F DENGAN GANGGUAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase “Keperawatan Medikal Bedah”
Disusun oleh :
2020
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik adalah perburukan fungsi ginjal yang lambat, progresif,
dan ireversible yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang
produk sisa dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Akhirnya,
mengarah ke penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) dan membutuhkan terapi
pengganti ginjal atau transplantasi ginjal untuk mempertahankan hidupnya
(Keperawatan Kritis Volume 1 Edisi 8).
Gagal ginjal kronik adalah hilangnya kemampuan ginjal secara bertahap dan
progresif untuk mengekresikan zat sisa, mengkonsentrasikan urine, dan menahan
elektrolit. ( Ehren Myers, Keterampilan Klinis Untuk Perawat Edisi 3).
B. ETIOLOGI
Penyebab gagal ginjal kronik :
1. Instrinsik
a. Glomerulonefritis
b. Nefritis Interstinal
c. Penyakit genetik (penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjal kistik
medula)
d. Uropati obstruktif
e. Neoplasma atau tumor
f. Penolakan transplan
g. Sindrom hepatorenal
2. Ekstrinsik
a. Diabetes mellitus
b. Hipertensi
4
c. Penyakit vaskuler mikroangiopati (penyakit ateroembolik,
skleroderma)
d. Penyakit kongenital
C. PATOFISIOLOGI
Dalam membahas patofisiologi umum yang terlibat dalam perburukan
gagal ginjal kronis, penting untuk memahami teori nefron seutuhnya. Karena
setiap nefron dari lebih satu juta nefron di masing-masing ginjal adalah satu unit
yang bekerja mandiri, seiring dengan perburukan penyakit ginjal, nefron dapat
mengalami kerusakan pada waktu yang berbeda. Ketika satu nefron sakit, nefron
yang terdekat meningkatkan laju filtrasinya dengan meningkatkan laju aliran
darah dan tekanan hidrostatik di kapiler glomerulusnya. Respons hiperfiltrasi ini
pada nefron yang tidak sakit memungkinkan ginjal mempertahankan fungsi
ekskretorik dan homeostatik, bahkan saat lebih dari 70% nefron rusak. Namun,
akhirnya nefron yang utuh mencapai titik filtrasi maksimal dan setiap penurunan
masa gromelurus tambahan disertai dengan penurunan tambahan GFR dan
penumpukan lanjut toksin yang dapat disaring.
Mekanisme yang terlibat dalam kerusakan progresif nefron berbeda-beda
bergantung pada penyebab primer gagal ginjal tersebut. Namun, gangguan
sekunder khusus yang dapat diidentifikasi dapat dengan cepat mengakselerasi
proses penurunan nefron. Gangguan sekunder tersebut mencangkup perubahan,
seperti yang teramati pada gagal jantung kongestif atau deplesi volume
intravaskuler ; pemberian agen nefrotoksik; sumbatan di saluran kemih; dan
infeksi saluran kemih. Selain gangguan primer dan kemungkinan gangguan
sekunder, penurunan nefron dapat dipercepat dengan mekanisme hiperfiltrasi itu
sendiri. Karena itulah menagpa banyak intervensi untuk memperlambat
perburukan gagal ginjal melibatkan upaya yang mengurangi tekanan hidrostatik
5
glomerulus. Salah satu contohnya adalah pemakaian inhiditor AC, yang
mencegah paso kontriksi arteriolar eferens yang dimediasi anglotensil II dan
hiperfiltrasi nefron lebih lanjut. Akhirnya, studi baru-baru ini, menunjukkan
berbagai mekanisme lain yanng juga dapat berperan pada pembentukana jaringan
parut di ginjal itu sendiri akibat gangguan primer. Ini mencangkup gangguan
peredaran lemak, elektrolit seperti kalsium dan posfat dan hormon. Terapi yang
ditujukan pada mekanisme ini dapat menawarkan kemungkinan penatalaksanaan
gagal ginjal kronik di masa mendatang. (Sumber : Keperawatan Kritis Volume 1
Edisi 8).
6
D. PATHWAY
infeksi
zat toksin vaskular Obstruksi saluran kemih
Reaksi antigen antibodi Anterio skerosis Tertimbun ginjal Batu besar & kasar
Retensi urin
GFR turun
Nyeri pinggang Hematuria
GGK
Anemia
Ketidakseimbangan Keletihan
nutrisi kurang dari COP turun Bendungan atrium kiri naik
kebutuhan tubuh
Gangguan pertukaran
Kelebihan vol cairan Fatigu, nyeri sendi gas
Nyeri Akut
8
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut perjalan klinisnya:
1. Menuratnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun
hingga 25% dari normal.
2. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinine serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
3. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sidrom uremik (lemah, letargi,
anoreksia, mual muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume
overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, pericarditis, kejang-
kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/ menit,
kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahana
biokimia dan gejala yang komplek.
Gejala komplikasi antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidisis metabolic, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, khlorida).
F. KLASIFIKASI
1. Penurunan cadangan ginjal (stadium 1)
Penurunan cadangan ginjal ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
sebesar 40% - 50% selama stadium ini, ginjal masih dapat mempertahankan
fungsi ekskretorik, regulatorik, respiratorik dan pasien biasanya asimtomatik.
