Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN KASUS PROFESI FISIOTERAPI

MANAJEMEN FISIOTERAPI GANGGUAN AKTIVITAS FUNGSIONAL


BERUPA WALKING AKIBAT NYERI PUNGGUNG BAWAH E.C
FRAKTUR KOMPRESI CV L1-L3 SEJAK SEBULAN YANG
LALU DENGAN RIWAYAT HIPERTENSI DAN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 SEJAK
2 TAHUN YANG LALU

OLEH:

CITRA RAHMA UTAMI


R024211020

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

i
Lembar Pengesahan
Laporan kasus profesi fisioterapi di RSPTN Universitas Hasanuddin Poli Fisioterapi
dengan judul “Manajemen Fisioterapi Gangguan Aktivitas Fungsional berupa Walking
Akibat Nyeri Punggung Bawah E.C Fraktur Kompresi Cv L1- L3 Sejak
Sebulan yang Lalu dengan Riwayat Hipertensi dan
Diabetes Mellitus Tipe 2 Sejak
2 Tahun yang Lalu”
Pada tanggal 13 Oktober 2022

Mengetahui,

Clinical Educator Clinical Instructure

Hamisah, S.Ft.,Physio., Nindrahayu, S.Ft., Physio.


M.Biomed.

ii
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan berjudul
“Manajemen Fisioterapi Gangguan Aktivitas Fungsional berupa Walking Akibat Nyeri
Punggung Bawah E.C Fraktur Kompresi Cv L1-L3 Sejak Sebulan yang Lalu dengan
Riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus Tipe 2 Sejak 2 Tahun yang Lalu”. Shalawat
dan salam senantiasa penulis panjatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam yang telah menuntun umatnya dari jalan yang menyimpang atas syariat Allah
menuju jalan yang lurus (syariat-syariat Allah).

Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu tugas pada pelaksanaan
mata kuliah manajemen fisioterapi interna. Dalam penyusunan laporan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada clinical instructor dan clinical educator serta
pihak lainnya yang telah membimbing dalam pelaksanaan mata kuliah ini. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi perbaikan laporan ini. Semoga
laporan ini memberikan manfaat bagi dosen, penulis, pembaca serta rekan-rekan lain
yang membutuhkan demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Makassar, 12 Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan...............................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................iii
Daftar Isi...............................................................................................................iv
Daftar Tabel............................................................................................................v
Daftar Gambar......................................................................................................vi
BAB I Pendahuluan................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan Praktik............................................................................................2
C. Manfaat.......................................................................................................2
D. Tempat dan Waktu.....................................................................................3
BAB II Tinjauan Pustaka.......................................................................................4
A. Definisi ......................................................................................................4
B. Anatomi dan Biomekanik...........................................................................4
C. Epidemiologi..............................................................................................6
D. Etiologi.......................................................................................................6
E. Patofisiologi................................................................................................7
F. Manifestasi Klinis.......................................................................................8
G. Pemeriksaan Spesifik.................................................................................9
H. Penanganan Fisioterapi...............................................................................9
BAB III Manajemen Fisioterapi...........................................................................12
A. Identitas Pasien.........................................................................................12
B. Assesment Fisioterapi (CHARTS)............................................................12
C. Diagnostik Fisioterapi..............................................................................16
D. Problem Fisioterapi..................................................................................16
E. Tujuan Fisioterapi.....................................................................................16
F. Program Intervensi Pasien........................................................................17
G. Evaluasi....................................................................................................18
H. Home Program.........................................................................................19
I. Rencana Tindak Lanjut Fisioterapi..........................................................19
J. Kemitraan.................................................................................................21
Daftar Pustaka......................................................................................................22

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Hipertensi Menurut JNC VII...........................................4
Tabel 3.1 PFGD Regio Trunk (Lumbal).......................................................13
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium................................................ 15
Tabel 3.3 Program Intervensi Fisioterapi.................................................... 17
Tabel 3.4 Evaluasi (after 3x treatment)....................................................... 18
Tabel 3.5 Home Programe........................................................................... 19
Tabel 3.6 Rencana Intervensi Tahap Lanjut................................................ 19

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Ginjal.....…..........................................................................5
Gambar 2.2 Skema Hipertensi..…..........................................................................7
Gambar 2.3 Patofisiologi Hipertensi..................................................................…8
Gambar 2.4 MVT Ginjal Kiri……………...........................................................10
Gambar 2.5 MVT Pankreas………......................................................................11

