OLEH
ULI ASTUTI
R024211039
Mengetahui,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
Fungsi Gerak Akibat Nyeri Punggung Bawah E.C Fraktur Kompresi L3 Sejak
Lalu”.
namun berkat doa, bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak, penulis
semoga laporan kasus yang diajukan ini dapat diterima dan diberi kritikan,
bermanfaat.
semua pihak yang telah membantu dalam menyusun laporan kasus ini, besar
harapan dan doa penulis agar kiranya laporan kasus ini dapat diterima.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan Praktik...........................................................................................2
C. Manfaat Praktik.........................................................................................3
B. Biomekanik...............................................................................................6
C. Epidemilogi...............................................................................................8
D. Etiologi......................................................................................................9
E. Patofisiologi.............................................................................................15
F. Manifestasi Klinik...................................................................................17
G. Pemeriksaan Spesifik..............................................................................18
H. Penanganan Fisioterapi............................................................................20
B. Asesmen Fisioterapi................................................................................24
C. Diagnosis Fisioterapi...............................................................................28
D. Problem Fisioterapi.................................................................................28
E. Tujuan Fisioterapi....................................................................................29
F. Program Fisioterapi.................................................................................29
G. Evaluasi...................................................................................................30
H. Home Program........................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................32
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar...............................................................25
sebagai hiperurisemia jika kadar asam urat serum orang dewasa lebih dari 7,0
mg/dl pada laki-laik dan lebih dari 6,0 mg/dl pada perempuan. Peningkatan kadar
asam urat ini bisa terjadi karena sintesis asam urat terlalu banyak
asam urat urin (underexcretion), atau gabungan keduanya. Kelebihan zat asam
berbentuk seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut
akan menimbulkan nyeri hebat yang disebut artritis gout (Brzezinska et al., 2021).
Asam urat adalah hasil akhir dari kumpulan purin eksogen dan metabolisme
purin endogen. Purin eksogen banyak didapatkan dari makanan, protein hewani
sangat berpengaruh dalam peningkatan purin ini. Purin endogen didapatkan dari
produksi asam urat dalam tubuh yang utamanya berasal dari hati, usus, dan
jaringan lainnya seperti otot, ginjal, dan endotelium pembuluh darah (Maiuolo et
al., 2016).
negara prevalensinya dapat meningkat hingga 10%. Tiap tahunnya angka kejadian
asam urat yaitu 2,68 per 1000 orang. Angka terjadinya pada pria 2-6 kali lipat
daripada wanita. Di seluruh dunia angka terjadinya asam urat semakin meningkat
akibat dari buruknya kebiasaan makan seperti fast food, kurangnya melakukan
Menurut WHO, penderita asam urat pada tahun 2007 mencapai 230 juta dan
angka tersebut di perkirakan akan meningkat tajam pada tahun 2020. Jumlah
penderita asam urat bertambah banyak dari tahun 2004 dan menyerang pada usia
pertengahan 40-59 tahun. Penyakit asam urat yang terus meningkat prevalensinya,
baik di negara maju maupun berkembang dan hanya sedikit penderita asam urat
gejala 24,7% jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi pada umur
≥75 tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (27,5%) dibandingkan
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan kasus ini memberikan pengalaman yang nyata
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan kasus ini adalah penulis dapat melakukan:
Hiperuricemia.
C. Manfaat Praktik
yang disesuaikan dengan program home program yang telah diajarkan oleh
fisioterapis.
darah. Batasan hiperurisemia untuk pria dan wanita tidak sama tergantung dari
kadar asam urat serumnya lebih dari 7,0 mg/dl. Sedangkan hiperurisemia pada
wanita dewasa terjadi bila kadar asam urat serum di atas 6,0 mg/dl. Ginjal
merupakan organ yang berperan megendalikan kadar asam urat di dalam darah
agar selalu dalam batas normal. Organ ginjal mengatur pembuangan asam urat
melalui urin. Namun bila produksi asam urat menjadi sangat berlebihan atau
Asam urat memiliki hubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang
dapat memicu terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah, Peningkatan
kadar asam urat ini dapat menyebabkan gangguan pada tubuh, seperti rasa nyeri
didaerah persendian yang sering, disertai dengan rasa nyeri yang teramat sangat
Asam urat merupakan hasil metabolisme didalam tubuh yang kadarnya tidak
boleh berlebih, setiap individu memiliki asam urat didalam tubuh, karena pada
setiap metabolisme yang normal akan dihasilkan asam urat. Asam urat merupakan
hasil dari metabolisme akhir dari purin yaitu sebagai salah satu komponen asam
nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh (Andri & Yudha, 2017).
