SKRIPSI
NURFADILLAH DARWIS
C131 12 255
Skripsi
Nurfadillah Darwis
kepada
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau
dapatdibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini hasil karya orang
Yang menyatakan,
(Nurfadillah Darwis)
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala
Normal foot dan Flat foot pada Atlet Unit Kegiatan Mahasiswa Basket di Kota
Makassar.”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
3) St. Nurul Fajriah, S.Ft., Physio, M.Kes dan Mita Noviana, S.Ft., Physio,
v
4) Bapak Dr. H. Djohan Aras, S.Ft, Physio, M.Kes, selaku ketua program
Politeknik Negeri Ujung Pandang serta segenap anggota tim yang telah
menerima saya dengan sangat baik dan telah memberikan banyak bantuan
6) Adi Ahmad Gondo S.Ft, Physio, M.Kes selaku senior dan dosen yang
CA12TILAGE (Anggi, Nesa, Dea, Dayat, Numul, Ilmi, Selvi, Rina dkk)
yang telah memberikan bantuan ide, semangat, dan doa untuk penulis.
vi
10) Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
Akhir kata penulis berharap Allah S.W.T berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
vii
ABSTRAK
Agility adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam permainan bola basket.
Diperlukan tiga hal dalam agility yaitu keseimbangan, koordinasi gerak tubuh,
dan kemampuan pergerakan kaki untuk menghindari lawan. Salah satu bagian
yang paling penting dan mempengaruhi struktur muskuloskeletal dan biomekanik
pada kaki adalah arkus pedis atau lengkung kaki. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan agility antara normal foot dan flat foot pada atlet Unit
Kegiatan Mahasiswa Basket di Kota Makassar.
Metode yang digunakan adalah metode cross sectional. Sampel penelitian
berjumlah 60 orang yang dibagi atas 30 orang kelompok normal foot dan 30
orang kelompok flat foot dengan usia 17-24 tahun. Variabel independen yang
diukur adalah arkus pedis melalui wet footprint test. Variabel dependen yang
diukur adalah agility menggunakan Illinois run test. Uji Independent Sample T
Test digunakan untuk analisis komparatif antara dua kelompok variabel
independen.Uji Pearson Correlation digunakan untuk analisis korelatif antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan agility antara
normal foot dan flat foot (p < 0,05) nilai p = 0,004. Skor agility kelompok normal
foot (17,83±2,95) lebih baik dibandingkan dengan agility pada kelompok flat foot
(19,97±2,57). Hasil korelasi positif yang signifikan juga diperoleh antara agility
dengan arkus pedis (p = 0,004 ; r = 0,366). Penelitian ini menunjukkan bahwa
pengukuran arkus pedis efektif dalam melaporkan variabilitas agility pada orang
dewasa muda.
Kata kunci: Normal foot, flat foot, agility, wet footprint test, Illinois run test.
viii
ABSTRACT
Keywords: Normal foot, flat foot, agility, wet footprint test, Illinois run test.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGAJUAN.................................................................................. ii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
2. Macam-macam Agility.............................................................. 12
x
4. Penilaian dan Kategori Agility .................................................. 17
1. Anatomi ................................................................................... 19
B. Hipotesis ......................................................................................... 40
B. Pembahasan ..................................................................................... 53
xi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 63
B. Saran ................................................................................................ 64
LAMPIRAN .................................................................................................... 69
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.2 Distribusi Agility pada Kelompok Normal foot dan Flat Foot ............. 51
Tabel 5.3 Perbedaan Agility antara Normal foot dan Flat Foot ........................... 52
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 5.1 Distribusi Normal Foot dan Flat Foot Berdasarkan Usia ................. 51
Gambar 5.2 Distribusi Agility pada kelompok Normal Foot dan Flat
Foot ........................................................................................................... 53
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xv
BAB I
PENDAHULUAN
oleh setiap manusia. Dalam kehidupan modern sekarang ini manusia tidak
bisa dipisahkan dari kegiatan olahraga baik sebagai salah satu pekerjaan
budaya. Salah satu cabang olahraga yang saat ini sangat diminati oleh seluruh
lapisan masyarakat, terutama kaum muda adalah olahraga basket. Olahraga Ini
cukup menarik dan bisa dimainkan oleh semua kalangan dari anak-anak
sampai orang dewasa, dan bisa dilakukan oleh laki-laki maupun wanita.
