Disusun Oleh:
ii
3.5 Riwayat Pengobatan ....................................................................... 22
3.6 Ringkasan pada saat Pasien masuk RSUD Drs H. Amri Tambunan22
3.7 Hasil Pemeriksaan .......................................................................... 22
3.7.1 Hasil Pemeriksaan Tanda – Tanda Vital ............................... 23
3.7.2 Hasil Pemeriksaan Ureum Acid dan Glukosa ...................... 23
3.7.3 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap ...................................... 23
3.7.4 Hasil Pemeriksaan Lipid Profile .......................................... 24
3.8 Lembar Pemakaian Obat ................................................................ 25
3.9 Rasionalitas Obat............................................................................ 26
3.10 Pencatatan dan Pelaporan ............................................................. 27
BAB IV PEMBAHASAAN ............................................................................. 30
4.1 Pengkajian Tepat Pasien ................................................................. 30
4.2 Pengkajian Tepat Indikasi dan Tepat Obat ..................................... 31
4.3 Pengkajian Tepat Dosis ................................................................. 32
4.4 Pengkajian Waspada Efek Samping Obat dan Interaksi Obat ........ 32
4.5 Edukasi Pasien ............................................................................... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 35
5.1 Kesimpulan..................................................................................... 35
5.2 Saran ............................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 37
iii
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 2.1 Manifestasi Klinik ............................................................................ 5
Tabel 2.2 Jenis ACE-Inhibitor .......................................................................... 7
Tabel 2.3 Jenis Diuretik dan Thiazid ................................................................ 9
Tabel 2.4 Jenis ARB ......................................................................................... 11
Tabel 2.5 Klasifikasi Hipertensi ....................................................................... 15
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital.............................................. 23
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Ureum Acid dan Glukosa .................................. 23
Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Darah Lengkap .................................................. 23
Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Lipid Profile ...................................................... 24
Tabel 3.5 Lembar Pemakaian Obat .................................................................. 25
Tabel 3.6 SOAP FARMASI ............................................................................. 27
Tabel 4.1 Pengkajian Tepat Indikasi dan Tepat Obat ....................................... 31
Tabel 4.2 Pengkajian Tepat Dosis .................................................................... 32
Tabel 4.3 Pengkajian Waspada Efek Samping Obat dan Interaksi Obat .......... 32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung didefinisikan sebagai kondisi dimana jantung tidak lagi dapat
memompakan cukup darah ke jaringan tubuh. Keadaan ini dapat timbul dengan
atau tanpa penyakit jantung. Gangguan fungsi jantung dapat berupa gangguan
preload dan afterload. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian pada pasien.
(Santoso et al.2007).
Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung
kanan. Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal
2014).
1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
akibat dari gagalnya ginjal untuk mengeksresikan garam dan air sehingga tekanan
dalam jantung meningkat. Gagal jantung juga digambarkan sebagai adanya tekanan
diastolik akhir ventrikel kiri yang meningkat sehingga menimbulkan dispnea, rales
paru, dan edema, yang merupakan ciri khas dari kondisi tersebut (PERKI, 2020).
3
2.1.2 Klasifikasi CHF
kriteria yang dipakai pada gagal jantung, diantaranya klassifikasi menurut New
York Heart Association (NYHA), dan pembagian stage menurut American Heart
membagi kegagalan jantung ini menjadi empat stage (Figueroa dan Peters, 2006):
• Stage A : memiliki resiko tinggi untuk terkena CHF tapi belum ditemukan
• Stage B : sudah terdapat kelainan struktural pada jantung, akan tetapi belum
menimbulkan gejala.
standard.
4
• Stage D : pasien dengan gejala tahap akhir jantung, dan sulit diterapi dengan
pengobatan standard.
Gejala Tanda
Tipikal Spesifik
Berat badan bertambah > 2 kg/minggu Suara pekak di basal paru pada
Depresi epatomegali
Berdebar Asites
Pingsan Kaheksia
5
2.1.4 Patopisiologi Gagal Jantung
Terjadinya gagal jantung diawali dengan adanya kerusakan pada jantung atau
curah jantung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, maka jantung
jantung agar tetap dapat memompa darah secara adekuat. Bila mekanisme tersebut
telah secara maksimal digunakan dan curah jantung normal tetap tidak terpenuhi,
maka setelah akan itu timbul gejala gagal jantung. (Mandiko. 2017).
beban awal akibat aktivasi Sistem Renin Angiotensin Aldosteron (RAAS), dan
saraf-saraf adrenergik jantung dan medula adrenal. Denyut jantung dan kekuatan
kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung. Selain itu juga terjadi
volume darah untuk mengutamakan perfusi ke organ vital seperti jantung dan otak.