Tanda awal gagal ginjal seperti BUN dan kadar kreatinin serum agak naik,
terbukti hanya setalah 50% - 60% fungsi ginjal hilang. Jika pasien di
diagnosis selama stadium penurunan cadangan ginjal, biasanya tidak sengaja
di diagnosis karena tingginya dugaan berdasarkan kesakitan penyerta
(misalnya diabetes).
9
2. Infusiensi ginjal (stadium 2)
Pada infusiensi ginjal, fungsi ginjal sisa hanya 20% hingga 40% dari
fungsi normal. Pada saat ini, klirens zat terlarut, kemampuan untuk
memekatkan urine, dan sekreksi hormon terganggu. Akibatnya, tanda gejala
ginjal (mencakup azotemia, ketidakseimbangan elektrolit, dan anemia).
Mulai gejala umum selama stadium ini mencakup menunjukkan manifestasi
keletihan, pliunaria, dan noktruria.
3. ESRD (stadium akhir)
Stadium akhir gagal ginjal kronik adalah ESRD ini ditandai dengan
funsgi ginjal yang tersisa kurang dari 15% fungsi normal pada titik ini,
semua fungsi pengaturan normal, ekskretorik, dan hormon ginjal sangat
terganggu. ESRD ditandai dengan peningkatan mencolok BUN dan kadar
kreatinin serum, anemia, ketidakseimbang elektrolit ( hipokalsemia,
hiperkalemia, hiperfosfatemia), dan kelebihan beban cairan. Biasanya pasien
mengalami oliguria, dengan osmolalitas urine, sama dengan osmolalitas
plasma. Gejala uremik muncul dan mencakup mual, muntah, anoreksia,
perubahan sensorium, kelemahan, dan keletihan. Jika terapi dengan dialisis
dan transplantasi tidak dilakukan, pasien akan mati. (Sumber : Keperawatan
Kritis Volume 1 Edisi 8)
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) yaitu:
10
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 30 – 59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 15 – 29
berat
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
G. KOMPLIKASI
1. Perikarditis
2. Hipertensi
3. Anemia (kurang darah)
4. Penyakit tulang
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Urine
Urinalisis, Volume Urine, pH Urine, Protein Urine, Glukosa dan Keton
dalam Urine, Endapan Urine, Berat Jenis dan Osmolalitas, Konsentrasi
Natrium dalam urine, Ekskresi Fraksional pada pemeriksaan natrium.
b. Pemeriksaan darah
11
Kreatinin dan Krilens kreatinnin, Nitrogen Urea Darah, Osmolalitas,
Pemeriksaan Tidak Spesifik.
c. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis ginjal yang mungkin bermanfaat dalam
mengevaluasi kelainan ginjal mencakup pemeriksaan roentgenografi
dan radionuklida.
d. Biopsi Ginjal
e. Angiografi Ginjal
f. Ultrasono ginjal
Pemeriksaan ini untuk menunjukkan ukuran kandung kemih, adanya
massa, kista, dan obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
g. Endoskopi ginjal nefroskopi
Pemeriksaan ini dilakukkan untuk menentukan pelvis ginjal, seperti ada
atau tidaknya batu ginjal, hematuria, dan pengangkatan tumor selektif.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis:
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1) peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
2) Hemodialisa
12
Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis
namun untuk mempermudah maka dilakukan : AV fistule :
menggabungkan vena dan arteri, Double lumen : langsung pada
daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung).
a) Pengertian Hemodialisa
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi
pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau
racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-
zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah
darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).
b) Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai
tujuan :
- Membuang produk metabolisme protein seperti urea,
kreatinin dan asam urat
- Membuang kelebihan air.
- Mempertahankan atau mengembalikan system buffer
tubuh.
- Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit
tubuh.
- Memperbaiki status kesehatan penderita.
c) Proses Hemodialisa
- Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena
perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat.
Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka
13
semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam
dialisat.
- Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan
bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis
dalam darah dan dialisat.
- Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena
tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan
dialisat.
d) Frekuensi Hemodialisa.
Frekuensi, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang
tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa
sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil
jika :
- Penderita kembali menjalani hidup normal.
- Penderita kembali menjalani diet yang normal.
- Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
- Tekanan darah normal.
- Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif
( Medicastore.com, 2006 )
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang
untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara
sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal
ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau
beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
c. Obat-obatan
Diuretik untuk meningkatkan urinasi, alumunium hidroksida untuk
terapi hiperfosfatemia, anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi
14
obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti apoetin alfa bila
terjadi anemia.
d. Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi mayoritas pasien
dengan panyakit renal tahap akhir. Pasien memilih transplantasi ginjal
dengan berbagai alasan, seperti keinginan untuk menghindari dialisis
atau untuk memperbaiki perasaan sejahtera, dan harapan untuk hidup
secara lebih normal. Selain itu, biaya transplantasi ginjal yang sukses
dibandingkan dialisis adalah sepertiganya
2. Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Penanganan hyperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada
gagal ginjal akut, hiperkalemia merupakan kondisi yang paling
mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau
akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar
elektrolit serum (nilai kalium > 5,5 mEq/L, SI: 5,5 mmol/L), perubahan
EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan
perubahan status klinis. Peningakatan kadar kalium dapat dikurangi
dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriten sulfonat
[kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
b. Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada berat badan
harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum,
cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukan dan
haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses, drainase
luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi
penggantian cairan.