langsung agility adalah kemampuan mengubah arah gerakan dengan cepat dan
kesadaran akan posisinya (Harsono, 2001). Dalam hal ini diperlukan tiga hal
untuk menghindari lawan. Ketiga pokok masalah ini sangat berkaitan dengan
bentuk dan sendi tulang-tulang kaki (arkus pedis) terhadap agility untuk
musculoskeletal dan biomekanik pada kaki adalah arkus pedis atau lengkung
kaki. Tahap lengkungan tulang tapak kaki setiap orang tidak sama. Secara
1
2
umum dapat di bagi menjadi tiga yaitu arkus normal, tinggi, dan rendah. Dua
puluh persen orang dewasa mengalami kaki datar dan hampIr semua bayi
yang baru lahir tidak mempunyai arkus seperti orang dewasa normal (Lendra,
2007)
manusia yang tak terlihat pada ordo primata yang lain. Dasar utama dari
Telapak kaki yang rata atau dikenal dengan sebutan kaki datar atau flat
foot adalah salah satu kondisi yang paling umum ditemui. Flat foot, disebut
juga pes planus atau fallen arches, mengacu pada suatu kondisi medis di mana
arkus pedis rata atau datar. Seluruh bagian telapak kaki menempel atau hampir
orang Amerika memiliki kondisi ini atau kurang lebih 60 juta penduduk.
Penelitian terbesar yang dilakukan pada angkatan militer oleh Harris dan
Beath pada tahun 1947 menemukan bahwa dari 3.619 anggota baru tentara
Canada, 22,5 % tentara menderita flat foot (Wilson, 2008). Sebuah penelitian
(54,4%), arkus datar atau flat foot sebanyak 23 orang (40,4%), sedangkan
arkus tinggi atau cavus foot sebanyak 1 orang (5,3%). Sebuah penelitian di
3
antara kelompok normal foot dan kelompok flat foot pada siswi yang berumur
14-17 tahun dan menemukan bahwa adanya perbedaan agility yang signifikan
antara kelompok siswi normal foot dan kelompok siswi flat foot (Nakhostin-
Arkus pedis manusia terbentuk agar kaki lebih stabil pada saat berdiri
lebih lebar. Arkus ini juga berfungsi untuk meningkatkan kecepatan dan
lelah, mudah terjadi iritasi pada otot-otot plantaris dan iritasi pada facia
lama, sepatu bagian tumit cepat aus, cedera pada permukaan berlebih, dan rasa
nyeri. Dampak sosial yang timbul antara lain kemungkinan tidak dapat
olahraga serta pekerjaan yang berdiri dalam waktu lama dan berjalan jarak
dengan mobilisasi yang tinggi setiap saat. Aktivitas fisik dengan mobilisasi
yang tinggi perlu didukung dengan keseimbangan postural yang baik, energi
dan daya tahan yang tinggi, serta bentuk anatomi kaki yang normal untuk
seleksi atau penetapan bibit yang baik untuk dijadikan atlet basket bisa
melalui metode observasi dan wawancara pada beberapa atlet basket Unit
arkus pedis yang bervariasi. Dari 28 orang atlet basket ditemukan 1 orang
cavus foot, 7 orang flat foot, dan 20 orang normal foot. Atlet basket dengan
arkus pedis yang bevariasi ini tampaknya memiliki agility yang bervariasi
pula. Dalam permainan bola basket, agility sangat dibutuhkan untuk merubah
posisi atau arah dalam waktu penyerangan maupun pada saat kembali bertahan
perbandingan agility antara normal foot dan flat foot pada atlet basket Unit
B. Rumusan Masalah
hal ini diperlukan tiga hal yaitu keseimbangan, koordinasi gerak tubuh, dan
5
ini sangat berkaitan dengan bentuk dan sendi tulang-tulang kaki (arkus pedis)
sering terjadi pada arkus pedis adalah flat foot, di mana apabila seseorang
Penelitian yang mengkaji mengenai arkus pedis dan agility pada atlet
basket di Indonesia masih belum ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang perbandingan agility antara normal foot dan flat foot pada
atlet basket. Oleh karena itu dapat dikemukakan pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana distribusi flat foot dan normal foot pada atlet Unit Kegiatan
Mahasiswa Basket ?
3. Apakah ada perbedaan agility antara normal foot dan flat foot pada atlet
4. Apakah ada hubungan antara agility dan arkus pedis pada atlet Unit
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
antara normal foot dan flat foot pada atlet Unit Kegiatan Mahasiswa
Basket.
6
2. Tujuan Khusus
Basket.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat ilmiah
datang.
perbandingan agility antara normal foot dan flat foot pada atlet
basket
2. Manfaat aplikatif
7
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
diri.
berdiri stabil.
fisik, yaitu:
8
9
b. Kecepatan (Speed)
singkatnya.
c. Kelincahan (Agility)
d. Kelentukan (Flexibility)
e. Reaksi (Reaction)
sependek-pendeknya.
g. Koordinasi (Coordination)
h. Ketepatan (Accuracy)
10
i. Keseimbangan (Balance)
dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik
j. Kekuatan (Strength)
posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak,
karena itu, seseorang yang memiliki agility yang baik dapat dengan
keseimbangan.
2012).
arah dan posisi tubuh dengan cepat dalam keadaan bergerak tanpa
sebagainya.
2. Macam-Macam Agility
antara lain: mudah melakukan gerakan yang sulit, tidak mudah jatuh
dan posisi tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi dalam
a. Komponen biomotor
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Berat Badan
e. Kelelahan
a. Kekuatan otot
b. Fleksibilitas
2007).
15
c. Kecepatan
d. Keseimbangan
(Davies, 2004).
e. Kecepatan Reaksi
(Nenggala, 2007).
f. Koordinasi Neuromuscular
satuan detik dengan menggunakan Illinois Agility Test, test ini untuk
rintangan yang telah ditetapkan dan menuju garis finish. Hasil yang
1. Anatomi
Regio ankle dan kaki tersusun dari 26 tulang, lebih dari 100
kaki dan pergelangan kaki terdiri dari bagian distal dari tibia dan
kaki terdiri dari tiga phalanges (ruas jari kaki) kecuali ibu jari yang
sendi yang menyusun regio ankle dan kaki yaitu tibiofibular joint,
20
(Neumann., 2010).
(McRae, 1998).
lateral ankle joint diperkuat oleh tiga ligamen yang secara kolektif
calcaneus serta bagian anterior dan posterior talus, yang terdiri atas:
lateral lebih lemah dari pada ligamen medial, dan ligamen talofibular
2010).
a. Normal foot
1) Arkus Longitudinal
dan berakhir pada batas lateral kaki yang leper pada lantai
(Idris, 2010).
foot dan cavus foot. Arkus ini membentuk tepi medial kaki
2010).
Gambar 2.2 Struktur pendukung arkus longitudinal medial (Franco dalam Bahtiar,
2012)
2) Arkus Transversal
sama. Jika salah satu arkus turun, maka ketiga arkus akan
turun dan jika salah satunya naik, maka ketiganya juga akan
b. Flat foot
1) Pengertian
pada tanah.
(10 anak dengan kondisi kaki datar dan 17 anak dengan kondisi
2) Etiologi
dialami oleh wanita pada rentan usia 45-65 tahun. Hal ini
(gagal menyambung).
e) Penyakit neuromuskular.
f) Penyakit neuropathik.
h) Obesitas.
foot dan rigid flat foot, sedangkan flat foot dapatan merupakan
(Wilson, 2008).
al., 2000).
a) Fisioterapi
beban.
2012).
b) Orthotik
d) Modifikasi aktivitas
a) Inspeksi (observasi)
media tinta ataupun air biasa (wet test). Pada wet footprint test,
2007).
33
Pada gambar 2.4, bila diperhatikan gambar tapak kaki dari kanan ke
kiri, terlihat pertumbuhan lengkung kaki berturut-turut ialah flat foot derajat
tiga, flat foot derajat dua, flat foot derajat satu, arkus normal, dan cavus foot.
