Anda di halaman 1dari 52

Case Report Session

Penyakit Ginjal
Kronik
Lihayati 2040312157
Putri Aisyah Mirza 2040312139

Preseptor:
dr. Hj. Desi Malinda, Sp.PD, FINASIM
Bab 1
Pendahuluan
• Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan masalah kesehatan masyarakat global dengan
prevalens dan insidens gagal ginjal yang meningkat, prognosis yang buruk dan biaya
yang tinggi

• Prevalensi PGK meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan
kejadian penyakit diabetes melitus serta hipertensi

• Di Indonesia, perawatan penyakit ginjal merupakan ranking kedua pembiayaan terbesar


dari BPJS kesehatan setelah penyakit jantung.
Prevalensi

Hill et al, 2016 Global Burden of Disease


tahun 2010

Prevalensi global PGK Penyebab kematian Peringkat 18


sebesar 13,4%
• Batasan Penulisan
Case Report Session ini membahas mengenai Penyakit Ginjal Kronik mencakup definisi hingga
prognosis berserta laporan kasus.

• Tujuan Umum
Case report session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit
Dalam RSAM Bukittinggi dan diharapkan agar dapat menambah pengetahuan penulis serta sebagai
bahan informasi bagi para pembaca.

• Tujuan Khusus
Tujuan penulisan dari Case report session ini adalah untuk membahas secara komprehensif mengenai
penyakit ginjal kronis.

• Metode Penulisan
Metode yang dipakai adalah tinjauan pustaka dengan merujuk kepada beberapa literatur beruba buku
teks, jurnal, dan makalah ilmiah.
Bab 11
Definisi
• Kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan, berdasarkan kelainan patologis atau
petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria.

• Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal diagnosis


penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju
filtrasi glomerulus kurang dari 60
ml/menit/1,73m²
Klasifikasi
LFG
Derajat Penjelasan
(mL/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal ≥ 90
atau ↑

2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89

3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59

4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29

5 Gagal ginjal <15 atau dialisis


Epidemiologi Berdasarkan Penyebab

Gromerulonefritis Obstruksi & Infeksi


46,39 %
12,85%

Diabetes Melitus
18,65%

Hipertensi Sebab Lain


8,46% 13,65%
Faktor Risiko
• Pasien dengan diabetes melitus atau hipertensi,
• Penyakit autoimun,
• Batu ginjal,
• Sembuh dari gagal ginjal akut,
• Infeksi saluran kemih,
• Berat badan lahir rendah,
• Faktor social dan lingkungan seperti obesitas atau perokok,
• Berumur lebih dari 50 tahun,
• Individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan
penyakit ginjal dalam keluarga,
• Berpendidikan rendah
• Terekspos dengan bahan kimia dan lingkungan tertentu
Penurunan aliran darah renal, penyakit renal primer,
kerusakan dari penyakit lain, sumbatan aliran urin
Patofisiologi

BUN Filtrasi glomerulus Serum kreatinin

Hipertrofi nefron tersisa


Hiponatremi

Dilatasi poliuri Ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urine Kehilangan Na dalam


urin

Dehidrasi Kehilangan nefron lebih lanjut


Kehilangan fungsi ekskresi renal

Kehilangan fungsi Penyembuhan luka tertunda


non ekskresi renal Gangguan fungsi imun
infeksi
Produksi lemak Aterosklerosis yg
lebih parah
Aktifitas insulin
melemah Kadar glukosa tidak teratur
Gagal memproduksi
eritropoetin Anemia Pallor
Osteodistrofi
Gagal mengubah kalsium
menjadi bentuk aktif Absorpsi kalsium Hipokalsemia
Kehilangan fungsi ekskresi renal

Ekskresi hidrogen Asidosis metabolik

Hiperfosfatemia Absorpsi kalsium Hipokalsemia


Ekskresi fosfat

Hiperparatiroidisme
Eskresi kalium HIperkalemia
Eskresi kalium
Hipertensi

Reabsorpsi Natrium Retensi Air Edema kalium


dalam tubulus
Gagal Jantung

Ekskresi sampah Uremia Perubahan syaraf perifer


nitrogen Perikarditis
Pruritus
Proteinuria
Kreatinin meningkat
Asam urat meningkat
BUN meningkat
Manifestasi Klinis

Kelainan Kelainan saluran Kelainan mata


hemopoesis cerna

Kelainan Kelainan
Kelainan kulit
neuropsikiatri kardiovaskular
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan


Fisik Penunjang
Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan penunjang

