PROPOSAL PENELITIAN
DIAN A. TONTIK
NIM. C01417243
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, peneliti
memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat serta hidayahNya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal dengan judul “Studi
literatur : Pengaruh pijat oksitosin terhadap peningkatan ASI“.
Peneliti selama menjalani studi dan menyelesaikan penyusunan proposal ini
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karenanya melalui
kesempatan ini menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. dr. Muh Isman Jusuf, Sp.,S selaku Rektor Universitas Muhammdiyah
Gorontalo
2. Prof. Dr. Hj. Moon Otoluwa, M. Hum selaku Wakil Rektor I bidang
Akdemik Universitas Muhammadiyah Gorontalo
3. Drs. H. Sjamsudin N. Tuli, M.Si selaku Wakil Rektor II bidang
Administrasi Umum, Keuangan, Perencanaan dan Sumber Daya Universitas
Muhammdiyah Gorontalo
4. Dr. Ir. H. Hasim, M.Si selaku Wakil Rektor III bidang Riset, Pengembangan
dan Kerja Sama Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
5. Dr. Munkizul Umam Kau, M.Fill selaku Wakil Rektor IV bidang Al-Islam
Kemuhamadiyaan dan Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.
6. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
7. Ns. Pipin Yunus, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Univeristas Muhammadiyah Gorontalo
8. Ns. Rona Febriyona, S.Kep.,M.KeP selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Univeristas Muhammadiyah Gorontalo
9. Ns. Harismayanti, S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing I. Terima kasih
sebesar-besarnya karena telah banyak membantu mengarahkan dan
memberikan masukan dalam menyelesaikan penyusunan proposal penelitian
ini.
i
10. Ns. Ani Retni, S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing II, yang telah banyak
membantu, memberikan bimbingan serta dukungan dalam menyelesaikan
penyusunan proposal penelitian ini.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu,
peneliti sangat menghargai masukkan guna penyempurnaan dalam penulisan
proposal ini.
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Identifikiasi Masalah............................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Teoritis............................................................................. 4
1.5.2 Manfaat Praktis.............................................................................. 4
iii
3.8 Tahap-Tahap Penelitian...........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Teori.................................................................................................19
2. Kerangka Konsep..............................................................................................19
3. Alur Proses Seleksi Literatur............................................................................22
4. Tahap-Tahap Penelitian....................................................................................23
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hormon oksitosin pada ibu yaitu dengan melakukan pijat oksitosin (Indrasari,
2019).
Pijat oksitosin merupakan salah satu cara untuk mempercepat dan
memperlancar produksi pengeluaran ASI, dimana pijat oksitosi dilakukan dengan
melakukan pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang
costae 5 dan 6. Pijat ini akan memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu setelah
mengalami proses persalinan sehingga tidak menghambat sekresi hormon
oksitosin (Handayani dan Kameliawati, 2020). Dampak tidak dilakukannya pijat
oksitosin dapat menghambat rangsangan hormone oksitosin menyebabkan
penurunan dan pengeluaran ASI (Hidayati dan Hanifah, 2019).
Cara kerja pijat oksitosin dalam mempengaruhi pengeluaran kolostrum
adalah dengan memberikan stimulus pada vertebrra sampai costa 5-6, sehingga
meningkatkan rangsangan hipofise posterior untuk mengeluarkan hormon
oksitosin, oksitosin selanjutnya akan merangsang kontraksi sel mioepitel
dipayudara untuk penyemprotan air susu. Rangsangan ini kemudian dilanjutkan
ke hipotalamus melalui medulla spinalis sehingga hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor yang memicu sekresi prolaktin, selanjutnya akan
merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin dan selanjutnya hormon
prolaktin akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuar air susu.
Pengeluaran kolostrum pada ibu menyusui akan lebih cepat, sehingga ibu mampu
untuk memberikan kolostrum sesegera mungkin pada bayi (Zamzara, 2015).
