DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr.FAUZIAH
BIREUEN
DENGAN
JUDUL KASUS
Disusun oleh:
Nazariah, S. Farm
2129013185
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan
Disusun oleh:
Nazariah, S. Farm.
NPM 2129013185
apt. Lia Erita, S. Farm apt. Eva Sartika Dasopang, S.Si., M.Si
NIDN. 0102048701
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan ridha-Nya, shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW,
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Fauziah Bireuen. Laporan ini ditulis
berdasarkan teori dan hasil pengamatan selama melakukan PKPA di Rumah Sakit
kerja profesi di rumah sakit adalah untuk memahami peran apoteker di rumah
Dekan Fakultas Farmasi, Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S. Farm, M.Si dan
Bapak apt. Sumardi, S. Si., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Ibu Rizki Sari
Zani, M. Pharm., Sc., selaku Kepala Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Umum
Kerja Profesi Apoteker (PKPA), Ibu apt. Lia Erita, S. Farm dan Ibu apt. Eva
waktu, serta memberi bimbingan dan arahan selama Praktek dan Penyusunan
Laporan ini. Seluruh Staff dan Karyawan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.
tercinta Abdulah Aman dan Ibunda Siti Amalan dengan segala dukungan dan
iii
cintanya, dan seluruh keluarga yang telah memberikan kasih sayang yang tidak
ternilai dengan apapun, motivasi, dorongan baik moril maupun materil, semangat
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga
Nazariah, S.Farm.
NPM 2129013185
iv
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................. i
JUDUL .................................................................................................. ii
v
2.2.1 Definisi Hipertensi ...................................................... 15
2.4.4 Allopurinol.................................................................. 28
vi
2.4.10 Dobutamin ................................................................. 30
2.4.12. Candesartan............................................................... 31
3.3 Ringkasan waktu Pasien masuk RSUD dr. Fauziah bireuen ... 33
vii
4.5 Informasi ............................................................................. 54
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa menurut JNC VII .......... 18
Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik tanggal 23 Juni 2022 .... 34
Tabel 3.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik tanggal 26 Juni 2022 .... 35
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kefarmasian di rumah sakit
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua
2016).
kegiatan, terdiri dari kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan
medis habis pakai (BMHP) dan farmasi klinis. Pengelolaan farmasi, alat
karena obat untuk tujuan keselamatan pasien (pasien safety) sehingga kualitas
dilakukan yaitu: pengkajian dan pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite,
1
pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi
penggunaan obat (EPO), dispensing sediaan steril dan pemantauan kadar obat
produk juga orientasi pasien. Untuk itu kompetensi apoteker perlu ditingkatkan
harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari hal-hal yang tidak
dapat berkompetensi dan menjadi tuan rumah di negara sendiri (Menkes RI,
2016).
mahasiswa calon apoteker perlu diberikan pembekalan dalam bentuk praktik kerja
profesi di rumah sakit. Praktik kerja profesi di rumah sakit menerapkan salah satu
dan menyelesaikan masalah terkait obat dalam masalah yang berhubungan dengan
(PPOSR) yang dilaksanakan pada bagian penyakit jantung. Studi kasus yang
jantung (Zaitun).
