KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
2.1.1 PengertianLansia...............................................................
2.1.2 Batas Usia Lansia..............................................................
2.1.3 Perubahan Yang Terjadi di Lansia...................................
2.1.4 Tugas Perkembangan Pada Lansia....................................
2.2 Konsep Hipertensi..............................................................................
3.1. Pengkajian.......................................................................
3.2. diagnosa Keperawatan.....................................................
3.3. Intervensi Keperawatan...................................................
3.4 Catatan Perkembangan....................................................
BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................
4.2 Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Darah diastolik............................................................................16
menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun
keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60
Proses penuaan berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik secara sosial,
ekonomi, dan terutama kesehatan. Hal ini disebabkan karena dengan semangkin
bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun baik karena faktor
proses alami yang dapat menyebabkan perubahan anatomi, fisiologis, dan biokimia
pada jaringan tubuh yang dapat mempengaruhi fungsi, kemampuan badan dan jiwa
Hipertensi adalah apabila tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai “ pembunuh diam – diam “ karena
penderita hipertensi sering tidak menampakan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).
Penyakit ini menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia maupun
dunia sebab diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di
Negara berkembang. pada tahun 2000 terdapat 639 kasus hipertensi diperkirakan
1
Indonesia menunjukan bahwa di daerah pedesaan masih banyak penderita
hipertensi yang belum terjangkau oleh layanan kesehatan dikarenakan tidak adanya
penyakit ini. Dari 31,7% prevalensi hipertensi, diketahui yang sudah memiliki
tekanan darah tinggi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 7,2% dan
kasus yang minum obat hipertensi 0,4%. Hal ini menunjukkan bahwa 76%
kasus hipertensi tetapi sedikit sekali yang terkontrol (Adib, 2012). Hasil Riset
menjadi salah satu penyebab kematian utama di perkotaan maupun perdesaan pada
Data statistik WHO (word Hearld Organization) melaporkan hingga tahun 2018
terdapat satu milyar orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan sekitar
7,5 juta orang atau 12,8% kematian dari seluruh total kematian yang disebabkan
oleh penyakit ini, tercatat 45% kematian akibat jantung koroner dan 51% akibat
stroke yang juga disebabkan oleh hopertensi. Menurut American Haert Association
(2018) tercatat sekitar 77,9 juta orang di amerika serikat dengan perbandingan 1
dari 3 orang dewasa menderita hipertensi. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat
pada tahun 2030 sekitar 83,2 juta orang atau 7,2% . sementara itu menurut National
terjadinya peningkatan sekitar 15 juta orang dari total 58-65 juga menderita
Angka kejadian hipertensi di indonesia menurut riset Kesehatan Dasar Tahun 2017
tekanan darah mengalami peningkatan 5,9%, dari 25,8% menjadi 31,7% dari total
prevelansi hipertensi mengalami peningkatan yakni 7,6% pada tahun 2015 dan
9,5% tahun 2017 dengan total presentase sebesar 25,8%. Prevelansi hipertensi
Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Sumatara Barat Tahun 2017 angga
kejadian hipertensi 53,6% dan jumlah kasus sebanyak 67.101 rata-rata kasus 9.800
dengan data rekapitulasi tahun 2015 penderita hipertensi mencapai 30,218 jiwa
(Sumbar, 2017).
Pada saat melakukan pengkajian pada bulan april 2019 didapatkan data angka
kejadian hipertensi di Panti sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar
bahwa lansia yang mengalami hipertensi sebanyak 44 lansia dari 71 orang lansia
yang ada di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar dalam hal ini hampir dari
merokok, obesitas, inaktivitas fisik dan stres psikososial. Karena angka prevalensi
merupakan suatu bentuk terapi nonfarmakologi, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam (nafas lambat
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, latihan relaksasi nafas
dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah
(Pratiwi, 2016).
Pada tahun 2012 pernah dilakukan penelitian oleh Nurhayati (2012) tentang
random sampling. Penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test
dengan nilai p < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara tekanan
darah sebelum dan sesudah pemberian latihan relaksasi imajinasi terbimbing pada
memicu rangsangan di area pusat vasomotor yang terletak pada medulla otak
sehingga berpengaruh pada kerja sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon.
