Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN
GAGAL GINJAL KRONIK

RITA DWI HARTANTI, Ns.,Sp.Kep.M.B


GGK (Gagal Ginjal Kronik) / CKD
(Chronic Kidney Disease)
 Penurunan faal ginjal yang menahun dan irreversible
yang mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme
cairan dan elektrolit yang timbul karena adanya
penurunan fungsi glomerolus akibat banyaknya nefron
yang rusak sehingga ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal.

 Penurunan fungsi ginjal dapat diukur melalui


penurunan laju filtrasi glomerolus (LFG) yang berfungsi
sebagai indicator kemampuan ginjal dalam menyaring
darah.
Etiologi
Etiologi GGK sangat bermacam-macam dan kompleks.
 Penyakit infeksi ginjal (glomerulonefritis, pyelonefritis)
 ARF (Acut Renal failure)
 Penyakit ginjal polikistik
 Obstruksi ginjal (neoplasma), prostate hiperplasia,
striktura
 Nefrotoksik (analgetik, kanamisin)
 Penyakit sistemik (DM, Hipertensi, SLE, Gout)
Patofisiologi
 Terjadi kerusakan dan penurunan progresif fungsi nefron. Saat
terjadi penurunan nilai GFR dan klirens serum ureum dan
kreatinin meningkat.

 Nefron yang masih sehat mengalami hipertropi karena terus


menggantikan semua fungsi nefron yang rusak. Hal ini
menyebabkan ginjal kehilangan kemampuan untuk memekatkan
urine secara baik.

 Ginjal berupaya untuk mengeluarkan larutan urine dalam jumlah


besar sehingga pasien mengalami kekurangan cairan tubuh.

 Kerusakan nefron terus terjadi, diikuti laju filtrasi ginjal terus


menurun.

 Tubuh tidak mampu lagi membuang air, garam, dan produk-


produk sampah lainya melalui ginjal. Jika laju filtrasi ginjal < 10 –
20 mL/mnt secara klinis akan terlihat uremia dan tanda-tanda
toksik akibat produk sampah semakin terlihat.
Penyebab

Kerusakan Nefron

Kehilangan fungsi ginjal sebagian

Menurunya GFR dan Clearance


Tubuh tidak mampu membuang sisa
Meningkatkan fungsi ginjal yang masih normal garam dan sisa metabolisme melalui
ginjal
Sisa yang normal hypertrofi

Filtrasi solute meningkat Syndrome Uremia


Fungsi mengkonsentrasi urine menurun (GFR 10 – 20 mL/mnt)

Fungsi reabsorbsi tubulus menurun secara berangsur


Ekskresi hydrogen ↓  Asidosis metabolic
 Ekskresi fosfat ↓  Hyperfosfatemia
Ekskresi urin meningkat, cair (Poliuria)
 Ekskresi kalium ↓  Hyperkalemia
 Reabsorbsi Na ↓  Retensi air
Pasien kehilangan cairan tubuh  Ekskresi sampah Nitrogen ↓  Uremia

Perfusi pembuluh darah ginjal menurun

Kerusakan renal meningkat, jumlah nefron normal menurun Pasien mengalami Kehilangan fungsi non
sekresi ginjal :
Perfusi pembuluh darah ginjal menurun Kerusakan fungsi insulin
 Kegagalan produksi erytropoetin
Total GFR menurun lebih lanjut  Kegagalan mengaktifkan kalsium
 Gangguan reproduksi
 Gangguan immunitas
Tahapan Penurunan Fungsi Ginjal
Tingkat tes klirens kreatinin dianggap mendekati laju filtrasi glomerolus
(CCT = LFG).

Tahapan Gagal ginjal kronik :


1. Penurunan Cadangan (faal ginjal <100% - 75 %, CCT : 75 mL/mnt)
 Pasien belum ada keluhan, ekskresi dan regulasi masih dapat
dipertahankan

2. Insufisiensi Ginjal (faal ginjal <75% - 25%, TKK / CCT : 25 – 75


mL/mnt)
 Pasien sudah mulai ada keluhan yang berhubungan dengan oliguria,
overhidrasi, udem perifer, asidosis, hiperkalemia, anemia, hipertensi.

