Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

RINGKASAN PUSTAKA, HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ringkasan Pustaka

Tempat Besar sampel/


NO Studi / penulis Intervensi Kontrol Metode penelitian/ alat ukur Outcome
penelitian partsipan
Hasil uji Pairet t test maka
Pengaruh Mirror dapat diketahui nilai t hitung
Therapy Stroke non sebesar -2.428 dengan p value
Terhadap hemoragik sebesar 0,015 maka dapat
Di RSUD
Kekuatan Otot dalam Pasien di RSUD Stroke non hemoragik dalam disimpulkan terdapat terdapat
1 Kota 83 sampel
Pasien Stroke rentang kota semarang rentang waktu dua bulan pengaruh yang signifikan
Semarang
Non Hemoragik waktu dua latihan Mirror Therapy
Di RSUD Kota bulan terhadap kekuatan otot pasien
Semarang Stroke Non Hemoragik di
RSUD Kota Semarang.
2 PENGARUHMI DIRSUD intervensi semua pasien Jenis penelitian yang akan Didapatkan hasil bahwa
RROR dr. mirror stroke non dilakukan adalah kuantitatif, pasien stroke berada pada
therapy dari
hemoragik yang
peneliti,
dirawat di Unit
sedangkan
Stroke RSUD Dr.
THERAPY kelompok kategori umur 56- 65 tahun
Moewardi, pasien
TERHADAP kontrol tidak berjumlah 46,7% kelompok
yang mengalami
KEKUATAN mendapat kontrol dan kategori umur 36
kelemahan otot
OTOT mirror dengan menggunakan Quasy -45 ahun dengan jumlah 40%
ekstremitas
EKSTREMITA MOEWAR therapy tetapi Experimental, dengan pendekatan kelompok intervensi. Pasien
sebagian atas dan
S PADA DI hanya one group pretest-post test design stroke yang paling banyak
bawah, pasien
PASIEN mendapat with group control. mengalami berjenis kelamin
dengan kesadaran
STROKE latihan ROM laki-laki 53,3% kelompok
composmentis
DIRSUD dr. standar oleh kontrol dan 60% kelompok
GCS E4M6V5
MOEWARDI Unit Stroke intervensi.
dan pasien yang
Anggrek 2
bersedia menjadi
RSUD Dr.
responden
Moewardi.
3 PENGARUH DI RSUD Dilakukan Dilakukan Teknik pengambilan sampel Hasil penelitian karakteristik
MIRROR KABUPAT perlakuan perlakuan dan menggunakanAccidental usia responden didapat
THERAPYOF EN KEDIRI variabelnya setelah perlakuan Sampling. Menggunakan uji T- seluruh responden (100%)
THE FACE diobservasi/d variabelnya testuntuk membandingkan dua berusia >55 tahun.
TERHADAP iukur lebih dilakukan populasi kontinu bila hanya Karakteristik jenis kelamin
KEMAMPUAN dahulu (pre- observasi/penguk tesedia sampel bebas yang sedikit responden didapat sebagian
besar responden (72,7%) jenis
kelamin perempuan,
didapatkan sebagian besar
responden (72,7%)
mempunyai riwayat
kebiasaan merokok,
didapatkan sebagian besar
responden (72,7%)
OTOT WAJAH mempunyai riwayat penyakit
PADA PASIEN sebelum stroke hipertensi,
STROKE DI dan kedua populasi hasil asalnya didapatkan seluruh responden
test) uran (post-test)
RSUD tidak normal. J (100%) tidak mempunyai
KABUPATEN riwayat minum alkohol,
KEDIRI didapatkan lebih dari
setengah responden (54,5%)
mempunyai riwayat minum
kopi, didapatkan sebagian
besar responden (63,6%)
tidak ada riwayat mengalmai
stres, didapatkan hampir
seluruh responden (81,8%)
tidak ada riwayat stroke.
PENGARUH
MIRRORTHER
APYTERHADA Berdasarkan hasil analisis
P tabel pada kelompok kontrol
DIRUMAH Penelitian Quasi eksperimen
PENINGKATA sebelum dan sesudah
SAKIT Latihan dengan menggunakan pendekatan
N KEKUATAN diberikan intervensi dengan
UMUM beban,keseim onegroup pretest-posttest
OTOT PADA menggunakan ujiWillcoxon
DAERAH bangan,danlat Semua pasien design.Tehnik sampel yang
4 PASIEN 20 orang diperoleh Pvalue=0,000(
KOTA ihanROM stroke digunakan adalah purposive
STROKE maka dapat diambil
PADANG (Range sampling dengan jumlah sampel
DIRUMAH kesimpulan terdapat
SIDIMPUA OfMotion) adalah 20 orang responden yang
SAKIT UMUM perbedaan rerata kekuatan
N merupakan pasien stroke.
DAERAH otot setelah diberikan mirror
KOTA therapy
PADANG
SIDIMPUAN
5 Efektifitas pasien 108 orang Semua pasien Desain penelitian ini Hasil penelitian didapatkan
Mirror Therapy stroke yang stroke menggunakan pra eksperiment rata-rata kekuatan otot
