Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN:

KOMPETENSI FISIOTERAPI NEUROMUSCULAR

MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNEL SYINDROME DENGAN


INFRARED, DAN TERAPI LATIHAN

Disusun oleh :
Syarifudin Siddiq
2160190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPIS


FAKULTAS KEPERAWATAN FISIOTERAPI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
TAHUN 2021
1
HALAMAN PENGESAHAN

Tulang Bawang, Juni 2022

Mengetahui Disetujui Oleh

Ketua Prodi Clinical Educator


Program Profesi Fisioterapi

Frt. Timbul Siahaan, S.Ft, M.Kes Ilham Akbar, S.Tr


NIDN. 0119086401

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya yang memberikan kekuatan kepada penulis sehingga makalah ini yang berjudul
“MANAJEMEN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNEL SYINDROME DENGAN
INFRARED, DAN TERAPI LATIHAN” dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yang direncanakan.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan
mohon maaf yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua
pihak yang telah banyak membantu, walaupun tidak dapat cantumkan dalam makalah ini
penulis mengucapkan terima kasih. Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia kesehatan.

Tulang Bawang, Juni 2022


Penulis

Syarifudin Siddiq

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2

C. Tujuan Rumusan Masalah............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3

A. Anatomi Fungsional.................................................................................... 3

B. Definisi........................................................................................................ 5

C. Etiologi........................................................................................................ 5

D. Patologi ...................................................................................................... 6

E. Tanda dan gejala ......................................................................................... 6

F. Komplikasi ................................................................................................. 7

G. Prognosis gerak dan fungsi.......................................................................... 7

H. Diagnosis Banding....................................................................................... 7

I. Problematika fisioterapi................................................................................ 7

J. Teknologi intervensi fisioterapi.................................................................... 8

BAB III PENUTUP......................................................................................... 11

A. Kesimpulan.................................................................................................. 11

B. Saran............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 

            Pembangunan pada era globalisasi ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang modern sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan umat
manusia. Demikian juga pembangunan bangsa Indonesia dalam bidang kesehatan merupakan
usaha yang ditujukan untuk tercapainya  kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
supaya terwujud kesehatan yang optimal, untuk mewujudkan hal tersebut maka pemerintah
mencanangkan kebijaksanan nasional mengenai pembanguan berwawasan kesehatan sebagai
strategi nasional menuju Indonesia sehat 2010   (DepKes RI, 1999).

            Fisioterapi sebagai salah satu pelaksanaan pelayanan kesehatan ikut berperan dan
bertanggung jawab dalam peningkatan derajat kesehatan, meliputi masalah gerak dan fungsi
dengan kajian menyangkut aspek peningkatan (promotif), aspek pencegahan (preventif),
aspek penyembuhan (kuratif), aspek pemulihan dan pemeliharaan (rehabilitatif) untuk
mewujudkan program pemerintah yaitu Indonesia Sehat 2010 (DepKes RI, 1999).

Carpal tunnel syndrome merupakan sindroma pada pergelangan tangan yang terjadi
akibat adanya tekanan terhadap nervus medianus (Rambe, 2004). Beberapa penyebabnya
telah diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan endokrin dan lain-lain (Rambe, 2004).
Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang sangat penting karena fungsinya
yang sangat komplek. Kalau dilihat dari segi anatomi pergelangan tangan dibentuk oleh
bangunan tulang, otot, ligament, saraf dan pembuluh darah sehingga tangan dapat melakukan
gerakan halus yang terkoordinir dan otomatis. Dengan keadaan tersebut bila tangan
mengalami gangguan pada pergelangan tangan bisa dibayangkan betapa rumitnya masalah
yang akan muncul karena sebagian besar pekerjaan dikerjakan dengan tangan.

Orang yang mempunyai resiko besar terkena carpal tunnel syndrome antara lain jenis
pekerjaan yang banyak menggunakan tangan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan ini
umumnya menggunakan kombinasi kekuatan dan pengulangan gerakan yang sama pada
jemari dan tangan, seperti: pekerjaan yang sering menggunakan      komputer, dokter gigi,
gitaris, guru, ibu rumah tangga dan pekerja lapangan yang mengoperasikan alat bervibrasi
seperti bor dan juga mengendarai motor. Pada tahun 1998 insiden carpal tunnel syndrome
kira-kira “ 515 per 10.000 populasi (Rambe, 2004).

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah duraikan diatas , maka yang menjadi rumusan

masalah dalam makalah ini adalah pengaruh pemberian paraffin bath, manual terapi dan

terapi latihan pada carpal tunel syndrome.

C. Tujuan Rumusan Masalah


Untuk mengetahui pengaruh pemberian paraffin bath, manual terapi dan terapi latihan

pada carpal tunel syndrome.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fungsional
            Pergelangan tangan dibentuk oleh beberapa tulang, otot, struktur persendian dan
diinervasi oleh beberapa syaraf.
a.  Tulang pembentuk sendi pergelangan tangan
Tulang-tulang pada sendi pergelangan  tangan yaitu ada 2 deretan. Deretan pertama
terdiri dari tulang radius dan ulna. Deretan yang kedua terdiri atas delapan  tulang carpalia
yang tersusun dalam dua deretan. Tulang carpal deretan proksimal antara lain scapoideum,
lunatum, triquetrum, dan pissiforme. Sedangkan bagian distal terdiri atas tulang trapezium,
trapezoideum, capitatum, dan hamatum.
1)      Tulang scapoideum
Tulang ini berbentuk perahu dengan dataran proksimal yang konveks bersendi dengan
tulang radius. Tulang ini mempunyai dataran sendi yaitu kearah ulnar bersendi dengan tulang
hamatum, kearah distal bersendi dengan tulang trapezium, kapitatum, dan trapezoideum,  dan
pada permukaan volar memiliki tonjolan yang disebut tuberositas scapoideum ( Putz R dan
R. Pabst, 2005 ).
2)      Tulang lunatum
Tulang ini memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah radial dengan tulang
scapoideum, kearah ulnar dengan tulang triquetum, kearah distal dengan tulang kapitatum.
Tulang ini mempunyai dataran proximal yang konveks yang bersendi dengan tulang radius,
dan berbentuk kecil , seperti bulan sabit ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).
3)      Tulang  triquetrum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah proximal dengan tulang radius,
kearah radial dengan tulang lunatum, kearah ulnar dan volar berhubungan dengan tulang
pisiforme yang melekat pada permukaan volar tulang triquetrum, dan kearah distal dengan
tulang hamatum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).
4)      Tulang pisiforme
Tulang  yang berbentuk kecil, agak bulat sebesar biji kacang ini melekat di dataran
volar pada tulang triquetum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).
5)      Tulang trapezium
Tulang ini mempunyai hubungan dengan tulang lain yaitu ke arah vollar dengan
trpezoidium dan terdapat tonjolan tulang yang disebut tuberositas osis trapezium, kearah