Flat foot derajat tiga, bila batas medial konveks. Flat foot derajat dua bila batas
medial menurut garis lurus (rectilinier). Flat foot derajat satu atau flat foot
ringan ialah bila lekukan batas medial konkaf namun tidak melewati sumbu
kaki. Kaki normal ialah bila gambaran tapak kontinu dan lekukan batas medial
konkaf ke arah lateral melewati sumbu kaki. Cavus foot, maka gambaran
Cavus foot Normal foot Flat foot I Flat foot II Flat foot III
Gambar 2.4 Sidik tapak kaki pes cavus (cavus foot), normal, pes planus (flat foot)
(Olivier dalam Idris, 2010)
Flat foot
dengan kontak fisik yang signifikan, kecepatan tinggi, dan melompat, serta
gerakan dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa
Dalam hal ini diperlukan tiga hal yaitu keseimbangan, koordinasi gerak,
35
masalah ini sangat berkaitan dengan bentuk dan sendi tulang-tulang kaki
(Sugiharto, 2012)
flat foot adalah hilangnya lengkungan longitudinal medial kaki. Hal ini
dapat menjadi fleksibel atau kaku seumur hidup, atau seiring dengan
mengalami flat foot sangat sering dijumpai adanya posterior tibial tendon
arkus medial kaki. Gerakan plantar fleksi dan inversi melibatkan kontraksi
selama berjalan otot gastrocnemius bekerja lebih berat. Jika tendon tibialis
posterior tidak bekerja dalam urutan, ligamen kaki lain dan kapsul sendi
akan semakin lemah dan flat foot akan terus berkembang (Erol K., et al,
2015).
otot, faktor herediter dan trauma (Kitaoka, 2002 dan Noll, 2001) Pada
masa sekarang, masalah pada kaki terjadi akibat struktur tulang badan
yang tidak seimbang antara bagian badan kanan dan kiri serta kurang
fisik antara normal foot dan flat foot, di mana kebugaran fisik mencakup
kelompok flat foot, tetapi tidak ditemukan perbedaan kecepatan lari dan
D. Kerangka Teori
Arkus Plantaris
Arkus Pedis
Kaki
Hiperpronasi
Usia
Jenis Kelamin
Overstretch Overstretch
Indeks Massa Tubuh
tendon tibialis facia plantaris
Kekuatan Otot
posterior
Fleksibilitas
Kecepatan
Kecepatan Reaksi
↓ stabilitas ↓ Fleksibilitas
Koordinasi Neuromuskular Biomekanik
sendi Ankle
Keseimbangan
Agility
A. Kerangka Konsep
Variabel Kontrol
Usia
Jenis Kelamin
Perilaku Merokok
Riwayat Cedera
Variabel Independen
Flat Foot
Perubahan
Biomekanik Kekuatan Otot Tungkai
Variabel Antara
Intensitas Latihan
Jenis Latihan
Keterangan :
Fleksibilitas
Kecepatan Reaksi
= diteliti Koordinasi Neuromuscukar
= tidak diteliti
Variabel Perancu
38
39
B. Hipotesis
berikut :
1. Ada perbedaan agility antara normal foot dan flat foot pada atlet Unit
2. Ada hubungan antara agility dan arkus pedis pada atlet Unit Kegiatan
Mahasiswa Basket
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
antara normal foot dan flat foot pada anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Basket
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu penelitian
2016
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet basket Unit Kegiatan
40
41
2. Sampel
dikehendaki adalah 5 %
Rumus Slovin :
n = N / 1 + Ne2
keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
penelitian adalah :
n = N / 1 + N(e)2
telah ditentukan.
dilakukan.
D. Alur Penelitian
dan wawancara seputar identitas pribadi dan hal-hal yang terkait dengan
43
run test. Selanjutnya, dilakukan proses pengolahan dan analisis data yang
Populasi
Menentukan
Sampel
Memenuhi
kriteria sampel
Pembagian kelompok
subek penelitian
Pengukuran
Agility
E. Variabel Penelitian
1. Identifikasi variabel
a. Normal foot adalah bentuk arkus pedis / lengkung tapak kaki di mana
lateral melewati aksis kaki yang didapatkan dari hasil pengukuran wet
b. Flat foot adalah bila lekukan batas medial konkaf namun tidak
melewati aksis kaki pada hasil wet footprint test yang diperoleh
mengubah arah dengan cepat dan efektif, sambil berlari dan bergerak
dalam kecepatan penuh yang diukur dengan tes Illinois Run test empat
F. Prosedur Penelitian
a. Alat :
1) Wadah
3) Kertas polos
b. Pelaksanaan
1) Subjek membasahi salah satu sisi telapak kaki dengan air pada
putih.
berlawanan
2. Penilaian Agility
a. Alat :
b. Pelaksanaan :
lapangan yang terdapat sebuah cone diberi tanda start dan ujung
Data yang diperoleh merupakan data primer yaitu dari hasil pemeriksaan
arkus pedis dan pengukuran agility. Kemudian data yang diperoleh dianalisis
dan pengujian korelasi berupa Pearson karena data berdistribusi normal. Data
48
H. Masalah Etika
a. Informed consent
responden.
b. Anonymous
c. Confidentiality
Kerahasiaan pasien harus dijamin oleh peneliti, segala hal yang tidak
A. Hasil Penelitian
yang hadir saat penelitian serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
49
50
1 3 7 9 7 1 2 30
Normal foot (3.3%) (10%) (23.3%) (30%) (23.3%) (3.3%) (6.7%) (100%)
0 2 11 9 3 3 2 30
Flat foot (0%) (6.7%) (36.6%) (30%) (10%) (10%) (6.7%) (100%)
Total 1 5 18 18 10 4 4 60
(1.7%) (8.3%) (30%) (30%) (16.7%) (6.7%) (6.7%) (100%)
Sumber : Data primer, 2016
Gambar 5.1 Distribusi Normal foot dan Flat foot Berdasarkan Usia
diperoleh jumlah subjek dengan arkus normal dan flat sama, yaitu
normal foot sebanyak 30 orang (50%) dan flat foot sebanyak 30 orang
51
foot
Tabel 5.2 Distribusi Agility pada Kelompok Normal foot dan Kelompok Flat foot
Agility Normal foot Flat foot
N % N %
Total 30 50 30 50
Gambar 5.2 Distribusi Agility pada Kelompok Normal foot dan Kelompok Flat foot
Tabel 5.3 Perbedaan Agility antara Normal foot dan Flat foot
N Agility
Mean± S.D. P
oleh karena nilai p > 0,05, dapat disimpulkan kedua kelompok data
agility kelompok normal foot dan agility kelompok flat foot. Tabel 5.6
dengan standar deviasi ±2,95 dan nilai mean agility kelompok flat foot
N r P
yang lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada
korelasi rendah.
B. Pembahasan
antara normal foot dan flat foot pada atlet Unit Kegiatan Mahasiswa
Basket di Kota Makassar. Data pada penelitian ini merupakan data primer.
Data flat foot diperoleh dari tes arkus pedis yaitu wet footprint test dan
diperoleh nilai significany p=0,004, karena nilai p< 0,05 maka dapat
normal foot dan flat foot. Hasil penelitian ini juga didapatkan hasil rerata
fisik antara normal foot dan flat foot, di mana kebugaran fisik mencakup
ankle joint, subtalar joint, dan midtarsal joint saling bekerjasama untuk
saat foot strike dan push off. Bentuk tapak kaki yang lebar tanpa lengkung
mengungkit tubuh pada saat kaki akan meninggalkan pijakan pada proses
Pergerakan kaki ini dipengaruhi oleh bentuk dan sendi tulang-tulang kaki
untuk mengungkit tubuh pada saat kaki akan meninggalkan pijakan pada
Flat foot adalah kondisi dimana arkus longitudinal medial kaki rata
atau datar sehingga seluruh bagian telapak kaki menempel atau hampir
menempel pada tanah. Pada penelitian ini sampel yang ditemukan adalah
sampel yang mengalami flat foot grade 1 dimana tumpuan pada tepi lateral
bagian tengah kaki lebih dari setengah dari tumpuan metatarsal, bila
