Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS PROFESI FISIOTERAPI GERIATRI

MANEJEMEN FISIOTERAPI GANGGUAN GERAK DAN FUNGSI


WRIST JOINT BERUPA NYERI PADA MEDIAN
NERVE ENTRAPMENT E.C CARPAL
TUNNEL SYNDROME SEJAK
1 TAHUN YANG LALU

OLEH
NURHALIZAH S
R024221040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus Fisioterapi di Yayasan Batara Hati Mulia


dengan judul
“Manajemen Fisioterapi Gangguan Gerak dan Fungsi Wrist Joint Berupa
Median Nerve Entrapment E.C Carpal Tunnel Syndrome Sejak 1 Tahun
Yang Lalu”

Pada tanggal 13 April 2023


Mengetahui,

Clinical Instructor, Clinical Educator

Irianti, SKM., S.Ft., Physio, Hamisah, S.Ft., Physio, M.Biomed

ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus profesi fisioterapi yang berjudul “Manajemen Fisioterapi Gangguan
Gerak dan Fungsi Wrist Joint berupa Median Nerve Entrapment E.C Carpal
Tunnel Syndrome Sejak 1 Tahun Yang Lalu”. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh ilmu seperti saat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penulisannya. Maka dari itu penulis
berharap adanya saran pada penyusunan laporan kasus ini. Dengan harapan bahwa
laporan kasus ini bisa bermanfaat bagi kita semua terkhusunya bagi ilmu
fisioterapi.

Makassar, 13 April 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vii
BAB I....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
C. Manfaat Praktik............................................................................................ 2
D. Tempat dan Waktu....................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................... 3
A. Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)..................................................... 3
B. Anatomi Carpal Tunnel................................................................................3
C. Epidemiologi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)............................................4
D. Etiologi Carpal Tunnel Syndrom (CTS).......................................................5
E. Patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)............................................. 7
F. Manifestasi Klinik Carpal Tunnel Syndrome (CTS)...................................8
G. Pemeriksaan Spesifik.................................................................................... 9
H. Penanganan Fisioterapi................................................................................ 9
BAB III.................................................................................................................. 11
A. Identitas Pasien............................................................................................11
B. Asesmen Fisioterapi.................................................................................... 11
C. Diagnosis Fisioterapi................................................................................... 14
D. Problem Fisioterapi.....................................................................................14
E. Tujuan Fisioterapi.......................................................................................14
F. Program Fisioterapi.................................................................................... 15
G. Evaluasi........................................................................................................ 16
H. Home Program............................................................................................ 16
I. Rencana Tindak Lanjut Proses Fisioterapi.............................................. 17

iv
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19

v
DAFTAR TABEL
3.1. PFGD Carpal Tunnel............................................................................. 12
3.2. Intervensi Fisioterapi............................................................................. 15
3.3. Evaluasi Program Fisioterapi.................................................................16
3.4. Rencana Tindak Lanjut Program Fisioterapi......................................... 17

vi
DAFTAR GAMBAR
2.1. Anatomi Carpal Tunnel........................................................................... 3