3
proximal dengan tulang scapoideum, kearah distal dengan tulang metacarpal I dan II ( Putz R
dan R. Pabst, 2005 ).
6)      Tulang trapezoideum
Tulang ini kearah radial mempunyai hubungan dengan tulang trapezium, ke arah ulnar
dengan tulang kapitatum, ke arah distal dengan tulang metacarpal II, dan ke arah proximal
berhubungan dengan tulang scapoideum ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).
7)      Tulang kapitatum
Memiliki bangunan bulat dan panjang sebagai kaputnya. Mempunyai hubungan
dengan tulang lain yaitu ke arah radial berhubungan dengan tulang trapezoideum, ke arah
proximal dengan tulang scapoideum dan lunatum. Kearah ulnar dengan tulang hamatum, dan
kearah distal dengan tulang metacarpal II, III, dan  IV ( Putz R dan R. Pabst, 2005 ).
8)      Tulang hamatum
Memiliki hubungan dengan tulang lain yaitu kearah proximal dengan tulang
triquetum, kearah radial dengan tulang kapitatum, kearah distal dengan metacarpal  IV dan V.
Dan kearah volar memiliki bangunan seperti lidah yang disebut hamalus ossis hamati ( Putz
R dan R. Pabst, 2005 ). Pada os scaphoideum dan os trapezium yang masing-masing
mempunyai tonjolan tulang pada bagian volarnya membentuk eminentia carpi radialis.
Disebelah ulnarnya terdapat eminentia carpi ulnaris yang dibentul oleh os pisiforme dan
hamalus ossis hamati.
b.  Ligamen
Ligamen collateral carpi ulnar yang membentang dari proceccus styloideus ulna
menuju ke tulang triquetum. Ligamen collateral carpi radialis yang membentang dari
processus stiloideus radii menuju ke tulang scapoideum dan ligamen intercarpal yang terdiri
dari ligamen  interlaveum volare dan dorsale, ligamen interseum dan ligamen carpi arquatum.
c.  Otot
Otot merupakan stabilitas aktif dan penggerak tulang pembentuk sendi. Otot
pergelangan tangan secara umum dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu oto fleksor dan
otot ekstensor yang masing-masing terbagi dua bagian yaitu superficialis dan profunda. Otot
fleksor superficialis yaitu otot fleksor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, fleksor digitorum
sublimes dan palmaris longus (Cailliet, 1990).
Otot fleksor carpi radialis dan fleksor carpi ulnaris berfungsi fleksi pergelangan
tangan, dan otot ekstensi ekstensor carpi radialis longus brevis dan ekstensor carpi ulnaris
berfungsi ekstensi pergelangan tangan. Pada gerakan ulnar deviasi dilakukan oleh m.
4
ekstensor carpi ulnaris dan fleksor carpi ulnaris. Sedangkan gerakan radial deviasi dilakukan
oleh m. ekstensor carpi radialis, fleksor carpi radialis, ekstensor pollicis brevis dan abductor
pollicis longus.
d.  Nerves medianus
Berasal dari pleksus brakhialis dengan dua buah caput yaitu kaput medial dari
fasikulus medialis dan kaput lateral dari fasikulus lateralis. Kedua kaput tersebut bersatu pada
tepi bawah otot pectoralis minor, jadi serabut dalam trunkus berasal dari tiga atau empat
segmen medulla spinalis (C6-8, Th1). Dalam lengan serabut saraf ini tidak bercabang.
Truncus berjalan turun sepanjang arteri brachialis dan melewati sisi volar lengan bawah dan
bercabang masuk ke tangan dan berakhir dengan cabang dan muscular kutaneus (Chusid,
1993).
Otot-otot yang mensyarafi nerves medianus antara lain: m. pronator teres , m. flexor  carpi
radialis, m.  palmaris longus, m. flexor digitorum provundus, m.flexor pollicis longus dan
pronator quadratus (Chusid, 1993). Apabila ada lesi yang mengenai nerves medianus akan
mengakibatkan terjadinya pengurangan sensoris pada bagian volar lengan bawah, daerah
palmar tangan jari 1,2,3 dan setengah jari ke-4.
e.  Biomekanik
Ditinjau dari morfologinya termasuk artikulasio ellipsoidea, tetapi fungsinya sebagai
artikulatio gluboidea. Gerakan yang terjadi pada persendian itu yaitu flexi dengan LGS 80°,
extensi 70°, ulnar deviasi 30 °, dan radial deviasi 20°. Derajat flexi dan ulnar deviasi lebih
besar dibandingkan dengan gerakan extensi dan radial deviasi, hal ini disebabkan karena
bentuk permukaan sendi radius dari ligamen bagian dorsal lebih kendor dari pada bagian
palmar (Chusid, 1967).
B. Definisi
Carpal Tunnel Syndrom adalah entrapment neuropaty yang sering terjadi. akibat
adanya tekanan nervus medianus pada saat melalui terowongan karpal di pergelangan tangan
tepatnya di bawah flexor retinakulam (Rambe, 2004).
C. Etiologi
Carpal tunnel syndrom dapat dibagi menjadi dua yaitu akut dan kronis, namun pada
sebagian kasus etiologinya tidak diketahui ( idiopatik ), terutama pada penderita lanjut usia.
Selain itu gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dapat menambah resiko
carpal tunnel syndrom (Maxey, 1990). Nerves medianus dapat terjebak juga di carpal tunnel
itu. Etiologi lain adalah (1) trauma seperti (dislokasi atau fraktur yang mengenai tulang carpal
5
atau ujung radius atau fraktur colles atau hematom pada lengan bawah, sprain pergelangan
tangan, pekerjaan dalam posisi menekuk atau fleksi ekstensi secara berulang- ulang), (2)
infeksi oleh karena sinovitis seperti tenosinovitis yang disebabkan karena inflamasi kronis
serta fibrosis pada fleksor sinoviali; infeksi karena tuberculosis, (3) penyakit degeneratif
seperti osteoartritis, (4) penyakit kolagen vaskuler seperti remathoid arthritis amiloidosis
hipotiroidisme dan lupus erimatosis yang mempredisposisi kompresi saraf median didalam
terowongan karpal akibat penebalan dan hipertrofi ligament serta jaringan ikat lainnya, (5)
penyakit iatrogenik seperti punksi arteri radialis, hematoma, komplikasi dari terapi anti
koagulan (6) Neoplasma seperti kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma (7)
Kehamilan juga bisa menyebabkan sindroma ini diduga karena retensi air pada jaringan ikat
sekitar pergelangan tangan, sindroma biasanya terjadi pada trisemester ketiga yang biasanya
bilateral (Rambe, 2004).
D.  Patologi
Ada beberapa hipotesa mengenai patogenesis carpal tunnel syndrom. Sebagian
berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskuler memegang peranan penting dalam
terjadinya carpal tunnel syndrom. Tapi umumnya carpal tunnel syndrome ini terjadi secara
kronis dimana terjadi penebalan flexor retinakulum, yang menyebabkan tekanan terhadap
nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian
tekanan intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang
terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti anoxia, yang akan merusak
endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi
edema epineural. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang
merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan akan digantikan oleh jaringan
ikat yang mengakibatkan fungsi dari nervus medianus terganggu (Rambe, 2004).
E. Tanda dan gejala
a.  Gangguan sensorik
Gangguan sensorik yang timbul awalnya adalah parestesia, kurang merasa
(numbness) atau rasa jari seperti terkena aliran listrik pada jari dan setengah sisi radial jari,
walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari, keluhan parestesia biasanya lebih
menonjol di malam hari. Gejala lain adalah nyeri ditangan yang juga dirasakan lebih
memberat di malam hari . Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher,
sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan (Rambe, 2004).