Menurut WHO asam urat merupakan bagian dari metabolisme purin, namun
apabila metabolisme terjadi secara tidak normal maka akan terjadi sebuah proses
penumpukan kristal dari asam urat pada persendian yang menyebabkan rasa sakit
yang cukup tinggi. Pada keadaan normal, kadar asam urat pada laki-laki mulai
meningkat setelah pubertas sedangkan pada perempuan kadar asam urat tidak
meningkatkan ekskrsi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar asam
urat akan mengalami peningkatan seperti yang dialami pria (Fajarina, 2011 dalam
Kussoy, 2019).
peningkatan kadar asam urat di atas normal dan juga merupakan suatu keadaan
B. Biomekanik
1. Mobility
Mobility ginjal terjadi karena gerakan yang dibuat oleh diafragma dan
caudal mengikuti jalur dari psoas. Bagian upper/superior dari ginjal tertekan
kearah anterior dan ginjal bergerak kearah yang berlawanan arah (rotasi
ginjal.Gerakan ginjal ini diulang lebih dari 20.000 kali per hari dengan jarak
2. Motility
mobility, kecuali kita tidak pernah merasakan goyangan maju dari kutub
superior ginjal selama melakukan motility. Untuk mendeteksi gerakan
motility, dibagi menjadi tiga komponen yaitu naik dan turun secara vertikal
pada ginjal. Kedua ialah rotasi internal dan eksternal yang lembut.
inferior dari kutub ginjal. Selama inhalasi, akan terasa suatu gerakan dari
atau pada saat inhalasi ginjal bergerak kearah caudal dan berotasi jauh dari
Ginjal merupakan salah satu organ yang menempati rongga abdomen, berada
di bagian belakang dari perioteum serta terletak di kiri kanan dari kolumna
vertebralis. Ginjal pada tubuh manusia terdiri dari buah yaitu ginjal kanan dan
ginjal kiri. Pada ginjal kanan, batas atasnya ialah T12 sedangkan untuk batas
bawahnya L3. Sedangkan ginjal kiri, batas atasnya ialah T11 dan untuk batas
bawah dari ginjal kiri ialah sejajar dengan L2. Pada orang dewasa, ginjal memiliki
cm. Fungsi utama dari ginjal ialah memfiltrasi atau menyaring zat sisa hasil
dan eletrolit tubuh dimana nantinya akan dibuang melalui urin. Dalam hal ini,
ginjal berfungsi untuk pembentukan urin. Untuk orang dewasa yang sehat
memiliki 1200 ml darah yang mengalir ke kedua ginjal yang ada di tubuh
data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III),
Serikat, yaitu 2,7% pada tahun 1994 dan menjadi 3,9% pada tahun 2008.
Berdasarkan data RISKESDAS 2013, Prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun
(33% dan 54,8%), perempuan memiliki angka lebih tinggi yaitu (13,4%)
kelainan proses metabolisme dalam tubuh dan 10% kasus dialami wanita
(18,3%), Jawa barat (17,5%), dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi
Timur (33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan bali (30%). Jika dilihat dari
Aceh (18,3%), Jawa barat (17,5%), dan Papua (15,4%). Prevalensi penyakit sendi
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(33,1%), diikuti Jawa Barat (32,1%), dan bali (30%). Jika dilihat dari karakteristik
umur, prevalensi tertinggi pada umur ≥ 75 tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih
banyak (13,4 %) dibandingkan laki-laki (10,3%) demikian juga yang gejala pada
penyakit gout di dunia mengalami peningkatan jumlah penderita hingga dua kali
lipat antara tahun 1990-2010. Pada orang dewasa, di Amerika Serikat penyakit
gout mengalami peningkatan sebanyak 8,3 juta (4%) orang. Penyakit gout
Indonesia yang didiagnosis tenaga kesehatan sebesar 11,9% dan yang didiagnosis
tertinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebesar 33,1%, diikuit oleh Jawa Barat
sebesar 32,1% dan Bali 30%. Di Sumatera Utara jumlah penduduk yang
penduduk.
D. Etiologi
hiperurisemia atau gout yang disebabkan karena penyakit lain atau penyebab lain.
Hiperurisemia dan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas penyebab
primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologi atau anatomi yang jelas.
a) Hiperurisemia Primer
jenis mutasi genetik dari kelainan enzim ini (Dehlin et al., 2020).
b) Hiperurisemia Sekunder
Hiperurisemia sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu
terjadi pemecahan ATP dan adanya resorpsi abnormal pada ginjal. Pada
peningkatan hasil pemecahan ATP berupa iosin, hipoxantin, dan didalam hati
sekresi.
obat seperti obat diuretik dosis terapeutik, salisilat dosis rendah, pirasinamid,
c) Hiperurisemia Idiopatik
1. Nutrisi
Beberapa penyakit seperti asam urat merupakan salah satu penyakit dimana
konsumsi memiliki kadar purin hanya saja kadarnya berbeda. Purin yang
urat di dalam tubuh. Sisanya sekitar 20-30% merupakan sintesis tubuh yang
2. Obat- Obatan
dapat menurunkan ekskresi asam urat urin, sehingga tak jarang dapat
3. Obesitas
faktor resiko tinggi. Menurut Supariasa (2009), batasan indeks masa tubuh
Indonesia, rentang indeks masa tubuh untuk pria adalah 20,1-25, dan untuk
wanita normalnya IMT pada seseorang adalah berkisar antara 18,50 – 24,99.
Diatas nilai tersebut yakni 25,00 – 29,99 sudah termasuk kategori pre
hiperurisemia mempunyai risiko 1-2 kali lipat di banding pada penderita yang
tidak memiliki riwayat genetik/ keturunan. Kadar asam urat dikontrol oleh
beberapa gen (Purwaningsih, 2010). Analisis The National Heart, Lung, and
keturunan dengan asam urat sebanyak kira-kira 40% . Kelainan genetik FJHN
diturunkan secara autosomal dominant, dan secara klinis sering terjadi pada
usia muda. Pada kelainan ini, terjadi penurunan Fractional Uric Acid
Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan
jenis kelamin. Asam urat tergolong normal apabila pria dibawah 7mg/dl dan
wanita dibawah 6mg/dl. Sebelum pubertas sekitar 3,5 mg/dl. Setelah pubertas
pada pria kadarnya meningkat secara bertahan dan dapat mencapai 5, mg/dl.
Pada perempuan, kadar asam urat biasanya tetap rendah , baru pada usia pra
mencapai 4,7 mg/dl. Jadi faktor resiko hiperurisemia meningkat pada laki-laki
ketika usia pubertas sampai diatas usia 40tahun. Sedangkan pada perempuan
meningkat ketika usia pra menopause hal tersebut diakibatkan karena hormon
esterogen. Perempuan yang telah menopause dan memasuki masa usia lanjut
E. Patofisiologi
produksi asam urat yang berlebih, pembuangan asam urat yang kurang atau
kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel DNA dan
RNA. Hal ini disebabkan kelainan produksi enzim yaitu Hipoxantin guanine
PRPP dan penggunaan enzim PRPP untuk inhibisi umpan balik menurun sehingga
semua hipoxantin akan digunakan untuk memproduksi asam urat. Selain itu
asam urat. Keadaan ini ditemukan pada mereka yang memiliki kelainan herediter
(genetik).
Asam urat akan meningkat dalam darah jika ekskresi atau pembuangannya
dalam pembuangan asam urat ini. Biasanya penderita gout mengeluarkan asam
urat 40% lebih sedikit dari orang normal. Dalam kondisi normal, tubuh mampu
mengeluarkan 2/3 asam urat melalui urin (sekitar 300 sampai dengan 600mg
urat larut dalam plasma darah sebagai monosodium urat yang pada suhu 370C
urat seecara otomatis akan lebih banyak jika kadarnya meningkat dalam darah
akibat asupan purin dari luar atau pembentukan purin. Tapi pada penderita gout
kadar asam urat tetap lebih tinggi 1-2 mg/dl dibandingkan orang normal.
menjadi alotinin yang mudah dibuang. Apabila terjadi gangguan pada enzim
urikinas akibat proses penuaan atau stress maka terjadi hambatan pembuangan
asam urat sehingga kadar asam urat akan naik dalam darah. Hambatan
pembuangan asam urat juga terjadi akibat gangguan fungsi ginjal. Pembuangan
asam urat terganggu akibat penurunan proses filtrasi ginjal di glomerulus ginjal,
dalam meningkatkan kadar asam urat pada penderita gangguan ginjal. Penurunan
ekskresi pada tubulus ginjal disebabkan karena akumulasi asam-asam organik lain
yang berkompetisi dengan asam urat untuk diekskresikan. Hal ini terjadi pada
yang terjadi karena peningkatan reabsopsi asam urat banyak dialami oleh
penderita diabetes dan terapi kerusakan ginjal biasanya hal ini berkaitan dengan
herediter.