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama rentang kehidupan aktivitas merupakan hal pokok yang
dilakukan oleh manusia untuk memenuhi segala kebutuhannya, baik
kebutuhan fisik, mental, spiritual, maupun sosial seperti bekerja, berolahraga,
beraktivitas sosial, beribadah, dan aktivitas lainnya. Aktivitas yang berlebihan
dan berulang, trauma dan beberapa hal lainnya dapat menyebabkan seseorang
mengalami keluhan pada sistem musculoskeletal maupun neuropsikiatrinya
(Haryatno and Kuntono, 2016).
Carpal Tunnel Syndrome atau Sindroma Terowongan Karpal adalah
suatu kondisi medis yang mengganggu median nerve atau bagian saraf tengah
tertekan pada bagian pergelangan tangan, menyebabkan adanya gejala rasa
kaku, kesemutan, kebas, rasa terbakar, dan rasa sakit pada bagian telapak
tangan. Faktor risiko kejadian Carpal Tunnel Syndrome dibagi menjadi 2
kelompok yaitu faktor risiko yang berkaitan dengan individu atau personal dan
faktor risiko yang berkaitan dengan pekerjaan(Huntley and Shannon, 2022).
Prevelensi Carpal Tunnel Sydrome (CTS) diketahui memiliki kejadian 1-3
kasus dalam 1000 per tahun di Amerika Serikat, dengan 50 kasus dalam 1000
pada populasi umum. Usia puncak perkembangan CTS adalah 45-60 tahun.
Hanya 10% pasien CTS berusia di bawah 31 tahun (Patel et al., 2020). Di
negara Inggris angka kejadiannya lebih tinggi, yaitu 70-160 kasus per 1.000
orang, dan di Belanda ada 2.5 kasus per 1.000 orang per tahun. Sedangkan di
Korea, CTS ada (34,7%) dari 147 pasien yang didiagnosis di rumah sakit
berkorelasi dengan penyebab terkait menurut (Lee et al., 2019). Dan data
National Health Interview Study (NIHS) diperkirakan angka prevalensi
sindrom metakarpal pada subjek dewasa adalah sebesar 1,55% (2,6 juta jiwa)
dalam (Farhan, 2018).
Carpal Tunnel Syndrome harus segera diatasi sebelum terlambat, karena
rasa nyeri pada tangan akan semakin sering terjadi sehingga dapat
menurunkan produktivitas dalam bekerja, bahkan jika tidak segera diobati
maka penyakit ini dapat berpontensi mengakibatkan kelumpuhan tangan.

1
Terjadinya kelumpuhan pada tangan menjadi masalah besar bagi manusia,
karena, sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh manusia adalah
menggunakan tangan(Patel et al., 2020). Fisioterapi sebagai salah satu
komponen dalam penyelenggaraan kesehatan dapat berperan aktif dalam
mengurangi gejala-gejala tersebut.
Fisioterapi merupakan salah satu layanan kesehatan yang memiliki
kompetensi dalam memberikan rehabilitasi paska cedera baik paska operasi
atau tanpa operasi. Fisioterapi memiliki tujuan untuk mengembalikan fungsi
dan gerak tubuh manusia.
B. Tujuan Praktik
Laporan kasus ini membahas mengenai kasus Carpal Tunnel Syndrome
(CTS)) yang berujuan membahas tentang definisi, biomekanik, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan spesifik, dan
penanganan fisioterapinya.
C. Manfaat Praktik
Adapun manfaat dari laporan kasus ini adalah sebagai bahan kajian bagi
penulis dalam meningkatkan pemahaman tentang kasus Carpal Tunnel
Syndrome (CTS) beserta penanganan fisioterapinya.
D. Tempat dan Waktu
Praktik (stase) Mnajemen Fisioterapi Geriatri dilaksanakan di Yayasan
Batara Hati Mulia Gowa pada tanggal 03 April - 15 April 2023.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)


CTS adalah gangguan pada anggota tubuh bagian tangan yang
merupakan gangguan pada saraf karena terperangkapnya N. Medianus dan
atau karena adanya penekanan pada N. Medianus yang melewati terowongan
karpal sehingga menyebabkan rasa sakit dan mati rasa terutama pada ibu jari
dan tiga jari utama yaitu jari telunjuk, jari tengah, dan sebagian jari manis.
Kejadian tersebut sering pula dikenal sebagai “Nerve-Entrapment Syndrome”
atau “Median Nerve Disfunction”. CTS berhubungan dengan pekerjaan yang
mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu panjang secara berulang (Liu
et al., 2022).

B. Anatomi Carpal Tunnel

Gambar 2.1. Anatomi Carpal Tunnel

Secara anatomis, canalis carpi (carpal tunnel) berada di dalam dasar


pergelangan tangan. Sembilan ruas tendon fleksor dan N. Medianus berjalan
di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang-
tulang carpal. Nervus dan tendon memberikan fungsi, sensibilitas dan
pergerakan pada jari-jari tangan. Jari tangan dan otot-otot fleksor pada
pergelangan tangan beserta tendon-tendonnya berorigo pada epicondilus
medial pada regio cubiti dan berinsersi pada tulang-tulang metaphalangeal,

3
interphalangeal proximal dan interphalangeal distal yang membentuk jari
tangan dan jempol. Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol
dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut
ke bagian lengan bawah di regio cubiti sekitar 3 cm.10 Pada terowongan
carpal, N. Medianus mungkin bercabang menjadi komponen radial dan ulnar.
Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi cabang sensorik pada
permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang motorik m.
abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan bagian atas dari m. flexor
pollicis brevis.