Salah satu manfaat dari pijat oksitosin adalah meningkatkan let down reflex
yang artinya membuat ASI cepat turun, hal tersebut terbukti dengan hasil
penelitian Delima (2016) yang menyatakan bahwa dengan melakukan pijat
oksitosin akan memberikan rileks, tenang, dan nyaman sehingga akan
meningkatkan pengeluaran ASI. Pijat oksitosin dapat mengurangi bengkak
(engorgement) dan mengurangi sumbatan ASI. Kelancaran produksi ASI sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, gizi, emosional, psikis,
fisiologis ibu dan lainnya.
2
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indrasari (2019) pijat oksitosin
merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mempercepat dan memperlancar
produksi dan pengeluaran ASI dengan cara pemijatan sepanjang tulang belakang.
Pijat ini memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu setelah mengalami proses
persalinan sehingga mempermudah dan meningkatkan sekresi hormon prolaktin
dan oksitosin.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Delima (2016) melakukan
pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang sampai
tulang costae kelima-keenam akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin ,
sehingga ASI pun otomatis dapat lebih lancar. Selain memperlancar ASI pijat
oksitosin memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak
(engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon
oksitosin, mempertahankan produksi ASI.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“pengaruh pijat oksitosin terhadap peningkatan ASI”.
3
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi masalah diatas, memberi dasar peneliti
untuk merumuskan masalah penelitian yaitu “Apakah ada pengaruh pijat oksitosin
terhadap peningkata ASI?”
4
BAB II
TINJUAUAN PUSTAKA
5
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI akan mencegah
malnutrisi karena ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi
dengan tepat, mudah digunakan secara efisien oleh tubuh bayi dan
melindungi bayi terhadap infeksi. Kira-kira selama tahun pertama
kehidupannya, system kekebalan bayi belum sepenuhnya berkembang dan
tidak bias melawan infeksi seperti halnya anak yang lebih besar atau orang
dewasa, oleh karena itu zat kekebalan yang terkandung dalam ASI sangat
berguna (IDAI, 2010).
2. Fisiologi Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks
antara ransangan mekanik, saraf dan berbagai macam hormon. Hormon
yang mengatur terhadap pengeluaran ASI dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu :
a. Pembentukan kelenjar payudara
Pada permulaan kehamilan duktus baru, percabangan dan
lobulus akan meningkat, dimana keadaan ini dipengaruhi oleh
hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon yang berperan
dalam pertumbuhan yang cepat ini adalah prolaktin, laktogen plasenta,
karionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon
paratoroid dan horon pertumbuhan.
Menurut Rini dan Kumala (2017) pada trimester pertama
kehamilan, prolaktin dari adenohipofise atau hipofise anterior mulai
merangsangan kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang
disebut kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih
terhambat karena adanya kesogen dan progesteron, tetapi jumlah
prolaktin meningkat, hanya aktivitas dalam pembuatan kolostrum
yang ditekan.
Pada trimester kedua kehamilan, pembuatan kolostrum
dirangsang oleh laktogen plasenta. Keaktifan dari rangsangan hormon-
hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemonstrasikan
6
kebenarannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4
bulan dimana bayinya meninggal tetap keluar kolostrum.
b. Pembentukan air susu
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 reflek yang masing-
masing berperan sebagi pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu :
Refleks prolaktin (hormon prolaktin mempunyai peran dalam
pembuatan kolostrum, namun estrogen dan progesteron dengan kadar
yang tinggi menghambat aktivitas prolaktin, sehingga turut
menghambat jumlah kolostrum) dan reflek let down (bersama dengan
pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, ransangan yang berasal
dari hisapan bayi).