6
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergelangan
tangan terutama di pagi hari.
b. Gangguan motoris
Pada tahap lanjut dapat terjadi gangguan pada nerves medianus yang menimbulkan
kelemahan otot tenar sehingga jari-jari tidak dapat digunakan untuk bekerja, misalnya
menjahit, menulis, mengancingkan baju, mengendarai motor.       
F.  Komplikasi
Komplikasi carpal tunnel syndrome adalah atrofi otot-otot thenar, kelemahan otot-otot
thenar, dan ketidakmampuan tangan untuk beraktifitas (Shidarta, 1984).
G.  Prognosis Gerak dan Fungsi
Carpal tunnel syndrome yang kasusnya idiopatik mempunyai gejala yang timbul dan
hilang dalam beberapa bulan atau tahu, tapi rasa tidak enak pada malam hari dapat lebih
menonjol dan berlangsung sehingga mengganggu penderita. Progresitifitasnya lebih sering
terjadi bila ada penyakit yang melatarbelakanginya. Bila hanya ada kelainan sensorik,
kelainan ini bersifat reversible, tapi bila dijumpai kelainan motorik maka kesembuhanya
lebih lama walaupun telah melakukan banyak terapi.
H.   Diagnosa Banding
            Diagnosa carpal tunnel syndrome adalah (1) Pronator teres syndrome, keluhannya
lebih menonjol pada rasa nyeri pada telapak tangan  karena cabang nerves medianus ke kulit
telapak tangan tidak melaui terowongan karpal, (2) Inoracic outlet syndrome, dijumpai atrofi
otot-otot tangan lainya selain otot-otot thenar, (3) Cervical radikulopathy, keluhannya
berkurang bila leher diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak (Rambe, 2004).
I. Problematik Fisioterapi
1.    Impairment
a.   Nyeri
Terjadi karena tekanan yang berulang-ulang  dan penjepitan nerves medianus sehingga
tekanan intrafesikuler meningkat.
b.   Parestesia
Terjadi karena penjepitan pada nerves medianus sehingga aliran darah ke otot-otot yang
disyarafi nerves medianus berkurang (Rambe, 2004) .
c.    Penurunan kekuatan otot dan kemampuan fungsional
Terjadi karena nyeri yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang yang  mengakibatkan
otot inaktif sehingga elastisitasnya berkurang .
7
2.           Functional Limitation
Penderita mengalami gangguan dalam aktivitas sehari-hari seperti mengendarai motor,
menyapu, mencuci, dan lain-lain.
3.           Disability
Aktifitas sehari-hari yang berhubungan dengan tangan terganggu dalam melakukan
aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, sebagai anggota keluarga serta dalam lingkungan
masyarakat.
J. Teknologi Intervensi Fisioterapi
1. Infrared
Infrared atau yang lazim dikenal dengan infra merah merupakan sinar elektromagnetik yang
memiliki panjang gelombang lebih dari cahaya yang terlihat, yakni antara 700 nm dan 1 mm.
Sinar infrared adalah cahaya yang tidak terlihat atau tak tertangkap mata. Apabila dilihat
dengan menggunakan spektroskop cahaya maka radiasi dari sinar infrared akan terlihat pada
spektrum elektromagnet dengan panjang gelombang yang berada di atas panjang gelombang
cahaya merah.
Dengan adanya panjang gelombang ini menyebabkan sinar infrared tidak tertangkap mata,
tetapi radiasi dari panas yang ditimbulkan masih dapat terdeteksi.
Cara penggunaan infrared untuk kesehatan, sama dengan cara menghidupkan lampu lainnya.
Tekan tombol on, untuk menyalakan, dekatkan lampu dengan kulit atau sendi yang sakit
dengan jarak 30-45 cm selama 10 hingga 15 menit. Alat ini tidak boleh dipakai pada kulit
yang sensitif terhadap infrared, seperti organ intim, mata, kulit yang terlalu kering, dan kulit
dengan infeksi yang luas.
Manfaat Infrared Rasa panas yang dihasilkan oleh lampu infrared, diharapkan mampu
melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar dan proses penyembuhan
luka atau peradangan di tubuh semakin cepat. Rasa panas dari infrared ini juga dapat
mengurangi nyeri pada sendi-sendi atau otot.infrared dapat menghasilkan panas membuat
tubuh kehilangan cairan yang lebih banyak, maka dari itu saat terapi, penderita harus minum
yang cukup. Jika terjadi alergi, rasa terbakar di kulit, kulit memerah, dan bengkak, segera
hentikan pemakaian infrared. Jangan lupa untuk mengobati penyebab penyakit yang ada,
karena fungsi infrared untuk membatu memperlancar peredaran dan Melenturkan rongga
pembuluh darah