Pada 33 % dari individu, seluruh m. flexor pollicis brevis menerima


persarafan dari N. Medianus. Sebanyak 2 % dari penduduk, m. policis
adductor juga menerima persarafan N. Medianus. Komponen ulnaris dari N.
Medianus memberikan cabang jari kedua, ketiga, dan sisi radial jari keempat.
Selain itu, N. Medianus dapat mempersarafi permukaan dorsal jari kedua,
ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal proksimal.
Tertekannya N. Medianus dapat disebabkan oleh berkurangnya ukuran canalis
carpi, membesarnya ukuran alat yang masuk di dalamnya (pembengkakan
jaringan lubrikasi pada tendon-tendon fleksor) atau keduanya. Gerakan fleksi
dengan sudut 90 derajat dapat mengecilkan ukuran canalis carpi. Penekanan
terhadap N. Medianus yang menyebabkannya semakin masuk di dalam
ligamentum carpi transversum dapat menyebabkan atrofi eminensia thenar,
kelemahan pada m. flexor pollicis brevis,m. abductor pollicis brevis, m.
opponens pollicis yang diikuti dengan hilangnya kemampuan sensorik
ligametum carpi transversum yang dipersarafi oleh bagian distal N. Medianus.
Cabang sensorik superfisial dari N. Medianus yang mempercabangkan
persarafan proksimal ligamentum carpi transversum yang berlanjut
mempersarafi bagian telapak tangan dan jari jempol.

C. Epidemiologi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)


Secara global, diperkirakan Carpal Tunnel Syndrome terjadi pada 1-
4% dari total populasi di seluruh dunia. Angka insidensinya mencapai
276/100.000 orang per tahunnya di seluruh dunia. Penyakit Carpal Tunnel
Syndrome terutama terjadi paling sering pada ras kulit putih (Caucasoid) dan

4
jenis kelamin perempuan. Sekitar 2/3 dari total kasus penderitanya berjenis
kelamin perempuan. Puncak kasus penemuan Carpal Tunnel Syndrome adalah
pada pasien dengan rentang usia antara 40 hingga 60 tahun. Di Amerika
serikat, angka insidensi Carpal Tunnel Syndrome adalah 1-3 kasus per-1000
orang per tahun, dengan angka prevalensi mencapai 50 kasus per-1000 orang.
Persentase insidensinya adalah 5%. Sedangkan di negara lain seperti Inggris,
angka insidensi penderitanya mencapai 7%- 16%. Perempuan yang sedang
hamil juga dapat mengalami Carpal Tunnel Syndrome. Angka insidensinya
mencapai 20–45% dari pasien yang sedang hamil. Gejala umumnya
berkembang saat trimester ketiga dan akan membaik setelah pasien
melahirkan (Patel et al., 2020)

Di Indonesia, Prevalensi terjadinya Carpal Tunnel Syndrome belum


diketahui secara pasti dikarenakan masih sangat sedikit kejadian yang
dilaporkan. Penelitian pada pekerja dengan resiko tinggi pada pergelangan
tangan yang pernah dilaporkan dengan prevalensi antara 5,6% - 15% (Yunus,
Dkk, 2016). Berdasarkan data yang diperoleh dari RSU PINDAD bahwa
insiden terjadinya carpal tunnel syndrome diperkirakan 30 orang per tahunnya.
Dan yang melakukan terapi di poli fisioterapi RSU PINDAD pada tahun 2021
yang mengalami carpal tunnel syndrome adalah 3-5 orang (Ramadhani
Gumelar, 2021)