J. PROSES KEPERAWATAN
15
1. Pengkajian
Pengkajian system ginjal melibatkan penentuan seberapa baik ginjal
melakukan fungsinya. Selain itu juga meliputi pengumpulan informasi
mengenai system lain. Perawat berperan penting dalam mengkaji fungsi ginjal
dan keseimbangan cairan elektrolit.
a. Identitas
Didalam identitas adalah nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, dsb.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Deskripsi mencakup awitan, durasi, dan frekuensi keluhan;
tempat terjadinya keluhan; dan factor yang mengurangi atau
memperberat msalah tersebut.
2) Riwayat medis
Riwayat penyakit yang menjadi penyebab timbulnya masalah
ginjal seperti riwayat penyakit ginjal polikistik, batu ginjal, atau
nefritis herediter. Penyakit sistemik tertentu seperti diabetes melitus
eritematosa lupus sitemik, hipetensi, anemia sel sabit juga dapat
berperan memperburuk gagal ginjal.
Pasien ditanyakan apakah adanya riwayat penyakit jantung,
apakah pernah ada masalah hati seperti hepatitis atau sirosis. Pasien
juga harus mengidentifikasi sakit yang diderita baru-baru ini,
seperti infeksi pembedahan atau cedera berat, karena endotoksin,
hipertensi berat, dan kerusakan otot rangka dapat menyebabkan
kerusakan ginjal.
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan,
vaskuler hipertensif, gangguan saluran penyambung, gangguan
16
kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik dan
neropati obstruktif.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik,
riwayat menderita penyakit gagal ginjal kronik.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
(1) Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
(2) Pengukuran antropometri : beratbadan menurun, lingkar
lengan atas (LILA) menurun.
(3) Tanda vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat,
nadi lemah, disritmia, pernapasan kusmaul, tidak teratur.
b) Teknik pemeriksaan fisik
(1) Inspeksi
(a) Kulit dan membran mukosa
Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran
keringat. Kulit dan membran mukosa yang pucat,
indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan
anemia. Tekstur kulit tampak kasar atau kering.
Penurunan turgor merupakan indikasi dehidrasi.
Edema, indikasi retensi dan penumpukan cairan.
(b) Mulut
Stomatitis, nafas bau amonia.
(c) Abdomen
Klien posisi telentang, catat ukuran, kesimetrisan,
adanya masa atau pembengkakan, kulit mengkilap
atau tegang.
(d) Meatus urimary
17
Laki-laki: posisi duduk atau berdiri, tekan gland
penis dengan memakai sarung tangan untuk
membuka meatus urinary.
Wanita: posisi dorsal rekumben, litotomi, buka
labia dengan memakai sarung tangan.
(2) Palpasi
(a) Ginjal
Ginjal kiri jarang teraba, meskipun demikian
usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk
mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan
palpasi bila ragu karena akan merusak jaringan.
- Posisi klien supinasi, palpasi dilakukan dari
sebelah kanan
- Letakkan tangan kiri di bawah abdomen antara
tulang iga dan spina iliaka. Tangan kanan
dibagian atas. Bila mengkilap dan tegang,
indikasi retensi cairan atau ascites, distensi
kandung kemih, pembesaran ginjal. Bila
kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya
cairan indikasi infeksi. Jika terjadi pembesaran
ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau
patologis renal yang serius. Pembesaran kedua
ginjal indikasi polisistik ginjal. Tenderness/
lembut pada palpasi ginjal maka indikasi
infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan
ginjal indikasi hidronefrosis.
- Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan
menekan sementara tangan kiri mendorong ke
atas.
18
- Lakukan hal yang sama untuk ginjal di sisi yang
lainnya.
(b) Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat
dipalpasi, kecuali terjadi ditensi urin. Palpasi
dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilikus.
Jika kandung kemih penuh maka akan teraba
lembut, bulat, tegas, dan sensitif.
(3) Perkusi
(a) Ginjal
- Atur posisi klien duduk membelakangi
pemeriksa
- Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas
sudut kostavertebral (CVA), lakukan perkusi di
atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.
- Ulangi prosedur pada ginjal di sisi lainnya.
Tenderness dan nyeri pada perkusi merupakan
indikasi glomerulonefritis atau
glomerulonefrosis.
(b) Kandung kemih
- Secara normal, kandung kemih tidak dapat
diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml.
Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat
diperkusi sampai setinggi umbilikus.
- Sebelum melakukan perkusi kandung kemih,
lakukan palpasi untuk mengetahui fundus
kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di
atas region suprapubic.
19
(4) Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk
mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan
kuadran atas abdomen. Jika terdengan bunyi bruit
(bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka
indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal
(stenosis arteri ginjal).
Selanjutnya perawat melakukan tinjauan tanda dan
gejala untuk menentukan status kesehatan pasien lebih
lanjut
2. ANALISA DATA
20
(cepat/lambat, ↓
regular/iregular, Bendungan atrium kiri naik
dalam/dangkal) ↓
- warna kulit abnormal (pucat, Tekanan vena pulmunalis
kebiruan) ↓
- kesadaran menurun Kapiler paru naik
↓
Edema paru
↓
Gangguan pertukaran gas
21
DS : COP turun Hipervolemia
- Oedrtopnea ↓
- Dispnea Aliran darah ginjal turun
- Paroxysmal Noctural dyspnea ↓
(PND) RAA turun
DO : ↓
- Edema anasarka dan/atau Retensi Na dan H2O
edeme perifer ↓
- Berat Badan meningkat Hipervolemia
dalam waktu singkat
- Jugular venous pressure
(JVP) dan/atau central venous
pressure (CVP) meningkat
- Refleks hepatojugular positif
- Distensi vena jugularis
- Terdengar suara nafas
tambahan
- Hepatomegali
- Kadar Hb/Ht turun
- Oliguria
- Intake lebih banyak dari
output (balans cairan positif)
- Kongesti paru
DS : Gg keseimbangan asam Ketidakseimabang
- Cepat kenyang setelah makan basa an nutrisi kurang
- Kram/nyeri abdomen ↓ dari kebutuhan
- Nafsu amakan menurun Prod asam lambung naik tubuh
DS : ↓
22
- Berat badan menurun Neusea, vomitus
- Bising usus hiperaktif ↓
- Otot mengunyah lemah Ketidakseimabangan
- Membran mukosa pucat nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS : Sekresi eritropoitis turun Ketidakefektifan
- Parastesia ↓ perfusi jaringan
- Nyeri ekstremitas (klaudikasi Produksi Hb turun perifer
intermiten) ↓
DO : Oksihemoglobin turun
- Pengisian kapiler > 3 detik ↓
- Nadi perifer menurun atau Suplai O2 kasar turun
tidak teraba ↓
- Akral teraba dingin Ketidakefektifan perfusi
- Warna kulit pucat jaringan perifer
- Turgor kulit menurun
- Edema
- Penyembuhan luka lambat
- Indeks ankle-brachial < 0,90
- Bruit femoral
DS : Sekresi eritropoitis turun Intoleransi
- Mengeluh lelah ↓ aktivitas
- Dispnea saat/setelah aktifitas Produksi Hb turun
- Merasa tidak nyaman setelah ↓
beraktivitas Suplai nutrisi dalam darah
- Merasa lemah turun
DO : ↓
- Frekuensi jantung meningkat Oksihemoglobin turun
23
>20% dari kondisi istirahat ↓
- Tekanan darah berubah >20% Suplai O2 kasar turun
dari kondisi istirahat ↓
- Gambaran EKG Intoleransi aktivitas
menunjukksn aritmia
saat/setelah beraktifitas dan
iskemia
- Sianosis
DS : Sekresi protein terganggu Kerusakan
- ↓ integritas kulit
DO :
- Kerusakan jaringan dan/atau Sindrom uremia
lapisan kulit ↓
- Nyeri Perpospatemia
- Pendarahan ↓
- Kemerahan Pruritis
- Hematoma ↓
Kerusakan integritas kulit
DS: Gagal ginjal kronik Ansietas
Klien mengatakan cemas ↓
DO: Krisi situasi
- Klien terlihat gelisah ↓
- Klien sering bertanya kepada Kurang informasi
perawat bila ada yang ingin ↓
diketahui Ansietas
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
24
1) Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2) Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis
3) Hipervolemia b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi
cairan serta natrium
4) Ketidakseimabangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan
membrane mukosa mulut
5) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran darah
keseluruh tubuh
6) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
7) Kerusakan integritas kulit b.d pruritus, gangguan status metabolic
sekunder
8) Ansietas b.d krisis situasi
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
25
curah Dengan kriteria jalan memperluas daerah
jantung hasil : 2. Posisikan semifowler dada sehingga
penurunan Bebas dari tanda- 3. Lakukan fisioterapi dada ekspansi paru bisa
perifer yang tanda distres 4. Berikan oksigen jika perlu maksimal
mengakibatk Tidak ada sianosis
an asidosis dan dipsnea Kolaborasi Untuk melebarkan
laktat mampu bernafas 1. Kolaborasi pemberian jalan napas dan
dengan mudah bronkodilator, mempertahan O2
Tanda- tanda vital ekspektoran, mukolitik yang adekuat
dan rentan normal jika perlu.
2 Nyeri akut Setelah Observasi Untuk mengetahui
dilakukan 1. Identifikasi lokasi, daerah nyeri,
tindakan karakteristik, durasi, kualitas, kapan
keperawatan frekuensi, kualitas, dan nyeri dirasakan,
selama 3x 24 jam intensitas nyeri. faktor pencetus,
Diharapkan nyeri 2. identifikasi lokasi nyeri berat ringannya
akut teratasi 3. indentifikasi respon nyeri nyeri dirasakan
dengan kriteria non verbal Kontrol
hasil : 4. identifikasi faktor yang lingkunmgan yang
Nyeri berkurang memperberat dan memperberat rasa
atau hilang memperingan nyeri nyeri.
5. identifikasi pengaruh nyeri
terhadap kualitas hidup
Terapeutik Teknik ini
1. berikan teknik non dilakukan untuk
farmakologis untuk mendorong klin
mengurangi rasa nyeri rileks dan klien
(missal hipnotis akuprsur, dapat mengatasi
terapi music) dan mengontrol
2. control lingkungan yang nyeri.
memperberat rasa nyeri
(suhu ruangan,
kebisingan )
3. fasilitas istirahat dan tidur
4. pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri. Agar pasien dapat
Edukasi mengetahui cara
1. jelaskan penyebab, meredakan nyeri.
