Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

KEPERAWATAN GERONTIK

PENGARUH LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION) DALAM


MENGURANGI NYERI ARTRITIS REUMATOID PADA LANSIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTO TUO KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2020

LERY AFRIZAL
NIM : 1802155

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SYEDZA SAINTIKA PADANG
PENGARUH LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION) DALAM
MENGURANGI NYERI ARTRITIS REUMATOID PADA LANSIA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTO TUO KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2020

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


sarjana keperawatan

SKRIPSI

OLEH:
LERY AFRIZAL
NIM : 1802155

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


SYEDZA SAINTIKA PADANG
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA PADANG
Skripsi, Oktober 2020
LERY AFRIZAL

Efektifitas Latihan Rom (Range Of Motion) Terhadap Nyeri Pasien Artritis


Reumatoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci
Tahun 2020.

Viii + 60 Halaman + 5 Tabel + 13 Gambar + 3 Skema + 15 Lampiran


ABSTRAK
Artritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi kronis sistemik yang ditandai
dengan pembengkakan dan nyeri sendi, terjadinya kerusakan dan proliferasi
membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan
deformitas. ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektifitas latihan ROM terhadap penurunan skala nyeri pasien Artritis Reumatoid.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment dengan


pendekatan One Group Posttest Design. Penelitian dilakukan pada tanggal 9
Januari sampai 15 Januari 2020. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien
Artritis Reumatoid di wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci
Penuh. Sampel penelitian ini adalah 10 orang sampel yang diambil secara
Purposive Sampling dimana semua sampel dijadikan untuk perlakuan Range Of
Motion. Pengukuran skala nyeri klien dengan Numerik Rating Scale (0-10) lalu
dicatat sebelum dan sesudah pengukuran.

Hasil Penelitian ini dari 10 orang responden menunjukan bahwa ada


pengaruh latihan ROM terhadap penurunan skala nyeri Artritis Reumatoid dengan
nilai rata-rata sebelum latihan ROM adalah 4,00 (SD=1,491) dan nilai rata-rata
setelah latihan ROM adalah 1,50 (SD=1,434). Berdasarkan uji ststistik paired t-
test didapatkan p value 0.005 (<0,05).

Kesimpulan penelitian dinyatakan bahwa latihan ROM efektif dalam


menurunkan skala nyeri pada pasien Artritis Reumatoid. Diharapkan agar latihan
ROM dapat diterapkan sebagai terapi non-farmakologis di puskesmas dalam
menurunkan skala nyeri sehingga akan meningkatkan kemampuan pasien dalam
melakukan ativitas sehari-hari serta dapat mencegah nyeri yang berkelanjutan.

Kata Kunci : Range Of Motion (ROM). Nyeri Sendi, Artritis Reumatoid (RA)

Daftar Bacaan : 32 (2006-2018)


HEALTH FACULTY OF FORT DE KOCK UNIVERSITY BUKITTINGGI
BACHELOR OF NURSING PROGRAM
SCIENTIFIC PAPER, February 2020

LERY AFRIZAL

The Effectiveness of Rom (Range of Motion) Exercise to Reduces


Rheumatoid Arthritis Pain Patients in Koto Tuo Kerinci Community Health
Centers In 2020

Viii + 60 Pages + 5 Tables + 13 Pictures + 3 Schemes + 15 Appendices

ABSTRAC

Rheumatoid arthritis is a chronic systemic inflammatory disease it is


characterized by swelling and joint pain, damage and proliferation of the synovial
membrane. It may causes damage to the joints, ankylosis, and deformity. ROM is
a joint movement exercise that allows contractions and muscle movements. The
purpose of this study was to determine The Effectiveness of ROM (Range of
Motion) Exercises to Reduces Rheumatoid Arthritis Pain Patients in Tanah
Kampung Sungai Penuh Community Health Centers in 2019.

The type of this was Quasy Experiment with One Group Posttest Design
approach. It was conducted on January 9 to January 15, 2020. The population
were all patients with Rheumatoid Arthritis in Koto Tuo Community Health
Center Kerinci. By using purposive sampling, 10 samples taken. The were
collected from treatment of Range of Motion. The measurement of sample pain
was qnalyzed by Numeric Rating Scale (0-10) then recorded before and after
measurement.

The results of this study of 10 respondents indicated that there was an


influence of ROM exercise to decrease Rheumatoid Arthritis pain scale with
average value before ROM exercise was 4.00 (SD = 1.491) and the average value
after ROM exercise was 1.50 (SD = 1,434). Based on the paired t-test statistical
test, p value 0.005 (<0.05).

In Short, ROM exercise was effective in reducing pain scale in patients


with Rheumatoid Arthritis. It is hoped that ROM exercise as a non-
pharmacological therapy in Community Health Center to reduce pain scale and it
may improve patien’s ability to perform daily activities and prevent ongoing pain.

Keywords : Range of Motion (ROM). Joint Pain, Rheumatoid Arthritis (RA)


References: 32 (2006-2018)
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas

limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Latihan ROM (Range Of Motion)

Terhadap Nyeri Pasien Artritis Reumatoid pada Lansia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci Tahun 2020”. Shalawat beserta

salam semoga dapat tercurahkan atas junjungan Nabi Muhammad SAW, yang

telah membawa umatnya dari zaman jahilyah kepada zaman islamiyah yang kita

rasakan saat ini .

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan Program Studi Sarjana Keperawatan Stikes Syedza Saintika Kota

Padang. Dalam menyelesaikan skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan,

motivasi, arahan serta saran yang bersifat membangun sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.DR. H syamsul Amar, MS, Pembina Yayasan Pengembangan

Sumber Daya Manusia (YPSDM) Sumatra Barat

2. Bapak Drs. H Hasrinal, Amd.Kep, MM, Ketua Stikes Syedza Saintika

Padang

3. Ibu Ns. Weni Sartiwi, M.Kep. selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Stikes Syedza Saintika Padang sekaligus sebagai pembimbing I yang telah

banyak membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Proposal ini.


4. Ibu Ns. Veolina Irman, M.Kep selaku pembimbing II, yang juga telah banyak

membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Proposal ini.

5. Ibuk Lusia Widarini, SKM sebagai Kepala Puskesmas Koto Tuo yang telah

banyak membantu dan memberikan izin pengambilan data awal penelitian.

6. Kepada dewan penguji yang telah membantu dalam penyelesaian proposal

ini.

7. Bapak/Ibuk Dosen beserta Staf Stikes Syedza Saintika Kota Padang yang

telah memberikan banyak ilmu dan masukan serta arahan selama proses

perkuliahan.

8. Ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang,

mendidik, membimbing, mendo’akan dan memotivasi penulis selama

menempuh pendidikan di Stikes Syedza Saintika Padang sehingga dapat

menyelesaikan proposal ini.

9. Terima kasih buat teman-teman yang setia menemani, juga telah banyak

membantu dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada Skripsi ini.

Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang

bersifat membangun diri semua pihak demi kesempurnaan Skripsi ini.

Padang, Oktober 2020

Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
ABSTRAK (Bahasa Inggris)
ABSTRAK (Bahasa Indonesia)
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
E. Ruang Lingkup .................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Medis Artritis Reumatoid ..................................................... 8
1. Anatomi ...................................................................................... 8
2. Definisi ....................................................................................... 13
3. Etiologi ....................................................................................... 15
4. Patofisiologi ................................................................................ 16
5. Manifestasi Klinis ....................................................................... 17
6. Komplikasi ................................................................................. 18
7. Pemeriksaan Diagnostik ............................................................. 19
8. Penatalaksanaan Medis ............................................................... 21
B. Konsep Nyeri ..................................................................................... 22
1. Definisi ....................................................................................... 22
2. Penyebab Nyeri .......................................................................... 22
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri ................................. 23
4. Klasifikasi Nyeri ......................................................................... 23
5. Pengkajian Nyeri ........................................................................ 24
6. Pengukuran Intensitas nyeri ....................................................... 25
C. Konsep ROM (Range Of Motion) ..................................................... 28
1. Definisi ROM ............................................................................ 28
2. Jenis Mobilisasi .......................................................................... 28
3. Manfaat Mobilisasi ..................................................................... 29
4. Faktor Yang Mempengaruhi ROM ............................................ 29
5. Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Mobilisasi .......................... 29
6. Gerakan ROM ............................................................................ 30
7. Prosedur Pelaksanaan ROM ....................................................... 31
D. Kerangka Teori .................................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ............................................................................... 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 40
C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 42
E. Langkah-Langkah Penelitian ............................................................. 43
F. Persiapan Alat .................................................................................... 43
G. Prosedur Pelaksanaan ........................................................................ 44
H. Pengolahan Data ................................................................................ 44
I. Etika Peneliian ................................................................................... 45
J. Analisa Data ...................................................................................... 46
K. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 47
L. Kerangka Konsep .............................................................................. 47
M. Definisi Operasional .......................................................................... 48
N. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Lokasi Penelitian............................................................... 48
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 49
1. Analisa Univariat ......................................................................... 49
2. Analisa Bivariat ........................................................................... 50

BAB V PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat ............................................................................... 52
B. Analisa Bivariat ................................................................................. 55

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 58
B. Saran .................................................................................................. 59

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman


3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 38
4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................... 40
5.1 Diketahui Skala Nyeri Sebelum Diberi Latihan ROM ........................ 49
5.2 Diketahui Skala Nyeri Setelah Diberi Latihan ROM .......................... 49
5.3 Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Setelah Diberi Latihan ROM
(Range Of Motion) Pada Pasien Artritis Reumatoid ........................... 50
DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


2.1 Anatomi Arhtritis Reumatoid .............................................................. 6
2.2 Pengukuran Intensitas Nyeri ............................................................... 25
2.3 Gerakan ROM Latihan Leher .............................................................. 31
2.4 Gerakan ROM Latihan Bahu................................................................ 32
2.5 Gerakan ROM Latihan Siku ................................................................ 32
2.6 Gerakan ROM Latihan Lengan bawah ................................................ 32
2.7 Gerakan ROM Latihan Pergelangan tangan ........................................ 33
2.8 Gerakan ROM Latihan Jari-jari tangan ............................................... 34
2.9 Gerakan ROM Latihan Pinggul ........................................................... 34
2.10 Gerakan ROM Latihan Lutut ............................................................... 34
2.11 Gerakan ROM Latihan Mata Kaki ...................................................... 35
2.12 Gerakan ROM Latihan Kaki ................................................................ 35
2.13 Gerakan ROM Latihan Jari-jari kaki ................................................... 36
DAFTAR SKEMA

No. Skema Halaman


2.1 Pengukuran Intensitas Nyeri ................................................................ 26
2.2 Kerangka Teori .................................................................................... 36
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 37
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : SOP Latihan ROM


Lampiran II : Permohonan Menjadi Responden
Lampiran III : Informed Consent
Lampiran IV : Lembar Observasi
Lampiran V : Analisa Data
Lampiran VI : Lembar Permohonan Izin Penelitian Stikes Syedza Saintika
Lampiran VII : Lembar Izin Penelitian Puskesmas
Lampiran VIII : Lembar Telah Melakukan Penelitian Puskesmas
Lampiran IX : Lembar Izin Penelitian Dinas Kesehatan
Lampiran X : Lembar Izin Penelitian Kesbangkpol
Lampiran XI : Validasi Data Penelitian
Lampiran XII : Persetujuan Etik
Lampiran XIII : Surat Pernyataan Keabsahan Dokumen
Lampiran XIV : Lembar Konsul Pembimbing I
Lampiran XV : Lembar Konsul Pembimbing II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua

orang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun dan dapat terjadi berbagai

kemunduran pada organ tubuh. Pada periode ini kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri ataupun mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

akan perlahan-lahan menurun. Menurut (Fauziah,2013) masalah lansia

sebenarnya merupakan mekanisme evolusi kehidupan alam, dimana akan

terjadi regenasi kehidupan. Permasalahan yang sering terjadi pada lansia

biasanya disebabkan proses penuaan, satu diantaranya adalah kurangnya

gerakan pada daerah persendian/aktivitas tubuh (Chairil, 2017).

Artritis reumatoid (RA) merupakan penyakit yang menyerang sendi

dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang sering

diserang biasanya persendian pada jari, lutut, pinggul, dan tulang punggung.

Keadaan ini biasanya sebagai akibat aktivitas yang berlebihan atau trauma

berulang yang dialami sendi sehingga terjadi pada tulang rawan (kartilago)

sendi yang menjadi bantal bagi tulang. Akibatnya, akan terasa nyeri apabila

sendi digerakkan. Persendian yang jarang terserang adalah pergelangan

tangan dan kaki, siku, serta bahu (Siregar, 2016).

Penyebab artritis reumatoid belum diketahui secara pasti, namun

faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi) dan

faktor metabolik dan infeksi virus. Dengan manifestasi klinisnya seperti sakit
pada persendian disertai kaku dan gerakan terbatas, serta sistemik seperti

mudah capek, lemah, lesu, demam (Wibowo, 2017).

Nyeri pada penderita arhtritis reumatoid yang sering terjadi pada

lansia adalah terdapatnya pembengkakan pada persendian serta terasa panas

pada persendian dan penderita arhtritis reumatoid akan mengalami kelesuan,

anoreksia, serta demam. Nyeri pada penyakit arhtritis reumatoid terutama

disebabkan oleh adanya inflamasi yang mengakibatkan dilepasnya mediator-

mediator kimiawi, kinin dan mediator kimiawi lainya dapat merangsang

timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan

memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan stimulus

(Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut penelitian (Syamsulhuda, 2016) dengan judul pengaruh

latihan ROM aktif terhadap penurunan nyeri klien arhtritis rheumatoid Di

Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan, Dari penelitian syamsul huda

mendapat hasil dari pemberian latihan rom aktif terhadap pasien arhtritis

reumatoid yaitu adanya perbedaan sebelum dan sesudah diberikan latihan

ROM aktif, dari 20 pasien yang digunakan sebagai sampel terdapat perubahan

setelah diberikan nya latihan ROM pada pasien arhtritis reumatoid dari skala

nyeri sedang ke skala nyeri ringan.

Menurut World Health Organisation ( WHO) pada tahun 2019

prevalensi penderita arthritis reumatoid di seluruh dunia sekitar 0,3-1% pada

wanita di dunia dan terjadi di negara berkembang. WHO juga memperkirakan

75% populasi lansia di dunia tahun 2025 berada di negara berkembang seperti
indonesia (Antoni, 2019). Berdasarkan prevalesi nyeri artritis reumatoid di

indonesia mencapai 25,4% hingga 36,2%. Berdasarkan Riset Kesehatan

Dasar (2018), menunjukan bahwa kecenderungan prevalensi artritis

reumatoid di indonesia tahun 2013-2017 pada usia lansia terdapat 30,3% pada

tahun 2013, dan mengalami penurunan pada tahun 2017 yaitu menjadi 24,7%.

Pada tahun 2018 jumlah artritis reumatoid adalah sebanyak 23,8% (Suhadi,

2018).

Di provinsi Jambi penyakit arhtritis reumatoid termasuk 10 penyakit

terbanyak, pada tahun 2016 penderita arthritis reumatoid sebanyak 2.034

orang (11,22%), pada tahun 2017 penderita arhtritis reumatoid sebanyak

3.234 orang (9,34%) Dan pada tahun 2018 penderita arhtritis reumatoid

sebanyak 5.391 orang (13,00%), pada tahun 2019 penderita arhtritis

reumatoid sebanyak 5.500 orang (15,00%). ( Riskesdas).

Peneliti melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas koto tuo

dikarenakan puskesmas koto tuo termasuk 5 besar puskesmas yang memiliki

penderita arhtritis reumatoid terbanyak yang pertama ada puskesmas Tamiai,

dikuti puskesmas siulak gedang, serta dikuti puskesmas koto tuo. dan

didaerah koto tuo memiliki banyak penderita arhtritis reumatoid terutama

pada pasien lansia yang sering mengeluh nyeri dan tidak tau bagaimana cara

mengurangi nyeri tersebut, sehingga mempermudah peneliti untuk

mengambil sebagai sampel penelitiannya, Survei data dipuskesmas Koto Tuo

didapatkan bahwa penyakit arhtritis reumatoid merupakan 10 penyakit

terbesar yang ada dipuskesmas tersebut, penyakit arhtritis reumatoid pada

tahun 2017 berjumlah 430 orang berada di urutan kedua, di tahun 2018
penderita arthritis reumatoid adalah 325 orang, di tahun 2019 pasien artritis

reumatoid meningkat menjadi 549 orang dan di tahun 2020 pada bulan

Januari-Maret adalah 161 orang.

Dampak dari artritis reumatoid tidaklah hanya menimbulkan

gangguan kenyamanan, tetapi dapat pula mengancam jiwa penderitanya, dan

masalah yang disebabkan oleh penyakit artritis reumatoid tidak hanya berupa

keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari

seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan

tidur tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas dan dapat menimbulkan

kegagalan organ bahkan kematian (Wibowo, 2017). Setelah nyeri sendi

terjadi pada pasien arhtritis reumatoid selanjutnya pasien akan mengalami

kelesuan, anoreksia, serta penurunan berat badan dan pasien juga mengalami

demam, selain itu pasien juga akan merasakan pembengkakan pada bagian

persendian dan juga merasa panas dibagian persendian (Winda Anggraini,

2016).

Perawatan rheumatoid arthritis yang dapat dilakukan adalah satu

diantaranya latihan Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan

untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan

massa otot dan tonus otot. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan

bergerak dimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup (Chairil, 2017).

Menurut penelitian (Afandi, 2018) yang berjudul hubungan ROM

aktif dengan kekuatan otot pada lansia penderita Arhtritis reumatoid

dipuskesmas mulyorejo tahun 2018. mengatakan bahwa latihan ROM (Range


Of Motion) dapat digunakan sebagai terapi non farmakologis dalam

menurunkan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid.

Marlina (2015) yang berjudul pengaruh latihan ROM dalam mengurangi

nyeri arhtritis reumatoid diwilayah kerja puskesmas cilegon tahun 2015 juga

mengatakan bahwa latihan lutut efektif menurunkan intensitas nyeri pada

pasien artritis reumatoid, latihan lutut dilakukan dua kali sehari selama empat

minggu.

Pemberian latihan rentang gerak dapat menyebabkan rileks sehingga

akan mengaktifkan sistem limbik dalam tubuh bertujuan untuk memproduksi

hormon endorfin dilepaskan untuk memblok transmisi stimulasi nyeri.

Stimulasi nyeri kutaneus seperti latihan rentang gerak mengaktifkan transmisi

serabut A-beta yang lebih besar dan lebih cepat, impuls ini akan menghambat

impuls dari serabut berdiameter kecil sehingga sensasi atau nyeri yang

dibawa oleh serabut kecil akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke

otak. (Jane & Thom, 2011) mengatakan latihan gerak pada klien RA dapat

membantu klien dalam meningkatkan fungsi tubuh dan memudahkan dalam

melaksanakan aktivitas sehari-hari (Antoni, 2018).

Rentang gerak merupakan pergerakan maksimal yang dapat dilakukan

oleh sendi. Rentang gerak seseorang dapat diukur dengan melihat kondisi

sendi meliputi kekuatan sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak dan

pergerakan yang tidak sama. Rentang pergerakan sendi berbeda-beda antar

individu dan ditentukan oleh susunan genetik, pola perkembangan, penyakit,

jumlah aktivitas fisik normal yang dilakukan (Uda, 2016).


Survey awal yang peneliti lakukan dengan mewawancari 10 orang

pasien artritis reumatoid yang berkunjung ke Wilayah Kerja Puskesmas Koto

Tuo, diketahui bahwa 9 dari 10 orang pasien artritis reumatoid pada tanggal

15 juni 2020 mengatakan sering memiliki keluhan nyeri pada sendi skala

nyeri yang dirasakan oleh pasien tersebut berkisar pada skala 4-6 atau skala

nyeri sedang, pada skala nyeri ini pasien mengalami pembengkakan pada

persendian dan terasa panas pada bagian persendian, upaya klien pada saat

klien mengalami nyeri klien mencoba mengurangi nyeri dengan cara memberi

kompres panas pada bagian yang terasa nyeri, Didapatkan hasil wawancara

dengan penanggung jawab program bahwa lansia sangat rentan sekali terkena

penyakit arhritis reumatoid, umumnya pasien yang mengalami artritis

reumatoid di Puskesmas Koto Tuo yaitu lansia yang berumur >40 tahunfaktor

penyebabnya adalah karena lansia memiliki sistem imun yang rendah dan

mudah diserang penyakit, dan pasien mengeluh bahwa sendi nya merasakan

nyeri yang masih bisa di tahan dan sering timbul tiba-tiba, perawat juga

mengatakan penanganan nyeri pada pasien arhtritis reumatoid hanya

menganjurkan kompres air hangat juga berupa terapi farmakologi, sedangkan

untuk teknik latihan ROM belum ada yang melakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui

bagaimana “Efektifitas Latihan ROM (Range Of Motion) terhadap nyeri

pasien arthiritis reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo tahun

2020” ?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu melihat Pengaruh Latihan ROM (Range Of Montio)

terhadap nyeri pasien arthritis reumatoid pada lansia di Wilayah kerja

Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui skala nyeri pasien Artritis Reumatoid pada lansia sebelum

diberi latihan ROM di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo

Kabupaten Kerinci Tahun 2020.

b. Diketahui skala nyeri pasien Artritis Reumatoid pada lansia setelah

diberi latihan ROM di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo

Kabupaten Kerinci Tahun 2020.

c. Diketahui Efektifitas Latihan ROM (Range Of Motion) Terhadap

Nyeri Pasien Artritis Reumatoid pada lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan informasi dan masukan bagi Puskesmas Koto Tuo

dan instansi lainya dalam mengarahkan kebijaksanaan tentang asuhan

keperawatan pada Pasien dengan arthritis reumatoid.

2. Bagi Institusi

Sebagai bahan bacaan dan masukan yang dapat menambah ilmu

pengetahuan bagi Mahasiswa StikesSyedzaSaintika dalam penerapan

konseo-konsep teori yang diberikan dalam praktek asuhan keperawatan


terutama pada rekan-rekan mahasiswa dalam melaksanakan tindakan

langsung pada pasien dengan Penerapan Latihan ROM (Range Of Motion).

3. Bagi Peneliti

Akan menambah wawasan dari konsep tentang arthritis reumatoid,

hasil penelitian ininjuga dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka

meningkatkan standar mutu pelayanan dan penerapannya dalam fakta di

lapangan itu sendiri. Sebagai bahan masukan dan menambah wawasan bagi

penulis lain yang akan meneliti arthritis reumatoid di masa yang akan

datang.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah untuk mengetahui Efektivitas

Latihan ROM (Range Of Motion) terhadap pasien artritis reumatoid. Penelitian

ini rencana dilakukan pada bulan September di Wilayah Kerja Puskesmas Koto

Tuo Tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia dengan

artritis reumatoid yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo. Sampel

yang diambil pada penelitian ini adalah 10 orang sampel yang memenuhi

kriteria inklusi dengan teknik pengambilan sampel Purposive Sampling. Jenis

penelitian ini menggunakan rancangan desain Quasi Eksperiment

Designdengan rancangan One Grup Pretest-Posttes Design dengan tujuan

untuk mengetahui efektifitas latihan ROM (Range Of Motion) terhadap nyeri

pasien artritis reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo. Analisa data

yang digunakan ini yaitu analisa univariat dan bivariat dengan wawancara dan

observasi langsung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis Arthritis Reumatoid

1. Anatomi dan Fisiologi

Pada sendi sinovial terdapat ruang antara permukaan tulang, yang

memunkinkan pergerakan satu tulang dengan tulang lainnya. Cairan

sinovial yang ada dalam sendi sinovial menyediakan nutrisi untuk

kartilago artikularis dan pelumas untuk permukaan sendi. Sepanjang

kehidupan, sendi sinovial rentan terhadap kerusakan dan robekan akibat

stres yang dialami. Kerusakan dan robekan biasanya terlihat dalam

kartilago diujung salah satu tulang dimana ujung tulang yang lain

bergesekan, ketika hal ini terjadi dapat menyebabkan proses inflamasi,

yang dapat menimbulkan nyeri dan hilang pergerakan (Nair & Peate,

2015).

Gambar 2.1
Struktur Dasar Sendi Sinovial
(Sumber :Nair & Peate 2015)
a. Definisi Sendi

Sendi adalah tempat dimana dua tulang atau lebih membentuk

persendian, sendi memungkinkan fleksibilitas dan gerakan rangka serta

memfasilitasi pelekatan di antara tulang (Syaifuddin, 2011).

b. Bentuk Sendi

1) Sendi Fibrosa (Sinartrodial)

Tulang yang membentuk sendi ini terhubung dengan materi

fibrosa yang keras, susunan sendi seperti ini menyebabkan tidak ada

pergerakan, misalnya sendi antara tengkorak.

Sendi Fibrosa terdiri dari dua bagian yaitu:

a) Sutura, atau sendi yang berada di antara tulang-tulang tengkorak.

b) Sindesmosis, sendi yang terdiri dari suatu membran interoseous

atau suatu ligamen diantara tulang.

2) Sendi Kartilaginosa (Amfiartrodial)

Merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak. Bagian ujung

sendi ini terbungkus oleh tulang rawan hialin, dan dikosong oleh

ligamen. Ada dua jenis sendi kartilaginosa :

a) Sinkondrosis, yakni sendi-sendi yang seluruh persendiannya

diliputi oleh tulang rawan hialin. Contohnya sendi-sendi

kostokontdral.

b) Simfisis, yaitu sendi yang tulan-tulangnya memiliki satu

hubungan fibrokartilago antara tulang selapis tipis rawan hialin

yang menyelimuti permukaan sendi. Contohnya adalah simfisis

pubis dan sendi-sendi pada tulang punggung.