D. Etiologi Carpal Tunnel Syndrom (CTS)


Menurut Devana et al (2019) CTS dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya:
1. Usia, Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, usia kerja
produktif di Indonesia adalah minimal 15 tahun dan maksimal 64 tahun.13
CTS sering dialami oleh wanita berusia 29-62 tahun. Beberapa studi juga
mengungkapkan bahwa CTS umumnya dialami oleh wanita berusia 30an
sebab dengan bertambahnya umur dapat dipastikan bahwa paparan dengan
alat kerja tangan pada waktu bekerja semakin lama pula, kemampuan
elastisitas tulang, otot ataupun tendon semakin berkurang. Meskipun
demikian penderita CTS saat ini usianya cenderung semakin muda. Salah

5
satu penelitian di Amerika menyebutkan saat ini CTS mengincar penderita
usia 25-34 tahun.
2. Jenis Kelamin, Wanita mempunyai risiko tiga kali lebih besar untuk
terjadinya STK dibandingkan pria. Hal ini disebabkan oleh ukuran Carpal
Tunnel pada wanita lebih sempit sehingga menciptakan ruang yang lebih
ketat untuk dilalui saraf dan tendon dan pengaruh estrogen yang dimiliki
oleh wanita.Kebiasaan, postur tubuh sehari hari yang kurang ergonomis
dalam waktu lama seperti duduk ketika belajar, tidur, posisi membawa tas,
bermain khususnya bermain smarthphone menyebabkan otot, tendon, dan
ligamen sekitar leher harus bekerja lebih keras (Nurhaliza and Norlinta,
2022).
3. Masa Kerja, Sebuah studi menjelaskan bahwa pekerja yang bekerja selama
>4 tahun mempunyai proporsi yang lebih besar (92,0%) dibandingkan
dengan masa kerja 1-4 tahun (88,2%) yang mengalami kejadian positif
CTS. Hal ini berarti pekerja dengan masa kerja >4 tahun mempunyai
resiko mengalami kejadian CTS 18,096 kali lebih besar dibandingkan
dengan pekerja yang masa kerjanya 1-4 tahun. Maka seseorang dengan
masa kerja lebih lama dapat berisiko lebih tinggi terkena CTS.
4. Lama Kerja, Lama seseorang bekerja menurut Undang-undang No. 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah waktu kerja yang ditentukan
untuk 8 jam dalam 1 hari.13 Jam kerja yang dikerjakan lebih dari 8 jam
per hari, sedapat mungkin dihindari. Apabila hal tersebut tidak dihindari,
maka perlu diadakan sistem kerja gilir. Kerja lembur sedapat mungkin
ditiadakan karena dapat menurunkan efisiensi dan produktifitas kerja serta
meningkatkan angka kecelakaan. Kerja lembur melebihi 25% jam kerja
akan berpengaruh buruk terhadap tenaga kerja. Semakin lama seseorang
bekerja maka semakin lama terjadi penekanan pada N. Medianus yang
bisa meningkatkan kejadian CTS.

5. Indeks Massa Tubuh, Indeks Massa Tubuh (IMT) diukur dengan satuan
berat badan dan tinggi badan (kg/m2 ) untuk menentukan status gizi
seseorang. Semakin tinggi IMT maka semakin besar keluhan Carpal