terhadap dirawat inap dengan pendekatan One Group sebelum intervensi adalah
Kekuatan Otot di RSUD Pre Test and Post Test Design. 2,69 dan setelah intervensi
dan Status Kota 3.63, sedangkan rata-rata
Fungsional Mataram status fungsional sebelum
Pasien Stroke intervensi 42,5 dan setelah
intervensi menjadi 72,5. Hasil
analisis dengan uji willcoxon
Non Hemoragik
diperoleh nilai p value untuk
kekuatan otot 0,000<0,05.
Terdapat pengaruh mirror
terapi terhadap peningkatan
Efektivitas
67 intervensi. kekuatan otot dengan MMST,
Mirror Therapy
Terapi Hand dan Leg Dynamometer
Integrasi
cermin dengan p value 0,000 < 0,05.
Dengan Rom
diberikan 4 Tidak terdapat pengaruh nilai
Pada
kali kekuatan otot secra MMST
Ekstremitas Rsud Dr.
seminggu untuk jenis kelamin p value
Atas Dan Bawah Doris Kuantitatif dengan Quasy
selama 3 20 kelompok 0,448, usia p value 0,669,
6 Terhadap Sylvanus 87 orang eksperimen pretest-postest control
minggu kontrol lama stroke p value 0,265.
Peningkatan Palangka group
selama 30 Dengan hand dynamometer
Kekuatan Otot Raya
menit, alat Jenis kelamin p value 0,198,
Pasien Stroke Di
ukur MMST, usia p value 0,462, lama
Rawat Jalan
Hand dan leg stroke p value 0,112. Dengan
Rsud Dr. Doris
Dynamomete leg dynamometer jenis
Sylvanus
r kelamin p value 0,804, usia p
Palangka Raya
value 0,921, lama stroke p
value 0,783.
PENGARUH
MIRROR
THERAPY Berdasarkan hasil analisis
TERHADAP tabel pada kelompok kontrol
DIRUMAH
PENINGKATA sebelum dan sesudah
SAKIT
N KEKUATAN diberikan intervensi dengan
UMUM Penelitian Quasi eksperimen
OTOT PADA Dilakukan Dilakukan menggunakan uji Willcoxon
DAERAH dengan menggunakan
7 PASIEN 20 orang perlakuan pre perlakuan post diperoleh Pvalue=0,000
KOTA pendekatanonegrouppretest-
STROKE test test makadapat diambil
PADANG posttest design.
DIRUMAH kesimpulan terdapat
SIDIMPUA
SAKIT UMUM perbedaan rerata kekuatan
N
DAERAH otot setelah diberikan mirror
KOTA therapy
PADANG
SIDIMPUAN
8 Efektifitas RSUD Kota 108 orang ntervensi dilakukan Desain Penelitian ini Hasil kekuatan otot dan status
Mirror Therapy Mataram mirror pengukuran menggunakan pra eksperimen fungsional responden setelah
terhadap therapy, kekuatan otot dan dengan pendekatan One Group dilakukan intervensi mirror
Kekuatan Otot dilakuan 2 status fungsional Pre Test and Post Test Design. teraphy mengalami
dan Status kali sehari, responden peningkatan.
Fungsional pagi dan sore
Pasien Stroke selama 2
minggu
selama 15
menit dan
dikombinasik
Non Hemoragik
an dengan
beberapa
gerakan
ROM.
9 PENGARUH Puskesmas 11 responden Terapi Semua responden Penelitian ini menggunakan Hasil uji statistik diperoleh
TERAPI kumpulan cermin metode kuasi-eksperimental One nilai 0,000 yang dapat
CERMIN kabupaten dilakukan 5- Group Pretest-postest. disimpulkan bahwa ada
TERHADAP pasaman 10 menit, pengaruh yang signifikan
KEMAMPUAN sekali sehari, antara terapi cermin terhadap
GERAK PADA 5 kali kemampuan gerak pada
PASIEN seminggu pasien stroke di Kumpulan
STROKE DI selama 4 Kesehatan Masyarakat tahun
WILAYAH minggu. 2018
KERJA
PUSKESMAS
KUMPULAN
KABUPATEN
PASAMAN
TAHUN 2018
Subyek yang
menandatang
Hasilnya didapatkan bahwa
ani informed
terapi cermin terbukti dapat
EFEKTIFITAS consent dari Pretest dan
meningkatkan rangsangan
PEMBERIAN yang diterima posttest terdiri Ada tiga database yang digunakan
kortikospinal yang
MIRROR pretest satu dari pengukuran yaitu ProQuest, EBSCO HOST
10 25 sampel merangsang motor evoked
THERAPY minggu fungsi ekstremitas dan PubMed untuk pencarian
potential, memberikan efek
PADA KLIEN sebelum awal atas dan aktivitas terapi cermin dan Post stroke.
pada pergerakan baik pada
POST STROKE program sehari-har
ekstremitas atas maupun
latihan empat
kemampuan berjalan.
minggu dan
posttest
B. Hasil dan Pembahasan
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak
karena sumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan (stroke hemoragik) (Arif,
Mustika, Primal, 2019).
Intervensi untuk penyembuhan yang bisa dilakukan pada pasien stroke selain

