 ILHAMSYAH 16 2994.62 449.2 112.3 83.2 2126.18 71 318.9 71 79.7 70.97 59.1 71
29 ANDIKA PUTRA 17 3735.16 560.3 140.1 103.8 2726.67 73 409 73 102.2 72.96 75.7 73
30 FADLAN MORES 16 3259.27 488.9 122.2 90.5 2216.30 68 332.4 68 83.1 67.99 61.5 68
MEAN 3375.86 506.4 126.6 93.8 2484.19 73.57 372.53 73.5 93.1 73.54 69.0 74
MINIMUM 2808.06 421.2 105.3 78.0 1937.56 67 290.6 67 72.6 66.97 53.8 66.9818
MAKSIMUM 4270.15 640.5 160.1 118.6 3279.63 85 491.9 85 123 84.99 91.1 85.0088
Lampiran 12 Rata-Rata Asupan Gizi Perhari
RATA - RATA ASUPAN GIZI PERHARI

HARI 1 HARI 2 HARI 3 RATA - RATA KONSUMSI


NO NAMA UMUR (Tahun)
KALORI KH (g) PROTEIN (g) LEMAK (g) KALORI KH (g) PROTEIN (g) LEMAK (g) KALORI KH (g) PROTEIN (g) LEMAK (g) KALORI KH (g) PROTEIN (g) LEMAK (g)
1 RENGGA ARTANOGA 16 2479.24 371.9 92.9 68.9 2551.28 382.7 95.7 70.9 2580.15 387 96.8 71.7 2536.89 380.5 95.1 70.5
2 FAUZI ALFARIZI 17 2262.87 339.4 84.9 62.9 2227.65 334.1 83.6 61.9 2825.19 423.8 106 78.5 2438.57 365.8 91.5 67.8
3 RAHMAT MIKO ARA D 16 3076.34 447.9 111.9 82.9 3085.63 448.9 112.2 83.1 3065.34 479.2 119.8 88.8 3075.77 458.7 114.6 84.9
4 YUANDA FIRMANSYAH 17 2528.71 379.3 94.9 70.2 2548.82 382.3 95.6 70.8 2439.42 365.9 91.5 67.8 2505.65 375.8 94.0 69.6
5 ALAL HUDA 16 2552.73 382.9 95.7 70.9 2576.33 386.4 96.6 71.6 2591.53 388.7 97.2 71.9 2573.53 386.0 96.5 71.5
6 RUSSEL JUNI VITO 17 1958.53 293.8 73.4 54.4 1986.49 298 74.5 55.1 1867.66 280.1 70 51.9 1937.56 290.6 72.6 53.8
7 SAID JAILANI 16 2065.44 309.8 77.4 57.4 2127.45 319.1 79.8 59.1 2126.82 319 79.8 59.1 2106.57 316.0 79.0 58.5
8 ALFAZAR 17 2205.34 331 82.7 61.2 2213.26 332 82.9 61.5 2223.25 333.5 83.4 61.8 2213.95 332.2 83.0 61.5
9 SEJUK MIKO 17 2585.43 387.8 96.9 71.8 2668.34 400.3 100.1 74.1 2667.61 400.1 100 74.1 2640.46 396.1 99.0 73.3
10 M.ASISIFA 16 2253.53 338 84.5 62.6 2235.26 335.3 83.9 62.1 2233.82 335.1 83.8 62.1 2240.87 336.1 84.1 62.3
11 ARI SAPUTRA 16 2546.14 381.9 95.4 70.7 2644.27 396.6 99.2 73.5 2638.15 395.7 98.9 73.3 2609.52 391.4 97.8 72.5
12 SANDI ARIFAN 16 2974.34 446.1 111.5 82.6 2995.65 449.3 112.3 83.2 2997.34 449.6 112.4 83.3 2989.11 448.3 112.1 83.0