6
Tunnel Syndrome karena dapat menyebabkan retensi cairan atau
menyebabkan bertambahnya isi carpal tunnel.
6. Penyakit degeneratif, CTS dapat terjadi akibat adanya penyakit lain yang
memicunya. Berbagai penyakit degeneratif dapat menyebabkan
munculnya CTS sebagai salah satu bentuk komplikasi. Misalnya fraktur
wrist, diabetes melitus, rheumatoid arthritis dan lain lain.
7. Faktor pekerjaan, faktor pekerjaan terbagi menjadi dua yakni faktor getaral
berulang dan faktor getaran lokal yang menyebabkan ada perubahan pada
musculotendinogen dan dapat mempengaruhi susunan syaraf sekitarnya.
E. Patofisiologi Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Patogenesis CTS masih belum diketahui secara jelas. Beberapa teori
telah diajukan untuk menjelaskan gejala dan gangguan studi konduksi saraf.
Teori yang paling populer adalah teori kompresi mekanik, teori insufisiensi
mikrovaskular, dan teori getaran. Menurut teori kompresi mekanik, gejala
CTS timbul karena kompresi nervus medianus di terowongan karpal.
Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan, tenaga
berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan berkepanjangan atau
berulang. Kelemahan utama dari teori ini adalah bahwa ia menjelaskan
konsekuensi dari kompresi saraf tetapi tidak menjelaskan etiologi yang
mendasari kompresi mekanik (Williamson, Vasquez Montes and Melamed,
2021)
Teori insufisiensi mikrovaskular menyatakan bahwa kurangnya pasokan
darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen ke saraf yang menyebabkan
perlahan-lahan kehilangan kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf,
sehingga jaringan parut dan jaringan fibrotik akhirnya berkembang dalamsaraf.
Karakteristik gejala CTS, terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut,
bersama dengan kehilangan konduksi saraf akut dan reversibel dianggap
gejala untuk iskemia. Sejumlah penelitian eksperimental mendukung teori
iskemia akibat kompresi diterapkan secara eksternal dan karena peningkatan
tekanan di canalis carpi. Gejala akan bervariasi sesuai dengan integritas suplai
darah dari saraf dan tekanan darah sistolik (Balcerzak et al., 2022)

7
Menurut teori getaran gejala CTS bisa disebabkan oleh efek dari
penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada N. Medianus di
terowongan karpal. Adanya edema epineural pada saraf median dalam
beberapa hari berikut paparan alat getar genggam kemudian terjadi perubahan
serupa mengikuti mekanik, iskemik, dan trauma kimia.
Hipotesis lain dari CTS berpendapat bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi
secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang
menyebabkan tekanan terhadap N. Medianus. Tekanan yang berulang-ulang
dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan intrafasikuler. Akibatnya
aliran darah vena intrafasikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak
endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein
sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana
keluhan nyeri dan sembab yang timbul terutama pada malam atau pagi hari
akan berkurang setelah tangan yang terlibat digerak-gerakkan atau diurut,
mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah. Apabila
kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut
saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat
yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu secara menyeluruh
(Lei et al., 2022)
F. Manifestasi Klinik Carpal Tunnel Syndrome (CTS)
Gejala awal berupa kesemutan (parestesia), mati rasa (numbness), dan
rasa terbakar atau rasa seperti terkena aliran listrik (tingling) pada jari 1-3 dan
setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi sensorik nervus. Sensasi
rasa tersebut dapat menjalar sampai ke daerah lengan dan bahu. Apabila
berlangsung lama maka keluhan mati rasa akan bertambah hebat, dan
kemampuan untuk membedakan panas dan dingin, serta daya genggam tangan
menurun. Gejala klinis umumnya bersifat progresif dalam kurun waktu
minggu, bulan ataupun tahun dan keluhan seringkali muncul di waktu malam
hari saat pasien beristirahat. Pembengkakan dan kekakuan pada jari tangan

8
dan pergelangan tangan dapat terjadi pula pada waktu pagi hari (Scalise et al.,
2021).

G. Pemeriksaan Spesifik
Tes spesifik dilakukan dengan tujuan menegakkan diagnosis pasien,
dimana tes spesifik yang mengingikasikan adanya CTS, terdiri dari:
1. Carpal Compression Test
Ini dilakukan dengan memberikan tekanan kuat langsung di atas
terowongan karpal selama 30 detik. Tes ini positif ketika parestesia,
nyeri, atau gejala lain direproduksi.
2. Phalen Test
Dilakukan dengan meminta pasien melenturkan pergelangan
tangan sepenuhnya dengan menempatkan permukaan dorsal kedua
tangan selama satu menit. Tes positif adalah ketika gejala (mati rasa,
kesemutan, nyeri) direproduksi.
3. Reverse Phalen atau Prayer Test
Dilakukan dengan meminta pasien menjulurkan kedua pergelangan
tangan mereka dengan menempatkan permukaan palmar kedua tangan
bersamaan selama 1 menit (seolah-olah sedang berdoa). Sekali lagi tes
positif adalah dengan reproduksi gejala.

4. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah ada tenderness
atau luka tekan serta mengetahui titik nyeri yang dirasakan.
H. Penanganan Fisioterapi
1. Manual Therapy
Pada beberapa penelitian dikemukakan bahwa manual therapy jika
dikombinasikan dengan latihan dapat bermanfaat untuk mengurangi rasa
sakit dan meningkatkan fungsi pergelangan tangan. Pemberian manual
therapy sekaligus mobilisasi pada soft tissue, carpal bone dan medial
nerve
2. Elektrotherapy
Ada beberapa opsi modalitas elektrotherapy yang bisa digunakan
untuk penanganan kasus ini diantaranya Ultra Sound untuk memperbaiki

9
kerusakan jaringan internal, kemudian pemberian interferensi untuk
manajemen nyeri.
3. Exercise Therapy
Exercise therapy memiliki efek yang paling positif dan tahan lama
untuk kondisiini. Latihan yang dapat diberikan berupa latihan Range of
Motion (ROM) dan stretching exercise untuk mengatasi kemungkinan
penurunan ROM. Setelah terjadi peningkatan ROM, maka dapat dilakukan
latihan penguatan untuk mengembangkan stabilitas dan mengurangi risiko
pengembangan iritasi akar saraf. Selama tahap awal pengobatan,
penguatan harus dibatasi pada latihan isometrik .Setelah gejala radikuler
teratasi, penguatan isotonik progresif dapat dimulai. Ini awalnya harus
melibatkan bobot rendah dan pengulangan tinggi (15-20 pengulangan).
Selain itu, pasien harus diinstruksikan untuk tetap seaktif mungkin dan
melakukan latihan setiap hari di antara sesi terapi.

10
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 63 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Malino

Vital Sign
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Denyut Nadi : 67 kali/menit

B. Asesmen Fisioterapi

1. Chief of Complaint (C)


Nyeri pada pergelangan tangan kanan
2. History Taking (H)
Pasien merasakan nyeri pada pergelangan tangan sejak 1 tahun yang
lalu, awal gejala pergelangan tangan bengkak lalu rasa kesemutan dan
lama kelamaan nyeri di rasakan menjalar dari siku sampai ke pergelangan
tangan. Riwayat penyakit pasien hipertensi tapi kadang-kadang naik
kadang turun, pasien merasakan nyeri pada saat mau tidur dan bangun
tidur. Rasa nyeri nya kaku dan ngilu. Pasien belum pernah foto rontgen.
3. Asymmetric (A)
a. Inspeksi Statis
1) Wajah pasien nampak cemas
b. Inspeksi Dinamis
Pasien terbatas dalam menggerakkan pergelangan tangannya
c. Palpasi
1) Suhu : DBN

11
2) Oedem : tidak ada
3) Kontur kulit : DBN
4) Tenderness : (+) Carpal Tunnel
d. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)
Tabel 3.1 PFGD

Gerakan Aktif Pasif TIMT


Fleksi Tidak Full
Tidak Mampu,
wrist ROM Hard
Full Nyeri
ROM endfeel
Ekstensi Tidak Full
Tidak ROM Hard Mampu,
Wrist Full Nyeri
ROM endfeel
Radial Tidak Full
Tidak ROM Hard Mampu,
Deviasi Full Nyeri
ROM endfeel
Ulnar Tidak Full
Tidak ROM , Hard Mampu,
Deviasi Full Nyeri
ROM endfeel