8
2. Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan salah satu pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaanya
menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif. Atau pula dapat
didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mempercepat proses penyembuhan dari suatu cidera
yang telah merubah cara hidupnya yang normal. Hilangnya suatu fungsi atau adanya
hambatan dalam melakanakan suatu fungsi dapat menghambat kemampuan dirinya untuk
hidup secara independent yaitu dalam melaksanakan aktifitas kerja (Priyatna, 1985).
Tujuan dari terapi latihan adalah (1) Memajukan aktifitas penderita, (2) Memajukan
kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi
serta bertujuan, sehingga dapat beraktifitas normal (Priyatna, 1985).
Terapi latihan pada carpal tunnel syndrom adalah resisted active exercise merupakan latihan
yang dilakukan dengan memberikan tahanan dari luar terhadap kerja otot yang memebentuk
suatu gerakan. Tahanan dari luar tersebut bisa berasal dari tahanan manual ataupun mekanik
(Kisner,1996). Apabila otot itu berkontaksi dengan melawan suatu tahanan, maka ketegangan
dalam otot itu akan naik. Karena ketegangan otot bertambah ( bila melawan melawan suatu
tahanan) maka untuk memperkuat otot- otot dengan menggunakan resistance. Tahanan yang
dilaksanakan bisa menggunakan tahanan manual, kantong pasir, per, dan karet. Efek
penggunaan resisted exercise adalah: (1) Menaikkan kekuatan dan daya tahan otot, (2)
Memperbaiki ketidakseimbangan otot, (3) Memperkembang koordinasi gerakan, (4)
Memperbaiki kemampuan fungsional, (5) Memperbaiki kondisi umum penderita.

9
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu, mulai dari penyebab,
perjalanan penyakit sampai pelaksanaaan terapi dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa carpal
tunnel syndrome adalah suatu sindroma akibat adanya penekanan nervus medianus pada
terowongan carpal dengan derajat penekanan yang bervariasi dari ringan sampai berat.
Keadaan tersebut muncul karena adanya berbagai kondisi, artinya syndroma ini jarang
muncul sendiri tanpa adanya kondisi lain sebaga pencetus carpal tunnel syndrome sendiri
mempunyai gejala dan tanda klinis yang beragam tergantung derajat kerusakan nervus
medianus yang tertekan.
Modalitas fisioterapi yang dapat diberikan pada kondisi ini antara lain: parafin bath,
ultra sonic, short wave diathermy, micro wave diathermy, infra red, massage, terapi
latihan, cold pack. Fisioterapi dengan parafin bath dan terapi latihan merupakan terapi yang
dapat diberikan pada kondisi carpal tunnel syndrome. Untuk mengatasi masalah yang
muncul, yang meliputi impairment, functional limitation, serta disabilitynya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas. Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA
 
Bates, Andrea, 1992; Aquatic Exercise Therapi; W.B Sounders Company, Philadelpia.
Cailliet, Rene, 1990; Neck and Arm Pain; F.A Davis Company, Callifornia.
Chusid, J.G,1967; Corelative Neuro Anatomy and Fungsional Neurologi; Thirtheen, Lange
Medical, Publication Los Altos, California, hal. 220.
Connoly, John, 1981; The Management of Fractures and Dislocation; Bagian satu, Gajah
Mada University Press, Yogyakarta
De Wolf AN and Mens, 1994; Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh; Bohn Stafleu Von
Loghom, Houten Seventeen.
Dep Kes RI, 1999; Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010; Jakarta.
Hislop, H.J and Montgomery, J, 1995; Muscle Testing Technique of Manual Examination.
Sixth edition, Daniel and Wortingham’s, Churchill Livingstone, USA.
Kisner, C and Colby, 1996; Therapeutic Exercise Fondation and Teqniques; Second edition,
Davis Company, Philadelpia .
Livingstone, Churchill, 1983; The Hand Examination and Diagnosis; Aurora, New York.
Maxey, Lisa, 1990; Rehabilitation For Postsurgical Ortopedic Patient; Cetakan Pertama,
Davis Company, St Louis, hal. 101.
Michlovitz, Susan, 1996; Thermal Agent in Rehabilitation; Third edition, Davis Company,
Philadelpia.
Priyatna, Heri, 1985; Exercise Therapy; Akademi Fisioterapi Surakarta.
Putz, R and R. Pabst, 2000; Sobotta Atlas Anatomi Manusia; E.G.C, Jakarta.
Rambe, Aldy (2004); Carpal Tunnel Syndrome; Diakses 4 Oktober 2006, dari
http:/www.rsup.adammalik.cline.net.html.
Shidarta, Priguna, 1984; Sakit Neuro Muskulo Skeletal;  Cetakan kedua, P.T Dian Rakyat,
Jakarta, hal. 140.
Snell, Richard S,1997; Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran; Bagian tiga, penerbit
EGC, Jakarta.
Sujatno, I.g dkk, 2002; Sumber Fisis; Akademi Fisioterapi Surakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai