Oleh :
Lihayati 1610312037
Preseptor :
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Rita Hamdani, Sp.JP selaku preseptor
yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini. Tentunya penulisan referat ini
sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................4
DAFTAR TABEL...................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................6
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................6
1.2 Tujuan Penulisan......................................................................................................7
1.3 Batasan Masalah.......................................................................................................7
1.4 Metode Penulisan.....................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................8
2.1 Definisi.....................................................................................................................8
2.2 Epidemiologi............................................................................................................8
2.3 Etiologi...................................................................................................................10
2.4 Faktor Risiko..........................................................................................................11
2.5 Patofisiologi............................................................................................................11
2.6 Manifestasi Klinis...................................................................................................16
2.7 Diagnosis................................................................................................................17
2.8 Tatalaksana.............................................................................................................19
2.9 Prognosis Penyakit Jantung Hipertensi..................................................................27
BAB III PENUTUP..............................................................................................................28
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................29
Gambar 2.3 Strategi pengobatan pada hipertensi dan penyakit jantung coroner..............23
Gambar 2.5 Strategi pengobatan hipertensi dan gagal jantung dengan fraksi ejeksi
menurun..............................................................................................................................24
Prevalensi kejadian hipertensi di Amerika sekitar 75 juta orang dewasa atau satu dari
tiga orang dewasa AS. Dari keseluruhan pasien yang di diagnosis hipertensi, hanya 54%
yang memiliki kontrol tekanan darah yang adekuat. Secara global, prevalensi hipertensi
adalah 26,4% dan hanya satu dari lima orang yang memiliki manajemen tekanan darah
yang adekuat.2
Hipertensi pada umumnya lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.
Kelompok etnis tertentu seperti Afrika-Amerika memiliki kecenderungan yang lebih tinggi
untuk mengalami hipertensi dibandingkan etnis lain, yaitu 45% pada laki-laki dan 46,3%
pada perempuan.4
Jumlah penderita penyakit jantung hipertensi masih belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan hasil studi kebanyakan kasus hipertensi akan bermanifestasi sebagai penyakit
jantung. Hasil studi tersebut di antaranya menyebutkan angka kejadian hipertrofi ventrikel
kiri menurut hasil EKG adalah sebanyak 2,9% pada pasien laki-laki dan 1,5% pada pasien
perempuan. Sedangkan menurut hasil ekokardiogram, hipertrofi ventrikel kiri terjadi pada
15-20% pasien hipertensi. Pada pasien tanpa HVK didapatkan 33% di antaranya mengalami
disfungsi diastolik ventrikel kiri yang asimtomatik.1
Oleh karena tingginya angka kejadian hipertensi, serta hipertensi itu sendiri dapat
menyebabkan penyakit jantung hipertensi dengan prognosis yang buruk, maka diperlukan
pengetahuan mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, tatalaksana, dan prognosis penyakit jantung hipertensi.
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan memahami tentang
definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, dan
prognosis penyakit jantung hipertensi.
Masalah yang dibahas pada referat ini dibatasi pada definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis penyakit jantung
hipertensi.
Metode penulisan referat ini adalah tinjauan pustaka yang merujuk pada beberapa
literatur.
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi di Amerika
yang mempengaruhi sekitar 75 juta orang dewasa atau satu dari tiga orang dewasa AS. Dari
pasien yang di diagnosis hipertensi, hanya 54% yang memiliki kontrol tekanan darah yang
adekuat. Secara global, prevalensi hipertensi adalah 26,4% dan hanya satu dari lima orang
yang memiliki manajemen tekanan darah yang adekuat. Sebuah studi menemukan bahwa
hipertensi yang berkepanjangan pada akhirnya menyebabkan gagal jantung dengan waktu
rata-rata 14,1 tahun.2
Jumlah penderita penyakit jantung hipertensi masih belum diketahui secara pasti.
Berdasarkan hasil studi kebanyakan kasus hipertensi akan bermanifestasi sebagai penyakit
jantung. Hasil studi tersebut di antaranya menyebutkan angka kejadian hipertrofi ventrikel
kiri menurut hasil EKG adalah sebanyak 2,9% pada pasien laki-laki dan 1,5% pada pasien
perempuan. Sedangkan menurut hasil ekokardiogram, hipertrofi ventrikel kiri terjadi pada
15-20% pasien hipertensi. Pada pasien tanpa HVK didapatkan 33% di antaranya mengalami
disfungsi diastolik ventrikel kiri yang asimtomatik.5 Secara umum, risiko kejadian HVK
mengalami peningkatan sebanyak dua kali lipat pada pasien dengan obesitas. Sekitar 50-
60% penderita hipertensi akan mengalami risiko untuk gagal jantung dengan risiko
kejadian yang meningkat dua kali lipat pada laki-laki dan tiga kali lipat pada perempuan.
Kelompok etnis tertentu seperti Afrika-Amerika memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
hipertensi dibanding etnis lain, yaitu 45% untuk laki-laki dan 46,3% untuk perempuan.
Pada orang kulit hitam Amerika juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami gagal jantung
karena tekanan darah rata-rata lebih tinggi, berkembang pada usia lebih dini dan kurang
bisa menerima pengobatan.1
Penyakit jantung hipertensi terjadi akibat tekanan darah tinggi kronis. Pedoman
American Cardiology Association / American Heart Association 2017 saat ini
mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah sistolik yang lebih tinggi dari 120 mm Hg
atau tekanan diastolik lebih dari 80mm Hg. Risiko mortalitas kardiovaskular berlipat ganda
untuk setiap peningkatan tekanan sistolik 20 mmHg dan diastolik 10 mmHg di atas tekanan
darah dasar 115/75.4
Sebagian besar (90 sampai 95%) pasien hipertensi akan diklasifikasikan sebagai
hipertensi primer atau esensial. Etiologi di balik hipertensi primer masih kurang dipahami.
Namun, kemungkinan besar interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan.
Beberapa faktor risiko seperti bertambahnya usia, riwayat keluarga, obesitas, diet natrium
tinggi (lebih dari 3g / hari), ketidakaktifan fisik, konsumsi alkohol berlebihan memiliki
korelasi yang kuat dan independen dengan perkembangan hipertensi.6
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena jantung
memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah yang meningkat,
ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung setiap menitnya (cardiac
output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung akan makin terlihat.cTekanan darah
tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan stroke. Tekanan darah tinggi
dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik ( menurunnya suplai darah untuk otot
jantung sehingga menyebabkan nyeri dada atau angina dan serangan jantung) dari
peningkatan suplai oksigen yang dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal. Tekanan
darah tinggi juga berpengaruh terhadap penebalan dinding pembuluh darah yang akan
mendorong terjadinya aterosklerosis (peningkatan kolesterol yang akan terakumulasi pada
dinding pembuluh darah). Hal ini juga meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke.
Penyakit jantung hipertensi adalah penyebab utama penyakit dan kematian akibat
hipertensi. Hal ini terjadi pada sekitar 7 dari 1000 orang.7
1. Ras
Ras Afrika-Amerika lebih rentan terkena penyakit jantung hipertensi. Hal ini
bahkan menjadi etiologi umum untuk kasus gagal jantung di Amerika Serikat.
2. Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada laki-laki yang berusia di bawah 55 tahun,
namun pada perempuan hipertensi lebih banyak ditemukan pada usia di atas 55
tahun. Hal ini kemungkinan terjadi karena seiring bertambahnya usia maka tekanan
darah akan semakin meningkat terutama pada laki-laki. Tapi setelah menopause tiba
perempuan akan mengalami peningkatan tekanan darah yang lebih tajam dan
mencapai angka tertinggi yang lebih tinggi daripada laki-laki.
3. Usia
Seiring bertambahnya usia maka tekanan darah akan semakin meningkat. Hal ini
sebanding dengan terjadinya penyakit jantung hipertensi yang lebih banyak dialami
oleh para lanjut usia.