Rangsangan ini akan mengakibatkan sistem saraf simpatis dan pelepasan berbagai
darah yang menetap, sehingga penangan dengan manajemen yang tepat sangat
menurunkan tekanan darah yang meliptuti terapi farmakologi dan non farmakologi
Sementara itu terapi non farmakologi pada penderita hipertensi adalah terapi tanpa
obat yang juga dilakukan untuk menurunkan tekanan darah akibat stress dengan
mengatur pola hidup sehat yaitu dengan menurunkan asupan garam dan lemak,
dan alkohol, menurunkan berat badan berlebihan, istirahat cukup, olahraga teratur
serta mengelola stress. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan
bagi penderita hipertensi adalah terapi komplementer sebagai bagian dari sistem
pengobatan yang lengkap, tetapi komplementer tersebut antara lain latihan slow
(Susanti, 2015).
Latihan nafas dalam atau slow deep breating adalah salah satu teknik relaksasi
pernafasan yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi. Latihan slow deep
breathing terdiri atas pernafasan abdomen (diafragma) dan purse lip breathing
(Kozier, 2010).
Latihan slow deep breathing mestimulasi saraf otonom yang berefek pada respon
Respon saraf simpatis dan saraf parasimpatis berbanding terbalik saat melakukan
latihan slow deep berathing, saraf simpatis akan meningkatkan aktivitas tubuh
sementara itu saraf parasimpatis akan menurunkan aktivitas tubuh (Joseph, 2005).
Slow deep breathing yang dilakukan terus menerus akan berdampak pada
vasodilatasi pembuluh darah otak yang mengakibatkan suplai oksigen otak lebih
banyak sehingga perfusi jaringan otak lebih adekuat (Tarwoto, 2011). Frekuensi
latihan slow deep berathing 6 kali permenit selama 15 menit dapat meningkatkan
menurunkan denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung. Penuruna curah
jantung yang terjadi membuat tekanan darah menjadi menurun (Muttaqin, 2099).
Latihan Slow deep Beathing yang dilakukan selama 30 menit 2 kali sehari dalam
jangka waktu 3 bulan dapat menurunkan rata-rata tekanan darah diastolik (dari
11,27 ± 1.53 menjadi 14.73 ± 1.70 mmHg) dan menurunkan denyut nadi (dari 75,0
posisi duduk, kedua tangan pasien di letakkan di perut, anjurkan pasien untuk
melakukan tarikan nafas secara perlahan dan dalam melalui hidung, tarik nafas
selama 3 detik dan rasakan abdomen mengembang selama menarik nafas, tahan
nafas selama 3 detik, Kerutkan bibir dan keluarkan nafas melalui mulut, hembuskan
secara perlahan selama 6 detik, rasakan abdomen bergerak kebawah, ulangi langkah
1 sampai 5 selama 15 menit, lakukan latihan slow deep breathing dengan frekuensi
3 kali sehari.
Hasil penelitian oleh Sepdianto, Nurachmah, & Gayatri (2010) tentang penurunan
tekanan darah dan kecemasan melalui latihan slow deep bearthing pada pasien
hipertensi prima didapatkan hasil penurunan rata-rata tekanan darah sistolik dan
diastolik, sistoliksebesar 18,78 mmHg dan diastolik sebesar 8,892 mmHg. Sehinga
Seiring dengan penelitian (Wiharja et al., 2017) dengan judul Acute Effect Of Slow
dapatkan hasil tekanan darah sistolik turun dari 148,04 ± 5,82 mmHg menjadi
138,15 ± 5,9 mmHg dengan p<0,05 dan tekanan darah manuver dengan penurunan
tekanan darah sistolik maupun diastolik , p<0,000, pada uji analisis T-Test. Jadi
dapat di simpulkan berdasarkan data, manuver slow deep breathing ini dapat
dijadikan terapi non farmakologi bagi pasien. Karena efeknya akut, manuver ini
bisa dipertimbangkan untuk keadaan krisis hipertensi namun diperkirakan
Dan juga di lihat dari penelitian yang dilakukan oleh Yanti, Ida Ayu Laksmi
Mahardika, & Ni Ketut Guru Prapti (2016) dengan judul Pengaruh Slow Deep
Puskesmas Denpasar timur di dapatkan hasil nilai signifikan (p)=0,000 yang berarti
p<0,05 dengan tingkat kesalahan 5% maka H0(nol) ditolak. H0 (nol) ditolak artinya
Dan dari hasil pengkajian yang telah dilakukan kepada Ib.A di dapatakan bahwa
sebelumnya Ib.A sudah pernah di ajarkan cara menurunkan tekanan darah dengan
setelah di ajarkan oleh mahasiswa sebelumnya Ib.A tidak pernah lagi membuatnya,
karena itu mahasiswa mencoba untuk mengajarkan cara menurunkan tekanan darah
dalam perubahan tekanan darah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti
hipertensi di Wisma Delima Panti Sosial Tresna Werda Kasih Sayang Ibu
Wisma Inakaka
evaluasi tehadap Ib.A dengan hipertensi terhadap latihan slow deep breathing
di Wisma Inakaka.