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola penyakit di Indonesia sedang mengalami masa transisi epidemiologi selama
dua dekade terakhir, yakni dari penyakit menular yang awalnya menjadi beban
utama kemudian mulai berubah menjadi penyakit yang tidak menular. Kondisi ini
meningkat dan mulai mengancam seoseorang dengan usia muda. Penyakit yang
tidak menular diantaranya ialah hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit
paru obstruktif kronik (Sudarsono et al., 2017). Hipertensi atau tekanan darah tinggi
didefinisikan sebagai tekanan darah arteri tinggi yang tidak normal. Menurut Joint
National Committee 7 (JNC 7) tekanan darah normal adalah tekanan darah sistolik
<120 mmHg dan tekanan darah diastolik <80 mm Hg. Hipertensi didefinisikan
sebagai tingkat tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau tingkat tekanan darah
diastolik 90 mmHg (Singh et al., 2017).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama karena
prevalensinya yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 7,5 juta kematian atau 12,8%
dari total seluruh kematian tahunan di seluruh dunia terjadi karena tekanan darah
tinggi. Diperkirakan akan meningkat menjadi 1,56 miliar orang dewasa dengan
hipertensi pada tahun 2025 (Singh et al., 2017).
Hipertensi dapat terjadi pada siapa saja, baik usia muda atau usia tua. Hipertensi
sering disebut dengan silent killer karena termasuk penyakit yang mematikan serta
dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal (Singh
et al., 2017). Hipertensi dapat memperburuk kesehatan ginjal yang membuat angka
kejadian penyakit ginjal meningkat. Ginjal merupakan organ interna yang berperan
penting dalam pengeluaran zat – zat toksin, mempertahankan homeostatis tubuh,
mengeksresikan sisa – sisa metabolisme akhir dari protein ureum, keratin, dan
amoniak (Aditya et al., 2018).
Insiden terjadinya hipertensi makin meningkat seiring bertambahnya usia.
Risiko tekanan darah tinggi meningkat karena adanya penurunan gaya hidup sehat.

1
Terdapat sembilan dari sepuluh orang yang berisiko terkena hipertensi setelah usia
50 tahun akibat faktor gaya hidup sehat yang menurun (Singh et al., 2017). Survey
indicator kesehatan nasional (Sirkesnas) pada tahun 2016 menyebutkan bahwa
angka presentase penduduk yang memiliki hipertensi sebanyak 30,9%, pada tahun
2017 berdasarkan profil kesehatan RI prevalensi hipertensi 30,9%, dan berdasarkan
riskesdas pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 34,1% penderita hipertensi. Setiap
tahunnya di Indonesia angka prevalensi kejadian hipertensi akan mengalami
peningkatan (Solikin & Muradi, 2020).
B. Tujuan Praktik
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan kasus ini adalah memberikan informasi mengenai
penatalaksanaan Fisioterapi pada kondisi pasien dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran berupa pengkajian teori mengenai kasus hipertensi
b. Analisis hasil data yang diperoleh pada pasien dengan hipertensi
c. Perumusan diagnosis Fisioterapi yang muncul pada pasien dengan hipertensi
d. Intervensi Fisioterapi yang diberikan pada pasien dengan hipertensi
e. Evaluasi serta latihan yang dapat dilakukan di rumah pada pasien dengan
hipertensi
C. Manfaat Praktik
1. Manfaat bagi penulis
Memberikan pengalaman yang nyata terkait penatalaksanaan program
fisioterapi pada pasien dengan hipertensi.
2. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Klien dan keluarga memahami cara perawatan pada penyakit hipertensi
secara tepat dan mampu melakukan perawatan di rumah secara mandiri sesuai
home program yang telah diberikan oleh fisioterapis.
3. Manfaat bagi institusi akademik
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.

2
4. Manfaat bagi rumah sakit
Dapat memberikan kontribusi untuk mengevaluasi program pengobatan
penyakit dalam upaya peningkatan kesehatan serta peningkatan mutu pelayanan
kesehatan rumah sakit.
5. Manfaat bagi pembaca
Dapat memahami tentang penatalaksanaan, perawatan, pencegahan pada
pasien dengan hipertensi.
D. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Proses penatalaksanaan praktik fisioterapi bertempat di RSPTN Unhas Poli
Fisioterapi.
2. Waktu
Waktu penatalaksanaan praktik fisioterapi dilakukan sejak tanggal 03-14
Oktober 2022 pukul 07.30 – 16.00 WITA.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertensi merupakan salah satu penyebab penyakit yang biasanya disertai
dengan adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah (Arfah, 2021). Tekanan
darah tinggi atau hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri.
Pada kondisi ini, biasanya tekanan darah sistolik mencapai >140 mmHg dan tekanan
darah diastolik >90 mmHg (Iqbal & Jamal, 2022). Hipertensi ialah kondisi kronis
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada dinding pembuluh darah
arteri yang mengakibatkan jantung bekerja lebih keras dalam mengedarkan darah ke
seluruh tubuh sehingga dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan penyakit
degeneratif hingga mengalami kematian (Singh et al., 2017).
Hipertensi terbagi atas dua berdasarkan penyebabnya, yaitu hipertensi
esensial/primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial merupakan kondisi
hipertensi yang dimana penyebabnya belum diketahui secara pasti, sedangkan
hipertensi sekunder merupakan kondisi yang disebabkan adanya penyakit
kardiovaskuler, penyakit renovaskuler, aldosteronism, pheochromocytoma, gagal
ginjal, dan penyakit lainnya. Tekanan darah yang terjadi secara progresif dan
berkepanjangan dapat merusak pembuluh darah pada organ diantaranya ialah ginjal,
jantung, otak, dan mata (Iqbal & Jamal, 2022). Acuan yang digunakan di Indonesia
pada klasifikasi hipertensi berdasarkan Join National Committee (JNC) VII yang
dapat diliat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.1 Kategori Hipertensi menurut Join National Committee (JNC) VII

Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

4
Sumber: Kemenkes RI, 2018
B. Anatomi dan Biomekanik
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berada di rongga abdomen, berada di
belakang peritoneum, dan terletak di kanan kiri kolumna vertebralis sekitar
vertebra T11 hingga L3. Ginjal memiliki ukuran panjang 12 cm, lebar 7 cm, dan
ketebaln 3 cm. Ginjal kanan terletak 1 – 1,5 cm lebih rendah dari ginjal kiri.
Ginjal kanan: Batas atas terletak di Th 12 dan batas bawah di L3. Ginjal kiri:
Batas atas terletak di Th 11 dan batas bawah di L2 (Hebgen, 2011).
a. Mobility
Pada mobility ginjal diatur oleh pergerakan dari diafragma. Selama fase
inhalasi, ginjal bergerak 3-4 cm kearah caudal. Bagian atas tertekan selama
inhalasi. Selain itu, ginjal bergerak kearah caudallateral dan rotasi keluar
(Hebgen, 2011).
b. Motility
Selama inhalasi, ginjal bergerak dari medial-cranial ke lateral-caudal yang
berhubungan dengan rotasi keluar. Selama ekshalasi, ginjal bergerak kearah
yang berlawanan (Hebgen, 2011).

Gambar 2.1. Anatomi Ginjal


Sumber : Hebgen, 2011

5
C. Epidemiologi
Hipertensi adalah penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia dan
merupakan faktor risiko global terpenting untuk risiko kardiovaskular (penyakit
arteri koroner dan stroke). Lebih dari satu miliar orang dewasa di seluruh dunia
memiliki hipertensi dengan hingga 45% dari populasi orang dewasa terkena
penyakit ini. Prevalensi tinggi hipertensi konsisten di semua strata sosial ekonomi
dan pendapatan, dan prevalensi meningkat dengan usia terhitung hingga 60% dari
populasi di atas 60 tahun. Pada tahun 2010, laporan survei kesehatan global
diterbitkan di Lancet, yang terdiri dari data pasien dari 67 negara, melaporkan
Hipertensi sebagai penyebab utama kematian dan kecacatan yang disesuaikan tahun
hidup di seluruh dunia sejak tahun 1990. Di Amerika Serikat, hipertensi sendiri
menyumbang lebih banyak kematian terkait penyakit kardiovaskular daripada faktor
risiko lain yang dapat dimodifikasi dan merupakan penyebab kematian kedua
setelah merokok sebagai penyebab kematian yang dapat dicegah dengan alasan
apapun. Perkiraan terbaru menunjukkan jumlah pasien dengan hipertensi dapat
meningkat sebanyak 15 hingga 20%, yang dapat mencapai hampir 1,5 miliar pada
tahun 2025 (Iqbal & Jamal, 2022).
D. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah baik sistol maupun diastole, tetapi peningkatan tekanan darah sebenarnya
terjadi akibat 2 hal yang meningkat yaitu peningkatan tahanan perifer total tubuh (TPR) dan
cardiac output (CO) sehingga dapat disimpulkan bahwa jika terjadi peningkatan salah satu
atau keduanya maka orang tersebut akan mengalami hipertensi (Gambar 2.2) (Kadir, 2018).
Hipertensi esensial atau primer diperkirakan dapat disebabkan oleh faktor keturunan, faktor
usia (semakin bertambahnya usia maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih
tinggi dari perempuan), faktor gaya hidup (seperti asupan makan yang memiliki kadar
garam tinggi), kegemukan, stress, merokok, dan minum alcohol. Sedangkan hipertensi
sekunder dapat terjadi karena disebabkan oleh adanya stenosis pada arteri renalis (Kartika et
al., 2021). Selain itu, faktor penyebab lain hipertensi ialah gangguan kadar lipid dalam
darah (dislipidemia) yang meliputi peningkatan kolesterol total, trigliserida, low density