2.5 Patofisiologi
Pada pasien dengan hipertensi, 15-20% mengalami hipertrofi ventrikel kiri (Left
Ventricular Hypertrophy / LVH). Risiko LVH meningkat dua kali lipat pada pasien
obesitas. Prevalensi LVH berdasarkan temuan lewat EKG (bukan merupakan alat
pemeriksaan yang sensitif) pada saat menegakkan diagnosis hipertensi sangatlah bervariasi.
Penelitian telah menunjukkan hubungan langsung antara derajat dan lama berlangsungnya
peningkatan tekanan darah dengan LVH. LVH didefinisikan sebagai suatu penambahan
massa pada ventrikel kiri, sebagai respon miosit terhadap berbagai rangsangan yang
menyertai peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit dapat terjadi sebagai kompensasi
terhadap peningkatan afterload. Rangsangan mekanis dan neurohormonal yang menyertai
hipertensi dapat menyebabkan aktivasi pertumbuhan sel miokard, ekspresi gen (beberapa di
antaranya terjadi terutama pada kardiomiosit janin), dan dengan demikian terbentuklah
LVH. Selain itu, aktivasi sistem renin-angiotensin melalui aksi angiotensin II pada reseptor
angiotensin I, menyebabkan pertumbuhan komponen matriks interstitium dan sel. Jadi,
perkembangan LVH ditandai dengan hipertrofi miosit dan ketidakseimbangan antara miosit
dan struktur interstisium skeleton cordis.
Sering kali tidak terduga, perubahan struktur dan fungsi atrium kiri sangatmumum
terjadi pada pasien dengan hipertensi. Peningkatan afterload membebani atrium kiri lewat
peningkatan tekanan end diastolik ventrikel kiri sebagai tambahan untuk meningkatkan
tekanan darah yang menyebabkan gangguan pada fungsi atrium kiri ditambah peningkatan
ukuran dan penebalan atrium kiri. Peningkatan ukuran atrium kiri pada kasus hipertensi
yang tidak disertai penyakit katup jantung atau disfungsi sistolik menunjukkan hipertensi
kronis dan mungkin berhubungan dengan beratnya disfungsi diastolik ventrikel kiri.
Sebagai tambahan, perubahan struktur ini menjadi faktor predisposisi terjadinya atrial
fibrilasi pada pasien-pasien tersebut. Atrial fibrilasi, dengan hilangnya kontribusi atrium
pada disfungsi diastolik, dapat mempercepat terjadinya gagal jantung.
C. Penyakit Katup
D. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah komplikasi umum dari peningkatan tekanan darah kronis.
Pasien dengan hipertensi termasuk dalam salah satu kategori berikut:
Disfungsi diastolik
Disfungsi diastolik sering terjadi pada orang dengan hipertensi bisa disertai atau
tidak oleh LVH. Selain peningkatan afterload, faktor lain yang dapat berkontribusi pada
perkembangan disfungsi diastolik adalah penyakit arteri koroner yang terjadi bersamaan,
penuaan, disfungsi sistolik, dan kelainan struktural seperti fibrosis dan LVH. Biasanya
terjadi disfungsi sistolik asimtomatik. Disinkroni diastolik ventrikel kiri dini dapat
berhubungan dengan remodeling ventrikel kiri dan berkontribusi pada disfungsi diastolik
ventrikel kiri pada pasien dengan hipertensi. Level disfungsi diastolik tampaknya
berkorelasi dengan peningkatan keparahan hipertensi, dan tingkat regangan sistolik
miokard puncak mungkin merupakan faktor independen dalam tingkat remodeling LV dan
fungsi diastolik.
Disfungsi sistolik
Dalam perjalanan penyakit, LVH gagal untuk mengimbangi dengan meningkatkan
curah jantung dalam menghadapi peningkatan TD, dan rongga LV mulai membesar untuk
mempertahankan curah jantung. Saat penyakit memasuki stadium akhir, fungsi sistolik
ventrikel kiri semakin menurun. Hal ini menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam
Dekompensasi
E. Iskemik Miokard
Pasien dengan angina memiliki prevalensi yang tinggi dengan hipertensi. Hipertensi
adalah faktor risiko yang menentukan perkembangan penyakit arteri koroner.