periode, dan pemicu nyeri
2. jelaskan strategi nyeri
26
3. anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepetik
5. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk Obat analgetik
mengurangi nyeri dapat mengurangi
kolaborasi nyeri dengan
1. kolaborasi pemberian memblok implus
analgetik jika perlu. nyeri
3 Kelebihan Setelah Observasi Untuk mengetahui
volume dilakukan 1. periksa tanda dan gejala intake dan output
cairan b.d tindakan hypervolemia (missal. cairan agar
penurunan keperawatan ortopnea, dispneu, edema) memantau
haluaran selama 3x 24 jam 2. identifikasi penyebab perubahan dan
urine, diet Diharapkan hypervolemia mengevaluasi
berlebih volume cairan 3. monitor status intervensi.
dan retensi normal dengan hemodinamik
cairan serta kriteria hasil : 4. monitor intake dan output
natrium Terbebas dari cairan
edema, efusi, 5. monitor tanda
anaskara hemokonsentrasi
Tidak ada Terapetik Untuk membatasi
dyspneu 1. timbang BB setiap hari terjadinya retensi
pada waktu yang sama cairan
2. batasi asupan cairan dan
garam
3. tinggikan kepala tempat
tidur 30-40°
Edukasi Untuk menganalis
1. Anjurkan melapor jika data pasien dalam
haluaran urin kurang dari mengatur
0,5 ml dalam 6 jam keseimbangan
2. anjurkan melapor jika BB elektrolit
bertambah lebih dari 1 kg
dalam sehari
3. anjarkan cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairan
4. ajarkan cara membatasi
cairan
kolaborasi Dieuretik bekerja
mencegah
27
1. kolaborasi pemberian penyerapan garam
dieuretik termasuk natrium
2. kolabori penggantian dana klorida
kehilangan kalium akibat secara berlebih
dieuretik
3. kolabori
kontineusrenalriplecement
terapeutik (CRRT, jika
perlu)
4 Ketidaksei Setelah Obesrvasi Untuk
mabangan dilakukan 1. identifikasi status nutrisi menegakkan
nutrisi tindakan 2. identifikasi alergi dan intervensi
kurang dari keperawatan intoleransi makanan selanjutnya
kebutuhan selama 3x 24 jam 3. tidentifikasi makanan yang
tubuh b.d Diharapkan di sukai
anoreksia, asupan nutrisis 4. identifikasi kebutuhan
mual dan tercukupi untuk kalori dan jenis nutrient
muntah, memenuhi 5. identifikasi perlunya
pembatasan kebutuhan tubuh penggunaa NGT
Untuk dapat
diet, dan dengan kriteria Terapetik
memenuhi
perubahan hasil : 1. fasilitasi menentukan
kebutuhan nutrisi
membrane Tidak ada tanda pedoman diet
mukosa tanda malnutrisi 2. sajikan makanan secara
mulut Berat menarik dan suhu yang
sesuai
3. berikan makanan tinggi
serat
4. berikan makanan tinggi
kalori dan protesin
5. berikan supplement
makanan jika perlu Untuk
Edukasi mempercepat
1. anjurkan posisi duduk jika proses
mampu penyembuhan
2. ajarkan diet yang
diprogramkan Untuk memenuhi
kolaborasi kebutuhan gizi
1. pemberian medikasi klien
sebelum makan (pereda
nyeri)
2. kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
28
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
5 Ketidakefek Setelah dilakukkan Obsevasi
tifan perfusi tindakan 1. Periksa sirkulasi perifer Untuk mengetahui
jaringan keperawatan (mis. nadi perifer, edema, sejauh mana
perifer b.d selama 3x24 jam pengisian kapiler, warna, ketidakefektifan
perlemahan diharapkan perfusi suhu, ankle-brachial perfusi jaringan dan
aliran darah jaringan perifer index) menegakkan
keseluruh kembali efektif 2. Identifikasi faktor resiko intervensi
tubuh dengan kriteria gangguan sirkulasi (mis. selanjutnya
hasil : diabetes, perokok,
Tekanan sistol dan orangtua, hipertensi, dan
diastol dalam kadar kolesterol tinggi)
rentang yang 3. Monitor panas,
diharapkan kemerahanan, nyeri atau
bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah
Mencegah
diarea keterbatasan perfusi
terjadinya
2. Hindari pengukuran
komplikasi
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekan atau
pemasangan tourniquet
pada area cedera
4. Lakukan pencegahan
infeksi
5. Lakukan perawatan kaki
dan kuku
6. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan berhenti
merokok Untuk
2. Anjurkan berolaraga rutin mempercepat
3. Anjurkan menggunakan proses
obat penurun tekanan penyembuhan
darah, antikoagulan, dan
penurunan kolosterol, jika
perlu
29
4. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis. melembabkan kulit
kering pada kaki)
5. Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
6. Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (rendah lemak
jenuh, minyak ikan omega
3)
7. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh)
30
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
Membatasi
1. Anjurkan tirah baring aktivitas untuk
2. Anjurkan melakukan proses
aktivitas secara bertahap penyembuhan.
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
31
air hangat, terutama pada tingkat
selama periode diare seluler
4. Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak
pada kulit kering
5. Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitif
6. Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit
kering
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin,
serum)
2. Anjurkan minum air yang
cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkat
asupan buah dan saur
5. Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime
6. Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal
30 saat berada diluar
rumah
32
kriteria hasil : (verbal dan non verbal)
- Konsentarasi
membaik Terapeutik
- Pola tidur 1. Ciptakan suasana
- Perilaku menumbuhkan
gelisah kepercayaan
kecemasan
Agar klien
Edukasi mendapat
33
perasaan dan persepsi
4. Latih kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi
ketegangan
5. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
6. Latih teknik relaksasi
34
LAPORAN KASUS
A. DATA DASAR
1. Identitas Pasien
Nama ( Inisial Klien ) : Tn. A
Usia : 67 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Supir
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Sunda
Bahasa Yang Digunakan : Sunda
Alamat Rumah : Kp. Cijengkol Rt 02/ Rw 02 . Kec. CIbeber
Desa Sukamanah Kab.Cianjur
Sumber Biaya : BPJS
Tanggal Masuk RS : 10 Juli 2020
Diagnosa Medis : Gagal Ginjal Kronis On Hemodialisa
Tanggal Pengkajian : 11 Juli 2020
No RM : 932027
Jadwal HD : Rurin 2 kali seminggu hari senin dan kamis
HD ke : 34 kali
2. Sumber informasi ( penanggung jawab ) :
Nama : Ny. T
Umur : 47 Tahun
Pendidikan : SD
35
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : sesak nafas
2. Riwayat kesehatan saat pengkajian
Klien mengatakan sesak nafas ,edema pada extremitas bawah.
3. Riwayat kesehatan masuk RS
Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit jadwal hemodialisa, dan sesak nafas
4. Riwayat Kesehatan Lalu:
Klien mengatakan pernah di rawat di rumah sakit dengan hipertensi dan
pasien pernah dioprasi prostat 2 tahun yang lalu.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya memiliki penyakit turunan hipertensi
6. Riwayat Psikososial – spiritual
Klien tampak gelisah, sulit berbicara. hubungan klien dengan keluarga
baik.Klien mengatakan menerima sakit yang dirasakannya dan Klien juga
sering bertanya kepada perawat bila ada yang ingin diketahui.
a. Pola nutrisi :
Asupan: ( ) Oral
Oral Oral
( ) Enteral
( ) TPN
Frekwensi makan
:……….x/Hari 3x/hari 3x/hari
36
Nafsu makan : Baik Kurang (nafsu
( ) Baik makan menurun,
lidah terasa pahit,
( ) Sedang (Jelaskan
dan mual)
alasannya)
( ) Kurang (Jelaskan
alasannya)
b. Pola Cairan :
Asupan cairan:
( ) Oral Oral Oral
Air putih
Jenis : ………………. Air putih
Frekwensi : ± 500cc
500-600cc
…………x/hari
Volume total
:…………cc/hari
37
2. Pola Eliminasi (sebelum dan saat
sakit) :
a. BAK
2-3 kali/hari Terpasang Folley
1) Frekwensi
Cateter
2) Waktu Pagi, siang,
3) Jumlah :………..cc/hari Malam
4) Warna
Kuning Kuning
5) Bau :
6) Keluhan yang berhubungan Keluar sediki-
dengan BAK:…………. sedikit
7) Out put perhari : ………cc/hari
±500cc/hari
±500cc/hari
b. BAB
Frekwensi .x/hari
1x/hari
Waktu Belum BAB
Warna Pagi selama di RS
Bau: Kuning sudah 2 hari
Konsistensi Khas feces
Keluhan Lembek
Penggunaan laxatif/pencahar : Tidak ada
…………. keluhan
a. Mandi
38
Frekwensi :…………
x/hari
2x/hari Di seka 1x/hari
b. Oral hygiene
Frekwensi :
…………x/hari
1x/hari 1x/hari
Waktu
c. Cuci Rambut 2-3 kali Belum
Frekwensi:…………x/minggu seminggu
( ) sering/mudah terbangun
39
( ) Merasa tidak puas setelah
bangun tidur
Jelaskan alasannya .
( ) Menggunakan pakaian
( ) Berhias
a. Merokok: ( ) Ya
Iya Tidak
( ) Tidak
Sebungkus satu
- Frekwensi: ……….
hari
40
- Jumlah :………..
- Frekwensi : ……….
- Jumlah : ……….
8. PEMERIKSAAN FIFIK
a. Pemeriksaan umum
- Kesadaran : Composmentis, GCS 15 E4V5M6
- Nadi : 88 x/Menit
- Pernafasan : 20x/Menit
- Suhu : 36,3 oC
41
Tidak terdapat peningkatan JVP, CRT < 2 detik, konjungtiva
anemis
2) Sistem Pernafasan
Pasien sesak, tidak ada bunyi nafas tambahan, bunyi nafas
vesikuler, respirasi 30 x/menit.
3) Sistem Pencernaan
Nyeri ulu hati dengan skala 4 dari rentang 0-10, tidak ada kesulitan
menelan, nafsu makan menurun, mual , asites
4) Sistem Persyarafan
Pupil isokor, kesadaran composmentis GCS 15 E4 V5 M6. Badan
terasa lemas dan cepat capek
5) Sistem Perkemihan
Ginjal teraba, klien mengatakan tidak nyeri saat dipalpasi.kulit
kering di abdomen
6) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran tiroid, kelenjar getah bening, tidak memiliki
riwayat penyakit gula darah dan tiroid.