Kombinasi asam urat berlebih dan pembuangan yang berkurang. Mekanisme
tertentu yaitu Glukosa 6-fosfat. Pada kelainan tersebut akan diproduksi asam
dengan asam laktat dan hiperurisemia menjadi lebih parah. Kekurangan enzim
F. Manifestasi Klinik
Pada umumnya serangan pertama terjadi pada satu bagian sendi lalu serangan
akan dengan cepat menghilang. Serangan berikutnya dapat terjadi lagi namun
dalam jangka waktu yang lama hingga bertahun-tahun. Serangan awal yang
dengan cepat menghilang ini membuat banyak para penderitanya tidak menyadari
bahwa telah mengalami gejala asam urat (Misnadiarly, 2007 dalam Komariah,
2017).
berlangsung cepat dan lebih sering sering dijumpai pada ibu jari atau jempol
kaki. Ada kalanya serangan disertai kelelahan, sakit kepala dan demam.
b. Interkrit, tahap ini adalah tahap yang terjadi diantara serangan asam urat akut,
c. Ikal, stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut, dimana pada
periode ini terjadi interkritikal asimtomatik, namun secara klinik tidak dapat
jaringan yaitu dibagian telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.
e. Tanda dan gejala asam urat yang sering dialami berupa rasa nyeri di
persendian yang terjadi secara mendadak, biasanya terjadi pada malam hari
G. Pemeriksaan Spesifik
1. Pemeriksaan laboratorium
untuk pria dan lebih dari 6,5 mg/dL untuk wanita (Andrabeni & Probosari,
2019). Bukti adanya kristal urat dari cairan sinovial atau dari topus melalui
topus hanya setengah dari semua pasien dengan gout. Pemeriksaan gula darah
Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui normal dan tidaknya fungsi
ginjal. Sementara itu pemeriksaan profil lemak darah dijadikan penanda ada
untuk melihat kristal urat atau monosodium urat (kristal MSU) dalam cairan
sendi. Untuk melihat perbedaan jenis artritis yang terjadi perlu dilakukan
3. Pemeriksaan radiografi
sendi. Dan jauh lebih efektif jika pemeriksaan rontgen ini dilakukan pada
dilakukan untuk melihat kelainan baik pada sendi maupun pada tulang dan
pada area yang dirasakan organnya mengami gangguan. Jika dilakukan tes
kemudian pasien mengeluhkan rasa sakit, dapat saja disimpulkan baah organ
tangan akan ketarik ke area yang terganggu karena organ akan bergerak jauh
setelah itu pasien menarik napas dan rasakan ginjal mendorong ke bawah
terhadap jari-jari. Tes ini dilakukan dalam posisi terlentang. Tes mobilitas
pada pasien dengan kasus tumor paru, seorang fisioterapis dapat melakukan
(Aras, 2017).
2. Diagnosis fisioterapi
yang terkait dengan masalah gerak dan fungsi gerak pasien. Diagnosis
fisioterapi adalah penentuan jenis kelainan atau gangguan gerak dan fungsi
dengan gangguan gerak dan fungsi gerak suatu kondisi atau patofisiologi
Dengan adanya program fisioterapi yang disusun secara tertulis ini, maka
4. Intervensi fisioterapi
dan benar agar tercapai hasil terapi yang diinginkan sehingga pasien
mampu melakukan aktivitas fungsional sehari hari dengan baik (Aras, 2017).
pasien, Palpasi sekum dengan tiga jari dan kemudian geser ke medial,
posisi ini sebanyak mungkin selama inhalasi ulangi ini 5-10 kali.
Gambar 2.