13 KHAIRULROZIKIN 16 2033.52 305 76.3 56.4 2043.33 306.5 76.6 56.8 1962.45 294.4 73.6 54.5 2013.1 302.0 75.5 55.9
14 MUSDA 16 2964.34 444.7 111.2 82.3 2945.23 441.8 110.4 81.8 2943.43 441.5 110.4 81.8 2951 442.7 110.7 82.0
15 RADIKA DWI WIJAYA 16 2164.43 324.7 81.2 60.1 2225.46 333.8 83.5 61.8 2213.62 332 83 61.5 2201.17 330.2 82.6 61.1
16 FITRA AKBAR 16 2627.43 394.1 98.5 72.9 2643.47 396.5 99.1 73.4 2666.26 399.9 99.9 74.1 2645.72 396.8 99.2 73.5
17 RISKAN GUSTI BAIHAKI 16 2334.62 350 87.5 64.9 2335.47 350.3 87.6 64.9 2384.35 357.7 89.4 66.2 2351.48 352.7 88.2 65.3
18 AKBAR LINGE 16 2534.16 380 95 70.4 2563.74 384.6 96.1 71.2 2593.23 389 97.2 72 2563.71 384.5 96.1 71.2
19 MITRA MIRANDA 17 2566.56 384.9 96.2 71.3 2597.64 389.6 97.4 72.1 2583.72 387.6 96.9 71.8 2582.64 387.4 96.8 71.7
20 JULIAN REZEKI 16 2556.37 383.4 95.8 71 2572.84 385.9 96.5 71.5 2546.38 382 95.5 70.7 2558.53 383.8 95.9 71.1
21 M.FITRIASYAH 16 2287.26 343.1 85.8 63.5 2364.43 354.7 88.7 65.7 2232.86 334.9 83.7 62 2294.85 344.2 86.1 63.7
22 KABARIK 16 2265.36 339.8 84.9 62.9 2315.73 347.4 86.9 64.3 2262.54 339.4 84.8 62.8 2281.21 342.2 85.5 63.3
23 ILHAM 16 3357.45 503.6 125.9 93.2 3236.67 485.5 121.3 89.9 3244.77 486.7 121.7 90.1 3279.63 491.9 123.0 91.1
24 MALIK ALBAR 17 2399.84 359.9 89.9 66.7 2389.74 358.5 89.6 66.4 2399.35 359.9 89.9 66.6 2396.31 359.4 89.8 66.6
25 ZIKRIKA IWAN T 16 2396.74 359.5 89.8 66.6 2285.57 342.8 85.7 63.5 2526.42 379 94.7 70.1 2402.91 360.4 90.1 66.7
26 FAHAKIMUL 16 2114.63 317.2 79.3 58.7 2045.27 306.8 76.7 56.8 2073.44 311 77.8 57.6 2077.78 311.7 77.9 57.7
27 MUKARABIN 17 2933.73 440 110 81.5 2958.26 443.7 110.9 82.2 3072.58 460.9 115.2 85.3 2988.19 448.2 112.0 83.0
28 ILHAMSYAH 16 2156.32 323.4 80.9 59.9 2093.67 314.1 78.5 58.2 2128.55 319.3 79.8 59.1 2126.18 318.9 79.7 59.1
29 ANDIKA PUTRA 17 2790.57 418.6 104.6 77.5 2692.23 403.8 100.9 74.8 2697.21 404.6 101.1 74.9 2726.67 409.0 102.2 75.7
30 FADLAN MORES 16 2254.26 338.1 84.5 62.6 2236.83 335.5 83.9 62.1 2157.81 323.7 80.9 59.9 2216.3 332.4 83.1 61.5
TOTAL RATA - RATA ASUPAN GIZI PER HARI 2484.19 372.5 93.1 69.0
MINIMUM 1937.56 290.6 72.6 53.8
MAKSIMUM 3279.63 491.9 123.0 91.1
Lampiran 13 Master Tabel Penelitians
MASTER TABEL