Hisapan bayi akan mengirim sinyal ke otak ibu untuk
mempengaruhi bagian otak yang disebut hipofise posterior
(neurohipofise). Hipofisis bagian depan akan mengeluarkan hormone
prolaktin yang akan masuk kedalam aliran darah dan menimbulkan
refleks prolaktin yang berperan dalam produksi ASI. Hipofisis bagian
belakang akan mengeluarkan hormon oksitosin yang akan masuk ke
dalam aliran darah dan menimbulkan reflex oksitosin untuk kontraksi
otot yang ada disekililing saluran ASI, sehingga ASI yang sudah
diproduksi akan dapat dikeluarkan. Faktor yang meningkatkan let
down yaitu melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan
memikirkan untuk menyusui bayi)
c. Pemeliharaan pengeluaran air susu
Kadar prolaktin dalam darah teratur karena hubungan yang utuh
antara hipotalamus dan hipofise. Hormon ini penting diperlukan
dalam pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyedia air susu
selama menyusui. jika susu tidak dilakukan pengeluaran menyebabkan
sirkulasi darah kapiler yang kurang mengakibatkan terlambatnya
proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi
misalnya kekuatan hisapan yang kurang, frekuensi hisapan yang
kurang dan singkatnya waktu menyusui. Ini berarti pelepasan
7
prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu
mulai sejak minggu pertama kelahiran.
3. Manfaat Pemberian ASI
a. Nutrien (zat gizi) dalam ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, ASI
memberikan semua kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan
pertama, separuh 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua. Zat gizi
yang terdapat dalam ASI yaitu lemak, karbohidrat, protein, garam,
mineral, serta vitamin.
b. ASI mengandung zat protektif, bayi jarang sakit karena dalam ASI
terdapat zat protektif yaitu laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim,
komplemen C3 dan C4, immunoglobulin (igC, igM, igA, igD, igE),
dan faktor-faktor anti alergi.
c. Mempunyai efek psikologis bagi ibu dan bayi yang menguntungkan,
timbulnya perasaan aman dan nyaman pada bayi saat berkontak kulit
dengan ibunya, dimana perasaan ini sangat penting untuk
menumbuhkan rasa percaya.
d. Pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi baik, ASI dibutuhkan
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal.
Pertumbuhan dan perkembangan bayi yang baik dapat diketahui dari
kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan otak baik.
e. Mengurangi kejadian karies dentis, pemberian susu formula pada bayi
dengan menggunakan botol atau dot dapat meningkatkan terjadinya
insidensi karies dentis, jika dibandingkan dengan bayi yang
mendapatkan ASI. Selain itu dapat menyebabkan infeksi karena
transmisi mikroorganisme pathogen antara lain timbulnya otitis media,
thrush, diare dan infeksi saluran nafas.
f. Mengurangi kejadian maloklusi, penyebab maloklusi rahang yaitu
kebiasaan lidah untuk mendorong kedepan akibat menyusu dengan
botol atau dot.
8
Menurut IDAI (2010) dari berbagai penelitian didapatkan bukti yang
menunjukkan pemberian ASI jangka pendek atau jangka panjang
mempunyai manfaat diantaranya pencernaan yang lebih mudah, lebih
sedikit residu lambung dan kejadian muntah, menurunkan kejadian infeksi
seperti sepsis dan meningitis maupun enterokolitis nekrotikans. Selain itu
bayi akan terhindar dari malnutrisi baik kurang gizi maupun lebih gizi
(overweight), mempunyai kecerdasan lebih, mempunyai daya tahan yang
lebih baik terhadap penyakit.
4. Tahapan Perkembangan ASI
ASI berkembang secara bertahap, mulai dari ASI hari-hari pertama
(kolostrum), ASI transisi, hingga menjadi ASI matang atau matur.
a. Kolostrum
Kolostrum atau ASI keluar pada hari pertama sampai keempat
atau ketujuh setelah melahirkan, cairan kolostrum berwarna warna
kuning keemasan atau jingga, dimana terdapat kondungan gizi yang
tinggi didalammnya. Selain itu kolstrum dapat melindung bayi dari
infeksi penyakit, efek laksatif (pencahar) yang dapat membantu bayi
dalam mengeluarkan fases pertama (mekonium) dari sistem
pencernaan sehingga bayi terlindung dari penyakit kuning (jaundice).
Banyaknya kolostrum yang disekresikan setiap hari berkisar
antara 10-100 cc dengan rata-rata 300 cc. Kolostrum mengandung
sejumlah besar antibodi atau disebut immunoglobulin. Ada 3 macam
immunoglobulin yang terdapat dalam kolostrum yaitu igA, igG dan
igM. Diantara ketiga immunoglobulin tersebut igA mempunyai
konsentrasi tertinggi, dimana igA melindungi bayi dari serangan
kuman didaerah membran mukus tenggorokan, paru-paru, dan
melindungi sistem pencernaan. Selain itu antibodi yang terdapat
dalam kolostrum terdapat leukosit (sel darah putih) sekitar 70% yang
bertugas menghancurkan bakteri jahat dan virus.