7) Sistem Integumen
Keadaan kulit bersih, turgor baik, tidak ada lesi/decubitus, warna
kulit anemis, kering
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hematologi
Hemoglobin 10 13.5 - 17.5 g/dl
Hematocrit 21,2 42 - 52 %
42
KIMIA KLINIK
Gula Darah 117 < 180 mg/dl
Sewaktu
Natrium 133 135-148 mEq/L
10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
a. Infus Ringer Laktat 10 gtt/menit (500cc/24 jam)
b. Aminefron 1 x1
c. Quatro 1 X1
d. Oscal 3 x1
e. Nocid 1 x1
f. Amlodipin 10 mg 1 x1
C. ANALISA DATA
43
DS : Tekanan kapiler naik Pola nafas tidak
- Klien mengeluh sesak nafas ↓ efektif
DO : Volume interstisial naik
- Pasien terlihat sesak ↓
- Pernafasan 30x/menit Edema (kelebihan volume
- Tidak ada bunyi nafas cairan)
tambahan ↓
- Bunyi nafas vasikuler Preload naik
↓
Beban jantung naik
↓
Hipertrovi ventrikel kiri
↓
Payah jantung kiri
↓
Bendungan atrium kiri naik
↓
Tekanan vena pulmunalis
↓
Kapiler paru naik
↓
Edema paru
↓
Pola nafas tidak efektif
DS : COP turun Hipervolemia
DO : ↓
- Edema pada extremitas Aliran darah ginjal turun
44
bawah ↓
- Kalium 5,6 mEq/L RAA turun
- Urium 131 Mg/dl ↓
Retensi Na dan H2O
↓
Hipervolemia
DS : COP turun Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri ulu hati ↓
DO : Suplai O2 kejaringan turun
- skala nyeri 4dari rentang 0-10 ↓
- klien tampak gelisah Metabolisme anaerob
- Nadi 88x/menit ↓
- Respirasi 30x.menit Asam laktat naik
- TD 170/100 mmHg ↓
- Suhu 36,3̊ C Fatigue, nyeri
↓
Nyeri
DS : Sekresi eritropoitis turun Ketidakefektifan
Badan terasa lemas dan cepat ↓ perfusi jaringan
capek Produksi Hb turun perifer
DO : ↓
- Sesak nafas Oksihemoglobin turun
- Hb 10 Hb 10 g/dl ↓
- Edema pada extermitas Suplai O2 kasar turun
bawah ↓
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
DS : Sekresi eritropoitis turun Intoleransi
45
- Badan terasa lemas dan cepat ↓ aktivitas
capek Produksi Hb turun
DO : ↓
- Sesak nafas Suplai nutrisi dalam darah
- Hb 10 g/dl turun
- Nafsu makan menurun ↓
- Terdapat edema pada Oksihemoglobin turun
extermitas bawah ↓
- Nadi 88x/menit Suplai O2 kasar turun
- Respirasi 30x.menit ↓
- TD 170/100 mmHg Intoleransi aktivitas
DS: Gagal ginjal kronik Ansietas
DO: ↓
- Klien terlihat gelisah Krisi situasi
- Klien sering bertanya kepada ↓
perawat bila ada yang ingin Kurang informasi
diketahui ↓
Ansietas
DS : Gg keseimbangan asam Risiko defisit
- Kliem mengatakan kurang basa nutrisi
nafsu makan ↓
- Lidah terasa pahit dan mual Prod asam lambung naik
DO : ↓
- Sebelum sakit BB 50 kg Neusea, vomitus
- Frekuensi makan 3x sehari ↓
Risiko defisit nutrisi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
46
1. Pola nafas tidak efektif b.d kongesti paru d.d sesak nafas, respirasi
30x/menit
2. Hipervolemia b.d retensi cairan serta natrium d.d edema pada
extremitas bawah
3. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis d.d nyeri ulu hati
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran darah
keseluruh tubuh d.d lemas, HB 10 mg/dl
5. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia d.d sesak, mudah capek,
lemas.
6. Ansietas b.d krisis situasi d.d klien terlihat gelisah
7. Resiko deficit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism d.d mual,
kurang nafsu makan.
47
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
48
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
7. Penghisapan
endotrakeal
8. Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsepMcGill
9. Berikan oksigen, jika
Untuk mengeluarkan
perlu
dahak
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan 2000
ml/hari,jika tidak
kontraindikasi.
Untuk melebarkan
2. Ajarkan teknik batuk
jalan nafas
efektif
Kolaborasi
49
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
50
5. Monitor efek
samping deuretik
(mis. Hipotensi
ortortostatik,
hypovolemia,
hipokalemia,
hyponatremia)
6. Monitor tanda
peningkatan tekanan
onkotik plasma (mis.
Kadar protein dan Untuk membatasi
albumin mengingkat) terjadinya retensi
Terapeutik cairan
1. Timbang berat badan
setiap hari pada
waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan
dan garam
3. Tinggikan kepala
Untuk menganalis data
tempat tidur 30 ° -40
pasien dalam mengatur
°
keseimbangan
Edukasi
elektrolit
1. Anjurkan melapor
jika haluaran urine
<0,5 ml/kg/jam
dalam 6 jam
2. Anjurkan melaporkan
jika BB bertambah
51
>1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara
mengukur dan
mencatat asupan dan Dieuretik bekerja
pemberian diuretik
2. Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat deuretik
3 Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri
dilakukan
Observasi Untuk mengetahui
tindakan
keperawatan daerah nyeri, kualitas,
1. lokasi, karakteristik,
selama 3x24 jam kapan nyeri dirasakan,
durasi, frekuensi,
diharapkan faktor pencetus, berat
kualitas, intensitas
tingkat nyeri ringannya nyeri
nyeri
menurun dengan dirasakan
2. Identifikasi skala
kriteria hasil : Kontrol lingkunmgan
nyeri
- Frekuensi yang memperberat rasa
3. Identifikasi respon
nadi nyeri.
nyeri non verbal
membaik
4. Identifikasi faktor
- Pola napas yang memperberat
membaik dan memperingan
- Keluhan nyeri
52
nyeri 5. Identifikasi
menurun pengetahuan dan
- Meringis keyakinan tentang
menurun nyeri
- Gelisah 6. Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap
- Kesulitan respon nyeri
tidur 7. Identifikasi pengaruh
menurun nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek
samping penggunaan
Teknik ini dilakukan
analgetik
untuk mendorong klin
Terapeutik rileks dan klien dapat
mengatasi dan
1. Berikan teknik
mengontrol nyeri.
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
53
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri Agar pasien dapat
dalam pemilihan mengetahui cara
strategi meredakan meredakan nyeri.
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
54
analgetik secara tepat Obat analgetik dapat
5. Ajarkan teknik mengurangi nyeri
nonfarmakologis dengan memblok
untuk mengurangi implus nyeri
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
55
menurun atau bengkak pada
- Pengisian ekstremitas Mencegah terjadinya
kapiler Terapeutik komplikasi
membaik 7. Hindari pemasangan
infus atau
pengambilan darah
diarea keterbatasan
perfusi
8. Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
9. Hindari penekan atau
pemasangan
tourniquet pada area
cedera
10. Lakukan pencegahan
infeksi
11. Lakukan perawatan
Untuk mempercepat
kaki dan kuku
proses penyembuhan
12. Lakukan hidrasi
Edukasi
8. Anjurkan berhenti
merokok
9. Anjurkan berolaraga
rutin
10. Anjurkan
menggunakan obat
56
penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurunan
kolosterol, jika perlu
11. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis.
melembabkan kulit
kering pada kaki)
12. Anjurkan program
rehabilitasi vaskuler
13. Anjurkan program
diet untuk
memperbaiki
sirkulasi (rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
14. Informasikan tanda
dan gejala darurat
yang harus
dilaporkan (mis. rasa
sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh)
5 Intoleransi Setelah Manajemen Energi Untuk memantau
aktivitas dilakukan aktivitas fisik yang
Observasi
tindakan boleh/ tidak boleh
keperawatan dilakukan.
5. Identifkasi gangguan
57
selama 3x24 jam
fungsi tubuh yang
diharapkan
mengakibatkan
toleransi
kelelahan
aktivitas
6. Monitor kelelahan
meningkat
fisik dan emosional
dengan kriteria
7. Monitor pola dan jam Agar klien dapat
hasil :
tidur beraktivitas sesuai
- Kemudahan
8. Monitor lokasi dan kemampuan
dalam
ketidaknyamanan
melakukan
selama melakukan
aktivitas
aktivitas
sehari-hari
meningkat
Terapeutik
- Kekuatan
tubuh bagian 5. Sediakan lingkungan
atas dan nyaman dan rendah
bawah stimulus (mis.
meningkat cahaya, suara,
- Keluhan kunjungan)
lelah 6. Lakukan rentang
menurun gerak pasif dan/atau
- Dispnea saat aktif
aktivitas 7. Berikan aktivitas
menurun distraksi yang
menyenangkan
8. Fasilitas duduk di sisi Membatasi aktivitas
tempat tidur, jika untuk proses
tidak dapat berpindah penyembuhan.
58
atau berjalan
Edukasi
59
- Pola tidur ansietas (verbal dan
membaik non verbal)
- Perilaku
gelisah Terapeutik
kebingungan menumbuhkan
menurun kepercayaan
Edukasi
7. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi
yang mungkin
dialami
60
8. Anjurkan keluarga
untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
9. Anjurkan Agar klien mendapat
mengurangi
ketegangan
11. Latih penggunaan
mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
12. Latih teknik relaksasi
7 Risiko defisit Setelah Manajemen Nutrisi
nutrisi dilakukan
Observasi Untuk mengetahuin
tindakan
keperawatan status nutrisi klien dan
1. Identifikasi status
selama 3x24 menegakkan intervensi
nutrisi
jam, status selanjutnya
2. Identifikasi alergi dan
nutrisi membaik
intoleransi makanan
dengan kriteria
3. Identifikasi makanan
hasil :
yang disukai
- Porsi makan
4. Identifikasi
yang
kebutuhan kalori dan
dihabiskan
jenis nutrient
meningkat
5. Identifikasi perlunya
61
- Berat badan penggunaan selang
meningkat nasogastrik
- Frekuensi 6. Monitor asupan
makan makanan
meningkat 7. Monitor berat badan
- Nafsu 8. Monitor hasil
makan pemeriksaan
meningkat laboratorium
- Perasaan Agar meningkatkan
Terapeutik
cepat nafsu makan klien
kenyang 1. Lakukan oral hygiene
meningkat sebelum makan, jika
perlu
2. Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
5. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian
62
makan melalui selang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi Untuk mempercepat
proses penyembuhan
Edukasi
1. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan Untuk memenuhi
kebutuhan gizi klien
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan (mis.
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
63
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Jilid 2. Aplikasi Nanda NIC-NOC.
Jogjakarta; MediAction
Tim Pokja SDKI PPNI. 2016. Jilid 1. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jogjakarta selatan; DPP PPNI
LeMone, Priscilla, Burke, Karen M. & Bauldoff, Gerene. 2016. Vol. 3 Edisi 5.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta; ECG.
64
vi