4. Restrictive (R)
a. Limitasi ROM : ( +) w r is t jo int d ex tr a
b. Limitasi ADL :-
c. Limitasi Pekerjaan :-
d. Limitasi Rekreasi :-
5. Tissue Impairment and Psycogenic Prediction (T)
a. Musculotendinogen : Weakness Extensor wrist muscle dextra,
flexorwrist muscle dextra, hand muscle dextra, spasme m. Palmaris
longus dextra
b. Osteoarthrogen : Wrist Joint Stiffnes dextra
c. Neurogen : Median nerve entrapment dextra
d. Psikogen : kecemasan
6. Spesific Test (S)
a. Visual Analog Scale/VAS (Nyeri)
1) Nyeri diam 2
2) Nyeri gerak 8
3) Nyeri tekan 5
b. Manual Muscle Test (MMT)
12
c. Phalen Test
Hasil : (+)
Interpretasi : indikasi adanya median nerve entrapment
d. Prayer Test
Hasil : (+)
Interpretasi : indikasi median nerve entrapment
e. Carpal compression test
Hasil :(+)
Interpretasi : indikasi carpal tunnel syndrome
f. MMSE : hasil skor 30 (tidak ada gangguan kognitif)
g. Tinel sign test: (+) parasthesia
h. ROM : S. 30.0.20
i. ULTT : (+) indikasi nyeri pada median nerve

13
C. Diagnosis Fisioterapi
Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses
pemeriksaan dan pengukuran tersebut yaitu “Gangguan gerak dan fungsi wrist
joint berupa median nerve entrapment e.c Carpal Tunnel Syndrome sejak 1
tahun yang lalu”
D. Problem Fisioterapi
- Problem Primer : nyeri
- Problem Sekunder :
b. Kecemasan
c. Limitasi ROM
d. Muscle Weakness
e. Stiffness
E. Tujuan Fisioterapi
Tujuan Jangka Pendek :

a. Mengurangi kecemasan
b. Mengurangi nyeri
c. Meningkatkan ROM
d. Mengatasi stiffness
e. Meningkatkan kekuatan otot
f. Mengurangi rasa kesemutan
g. Mengurangi spasme
F. Program Fisioterapi
Tabel 3.2 Intervensi Fisioterapi
No. Problem FT Modalitas FT Dosis FT
1. Kecemasan Komunikasi F: setiap fisioterapi
Terapeutik I: Pasien fokus
T: Interpersonal approach
T: selama proses fisioterapi
2. Pre-eliminary F: 3x/minggu
IR
exc I: 30 cm
T: local
T: 10 menit

14
3. Stiffness Electrotheraphy F: 3x/minggu
(US) I: Lv 4
T: Transversal
T: 5 menit
Manual Teraphy F: Setiap fisioterapi
I: 5-8x repetisi
T: Traksi-
translasi
T: 3-5 menit
4. Nyeri TENS F: 3x/ minggu
I: 5 mAh
T: Co-pad
T: 7 menit
5. Limitasi ROM Exercise Therapy F: setiap fisoterapi
I: 8x repetisi,8x
hitungan
T: Aromex, Promex
T: 5-6 menit

Exercise Therapy F: tiap terapi


I: 5-6x repetisi
T: Tendon gliding exc
T: 5-6 menit
6. Muscle Exercise Therapy F: setiap fisioterapi
weakness
I: 8x hitungan, 5-8x repetisi

T: isometrik strengthening
T: 5 menit

Exercise Teraphy F: tiap terapi


I: 8x repetisi, 6-8x hitungan
T: squeeze ball
T: 5 menit
7. Parastesia Exercise Teraphy F: tiap terapi
I: 5-8x repetisi
T: passive stretching exc
T: 3-5 menit
15
G. Evaluasi
Tabel 3.3 Evaluasi Program Fisioterapi

No Problem Parameter Sebelum Sesudah Keterangan


Nyeri diam: 2 Nyeri diam: 1 Terdapat
1. Nyeri VAS Nyeri gerak: 8 Nyeri gerak: penurunan
Nyeri tekan: 5 6
nyeri
Nyeri tekan: 3
2. LGS ROM S.30.0.20 S.40.0.30 Terdapat
peningkat
an ROM

3. Muscle MMT Nilai Otot 4 Nilai otot 5 Terdapat


weakness peningkat
an nilai
otot
H. Home Program
Adapun home program yang dapat diberikan kepada pasien agar dapat

dilakukan di rumah sebatas kemampuan rasa nyerinya (pain free) ialah

sebagai berikut :

F: 2 x sehari
I: 12xhitungan,
1) 8x repitisi, 2
set
T: Wrist Stretching
T: 5 -8 menit
F: 2 x sehari
I: 8xhitungan,
8xrepitisi, 2 set
2)
T: Ball grip
strengthening
T: 2 menit
F: 2 x sehari
I: 8xrepitisi, 2 set
3)
T: Active ROM
T: 2 menit

16
I. Rencana Tindak Lanjut Proses Fisioterapi
Tabel 3.5 Rencana Tindak Lanjut Proses Fisioterapi
1. Spasme M. Massage gun F : tiap terapi
Palmaris
longus I : Lv 1 bar
T: muscle
release
T : 3 menit
2. Muscle Exercise Therapy F: tiap terapi
Weakness I: 8x hitungan, 10x
repetisi
T: Strengthening exercise
with theraband
T: 5 menit

J. KEMITRAAN
Fisioterapi bekerja sama dengan puskesmas atau Rumah Sakit terdekat terkait
pemeriksaan kesehatan lainnya seperti, pemeriksaan Laboraturium dan Radiologi.
Guna untuk menentukan intervensi yang akan diberikan kepada pasien.

17
DAFTAR PUSTAKA
Balcerzak, A. A. et al. (2022) ‘How to Differentiate Pronator Syndrome from
Carpal Tunnel Syndrome: A Comprehensive Clinical Comparison’,
Diagnostics, 12(10). doi: 10.3390/diagnostics12102433.
Devana, S. K. et al. (2019) ‘Trends and Complications in Open Versus
Endoscopic Carpal Tunnel Release in Private Payer and Medicare Patient
Populations’, Hand, 14(4), pp. 455–461. doi: 10.1177/1558944717751196.
Haryatno, P. and Kuntono, H. P. (2016) ‘Pengaruh Pemberian Tens dan
Myofascial Release terhadap Penurunan Nyeri Leher Mekanik’, Jurnal
Terpadu Ilmu Kesehatan, 5, pp. 110–137.
Huntley, D. E. and Shannon, S. A. (2022) ‘Carpal tunnel syndrome: a review of
the literature.’, Dental hygiene, 62(7), pp. 316–320. doi:
10.7759/cureus.7333.
Lei, L. et al. (2022) ‘The top 50 most cited articles in carpal tunnel syndrome
research A bibliometrics study’, Medicine (United States), 101(1), p.
E28012. doi: 10.1097/MD.0000000000028012.
Liu, Y. et al. (2022) ‘Comparison of characteristics between neuropathic pain and
non-neuropathic pain in patients with diabetic carpal tunnel syndrome: A
cross-sectional study’, Frontiers in Surgery, 9(August), pp. 1–8. doi:
10.3389/fsurg.2022.961616.
Nurhaliza, A. S. and Norlinta, S. N. O. (2022) ‘Cervical Traction dan Neural
Mobilization untuk Menambah Lingkup Gerak Sendi pada Cervical Root
Syndrome : Narrative Review’, Jurnal Ilmiah Fisioterapi
Muhammadiyah, 2(2), pp. 6–15.
Patel, P. et al. (2020) ‘Screening for Carpal Tunnel Syndrome in Patients With
Mucopolysaccharidosis’, Journal of Child Neurology, 35(6), pp. 410– 417.
doi: 10.1177/0883073820904481.
Ramadhani Gumelar, I. (2021) ‘Study Narrative Review : Manajemen Fisioterapi
Penanganan Non-Bedah Pada Pasien Carpal Tunnel Syndrome Naskah
Publikasi’.
Scalise, V. et al. (2021) ‘Carpal tunnel syndrome: A national survey to monitor

18
knowledge and operating methods’, International Journal of
Environmental Research and Public Health, 18(4), pp. 1–27. doi:
10.3390/ijerph18041995.
Williamson, E. R. C., Vasquez Montes, D. and Melamed, E. (2021) ‘Multistate
Comparison of Cost, Trends, and Complications in Open Versus
Endoscopic Carpal Tunnel Release’, Hand, 16(1), pp. 25–31. doi:
10.1177/1558944719837020.

19
LAMPIRAN

20
21

Anda mungkin juga menyukai