Perkembangan iskemik pada pasien dengan hipertensi bersifat multifaktorial. Penigkatan
afterload sekunder akibat hipertensi menyebabkan peningkatan tekanan dinding ventrikel
kiri dan tekanan transmural, menekan aliran darah koroner selama diastol. Sebagai
tambahan, mikrovaskular, diluar arteri koroner epikardium, telah terlihat mengalami
disfungsi pada pasien dengan hipertensi dan mungkin tidak mampu mengkompensasi
peningkatan metabolik dan kebutuhan oksigen. Perkembangan dan progresifitas
aterosklerosis, merupakan tanda penyakit arteri koroner, di eksaserbasikan pada arteri yang
menjadi subjek peningkatan tekanan darah kronis mengurangi tekanan yang terkait dengan
hipertensi dan disfungsi endotelial menyebabkan gangguan pada sintesis dan pelepasan
nitrit oksida yang merupakan vasodilator poten. Penurunan kadar nitrit oksida
menyebabkan perkembangan dan makin cepatnya pembentukan arteriosklerotis dan plak.
Gambaran morfologi plak identik dengan plak yang ditemukan pada pasien tanpa
hipertensi.
Aritmia kardia umumnya ditemukan pada pasien dengan hipertensi yang mengalami
atrial fibrilasi, kontraksi ventrikel yang prematur dan ventrikuler takikardi. Resiko henti
jantung mendadak meningkat. Berbagai metabolisme dipekirakan memegang peranan
dalam patogenesis aritmia termasuk perubahan struktur dan metabolisme sel,
ketidakhomogen miokard, perfusi yang buruk, fibrosis miokard dan fluktuasi pada
afterload. Semua faktor tersebut dapat menyebabkan peningkatanan resiko ventrikel
takiaritmia.
Peningkatan tekanan darah merupakan faktor umum bagi atrial fibrilasi. Pada suatu
penelitian hampir 50% pasien dengan atrial fibrilasi mengidap hipertensi walaupun etiologi
yang pasti tidak diketahui, abnormalitas struktur atrium kiri, penyakit arteri koroner, dan
LVH telah dianggap sebagi faktor yang mungkin berperan. Perkembangan atrial fibrilasi
dapat menyebabkan disfungsi sistolik dekompensata, dan yang lebih penting, disfungsi
diastolik menyebabkan hilangnya kontraksi atrium, dan juga meningkatkan resiko
komplikasi tromboembolik, khususnya stroke. Kontraksi ventrikuler prematur, ventrikuler
aritmia dan henti jantung mendadak ditemukan lebih sering pada pasien dengan LVH
daripada pasien tanpa LVH. Penyebab aritmia tersebut dianggap terjadi bersama-sama
dengan penyakit arteri koroner dan fibrosis miokard.
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya pasien tidak ada keluhan. Bila
simtomatik, maka biasa disebabkan oleh11:
Pasien dengan Left Ventricular Hypertrophy (LVH) sering tanpa gejala akan tetapi
juga ada pasien LVH dengan keluhan nyeri dada anginal/iskemik akibat peningkatan
kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh miokardium yang mengalami hipertrofi. Pasien
juga bisa mengeluhkan nyeri dada saat beraktivitas karena angina atau penyakit arteri
koroner yang timbul. Pasien juga bisa datang dengan gejala sesak nafas saat dalam keadaan
gagal jantung akut dekompensasi. Pada pasien dengan penyakit jantung hipertensi bisa
berpotensi terjadinya atrium fibrilasi. Pasien dapat mengalami anomali konduksi jantung
yang dapat muncul dengan palpitasi, stroke, pusing, sinkop, atau bahkan cardiac arrest
mendadak. Gejala yang muncul pada pasien tergantung pada sudah sejauh mana kerusakan
jantung yang terjadi akibat hipertensi.4
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Riwayat hipertensi pada pasien harus fokus pada tingkat keparahan, durasi
hipertensi dan pengobatan saat ini. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama
berkembangnya beberapa penyakit kardiovaskular seperti penyakit arteri koroner, gagal
jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit serebrovaskular, penyakit arteri perifer,
aneurisma aorta, dan penyakit ginjal kronis. Pasien harus menjalani penilaian untuk
mengetahui adanya faktor risiko kardiovaskular utama yang dapat dimodifikasi seperti
hiperlipidemia, diabetes, penggunaan alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan, dan
kondisi penyerta lainnya seperti penyakit ginjal kronis atau penyakit paru. Diabetes sangat
umum pada populasi pasien ini dan kardiovaskular setara untuk perkembangan penyakit
kardiovaskular atau penyakit ginjal kronis. Hemoglobin A1C dapat digunakan untuk
menentukan kontrol glikemik. Apnea tidur, obat-obatan tertentu, tembakau, obesitas, dan
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum dan memperhatikan
keadaan khusus, seperti: Cushing, Phaeocromositoma, perkembangan tidak
proporsionalnya tubuh atas dibanding bawah yang sering ditemukan pada koartasio aorta.