IDENTITAS DAYA TAHAN (ENDURANCE) ASUPAN ENERGI STATUS GIZI TINGKAT AKTIVITAS FISIK (PAL)
KEBIASAAN MEROKOK STATUS KESEHATAN
NO.RESPONDEN NAMA UMUR JK WAKTU TEMPUH LARI 2,4 KM (Menit,Detik) KODEASUPAN (Kal) KEBUTUHAN (Kal) KESELURUHAN KODE BB (Kg) TB (Cm) IMT (Kg/ ) KODE TINGKAT AKTIVITAS FISIK (PAL) KODE
1 RENGGA ARTANOGA 16 LK 11.28 3 2536.89 3382.51 75 2 46.2 159 18.3 2 1.72 2 Tidak Baik
2 FAUZI ALFARIZI 17 LK 10.52 3 2438.57 2903.06 84 2 47.3 151 20.7 1 1.45 1 Ya Baik
3 RAHMAT MIKO ARA D 16 LK 10.49 3 3075.77 3618.55 85 2 50.1 165 18.4 2 1.74 2 Tidak Baik
4 YUANDA FIRMANSYAH 17 LK 12.01 3 2505.65 3132.07 80 2 52.1 163 19.6 1 1.42 1 Ya Baik
5 ALAL HUDA 16 LK 11.37 3 2573.53 3299.4 78 2 44.6 157 18.1 2 1.71 2 Ya Baik
6 RUSSEL JUNI VITO 17 LK 12.35 4 1937.56 2808.06 69 3 44.1 157 17.9 2 1.4 1 Ya Baik
7 SAID JAILANI 16 LK 12.21 4 2106.57 3144.14 67 3 47.9 161 18.4 2 1.51 1 Ya Baik
8 ALFAZAR 17 LK 11.26 3 2213.95 3255.81 68 3 43.5 155 18.1 2 1.74 2 Ya Baik
9 SEJUK MIKO 17 LK 11.41 3 2640.46 3826.75 69 3 54.8 169 19.2 1 1.75 2 Ya Baik
10 M.ASISIFA 16 LK 10.49 3 2240.87 3201.25 70 3 53.7 163 20 1 1.43 1 Ya Baik
11 ARI SAPUTRA 16 LK 11.4 3 2609.52 3479.36 75 2 48 162 18.3 2 1.72 2 Tidak Baik
12 SANDI ARIFAN 16 LK 11.38 3 2989.11 4270.15 70 3 68.2 173 22.8 1 1.71 2 Ya Baik
13 KHAIRULROZIKIN 16 LK 12.17 4 2013.1 2917.54 69 3 44.6 157 18.1 2 1.46 1 Ya Baik
14 MUSDA 16 LK 11.55 3 2951 3735.44 79 2 52.1 165 19.2 1 1.77 2 Ya Baik
15 RADIKA DWI WIJAYA 16 LK 13.55 4 2201.17 3144.53 70 3 49 166 17.8 2 1.46 1 Tidak Baik
16 FITRA AKBAR 16 LK 10.52 3 2645.72 3112.62 85 2 53.4 157 21 1 1.42 1 Ya Baik
17 RISKAN GUSTI BAIHAKI 16 LK 11.27 3 2351.48 3359.26 70 3 46.6 156 19 1 1.72 2 Ya Baik
18 AKBAR LINGE 16 LK 12.44 4 2563.71 3826.43 67 3 52.7 172 17.8 2 1.76 2 Tidak Baik
19 MITRA MIRANDA 17 LK 10.5 3 2582.64 3742.95 69 3 58,2 157 23 1 1.72 2 Ya Baik
20 JULIAN REZEKI 16 LK 11.13 3 2558.53 3280.17 78 2 50,1 168 17.7 2 1.51 1 Ya Baik
21 M.FITRIASYAH 16 LK 12.34 4 2294.85 3278.36 70 3 54.6 160 21.3 1 1.48 1 Tidak Baik
22 KABARIK 16 LK 13.35 4 2281.21 3354.72 68 3 52,2 166 18.9 1 1.53 1 Ya Baik
23 ILHAM 16 LK 10.55 3 3279.63 3904.32 84 2 57,5 161 21.3 1 1.79 2 Ya Baik
24 MALIK ALBAR 17 LK 14.12 4 2396.31 3523.98 68 3 49.1 164 18.2 2 1.72 2 Tidak Baik
25 ZIKRIKA IWAN T 16 LK 11.03 3 2402.91 3203.88 75 2 50,3 162 19.1 1 1.5 1 Ya Baik
26 FAHAKIMUL 16 LK 12.21 4 2077.78 2846.27 73 2 44.5 159 17.6 2 1.4 1 Ya Baik
27 MUKARABIN 17 LK 10.5 3 2988.19 3735.24 80 2 50,7 165 18.6 1 1.81 2 Tidak Baik
28 ILHAMSYAH 16 LK 13.17 4 2126.18 2994.62 71 2 45.6 160 17.8 2 1.47 1 Ya Baik
29 ANDIKA PUTRA 17 LK 11.46 3 2726.67 3735.16 73 2 50.6 164 18.8 1 1.82 2 Ya Baik
30 FADLAN MORES 16 LK 12.28 4 2216.3 3259.27 68 3 54,6 166 19.8 1 1.43 1 Tidak Baik
RATA-RATA 11.677 3 2484.19 3375.86 73.57 2 49.7087 162 19.16 1 1.60 1
MAKSIMUM 14.12 4 3279.63 4270.15 85 3 68.2 173 23 2 1.82 2
MINIMUM 10.49 3 1937.56 2808.06 67 2 43.5 151 17.6 1 1.4 1

KETERANGAN KODE :

1. DAYA TAHAN (ENDURANCE) 2. ASUPAN ENERGI 3. STATUS GIZI 4. AKTIVITAS FISIK


- Cukup : 2 - Kurang :2 - Normal : 1 - Ringan :1
- Kurang : 3 - Sangat Kurang : 3 - Kurus :2 - Sangat Ringan :2
Lampiran 14 SPSS

Frequency Table

Daya tahan (endurance) atlet sepakbola


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Cukup 19 63.3 63.3 63.3
Kurang 11 36.7 36.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Asupan energi atlet sepakbola


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 15 50.0 50.0 50.0
Sangat Kurang 15 50.0 50.0 100.0
Total 30 100.0 100.0

Status gizi atlet sepakbola


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 16 53.3 53.3 53.3
Kurus 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0

Tingkat aktivitas fisik atlet sepakbola


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ringan 15 50.0 50.0 50.0
Sedang 15 50.0 50.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Asupan energi atlet sepakbola * Daya
30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
tahan (endurance) atlet sepakbola
Status gizi atlet sepakbola * Daya tahan
30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
(endurance) atlet sepakbola
Tingkat aktivitas fisik atlet sepakbola *
30 100.0% 0 0.0% 30 100.0%
Daya tahan (endurance) atlet sepakbola

Asupan energi atlet sepakbola * Daya tahan (endurance) atlet sepakbola

Crosstab
Daya tahan (endurance)
atlet sepakbola
Cukup Kurang Total
Asupan Kurang Count 13 2 15
energi atlet % within Asupan energi atlet sepakbola 86.7% 13.3% 100.0%
sepakbola
Sangat Count 6 9 15
Kurang % within Asupan energi atlet sepakbola 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 19 11 30
% within Asupan energi atlet sepakbola 63.3% 36.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.033a 1 .008
Continuity Correctionb 5.167 1 .023
Likelihood Ratio 7.459 1 .006
Fisher's Exact Test .021 .010
Linear-by-Linear
6.799 1 .009
Association
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Status gizi atlet sepakbola * Daya tahan (endurance) atlet sepakbola

Crosstab
Daya tahan
(endurance) atlet
sepakbola
Cukup Kurang Total
Status gizi atlet Normal Count 13 3 16
sepakbola % within Status gizi atlet sepakbola 81.3% 18.8% 100.0%
Kurus Count 6 8 14
% within Status gizi atlet sepakbola 42.9% 57.1% 100.0%
Total Count 19 11 30
% within Status gizi atlet sepakbola 63.3% 36.7% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 4.739a 1 .029
Continuity Correctionb 3.230 1 .072
Likelihood Ratio 4.866 1 .027
Fisher's Exact Test .057 .035
Linear-by-Linear
4.581 1 .032
Association
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.13.
b. Computed only for a 2x2 table
Tingkat aktivitas fisik atlet sepakbola * Daya tahan (endurance) atlet sepakbola

Crosstab
Daya tahan
(endurance) atlet
sepakbola
Cukup Kurang Total
Tingkat aktivitas Ringan Count 6 9 15
fisik atlet sepakbola % within Tingkat aktivitas fisik
40.0% 60.0% 100.0%
atlet sepakbola
Sedang Count 13 2 15
% within Tingkat aktivitas fisik
86.7% 13.3% 100.0%
atlet sepakbola
Total Count 19 11 30
% within Tingkat aktivitas fisik
63.3% 36.7% 100.0%
atlet sepakbola

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 7.033 1 .008
Continuity Correctionb 5.167 1 .023
Likelihood Ratio 7.459 1 .006
Fisher's Exact Test .021 .010
Linear-by-Linear
6.799 1 .009
Association
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi Food Recal 1 x 24 Jam Selama 3 Hari

Gambar 1 Food Recall 1 x 24 jam hari 1 dan Aktivitas Fisik (29 Maret 2018)

Gambar 2 Food Recall 1 x 24 jam hari 2 (2 April 2018)

Gambar 3 Food Recall 1 x 24 jam hari 3 (8 April 2018)


Dokumentasi Pengukuran Status Gizi

Gambar 4 Pengukuran Berat Badan (29 Maret2018)

Gambar 5 Pengukuran Berat Badan (29 Maret2018)

Gambar 6 Pengukuran Tinggi Badan (8 April 2018)

Gambar 7 Pengukuran Tinggi Badan (8 April 2018)


Dokumentasi Tes Daya Tahan (Endurance) Lari 2,4 Km

Gambar 8 Pemanasan sebelum lari 2,4 km (8 April 2018)

Gambar 9 Pengarahan oleh pelatih sebelum lari 2,4 km (8 April 2018)

Gambar 10 Saat berlangsung lari 2,4 km (8 April 2018)


Lampiran 16 Surat Keterangan Selesai Penelitian

Anda mungkin juga menyukai