terapi medikasi atau obat-obatan yaitu dilakukan fisioterapi/ latihan seperti; latihan

beban, latihan keseimbangan, latihan resistansi, hydroteraphy, dan latihan rentang

gerak/ Range Of Motion (ROM). Penderita stroke yang mengalami gangguan

komunikasi, dapat ditangani dengan speech therapist dengan cara, 1) latihan

pernapasan, menelan, meniup, latihan gerak bibir, dan tenggorokan, 2) latihan di

depan cermin untuk gerakan lidah, bibir, dan mengucapkan kata-kata ( Bastian, 2013).

Latihan Mirror therapy adalah bentuk rehabilitasi atau latihan yang

mengandalkan dan melatih bayangan atau imajinasi motorik pasien, dimana cermin

akan memberikan stimulasi visual kepada otak (saraf motorik serebral yaitu

ipsilateral atau kontralateral untuk pergerakan anggota tubuh yang hemiparises)

melalui observasi dari pergerakan tubuh yang akan cenderung ditiru seperti cermin

atau bagian tubuh yang mengalami gangguan (Wang, 2013). Terapi ini bertujuan

untuk memperbaiki status fungsional, mudah dilakukan dan hanya membutuhkan

latihan hang singkat, tanpa membebani pasien (Olivia, 2017) terapi cermin

memberikan manfaat tambahan dalam pemulihan motor ekstermitas atas dan bawah

pada pasien stroke (Pradeepha, 2017).

Angka kejadian stroke yang setiap tahunnya meningkat dan banyaknya

gangguan-gangguan yang dapat terjadi post stroke mengharuskan kita sebagai

perawat untuk memikirkan terapi yang bisa dilakukan dalam meningkatkan fungsi

tubuh pasien guna meningkatkan kualitas hidup. Beberapa terapi rehabilitasi telah
diterapkan, salah satunya yaitu mirror therapy. Berdasarkan beberapa hasil penelitian

berdasarkan 10 jurnal, mirror therapy terbukti dapat meningkatkan rangsangan

kortikospinal yang merangsang motor evoked potential, memberikan efek pada

pergerakan baik pada ekstremitas atas maupun kemampuan berjalan.

Anda mungkin juga menyukai