2.1.5 Penatalaksanaan
6
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan
bahanbahan farmakologis.
Terapi Farmakologi
1. Penghambat ACEI
enzim non ACE kimase yang banyak terdapat pada jantung. Penghambat ACE
merupakan terapi lini pertama untuk pasien dengan fungsi sistolik ventrikel
kiri yang menurun, yaitu dengan fraksi ejeksi di bawah normal (<40-45%)
(PERKI,2015).
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat beta, dengan cara menekan
7
mengalirkan darah, membuag jantung berdenyut lambat dan
obat golongan ini biasa digunakan pada terapi hipertensi dan gagal jantung.
3. Golongan Diuretik
memobilisasi natrium dan air dari dinding arteriolar yang berperan dalam
penurunan resistensi vaskular perifer. Obat yang termasuk jenis ini adalah
diuretik merupakan obat yang bekerja pada lengkung henle didalam ginjal.
Obat jenis ini bekerja dengan menurunkan penyerapan kalium, klorida, dan
produksi urin yang meningkat, tekanan darah akan turun serta kelebihan
cairan yang menumpuk didalam tubuh dan paru-paru akan berkurang. Contoh
obat jenis loop diuretik adalah bumetanide. Jenis diretik selanjutnya adalah
diuretik hemat kalium, obat yang termasuk jenis ini seperti spironolakton
8
Tabel 2.3 Jenis Diuretik dan Thiazid
Diuretik Loop
Thiazid
4. Golongan Nitrat
Golongan nitrat terbagi menjadi dua yaitu nitrat kerja pendek dan
nitrat kerja panjang. Contoh obat nitrat kerja pendek adalah obat Gliseril
trinitrat sedangkan obat yang termasuk golongan nitrat kerja panjang adalah
melepaskan ion notrit (NO2 - ), didalam sel ion (NO2 - ) diubah menjadi
(cGMP) intraseluler pada sel otot polos vascular. Penggunaan obat ini biasa
9
Contoh obat golongan inotropic adalah digoksin, penggunaan digoksin
diindikasikan pada pasiengagal jantung akibat fibrilasi atrium. Cara kerja dari obat
golongan iniadalah menghambat Na+ /K+ -ATPase pada membrane sel otot.Hal ini
Obat golongan CCB bekerja dengan menghambat ion kalsium masuk ke dalam
vaskularisasi otot polos dan otot jantung sehingga mampu menurunkan tekanan
darah. Selain sebagai antihipertensi, obat golongan CCB juga dapat digunakan
jantung. Obat yang termasuk ke dalam golongan CCB adalah amlodipin, nifedipin,
verapamil, dan diltiazem. Terdapat dua subkelas dalam CCB yaitu dihidripiridin
dan nondihidropiridin. Kedua subkelas tersebut sangat berbeda satu sama lain.
dalam efek farm akodinamiknya. Efek samping dari subkelas dihidropiridin seperti
pusing, sakit kepala, flushing, mood changes, edema perifer, dan gangguan
sakit kepala, dan edema perifer lebih jarang terjadi karena vasodilatasinya tidak
10
darah mengalami vasodilatasi yang menyebabkan aliran darah berjalan lancar
obatan. Manfaat dari terapi non farmakologi yaitu meningkatkan efikasi obat,
mengurangi efek samping, serta memuihkan keadaan pembuluh darah dan jantung
a) Pasien gagal jantung dengan diabetes, dyslipidemia atau obesitas harus diet
bersepeda atau berjalan dianjurkan untuk pasien gagal jantung yang stabil
(NYHA,KELAS II-III).
11
2.2 Hypertensive heart disease
2.2.1 Definisi
dengan dampak sekunder pada jantung karena hipertensi siskemik yang lama dan
terkendali dapat mengubah struktur miokrd pembulih darah dan system konduksi
jantung, difusi sistolik dan diastolic miokard yang akan bermanifestasi kliniks
sebagai angina (nyeri dada), infark miokrad, aritmia jantung (terutama fibrilasi
2.2.2 Etiologi
Penyebab dari Hypertensive heart disease adalah hipertensi kronis akan tetapi,
penyebab dari hipertensi sendiri sangat bervariasi (Riaz, 2012) Dilihat dari
idiopatik yang artinya nampak atau bisa diketahui apa itu penyebabnya.
ini, seperti :
a. Keturunan
b. Lingkungan
12
c. Hiperaktifitas saraf simpatis system rennin
a. Penggunaan esterogen
b. Penyakit ginjal
c. Sindrom chusing
- Hipertensi yang terjadi pada orang lanjut usia, disebabkan oleh beberapa
faktor seperti :
13
2.2.3 Patofisiologi
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan keluar dari
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre ganglion
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi. Pada saat bersamaan ketika system
adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air
14
2.2.4 Klasifikasi Hipertensi
4 Hipertensi
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina,
pada kasus berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner & Suddart,
2015).
sampai bertahun – tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang divaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri koroner dengan angina dalah
gejala yang paling menyertai hipertensi. Hipertrofi ventrikel kiri terjadi sebagai
15
respons peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan
tekana sistemik yang menigkat. Apabila jantung tidak mampu lagi menahan
peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri (Brunner & Suddart,
2015).
Wijaya & Putri (2013) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :
1) Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah akibat
3) Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
2.2.6 Penatalaksanaan
Menurut Wijaya & Putri (2013) penatalaksanaan pada pasien hipertensi adalah
sebagai berikut:
1. Non Farmakologi
dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan
mmHg.
16
c. Batasi konsumsi alcohol Alkohol harus dibatasi karena konsumsi
tinggi buah dan sayur seperti: pisang, alpukat, papaya, jeruk, apel
penyakit jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karena dapat
memperberat hipertensi.
17
ketika semua jalur energi tidak terhalang oleh ketegangan otot dan
hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan (Wijaya & Putri,
2013)
2. Farmakologi
pembuluh darah.
18
II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada resptor.
2. Scan jantung
4. Kateterisasi jantung
jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.
5. Rontgen dada
dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah tidak
norma
19
nadi Saturasi oksigen yang mungkin rendah terutama apabila gagal
9. Enzim hepar
20
BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM
Nama : Mrs. H
RM : 10XXXX
Umur : 42 Tahun
Berat Badan : 65 kg
Perkawinan : Kawin
Tidak ada
Tidak ada
21
3.5 Riwayat pengobatan
3.6 Ringkasan pada waktu pasien masuk RSUD Drs H. Amri Tambunan
Deli Serdang
masuk Rumah Sakit, Pasien merasa jantung berdebar debar dan dada terasa
berat, pasien merasa tidak nyaman seperti ada yang membebani, baruk dan
Riwayat demam tidak ada, nyeri perut bagian atas tidak dijumpai, pasien
merasa lemas dan berkeringat dingin, mual dijumpai muntah tidak ada,
22
3.7.1 Hasil Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
23
PCT 0.28 0,19 – 0,40 %
NRBC 0.0 0 – 0,05 %
NEUT 60.2 50,0 – 70,0 %
LYMPH 28.9 25,0 – 40,0 %
MONO 5.9 2,0 – 8,0 %
EO + 4.3 2,0 – 4,0 %
BASO 0.7 0,0 – 1,0 %
IG 0.3 0,16 – 0,62 %
RET 1.44 0,5 – 1,5 %
IRF - 2.3 3,1 – 13,5 %
LFR 97.7 87,0 – 98,6 %
MFR - 2.2 2,8 – 12,4 %
HFR 0.1 0,1 – 1,5 %
RET-He 33.5 30,2 – 36,2 Pg
IPF 3.3 0,9 -5,4 %
24
3.8 Lembar Pemakaian Obat
Umur : Tanggal
42Tahun Waktu Pemberian (WIB)
Berat Badan:
65 Kg Rute Kekuatan Signa
No Nama sediaan Mulai Stop Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
Obat 6/11 711 8/11 9/11 10/11
1 Inj. Diutensi IV 10 mg/ml 1 amp/12 6/11 8/11 🗸 🗸 🗸 🗸
(furosemide) jam
2 Inj. IV 25 mg/ml 1 amp/12 6/11 10/11 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸
Ranitidine jam
3 Aspilet (asam Oral 80 mg 1 x 80 mg 6/11 10/11 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸
asetilsalisilat)
4 Clopidogrel Oral 75 mg 1 x 75 mg 6/11 10/11 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸
5 Isosorbid Oral 5 mg 3 x 5 mg 6/11 10/11 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸
dinitrate
6 Atorvastatin Oral 20 mg 1 x 20 mg 6/11 10/11 🗸 🗸 🗸
7 bisoprolol Oral 2,5 mg 1 x 1,25 mg 9/11 10/11 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸
8 Uperio Oral 100 mg 2 x 25 mg 6/11 10/11 🗸 🗸 🗸 🗸 🗸
(sacubitril dan
valsartan)
25
Pasien pulang pada 10 November 2023 karena kondisi mulai
rumah sakit).
Obat Pulang yang diberikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
1. Tepat Pasien
2. Tepat Indikasi
3. Tepat Obat
4. Tepat Dosis
26
3.10 Pencatatan dan Pelaporan
– 10 November 2023
Subjek Pasien mengatakan sesak nafas, jantung berdebar debar dan dada
terasa berat
Objek Sens : cm
TD : 120/80 mmHg
HR : 72×/menit
RR : 28×/menit
T : 36.5°C
SpO2 : 99%
Ureum : 60 (Tinggi)
Creatinine : 1.6 (Tinggi)
Asam Urat : 11.0 (Tinggi)
Assesment 1. Adanya indikasi yang tidak ditangani dimana kadar asam urat
pada pasien tinggi (11.0)
2. Adanya interaksi diantara aspilet (asam asetilsalisilat) dengan
clopidogrel dimana efek kombinasi bersamaan kedua obat ini
adalah terjadinya pendarahan.
Subjek Pasien mengatakan jantung berdebar dan dada terasa berat sudah
berkurang, sesak nafas, mual, pusing berputar dan lemas
Objek Sens : cm
TD : 120/70 mmHg
HR : 86×/menit
RR : 22×/menit
T : 36.7°C
SpO2 : 98%
Ureum : 60 (Tinggi)
Creatinine : 1.6 (Tinggi)
Asam Urat : 11.0 (Tinggi)
27
Assesment 1. Adanya indikasi yang tidak ditangani dimana kadar asam urat
pada pasien tinggi (11.0)
2. Adanya interaksi diantara aspilet (asam asetilsalisilat) dengan
clopidogrel dimana efek kombinasi bersamaan kedua obat ini
adalah terjadinya pendarahan.
Subjek Pasien mengatakan sesak nafas sudah tidak ada lagi, jantung
berdebr dan dada terasa berat berkurang, mual, oyong, lemas,
pusing berputar sudah tidak ada lagi.
Objek Sens : cm
TD : 120/70 mmHg
HR : 85×/menit
RR : 20×/menit
T : 36.2°C
SpO2 : 98%
Ureum : 60 (Tinggi)
Creatinine : 1.6 (Tinggi)
Asam Urat : 11.0 (Tinggi)
Assesment 1. Adanya indikasi yang tidak ditangani dimana kadar asam urat
pada pasien tinggi (11.0)
2. Adanya interaksi diantara aspilet (asam asetilsalisilat) dengan
clopidogrel dimana efek kombinasi bersamaan kedua obat ini
adalah terjadinya pendarahan.
Subjek Pasien mengatakan sesak nafas sudah tidak ada lagi, jantung
berdebar dan dada terasa berat sudah berkurang, mual dan pusing
sudah tidak ada lagi, pusing berputar tidak ada lagi
Objek Sens : cm
TD : 120/80 mmHg
HR : 84×/menit
RR : 20×/menit
T : 36.2°C
SpO2 : 98%
Trigliserida : 219 (Tinggi)
Kolesterol Total : 243 (Tinggi)
Asam Urat : 11.0 (Tinggi)
28
Assesment 1. Adanya indikasi yang tidak ditangani dimana kadar asam urat
pada pasien tinggi (11.0).
2. Adanya interaksi diantara aspilet (asam asetilsalisilat) dengan
clopidogrel dimana efek kombinasi bersamaan kedua obat ini
adalah terjadinya pendarahan.
3. adanya interaksi diantara bisoprolol dan aspilet (asam
asetilsalisilat) keduanya meningkatkan serum postassium
(kalium).
Plain 1. Disarankan untuk pemberian terapi obat untuk mengatasi asam
urat pasien
2. Monitoring efek samping dari aspilet dan clopidogrel
3. Disarankan untuk melakukan pengecekan elektrolit.
Subjek Pasien mengatakan sesak nafas sudah tidak ada lagi, jantung
berdebar dan dada terasa berat sudah berkurang, sedikit batuk
tidak berdahak
Objek Sens : cm
TD : 120/80 mmHg
HR : 80×/menit
RR : 20×/menit
T : 36.3°C
SpO2 : 98%
Trigliserida : 219 (Tinggi)
Kolesterol Total : 243 (Tinggi)
Asam Urat : 11.0 (Tinggi)
Assesment 1. Adanya indikasi yang tidak ditangani dimana kadar asam urat
pada pasien tinggi (11.0).
2. Adanya interaksi diantara aspilet (asam asetilsalisilat) dengan
clopidogrel dimana efek kombinasi bersamaan kedua obat ini
adalah terjadinya pendarahan.
3. adanya interaksi diantara bisoprolol dan aspilet (asam
asetilsalisilat) keduanya meningkatkan serum postassium
(kalium).
Plain 1. Disarankan untuk pemberian terapi obat untuk mengatasi asam
urat pasien
2. Monitoring efek samping dari aspilet dan clopidogrel
3. Disarankan untuk melakukan pengecekan elektrolit.
29
BAB IV
PEMBAHASAN
Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 6 November 2023 pukul 07:45 WIB,
pasien dating dengan keluhan sesak nafas sejak 2 jam sebelum masuk Rumah Sakit,
pasien merasa jantung berdebar debar dan dada terasa berat sekali, pasien merasa
tidak nyaman dan ada yang membebani, batuk dan riwayat demam tidak ada, nteri
perut bagian atas tidak dijumpai, pasien merasa sangat lemas dan berkeringat
dingin, mual dijumpai munta tidak ada. BAB dan BAK tidak dijumpai.
III) pada tanggal 6 November 2023. Selama masa perawatan pasien mendapatkan
penggunaan meliputi: tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan
waspada efek samping obat. Pemantauan terapiobat dilakukan setiap hari dan
nama, tanggal lahir, serta nomor Rekam Medik (RM) pasien. Obat yang diberikan
30
kepada pasien juga sesuai dengan nama dan nomor Rekam Medik pasien yang
tertera pada etiket, serta pasien telah diidentifikasi dengan cara meminta
Setiap oabt yang memiliki spektrum terapi spesifik, maka pemberian obat
harus sesuai dengan gejalanya. Pengkajian tepat indikasi disajikan pada table 4.1
31
Pasien ISDN Untuk mengurangi dan
mengeluh nyeri (Isosorbide mencegah angina (nyeri √ √
pada dada dinitrate dada) akibat penyakit
jantung coroner
Pasien Bisoprolol Mengurangi frekuensi
mengeluh detak jantung dan
jantung tekanan otot jantungsaat √ √
berdebar- berkontraksi.
debar
Uperio Dapat menurunkan
(sacubitril & tekanan darah dan √ √
valsartan) mengurangi risiko dari
bahaya kejadian jantung.
tabel 4.3 pengkajian waspada efek samping obat dan interaksi obat
32
elektrolit
(Hipokalemia
,
hipomagnesia
,
hiponatremia)
Raniridine - Tidak terjadi -
pengkajian terhadap efek samping oleh apoteker menjadi sangat penting untuk
33
membantu dalam proses terapi.
obat dengan tepat baik jenis obat maupun waktu pemberiannya dan menjaga pola
makan dan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Adapun edukasi
- Memantau apakah ada reaksi efek samping yang timbul dari obat yang
kacang-kacangan.
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama beberapa hari
diruangan rawat inap mawar bawah A1 RSUD Drs H. Amri Tambunan Deli
Serdang pada bulan November 2023 pada pasien Mrs. H dengan diagnosa
HHD (Hypertensiv heart disease) yang meliputi tepat pasien, tepat indikasi,
diruangan rawat inap Mawar Atas A3 RSUD Drs. H. Amri Tambunan Deli
Serdang pada bulan November 2023 pada pasien Mrs. H dengan diagnosa
▪ danya indikasi yang tidak ditangani dimana kadar asam urat pada pasien
35
5.2 saran
untuk mempercepat efektifitas penyerahan obat baik pada pasien rawat inap
secara berkesinambungan.
36
DAFTAR FUSTAKA
Ariyani, R., 2017, Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi Di RW 04 kelurahan Limo Depok,
Skripsi. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Aspiani, & Yuli, R. (2016). Buku ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. EGC.
Pagani FD. Right Heart Failure After Left Ventricular Assist Device
Placement: Medical and Surgical Management Considerations. Cardiol
Clin; 2020. 10.
37
Sukandar, E., Y., et al, 2008, ISO Farmakoterapi, Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta
: Nuha Medika
38