ditarik garis antara ujung dalam metatarsal dengan ujung dalam tumit
yang terdiri dari arkus longitudinal medial, arkus longitudinal lateral dan
arkus plantaris. Gerakan yang mempengaruhi salah satu arkus juga akan
turun, maka ketiga arkus akan turun dan jika salah satu arkus naik, maka
Jika dilihat dari arah belakang maka tendon Achliles-nya membentuk garis
lurus dengan sudut 90 derajat dengan landasan pijakan. Saat berjalan, kaki
akan melakukan heel strike dan jatuh menginjak landasan pada tumit
57
benturan saat berjalan. Pada kaki datar tidak terjadi seperti pada kaki orang
seara merata pada kaki saat posisi berdiri. Basmajian dan stecho
kaki dan pergelangan kaki ketika beban fisiologis diberikan pada kaki
dikatakan lebih bagus karena tekanan dari berat badan dibagi secara sama
rata ke seluruh telapak kaki yang membuat mereka lebih stabil dalam
berbagai gerakan (Lendra, 2007). Hal ini juga terlihat dari distribusi agility
pada kelompok flat foot dimana terdapat 15 (25%) orang yang memiliki
tumpu. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa faktor muskuloskeletal
agility pada atlet basket yang diteliti. Agility kelompok normal foot lebih
normal foot sebanyak 8 orang yang memiliki agility yang buruk hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor selain arkus pedis seperti jenis latihan,
dengan agility yang dinilai dengan Illinois Run Test, artinya arkus pedis
kinematik yang perannya sangat penting dalam posisi statis dan dinamis.
59
Jadi, saat bagian dari rantai melemah atau mengalami kerusakan maka
akan mempengaruhi bagian lain dari rantai kinematik tersebut. Orang yang
memiliki kaki datar atau flat foot memiliki masalah dalam transfer berat
fisik seseorang.
pada kondisi kaki dengan arkus rata (flat foot) terjadi over pronasi pada
dibutuhkan force yang besar untuk mendorong beban tubuh ke depan pada
saat fase take off sehingga kondisi kaki over pronasi membutuhkan waktu
pegas) yang lebih besar. Jika dibandingkan dengan bentuk arkus kaki
normal, waktu yang dibutuhkan oleh seseorang dengan bentuk arkus kaki
rata (flat) akan lebih lama karena harus melewati fase take off yang lebih
lama dan gaya pegas yang dihasilkan lebih kecil sehingga dorongan
melepaskan diri dari lawan dan mampu menjaga pergerakan dari lawan.
Selain itu pemain juga dapat bergerak dengan cepat, dapat berkelit dari
pemain lawan dan dapat mengubah arah dan posisi tergantung situasi dan
kondisi dengan waktu yang relatif cepat. Dengan memiliki agility yang
lelah, mudah terjadi iritasi pada otot-otot plantaris dan iritasi pada facia
C. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini tidak didukung oleh pemeriksaan arkus pedis yang lebih
A. Kesimpulan
antara Normal foot dan Flat foot Pada Atlet Unit Kegiatan Mahasiswa
orang (15%) memiliki agility yang cukup, dan 23 orang (38.3%) memiliki
62
63
4. Terdapat hubungan antara agility dengan arkus pedis pada atlet basket
B. Saran
Basket.
khususnya di Indonesia.
Atamturk, Derya. 2009. Relationship of Flatfoot and High Arch with Main
Anthropometric Variables. Acta Orthop Traumatol Turc, 2009;43(3):254-
259. Turkey: Department of Archaeology, Faculty of Arts and Sciences,
Gaziantep University.
Dewi, Rusyana Anita. 2015. Hubungan Berat badan dan Tinggi Badan Dengan
Kelincahan Pemain Futsal Putri Universitas Negeri Yogyakarta : Program
Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
Erol, K., 2015. An Important Cause of Pes Planus: The Posterior Tibial Tendon
Dysfunction. Turki: Department of Physical Medicine and Rehabilitation,
State Hospital, Nevsehir.
Gani, Azis Beru dan Pattelongi, Ilhamjaya. 2009. Hubungan Arcus Pedis dengan
Kemampuan Lari Siswa SMP Negeri 23 Makassar. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Madani, ISSN.1979-2287,Vol.02, No.03.