• 1. Foto polos abdomen: dapat terlihat batu radio


Penurunan fungsi ginjal berupa
opak
peningkatan ureum dan kreatinin
serum, 2. Pielografi intravena
• Penurunan laju filtrasi glomerolus 3. Pielografi antergrad atau retrograde
(LFG)
4. Ultrasonografi ginjal dapat memperlihatkan
• Biokimia darah : penurunan kadar
ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
hemoglobin, hiper atau hipokalemia, menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal,
hiperfosfatemia, hipokalsemia. kista, massa, klasifikasi
• Urinanalisi meliputi proteinuria,
5. Pemindaan ginjal atau renografi dikerjakan
hematuri, leukosuria, dan silinder
bila ada indikasi.
Tatalaksana Konservatif

Diet Kalori Cairan & Elektrolit

Terapi diet rendah proteinKebutuhan jumlah kalori • Cairan 500-800 ml


(DRP) (sumber energi) untuk GGK ditambah jumlah
harus adekuat produksi urin
• Kadar kalium darah
yang dianjurkan adalah
3,3-5,5 meq/lt
Terapi Simptomatik

Asidosis metabolik Anemia Hipertensi


Sodium bicarbonat IV bila ph ≤ 7,35 atau Eritopoetin & transfusi Angiotensin Converting Enzyme/
serum bikarbonat ≤ 20 meq/L PRC ACE inhibitor

Gastrointestinal & Kulit Neuromuskular Kardiovaskular


Sesuai penyakit dasarnya Hemodialisis & Kendalikan penyakit
medikamentosa dasar
Terapi Pengganti Ginjal

Hemodialisis Dialisis Peritoneal


Prognosis

• Pasien akan menuju stadium terminal atau stadium V.


• Prosesivitasnya tergantung dari diagnosis yang mendasari, keberhasilan terapi, dan juga
dari individu masing-masing.
• Pasien yang menjalani dialisis kronik punyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi.
• Pasien gagal ginjal stadium akhir yang menjalani transpantasi ginjal akan hidup lebih
lama daripada yang menjalani dialisis kronik.
• Kematian terbanyak adalah karena kegagalan jantung (45%), infeksi (14%), kelainan
pembuluh darah otak (6%), dan keganasan (4%).
Pencegahan
• Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai
dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik.
• Berbagai upaya pencegahan, yaitu pengobatan hipertensi (makin rendah
tekanan darah makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal), pengendalian
gula darah, lemak darah, anemia, penghentian merokok, peningkatan
aktivitas fisik dan pengendalian berat badan.
Bab 3
Identitas
Nama : Ny. DA
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
No. RM : 557546
Tanggal masuk : 3 Februari 2022
Tanggal pemeriksaan: 18 Februari 2022
Alamat : Situjuah Gadang, Lima Puluh Kota
Anamnesis

Pasien dirawat di bangsal Penyakit Dalam RS Achmad Mochtar Bukittinggi


pada 3 Februari 2022 dengan:

Keluhan utama

Sembab seluruh tubuh meningkat sejak 5 hari


sebelum masuk rumah sakit.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang

‒ Sembab seluruh tubuh meningkat sejak 5 hari sebelum masuk ‒ Pasien mengeluh sering merasa sesak napas sejak 2 bulan yang
rumah sakit. Sembab sudah dirasakan sejak 2 bulan sebelum lalu. Sesak tidak dipengaruhi aktivitas, cuaca serta makanan.
masuk rumah sakit, terjadi secara perlahan. Awalnya sembab Karena sesaknya pasien lebih nyaman tidur dengan bantal
dirasakan pada kedua tungkai, kemudian kedua lengan, perut, ditinggikan. Sesak yang menciut tidak ada.
dan wajah. ‒ Mual dan muntah ada.
‒ Badan lemah dan letih sejak ± 2 bulan sebelum masuk rumah ‒ Batuk ada, tidak berdahak.
sakit. ‒ BAK ada, volume sedikit, warna biasa.
‒ Nafsu makan menurun sejak ± 2 bulan sebelum masuk rumah ‒ BAB tidak ada keluhan.
sakit. ‒ Demam tidak ada
Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu

‒ Riwayat Diabetes Mellitus sejak tahun 2008 (14 tahun yang lalu).
‒ Riwayat batu kandung empedu 1 tahun yang lalu.
‒ Riwayat hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.
‒ Riwayat penyakit jantung tidak ada.
‒ Riwayat penyakit paru tidak ada.
‒ Riwayat keganasan tidak ada.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Keluarga

‒ Riwayat DM pada keluarga ada yaitu ibu dan kelima saudara


pasien.
‒ Riwayat hipertensi pada keluarga tidak ada.
‒ Riwayat penyakit ginjal pada keluarga tidak ada.
‒ Riwayat penyakit jantung pada keluarga tidak ada.
‒ Riwayat penyakit paru pada keluarga tidak ada.
‒ Riwayat keganasan pada keluarga tidak ada.
Anamnesis

Riwayat Kebiasaan

‒ Pasien bekerja sebagai guru dengan aktivitas ringan


sedang.
‒ Pasien tidak merokok.
‒ Pasien tidak mengonsumsi alkohol.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata

‒ Keadaan umum : Sedang


‒ Kesadaran : Komposmentis kooperatif
‒ Tekanan darah : 180/105 mmHg
‒ Nadi : 80 kali/menit
‒ Pernafasan : 20 kali/menit
‒ Suhu : 36,6°C
‒ Tinggi badan : 154 cm
‒ Berat Badan : 70 kg (BB sebelumnya 60 kg)
‒ IMT : 25,3 kg/m2 (overweight)
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalisata

 Kepala  Hidung
Normochepal, simetris, rambut hitam dan tidak mudah rontok, Deformitas (-/-), penyumbatan (-/-), epistaksis (-/-), sekret (-/-),
deformitas (-), sikatrik (-), udem wajah (+) penciuman dalam batas normal, nyeri (-)

 Mata  Mulut
Nyeri (-), diplopia (-), penglihatan normal, udem palpebra (-/-), Mukosa bibir lembab merah muda, sianosis (-), gigi (normal),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor palatum dalam batas normal, lidah kotor (-), tonsil ukuran T1-T1,
Ɵ3mm/3mm, refleks cahaya (+/+) gangguan mengecap tidak ada, lidah tidak ada deviasi, atrofi papil
lidah (-), uvula di tengah, gusi dalam batas normal.
 Telinga
Nyeri tarik pinna (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri ketok mastoid
(-/-) cairan (-/-), bunyi mendenging (-/-), pendengaran dalam batas
normal
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalisata

 Leher  Paru
JVP : 5 - 2 cmH2O Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba pembesaran KGB kanan, dalam pernafasan normal, kecepatan pernafasan
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba pembesaran normal, jenis pernafasan thorakal abdominal
kelenjar tiroid Palpasi : Taktil fremitus sama kiri dan kanan
Trakea : Tidak terdapat deviasi trakea Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Kaku kuduk : Tidak ada Auskultasi : Vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Tumor : Tidak ada

 Dada
Bentuk : Normochest
Buah dada : Simetris
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalisata

 Jantung  Abdomen
Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat Inspeksi : Distensi (-), pelebaran vena kolateral (-),
Palpasi : ictus cordis teraba 1 jari medial linea caput medusae (-)
midclavicula sinistra RIC V Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Batas atas RIC II kanan, batas kanan linea Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),
sternalis dextra, batas kiri linea midclavicula sinistra hepar dan lien tidak teraba
RIC V Perkusi : Timpani
Auskultasi : Irama reguler, murmur (-), gallop (-),
M1>M2, A2>P2  Alat kelamin : tidak diperiksa
 Anus dan rektum : tidak diperiksa

 Saraf atau Otot


Atrofi otot (-), bengkak sendi (-), nyeri otot (-)
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalisata

 Pembuluh darah  Kulit


Arteri carotis : Teraba, sama kiri kanan Warna kuning langsat, effloresensi (-), sikatrik (-), pigmentasi
Arteri brachialis : Teraba, sama kiri kanan normal, ikterus (-), sianosis (-), spider nevi (-), telapak tangan
Arteri radialis : Teraba, sama kiri kanan dan kaki pucat (-/-), pertumbuhan rambut normal.
Arteri temporalis : Teraba, sama kiri kanan
Arteri femoralis : Teraba, sama kiri kanan
Arteri poplitea : Teraba, sama kiri kanan
Arteri tibialis posterior : Teraba, sama kiri kanan
Arteri dorsalis pedis : Teraba, sama kiri kanan
Pemeriksaan Fisik
Status Lokalisata

 Ekstremitas superior  Ekstremitas inferior


Inspeksi : Deformitas (-/-), udem (+/+), Inspeksi : Deformitas (-/-), udem (+/+),
hiperpigmentasi (-/-), hipopigmentasi (-/-), ulkus (-/-), clubbing hiperpigmentasi (-/-), hipopigmentasi (-/-), ulkus (-/-), clubbing
finger (-/-) finger(-/-)
Palpasi : Akral hangat, pitting edem (+/+), kekuatan Palpasi : Akral hangat, pitting edem (+/+), kekuatan otot
otot (555/555) (555/555)
Sensibilitas : Halus (+), kasar (+) Sensibilitas : Halus (+), kasar (+)
Refleks : Fisiologis (++/++), patologis (-/-) Refleks : Fisiologis (++/++), patologis (-/-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium  Kimia Klinik (3 Februari 2022)
Gula darah puasa : 226 mg/dl
 Darah Rutin (3 februari 2022)
Albumin : 2,2 gr/dl
Hb : 8,4 gr/dl
SGOT : 17 u/l
Leukosit : 6.690/mm3
SGPT : 15 u/l
Trombosit : 299.000/mm3
Ureum : 96,1 mg/dl
Hematokrit : 24,5%
Kreatinin : 4,7 mg/dl
Eritrosit : 2.900.000/uL
Kesan : gula darah tinggi, albumin rendah,
MCV : 84,5 fL
ureum dan kreatini meningkat
MCH : 29,0 pg
MCHC: 34,3 g/dl
 Elektrolit (3 Februari 2022)
Kesan : Anemia sedang, hematokrit rendah
Na : 138,5 mEq/l
K : 4,13 mEq/l
Cl : 105,1 mEq/l
Kesan : hasil dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

 Urinalisa (3 februari 2022)

1. Fisis 3. Kimia Urin


Warna : Kuning muda Protein : +3
Kekeruhan : (+) Glukosa : +4
2. Sedimen Bilirubin : (-)
Eritrosit :- Urobilinogen : normal
Leukosit : 2/lpb Benda Keton : (-)
Epitel : - pH : 7.0
Darah samar/Hb : (-)
Bj : 1.025
Leukosit : (+)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
 Darah rutin (14 Februari 2022)
 Hematologi (7 februari 2022)

Hb : 10,5 gr/dl
PT: 9.9 detik
Leukosit : 7.260/mm3
APTT : 30,3 detik
Trombosit : 264.000/mm3
INR : 0,94
Hematokrit : 30,0%
Kesan : dalam batas normal
Eritrosit : 3.640.000/uL
MCV : 82,4 fL
MCH : 28,8 pg
MCHC : 35,0 g/dl
Kesan : Anemia ringan, hematokrit rendah
Pemeriksaan Penunjang
Foto Thoraks (4 Februari 2022)

Kesan:
 Efusi pleura bilateral
 Hepar, limpa, pankreas, ginjal saluran kemih, serta
uterus adneksa tak tampak kelainan
Pemeriksaan Penunjang
USG abdomen atas dan bawah (8 Februari 2022)

Kesan:
 Efusi pleura bilateral
 Hepar, limpa, pankreas, ginjal saluran kemih, serta
uterus adneksa tak tampak kelainan
Diagnosis
USG abdomen atas dan bawah (8 Februari 2022)

Kesan:
 Efusi pleura bilateral
 Hepar, limpa, pankreas, ginjal saluran kemih, serta
uterus adneksa tak tampak kelainan
Diagnosis

Diagnosis primer : Edema anasarka ec CKD stage V

Diagnosis sekunder : DM tipe II


Hipertensi stage 2
Rencana Terapi

Istirahat Omeprazole 1x 40 mg (iv)


Diet ML RGRP 1700 kkal Orbumin 3x1 (po)
IVFD RL 24 jam/kolf Asam folat 3x1 (po)
Lasix 2x 20 mg (iv) Ondansetron inj 3x 4 mg (iv)
Novorapid 3x 8 mg (po) Codein 2x 10 mg (po)
Candesartan 1x 8 mg (po) Pro HD
Amlodipin 1x10 mg (po)
Pemeriksaan Anjuran
Cek ureum kreatinin post HD

Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanam : Dubia ad Malam
Quo ad Functionam : Dubia ad Malam
Follow up
Jum’at, 18 Februari 2022
S/ - Mual muntah (+) Paru : suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Pasien sulit tidur malam Abdomen: distensi (-), supel, perkusi timpani, BU (+)
- Sembab (+) seluruh tubuh berkurang normal
- Batuk (+), tidak berdahak Ekstremitas: edema (+/+) pada ekstremitas atas dan bawah
- BAK (+) sedikit, warna biasa A/ Edema anasarka ec CKD stage V
O/ KU : Sedang DM tipe II
Kesadaran : CMC Hipertensi stage 2
TD : 162/90 mmHg P/ Pantau TTV, lanjutkan terapi
Nadi : 80 kali/menit Pro HD
Napas : 19 kali/menit
Suhu : 36,1oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Jantung: BJ1 dan BJ2 reguler, bising (-), gallop (-)
Follow up
Senin, 21 Februari 2022
S/ - Mual muntah (+), berisi cairan Paru : suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Batuk (+), tidak berdahak Abdomen: distensi (-), supel, perkusi timpani, BU (+)
- Sembab (+) berkurang normal
- Pasien sulit tidur malam Ekstremitas: edema (+/+) pada ekstremitas atas dan bawah
- BAK (+) sedikit, warna biasa A/ Edema anasarka ec CKD stage V
O KU : Sedang DM tipe II
Kesadaran : CMC Hipertensi stage 2
TD : 162/80 mmHg P/ Pantau TTV, lanjutkan terapi
Nadi : 78 kali/menit Pro HD
Napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,7oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Jantung: BJ1 dan BJ2 reguler, bising (-), gallop (-)
Follow up
Selasa, 22 Februari 2022
S/ - Mual (+), nyeri perut (+) Paru : suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Batuk (+), tidak berdahak Abdomen: distensi (-), supel, perkusi timpani, BU (+)
- Sembab (+) berkurang normal
- Pasien sulit tidur malam Ekstremitas: edema (+/+) pada ekstremitas atas dan bawah
- BAK (+) sedikit, warna biasa A/ Edema anasarka ec CKD stage V
O KU : Sedang DM tipe II
Kesadaran : CMC Hipertensi stage 2
TD : 170/100 mmHg P/ Pantau TTV, lanjutkan terapi
Nadi : 96 kali/menit Pro HD
Napas : 22 kali/menit
Suhu : 36,7oC
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Jantung: BJ1 dan BJ2 reguler, bising (-), gallop (-)
Bab 4
DISKUSI
Seorang pasien perempuan usia 55 tahun dirawat di bangsal RS Achmad Mochtar Bukittinggi dengan
diagnosis edema anasarka ec Chronic Kidney Disease stage V, DM Tipe II, dan Hipertensi stage 2.

Penegakan diagnosis → keluhan yang mengarah ke


Penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney sindroma uremia, dan pemeriksaan penunjang,
Disease / CKD) ialah kerusakan ginjal Kadar ureum darah yang tinggi (uremia) menyebabkan:
- saluran cerna (nafsu makan menurun, mual,
yang terjadi selama lebih dari 3 bulan
muntah),
berupa kelainan struktur atau fungsi
- kulit (uremic frost dan gatal di kulit),
ginjal dengan atau tanpa penurunan
- kelainan neuropsikiatri (emosi labil, dilusi,
laju filtrasi glomerulus.
insomnia, dan depresi) dan
- kelainan kardiovaskular (gagal jantung, hipertensi,
edema).
Pada pasien terdapat peningkatan kadar ureum yaitu
96,1 mg/dl.
DISKUSI
Kadar ureum 96,1 mg/dl dan kreatinin 4,7 mg/dl.

Derajat Penjelasan LFG


Rumus Kockroft-Gault
(mL/menit/1,73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang 30-59
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat 15-29
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
DISKUSI
Pasien datang dengan keluhan edema anasarka.

Edema terbentuk karena adanya overfilling cairan ke dalam kompartemen interstitial.


Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan kemampuan filtrasi ginjal sehingga menyebabkan
albuminemia. Albuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma intravaskuler sehingga terjadi
ekstravasasi cairan ke ruang interstitial yang menyebabkan edema.
DISKUSI
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan nonfarmakologis (Istirahat, diet rendah gula, rendah protein) dan
• Farmakologis (IVFD RL 24 jam/kolf, Lasix 2x 20 mg, Novorapid 3x 8 mg, Candesartan 1x 8 mg,
Amlodipin 1x10 mg, Omeprazole 1x 40 mg, Orbumin 3x1, Asam folat 3x1, Ondansetron inj 3x 4 mg,
Codein 2x 10 mg).
• Pada pasien dengan CKD grade V dengan GFR <15 ml/menit/1,73 m2 diperlukan terapi pengganti
ginjal. Pada pasien ini dilakukan hemodialisis sebagai terapi pengganti ginjal.
DISKUSI
Istirahat, diet rendah gula, rendah protein

Pembatasan asupan protein pada pasien penyakit ginjal kronik bertujuan untuk mengurangi hiperfiltrasi
glomerulus. Pemberian diet tinggi protein mengakibatkan penimbunan substansi nitrogen dan ion anorganik
lainnya dan mengakibatkan sindrom uremia. Pembatasan cairan dan elektrolit untuk mencegah terjadinya
edema dan komplikasi kardiovaskular lebih lanjut.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai