KARDIOVASKULAR
Kelompok 2
Penulis
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ................................................................................................ ii
DAFTAR
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Latar
Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah .............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan
……………...........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hipertensi......................................................................................................
....2
2.1.1 Pengertian
Antihipertensi..........................................................................2
2.1.2 Klasifikasi Obat Anti
Hipertensi...............................................................3
2.2 Hiperlipidemia................................................................................................
.12
2.2.1 Pengertian
Antihperlipidemia.................................................................13
2.2.2 Klasifikasi
Hiperlipidemi........................................................................13
2.2.3 Penatalaksanaan Terapi
Farmakologi......................................................16
iii
2.3 Aterosklerosis.................................................................................................
.22
2.3.1 Pencegahan dan Penatalaksaan
Aterosklerosis........................................24
DAFTAR
PUSTAKA ................................................................................................27
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hipertensi
Hipertensi meyajikan satu problem unik dalam terapi. Hipertensi lazimnya
merupakan penyakit seumur hidup penyebab beragam gejala sehingga mencapai
tahap lanjut. Untuk mendapatkan pengobatan efektif, harus digunakan setiap hari
obat yang mungkin mahal dan sering menyebabkan efek samping. Oleh karena
itu, para dokter harus menetapkan dengan pasti bahwa hipertensi adalah menetap,
memerlukan pengobatan dan harus mengeluarkan penyebab hipertensi sekunder
yang dapat dirawat dengan prosedur pembedahan definitif.
Hipertensi menetap, terutama pada orang-orang dengan peningkatan tekanan
darah ringan, harus ditetapkan dengan terjadinya peningkatan tekanan darah pada
paling sedikit pada tiga kali kunjungan yang berbeda. Pemantauan tekanan darah
pada pasien rawat jalan diduga merupakan predictor terbaik terhadap terjadinya
risiko dan, oleh karenanya, dibutuhkan untuk terapi pada hipertensi ringan.
Berikut penjelasan tentang oabat Antihipertensi dan klasifikasi obatnya:
2
beristirahat tanpa melakukan aktivitas apapun yang disebut dengan tekanan
darah diastolik.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan
darah sehingga tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih besar dari 90 mmHg.
3
Dosis : Dewasa 40 mg/hr dan Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr.
b. HCT (Hydrochlorothiaside)
Sediaan obat : Tablet
Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium
sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer
menurun.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi
keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung,
cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.
Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia,
hipertensi pada kehamilan.
Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr dan Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam
4
Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama
insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila
diberi bersa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila
diberikan bersama dengan penghambat kalsium
Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
5
akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal.
Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan
dapat masuk ke ASI.
Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok
kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk,
diare
Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
Dosis : 50 – 100 mg/kg.
6
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis
subaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma.
Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok
jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian
pada penderita biabetes mellitus, wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme,
agranulositosis, depresi.
Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena
menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan
penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila
diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin
meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan metabolisme
propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
7
4. Kalsium Antagonis
Menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri dengan
mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.
Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Kalsium Antagonis:
a. Diltiazem (kalsium antagonis)
Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
Sediaan obat : Tablet, kapsul
Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium
melalui slow cannel calcium.
Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran
cerna.
Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta
bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan
bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan.
8
Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan
menyusui.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi
berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah.
Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama antikoagulan.
Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.
Dosis : 3 x 10 mg/hr
9
Dosis : 3 x 80 mg/hr.
5. ACE inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim
yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Hal
ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung menurunkan resisitensi
perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis aldosteron, maupun
dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume
plasma dan curah jantung menurun.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori ACE inhibitor:
a. Kaptopril
Nama paten : Capoten.
Sediaan obat : Tablet.
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin
dan aldosterone.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan riwayat
angioedema dan wanita menyusui.
Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi, dyspepsia,
pandangan kabur, myalgia.
Interaksi obat : hipotensi bertambuah bila diberikan bersama diuretika.
Tidak boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti nitrogliserin
atau preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya menurunkan efek
obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
b. Lisinopril
10
Nama paten : Zestril.
Sediaan obat : Tablet.
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan
menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi.
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, wanita hamil,
hipersensivitas.
Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung, insomnia,
pusing.
Interaksi obat : efek hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretic.
Indomitasin meningkatkan efektivitasnya. Intoksikasi litium meningkat
bila diberikan bersama.
Dosis : awal 10 mg/hr.
c. Ramipril
Nama paten : Triatec.
Sediaan obat : Tablet.
Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan
menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.
Indikasi : hipertensi
Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas.
Hati – hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut,
bingung, susah tidur.
Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.
Dosis : awal 2,5 mg/hr.
11
6. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini
adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi
dari pemberian obat ini adalah sakit kepala dan pusing.
Berikut jenis antihipertensi yang termasuk pada kategori Vasodilator :
a. Hidralazin
Nama paten : Aproseline.
Sediaan obat : Tablet.
Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi
perifer menurun, meningkatkan denyut jantung.
Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna, muka
merah, kulit kemerahan.
Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama diazodsid.
Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.
2.2. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia didefinisikan sebagai terjadinya peningkatan satu atau lebih
kolesterol, fosolipid, atau trigliserida. Hiperlipidemia juga biasanya dikaitkn
dengan meningkatnya total kolesterol dan trigliserida, penurunan HDL,
peningkatan apolipoprotein B, dan peningkatan LDL (Dipiro, 2005).
Hiperlipidemia ditandai dengan meningkatnya serum kolesterol total (LC), LDL
(Low Density Lipoprotein), VLDL (Very Low density Lipoprotein), dan
penurunan HDL (High Density Lipoprotein) (Khera dan Aruna, 2012).
Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena
12
sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein
membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan
menyebabkan semakin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Kolesterol dalam
darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL.
Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan
penyumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan
HDL dikenal sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol bebas di
pembuluh darah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah dalam
kisaran normal. Berikut penjelasan tentang obat Antihiperlipidemialemak dan
klasifikasinnya:
13
Tabel 2.1. Klasifikasi hiperlipidemia menurut Fredrickson
1. Hiperlipidemia Tipe I
Hiperlipidemia tipe I memperlihatkan hiperkilomikronemia pada waktu
puasa bahkan dengan diet lemak normal dan biasanya disebabkan oleh
14
kekurangan lipoprotein lipase yang dibutuhkan untuk metabolisme
kilomikron dan defisiensi apoprotein CII.
2. Hiperlipidemia Tipe II
Pada hiperlipidemia tipe II ini terjadi peningkatan LDL dan apoprotein B
dengan VLDL kadar normal (tipe IIa) dan kadar VLDL sedikit meningkat
(tipe IIb). Pada individu homozigot gejala timbul sejak masa anak-anak
sedangkan individu heterozigot gelaja kliniknya tidak muncul sebelum
umur 20 tahun.
3. Hiperlipidemia Tipe III
Hiperlipidemia tipe III dikenal dengan nama Familial
Disbetalipoproteinemia, ditandai dengan tingginya kadar kilomikron dan
IDL. Pada tipe ini akan terjadi penimbunan IDL yang disebabkan oleh
blokade parsial dalam metabolisme VLDL menjadi LDL, peningkatan
produksi apoprotein B atau apoprotein E total.
4. Hiperlipidemia Tipe IV
Hiperlipidemia tipe IV terjadi peningkatan kadar VLDL dengan
hipertrigliseridemia, dan merupakan penyakit terbanyak dijumpai d negara
barat. Gejala klinik akan timbul pada usia pertengahan, separuh dari pasien
ini terjadi peningkatan kadar trigliserida pada umur 25 tahun, gejala klinik
xantoma bisanya tidak terjadi.
5. Hiperlipidemia Tipe V
Hiperlipidemia tipe V memperlihatkan terjadinya akumulasi VLDL dan
kilomikron, mungkin disebabkan karena gangguan katabolisme trigliserida
endogen dan eksogen. Karena semua lipoprotein mengandung kolesterol
sehingga kadar kolesterol dapat meningkat jika kadar trigliserida terlalu
tinggi. Pasien dengan tipe ini menunjukkan intoleransi terhadap
karbohidrat dan lemak.
15
2.2.3 Penatalaksanaan Terapi Farmakologi
Beberapa terapi farmakologi yang dipakai untuk terapi hiperlipidemia adalah:
16
kolesterol
dalam darah
(penurunan
LDL,
peningkatan
VLDL).
17
Pengham Menghambat Sakit kepala, Siklosporen, Kerusakan
bat absorpsi nyeri kolestiramin, hati,
absorbsi kolesterol abdomen, fibrat menyusui.
kolestero (menurunkan diare
l LDL)
18
20 mg
Liponorm
Sinova
Lesvatin
Tablet salut selaput 10 mg
Mersivas
19
dan 20 mg
Sintrol Tablet 10 mg
Stimpid Tablet 10 mg
Novales
Tablet 10 dan 20 mg
Novosta
20
‘ (600 mg) 1 atau 2 450, 600, dan 900 mg
jam
sebelum Lipidan Kapsul atau kaplet 300,
makan dan 600 mg
Hyperchol
Hicholfen
Kapsul 100, dan 300 mg
Lipanthyl
Profibrat
Kapsul 300 mg
Trichol
Zumafib
Kapsul 100 dan 300 mg
Trolip
21
(200-600 mg) 1 tablet
sesudah
makan Decrilip
3 Asam Niasin (1-2 gr) 3x sehari Niaspan Tablet lepas lambat 375,
Nikotinat sesudah 500, 750, dan 1000 mg
makan
Kolesevelam 2x sehari
(2gr) 1 tablet
2.2 Aterosklerosis
Arteriosklerosis merupakan keadaan pada pembuluh arteri yang
mengakibatkan penebalan arteriol dan pengerasan pada pembuluh darah arteri
diakibatkan oleh penumpukan lemak. Aterosklerosis merupakan jenis yang penting
dari arteriosklerosis, istilah aterosklerosis merupakan sinonim dari arteriosklerosis.
Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau
ASVD berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan
sklerosis (indurasi dan pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah
suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa
endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler,
22
kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di
seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.
Sistem kardiovaskuler bekerja secara terus-menerus dan pada kebanyakan
kasus, secara efisien. Tapi masalah dapat muncul ketika aliran darah berkurang atau
tersumbat. Bila pembuluh darah ke jantung tersumbat total, jantung tidak
mendapatkan oksigen secara cukup dan suatu serangan jantung dapat terjadi. Hal ini
dapat berakibat fatal, dan pada kenyataannya, menghasilkan jumlah jutaan kematian
setiap tahun, membuat penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di
Amerika Serikat. Penyakit jantung dapat bersiklus fatal, karena pembuluh darah
terbatas, tidak hanya dapat merusak jantung, tapi juga membuatnya bekerja lebih
keras untuk memompa darah melalui sistem sirkulasi. Lagipula, kerusakan jantung
menjadikan jantung kurang efisien dan harus bekerja walaupun dengan keras untuk
tetap melanjutkan suplai oksigen ke seluruh tubuh. Dari waktu ke waktu, penyakit
jantung memimpin masalah utama penglibatan jantung, paru-paru, ginjal, dan
segera keseluruhan sistem, sebab setiap organ dalam tubuh mempercayakan
kecukupan oksigen dan nutrisinya pada jantung. Secara khusus, sumbatan yang
menyebabkan masalah dibentuk oleh suatu pertumbuhan lekatan yang dikenal
sebagai plak aterosklerotik.
Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan
patogenesis aterosklerosis pembuluh koroner. Namun perubahan patologis yang
terjadi pada pembuluh yang mengalami kerusakan dapat diringkaskan sebagai
berikut:
Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang
tampak bagaikan garis lemak.
Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak
kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.
Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis.
23
Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari
lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
Perubahan degeneratif dinding arteria.
24
Untuk terapi medikamentosa ada dua cara yang dapat digunakan yaitu
dengan menurunkan kadar kolesterol LDL dan dengan memberikan obat-
obatan anti inflamasi. Ada beberapa obat yang dapat diberikan berkaitan
dengan mekanismenya untuk menghambat terbentuknya kolesterol LDL yaitu:
a. Statin merupakan obat pilihan utama untuk menurunkan kadar kolesterol
LDL. Statin dapat menurunkan kadar LDL lebih dari 55% dan trigliserida
(TG) lebih dari 30%, dengan demikian diharapkan menaikkan kadar HDL
lebih dari 15%. Target terapi harus sudah tercapai dalam 6 minggu. Dapat
terjadi efek samping liver namun jarang terjadi, sebaiknya tetap dikontrol
fungsi liver pada pasien.
b. Fibrat merupakan obat kombinasi yang paling efektif untuk menurunkan
kadar TG yang terlampau tinggi. Obat ini bisa sebagai obat tambahan jika
setelah penggunaan statin TG masih tetap tinggi. Efek samping yang
sering muncul yaitu pada gastroinstestinal serta batu empedu. Obat ini
mudah berinteraksi dengan obat lain sehingga penggunannya dapat
diganti dengan fenofibrat yang cenderung lebih kecil interaksi dengan
obat lain.
c. Niasin (asam nikotinat) adalah salah satu pilihan lain dari obat penurun
kolesterol. Niasin dapat menurunkan TG maupun LDL lebih dari 25%.
Niasin dapat diminum tunggal ataupun sebagai kombinasi dengan statin
untuk pasien dengan dislipedimia aterogenik. Efek samping berupa
kemerahan dimuka (flushing) dan di badan, juga terdapat efek samping
Gastrointestinal. Dengan meningkatkan dosis secara perlahan akan
mengurangi efek samping tersebut.
d. Bile acid squestrant bekerja di intestinum meningkatkan asam empedu
dan tidak di absorbsi. Obat ini aman untuk anak-anak, wanita hamil dan
menyusui. Obat ini tidak dianjurkan untuk pasien yang memiliki kadar
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obat antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan
darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal. Semua obat antihipertensi
bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi
dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD. Pengobatan Farmakologis
yaitu Diuretik, Antagonis, Reseptor- Beta, Antagonis Reseptor-Alfa, Kalsium
Antagonis, ACE inhibitor, Vasodilator.
3.2 Saran
Dari hasil penulisan makalah ini, maka diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui pengertian Hipertensi, Antihipertensi, Hyperlipidemia,
26
Antihyperlipidemia, Arteriosclerosis khasiat dan penggunaannya, serta
klasifikasi dan efek sampingnya beserta cara mengatasi obatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2006). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi (pp. 12–73).
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
https://www.yumpu.com/id/document/view/45263311/pharmaceutical-
care-untuk-penyakit-hipertensi-binfar-depkes
27