2
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan studi kasus ini adalah :
DRP tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mampuan jantung memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh yang ditandai
dengan sesak nafas pada saat beraktifitas dan saat tidur terlentang tanpa bantal dan
dokter atau belum pernah didiagnosis menderita penyakit gagal jantung tetapi
mengalami gejala atau riwayat: sesak napas pada saat aktifitas dan sesak napas
saat tidur terlentang tanpa bantal, kapasitas aktivitas fisik menurun atau mudah
Congestive Heart Failure (CHF) atau sering dikenal dengan gagal jantung
untuk mencukupi kebutuhan nutrien dan oksigen sel – sel tubuh secara adekuat
untuk menampung darah lebih banyak untuk dipompakan keseluruh tubuh atau
mengakibatkan otot jantung kaku dan menebal. Jantung hanya mampu memompa
darah untuk waktu yang singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak
4
2.1.2. Etiologi Congestive Heart Failure (CHF)
yang diakibatkan oleh beban volume (preload) atau beban tekanan (afterload)
berlebih atau oleh insufisiensi miokard. Umumnya pada gagal jantung terjadi
curah jantung yang rendah misalnya pada miokarditis akut, kardiomiopati dilatasi,
takiaritmia kronik dan kelainan koroner. Dapat terjadi juga curah jantung yang
normal atau bahkan meningkat misalnya pada gagal jantung akibat hipertiroid,
Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gagal jantung, antara
lain:
1) Usia
2) Jenis Kelamin
5
3) Riwayat merokok
Merokok adalah faktor resiko yang kuat pada gagal jantung. Setelah
pada usia 50 tahun, maka resiko menderita gagal jantung akan lebih tinggi
4) Hipertensi
5) Diabetes
gangguan mekanik, beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau
bersamaan yaitu beban tekanan, beban volume, tamponade jantung atau kontriksi
6
perikard, jantung tidak dapat diastol, obstruksi pengisian ventrikel, aneurisme
metabolik (DM, gagal ginjal kronik, anemia, toksin atau sitostatika) dan sekunder
2001).
1) Stage A
vaskular.
2) Stage B
7
diberikan ACE inhibitor (atau ARB jika intoleran terhadap ACE
3) Stage C
Pasien dengan gangguan jantung struktural dan pernah atau saat ini
bukti klinis retensi cairan), ACE inhibitor dan β blocker (jika belum
ventrikel kiri atau indikasi lain). Jika diuresis telah dimulai dan gejala
4) Stage D
8
positif IV berkelanjutan, transplantasi jantung atau perawatan rawat
tepat).
1) Dispnea
2) Ortopnea
Yaitu dispnea yang timbul secara tiba-tiba pada saat tidur. Paroxysmal
ketika sedang tidur dan merupakan manifestasi spesifik dari gagal jantung
kiri.
4) Batuk
Penderita gagal jantung dapat mengalami keluhan batuk pada malam hari,
9
berbaring. Batuk yang terjadi dapat produktif, tetapi biasanya kering dan
sumber energi untuk kontaksi otot berkurang. Gejala dapat diperberat oleh
6) Edema (pembengkakan)
ang mengalami kegagalan ventrikel kanan. Edema paru timbul bila cairan
yang di filtrasi oleh dinding mikrovaskuler lebih banyak dari yang bisa
dikeluarkan.
10
2) EKG: pada gagal jantung, interprestasi EKG yang dicari adalah ritme, ada
atau tidaknya hipertrofi ventrikel kiri, serta ada atau tidaknya infark
menilai ukuran dan fungsi ventrikel kiri, serta kondisi katup dan gerakan
sensitif untuk mendeteksi gagal jantung. Dikatakan gagal jantung bila nilai
BNP ≥100 pg/mL atau NT-pro BNP ≥300 pg/mL (Kabo P, 2012).
11
2.1.8. Penatalaksanaan
Gambar 2.1 Algoritma Terapi Gagal Jantung
(Dipiro et al., 2015)
Ataupasiendengan:
Kardiotoksin
Riwayatkardiomipati
Sasaran: Sasaran: Sasaran: Sasaran:
Mengatasi hipertensi Semua tindakan pada stage A Semua tindakan pada stage A, B Terapi IV inotropik positif terus
Menghentikan merokok Obat: Diet pembatasan garam menerus, transplantasi jantung,
Mengatasi kerusakan lipid ACEi atau ARBs atau perawatan rumah sakit
Olah raga terstur Beta Blokers Obatrutin:
Mengurangi pemasukan alcohol Diuretik
Control sindrom metabolik ACEi
Beta Blokers
Obat:
ACEI atau ARBs Obat untuk pasien tertentu:
Antogonisal dosteron
ARBs
Digitalis
Hidralazin atau nitrat
12
2.1.8.1. Tatalaksana Non-Farmakologi
gejala awal gagal jantung. Hal yang dpat dilakukan dengan restriksi garam,
penurunan berat badan, diet rendah garam dan rendah kolesterol, tidak merokok
dan olahraga.