Pengukuran tekanan darah di tangan kiri dan kanan saat tidur dan berdiri. Funduskopi
dengan klasifikasi Keith- Wagener-Barker sangat berguna untuk menilai prognosis. Palpasi
dan auskultasi arteri karotis untuk menilai stenosis atau oklusi.11
Pemeriksaan jantung untuk mencari pembesaran jantung ditujukan untuk menilai
hipertrofi ventrikel kiri dan tanda-tanda gagal jantung. Impuls apeks yang prominen. Bunyi
jantung S2 yang meningkat akibat kerasnya penutupan katup aorta. Kadang ditemukan
murmur diastolik akibat regurgitasi aorta. Bunyi S4 (gallop atrial atau sistolik) dapat
ditemukan akibat dari peninggian tekanan atrium kiri. Sedangkan bunyi S3 (gallop
ventrikel atau protodiastolik) ditemukan bila tekanan akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat akibat dilatasi ventrikel kiri. Bila S3 dan S4 ditemukan bersama disebut
summation gallop. Paru perlu diperhatikan apakah ada suara napas tambahan seperti ronkhi
basah atau ronkhi kering. Pemeriksaan perut ditujukan untuk mencari aneurisma,
pembesaran hati, lien, ginjal, dan ascites. Auskultasi bising di sekitar kiri kanan umbilicus
(renal artery stenosis). Arteri radialis, arteri femoralis, dan arteri dorsalis pedis harus
diraba. Tekanan darah di betis harus diukur minimal sekali pada hipertensi usia muda
(kurang dari 30 tahun).11
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal meliputi11:
1. Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit, silinder
2. Darah lengkap: leukosit, hemoglobin, hematokrit, trombosit
2.8 Tatalaksana
Prinsip penatalaksanaan pada pada HHD yaitu tatalaksana hipertensi dan mencegah
serta mengobati HHD. Tatalaksana yang diberikan pada pasien hipertensi dapat diberikan
tatalaksana non-medikamentosa dan medikamentosa.12
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah,
dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko
kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal, yang
Medikamentosa
Pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami perbaikan dengan tatalaksana
non-medikamentosa selama 6 bulan atau pasien hipertensi derajat 2 dapat diberikan
tatalaksana medikamentosa dengan pertimbangan sebagai berikut 12:
Gambar 2.3 Strategi Pengobatan pada Hipertensi dan Penyakit Jantung Koroner13
Gambar 2.5 Strategi Pengobatan Hipertensi dan Gagal Jantung dengan Fraksi Ejeksi
Menurun13
Salah satu pertimbangan untuk memulai terapi medikamentosa adalah nilai atau
ambang tekanan darah. Pada Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi PERHI tahun 2016,
disepakati bahwa target tekanan darah adalah <140/90 mmHg, tidak tergantung kepada
jumlah penyakit penyerta dan nilai risiko kardiovaskularnya. Pada Konsensus
Penatalaksanaan Hipertensi 2019 ini, disepakati target tekanan darah seperti tercantum pada
tabel berikut13
3.1 Kesimpulan
3. Panggabean MM. Penyakit Jantung Hipertensi. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: FKUI; 2007.
9. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi Edisi 6 Volume I. 6th ed. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2006.
11. PAPDI. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. II. Jakarta; 2006.