3) Sendi Sinovial (Diartrodial)

Merupakan sendi yang dapat digerakan dengan bebas. Sendi

ini memiliki rongga sendi dan permukaannya dilapisi rawan hialin.

Rongga sendi mengandung cairan sinovial, yang memberi nutrisi pada

tulang rawan sendi yang tidak mengandung pembuluh darah.

Keseluruhan sendi dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi

membran sinovial. Membran sinovial tersebut melapisi seluruh

interior sendi, kecuali ujung-ujung tulang meniscus, dan diskus.

Tulang-tulang sendi sinovial juga dihubungkan oleh jumlah ligamen.

Meskipun terbatas, sejumlah gerakan selalu bisa dihasilkan pada sendi

sinovial, misalnya gerakan luncur antara sendi-sendi metacarpal.

Sendi sinovial disusun oleh bagian – bagian berikut ini :

1) Kartilago hialin yang meliputi ujung tulang pada sendi, kartilago

ini memiliki permukaan yang halus dengan demikian mengurangi

gesekan diantara kedua permukaan tulang, kartilago tidak memiliki

suplai darah dan mendapat makanan dari cairan sinovial.

2) Ligamen kapsular atau kapsul yang dikekelilingi dan dibungkus

oleh jaringan fibrosa yang mengikat tulang bersama – sama dan

dengan dmikian memungkinkan tulang bergerak bebas, tetapi

cukup kuat untuk melindungi dari cedera.

3) Membran sinovial yang melapisi permukaan ligamen kapsula dan

terdiri atas sel epitelium.

4) Cairan sinovial merupakan cairan seperti putih telur, kental, dan

bening yang disekresi oleh membran sinovial ke rongga sinovial,


cairan ini berfungsi untuk memberikan nutrien bagi struktur

didalam rongga sendi, menyingkirkan mikroba dan sisa sel

(mengandung fagosit), bekerja sebagai lubrikan, mempertahankan

stabilitas sendi, dan mencegah ujung tulang agar tidak terpisah

(Ross & Wilson, 2011).

Menurut (Maryana, 2016) ada beberapa jenis sendi

sinovial, yaitu:

1) Sendi peluru, yaitu sendi yang memungkinkan gerakan bebas

penuh. Misalnya persendian panggul dan bahu.

2) Sendi engsel, yaitu sendi yang memungkinkan gerakan melipat

hanya satu arah. Contohnya siku dan lutut.

3) Sendi pelana dua sumbu, sendi yang memungkinkan gerakan

pada dua bidang yang saling tegak lurus. Contohnya sendi pada

dasar ibu jari.

4) Sendi pivot, yaitu sendi yang memungkinkan rotasi untuk

melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.

Contohnya adalah sendi antara radius dan ulna.

5) Sendi peluncur, yaitu sendi yang memungkinkan gerakan

terbatas ke semua arah. Misalnya sendi-sendi tulang karpalia di

pergelangan tangan.

Menurut Ross & Wilson (2011) sendi sinovial utama

ekstremitas utama dibagi menjadi dua, sendi ekstramitas atas dan

ekstramitas bawah :
1) Sendi Ekstramitas Atas

a) Sendi Bahu

Sendi yang tergolong sendi lesung ini merupakan sendi yang

paling bergerak bebas, gerakan nya meliputi: fleksi (membawa

lengan kehadapan dada), ekstensi (meluruskan), aduksi

(merapatkan lengan kesisi tubuh), abduksi (menjauh lengan

dari tubuh), rotasi interna, rotasi eksterna, dan sirkumduksi.

b) Sendi Siku/ Engsel

Dibentuk oleh troklea dan kapitulum humerus, serta simpul

troklea ulna dan kepala radius, struktur ekstra kapsulnya terdiri

atas ligamen anterior, posterior, medial, dan lateral, sendi siku

merupakan sendi engsel.

c) Sendi Radio – Ulnar Proksimal dan Distal

Sendi proksimal radio – ulnar merupakan sendi putar yang

dibentuk oleh rim kepala radius yang beroritasi pada teknik

radius dan ulna.

d) Sendi Pergelangan Tangan

sendi ini merupakan sendi kondiloid antara ujung distal dan

radius dan ujung proksimal skafoid, lunate, dan triquetral.

e) Sendi Tangan dan Jari

Sendi ini merupakan sendi sinovial antara tulang karpal dan

metakarpal, antara metakarpal dan palang, serta antar falang.


2) Sendi Ekstramitas Bawah

a) Sendi Lutut

Sendi lutut merupakan sendi engsel yang dibentuk oleh

kondil femur, kondil tibia, dan permukaan posterior patela,

sendi ini merupakan sendi terbesar dan seringkali mengalami

cedera, sendi ini memiliki meniskus, sendi siku dan lutut

dibungkus oleh ligamen kapsula.

b) Sendi Kaki dan Ibu Jari Kaki

Sendi ini merupakan sendi antara tarsal, antara tarsal dan

metatarsal, antara metatarsal dan falang proksimal, dan antara

falang.

c. Gerakan Sendi

Sendi bergerak dalam berbagai cara yaitu : Fleksi, dorso fleksi,

plantar fleksi, enstensi, hiperekstensi, abduksi, aduksi, rotasi, pronasi,

supinasi, sirkumduksi, inversi, eversi, protraksi, retraksi, elevasi, dan

depresi.

2. Defenisi

Reumatoid Arthritis (RA) adalah gangguan kronis imflamasi

sistemik yang dapat mempengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi

terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi. Proses ini melibatkan suatu

respon inflamsi dari kapsul sekitas sendi (sinovial) sekunder

pembengkakan (hiperplasia) sel sinovial, cairan sinovial berlebih, dan

pengembangan jaringan fibrosa (pannus) di sinovium. Patologi dari proses


penyakit sering menyebabkan penghancuran tulang rawan artikular dan

ankilosis (fusi) dari sendi (Suiraoka, 2015).

Reumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik

kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristikan RA adalah

terjadinya kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan

kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. Mekanisme

imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan timbulnya

penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, arthritis reumatoid adalah

gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini

adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus

yang diperantarai oleh imunitas (Lukman & Ningsih, 2011).

Artritis reumatoid dapat menyebabkan nyeri karena terjadi reaksi

autoimun dalam jaringan sinovial (cairan sinovial berfungsi sebagai

pelumas yang memungkinkan sendi bergerak secara bebas dalam arah)

kemudian membran sinovial berpoliferasi sehingga terbentuk pannus,

kemudian pannus menghancurkan tulang rawan sehingga terjadilah erosi

tulang sehingga permukaan sendi hilang dan mengganggu gerak sendi dan

otot turut terkena dampak erosi. Sehingga otot kehilangan elastisitasnya

(otot menjadi kaku) kemudian leukotriene dan prostaglandin memecahkan

kolagen, pelepasan enzim-enzim dalam sendi menimbulkan edema dan

pelepasan mediator nyeri sehingga timbul rasa nyeri (Kristanti, 2018).

Dampak artritis terhadap kehidupan lansia adalah gabungan antara

perubahan jangkauan gerak dan stabilitas sendi dengan tingkat nyeri yang

dirasakan. Artritis tidak dapat disembuhkan, tetapi obat yang tersedia


dapat menurunkan rasa nyeri dan pembengkakan, sehingga menigkatkan

jankauan sendi. Tujuan intervensi keperawatan adalah pada pembentukan

rasa nyaman, kemampuan fungsional, dan keamanan. Penting juga

melakukan edukasi tentang teknik perawatan diri, perlindungan diri, serta

latihan fleksibilitas dan kekakuan (Potter & Pery, 2006).

3. Etiologi

Menurut Nurarif (2015) etiologi dari arhtritis reumatoid adalah

sebagai berikut :

a. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus

b. Endokrin : Sistem kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon

yang tersikulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi

organ organ lain.

c. Autoimun : Kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari

dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya yang membuat respon

kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya sendiri.

d. Metabolic : Faktor resiko untuk mengalami penyakit yang serius

e. Factor genetik serta faktor pemicu lingkungan

Pada saat ini, reumatoid atritis diduga disebabkan oleh factor

autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II;

faktor infeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma

atau group difterioid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang

rawan sendi penderita.


4. Patofisologi

Menurut Priscilla (2015) patofisiologi arhtritis reumatoid adalah

sebagai berikut :

Dipercaya bahwa pajanan terhadap antigen yang tidak

teridentifikasi (mis, virus) menyebabkan respons imun menyimpang pada

pejamu yang rentang secara genetik. sebagai akibat nya, antibody normal

(imunoglobulin) menjadi autoantibody dan menyerang jaringan pejamu,

antibody yang berubah ini,biasa nya terdapat pada orang yang mengalami

RA, disebut faktor reumatoid, antibody yang dihasilkan sendiri berikatan

dengan antigen target mereka dalam darah dan membran sinovial,

membentuk komplek imun.

Leukosit tertarik ke membran sinovial dari sirkulasi, tempat

neutrofil dan makrofaq mengingesti kompleks imun dan melepaskan

enzim yang mendegradasi jaringan sinovial dan kartilago artikular,

aktivasi limfosit B dan T menyebabkan peningkatan produksi faktor

reumatoid dan dan enzim yang meningkatkan dan melanjutkan proses

inflamasi .

Membran sinovial rusak akibat proses inflamasi dan imun,

membran sinovial membengkak akibat infiltrasi leukosit dan menebal

karena sel berproliferasi dan membesar secara abnormal. Protaqlandin

memicu vasolidatasi, dan sel sinovial dan jaringan menjadi hiperaktif,

pembuluh darah baru tumbuh untuk menyokong hiperplasia sinovial,

membentuk jaringan granulasi vaskuler disebut pannus .


Kerusakan sendi yang terjadi pada RA merupakan hasil dari

minimal tiga proses :

a. Pannus inflamsi menyebar untuk menutupi kartilago sendi dan

menghasilkan enzim seperti kolagen dan protease lain yang memicu

kerusakan jaringan .

b. Sitokin, khususnya interleukin 1 (IL-1) dan faktor nekrosis tumor alfa

(TNF- alpa),mengaktivasi kondrosit untuk menyerang kartilago sendi .

c. Sitokin ini, bersama dengan IL-6, juga mengaktivasi osteoklas,

menyebabkan resorpsi dan demineralisasi tulang yang menyertai .

Konflek imun yang bersirkulasi dan sitokin IL-1, TNF, dan IL-6

terhitung untuk gambaran sistemik RA, termasuk malaise, keletihan,

dan vaskulitis.

5. Manifestasi Klinis

Menurut Lukman & Ningsih (2011) manifestasi klinis arhtritis reumatoid

adalah sebagai berikut:

a. Rasa nyeri dari pembengkakan sendi, panas, eritema dan gangguan

fungsi pada sendi

b. Kaku sendi dipagi hari berlangsung lebih dari 30 menit

c. Deformitas tangan dan kaki

d. Nafsu makan berkurang dan penurunan berat badan

e. Keadaan mudah lelah

f. Anemia

g. Pembesaran kelenja
6. Komplikasi

Komplikasi penyakit dapat mempersingkat hidup beberapa tahun

pada beberapa individu, meskipun rheumatoid arthritis itu sendiri tidak

fatal. Secara umum, rheumatoid arthritis bersifat progresif dan tidak dapat

disembuhkan, tetapi pada beberapa pasien penyakit ini secara bertahap

menjadi kurang agresif dan gejala bahkan dapat meningkat. Jika terjadi

kerusakan tulang dan ligament serta perubahan bentuk, maka efeknya akan

permanen. Efek ini meliputi:

a. Anemia

Anemia pada penderita rheumatoid arthritis dapat disebabkan oleh

adanya peradangan kronis yang terjadi atau efek samping dari

penggunaan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS) jangka

panjang seperti pendarahan internal atau tukak lambung.

b. Infeksi

Pasien dengan rheumatoid arthritis memiliki resiko lebih besar untuk

infeksi. Obat imunosupresif akan lebih meningkatkan resiko.

c. Masalah Gastro Intestinal

Pasien dengan rheumatoid arthritis mungkin mengalami gangguan

perut dan usus, kanker perut dan kolorektal dalam tingkat yang rendah

telah dilaporkan pada pasien rheumatoid arthritis.

d. Osteoporosis

Kondisi ini lebih umum dari pada rata-rata pada wanita post

menopause dengan rheumatoid arthritis, pinggul yang sangat

terpengaruh. Resiko osteoporosis tampaknya lebih tinggi dari pada


rata-rata pada pria dengan rheumatoid arthritis yang lebih tua dari 60

tahun.

e. Penyakit Paru-Paru

Sebuah studi kecil menemukan prevalensi tinggi peradangan paru dan

fibrosis pada pasien yang baru didiagnosis rheumatoid arthritis,

namun temuan ini dapat dikaitkan dengan merokok.

f. Penyakit Jantung

Rheumatoid arthritis dapat mempengaruhi pembuluh darah dan

meningkatkan resiko penyakit jantung iskemik koroner.

g. Sindrom Felty

Kondisi ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfa, jumlah sel

darah putih rendah dan infeksi bakteri berulang. Ini mungkin

merespon Disease Modifying Antirheumatic Drugs (DMARDS).

h. Limfoma dan Kanker Lainnya

Rheumatoid arthritis terkait perubahan sistem kekebalan tubuh

mungkin memainkan peran. Pengobatan yang agresif untuk

rheumatoid arthritis dapat membantu mencegah kanker tersebut

(Shiel, 2011).

7. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Doengoes (2012) pemeriksaan diagnostik arhtritis

reumatoid adalah sebagai berikut :

a. Faktor reumatoid : positif pada 80% - 95% kasus.

b. Fiksasi lateks : positif pada 75% dari kasus – kasus khas.


c. Reaksi – reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50% kasus – kasus

khas.

d. LED : umumnya meningkat pesat (80 – 100 mm/h ),mungkin kembali

normal sewaktu gejala – gejala meningkat.

e. Protein C- reaktif : positif selama eksaserbasi

f. SDP : meningkat pada timbul eksaserbasi.

g. JDL : umunya menunjukan anemia sedang

h. Ig ( IgM dan IgG ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun

sebagai penyebab AR.

i. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukan pembengkakan pada

jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang

berdekatan (perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista

tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio, perubahan

osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.

j. Scan radionuklida : Identifikasi peradangan sinovium.

k. Atroskopi langsung : Visualisasi dari area yang menunjukan

iregularitas/degenerasi tulang pada sendi.

l. Aspirasi cairan sinovial : Mungkin menunjukan volume yang lebih

besar dari normal ;buram. Berkabut, munculnya warna kuning (respon

inflamasi, perdarahan, produk – produk pembuangan degeneratif)

;elevasi SDP dan leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3

dan C4 ).

m. Biopsi membran sinovial :menunjukan perubahan inflamasi dan

perkembangan panas.
8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Menurut (Digiulio, 2014) penatalaksanaan medis dan keperawatan

arthritis reumatoid adalah sebagai berikut:

Mengurangi sakit dan inflamsi adalah tujuan pengobatan, dibarengi

dengan membatasi gerak sendi. Tindakan dibagi menjadi Non-

farmakologis dan Farmakologis.

a. Memberikan medikasi antiradang non steroid (NSAID) untuk

mengurangi inflamasi dan sakit :

1) Ibuprofen : Untuk meredakan nyeri ringan

2) Indomethacin : Obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri ringan

sedang

3) Flurbiprofen : Obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri dan

peradangan

4) Naproxen : Obat ini juga untuk mengurangi nyeri ringan dan berat

5) Sulindac : Untuk mengurangi nyeri

6) Diflunisal : Obat ini digunakan untuk mengatasi nyeri

b. Memberikan disiase – Modifying Antirheumatologi Agents

(DMARDS) :

3. Methotrexate adalah antimetabolik

4. TNF 1- tumor necrosis factor meningkatkan limfosit dan leukosit

yang ditemukan didalam cairan sendi

5. Etenercept : Untuk perawatan radang sendi

6. Infliximab : Obat yang digunakan untuk menangani berbagai jenis

arhtritis
7. Adalimumab : Digunakan untuk pencegahan penyakit arhtritis

c. Memberikan kortikosteroid :

1) Prednisone : Digunakan untuk mengurangi peradangan dan inflamasi

2) Magnesium hidroksida

3) Aluminium hidroksida

d. Terapi tubuh dan occupational therapy untuk mempertahankan ADL

dan independensi.

e. Terapi panas dan dingin untuk menghilangkan rasa sakit,efek anti

radang, untuk membantu otot- otot dan sendi

f. Gips untuk menjaga sendi pada tempat nya yang paling sering

digunakan

g. Latihan untuk mempertahankan fleksibilitas rentang gerak (ROM)

B. Konsep Nyeri Arhtritis Reumatoid

1. Nyeri Pada Arhtritis Reumatoid

Nyeri pada penderita arhtritis reumatoid adalah gejala yang sering terjadi

pada lansia. Nyeri pada penyakit arhtritis reumatoid terutama disebabkan

oleh adanya inflamasi yang mengakibatkan dilepasnya mediator-mediator

kimiawi, kinin dan mediator kimiawi lainya dapat merangsang timbulnya

rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam meningkatkan dan

memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan

stimulus (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Defenisi
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman dan sangat individual yang

tidak dapat dirasakan atau dibagi dengan orang lain, setiap individu akan

merasakan reaksi persepsi yang berbeda, nyeri menyangkut dua aspek

yaitu psikologis dan fisiologis yang keduanya dipengaruhi faktor – faktor

seperti budaya, usia, lingkungan, dan sistem pendukung, pengalaman masa

lalu, kecemasan (Nair & Peat, 2015).

3. Penyebab Nyeri

Penyebab nyeri pada lansia adalah:

a. Kondisi akut (kanker dan prosedur operasi)

b. Kondisi kronis (trauma, infeksi, dan neoropati)

4. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah :

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Budaya

d. Diet

e. Aktivitas fisik

f. Stress

(Potter & Perry, 2006)


5. Klasifikasi Nyeri

Menurut (Nair & Peate, 2015) klasifikasi nyeri yaitu :

a. Nyeri Transien

Nyeri transien adalah individu yang terluka, walaupun mungkin

merasa terganggu sesaat, akan menganggap nyeri tidak mempunyai

pengaruh dan tidak mencari bantuan medis. contohnya akibat jari kaki

tersandung atau jari yang terluka.

b. Nyeri Akut

Nyeri akut terkait dengan awitan tiba-tiba yang parah. Tetapi tidak

seperti nyeri transien, nyeri berlansung lama dan terus-menerus sampai

penyembuhan berlangsung. Nyeri akut sangat hebat dan dapat menjadi

pengalaman yang tidak tertahankan. Sebagai respon area pada otak

berusaha untuk memulihkan homeostatis dengan memulai respon

otonom. Talamus, hipotalamus, dan formasi retikular. Contohnya,

meningkatkan diaforesis, takikardia, hipertensi,dan takipnea sebagai

respon terhadap nyeri akut.

c. Nyeri Kronis

Nyeri kronik adalah digunakan untuk mendeskripsikan nyeri yang

berlanjut meskipun penyembuhan telah usai. Meskipun nyeri mungkin

tetap hebat seperti nyeri akut, terdapat sedikit atau tidak ada respons

otonom. Nyeri akut adalah gejala cedera atau kondisi medis terkait.

Sebaliknya, nyeri kronik timbul sesudah cedera atau penyakit telah


pulih. Untuk alasan ini, nyeri kronik sering kali dianggap sebagai suatu

sindrom-kondisi medis tanpa penyebab lain.

6. Pengkajian Nyeri

Setiap pengkajian nyeri juga harus menyertakan :

a. Lokasi nyeri : dimana nyeri berasal, apakah nyeri menyebar ke tempat

lain?

b. Durasi nyeri : Berapa lama pasien mengalami nyeri?

c. Awitan : Kapan nyeri mulai dirasakan dan apakah yang sedang

dilakukan pasien saat itu?

d. Frekuensi : Seberapa sering nyeri terjadi?

e. Intensitas : Seberapa menyakitkan nyeri tersebut, apakah level nyeri

berubah?

f. Faktor yang menggagu : Apakah yang membuat nyeri memburuk?

g. Faktor yang meredakan : Apakah yang membuat nyeri berkurang?

h. Gejala lain : Apakah pasien merasa pusing, mual, berkeringat, atau

sesak nafas?

i. Pola tidur : Apakah nyeri membuat pasien terjaga?

(Nair & Peat, 2015)

Tujuan manajemen keperawatan pada nyeri yang dialami adalah

maksimalisasi fungsi dan kualitas hidup (Potter & Perry, 2016: 344).

7. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parahnya

nyeri yang dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat


subjektif dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan

sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda, pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri, namun pengukuran dengan

teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu

sendiri (Tamsuri, 2007).

Penilaian skala nyeri adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesakitan/ nyeri yang sedang diderita oleh seseorang

yang mana hasilnya dapat membantu kita dalam membedakan tingkat

beratnya suatu penyakit sehingga dapat membantu menegakkan diagnosis

yang akurat, skala wajah (Wong – Baker Faces Rating Scale), penilaian

nyeri menggunakan Wong – Baker sangatlah mudah namun perlu kejelian

dalam menilai pada saat memperhatikan ekspresi wajah karena penilaian

menggunakan skala ini dilakukan dengan hanya melihat ekpresi wajah

dan dengan menyebutkan angka bisa dilakukan penderita pada saat

bertatap muka.
a. Skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS)

Skema 2.1
Pengukuran intensitas nyeri

(Noorhidayah, 2018)
Menurut (Afnuhazi, 2018) skala nyeri artritis reumatoid di berikan

kode sebagai berikut :

2) Tidak nyeri (0)

3) Nyeri ringan (1-3)

4) Nyeri sedang (4-6)

5) Nyeri berat (7-9)

6) Nyeri sangat berat (10)

Skala nyeri menurut penilaian Numerical Rating Scale yaitu:

a) 0 : Tidak ada nyeri

b) 1-3 : Nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi

dengan baik

c) 4-6 : Nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyerigai,

dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya,

dapat mengikuti perintah dengan baik.

d) 7-9 : Nyeri berat, secara objektig pasien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tetapi masih dapat menunjukan lokasi

nyeri , tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang

dan distraksi.
e) 10 : Nyeri sangat berat, pasien tidak mampu lagi berkomunikasi,

dan memukul.

Kemampuan mengatasi pada nyeri meningkat sesuai dengan

bertambahnya umur, bertambahnya umur seseorang akan bertambah pula

pengetahuan pada nyeri dan cara dalam memeriksa keluhan jika nyeri

telah patologis dan menyebabkan penurunan fungsi. Penanganan kasus

lansia perlu adanya perhatian lebih mengingat lansia tetap merupakan

individu yang memiliki hak untuk diobati baik psiko-sosial maupun

spiritual sehingga proses perawatan berjalan optimal. Jika nyeri tidak

teratasi akan menyebabkan bahaya diluar rasa tidak nyaman yang di

akibatkannya dan setiap individu memiliki cara yang berbeda dalam

mempersepsikan serta terdapat pula perbedaan dalam batasan-batasan

koping nyeri. Rasa lelah akan mengakibatkan rasa nyeri semakin sering

dan mengurangi koping seseorang. Jika mengalami lelah dan insomnia,

rasa nyeri akan semakin berat (Hannan, 2016).

Karakteristik nyeri berdasarkan kualitas sebagian besar yaitu

hilang-timbul (dipukul-pukul), dan karakteristik lokasi setengahnya yaitu

satu persendian. Menurut potter & Perry (2006) nyeri dapat

mengakibatkan berbagai respon, yaitu efek fisik, perilaku dan pengaruh

pada aktivitas sehari-hari. Kemudian, terjadi peningkatan respon stress

yang terdiri dari percepatan metabolisme, curah jantung, penurunan respon

insulin, bertambahnya pengeluaran kortisol serta penurunan cairan.

Respon stress juga dapat meningkatkan resiko pasien terhadap

gangguan fisiologis. Karakteristik nyeri berdasarkan waktu nyeri


menunjukan sebagian besar yaitu 1 kali/hari (10-15 menit). Rasa sakit

pada persendian di pagi hari dapat disebabkan karena kekakuan sendi

sebelum beraktivitas, biasanya nyeri sendi akan menurun di siang hari

setelah aktivitas. Nyeri sendi berhubungan dengan kadar kortisol yang

terendah pada pagi hari (Hannan, 2016).

C. Konsep ROM (Range Of Motion)

Judul : Efektifitas latihan ROM (Range Of Motion) terhadap nyeri pasien

rematik di wilayah kerja Puskesmas Koto Tuo Tahun 2020.

1. Defenisi ROM

Menurut (Lukman & Ningsih, 2011) Rom (Range Of Motion)

adalah kemampuan maksimal seseorang dalam melakukan gerakan.

Melakukan ruang gerak atau batas-batas gerakan dari kontraksi otot dalam

melakukan gerakan, apakah otot memendek secara penuh atau tidak, atau

memanjang secara penuh atau tidak.

Latihan rentang gerak (ROM), dapat mencegah terjadinya

kontraktur, atropi otot, meningkatkan peredaran darah ke ekstremitas,

mengurangi kelumpuhan vaskular, dan memberikan kenyamanan pada

klien. Perawat harus mempersiapkan, membantu, dan mengajarkan klien

untuk latihan rentang gerak yang meliputi semua sendi.

2. Jenis Mobilisasi

Jenis mobilasi atau latihan rentang gerak terbagi menjadi dua, yaitu

: ROM aktif dan ROM pasif. ROM aktif adalah kemampuan klien dalam
melakukan pergerakan secara mandiri, sedangkan ROM pasif adalah

pergerakan yang dilakukan dengan bantuan orang lain, perawat atau alat

bantu (Lukman & Ningsih, 2011).