(Maryam, 2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural, teori
sosial, teori genitika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat
yang hingga saat ini di anut oleh gerontologis, maka dalam tingkatan
sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas teori proses menjadi tua
(menua) tersebut. Postulat yang selama ini di yakini oleh para ilmuan perlu
masyarakat.
penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk menunjukkan teori menua adalah
adaptasi.
(Hardwiyanto & Setiabudhi, 2005). Pada lanjut usia alan terjadi proses
(Aster, 2009). Oleh karetan itu dalam tubuh akan menumpuk makin banayk
(Sunaryo, 2016).
suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
(Peldian Olds, 2007). Proses menua (aging) adalah suatu proses alami yang
disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologi maupun sosial yang saling
rasa, kelas sosial, dan keimanan menciptakan interaksi yang komplek yang
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi dalam Sunaryo (2016), bata-
empat kriteria berikut usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun,
lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90
3. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu:
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (Fase virilities) ialah
40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
age) > 65 tahun, atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri
dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-
80 tahun), dan very old (> 80 tahun) (Efendi & Makhfudli, 2009).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
sel dalam tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Menurut
1. Perubahan fisik
a. Sel saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalam tubuh akan
indra peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri menurun dan
rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon
mengerut.
jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi
meningkat.
2. Perubahan intelektual
3. Perubahan keagamaan
Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu dalam
kehidupan suatu individu (Stanly & Gauntlett, 2007). Ada beberapa tahapan
2. Tipe mandiri
4. Tipe masrah
5. Tipe bingung
atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan
2000).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin
(Marliani, 2007).
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
2.2.2 Klasifikasi
1 Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2 Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan
Tekanan
Tigka diastol Jadwal kontrol
sistolik
t ik
(mmHg)
(mmH
g)
Tingk
at I
Tingk 140-159 90-99
at II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingk 180-209 110-119 1 minggu
at III 210 satau 120 atau sekali
Tingk lebih lebuh Dirawat RS
at
IV
2.2.3 Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia menurut Triyanto (2014)
1 Faktor keturunan
penderita hipertensi
2 Ciri perseorangan
d. Kebiasaan hidup
adalah :
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alcohol
Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat–
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,
2008).
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
pertolongan medis.
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
1. Hemoglobin / hematokrit
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
3. Kalium serum
4. Kalsium serum
6. Pemeriksaan tiroid
1. Urinalisa
diabetes.
2. Asam urat
3. Steroid urin
4. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
5. Foto dada
6. CT scan
7. EKG
jantung hipertensi.
2.2.8 Penatalaksanaan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
a. Diet
e) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
x perminggu.
c. Edukasi Psikologis
1) Tehnik Biofeedback
.
2.3 Latihan Slow Deep Breathing
2.3.1 Pengertian
Latihan slow deep breathing adalah tindakan yang dilakukan secara sadar
efek relaksasi (Tarwoto, 2011). Menurut (Potter & Perry ( 2005) relaksasi
menurunya aktifitas otak dan fungsi tubuh lain pada saat terjadinya relaksasi.
Latihan slow deep breathing yang terdiri dari pernafasan abdomen (diafragma)
dan purse lip breathing dapat digunakan sehingga asuhan keperawatan mandiri
dengan metode bernafas fase ekshalasi yang panjang (Smeltzer & Bare, 2008).
Tujuan latihan slow deep breathing antara lain untuk memelihara pertukaran
emosional serta memicu rangsangan di area pusat vasomotor yang terletak pada
medulla otak sehingga berpengaruh pada kerja sistem saraf otonom dan
refleks hering- Breur yang memiliki efek pada penurunan aktifitas kemorefleks
Darah
Latihan slow deep breathing dapat menurunkan produksi asam laktat di otot
didalam otok. Nafas dalam dan lambat menstimulus saraf otonom yang berefek
yang memungkinkan suplai oksigen didalm otak lebih banyak sehingga perfusi
jaringan otak lebih adekuat (Joseph, 2005). Penurunan kadar hormon adrenalin
juga terjadi saat latihan slow deep breathing yang akan memberika rasa tenang
Prosedur yang dilakukan saat latihan slow deep breathing dengan melakukan
pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan desakan udara yang masuk
menarik nafas.
meliputi:
2.4.1 Pengkajian
kehamilan.
jantung, takipnea.
lambat/ bertunda.
edema, glikosuria.
(krakties/mengi), sianosis.
postural.
2.4.3 Diagnosa Keperawatan
miokard.
kebutuhan oksigen
3. Nyeri
berlebihan.
2.5.4 Intervensi
N Diagno N n
o sa oc i
c
1 Resiko tinggi terhadap Tujuan dan kriteri Nic
tekanan darah
pengobatan antiaritmia
- Monitor adanya
dyspneu,fatigue,tekipneu dan
ortopneu
- Auskultasi
TD,nadi,RR,sebelum,selama,d
an setelah aktivitas
spiritual
manajemen nyeri
4 Ketidak seimbangan nutrisi Noc Nic:
lebih dari kebutuhan tubuh b/d - Nutritional status :food and Nutriton management
masukan berlebihan fluid intake - Kaji adanya alergi makanan
konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah
2. Usia : 80 tahun
4. Agama : Islam
3.1.2 Keluarga atau orang lain yang penting / dekat yang dapat dihubungi
1. Nama :Tn.S
3. No. telepon :-
43
2. Pekerjaan sebelumnya
sayang ibu batu sangkar uang pensiunan Ib.A di ambil oleh anak-
anaknya.
3. Sumber pendapatan
Ib.A mengatakan sumber pendapatan saat ini yaitu hanya dari panti
4. Kecukupan pendapatan
werdha kasih sayang ibu dan uang yang di dapatkan dari PSTW
1. Hobi
2. Berpergian / wisata
3. Keanggotaan organisasi
Na Keadaansaatini Keterangan
ma
An.H Sehat Anak dan sekarang
tinggal di damasraya
dan
sudah
berkeluarga.
An.N Sehat Anak dan
sekarang
tinggal di
bandung
dan sudah
berkeluarga
An.F Sehat Anak dan
sekarang
tinggal di jakarta dan
sudah berkeluarga
An.R Sehat Anak dan sekarang
tinhhal di jakarta
sedang melanjutkan
kuliah.
3.2.1 Nutrisi
1. Frekuensi makan
2. Nafsu makan
3. Jenismakanan
7. Pantangan makanan
santan.
3.2.2 Eliminasi
1. BAK
Ib.A mengatakan biasa BAK kurang lebih 5x dan waktu yang berubah
2. BAB
2. Personal hygiene
a. Mandi
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari
mandy
b. Oral hygiene
c. Cuci rambut
shampo.
Ib.A mengatakan tidur malam pada jam 22.00 wib dan bangun jm 05.00
1. Olahraga
werdha kasih sayang ibu di pagi hari. Ib.A juga mengatakan dulu
3. Berkebun / memasak
sudah ada penanggung jawab dari panti sosial tresna werdha kasih
sayang ibu.
/ lama pakai)
1. Merokok
2. Minuman keras
kepala, sering pusing dan tengguk terasa berat, badan terasa berat
yaitu kelapa sakit, pusing, tengguk terasa berat, badan terasa berat
3. Faktor keluhan
bangun tidur.
5. Upaya mengatasi
Ib.A mengatakan jika merasa sakit kepala, pusing dan tengguk berat
darah.
perkusidanpalpasi )
2. BB/TB
140 cm / 40 kg
Warna rambut putih, rambut pendek dan bersih, tidak adanya lesi
4. Mata
mata.
5. Telinga
pendengaran.
nafas bau.
7. Dada
Simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas, tidak ada odema,
tambahan.
8. Abdomen
Simetris kiri dan kanan, tidak ada luka bebakas operasi,tidaka ada
9. Kulit
fungsi otot baik, namun sering sakit saat berjalan dan Ib.A
a
h
(
0
)
A Fungsi Penglihatan √
1. Penglihatan kabur
2. Mata berair √
3. Nyeri pada mata √
B Fungsi Pendengaran
4. Pendengaran berkurang √
5. Telinga berdenging √
C Fungsi Paru
6. Batuk lama disertai keringat malam √
7. Sesak napas √
8. Berdahak / sputum √
D Fungsi jantung
9. Jantung berdebar – debar √
10. Cepat lelah √
11. Nyeri dada √
E Fungsi pencernaan
12. Mual / muntah √
13. Nyeri ulu hati √
14. Makan dan minum banyak ( √
berlebihan )
15. Perubahan kebiasaan buang air √
besar ( mencret atau sembelit )
F Fungsi pergerakan
16. Nyeri kaki saat berjalan √
17. Nyeri pingang atau tulang belakang √
18. Nyeri persendian / bengkak √
G Fungsi persarafan
19. Lumpuh / kelemahan pada kaki √
atau tangan
20. Kehilangan rasa √
21. Gemetar / tremor √
22. Nyeri / pegal pada daerah tekuk √
H Fungsi saluran perkemihan
23. Buang air kecil banyak √
24. Sering buang air kecil pada malam √
hari
25. Tidak mampu mengontrol √
pengeluaran air kemih ( ngompol )
Jumlah 21
Analisis Hasil
Skor
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan
Normal Nilai 0
Nilai : 6 – 15 : Depresi ringan sampai sedang
Nilai : 0 – 5 : Nomal
3.3.5 Dukungan keluarga
panti sosial tresna werdha kasih sayang ibu ,Ib.A tidak pernah di jenguk
2. Penerangan
3. Sirkulasi udara
yang piket.
Untuk pembuangan air kotor ada saluran khusus untuk saluran kotor
7. Pembuangansampah
Pembuangan sampah ke bak sampah depan panti yang telah di
sediakan
8. Sumber pencemaran
10. Privasi
mengatakan mata kabur yang bisa menyebabkan resiko jatuh pada Ib.A
Data fokus
sehari
- klien mengatakan gosok gigi 2 x bantu tongkat untuk
pasta gigi
sehari
1x seminggu
jam perhari
perhari
Analisa Data
N Da Etiologi Masalah
o ta
1 Ds : Gangguan Nyeri
- klien mengatakan perfusi
sering pusing jaringan
- klien mengatakan selebral
mata kabur.
Do :
- skala nyeri 3
- nyeri hilang timbul
- lama nyeri sekitar 1
sampai 2 menit
- TD : 170/90 mmHg
- Nadi : 90 x /menit
2 Ds : Nyeri Ganggu
- Klien mengatakan susah an
berjalan karna kakinya aktivita
sakit s
Do :
- Ekspresi Tampakdatar
- klien tampak
memagang kaki saat
dikaji
3 Ds: Defisit
Klien mengatakan mandi Penurunan perawatan
1 melakukan diri
kali sehari karna sulit aktivitas sehari-hari
untuk beraktivitas
Do:
- klien tampak
susah berjalan
- aktivitas di
bantu pengasuh
- mandi terkadang masih
di
ingatkan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
setelah
penghentikan
latihan.
Peningkatan
Latihan (0200)
- Hargai
keyakinan
individu
membantu
aktivitas sehari-hari
Pendidikan
kesehatan (5510)
- Targetkan
sasaran pada
kelompok
berisiko tinggi
dan rentang usia
yang akan
mendapat
manfaat besar
dari pendidikan
- Identifikasi faktor
internal atau
eksternal yang
dapat
meningkatkan
atau mengurangi
motivasi.
- Identifikasi
karakteristik:
populasi target
yang
mempengaruhi
pemilihan strategi
belajar.
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
7. kolaborasikan dengan
pemberian analgetik
sesuai anjuran dokter
8. mengajarkan latihan
slow deep
breathing
18 Intoleransi 1. kaji S :
tingkat kemampuan pasien
April pasien untuk
2019 berpindah dari tempat mengatakan
aktivitas
10.00 berhubung tidur,berdiri.
2. kaji respon emosi , kalau
wib
an sosial, dan spiritual berjalan
terhadap aktivitas .
kakinya terasa sakit
dengan adanya
O : pasien tanpak
kelemahan 3. pantau asupan nutrisi meringis
untuk memastikan
sumber energi yang kesakitan
adekuat saat berjalan
umum
4. pantau pola tidur
pasien dan lamanya A : masalah belum
waktu tidur dam jam . teratasai
5. bantu pasien untuk
mengubah posisi P :
tidur secara berkala intervensi
6. anjurkan periode dilanjutkan
untuk istirahat dan
aktivitas secara I : intervensi 1,2,3,
bergantian . 4,
7. bantu pasien 5,6,7
untuk
mengidebtifikasi E : diharapkan klian
pilihan aktivitas bisa
beraktivitas
seperti biasa
dan hilang
4 E : diharapkan
aktivitas rambut/kuku/kulit, pasien
mampu
sehari- hari bersihkan kaca
melakuka
mata, dan n aktivitas
seperti
gosok gigi
biasa
9. Perhatikan adanya
tanda-tanda
nonverbal yang
fisiologis.
10. Beri banyak aktu
untuk melakukan
tugas
CATATAN ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
5. mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
untuk mengurangi
nyeri
6. mengajarkan
latihan slow deep
breathing
20 Intoleransi 1. kaji S : pasien
April aktivitas tingkat kemampuan mengatakan
2019 berhubungan pasien untuk kalau berjalan
10.00 dengan berpindah dari tempat kakinya terasa
wib adanya tidur,berdiri. sakit
kelemahan 2. kaji respon emosi ,
umum sosial, dan spiritual O : pasien tanpak
terhadap aktivitas . meringis
3. pantau asupan nutrisi kesakitan saat
untuk memastikan berjalan
sumber energi yang
A : masalah
belum
adekuat teratasai
4. pantau pola tidur
pasien dan lamanya P :
waktu tidur dam jam . intervensi
5. bantu pasien untuk dilanjutkan
mengubah posisi
I : intervensi
tidur secara berkala
1,2,3, 4, 5,6,7
6. anjurkan periode
untuk istirahat dan E :
aktivitas secara diharapkan
bergantian . klian
7. bantu pasien bisa
untuk beraktivitas
mengidebtifikasi seperti biasa
pilihan aktivitas
20 Kurang 1. Identifikasi S :
April perawatan kesulitan dalam klien
2019 berpakaian/perawata mengataka
Jam diri n diri, n mandi
14.00 berhungan seperti: kadang 2
wib dengan keterbatasan gerak kali
intoleransi fisik, apatis/depresi, dalam 1 hari
aktivitas, penurunan kognitif
menurunnya seperti apraksia. O : klien banyak
daya tahan 2. Identifikasi diam,
dan kekuatan kebutuhan kebersihan duduk
ditandai dari diteras dan
dengan dan berikan bantuan tidur
penurunan sesuai kebutuhan dikamar
kemampuan dengan peraatan
melakukan rambut/kuku/kulit, A : masalah
aktivitas bersihkan kaca belum
sehari- hari mata, dan gosok gigi teratasi
3. Perhatikan adanya
tanda-tanda P :
nonverbal yang
fisiologis. intervensi
4. Beri banyak waktu dilanjutkan
untuk melakukan I : intervensi 2,4
tugas
E : pasien
bisa
melakukann
aktivitas
seperti biasa
seperti
mandi
sendiri
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Dari pengkajian yang dilakukan di dapatkan bahwa Ib.A usia 80 tahun
4.1.2 Diagnoas yang didapatka dari hasil pengkajian nyeri b.d gangguan
4.1.3 Intervensi yang diberikan kepada pasien dengan diagnosa nyeri b.d
megotrol tekanan darah secara rutin ke poli klinik PSTW. Dan utuk
4.1.5 Evaluasi yang didapatkan masalah nyeri b.d gangguan perfusi jaringan
selebral teratasi dan masalah kesehata defisit perawatan diri: mandy
sebagian teratasi.
4.2 Saran
Saran untuk panti sosial tresna werda kasih sayang ibu batu sangkar