9
b. ASI transisi
Menurut Monika (2014) sekita 4-6 hari kolostrum akan berubah
menjadi ASI transisi setelah kelahiran bayi. Selama proses transisi ini,
antibodi yanag terkandug dalam ASI akan menurun dam volume ASI
meningkat drastis. Produksi ASI transisi dipengaruhi oleh proses
persediaan versus permintaanya (supply vs demand). Oleh karenanya,
dengan menyusui lebih 7730 sering sekitar 8-12 kali/hari pada awal
kelahiran sangat penting. ASI transisi mengandung leukosit sekitar
10% dan lemak (untuk pertumbuhan, perkembangan otak, mengatur
kadar gula dara, nutrisi).
c. ASI matang atau matur
Setelah 10 hari ASI transisi kemudian berubah menjadi ASI
matang atau matur setelah kelahiran. ASI matang mengandung 10%
leukosit, natrium, potasium, protein, vitamin larut lemak, dan mineral.
5. Kandungan ASI
Menurut Jauhari (2018) secara umu ASI yang diberikan kepada bayi,
ASI mempunyai kandungan yang luar biasa. Kandungan yang terdapat
dalam ASI antara lain:
a. Lemak
Lemak yang terkandung dalam ASI memudahkan bayi untuk
mencerna dan menyerap, karena kandungan enzim yang berfungsi
dalam mencerna lemak. Lemak utama pada ASI adalah lemak ikatan
panjang (omega-3, omega-6, DHA dan asam arakhidonat), yaitu suatu
asam lemak esensial untuk menyelinisasi saraf penting dalam
pertumbuhan otak. Lemak dibutuhkan untuk membuat energi (kalori),
lemak yang terdapat dalam ASI mudah untuk dicerna dan nyaris tanpa
bahan sisa. Asam-asam lemak esensial berantai berantai panjang yang
terkandung dalam ASI terbukti berperan penting dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
10
b. Karbohidrat
Kandung utama pada ASI adalah Karbohidrat, dimana laktosa
(gula) mempunyai kandungannya sekitar 20-30% lebih banyak
dibandingkan dengan susu sapi. Laktosa dapat meningkatkan
penyerapan kalsium yang sangat penting dalam pertumbuhan tulang.
Selain itu laktosa juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri usus
baik yaitu lactobacillis bifidus, dimana hasil fermentasi laktosa adalah
asam laktat yang dapat memberikan keadaan asam dalam usus bayi
sehingga dapat membuat bakteri patogen terhambat pertumbuhannya.
c. Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan. Whey merupakan
protein utama ASI, dimana bayi dapat dengan mudah mencerna
sehingga tidak mengakibatkan gangguan intestinal. Protein yang
terkandung dalam ASI sekitar 60%.
d. Vitamin, mineral dan zat besi
ASI mengandung vitamin, mineral dan zat besi yang lengkap
dan mudah diserap oleh bayi
e. Immunoglobulin A (igA)
Peran ASI tidak hanya sebagai imunisasi aktif yang merangsang
pembentukan daya tahan tubuh bayi, tetapi berperan sebagai imunisasi
pasif, dimana usus bayi terlindungi pada minggu pertama
kehidupannya dari allergen.
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi ASI
Zat gizi Jumlah
Energi (kalori) 65
Protein (g) 1,1
Lemak (g) 3,5
Karbohidrat (g) 7,7
Kalsium (mg) 35,3
Phosfor (mg) 12,3
Zat besi (mg) 0
Vitamin A (RE) 70
Vitamin B (mg) 0,2
Vitamin C (mg) 2,7
Sumber : Jauhari (2018)
11
6. Tanda Bayi Minum Cukup ASI
Tanda bayi minum cukup ASI adalah pada minggu pertama,
penurunan berat badan bayi yaitu 5-10% dari berat lahir, kemudian pada
akhir minggu ke-2 berat badan akan kembali. Selanjutnya pertambahan
berat badan sesuai dengan kurva pertumbuhan. Buang air kecil pada hari
pertama 1 kali dan pada akhir minggu pertama dan seterusnya 5-6 kali.
Buang air besar 3-4 /hari setelah hari ke-4 dan seterusnya. Setiap kali selesai
menyusu, payudara terasa lunak dan bayi tampak puas.
Tabel 2. Tanda-Tanda Bayi Kecukupan Minum ASI
Tanda obyektif Bayi baru lahir Usia 1 bulan dan seterusnya
a. Usia 0-7 hari penurunan
berat badan tidak lebih
Berat badan dari 10% Sesuai kurva pertumbuhan
b. Usia 14 hari. Sama dengan
berat lahir
a. 1 hari
b. hari
Buang air kecil >6x/24 jam
c. hari
d. 6 hari dam seterusnya
Sumber : Handy (2015)
7. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Faktor yang mempengaruhi produksi ASI yaitu :
a. Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada produksi
ASI. Saat kehamilan usai aman untuk menyusui adalah 20-35 tahun,
karena mempunyai reproduksi yang baik serta mendukung dalam
proses pembentukan dan produksi ASI. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa ibu yang usianya lebih muda akan lebih banyak
memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu yang usianya tua.
b. Makanan, konsumsi makanan sangat berpengaruh pada produksi ASI,
dimana apabila makannan yang dikonsumsi ibu bergizi dan pola
makan teratur, maka akan lancar produksi ASI.
c. Ketenangan jiwa dan pikiran, agar produksi ASI ibu baik, makan
keadaan dan pikiran ibu harus dalam keadaan tenang. Ibu yang dalam
keadaan dan tertekan, tegang, sedih dan stres, akan menyebabkan
pelepasan adrenalin yang mengakibatkan vasokontriksi pembuluh
12
darah alveoli, sheingga terjadi hambatan atau bendungan pada
pengeluaran ASI akan menurunkan produksi volume ASI.
d. Penggunaan alat kontrasepsi, pada ibu menyusui penggunaan alat
kontrasepsi perlu di perhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI.
Contoh alat kontrasepsi yang dapat digunakan adalah kondom, IUD,
pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
e. Perawatan payudara dapat bermanfaat untuk merangsang payudara
mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
oksitosin.
f. Faktor fisiologi, ASI terbentuk karena pengaruh hormon prolaktin
yang menentukan produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu
g. Pola istirahat berpengaruh dalam produksi ASI, dimana jika kondisi
ibu lelah, kurang istirahat maka ASI dapat berkurang.
h. Paritas dimana keberhasilan dalam memberikan ASI turut dipengaruhi
oleh pengalaman ibu menyusui sebelumnya, karena ibu yang pertama
kali hamil memungkinkan tidak mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan ASI sehingga dapat mempengaruhi ibu dalam prduksi ASI.
Ibu primipara memerlukan informasi lebih banyak dan dukungan
untuk menyusui karena pengalaman pertamanya.
8. Refleks Pengeluaran ASI (Let Down Reflex/LDR)
Reflex let down merupakan reflek pengaliran atau pelepasan ASI. Para
ibu merasakan hal berbeda ketika refleks pengeluaran ASI terjadi, seperti :
payudara terasa geli atau kesemutan, payudara terasa tertekan yang kadang
disertai nyeri, payudara terasa penuh, ASI menetes dari payudara yang
dihisap bayi atau dipompa, haus dan kontraksi rahim pada hari pertama
pasca melahirkan. Ada juga ibu yang tidak merasakan kontraksi ini, dan hal
ini normal
Ibu menyusui akan mengalami reflex let down sekitar 30-60 menit
setelah bayi menyusu. Refleks let down sangat dipengaruhi oleh psikologis
ibu seperti memikirkan bayinya, mencium, melihat dan mendengarkan suara
bayi. Sedangkan reflex let down dapat terhambat disebabkan oleh faktor
13
stress, seperti keadaan bingung atau pikiran kacau, takut dan cemas. Faktor-
faktor ini diperkirakan dapat meningkatkan kadar epinefrin dan norepinefrin
yang selanjutnya akan menghambat transportasi oksitosin kedalam
payudara. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan
sakus alveolaris mammae yang teratur akan mempertahankan produksi
tersebut.
9. Hormon yang Mempengaruhi Produksi ASI
Penurunan produksi ASI disebabkan oleh kurangnya rangsangan
hormon oksitosin yang berperan dalam kelancaran ASI. Hormon oksitosin
dapat dirangsang dengan melalui pijatan pada sepanjang tulang belakang
sampai ke costae kelima dan keenam, dimana neurotransmitter akan
merangsang medula oblongata dan langsung mengirim pesan ke
hyphotalamus di hypofise posterior untuk mengeluarkan okstosin sehingga
terjadi kontraksi, dengan adanya kontraksi menyebabkan ASI keluar
kemudian mengalir kedalam saluran kecil payudara sehingga keluar ASI.
Upaya meningkatkan atau memperbanyak ASI dengan metode sugestif, pijat
endorphin dan pijat oksitosin (SPEOS). Tujuan dari metode ini adalah untuk
membantu ibu nifas (menyusui), memperlancar pengeluaran ASI dengan
cara stimulasi untuk merangsang hormone oksitosin sehingga selanjutnya
keberhasilan pemberian ASI eksklusif dapat tercapai (Monika, 2020).
2.1.2 Pijat Oksitosin
1. Pengertian Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin merupakan salah satu untuk meningkatkan produksi
ASI dengan cara merangsang atau pijatan melalui tulang belakang, dimana
hal tersebut akan menimbulkan efek tenang dan rileks, sehingga dengan
begitu hormon oksitosin keluar dan payudara akan mengeluarkan ASI
dengan cepat.
Pijat oksitosin merupakan pemijatan pada tulang costae ke lima dan ke
enam. Pijatan dilakukan sebagai suatu usaha untuk merangsang hormon
oksitosin setelah melahirkan. Selain itu pijat oksitosin juga bermanfaat
untuk memberikan kenyamanan, mengurangi bengkak, mengurangi
14
sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin dan
mempertahankan produksi ASI.
Menurut Rini dan Kumala (2016) pijat oksitosin merupakan pemijatan
yang dilakukan pada daerah tulang belakang leher, punggung atau
sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam.
Pijat oksitosin adalah sebuah tindakan yang dapat dilakukan oleh suami
pada ibu menyusui, berupa back massage pada daerah punggung agar
hormon oksitosi dapat keluar. Dengan memijar akan memberikan
kenyamanan pada ibu sehingga dapat memberikan kenyamanan pada bayi
yang menyusui.
Hormon oksitosin diproduksi bagian belakang kelenjar hiopfisis.
Hormon tersebut dihasilkan jika ujung saraf disekitar daerah payudara diberi
rangsangan berupa hisapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju
payudara yang akan merangsang kontraksi otot disekeliling alveoli (pabrik
ASI) dan memeras ASI untuk keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI
didalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan ibunya.
Oksitosin dibentuk lebih cepat jika dibandingkan dengan prolaktin. Keadaan
ini menyebabkan ASI dipayudara akan mengalir untuk dihisap (Handayani
dan Kameliawati, 2020).
2. Manfaat Pijat Oksitosin
Menurut Rahayu (2016) manfaat dari pijat oksitosin yaitu membantu
ibu secara psikologis, menenangkan, tidak stress, membangkitkan rasa
percaya diri, membantu ibu untuk berpikiran dan mempunyai perasaan baik
tentang bayinya, meningkatkan ASI, memperlancar ASI dan melepas lelah.
3. Langkah-Langkah Pijat Oksitosin
Langkah pijat oksitosin yaitu : Ibu duduk membungkuk dengan rileks,
meletakkan kedua tangan dikursi ataupun sandaran yang terletak
didepannya. Bebaskan punggung dari pakaiannya. Kedua ibu jari pemijat
dicelupkan kedalam baby oil. Mencari tulang yang paling menonjol pada
tenguk leher. Letakan posisi jari dari titik tonjolan tersebut. Kepal kedua
tangan dan ibu jari menghadap kearah atas atau depan, lakukan gerakan
15
melingkar kecil dengan kedua ibu jari dari leher kearah tulang belikat
selama 2-3 menit. Lakukan beberapa kali sampai ibu merasakan rileks
Setelah selesai memijat kompres pundak-punggung ibu dengan handuk
hangat. Setelah cek pengeluaran ASI dengan memencet atau memeras
payudara ibu.
4. Keadaan yang Mempengaruhi Produksi Hormon Oksitosin Berkurang
Menurut Nurlaila (2018) beberapa keadaan yang dapat mengurangi
produksi hormon oksitosin : rasa cemas, sedih, marah, kesal atau bingung.
Rasa cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk tubuhnya,
meninggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi dan rasa sakit terutama saat menyusui.
Menurut Lawrence (2011) dalam Rahayu (2016) saat ibu merasa puas,
bahagia, percaya diri dalam memberikan ASI pada bayinya, memikirkan
bayinya dengan penuh kasih sayang dan perasaan positif lainnya akan
membuat refleks oksitosin bekerja. Oksitosin akan mulai bekerja saat ibu
berharap bisa memberikan ASI kepada bayinya. Sebaliknya perasaan
negatif, kesakitan khawatir, ragu-ragu, kecewa dan stres dalam keadaan
darurat akan menghambat relkes oksitosin juga mengakibatkan pancaran
ASInya berhenti. Opiate dan endorphin B yang dilepaskan saat seseorang
dalam tekanan (stres) akan menghambat pelepasan oksitosin.
16
2.2 Penelitian yang Relevan
Tabel 3. Penelitian Relevan
No Nama Judul Metode Hasil penelitian
1 Mera Delima Pengaruh pijat Eksperimen quasi Dalam penelitian ini
(2016) oksitosin terhadap menunjukkan bahwa ada
peningkatan efek pijat oksitosin untuk
produksi asi meningkatkan produksi ASI
Ibu menyusui di ibu menyusui di Puskesmas
puskesmas plus Plus Mandiangin Bukittinggi
mandiangin 2016, dengan p-value
sebesar 0,000. Disimpulkan
bahwa ada efek pijat
oksitosin untuk
meningkatkan produksi susu
ibu menyusui di Puskesmas
Plus Mandiangin Bukittinggi
2016.
2 Tiur Wulan Pengaruh pijat Quasi eksperimen Hasil penelitian
Mayasari (2017) oksitosin terhadap menggunakan indikator
produksi asi ibu bahwa produksi ASI
menyusui meningkat baik pada hari ke
14, dengan hasil ada
pengaruh pijat oksitosin
terhadap produksi ASI di
Desa Merbuh Kecamatan
Singorojo Kabupaten
Kendal, dengan nilai p value
0.000<(0,05).
3 Dyah Ayu Aplikasi pijat Hasil penelitian
Wulandari (2019) oksitosin sebagai menunjukkan bahwa pijat
penatalaksanaan oksitosin berpengaruh untuk
kelncara ASI pada meningkatkan produksi ASI.
ibu menyusui di
bidan praktik
mandiri Kecamatan
Tembalang
4 Fitri Handayani Pelatihan pijat Quasi Hasil penelitian
dan Feri oksitosin untuk eksperiment menunjukkan terdapat
Kemaliawati meningkatkan perbedaan produksi ASI
(2020) produksi ASI pada pada ibu menyusui sebelum
ibu menyusui dan sesudah dilakukan pijat
oksitosin dengan nilai
p=0,001 (p<0,05),
5 Tutik Hidayati Penerapan metode Pra eksperimen Hasil penelitian diperoleh p-
(2019) massage endorphin valeu = 0,05 yang
dan oksitosin menunjukkan bahwa ada
terhadap pengaruh penerapan metode
peningkatan massage endorphin dan
produksi ASI pada oskitosin terhadap
ibu menyusui bayi peningkatan produksi ASI
0-6 bulan di Desa pada ibu menyusui bayi usia
Gading Kabupaten 0-6 bulan di Desa Gading
Probolinggi
17
6 Yusari Asih Pengaruh pijat Eksperimental Hasil Uji statistik
(2017) oksitosin terhadap menggunakan chi-square
produksi asi (x2) diperoleh p-value=
Pada ibu nifas 0,037 (p-value ≤0,05) yang
berarti ada pengaruh
signifikan antara pijat
oksitosin terhadap produksi
ASI pada ibu post partum di
BPM Lia Maria Sukarame
Bandar Lampung Tahun
2017.
7 Mariatul Kiftia Pengaruh terapi Quasi eksperimen Adanya perbedaan
(2014) pijat oksitosin dengan pre test signifikan nilai rata-rata
terhadap produksi and post test sebelum dan setelah
ASI pada ibu post without control dilakukan terapi pijat
partum group design oksitosin dengan nilai p-
value 0,001 < 0,05m/
8 Ika Nur Saputri Pengaruh pijat Pre-eksperiment Ada pengaruh yang
(2019) oksitosin terhadap signifikan terhadap produksi
produski ASI pada ASI sebelum dan sesudah
ibu postpartum dilakukan pijat oksitosin
pada ibu post partum dengan
nilai p-value 0,008 (p≤0,05)
9 Dewi Umbarsari Efektifitas Quasy Hasil penelitian
(2017) pengeluaran pijat Eksperiment menunjukkan bahwa ada
oksitosin terhadap pengaruh pijat oksitosin
pengeluaran ASI di terhadap rerata waktu
RSI Annisa Thaun pengeluaran ASI, dengan
2017 hasil uji T-tes independent
nilai p-value=0,006
10 Nnelly Indrasari Meningkatkan Quasi Hasil uji statistik didapat
(2019) kelancaran ASI eksperiment nilai p<0005, yang berarti
dengan metode dapat disimpukan ada
oksitosin pada ibu perbedaan rata-rata
post partum kelancaran ASI antara yang
diberikan perlakukan pijat
oksitosin dan breast care
18
2.3 Kerangka Berfikir
2.3.1 Kerangka Teori
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
20
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini diperoleh melalui proses identification
keyword, kemudian discreening berdasarkan tujuan dan ful text, sehingga jurnal
yang didapatkan berjumlah 16. Tetapi jurnal yang memenuhi syarat review atau
kriteria inklusi berjumlah 10 jurnal. Jadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 10
jurnal yang merupakan jurnal yang berkaitan dengan pengaruh pijat oksitosin
terhadap peningkatan ASI.
21
Proses pengumpulan literatur dapat digambarkan sebagai berikut:
Literatur yang
Inklusi memenuhi kriteria Included
inklusi: n=10
22
3.8 Tahap-Tahap Penelitian
1. Melakukan studi literatur
2. Melakukan pengumpulan literatur-literatur yang sesuai
3. Melakukan identifikasi, screening, kelayakan dan pemenuhan kriteria
inklusi serta ekslusi pada literatur yang dikumpulkan.
4. Melakukan analisa hasil-hasil penelitian sebelumnya
5. Melakukan penyusunan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan
atas kajian literatur
Adapun tahapan penelitian digambarkan sebagai berikut :
Studi Literatur
Pengumpulan data
Konseptualisasi
Analisa data
23
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Y. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas.
Jurnal Keperawatan. 13 (2), 209-214
Jauhari, I. 2018. Perlindungan Hak Anak Terhadap Pemberian Air Susu Ibu
(ASI). Yogyakarta : Deepublish
Monika, F. B. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta : PT Mizan Publikasi
24
Rennata. 2020. Motivasi Ala Mak Marmet Indonesia. Jakarta : PT Visimedia
Pustaka
Rini, S, dan Kumala, F. 2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidance Based
Practice. Yogyakarta : Deepublish
Saputi, I. N. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu
Post Partum. Jurnal Kebidanan Kestra (JKK). 2 (1), 68-73
25
Lampiran 1
PROSES SELEKSI LITERATUR
1. Google scholar
26
2. One search
27
28