6
lipoprotein (LDL), dan disertai penurunan kadar high density lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol dan trigliserida jika mengalami peningkatan dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan timbulnya plak pada pembuluh darah sehingga jantung akan bekerja keras
dalam mensuplai darah ke seluruh tubuh dan tekanan darah mengalami peningkatan
(hipertensi). Penderita hipertensi yang disertai dengan kadar kolesterol total yang tinggi
akan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi dibanding penderita yang memiliki kadar
kolesterol total yang normal (Maryati, 2017). Komponen kolesterol utama yang memiliki
hubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya arthrosclerosis ialah LDL yang
mendistribusikan kolesterol ke jaringan perifer, begitupun sebaliknya HDL akan
mendistribusikan kolesterol dari plak pembuluh darah yang sudah ada maupun yang sedang
terbentuk ke organ hati untuk dikeluarkan bersama dengan bilirubin (Wahyuningsih et al.,
2018).

Gambar 2.2. Skema Hipertensi


Sumber : Kadir, 2016

Adapun juga keterbatasan mobilitas dari organ viscera ginjal dapat menyebabkan
hipertensi karena mengganggu fungsi fisiologis ginjal termasuk sistem renin-angiotensin
yang berkontribusi terhadap terjadinya hipertensi (Giovanis et al., 2021).
E. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah di dalam arteri dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu
jantung yang memompa lebih kuat dari kapasitas normalnya sehingga mendistribusikan
lebih banyak cairan pada setiap detik sehingga arteri mengalami penurunan fleksibilitasnya
dan menjadi kaku. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi darah dapat menyebabkan

7
peningkatan tekanan darah. Hal ini ditandai dengan terdapat kelainan fungsi pada organ
ginjal sehingga tidak mampu dalam membuang sejumlah garam dan mineral dari dalam
tubuh sehingga volume darah dalam tubuh meningkat dan tekanan darah juga ikut
meningkat. Ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang
disebut renin yang dapat memicu terbentuknya hormone angiotensi yang mengakibatkan
pelepasan hormone aldosterone (Kurniawan & Sulaiman, 2019).
Pelepasan hormone aldosteron dapat menyebabkan retensi natrium dan mineral.
Hormone angiotensi akan menjadi angiotensi I kemudian berubah menjadi angiotensi II
oleh angiotensin converting enzim (ACE) yang dihasilkan di jaringan paru maupun di sel
endotel pembuluh darah. Angiotensi II akan mengaktifkan AT1 reseptor sehingga terjadi
vasokontriksi pembuluh darah. Angiotensi II juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
arthrosclerosis sehingga terjadi inflamasi. Pada akhirnya, secara keseluruhan akan
menyebabkan peningkatan tekanan darah (hipertensi) dan apabila tidak ditangani segera
dapat bersifat permanen atau menetap (Kadir, 2016).

Gambar 2.3. Patofisiologi Hipertensi


Sumber : Kadir, 2016

F. Manifestasi Klinik
Hipertensi disebut sebagai "silent killer". Kebanyakan orang dengan hipertensi
tidak menyadari masalahnya karena tidak memiliki peringatan tanda atau gejala.
Sehingga sangat penting untuk mengukur tekanan darah secara teratur. Ketika gejala
memang terjadi, tanda dan gejala yang timbul pada penderita hipertensi, yaitu nyeri
kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, dan mudah
lelah. Nyeri kepala yang hebat umumnya didapatkan pada penderita hipertensi berat dengan

8
ciri khas nyeri di region oksipital terutama di pagi hari (Adrian, 2019). Selain itu, hipertensi
juga dapat menimbulkan komplikasi pada kardiovaskuler, otak, ginjal, dan mata
(Kurniawan & Sulaiman, 2019).
G. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran Tekanan Darah
Diagnosis hipertensi dan penatalaksanaan yang tepat membutuhkan metode pengukuran
tekanan darah yang akurat. Gunakan rata – rata = 2 kali pengukuran tekanan darah
dalam menentukan tekanan darah (Adrian & Tommy, 2019). Diagnosis hipertensi dapat
diangkat setelah 2 kali pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil peningkatan yang
tetap (Kurniawan & Sulaiman, 2019).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi hemoglobin/hematokrit, gula darah puasa, HbA,
profil lipid (kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida), kadar natrium, kalium, dan
kalsium, asam urat, dan kreatinin (Adrian, 2019).
3. Visual Listening Technique
General listening merupakan diagnosis yang melibatkan penggunaan tangan pada tubuh
pasien dengan teknik “mendengarkan”. Sedangkan local listening merupakan teknik
diagnosis dengan cara mendengarkan secara lokal pada area yang dirasakan organnya
mengami gangguan. Jika dilakukan tes kemudian pasien mengeluhkan rasa sakit, dapat
saja disimpulkan baah organ mengalami restriktif atau adhesive sehingga gerakan
mobility dan motility terganggu. Ketika melakukan palpasi pada organ yang mengalami
gangguan, tangan akan ketarik ke area yang terganggu karena organ akan bergerak jauh
lebih sedikit daripada yang sehat (Barral, 2007).
H. Penanganan Fisioterapi
1. Manipulation Visceral Technique (MVT) of Left Kidney
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah. Oleh
karena itu, berbagai penyakit dari kelainan ginjal dapat menyebabkan hipertensi
(Kurniawan & Sulaiman, 2019). Menurut Giovanis et al., (2021), keterbatasan mobility
pada ginjal dapat mengganggu sistem renin – angiotensi sehingga tekanan darah
meningkat. Teknik manipulasi visceral merupakan tindakan yang tepat dalam mengatasi
kondisi tersebut. Adapun tekniknya yaitu : Pasien posisi berbaring terlentang.
Fisioterapis berada di atas kepala pasien, di sisi contralateral. Lakukan kontak dengan

9
dinding abdominal di sisi kiri bagian atas sigmoid dari spina iliaca superior anterior
(SIAS). Bagian anterior atau batas atas dari ginjal kiri teraba kira – kira 1 cm dari atas
pusar. Dapat juga dilakukan dengan pasien dalam keadaan duduk. Kemudian selama
ekshalasi, gerakan ginjal disepanjang axisnya dalam arah cranial-medial. Selama
inhalasi, tahan posisi yang telah dicapai. Ulangi beberapa kali gerakan ini (Hebgen,
2011).

Gambar 2.4. MVT Ginjal Kiri


Sumber : Hebgen, 2011

2. Manipulation Visceral Technique (MVT) of Pankreas


Pankreas terletak di regio epigastrik dan hipochondria rongga abdomen,
pada garis tengah kira-kira pada level L1–L2, dengan kepala lebih rendah dari
ekor. Pankreas terdiri atas bagian kepala yang luas, badan dan ekor yang sempit.
Kepala pankreas berada di lengkung duodenum. Badan pankreas berada di
belakang lambung. Sedangkan, ekor berada di depan ginjal kiri dan menyentuh
limpa. Pancreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama : menghasilkan enzim pencernaan atau fungsi eksokrin serta
menghasilkan beberapa hormon atau fungsi endokrin. Sebagai kelenjar endokrin,
pancreas menghasilkan hormon seperti insulin, somatostatin dan glukagon, dan
sebagai kelenjar eksokrin yang menstintesis dan mengeluarkan cairan pancreas
yang mengandung enzim pencernaan yang selanjutnya diteruskan ke usus kecil.
Hormon insulin pada pankreas berfungsi untuk mengurangi kadar gula dalam
darah dengan cara mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh,
terutama otot. Oleh karena itu pada orang yang mengalami DM atau orang yang

10
kadar gula darahnya tinggi (hiperglikemia) teknik manipulasi visceral pada
pancreas merupakan tindakan yang tepat dalam mengatasi kondisi tersebut
dengan tujuan menstimulasi pankreas untuk menghasilkan lebih banyak insulin
yang berfungsi untuk menekan gula darah dengan cara mengubah glukosa
menjadi energi. Adapun tekniknya yaitu Pasien dalam posisi terlentang, kaki
ditekuk. Praktisi berdiri di sisi kanan pasien pada ketinggian pelvis. Prosedur :
tangan kiri fisioterapis di perut, dengan jari-jari di atas proyeksi kepala pankreas.
Tangan kanan ditempatkan dengan tenar pada proyeksi ekor pankreas. Sekarang
berikan tekanan lembut ke posterior dengan kedua tangan, menekan jaringan
superfisial di atas pankreas. Ketika Anda telah mencapai bidang fasia pankreas,
regangkan dengan kedua tangan secara bersamaan sepanjang sumbu longitudinal
pankreas dan menahan tarikan sampai fisioterapis melihat pelepasan fasia
(Hebgen, 2011).

Gambar 2.5. MVT Pankreas


Sumber : Hebgen, 2011

11
BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI
A. Identitas Pasien
Anamnesis Umum
No RM : 127248
Nama : Tn. B
Umur : 69 tahun
Alamat :-
Agama : Islam
Pekerjaan : -

Vital Sign
Tekanan Darah : 200/96 mmHg
Denyut Nadi : 83x/menit
Tanggal Pemeriksaan FT : 04 Oktober 2022
B. Assessment Fisioterapi
1. Chief of complain
Nyeri pada punggung bawah dan bengkak pada kaki
2. History Taking
Pasien datang ke poli fisioterapi dengan keluhan nyeri yang dirasakan
pada punggung bawah. Nyeri terutama dirasakan pada saat berjalan, duduk ke
berdiri dan berdiri. Pasien pernah jatuh duduk 2 tahun yang lalu namun nyeri
yang dirasakan baru sekitar sebulan yang lalu. Dari hasil pemeriksaan radiologi
didapatkan adanya fraktur kompresi CV LI-L3. Saat ini pasien menggunakan
alat bantu jalan untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Pasien memiliki

12
riwayat penyakit hipertensi dan DM dan masih rutin mengonsumsi obat hingga
saat ini. Oleh dokter diresepkan obat penurun tekanan darah berupa amplodifin
(10 mg). Namun pasien mengeluhkan kakinya bengkak setelah meminum
amplodifin sehingga diresepkan oleh dokter obat kaptopril. Sementara itu,
pasien juga rutin untuk suntik insulin tepat sebelum makan. Hasil data
laboratorium pasien menunjukan pemeriksaan glukosa darah (GDP dan HBA
1c) yang tinggi melebihi batas normal yaitu 244 mg/dl dan 10,7 %. Tidak ada
riwayat terkena serangan jantung dan riwayat dirawat di rumah sakit. Tidak terdapat
riwayat penyakit lain. Saat ini pasien menghindari mengonsumsi makanan yang
berminyak, asin, dan mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi. Kontrol buang air
besar maupun kecil dalam keadaan baik. Pasien masih cemas dengan kondisinya.
3. Asymetric
a. Inspeksi statis
1) Pasien tampak cemas
2) Postur tubuh cenderung membungkuk
3) Tampak adanya pembengkakan pada kedua kaki
b. Inspeksi dinamis : Pasien datang dengan menggunakan alat bantu jalan
dengan irama berjalan tampak lambat.
c. Palpasi
1) Suhu : Normal
2) Oedem : (+) terdapat oedem pada kedua kaki
3) Tenderness : (-)
4) Kontur kulit : Normal
d. Tes Orientasi
1) Terlentang – duduk : Mampu, ada nyeri
2) Duduk – berdiri : Mampu, ada nyeri
3) Berdiri – berjalan : Mampu, ada nyeri
e. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD)
Tabel 3.1 PFGD Regio Trunk (Lumbal)

Gerakan Aktif Pasif TIMT

13
Fleksi Mampu, full Full ROM, soft Mampu
ROM, ada nyeri end feel, ada melawan
sedikit nyeri tahanan minimal
Ekstensi Mampu, tidak Tidak full Mampu
full ROM, ada ROM, hard end melawan
nyeri feel, ada nyeri tahanan minimal
Lateral fleksi Mampu, full Full ROM, hard Mampu
dextra ROM, ada nyeri end feel, ada melawan
sedikit nyeri tahanan minimal
Lateral fleksi Mampu, full Full ROM, hard Mampu
sinistra ROM, ada nyeri end feel, ada melawan
sedikit nyeri tahanan minimal
Rotasi trunk Mampu, full Full ROM, hard Mampu
dextra ROM, ada nyeri end feel, ada melawan
sedikit nyeri tahanan minimal
Rotasi trunk Mampu, full Full ROM, hard Mampu
sinistra ROM, ada nyeri end feel, ada melawan
sedikit nyeri tahanan minimal
Interpretasi: Keterbatasan gerak pada regio trunk berupa gerakan ekstensi
4. Restrictive
a. Limitasi ROM : Terdapat limitasi ROM pada ketensi lumbal
b. Limitasi ADL : Limitasi ADL walking
c. Limitasi Pekerjaan : Tidak terdapat limitasi pekerjaan
d. Limitai Rekreasi : Tidak terdapat limitasi rekreasi
5. Tissue Impairment
a. Muskulotendinogen : Muscle weakness pada ekstensor trunk (lumbal)
b. Osteoarthrogen : Fraktur kompresi CV LI-L3
c. Neurogen :-
d. Psikogen : Kecemasan

14
6. Spesific Test
a. Pengukuran Tingkat Nyeri (VAS)
Nyeri diam : 0 (tidak nyeri)
Nyeri tekan : 3 (nyeri ringan)
Nyeri gerak : 5 (nyeri sedang)
b. Visual Listening Technique (VLT) : terdapat restriktif pada pancreas dan
ginjal
c. Tes Sensibilitas
Hasil : Pasien mampu merasakan dan membedakan bentuk
sensasi sentuhan kasar-halus serta panas-dingin.
Interpretasi : Normal
d. Pitting Oedema Test
Hasil : 3-4 mm kedalaman oedem pada saat ditekan dan
kembali sekitar 15 detik setelah ditekan
Interpretasi : Oedem grade 2
e. Pengukuran Tingkat Kecemasan (HRS-A)
Hasil : 14
Interpretasi : Kecemasan sedang
f. Manual Muscle Testing
Hasil :4
Interpretasi :Mampu melawan tahanan minimum
g. Bartel Index
Hasil : 85
Interpretasi : Ketergantungan ringan
h. Pemeriksaan Laboratorium (24/09/2022)
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Kimia Darah (Glukosa)
GDP 244 70-110 Mg/dl