Getchell B. (1979). Kebugaran Fisik: A Way of Life, 2nd ed. New York: John
Wiley and Sons,Inc, http://www.topendsports.com/testing/tests/illinois.htm
( diakses 14 februari 2016)
Giovanni, Christopher Di dan Greishberg, Justin. 2007. Foot and Ankle: Core
Knowledge in Orthopaedics. Elsevier Mosby.
Halim, N.I. 2011. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar : Badan
Penerbit UNM.
64
65
Harris, Edwin J., et al. 2004. Diagnosis and Treatment of Pediatric Flat foot. The
Journal of Foot & Ankle Surgery, Volume 43, No.6, November/Desember.
American College of Foot and Ankle Surgeons.
Hodge, Samuel D. 2010. Anatomy for Litigator: The Anatomy of the Foot (hlm.
205-208).
Idris, Ferial Hadipoetro. 2010. Filogeni dan Ontogeni Lengkung Kaki Manusia,
Majalah Kedokteran Indonesia, Vol: 60, Nomor: 2, Februari 2010. Jakarta:
Departemen Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo.
Kuswendi, Uut. 2012. Hubungan kelincahan dan Power Otot Tungkai dengan
Kemampuan Dribbling Siswa Sekolah Sepak Bola (SSB) Tunas Melati
Kecamatan Imogiri : Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
Lee, Michael, et al. 2005. Diagnosis and Treatment of Adult Flatfoot. The Journal
of Foot & Ankle Surgery, Vol. 44, No. 2.
Lendra , Made Dody. 2007. Pengaruh antara Kondisi Kaki Datar dan Kaki
dengan Arkus Normal terhadap Keseimbangan Statis pada Anak Berusia 8
– 12 Tahun di Kelurahan Karangasem Surakarta [Skripsi]. Surakarta :
Jurusan Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Lestari, Sukmayanti Ayu. 2015. Perbedaan Efektivitas Latihan Hexagon Drill dan
Zig-zag Run Tehadap Kelincahan Pada Pemain Sepak Bola Sekolah Sepak
Bola Guntur Denpasar : Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Luhman SJ, Rich MM, Schonecker PL. 2000. Painful idiopatic rigit flatfoot in
children and adolescents. Foot Ankle Int.
66
Lutfie, Syarief Hasan. 2007. Hubungan antara Derajat Lengkung Kaki dengan
Tingkat Kemampuan Endurans pada Calon Jemaah Haji. [Hasil
Penelitian]. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN
(Universitas Negeri Islam) Syarif Hidayatullah.
Mylsidayu, Apta dan Kurniawan, Febi. 2015. Ilmu Kepelatihan Dasar. Bandung :
Alfabeta cv.
Mutohir dan Maksum. 2007. Sport Development Index. Jakarta : PT. Indeks.
Paiva Neto A, César MC. 2005. Body composition assessment in male basketball
players in Brazilian National Basketball League 2003. Rev Bras
Cineantropom Desempenho Hum. 7, pp. 35–44.
Santoso, Denny. 2011. Perawatan Tepat Bagi Anda yang Memiliki Telapak Kaki
Datar (Flat Feet), Sport Injuries & Rehabilitation.
Sharma, Krishna Nand, et al. 2005. Flat Feet : A Study of 297 School Children.
Tamanna Institute of Allied Health Science Allahabad: Apocon.
Singer, R. N. 1980. Motor learning and Human Performance. New York Mac
Milland.
S.Snell, Richard. 2004. Anatomi Klinik. EGC. Jakarta.
67
Sugiharto. 2012. Journal Of Sport Sciences and Fitness : Asisten Deputi Olahraga
Pendidikan Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda
dan Olahraga Republik Indonesia.
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R & D. Bandung
: Alfabeta cv.
LAMPIRAN
SURAT PERNYATAAN
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Keterangan :
Sangat baik : < 15.2 s
Baik : 15.2 - 16.1 s
Rata-rata : 16.2 – 18.1 s
Cukup : 18.2 – 19.3 s
Buruk : > 19.3 s
71
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
the Difference
Std. Error
Correlations
Correlations
N 60 60
60 60
Arkus Pedis
Pengukuran Agility
74