ACEI harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan
fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40% ACEI memperbaiki fungsi ventrikel dan
angioedema (jarang), oleh sebab itu ACEI hanya diberikan pada pasien
2) Penyekat β
13
3) Antagonis Aldosteron
pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35% dan gagal jantung
kelangsungan hidup.
ACEI. Pada pasien ini ARB mengurangi angka kematian karena penyebab
kardiovaskula.
Pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40%,
terhadap ACEI dan ARB (kelas rekomendasi IIa, tingkatan bukti B).
6) Diuretik
atau gejala kongesti (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti B). Tujuan dari
14
hangat) dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai
2015).
2.2 Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Hipertensi
adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit
saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar
2016) :
15
b) Jenis kelamin dan usia lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita
hipertensi.
keduanya.
2) Hipertensi sekunder
area kontriksi.
16
arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
g) Kehamilan
h) Merokok.
17
2.2.3 Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa menurut JNC VIII
18
2.2.4.1 Terapi Non Farmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obesitas atau
yang kaya akan kalium dan kalsium, diet rendah natrium, aktifitas fisik dan
atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang
diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila
pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah.
19
1) Diuretik Thiazide
Golongan ini adalah yang paling tua dan paling banyak digunakan
Efek samping antara lain keletihan, keram kaki, lemas, peningkatan gula
kemerahan pada kulit atau alergi lain, hilang selera makan, batuk kering,
Menggangu jalan masuk kalsium menuju sel otot jantung dan arteri ini
lebih lancar untuk menurunkan tekanan darah. Golongan obat ini juga
20
4) BB (Beta Blocker)
Pada dasarnya mekanisme kerja obat ini tidak diketahui secara pasti,
dan menghambat pelepasan renin dari ginjal. Efek samping dari obat ini
2010).
5) Alfa Blocker
Zat ini memblok reseptor alfa adrenergik yang terdapat di otot polos
pembuluh. Efek samping dari obat ini adalah takikardia (Kowalski, 2010).
koroner yaitu pembuluh darah yang mensuplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung
(Smeltzer, 2011).
dipakai untuk menunjukkan sekumpulan gejala nyeri dada iskemik yang akut dan
21
tersebut menimbulkan ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
patologis dengan ditandai oleh endapan abnormal lipid, trombosid, makrofag dan
leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Akhirnya
terjadi perubahan struktur dan fungsi dari arteri koroner dan terjadi penurunan
aliran darah ke miokard. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tak terduga
berkaitan dengan rupture plak dan langsung menyumbat ke arteri koroner. Proses
Faktor resiko CAD dikategorikan sebagai faktor resiko yang dapat diubah
dan faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga menderita penyakit jantung
koroner. Faktor resiko yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes mellitus,
nyeri dada yang khas yang biasanya disertai dengan sesak nafas, perubahan
itu juga dapat ditemukan tanda klinis seperti hipertensi dan diaphoresis yang
22
menunjukkan adanya respon katekolamin, edema dan peningkatan tekanan vena
CAD dapat dijelaskan sebagai berikut: pada tahap awal terjadi penumpukan atau
endapan lemak pada tunika intima yang tampak bagian garis-garis lemak.
fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler. Proses ini menyebabkan
klinis tidak tampak sampai proses aterogenik mencapai tahap lanjut. Lesi yang
miokardium biasanya telah menyumbat lebih 75% lumen arteri koroner (Price &
Wilson, 2006). Tahap akhir dari proses patologis yang dapat menimbulkan gejala
thrombus yang diawali agregasi trombosit, embolisme thrombus dan spasme arteri
koroner.
23
2.3.5 Penatalaksaan Coronary Artery Disease
24
2.3.5.1 Terapi Nonfarmakologi
Pola makan sehat dan seimbang dengan lebih banyak sayuran atau buah-
buahan penting untuk melindungi arteri jantung. Makanan yang kaya lemak,
arteri jantung. Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan
jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system
sirkulasi yang kuat ini juga membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas
dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi semua yang dapat merusak arteri
jantung.
gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit maka dari
2) Beta-blocker
25
3) Nitrates
Atorvastatin, Rosuvastatin).
basa dan tekanan osmotik. Klorida adalah anion utama pada cairan ekstraselular
26
Terapeutik: IV, PO: Penggantian keadaan defisiensi dan pemeliharaan
homeostasis.