Manipulation of the Right Kidney Supine Position
Sumber : Barral, 2007
lumbal lebih tinggi dan lebih tinggi. Ketika berada dalam posisi untuk
Gambar 3. Direct
Manipulation of the Right Kidney Seated Position
Sumber: Barral, 2007
5. Evaluasi fisioterapi
intervensi, biasanya setiap tiga kali dan atau setelah enam kali setelah
Nama : Ny. H
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 53 thn
Agama : Islam
Alamat : Nusa Tamalanre Indah
Pekerjaan : IRT
Hobi : Memasak
B. Asesmen Fisioterapi
Pasien mengalami fraktur kompresi sejak 10 tahun yang lalu. Sejak itu
pasien sering mengalami nyeri punggung bawah. pasien sudah rutin ke
fisioterapi sejak satu tahun yang lalu dengan keluhan nyeri punggung
bawah. pasien memiliki riwayat asam urat sejak 8 tahun yang lalu dan
mengontrol makanannya, dimana pasein tidak lagi mengomsumsi biji-
bijian dan makanan yang dapat meningkatkan kadar asam urat. Jika pasien
mengomsumsi makanan yang dapat mengingkatkan kadar asam urat,
pergelangan kaki pasien akan mengalami pembengkakan. Pasien tidak
mengonsumsi obat untuk kadar asam urat yang tinggi. Pasein rutin
melakukan pemeriksaan asam urat di rumah dengan menggunakan
easytouch pemeriksaan asam urat, hasil paling tinggi adalah 9 mg/dl dan
pemeriksaan bulan september iyalah 7 mg/dl.
3. Asymmetric (A)
a. Inspeksi Statis
1) Pasien tampak pre-obesitas
b. Inspeksi Dinamis
1) Pola berjalan Pasien nampak tidak simetris
c. Palpasi
a) Suhu : DBN
b) Oedem : (-) Tidak terdapat Oedem
c) Tenderness: (+) pada erektor spine
d) Kontur kulit: (-) Normal
d. Tes Orientasi
a) Merubah posisi,balik kanan dan kiri : terdapat nyeri
b) Baring – duduk : mampu terdapat nyeri.
c) Duduk - Berdiri : mampu namun terdapat nyeri minimal
d) Berdiri - duduk : mampu tanpa nyeri
e) Berjalan : mampu namun disertai sedikit nyeri pada lumbal
e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD
4. Restrictive (R)
F. Program Fisioterapi
Elektrotherapy F : 1x/terapi
Nyeri pada erector I : 45,3 mA
spine (TENS, pain
T : Co-pad
manajement)
T : 2 menit
F : 1x/terapi
Andrabeni, L., & Probosari, E. (2019). Perbedaan kadar asam urat pada wanita
lansia dan persen lemak tubuh obesitas dan non-obesitas. Journal of
Nutrition COllege, 8, 231–237.
Hebgen, E. U. (2011). Visceral Manipulation in Ostheopathy. Thieme Publishing
Group.
Dehlin, M., Jacobsson, L., & Roddy, E. (2020). Global epidemiology of gout:
prevalence, incidence, tratment patterns and risk factors. Nature Reviews
Rheumatology Volume, 16, pages380–390.
Hüzmeli, C., Timucin, M., Güllü, M., & Öztürk, K. (2019). Prevalence of Chronic
Kidney Disease and Hyperuricemia In Gout Arthritis Patients. Acta Medica
Alanya, 3(1), 54–58. https://doi.org/10.30565/medalanya.505058
Huang, J., Ma, Z. F., Tian, Y., & Lee, Y. Y. (2020). Epidemiology and Prevalence
of Gout in Mainland China: an Updated Systematic Review and Meta-
Analysis. SN Comprehensive Clinical Medicine, 2(9), 1593–1606.
https://doi.org/10.1007/s42399-020-00416-8
Mattiuzzi, C., & Lippi, G. (2020). Recent updates on worldwide gout
epidemiology. Clinical Rheumatology, 39(4), 1061–1063.
https://doi.org/10.1007/s10067-019-04868-9
Singh, J. A., & Gaffo, A. (2020). Gout epidemiology and comorbidities. Seminars
in Arthritis and Rheumatism, 50(3), S11–S16.
https://doi.org/10.1016/j.semarthrit.2020.04.008
Vaidya, B., Bhochhibhoya, M., & Nakarmi, S. (2018). Synovial fluid uric acid
level aids diagnosis of gout. Biomedical Reports, 9(1), 60–64.
https://doi.org/10.3892/br.2018.1097
Yin, C., Liu, B., Wang, P., Li, X., Li, Y., Zheng, X., Tai, Y., Wang, C., & Liu, B.
(2020). Eucalyptol alleviates inflammation and pain responses in a mouse
model of gout arthritis. British Journal of Pharmacology, 177(9), 2042–
2057. https://doi.org/10.1111/bph.14967
Kurniawan, I., & Sulaiman. (2019). Exercise Relationship, Stress and Eating
Patterns with Hypertension Levels in Posyandu Lansia In Sudirejo Village I
Sub District Medan City. Journal of Health Science and Prevention, 1(1),
10–17.