15
HBA 1c 10,7 4-6 %
Fungsi Ginjal
Kreatinin 1,3 0,6-1,3 Mg/dl
Kesan : Hiperglikemia

i. Radiologi
Kesan : Fraktur kompresi CV LI-L3
C. Diagnosis Fisioterapi
Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses
pengukuran dan pemeriksaam tersebut yaitu “Manajemen Fisioterapi Gangguan
Aktivitas Fungsional berupa Walking Akibat Nyeri Punggung Bawah E.C Fraktur
Kompresi Cv L1-L3 Sejak Sebulan yang Lalu dengan Riwayat Hipertensi dan
Diabetes Mellitus Tipe 2 Sejak 2 Tahun yang Lalu”.
D. Problem Fisioterapi
a. Problem primer : Nyeri pada punggung bawah, oedema pada kedua kaki
dan restrictive pada ginjal kiri dan pankreas.
b. Problem sekunder :- Muscle weakness ekstensor lumbal
- Limitasi ROM pada gerakan ekstensi lumbal
- Kecemasan
- Stifness pada CV L1-L3
c. Problem kompleks : Gangguan ADL walking

E. Tujuan Fisioterapi
a. Tujuan jangka pendek
1) Mengurangi nyeri pada punggung bawah
2) Mengatasi oedem pada kedua kaki
3) Meningkatkan kekuatan otot pada ekstensor lumbal
4) Meningkatkan ROM pada gerakan ekstensi lumbal
5) Mengatasi stiffness pada CV LI-L3
6) Memperbaiki mobilitas ginjal kiri dan pancreas

16
7) Mengontrol tekanan darah dan glukosa darah
b. Tujuan jangka panjang : Mengatasi gangguan ADL walking dan
menormalkan tekanan darah dan glukosa dalam darah

F. Program Fisioterapi
Tabel 3.3 Program Fisioterapi

No. Problem Modalitas Dosis


F : 1x sehari
I : pasien fokus
Komunikasi
1. Kecemasan T : interpersonal
terapeutik
approach
T : selama sesi terapi
F : 1x sehari
I : 30 mA
2. Nyeri Elektroterapi (TENS)
T : Co-pad (lumbal)
T : 8 menit
F : 1x sehari
I : 8x hit, 5x rep
Exercise Therapy T : AROMEX,
(stiffness pada CV PROMEX, William
Limitasi ROM L1-L3) Flexion, stretching
3. ekstensor exc
lumbal T : 3 menit
F : 1x sehari
Exercise Therapy
I : 8x hit, 5x rep
(muscle weakness
T : Strengthening exc
ekstensor lumbal)
T : 3 menit

17
F : 1x sehari
I : 8x hit, 5x rep
4. Oedema Exercise Therapy
T : Ankle pump
T : 3 menit
Restrictive
pada ginjal kiri F : 1x sehari
/ memperbaiki Manual Visceral I : 8-12x repetisi
5.
motility ginjal Technique (MVT) T : MVT ginjal kiri
kiri T : 5 menit
(Hipertensi)
Restrictive
F : 1x sehari
pada pankreas/
Manual Visceral I : 8-12x repetisi
6. memperbaiki
Technique (MVT) T : MVT pankreas
motility
T : 5 menit
pankreas (DM)

G. Evaluasi
Tabel 3.4 Evaluasi (after 3x treatment)

No Problem Parameter Sebelum Setelah Keterangan


1. Kecemasan HRS-A 14 10 Terjadi
penurunan
kecemasan
2. Nyeri VAS Nyeri Nyeri Terjadi
diam : 0 diam : 0 penurunan
Nyeri Nyeri nyeri
tekan : 3 tekan : 2
Nyeri Nyeri
gerak : 5 gerak : 3
3. Muscle Weakness MMT 4 4 Belum

18
terjadi
peningkatan
kekuatan
otot
4. Hipertensi Tekanan darah 200/96 185/83 Terjadi
(sistol/diastole mmHg mmHg penurunan
) tekanan
darah

H. Home Programe
Tabel 3.5 Home Programe

No Modalitas Dosis
1. Exercise Therapy F : 1x sehari
I : 8x hit, 5x rep
T : Ankle pump
T : 3 menit
2. Exercise Therapy F : 1x sehari
I : 8x hit, 5x rep
T : Elevasi tungkai
T : 10 menit