2.4.2 Lansprazole
mengeluarkan HCl dari sel parietal kedalam lumen lambung. PPI merupakan
penghambat sekresi asam lambung yang lebih kuat dibandingkan dengan AH2.
pasien yang hipersensitiv terhadap pantoprazole. Efek samping dari obat ini yaitu
mual dan muntah, konstipasi, kembung, nyeri otot dan sendi, pandangan kabur.
(Medscape, 2022)
2.4.3 Furosemide
bagi pasien yang mengalami retensi cairan. Terapi diuretik tidak merubah
gagal jantung. Tiazid atau analog tiazid (metolazone) dapat dikombinasi dengan
loop diuretic untuk meningkatkan efek diuresis. Tiazid lebih disukai dibanding
loop diuretic pada pasien dengan retensi cairan ringan dan peningkatan tekanan
27
2.4.4 Allopurinol
mengurangi konsentrasi asam urat urin dan serum pada pasien dengan asam urat,
2.4.5 Atorvastatin
termasuk infark miokard dan stroke. Atorvastatin adalah obat penurun lipid yang
endogen di hati, statin menurunkan kadar kolesterol dan lipid abnormal dan pada
mevalonat.
2.4.6 Ramipril
termasuk dalam kelas obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE) ini
28
yang kuat dan kompetitif, enzim yang bertanggung jawab untuk konversi
kongestif, nefropati dan untuk mengurangi tingkat kematian, infark miokard dan
2.4.7 Clopidogrel
(infark miokardia, stroke dan kematian vaskuler) pada pasien dengan riwayat
aterosklerosis yang di tandai dengan serangan stroke yang baru terjadi, infark
miokardia yang baru terjadi atau penyakit arteri perifer yang menetap. Dosis 75
mg sekali sehari dengan atau tanpa makan. Tidak diperlukan penyusuaian dosis
pada pasien lanjut usia atau dengan kelainan fungsi ginjal (Medscape, 2022).
2.4.8 Heparin
dan untuk mengobati trombosis yang terkait dengan berbagai kondisi seperti
emboli paru dan fibrilasi atrium. Heparin tak diindikasikan untuk profilaksis dan
pasca operasi dan emboli paru dan pencegahan pembekuan pada operasi arteri dan
jantung. Dalam kardiologi digunakan untuk mencegah emboli pada pasien dengan
fibrilasi atrium dan sebagai terapi tambahan antitrombin pada pasien dengan
angina tidak stabil dan/atau infark miokard non-Q wave (yaitu sindrom arteri
29
koroner akut non-ST meningkat) yang menggunakan glikoprotein trombosit
2.4.9 Digoxin
2.4.10 Dobutamine
resistensi perifer sehingga tidak menyebabkan refleks takikardia. Jadi obat ini
2.4.11 Colchicine
Kolkisin atau juga ditulis sebagai colchicine, merupakan obat antigout yang
digunakan sebagai analgesik lini pertama dalam serangan akut gout. Kolkisin
merupakan alkaloid trisiklik larut lemak yang juga dilaporkan bermanfaat dalam
tata laksana, penyakit Bechet, perikarditis, penyakit jantung koroner dan kondisi
fibrotik atau inflamatori lainnya. Kolkisin bekerja dengan memodulasi jalur pro
dan antiinflamatori multipel pada serangan akut gout. Kolkisin dapat mengikat
30
leukotrien dan sitokin, serta fagositosis. Mekanisme seluler multimodal ini diduga
2.4.12 Candesartan
Obat ini juga digunakan dalam pengobatan gagal jantung. Candesartan tersedia
darah akan lemas dan melebar sehingga aliran darah menjadi lebih lancar dan
Aspilet adalah obat yang banyak digunakan untuk berbagai indikasi, yaitu
2.4.14 Gabapentin
nyeri neuropatik perifer, neuralgia pasca herpetik, dan kejang parsial. Gabapentin
aminobutyric (GABA).
31
BAB III
PENATALAKSANAAN UMUM
Nama : NY. A
Nomor MR : 410942
Umur : 61 Tahun
Agama : Islam
Berat Badan : 50 kg
Diagnosa Akhir :
Hipertensi
Tidak ada
Tidak ada
32
3.2.4 Riwayat Alergi
Tidak ada
Pasien masuk ke RSUD dr. Fauziah melalui instalasi gawat darurat (IGD)
pada tanggal 23 Juni 2022 pada pukul 16:20 WIB dengan keluhan sesak nafas
disertai nyeri dada yang memberat sejak beberapa hari dan merasa cepat lelah.
Data hasil pemeriksaan fisik: tekanan darah: 125/94 mmHg, HR: 100 x/menit,
RR: 22 x/menit, suhu: 36.7 ºC. Pasien dipindahkan ke ruang jantung (zaitun).
dan EKG.
33
3.4.2. Pemeriksaan Patologi Klinis
No Data Hasil
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Laboratorium
23 Juni 2022
A Hematologi
* Darah Rutin ng/dl
1 Eritrosit 5.27 Juta/uL 4,20 – 6,20
2 Lekosit 9.21 ribu/uL 4 - 10,3
3 Hemoglobin 15.1 g/dL 11– 16,5
4 Trombosit 184 Ribu/uL 150 – 450
5 Hematokrit 47.6 % 37 – 51
6 MCV 90.4 fL 82 – 95
7 MCH 38.7 Pg 27,0 – 31,0
8 MCHC 31.8* % 32 – 36
B Hitung Jenis Lekosit ng/dl
1 Eosinofil 0* % 1–2
2 Basofil 0 % 0–1
3 Neutrofil Batang 0* % 2–6
4 Neutrofil segmen 81* % 40 – 70
5 Limfosit 11* % 20 – 40
6 Monosit 8* % 0–6
C Kimia Klinik
* Karbohidrat
1 Glukosa darah 210* mg/dL ≤ 140
sewaktu
D Elektrolit ng/dL
34
Kalium (K) 5.20 mmol/L 3.48 – 5.50
Natrium (Na) 127.0* mmol/L 135.37- 145.00
Klorida (Cl) 93.0* mg/dL 96 – 106
E Imunoserologi
Troponin I 1.17* ng/dl 0.0 - 0.3
Rapid Test COVID-19 AG NEG sel/uL NONREAKTIF
Takikardia
Selama pasien dirawat di RSUD dr. Fauziah Bireuen, semua obat pasien
sesuai dengan daftar obat dalam formularium nasional. Pemberian terapi kepada
yang telah didiagnosa. Obat yang diberikan pada pasien ditunjukkan pada Tabel
3.4.
35
Tabel 3.4 Obat-obat yang Diterima Pasien
36
Gabapetin 100 mg 100 mg/24 jam PO
colchicine 0.5 mg 0.5 mg/12 jam PO
Candesartan 8 mg 8 mg/ 24 jam PO
Pasien pulang pada tanggal 27 Juni 2022 dengan kondisi stabil dan kondisi
waktu keluar adalah pulang berobat jalan. Adapun terapi obat pulang yang
37
BAB IV
Pasien masuk ke RSUD dr. Fauziah pada tanggal 23 Juni 2022 pada pukul
23.00 WIB dengan keluhan sesak nafas disertai nyeri dada yang memberat dan
merasa cepat lelah sejak beberapa hari. Data hasil pemeriksaan fisik: tekanan
darah: 125/94 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 22 x/menit, suhu: 36.7 ºC.
sementara saat pasien masuk rumah sakit adalah Congestive Heart Failure (CHF)
ec Coronary Artery Disease (CAD) dengan riwayat Hipertensi. Pasien diberi infus
CPPT merupakan data hasil pengamatan yang dilakukan setiap harinya, dapat
ditulis oleh dokter atau perawat dalam bentuk format SOAP (Subjective,Objective,
Assesment, dan Planning). Data hasil pemeriksaan kondisi klinis Ny. A selama
38
Tabel 4.1 Catatan Perkembangan Pasien Terintergrasi
39
mg/24 jam ramipril 2.5
atorvastatin 20 mg/24 jam
mg/ 24 jam Aspilet 80
ramipril 2.5 mg/24 jam
mg/24 jam
Aspilet 80 mg/24
jam
40
10 mg/ml/24 jam 10 mg/ml/24
Injeksi jam
dobutamine 10 Injeksi
mg/ml/24 jam Heparin 5000
Injeksi Heparin
µl/ml
5000 µl/ml
/24 jam
/24 jam Clopidogrel
Clopidogrel 75 75 mg/24 jam
mg/24 jam atorvastatin
atorvastatin 20 20 mg/ 24
mg/ 24 jam jam
ramipril 2.5 ramipril 2.5
mg/24 jam mg/24 jam
Dalam
penggunaan
dobutamine
monitoring
tekanan darah
sistolik
Sabtu, 25 Juni Nyeri dada Pemeriksaan 1. Hiponatremia 1.terapi di
2022 Sesak nafas Fisik : kadar lanjutkan,
TD : 87/57 natrium rendah Nacl 0.9% 7
Kaki mmHg karena gagal tetes/menit
bengkak HR : 94 X/menit jantung
Cepat lelah 2. terapi di
Suhu : 36 ℃
Hipokloremia lanjutkan inj
RR : 20 X/menit
kadar klorida Furosemide
Sens : CM
rendah karena 10 mg/ml/24
Pemeriksaan
gagal jantung jam
Lab:
MCHC : 31.6* 2. Udema 3. terapi di
(Normal : 32-36 karena tubuh lanjutkan
%) menyimpan
Natrium : 127.0* 4. terapi di
terlalu banyak
(Normal : 135.37- lanjutkan
air, sehingga
145.00 mmol/L) melarutkan 5. terapi di
Klorida : 93.0* kadar natrium lanjutkan
(Normal : 96-106 dalam darah.
mmol/L)
Troponin I : 1.17* 3. Peningkatan
41
(Normal : 0.0-0.3 troponin Daftar obat
ng/dl) karena iskemia, yang dipilih :
Glukosa darah gagal jamtung
Infus Nacl 7
sewaktu 210* dan emboli paru
tetes/menit
(Normal ≤140
mg/dL). 4. CHF ec CAD Injeksi
lansoprazole
5.Hiperglikemia 30 mg/ml/24
Penggunaan resistensi jam
Obat ; insulin, Injeksi
Infus Nacl 7 gtt/i gangguan Furosemid 10
Injeksi penggunaan mg/ml/ 8 jam
lansoprazole 30 glukosa oleh Injeksi
mg/ml/24 jam miokard
Injeksi Furosemid Heparin 5000
10 mg/ml/8 jam µl/ml
Injeksi Heparin
/24 jam
5000 µl/ml Clopidogrel
24 jam 75 mg/24 jam
Clopidogrel 75 atorvastatin
mg/24 jam 20 mg/ 24
atorvastatin 20 jam
mg/ 24 jam ramipril 2.5
ramipril 2.5 mg/24 jam
mg/24 jam digoxin 0.25
Digoxin 0,25 mg/24 jam
mg/24 jam
Diskusi
dengan
dokter
mengenai
dosis digoxin
0.25 mg,
sebagai
pertimbangan
pada pasien
usia lanjut
dan gangguan
ginjal dosis
yang di
berikan
rekomendasi
42
terapi digoxin
0.125 atau
0.625 mg 1
x/hari.
43
Injeksi
Heparin 5000
µl/ml
/24 jam
Clopidogrel
75 mg/24 jam
atorvastatin
20 mg/ 24
jam
ramipril 2.5
mg/24 jam
Digoxin 0,25
mg/24 jam
Diskusi
dengan
dokter
mengenai
dosis digoxin
0.25 mg,
sebagai
pertimbangan
pada pasien
usia lanjut
dan gangguan
ginjal dosis
yang di
berikan
rekomendasi
terapi digoxin
0.125 atau
0.625 mg 1
x/hari.
44
Sens : CM meningkatkan dan ramipril,
Penggunaan disfungsi renal sebagai
Obat : dan pertimbangan
Lansoprazole hiperkalemia kombinasi
30mg/12jam 2. Gout terapi antara
Furosemide 10 diuretic ACEI/ARB
mg/12 jam untuk tidak di
Clopidogrel 75 lanjutkan
mg/24 jam dalam
Atorvastatin 20 pemakaian
mg/24 jam bersama Pilih
Ramipril 5 mg/24 salah satu.
jam ½ tab Gunakan
Digoxin 0.25 ramipril 2.5
mg/24 jam mg sebagai
Allopurinol 100 glikosida
mg/24 jam jantung.
Gabapentin 100
mg/24 jam Diskusikan
Candesartan 8 dengan
mg/24 jam dokter
Colchicine 0.5 tentang
mg/12 jam pemberian
obat kolsisin
dan
allopurinol
sebagai
pertimbangan
rekomendasi
Dosis
kolsisin 0.5-
1.2 mg tiap 2
jam sampai
nyeri mereda,
dosis
maksimal 6
mg,
propilaksis
jangka
pendek
selama awal
terapi dengan
45
allopurinol
atau obat
urikosurik :
0.5 mg 1
x/minggu
dirasakan oleh pasien. Keluhan yang dialami pasien adalah sesak nafas, nyeri dada
kiri, kaki bengkak dan pasien merasakan cepat lelah. Menurut Dipiro, et al.,
(2015), Gejala yang dirasakan pada pasien jantung yaitu cepat lelah yang dapat
pasien dilakukan oleh dokter maupun perawat setiap harinya. Pemeriksaan tanda-
tanda vital terdiri dari tekanan darah, laju pernapasan, denyut jantung dan suhu
tubuh.
masalah terkait obat pasien seperti data hasil pemeriksaan laboratorium dan
yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan kimia klinik. Hasil pemeriksaan kimia
46
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik
Data Hasil
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Ket
Rujukan
Laboratorium
23 Juni 2022
Hematologi
MCHC 31.8* % 32 – 36 Dibawah
Normal
Hitung Jenis Lekosit
Eosinofil 0* % 1–2 Dibawah
Normal
Neutrofil Batang 0* % 2–6 Dibawah
Normal
Neutrofil segmen 81* % 40 – 70 Diatas
Normal
Limfosit 11* % 20 – 40 Dibawah
Normal
Monosit 8* % 0–6 Diatas
Normal
Kimia Klinik
berdasarkan penilaian dokter terhadap data subjektif dan objektif. Setelah pasien
47
penunjang, kemudian dokter mendiagnosa pasien dengan Congestive Heart
misalnya tindakan, diet dan obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien.
Rencana monitoring yang akan dilakukan dan edukasi kepada pasien juga dapat
dilakukakan.
terapi yang tidak dinginkan. Terdapat beberapa terapi tambahan yang diberikan
pada pasien selama di ruang perawatan. Rencana terapi yang akan diberikan
48
pembengka Diberikan pada
kan pada pasien 10 mg/8 jam.
tubuh
Injeksi IV 5000 Antikoagulan Mencegah Dosis lazim untuk
Heparin µl/ml/ pengumpal penderita CHF ialah
24 jam an darah 5000 - 10000
µg/ml/24 jam
(medscape, 2022).
Diberikan pada
pasien 5000 µl/ml/
24 jam
Injeksi IV 10 Inotropik Meningkat Dosis lazim
Dobutamin mcg/m kan dobutamin 2.5
l /24 kontraksi mcg/ml – 10 mcg/ml.
jam otot jantung diberikan pada
dan curah pasien 10 mcg/ml/24
jantung jam
Injeksi IV 30 GERD Menghamb Dosis lazim untuk
lansoprazole mg/24 at sekresi penderita CHF ialah
jam asam 20-40 mg/hari
lambung (Medscape, 2022).
Diberikan pada
pasien 30 mg/24
jam.
atorvastatin PO 20 Hipolipidemik Untuk Dosis lazim untuk
mg/24 menurunka penderita CHF ialah
jam n kadar 10-20 mg/hari
kolestrol (Medscape,2022).Di
jahat dan berikan pada pasien
trigleserida 20 mg/24 jam.
didarah
Aspilet PO 80 mg Antiplatelet Penurunan Dosis lazim 75-81
/24 curah mg/hari (Medscape,
jam jantung 2022). Pemberian
aspilet untuk
mencegah serangan
penyakit jantung
selanjutnya (Pionas,
2022)
Clopidogrel PO 75mg Antiplatelet Skala nyeri : Dosis lazim 75
/24jam 6 (nyeri mg/24 jam
sedang) (Medscape, 2022).
Diberikan pada
pasien dengan dosis
75mg/24 jam.
49
Digoxin PO 0.25 Glikosida Aritmia dan membuat irama
mg/ 24 digitalis gagal jantung kembali
jam jantung normal, dan
memperkuat
jantung dalam
memompa darah ke
seluruh tubuh
(Medscape, 2022).
Ramipril PO 2.5 Anti hipertensi Menurunkan Dosis lazim 2.5
mg/24 tekanan mg/24 jam
jam darah (Medscape, 2022)
Diberikan pada
pasien dengan dosis
2.5 mg/24 jam
Colchicines PO 0.5 mg Antimitotik Menurunkan Dosis lazim 0.0.6
/12 serangan mg/12 jam
jam akut gout (Medscape, 2022).
Diberikan pada
pasien dengan dosis
0.0.6 mg/12 jam
Allopurinol PO 100 Antigout Profiklasis Dosis lazim 100-300
mg/12 serangan mg/24 jam
jam gout (Medscape, 2022).
berulang Diberikan pada
pasien dengan
dosis100 mg/24 jam
Gabapentin PO 100 Antikonvulsan Meredakan Dosis lazim 100-300
mg/24 kejang dan mg/24 jam
jam nyeri (Medscape, 2022).
Diberikan pada
pasien dengan dosis
100 mg/24 jam
Candesartan PO 8 Antihipertensi Menurunkan Dosis lazim 8 mg/24
mg/24 tekanan jam (Medscape,
jam darah 2022). Diberikan
pada pasien dengan
dosis 8 mg/24 jam
penyelesaian masalah terkait obat (Drug Related Problem) yang berkaitan atau
50
diduga berkaitan dengan terapi obat dan secara nyata atau potensial
bahwa pasien mendapat terapi obat yang tepat, efektif dan aman. Hasil analisis
51
ekskresi kalium (Suharyani, 2015).
dan magnesium
dapat
mempengaruhi
otot jantung
(Tatro, 2009)
52
penghabisan P-
glikoprotein,
sehingga
penghambatan
kompetitif dapat
mengakibatkan
peningkatan
penyerapan obat
dan penurunan
ekskresi
53
4.5 Informasi
berikan kepada dokter dan perawat tentang terapi obat yang bermasalah.
pasien menggunakan obat dengan tepat, baik jenis obatnya maupun waktu
pemberiannya.
1. Memberi obat dengan tepat seperti, tepat pasien, tepat indikasi, tepat jenis
2. Pemantauan berat badan mandiri, pasien harus memantau berat badan rutin
setiap hari, jika terdapat kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari
4. Latihan fisik, program latihan fisik memberikan efek yang sama baiknya
54
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1 Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
56
Smeltzer, S. C., Bare, B, G., 2011, Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah.
Brunner & Suddart. Vol. 2. E/8., Jakarta : EGC
Soeparman, 2001, Ilmu Penyakit Dalam.Jilid 11. Ed 3, FKUI, Jakarta, p. 127,
ISBN 0-443-07145-4
Suharyani, Ine. 2015. Evaluasi penggunaan Kombinasi Obat Digoxin dan
Furosemide. Jurnal kesehatan. Vol. 6 (2), Akademi Farmasi
Muhammadiyah Kuning, Jakarta.
Udjianti, Wajan Juni. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler.Jakarta : Salemba
Medika.
Whelten, 2001, Risk Factor for Congestive Heart Failure in US Men and Women:
NHANES I Episemiologic Follow-up Study, Arch Intern Med.
57