3. Manfaat Mobilisasi

a. Gerakan tubuh yang teratur dapat meningkatkan kesegaran tubuh

b. Memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh, mengontrol berat badan,

mengurangi ketegangan, dan meningkatkan relaksasi

c. Menjaga kebugaran (fitnes) dari tubuh

d. Merangsang peredaran darah dan kelenturan otot

e. Menurunkan stres seperti hipertensi, kelebihan BB, kepala pusing,

kelelahan, dan depresi

f. Merangsang pertumbuhan pada anak-anak.

4. Faktor Yang Mempengaruhi ROM

Faktor-faktor yang mempengauhi ROM adalah sebagai berikut :

a. Pertumbuhan pada masa anak-anak

b. Sakit

c. Fraktur

d. Jenis Kelamin

e. Trauma

f. Kelemahan

g. Kecacatan

h. Usia, dan lain-lain.

5. Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Mobilisasi


Lingkungan dan klien perlu diperhatikan sebelum melakukan

mobilisasi. Lingkungan harus dapat menjaga keamanan dan kenyamanan

klien selama melakukan latihan, sedangkan yang menjadi perhatian

terhadap klien adalah latihan yang dilakukan harus sesuai dengan

kemampuan klien dan harus memperhatikan kesungguhan seperti tingkat

konsentrasi klien dalam melakukan latihan (Lukman & Ningsih, 2011).

6. Gerakan ROM

Gerakan ROM (Rom Of Motion) bisa dilakukan pada leher,

ekstremitas atas, dan ekstremitas bawah. Latihan rentang gerak pada leher,

meliputi gerakan fleksi, ekstensi, rotasi lateral, dan fleksi lateral. Menurut

Reeves (2001) rentang gerak (ROM) standar untuk ekstremitas atas dan

ekstremitas bawah, adalah sebagai berikut:

a. Ekstremitas Atas

1. Bahu : Adduksi, abduksi, fleksi, ekstensi, dan hiperekstensi

2. Siku : Fleksi dan ekstensi

3. Lengan depan : Pronasi dan supinasi

4. Pergelangan tangan : Fleksi pergelangan, fleksi radialis, fleksi

ulnaris, hiperekstensi pergelangan.

5. Ibu jari : Fleksi, ekstensi, dan oposisi, (ibu jari berhadapan

dengan jari kelingking)

6. Jari-jari : Abduksi, adduksi, fleksi, dan ekstensi

b. Ekstremitas Bawah

1) Kaki : Fleksi, ekstensi, hipeekstensi, adduksi, abduksi, rotasi

internal
2) Lutut : Fleksi dan ekstensi

3) Pergelangan kaki : Dorso fleksi, dan plantar fleksi

4) Telapak kaki : Supinasi, dan pronasi

(Lukman & Ningsih, 2011)

7. Prosedur Pelaksanaan ROM :

a. Leher

Fleksi 45◦ gerakan dagu menempel ke dada

Ekstensi 45◦ kembali ke posisi tegak (kepala tegak)

Hiperekstensi 10◦ menggerakan kepala ke arah belakang

Rotasi 180◦ memutar kepala sebanyak 4 kali putaran

Fleksi lateral kanan 40-45◦ dan fleksi lateral kiri 40-45◦ memiringkan

kepala menuju kedua bahu kiridan kanan.

Gambar 2.3
(Latihan Leher)
b. Bahu

Fleksi 180◦ menaikan lengan ke atas sejajar dengan kepala

Ekstensi 180◦ mengembalikan lengan ke posisi semula

Hiperekstensi 45-60◦ menggerakan tangan ke belakang

Abduksi 180◦ lengan dalam keadaan lurus sejajar bahu lalu gerakan

kearah kepala.

Aduksi 360◦ lengan kembali ke posisi tubuh


Rotasi internal 90◦ tangan lurus sejajar bahu lalu gerakan dari bagian

siku ke arah kepala secara berulang.

Rotasi ekternal 90◦ dan kearah bawah secara berulang

Gambar 2.4
(Latihan Bahu)

c. Siku

Fleksi 150◦ menggerakan daerah siku mendekati lengan atas

Ekstensi 150◦ dan luruskan kembali

Gambar 2.5
(Latihan Siku)

d. Lengan bawah

Supinasi 70-90◦ menggerakan tangan dengan telapak tangan diatas

Pronasi 70-90◦ menggerakan tangan dengan telapak tangan dibawah


Gambar 2.6
(Latihan Lengan bawah)
e. Pergelangan tangan

Fleksi 80-90◦ menggerakan pergelangan tangan kerah bawah

Ekstensi 80-90◦ menggerakan tangan kembali lurus

Hiperekstensi 80-90◦ menggerakan tangan kearah atas

Gambar 2.7
(Latihan Pergelangan tangan)

f. Jari-jari tangan

Fleksi 90◦ tangan menggenggam

Ekstensi 90◦ membuka genggaman

Hiperekstensi 30-60◦ menggerakan jari-jari kearah atas

Abduksi 30◦ meregangkan jari-jari tangan

Aduksi 30◦ merapatkan kembali jari-jari tangan dan ibu jari

Fleksi 90◦ mengenggam

Ekstensi 90◦ membuka genggaman

Abduksi 90◦ menjauhkan /meregangkan ibu jari

Aduksi 30◦ mendekatkan kembali ibu jari


Oposisi mendekatkan ibu jari ke telapak tangan

Gambar 2.8
(Latihan Jari-jari tangan)
g. Pinggul

Fleksi 90-120◦ menggerakan tungkai atas

Ekstensi 90-120◦ meluruskan tungkai

Hiperekstensi 30-50◦ menggerakan tungkai ke belakang

Abduksi 30-50◦ merapatkan tungkai kembali ke tubuh

Rotasi internal 90◦ memutar rungkai kearah dalam

Rotasi eksternal90◦ memutar rungkai kearah luar

Gambar 2.9
(Latihan Pinggul)

h. Lutut

Fleksi 120-130◦ menggerakan lutut kerah belakang

Ektensi 120-130◦ menggerakan lutut kembali ke posisi semula lurus


Gambar 2.10
(Latihan Lutut)
i. Mata kaki

Dorso fleksi 20-30◦ menggerakan telapak kaki kearah atas

Plantas fleksi 20-30◦ menggerakan telapak kaki kearah bawah

Gambar 2.11
(Latihan Mata Kaki)

j. Kaki

Inversi / supinasi 10◦ memutar / menggerakan telapak kakik earah

samping.

Eversi / pronasi 10◦ memutar/ mengarahkan kaki kearah samping luar

Gambar 2.12
(Latihan Kaki)

k. Jari-jari kaki
Fleksi 30-60◦ menekuk jari-jari kaki kearah bawah

Ekstensi 30-60◦ meluruskan kembali jar-jari kaki

Abduksi 15◦ meregangkan jari-jari kaki

Aduksi 15◦ merapatkan kembali jari-jari kaki

Gambar 2.13
(Latihan Jari-jari kaki)

(Muqsith & Tarwoto, 2018)

Dari penelitian yang dilakukan oleh E.L.Dinanti yang berjudul

pengaruh latihan Rom terhadap penurunan nyeri dengan Arhtritis

reumatoid di rsud tugurejo semarang tahun 2015 mengatakan bahwa

bahwa pemberian latihan rom dilakukan sebanyak 1 kali sehari

sebanyak 8 kali hitungan selama 7 hari, selanjutnya melakukan

observasi akhir denagn mengukur skala nyeri klien.


D. Kerangka Teori

Lansia

1. Ringan Faktor
2. Sedang Artritis Reumatoid predisposisi:
3. Berat
4. Sangat berat
1. Usia
Nyeri 2. Jenis kelamin
3. Budaya
4. Diet
5. Aktivitas fisik
Terapi farmakologi Terapi non

1. Pasif Latihan ROM (Range Of


2. Aktif Motion)

Skema 2.2 Kerangka Teori


Kerangka konseptual pengaruh Latihan ROM (Range Of Motion)
Terhadap Nyeri Pasien Artritis Reumatoid
Keterangan:
: Diteliti

: Tidak diteliti

Sumber : (Afandi, 2018), (Chairil, 2017), (Potter & Perry, 2006),


(Afnuhazi, 2018), (Ningsih, 2011).
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Quasy Experiment design dengan

rancangan one group posttest design (Notoatmodjo, 2012). Desain penelitian

yang melakukan observasi (pengukuran) sebelum dan setelah diberikan

perlakuan pada dua kelompok (dilakukan latihan ROM (Range Of Motion)

pada pada pasien Artritis Reumatoid) sebelum dan setelah diberikan latihan

ROM.

Rancangan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Rancangan Penelitian

Pretest Perlakuan Posttest


01 X 02

Keterangan :

C. : Mengidentifikasi nyeri sebelum dilakukan perlakuan (Pretest)

X : Latihan ROM (Range Of Motion)

02 : Mengidentifikasi nyeri setelah dilakukan perlakuan (Posttest)


B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Pengambilan data awal pada bulan Juli, dan penelitian dilakukan pada

tanggal 8 sampai tanggal 15 bulan September di Wilayah Kerja Puskesmas

Koto Tuo Tahun 2020.

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian

ini adalah semua pasien artritis rheumatoid yang berkunjung di

Puskesmas Koto Tuo Tahun 2020 pada bulan maret ada berjumlah 75

pasien dengan arhtritis reumatoid (Sugiyono, 2011).

2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau keseluruhan dari populasi yang akan

diteliti. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

cara Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel sesuai dengan

kriteria inklusi. Alasan mengambil Purposive Sampling karena

pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu

seperti sifat-sifat, populasi, ataupun ciri-ciri yang sudah diketahui

sebelumnya. Sampel yang diambil dari penelitian sebanyak 10 orang

sampel yang diambil secara Purposive Sampling dimana 10 sampel


dijadikan untuk perlakuan latihan ROM (Range Of Motion) atau

intervensi. (Notoadmodjo. 2012).

Kriteria inklusi

1) Berdasarkan dari status pasien benar memiliki penyakit artritis

rheumatoid

2) Menurut WHO (world heald organisation) pasien berumur 50-59

tahun, lansia usia pertengahan (Midle Age).

3) Pasien dengan skala nyeri sedang, dan skala ringan

4) Mengalami nyeri akibat Artritis Reumatoid tanpa mengalami

penyakit gangguan sendi lainya : asam urat, osteoporosis, dan lain-

lain.

5) Bersedia menjadi responden

Kriteria ekslusi

1) Pasien yang memiliki penyakit lebih dari satu.

D. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi

dari institusi tempat penelitian yang dalam penelitian ini adalah di Wilayah

Kerja Puskesmas Koto Tuo. Kemudian setelah mendapat etika penelitian

sebagai berikut :

1. lembar persetujuan menjadi responden ( Informed Concent )


Lembar persetujuan ini diberikan padaresponden yang akan diteliti

memenuhi kriteria sebagai responden, bila responden menolak maka

peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. tanpa nama ( Anonymity )

Peneliti tidak menentukan nama responden pada lembar alat ukur,

tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data berupa

angka sesuai dengan jumlah responden.

3. kerahasiaan (Confidentiality)

Penulis menjamin kerahasian dan hasil peneliti baik informasi

maupun masalah-masalah lainya, semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tersebut yang akan dilaporkan pada hasil riset (Nursalam, 2008).

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Notoatmodjo, (2012), teknik pengumpulan data terbagi menjadi 2

yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau yang yang dikumpulkan

langsung pada sumbernya yaitu di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo

dengan melihat efektifitas nyeri pasien artritis reumatoid setelah di beri

latihan ROM (Range Of Motion).Peneliti mengambil surat izin penelitian

dari kampus Stikes Syedza Saintika, setelah itu Peneliti terlebih dahulu

mengajukan izin pengambilan data penelitian kepada Puskesmas Koto Tuo.

Setelah mendapat persetujuan, selanjutnya peneliti melakukan pengambilan


data di Poliklinik lansia Puskesmas Koto Tuo. Setelah peneliti

mendapatkan data dari poliklinik lansia Puskesmas Koto Tuo peneliti

langsung menyiapkan inform consentuntuk diberikan kepada pasien yang

akan digunakan sebagai sampel pada penelitian. Adapun prosedur

penelitian yaitu :

a. Mengambil surat izin penelitian dari kampus

b. Meminta izin kepada Kepala Ruangan Puskesmas Koto Tuo.

c. Melakukan peengambilan data di poliklinik Puskesmas Koto Tuo

d. Data didapatkan dengan cara wawancara dan observasi

e. Menyiapkan inform consentuntuk dibagikan kepada pasien yang

digunakan sebagai sampel penelitian.

f. Peneliti memberikan latihan ROM 1 kali dalam sehari

g. Peneliti melakukan penelitiannya selama 1 minggu

h. Peneliti akan mengajar klien cara mengontrol rasa nyeri klien arhtritis

reumatoid dengan cara mengajarkan latihan ROM pada klien tersebut

dan setelah peneliti mengajarkan cara latihan ROM pada klien,

selanjutnya peneliti melakukan pengukuran skala nyeri pada klien

tersebut.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder digunakan untuk melengkapi data

primer yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas dan Dinas

Kesehatan terkait angka kejadian artritis reumatoid.

F. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan data (Editing)

Pemeriksaan data dilakukan dengan memeriksa lembar observasi

responden yang meliputi nama (Inisial), usia dan skala nyeri sebelum dan

setelah diberikan latihan ROM terhadap nyeri pasien artritis reumatoid di

wilayah kerja Puskesmas Koto Tuo, kemudian diperiksa kelengkapan

lembar observasi. Editing data dilakukan agar seluruh data dapat diolah

dengan baik.

2. Pengkodean data (Coding)

Setelah semua data diedit, selanjutnya dilakukan pengkodean/coding

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan

lembar observasi, untuk mengetahui inisial responden, usia dan skala

nyeri posttest pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

3. Pemasukan data (Entry)

Setelah data di lembar observasi dimasukan kedalam master tabel

berdasarkan variabel penelitian. Langkah selanjutnya penelitian

memasukan data nama responden (Inisial), usia dan skala nyeri posttest

pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta melihat perubahan

rata-rata pengaruh efektifitas latihan ROM terhadap nyeri pasien astritis

reumatoid ke dalam master tabel.

4. Pembersihan data ( Cleaning)

Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden

dimasukkan, masing-masing item variabel perlu dicek kembali untuk


melihat kemungkinan adanya kesalahan, ketidaklengkapan dan

sebagainya kemudian dilakukan koreksi. Sebelum pengolahan data

dilakukan, penelitian memeriksa kembali data yang sudah dimasukan dan

apakah semua data sudah besar.

5. Mentabulasi Data (Tabulating)

Setelah semua lembar observasi diisi dengan benar, maka dilakukan

pemindahan data kedalam master tabel, kemudian dikelompokkan sesuai

dengan variabel yang akan diteliti dengan menggunakan tabel distribusi,

serta data ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel univariat dan

bivariat.

G. Analisa Data

Penelitian ini menggunakan analisa:

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk melihat

gambaran masing-masing variabel yang disajikan dalam bentuk numerik.

Untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median, modus,

minimal dan standar deviasi (Notoatmodjo, 2005).

f
P= × 100 %
n

Keterangan :

P : Persentase yang dicari

F : Frekuensi responden untuk setiap pertanyaan


N : Jumlah responden

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat mempunyai tujuan untuk menganalisa hubungan

dua variabel, yaitu antara variabel independen dan dependen. Analisa

bivariat akan menguraikan efektifitas mean variabel nilai rata-rata nyeri

pada pasien artritis reumatoid sebelum dan setelah diberikan latihan

ROM. Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistic t-

dependent analisa tersebut untuk mengetahui pengaruh efektifitas latihan

ROM terhadap nyeri pasien artritis reumatoid sebelum dan setelah

intervensi. Uji statistic untuk seluruh analisa tersebut dengan tingkat

keamanan 95% (alpha 0,05), dimana jika nilai p<0,05 maka secara

statistic tersebut bermakna dan jika nilai p>0,05 maka hasil hitungan

disebut tidak bermakna.

H. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam peneliian ini bertujuan untuk melihat pengaruh

latihan ROM (Range Of Motion) terhadap nyeri pasien artritis reumatoid

yang di gambarkan sebagai berikut :

Pre test Intervensi Post test


Skala nyeri sebelum Latihan ROM Skala nyeri setelah
dilakukan latihan ROM (Range Of dilakukan latihan ROM
(Range Of Motion) Motion) (Range OfMotion)

Skema 3.1
Pengaruh Latihan ROM (Range Of Motion) Terhadap Nyeri Pasien
Artritis Reumatoid

I. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada Pengaruh Latihan ROM (Range Of Motion) Terhadap Nyeri Pasien

Artritis Reumatoid pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo

Kabupaten Kerinci Tahun 2020.

J. Definisi Operasional

Menurut Hidayat (2008) definisi operasional adalah mendefinisikan

variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara

cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Adapun definisi operasional nya

yaitu :

Tabel 3.1
Definisi Operasional Pengaruh Latihan ROM (Range Of Motion) Terhadap Nyeri
Pasien Artritis Reumatoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo Kabupaten
Kerinci Tahun 2020

Definisi Alat Cara Hasil Skala


No Variabel
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
1 Dependen: Perasaan tidak
Nyeri nyaman yg di
rasakan setiap
individu Skala
dengan Nyeri Skala
persepsi yg Numerik Wawancara Nyeri Rasio
berbeda, Rating 0-10
menyangkut Skale
dua aspek
psikologis dan
fisiologis.
2 Independen: Pemberian SOP Observasi Dilakukan Nominal
ROM (Range latihan rentang
Of Motion) gerak (ROM)
dapat
mencegah
terjadinya ROM
Aktif
kontraktur,
Dengan
atropi otot, Frekuensi
meningkatkan 1×
peredaran gerakan 8
darah ke kali
ekstremitas, hitungan,
(8
mengurangi
hitungan
kelumpuhan × 2 set)
vaskular, dan
memberikan
kenyamanan
pada klien.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Koto Tuo merupakan salah satu puskesmas tipe C yang

ada di Kabupaten Kerinci, yang terletak di wilayah kerja Kabupaten Kerinci

Provinsi Jambi. Kota Sungai Penuh memiliki luas keseluruhan 39.150 ha,

59,2 % atau 23.177,6 ha merupakan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat,

sedangkan sekitar 40,8% atau 15.972,4 ha baru merupakan daerah efektif

perkotaan. Suhu harian Kota Sungai Penuh antara 17,2 °C – 29,3 °C dengan

kelembaban udara berada pada 39 %. Wilayah kota ini memiliki topografi

berbukit-bukit, berada pada kawasan Bukit Barisan dan hutan tropis dengan

ketingian 650 – 1200 M di atas permukaan laut. Puskesmas Koto Tuo

berbatasan dengan:

1. Sebelah Utara : Kec.Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh

2. Sebelah Selatan : Kec.Sitinjau Laut, Kab.Kerinci

3. Sebelah Timur : Kec.Air Hangat Timur, Kab.Kerinci

4. Sebelah Barat : Kec.Kumun Debai & Kec.Pondok Tinggi

Penelitian ini dilakukan terhadap 10 oang sampel yang dilakukan

latihan ROM terhadap skala nyeri pasien Artritis Reumatoid.


B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa variabel

independen yaitu latihan ROM dan variabel dependennya yaitu skala nyeri

pasien yang dinilai adalah pre dan post latihan ROM.

a. Diketahui Skala Nyeri Sebelum Diberi Latihan ROM

Tabel 5.1
Diketahui Skala Nyeri Sebelum Diberi Latihan ROM (Range Of
Motion) pada Pasien Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci
Tahun 2020

Variabel Mean SD Min Max N


Skala Nyeri
Sebelum 4,00 1,491 2 5 10
Latihan ROM

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat dari 10 orang responden

yang dilakukan penelitian didapatkan rerata skala nyeri sebelum diberi

latihan ROM yaitu 4,00 dengan standar deviasi 1,491. Skala nyeri

terendah adalah 2 dan yang tertinggi adalah 5.

b. Diketahui Skala Nyeri Setelah Diberi Latihan ROM

Tabel 5.2
Diketahui Skala Nyeri Setelah Diberi Latihan ROM (Range Of
Motion) pada Pasien Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci
Tahun 2020
Variabel Mean SD Min Max N
Skala Nyeri
Setelah 1,50 1,434 0 4 10
Latihan ROM

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat dari 10 orang responden

yang dilakukan penelitian didapatkan rerata skala nyeri setelah diberi

latihan ROM yaitu 1,50 dengan standar deviasi 1,434. Skala nyeri

terendah adalah 0 dan yang tertinggi adalah 4.

2. Analisa Bivariat

Berdasarkan analisa bivariat yang peneliti lakukan dengan judul

Efektifitas Latihan ROM (Range Of Motion) Terhadap Nyeri Pasien

Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo Kabupaten

Kerinci Tahun 2020, dengan menghubungkan skala nyeri sebelum

perlakuan dengan skala nyeri setelah perlakuan memakai rumus paired test

dengan alpha = 0,05 sebagai berikut di bawah ini:

a. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Setelah Diberi Latihan


ROM (Range Of Motion) Pada Pasien Artritis Reumatoid
Tabel 5.3
Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Setelah Diberi Latihan ROM
(Range Of Motion) Pada Pasien Artritis Reumatoid di Wilayah
Kerja Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci
Tahun 2020

Variabel Mean Mean SD t p-value


Different
Skala Nyeri
Sebelum 4,00
Latihan
ROM 2,500
Skala Nyeri 1.269 6,228 0.005
Setelah 1,50
Latihan
ROM

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat perbedaan rerata skala

nyeri sebelum dan setelah dengan hasil uji statistic efektifitas Latihan

ROM terhadap skala nyeri yaitu= 2,500 dengan nilai T hitung= 6,228,

dengan standar deviasi= 1.269 dan p-value= 0,005 (p<0,05) dengan

demikian Ho ditolak, artinya terdapat bahwa perbedaan skala nyeri

signifikan antara sebelum dan setelah dengan diberi Latihan ROM,

dimana terjadi penurunan skala nyeri. Berarti terdapat efektifitas

Latihan ROM dalam menurunkan skala nyeri pasien Artritis

Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci

Tahun 2020.
BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Diketahui Skala Nyeri Pasien Sebelum Diberi Latihan ROM pada

Pasien Artritis Reumatoid

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat dari 10 orang responden yang

dilakukan penelitian didapatkan rerata skala nyeri sebelum di beri latihan

ROM yaitu 4,00 dengan standar deviasi 1,491.

Nyeri sendi akan mengakibatkan penurunan aktivitas pada lansia

serta imobilisasi berkepanjangan. Keterbatasan dalam pergerakan dan

berkurangnya pemakaian sendi akan memperparah kondisi sistem

muskuloskeletal akibat proses penyakit. Oleh karena itu, diperlukan

adanya penatalaksanaan untuk mengatasi masalah nyeri sendi. Tujuan dari

penatalaksanaan adalah untuk mencegah atau menahan kerusakan yang

lebih lanjut pada sendi, dan untuk mengatasi nyeri serta kekakuan sendi

guna mempertahankan mobilitas yaitu dengan cara latihan ROM

(Syamsulhuda, 2016).

Sebagai data pembanding hasil penelitian yang berjudul Pengaruh

ROM aktif terhadap Kemampuan Mobilisasi Pada Lansia Artritis


Rematoid Di rumah bahagia Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten

Bintan Kepri yaitu diperoleh hasil mean (selisih rata-rata kemampuan

mobilisasi antara sebelum dan sesudah) rom aktif sebesar 0,562 dengan

standar deviation (selisih simpangan baku antara sebelum dan sesudah)

rom aktif sebesar 0,127 serta didapatkan hasil uji-t sebesar 4,447 dengan

nilai derajat bebas 1 dan terlihat bahwa nilai probabilitas t sig.(2-tailed)

adalah sebesar 0,000<0,05, dengan Ho ditolak berpengaruh ROM Aktif

terhadap Kemampuan Mobilisasi. Kemudian hasil ini sejalan dengan

penelitian Antoni (2018) tentang Pengaruh Latihan Gerak Aktif Terhadap

Intensitas Nyeri Rematik Pada Lansia, bahwa dimana rerata pre test 4,88

dan posttest 3,38 dengan nila p<0,001. Artinya latihan gerak aktif efektif

dalam menurunkan nyeri rematik pada lansia (Sunarti, 2018).

Menurut asumsi peneliti skala nyeri yang di rasakan pasien Artritis

Reumatoid yaitu dengan karakteristik skala nyeri 5 (nyeri sedang) terlihat

dari raut wajah kening yang berkerut dengan pasien meringis menahan

kesakitan. Keterbatasan gerak pada pasien disebabkan oleh ada kekakuan

sendi dan nyeri sendi yang disebabkan oleh adanya saraf yang terganggu,

sehingga membuat aliran darah pada sekitar sendi menjadi kurang lancar.

2. Diketahui Skala Nyeri Pasien Setelah Diberi Latihan ROM pada

Pasien Artritis Reumatoid

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat dari 10 orang responden yang

dilakukan penelitian didapatkan rerata skala nyeri setelah diberi latihan

ROM yaitu 1,50 dengan standar deviasi 1,434.


Nyeri merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada

gangguan muskuluskeletal. Kebanyakan pasien dengan penyakit atau

kondisi traumatik, baik yang terjadi pada otot, tulang dan sendi biasanya

mengalami nyeri. Rasa nyeri berbeda dari satu individu ke individu yang

lain berdasarkan atas ambang nyeri dan toleransi nyeri masing-masing

pasien (Afandi 2018).

Sebagai data pembanding hasil penelitian yang berjudul Pengaruh

Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada

Lansia Dengan Osteoartritis Di Posyandu Lansia Desa Kalianget Timur

Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep yaitu hasil uji statistic

Wilcoxon menunjukan bahwa nilai p= 0,00 yang menunjukan bahwa

latihan ROM memiliki pengaruh pada perubahan skala nyeri pada pasien

osteoartritis.

Menurut asumsi peneliti skala nyeri pasien artitis reumatoid

mengalami perubahan setelah latihan ROM diberikan 1 × gerakan 8 kali

hitungan, (8 hitungan × 2 set) selema 7 hari, dengan dilakukan latihan

ROM tersebut nyeri pasien menjadi berkurang dan pasien menjadi lebih

nyaman untuk melakukan aktifitas sehari-hari itu terlihat dari raut wajah

pasien yang sudah merasa tenang. Peneliti juga berpendapat bahwa nyeri

sendi pada pasien Artritis Reumatoid dapat turun karena hormon endorfin

yang menghambat stimulasi nyeri sehingga aliran darah menjadi lancar ke

seluruh tulang dan sendi.


B. Analisa Bivariat

1. Perbedaan Skala Nyeri Sebelum dan Setelah Diberi Latihan ROM

(Range Of Motion) Pada Pasien Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat perbedaan rerata skala nyeri

sebelum dan setelah dengan hasil uji statistic efektifitas Latihan ROM

terhadap skala nyeri yaitu= 2,500 dengan nilai T hitung= 6,228, dengan

standar deviasi= 1.269 dan p-value= 0,005 (p<0,05) dengan demikian Ho

ditolak, artinya terdapat bahwa perbedaan skala nyeri signifikan antara

sebelum dan setelah dengan dilakukan Latihan ROM, dimana terjadi

penurunan skala nyeri. Berarti terdapat efektifitas Latihan ROM dalam

menurunkan skala nyeri pasien Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci Tahun 2020.

Range Of Motin (ROM) merupakan salah satu indikator fisik yang

berhubungan dengan fungsi pergerakan. ROM juga dapat diartikan

sebagai pergerakan maksimal yang dimungkinkan pada sebuah persendian

tanpa menyebabkan rasa nyeri. Latihan ROM merupakan salah satu

alternatif latihan yang dapat dilakukan oleh lansia dengan keterbatasan

gerak sendi. Latihan ROM dapat dilakukan dengan posisi duduk dan
berarti serta pada posisi telentang di tempat tidur (Sarah & Bambang,

2007).

Latihan rentang gerak yang aktif perlu dianjurkan untuk mencegah

kekakuan sendi, pengaturan posisi tubuh yang benar sangat penting untuk

mengurangi stress pada sendi yang sakit dan mencegah deformitas yang

membagi mobilitas (Sunarti, 2018).

Sebagai data pembanding hasil penelitian yang berjudul Pengaruh

Range Of Motion (ROM) Terhadap Nyeri Sendi Pada Lansia yaitu

diperoleh hasil penelitian pada kelompok perlakuan dengan uji statistik

paired sampel t-test didapatkan p 0,000 (P<0,005 Ho ditolak H1

diterima ; P>0,005 Ho diterima H1 ditolak). Sehingga pada penelitian ini

hipotesis diterima yaitu Range Of Motion dapat mempengaruhi penurunan

nyeri sendi pada lansia (Selley, 2018).

Menurut asumsi peneliti terhadap skala nyeri pasien Artritis

Reumatoid yang mengalami kekakuan sendi dan nyeri sendi atau

keterbatasan gerak disebabkan oleh berkurangnya cairan synovial pada

sendi sehingga terjadinya nyeri dan kekakuan pada daerah persendian,

juga membuat aliran darah pada sekitar sendi menjadi kurang lancar

bahkan bisa terjadinya kelumpuhan. Latihan ROM menyebabkan pasien

nyaman sehingga akan mengaktifkan sistem limbik dalam tubuh yang

bertujuan untuk memproduksi hormon endorfin yang menghambat kerja

nyeri sehingga aliran darah menjadi lancar ke seluruh tulang dan sendi.

Pada penelitian ini dilakukan untuk melatih menggerakan sendi-

sendi dengan latihan ROM yang diberikan peneliti, dimana pasien dibantu
menggerakan persendianya sesuai gerakan ROM. Dengan adanya latihan

ROM yang rutin diberikan setiap pagi dan sore hari maka akan

mempengaruhi kekakuan dan nyeri sendi pasien , sehingga latihan ROM

berpengaruh terhadap penurunan skala nyeri pasien dan membantu pasien

dalam meningkatkan fungsi tubuh juga memudahkan dalam

melaksanakan aktivitas sehari-hari.

Oleh sebab itu dari penjelasan peneliti di atas Latihan ROM efektif

dalam menurunkan skala nyeri pada pasien Artritis Reumatoid, juga dapat

dijadikan terapi non-farmakologis pada pasien Artritis Reumatoid di

Wilayah kerja Puskesmas Koto Tuo Kabupaten Kerinci.


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasakan hasil penelitian ini dan pembahasan terhadap 10 orang

responden yaitu pasien artritis reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah

Koto Tuo Kabupaten Kerinci Tahun 2020, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat dari 10 orang responden yang dilakukan

penelitian didapatkan rerata skala nyeri sebelum diberi latihan ROM yaitu

4,00 dengan standar deviasi 1,491.

2. Hasil penelitian ini dapat dari 10 orang responden yang dilakukan

penelitian didapatkan rerata skala nyeri setelah di beri latihan ROM yaitu

1,50 dengan standar deviasi 1,434.

3. Hasil penelitian ini dapat dilihat perbedaan rerata skala nyeri sebelum dan

setelah dengan hasil uji statistic efektifitas Latihan ROM terhadap skala

nyeri yaitu= 2,500 dengan nilai T hitung= 6,228, dengan standar deviasi=

1.269 dan p-value= 0,005 (p<0,05) dengan demikian Ho ditolak, artinya

terdapat bahwa perbedaan skala nyeri signifikan antara sebelum dan

setelah dengan dilakukan Latihan ROM, dimana terjadi penurunan skala

nyeri. Berarti terdapat efektifitas Latihan ROM dalam menurunkan skala


nyeri pasien Artritis Reumatoid di Wilayah Kerja Puskesmas Tanah

Kampung Kota Sungai Penuh Tahun 2020.

B. Saran

1. Bagi Responden

Agar hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi, masukan

dan acuan bagi pasien artritis reumatoid dalam menurunkan skala nyeri

dengan melakukan latihan ROM selama 2 x sehari setiap pagi dan sore

dilakukan selama 7 hari sehingga diperoleh hasil penurunan skala nyeri

dan mencegah nyeri yang berkelanjutan.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat djadikan sebagai aplikasi ilmu yang

telah didapat selama perkuliahan dan sebagai bahan masukan salam

menambah informasi, menambah ilmu dan wawasan ilmu pengetahuan

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini dapat djadikan sebagai informasi dan

perbandingan atau juga pemahaman bagi peneliti selanjutnya, terutama

yang berhubungan dengan latihan ROM yang di berikan peneliti terhadap

penurunan skala nyeri pasien artritis reumatoid.

4. Bagi Tempat Penelitian


Hasil penelitian ini dapat djadikan sebagai masukan atau

informasi untuk petugas kesehatan, organisasi profesi atau instansi terkait

dengan masalah penelitian ini. Kebijakan dalam mengaplikasikan

tindakan Latihan ROM terhadap nyeri pasien RA, dan juga sebagai SOP

untuk pelaksanaan ROM terhadap nyeri pasien RA di puskesmas Tanah

Kampung. Sehingga dapat menambah atau meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan khususnya terhadap latihan ROM yang di berikan peneliti

terhadap penurunan skala nyeri pasien artritis reumatoid. ROM juga dapat

digunakan sebagai terapi non-farmakologis dalam menurunkan skala

nyeri penyakit Artritis Reumatoid.


DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. (2018). Pengaruh Range Of Motion Untuk Menurnkan Nyeri Sendi


Pada Lansia Dengan Osteoartritis di Wilayah Puskesmas Godean I Sleman
Yogyakarta. Kesehatan, 6(1), 36–42.

Afnuhazi, R. (2018). Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri


Remmatik Pada Lansia. Kesehatan, XII(79), 117–124.

Antoni, & Lubis. (2018). Pengaruh Latihan Gerak Aktif Terhadap Intensitas Nyeri
Rematik Pada Lansia. Kesehatan, 3(2), 18–21.

Chairil, I. (2017). ( IbM ) Dengan Metode Gerakan Persendian Range Of Motion


((IBM) Dengan Metode Gerakan Persendian Range Of Motion (ROM )
Aplikasi Keterampilan Tangan Bagi Lansia Reumatoid Artritis Di PSTW.
Mu negeRI, 1(1), 29–35.

Daniel Akbar Wibowo, D. N. Z. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan


Sikap Keluarga Tentang Perawatan Artritis Reumatoid Pada Lansia di
Desa Pamalayan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Kesehatan
Bakti Tunas Husada, 17(2), 339–356.

Desiane, Uda, Aquino & Amigo. (2016). Latihan Range of Motion Berpengaruh t
erhadap Mobilitas Fisik pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Unit Abiyoso Yogyakarta. Kesehatan, 4(3), 169–177.

Digiulio, Mary. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan. jakarta : EGC.

Hannan, M. (2016). Pengaruh Rutinitas Senam Rematik Terhadap Penurunan


Tingkat Nyeri Pada LansiaYang Menderita Rematik Di Panti Sosial
Tresna Werda Budi Luhur Jambi Tahun 2015. Kesehatan, 1(2), 55–62.

Kristanti. (2009). Pengaruh Mandi Air Hangat Terhadap Penurunan Nyeri


Rematik Pada Lansia Di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus
Kabupaten Semarang. Kesehatan, 4(1), 1–9.

Lemone, Pricilla. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. jakarta : EGC.

Lukman, Ningsih. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Klien Sistem


Muskuluskeletal. Jakarta: Selemba Medika.

Maryana, Kinantoro. (2016). Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Struktur dan


Fungsi Sel Jaringan, Sistem Endokrin, Anatomi Sistem Skeletal, Sendi
Jaringan Otot. Yogyakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Meliny, Suhaidi, M. S. (2018). Analisis Faktor Resiko Rematik usia 45-54 Tahun
Diwilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2017.
Kesehatan, 2(2), 1–7.

Muqsith. (2018). Anatomi dan Fisiologi Biomekanika Sendi Siku dan


Pergelangan Tangan. Sulawesi: Unimal Press.

Nair, Muralitharan & Peat Ian. (2015). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan.


Jakarta: Bumi Medika

Noorhidayah, Alfi Yasmina. (2013). Terapi Kompres Panas Terhadap Penurunan


Tingkat Nyeri Klien Lansia Dengan Nyeri Rematik. Kesehatan, 1(1), 73–
80.

Notoadmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nurarif, Amin Huda. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic – Noc. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan .


Jakarta : Selemba Medika.

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan


Kementerian Kesehatan Provinsi Jambi. Riskedas, 1–38. Diakses tanggal:
08 Juli 2019. Pukul: 13:00 Wib.

Sarah & Bambang. (2007). Pengaruh Latihan range Of Motion (rom) terhadap
Fleksibilitas Sendi Lutut Pada Lansia Di Panti Wreda Wening Wardoyo
Unggaran. Kesehatan, 1(2), 72-78.

Selley. (2018). Pengaruh Range Of Motion (ROM) Terhadap Nyeri Sendi Pada
Lansia. Kesehatan, 2(4), 32-42.

Siregar, E. (2016). Pengaruh Rutinitas Senam Rematik Terhadap Penurunan


Tingkat Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Rematik Di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Luhur Jambi Tahun 2015. Kesehatan, 5(1), 20–24.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan;Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Suiraoka. (2015). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sunarti. (2018). Pengaruh ROM Terhadap Kemampuan Mobilisasi Pada Lansia


Artritis reumatoid di rumah Bahagia Kawal Kecamatan Gunung
Kijang Kabupaten Bintan Kepri. Kesehatan, 8(3), 71-81.

Syamsulhuda. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terapi


Konservatif ( ROM ) Pada Lansia Penderita Nyeri Sendi Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia “ Wening Wardoyo” Ungaran. Kesehatan, 4(1), 228–
238.

Tamsuri. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Tarwoto. (2015). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiwa Keperawatan. Jakarta


Timur: CV Trans Info Media.

Wilson, & Ross. (2011). Dasar – Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta :
Salemba Medika.
Lampiran I
Tindakan latihan ROM (Range Of Motion)

No Tindakan Rasional
1 Mencuci tangan, memakai sarung tangan bila Mengurangi tranmisi
kontak dengan cairan tubuh pasien jasad
renik/mikroorganisme
2 Menjelaskan prosedur, termasuk perkiraan Mengurangi ansietas,
waktu yang dibutuhkan mendorong partisipasi
aktif pasien
3 Menjaga privasi, termasuk hanya membuka Menghargai pasien
ekstremitas yang dilatih
4 Mengatur posisi /tempat tidur untuk Mencegah ketegangan
kenyamanan pasien melakukan ROM dan ketidaknyamanan
perawat dan pasien
5 Menurunkan pembatas (rel) hanya pada sisi Mencegah jatuh
tubuh yang dilakukan latihan (jika pasien di RS)
6 Menggambarkan/menjelaskan latihan ROM, Mengurangi
latihan yang akan dibantu, termasuk latihan- kebingungan dan
latihan yang dapat dilakukan kecemasan. Melatih
semua sendi
7 Lakukan latihan mulai dari kepala sampai kaki Menyediakan metode
dan dilakukan pada setiap tubuh sistematis dan
memastikan semua
bagian tubuh dilatih
8 Ulangi latihan ROM sesuai kemampuan Melakukan latihan
/toleransi pasien, maksimal lima kali. Lakukan sesuai toleransi pasien
secara perlahan, dorong pasien untuk bergerak atau sampai tingkat
penuh, berhenti bila pasien merasa sakit atau pertahanan fungsi
kelelahan sendi
9 Kepala : Lakukan pada posisi pasien duduk bila Untuk
memungkinkan mengoptimalkan
- Rotasi pergerakan dan
- Fleksi dan ekstensi memelihara tonus otot
- Fleksi lateral serta fleksibilitas sendi
10 Leher : Lakukan pada posisi pasien duduk bila Untuk
memungkinkan mengoptimalkan
- Rotasi; memutar leher setengah lingkaran pergerakan, dan
sambil tangan perawat menyokong kepala memelihara tonus otot,
dan fleksibilitas sendi
Trunk “batang/balalai” Untuk memelihara
11 - Fleksi dan ekstensi; menekuk trunk ke tonus otot dan
depan, meluruskan, kemudian ekstensi ke fleksibilitas sendi
belakang
- Rotasi; putar bahu ke depan dan kembali ke
posisi normal
- Fleksi lateral; memiringkan trunk ke sisi kiri,
luruskan
12 Lengan tangan Untuk memelihara
- Fleksi dan ekstensi; mengangkat tangan lurus tonus otot dan
kearah kepala, kemudian diturunkan ke sisi fleksibilitas sendi
tubuh
- Adduksi dan abduksi; gerakan lengan ke
arah dalam midiline (adduksi), kemudian
rentangkan (buka) tangan lurus menjauhi
midline (abduksi)
13 Bahu Untuk memelihara
- Rotasi internal dan ekstensi; menekuk siku tonus otot dan
90◦, lengan atas sejajar bahu, putar bahu fleksibilitas sendi
dengan menggerakan lengan atas ke depan
serta ke belakang, dan sebaliknya.
14 Siku Untuk memelihara
- Fleksi dan ekstensi; sanggah lengan dengan tonus otot dan
tangan yang lain, fleksi (tekuk) dan ekstensi fleksibilitas sendi
(rentangkan) siku
- Pronasi dan supinasi; menekuk siku,
kemudian balikan telapak tangan hingga
telapak tangan menghadap ke atas (supinasi)
dan ke bawah (pronasi)
15 Pergelangan tangan Untuk memelihara
- Fleksi dan ekstensi; sanggah pergelangan, tonus otot dan
fleksi (tekuk) dan ekstensi (buka) fleksibilitas sendi
pergelangan tangan (80-90◦)
- Adduksi dan abduksi; sanggah lengan
bawah, balikan ke kanan laluke kiri, dan
sebaliknya, serta putar pergelangan dengan
gerak melingkar
16 Tangan Untuk memelihara
- Fleksi dan ekstensi; sokong pergelangan tonus otot dan
tangan, buka dan tutup jari-jari tangan (25◦). fleksibilitas sendi
- Oposisi; sokong lengan pergelangan tangan,
kemudian sentuh masing-masing ujung jari
dengan ibu jari
- Rotasi ibu jari; sokong pergelangan tangan
putar ibu jari ke arah dalam satu lingkaran.
17 Pinggul dan kaki Untuk
Lakukan gerakan ini pada posisi pasien mengoptimalkan
terlentang pergerakan,
- Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah, memelihara tonus otot,
fleksikan ke arah dada kemudian ekstensi dan fleksibilitas sendi
- Rotasi internal dan eksternal; sokong kaki
bawah, kemudian memutar ke dalam dan
keluar
- Adduksi dan abduksi; sokong kaki bawah
kemudian menggeser kaki mendekati dan
menjauhkan kaki dari garis tengah tubuh
18 Lutut Untuk memelihara
- Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah, tonus otot dan
fleksi, dan ekstensi lutut fleksibilitas sendi

19 Mata kaki (ankle) Untuk memelihara


- Fleksi dan ekstensi; sokong kaki bawah, tonus otot dan
fleksi dan ekstensi mata kaki fleksibilitas sendi
20 Kaki Untuk memelihara
Adduksi dan abduksi; sokong mata kaki tonus otot dan
kemudian lakukan gerakan membuka dan fleksibilitas sendi
menutup jari kaki secara bersama-sama
- Fleksi dan ekstensi; sokong mata kaki,
ekstensi jari kaki ke atas dan fleksi jari kaki
ke bawah
21 Observasi sendi pasien, ekspresi kesakitan, Perawat siap untuk
keluhan nyeri atau kelehan selama latihan mengakhiri latihan
22 Kembalikan/ mengganti selimut dan Meningkatkan
mengembalikan pasien ke posisi semula kenyamanan
23 Naikan pemabatas tempat tidur (rel) ke posisi Mencegah jatuh
semula (jika pasien di RS)
24 Tempatkan lampu pemanggil (call light) dalam Menfasilitasi
jangkauan pasien (jika pasien di RS) komunikasi
25 Mencuci tangan Mengurangi tranmisi
mikroorganisme.
(Ningsih, 2011)

Lampiran II

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Ibu calon responden

Di Tempat

Dengan Hormat

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi

Ilmu Keperawatan Stikes Syedza Saintika:

Nama : Lery Afrizal

Nim : 1802155

Alamat :

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Efektifitas Latihan Rom

(Range Of Motion) Terhadap Nyeri Pasien Artritis Reumatoid Di Wilayah

Kerja Puskesmas Koto Tuo Tahun 2020” Penelitian ini tidak menimbulkan

akibat yang merugikan bagi saudara responden. Kerahasiaan semua informasi

yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian

saja.
Atas perhatian saudara sebagai responden saya ucapkan terima kasih.

Koto Tuo , Agustus 2020


Peneliti

(Lery Afrizal)

Lampiran III

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Saya menyadari partisipasi ini bersifat suka rela dan tidak

menimbulkan dampak buruk dalam kehidupan saya maka saya bersedia

dijadikan responden peneliti oleh Lery Afrizal mahasiswa/i Stikes Syedza

Saintika Padang dengan judul “Efektifitas Latihan ROM (Range Of

Motion) Terhadap Nyeri Pasien Arthiritis Reumatoid di Wilayah Kerja

Puskesmas Koto Tuo Tahun 2019”.

Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya diberikan informasi

dan memutuskan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Koto Tuo, Agustus 2020

Yang Membuat Pernyataan


( )
Lampiran IV

LEMBAR OBSERVASI

PENILAIAN (PRE-POST TEST) EFEKTIFITAS LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION)


TERHADAP NYERI PADA PASIEN ARTRITIS REUMATOID DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TANAH KAMPUNG KOTA SUNGAI PENUH TAHUN 2019

No Inisial Umur Jenis Berat Skala Nyeri Kriteria Nyeri Skala Nyeri Kriteria Nyeri Keterangan
Responde Kelamin Badan Pretest Pretest Posttest Posttest
n
1 Ny.E 59 Th P 60 Kg 2 Nyeri Ringan 0 Tidak Ada Nyeri Nyeri berkurang
2 Tn. H 55 Th L 59 Kg 4 Nyeri Sedang 2 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
3 Ny.J 58 Th P 51 Kg 5 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
4 Ny.R 52 Th P 49 Kg 5 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
5 Ny.A 47 Th P 50 Kg 3 Nyeri Ringan 1 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
6 Ny.Y 54 Th P 49 Kg 5 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
7 Tn.B 45 Th L 51 Kg 2 Nyeri Ringan 0 Tidak Ada Nyeri Nyeri berkurang
8 Ny.S 53 Th P 58 Kg 3 Nyeri Ringan 1 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
9 Tn.M 57 Th L 50 Kg 5 Nyeri Sedang 3 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
10 Ny.E 59 Th P 59 Kg 4 Nyeri Sedang 2 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
No Inisial Umur Jenis Berat Skala Nyeri Hari Hari Hari Hari Hari Skala Nyeri Kriteria Nyeri Keterangan
Responde Kelamin Badan Pretest 2 3 4 5 6 Posttest Posttest
n
1 Ny.E 59 Th P 60 Kg 2 √ √ √ √ √ 0 Tidak Ada Nyeri Nyeri berkurang
2 Tn. H 55 Th L 59 Kg 4 √ √ √ √ √ 2 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
3 Ny.J 58 Th P 51 Kg 5 √ √ √ √ √ 3 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
4 Ny.R 52 Th P 49 Kg 5 √ √ √ √ √ 3 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
5 Ny.A 47 Th P 50 Kg 3 √ √ √ √ √ 1 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
6 Ny.Y 54 Th P 49 Kg 5 √ √ √ √ √ 3 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
7 Tn.B 45 Th L 51 Kg 2 √ √ √ √ √ 0 Tidak Ada Nyeri Nyeri berkurang
8 Ny.S 53 Th P 58 Kg 3 √ √ √ √ √ 1 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
9 Tn.M 57 Th L 50 Kg 5 √ √ √ √ √ 3 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
10 Ny.E 59 Th P 59 Kg 4 √ √ √ √ √ 2 Nyeri Ringan Nyeri berkurang
LEMBAR PEMBERIAN
LATIHAN ROM (RANGE OF MOTION) TERHADAP NYERI PADA PASIEN ARTRITIS REUMATOID
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANAH KAMPUNG KOTA SUNGAI PENUH TAHUN 2019

LATIHAN ROM (Range Of Motion)

No Inisial Skala Hari Ke 1 Hari Ke 2 Hari Ke 3 Hari Ke 4 Hari Ke 5 Hari Ke 6 Hari Ke 7 Keterangan
Responde Nyeri
n
1 Pre Post
2
3
4
5
LATIHAN ROM SETIAP
6 PAGI DAN SORE
7
8
9
10

Lampiran V

ANALISA DATA

A. Analisa Univariat

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

skala nyeri pretest 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

skala nyeri postest 10 100.0% 0 .0% 10 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error

skala nyeri pretest Mean 4.00 .471

95% Confidence Lower Bound 2.93


Interval for Mean
Upper Bound 5.07

5% Trimmed Mean 4.00

Median 4.00

Variance 2.222

Std. Deviation 1.491

Minimum 2

Maximum 5

Range 4

Interquartile Range 2
Skewness .000 .687

Kurtosis -1.334 1.334

skala nyeri postest Mean 1.50 .453

95% Confidence Lower Bound .47


Interval for Mean
Upper Bound 2.53

5% Trimmed Mean 1.44

Median 1.00

Variance 2.056

Std. Deviation 1.434

Minimum 0

Maximum 4

Range 4
Interquartile Range 3

Skewness .566 .687

Kurtosis -1.001 1.334

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skala nyeri pretest .149 10 .200* .918 10 .341

skala nyeri postest .236 10 .120 .886 10 .151

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.


Paired Samples Statistics

Std. Std. Error


Mean N Deviation Mean

Pair 1 Pretest 4.00 10 1.491 .471

Posttest 1.50 10 1.434 .453

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 pretest &


10 .624 .054
posttest
Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence
Interval of the
Difference Sig.
Std. Std. Error (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 pretest -
2.500 1.269 .401 1.592 3.408 6.228 9 .005
posttest
B. Analisa Bivariat

Group Statistics

Std.
kelompok penelitian N Mean Deviation Std. Error Mean

skala nyeri kelompok yang dilakukan latihan


10 1.50 1.434 .453
ROM (Range Of Motion)

Independent Samples Test

Levene's Test for


Equality of Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of


the Difference
Sig. (2- Mean Std. Error
F Sig. T df tailed) Difference Difference Lower Upper

skala nyeri Equal variances


assumed 1.870 .188 -4.443 18 .000 -2.500 .563 -3.682 -1.318

Equal variances -4.443 16.530 .000 -2.500 .563 -3.690 -1.310


not assumed
C. Karakteristik Responden

Berdasarkan umur

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid 45-50 th 2 20.0 20.0 20.0

51-55 th 4 40.0 40.0 60.0

> 55 th 4 40.0 40.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Berdasarkan jenis kelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid laki-laki 3 30.0 30.0 30.0

perempuan 7 70.0 70.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Berdasarkan berat badan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid 40-50 Kg 4 40.0 40.0 40.0

51-60 Kg 6 60.0 60.0 100.0

Total 10 100.0 100.0

Anda mungkin juga menyukai