I. Rencana Tindak Lanjut


Tabel 3.6 Rencana tindak lanjut

No. Problem Modalitas Dosis


1. Kecemasan Komunikasi F : 1x sehari
terapeutik I : pasien fokus
T : interpersonal
approach

19
T : selama sesi terapi
F : 1x sehari
I : 30 mA
2. Nyeri Elektroterapi (TENS)
T : Co-pad (lumbal)
T : 8 menit
F : 1x sehari
I : 8x hit, 5x rep
Exercise Therapy T : AROMEX,
(stiffness pada CV PROMEX, William
Limitasi ROM L1-L3) Flexion, stretching
3. ekstensor exc
lumbal T : 3 menit
F : 1x sehari
Exercise Therapy
I : 8x hit, 5x rep
(muscle weakness
T : Strengthening exc
ekstensor lumbal)
T : 3 menit
F : 1x sehari
I : 8x hit, 5x rep
4. Oedema Exercise Therapy
T : Ankle pump
T : 3 menit
Restrictive
pada ginjal kiri F : 1x sehari
/ memperbaiki Manual Visceral I : 8-12x repetisi
5.
motility ginjal Technique (MVT) T : MVT ginjal kiri
kiri T : 5 menit
(Hipertensi)
6. Restrictive Manual Visceral F : 1x sehari
pada pankreas/ Technique (MVT) I : 8-12x repetisi
memperbaiki T : MVT pankreas

20
motility
T : 5 menit
pankreas (DM)
F : 1x sehari
I : 8x hit, 5x rep
7. ADL Walking Exercise Therapy T : ADL exc, gait
training
T : 3 menit

J. Kemitraan
Pengembangan kemitraan dilakukan dengan dokter spesialis interna dan bagian
radiologi, dokter neurologi, serta apoteker dalam rangka memberikan pelayanan
sepenuhnya terhadap kondisi pasien dan untuk mengetahui perkembangan
patofisiologi pasien sesaat setelah pemberian exercise.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aditya, A., Udiyono, A., Saaraswati, L. D., & Susanto, H. S. (2018). Screening fungsi
ginjal sebagai perbaikan outcome pengobatan pada penderita diabetes mellitus
tipe II (studi di wilayah kerja puskesmas ngesrep). Jurnal Kesehatan
Masyarakat (Undip), 6(1), 191–199.
Adrian, S. J. (2019). Hipertensi esensial: Diagnosis dan tatalaksana terbaru pada
dewasa. Cermin Dunia Kedokteran, 46(3), 172–178.
Barral, J. P. (2007). Visceral Manipulation II. Eastland Press.
Giovanis, A., Roantree, R. A., Burke, D., Sheth III, K., & Adamo, A. (2021).
Osteopathic Manipulative Treatment Affects Renal Mobility and Blood
Pressure: A Preliminary Study. AAO Journal, 31(2), 19–25.
Hebgen, E. (2011). Visceral manipulation in osteopathy. Prevention, 175, 199.
Iqbal, A. M., & Jamal, S. F. (2022). Essential Hypertension. In StatPearls. StatPearls
Publishing. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539859/
Kadir, A. (2018). Hubungan patofisiologi hipertensi dan hipertensi renal. Jurnal Ilmiah
Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(1), 15–25.
Kartika, M., Subakir, S., & Mirsiyanto, E. (2021). Faktor-Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Rawang Kota
Sungai Penuh Tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi, 5(1), 1–9.
Maryati, H. (2017). Hubungan Kadar Kolesterol Dengan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Di Dusun Sidomulyo Desa Rejoagung Kecamatan Ploso Kabupaten
Jombang the Correlation of Cholesterol Levels with Blood Pressure
Hypertension Patients in Sidomulyo Rejoagung Village Distric. Jurnal
Keperawatan, 8(2), 127–137.
Singh, S., Shankar, R., & Singh, G. P. (2017). Prevalence and Associated Risk Factors
of Hypertension: A Cross-Sectional Study in Urban Varanasi. International
Journal of Hypertension, 2017, 5491838. https://doi.org/10.1155/2017/5491838

22
Solikin, S., & Muradi, M. (2020). Hubungan Kadar Kolesterol Dengan Derajat
Hipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Sungai Jingah. Jurnal
Keperawatan Suaka Insan (Jksi), 5(1), 143–152.
Sudarsono, E. K. R., Sasmita, J. F., Handyasto, A. B., Arissaputra, S. S., &
Kuswantiningsih, N. (2017). Peningkatan pengetahuan tentang hipertensi guna
perbaikan tekanan darah pada anak muda di Dusun Japanan, Margodadi,
Sayegan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1),
26–38.

23

Anda mungkin juga menyukai