3. Gagal Ginjal Kronik (faal ginjal <25% - 10%)


 Gambaran klinis dan laboratorium makin nyata. Peningkatan kadar
ureum, kreatinin serum, anemia.

4. Gagal Ginjal Terminal / GGT


 Faal ginjal < 10%, CCT < 10 mL/mnt
.
Classification of Chronic
Kidney Disease

 Stage 1 disease is defined by a normal GFR (greater


than 90 mL/min per 1.73 m2) and persistent
albuminuria.
 Stage 2 disease is a GFR between 60 to 89 mL/min
per 1.73 m2 and persistent albuminuria.
 Stage 3 disease is a GFR between 30 and 59 mL/min
per 1.73 m2.
 Stage 4 disease is a GFR between 15 and 29 mL/min
per 1.73 m2.
 Stage 5 disease is a GFR of less than 15 mL/min per
1.73 m2 or end-stage renal disease.
Manifestasi Klinis
No. Sistem Manifestasi Penyebab

1. Integumen  Kulit kekuningan  Penimbunan urochrom


a. Kulit  Pucat / pallor  Anemia
b. Kuku  Pruritas  Penurunan aktifitas kelenjar keringat (semua
c. Rambut  Kering dan bersisik kelenjar)
 Tipis dan rapuh  Endapan fosfat
 Kering, rapuh  Terbuangnya protein dan Ca menurun
 Aktifitas semua kelenjar menurun
 Terbuangnya protein

2. Gastro inestestinal  Halitosis / fetor uremicum o Urea diubah menjadi anemia oleh bakteri mulut
a. Oral  Perdarahan gusi, stomatitis o Perubahan aktifitas platelet
b. Lambung  Mual, muntah, anoreksia, o Serum uremit toxin akibat bakteri usus
gastritis, ulcreation o Mukosa usus lembab

3. Cardiovaskuler  Hipertensi, oedem  Overload cairan mekanisme rennin angiotensin


 Conjunctiva heart failure  Kelebihan cairan, anemia
 Arteriosklerosis heart disease  Hipertensi kronis, pengapuran jaringan lunak
 Perikarditis  Toxin uremic dakam pericardium

4. Pulmonary Uremic “lung” atau pneumonia  Toxin uremic dalam pleura dan jaringan paru
 Retensi asam organic hasil metabolisme
 Toxin uremic
Manifestasi Klinis
5 Asam basa Asidosis metabolic  Ketidakseimbangan elektrolit
.  Retensi asam organic hasil metabolisme
6 Neurologic Letih, lesu, sakit kepala,  Toxin uremic
. gangguan tidur, gangguan  Ketidakseimbangan elektrolit
otot /kejang, pegal
7 Hematologik Anemia  Penekanan produksi RBC
. Perdarahan  Penurunan waktu hidup RBC
 Perdarahan
 Dialysis
 Defisiensi Fe
8 Metabolik Intoleransi KH  Menurunya sensitifitas insulin di dalam jaringan perifer
. Hiperlipidemia  Penundaan produksi insulin oleh pancreas
Hiperparatiroid  Meningkatnya waktu hidup insulin
Infertility  Meningkatnya produksi serum bringliserial
Sexual disfunction  Produksi glyserial meningkat dalam hati karena insulin
Menurunya libido + ereksi meningkat
Menurunya menstruasi s/d  Meningkatnya produksi serum trigliserid
amenorhoc  Produk glyserides meningkat dlm hati akibat dari
insulin meningkat
 Fosfat dlm serum meningkat  Ca+ dlm serum
menurun  merangsang paratiroid
 Mekanisme belum jelas
 Produksi testosterone dan spermatogenesis menurun
 Rangsangan paratiroid meningkat
Gangguan fungsi ginjal
 Klinis
Tanda, gejala, pemeriksaan fisik.
 Laboratoris
Ureum ↑, kreatitin ↑, asam urat ↑
 Tes klirens kreatinin (TKK)
Kreatinin urin(mg/dL) x vol.urin(mL/24 jam
Kreatinin serum(mg/dL) x 1440
 Rumus Cockrof-Gault

LFG = (140-umur) x BB (Kg)


72 x kreatinin serum (mg/dL

Wanita = 0,85 x pria


Pemeriksaan Diagnostik
 Lab : ureum /creatinin; hemoglobin, analisa
gas darah, CCT, (Na, K, Ca, P), albumin, gula
darah, trigliserida
 Diagnostik : biopsy ginjal
 Radiologi : BNO/ foto polos abdomen, IVP,
USG, renogram, foto jantung, foto paru, foto
tulang
 ECG
Pemeriksaan Penunjang
LABORATORIUM

1. TES KLIREN KREATININ : GFR pada umumnya menurun


2. KIMIA DARAH : urea/BUN meningkat, serum kreatinin
juga meningkat, dapat terjadi hipoalbunemia, dislipidemia,
hiperfosfatase.
3. DARAH LENGKAP : Hb, trombosit, hematokrit, Fe serum
dan feritin menurun sedang lekosit meningkat.
4. ANALISA GAS DARAH : penurunan pH, pCO2, HCO3,
dan kadang-kadang terjadi penurunan pO2.
5. HAPUSAN DARAH : leukosit meningkat, trombosit
menurun dan eritrosit normokrom normositer.
6. PEMERIKSAAN URINE : dapat terjadi hematuri,
proteinuri, albuminuri, bakteriuri.

13
Pemeriksaan Radiologis
1. Intravenous Infusion Pyelographi (IVP) : menilai sistem
pelviokalises dan ureter.
2. USG :Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, anatomi
ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
3. ROTGENT ABDOMEN : untuk menilai bentuk dan besar ginjal,
apakah ada batu atau obstruksi lain.
4. EKG : untuk mengetahui kemungkinan hipertropi ventrikel kiri dan
kanan, tanda-tanda perikarditis, disritmia, gangguan elektrolit.
5. Renogram : menilai fungsi ginjal kiri dan kanan, lokasi gangguan
serta sisa fungsi ginjal normal.
6. Renal anterogram : mengkaji terhadap sirkulasi ginjal dan
ekstravaskularisasi serta adanya masa.
7. Rotgen thorak : mengetahui tanda-tanda kardiomegali dan odema
paru.

14
Pelaksanaan Medis
GGK
Integrated Renal Replacement
Therapy

Transplantasi

RRT

Hemodialisis Peritoneal Dialisis

HM.Bambang Purwanto,dr,SpPD-KGH Gagal Ginjal Akut dan Kronik


1. Penatalaksanaan Konservatif
Tujuan:
 Mencegah menurunya faal ginjal yang progresif
 Meringankan keluhan uremia
 Mengurangi gejala uremia dengan memperbaiki
metabolisme:
 Pengaturan cairan dan elektrolit dengan pengontrolan
yang ketat terhadap diit & cairan
 Pengontrolan tensi / hipertensi dengan obat
 Meningkatkan kenyamanan pasien

Indikasi penatalaksanaan konservatif:


 GGK dan tahap insufisiensi ginjal
 Faal ginjal 10 – 50 % atau creatinin serum 2 mg%
- 10 mg%
1. Penatalaksanaan Konservatif (cont..)
Bentuk :
 Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit:
 Penahanan kalium & fosfat dapat terjadi pada GGK (oral dengan
CaCo3)
 Kontrol dapat dilakukan dengan mengurangi intake kalium dalam diit.
 Pemberian alumunium hidroksida  mengikat fosfat
 Pemberian laksatif
 Pemberian Vit.D
 Keseimbangan transport oksigen
 Anemia selalu mengiringi GGK  pasien cepat letih dan sesak nafas.
 Memberikan rasa nyaman, istirahat dan tidur
 Umumnya tidak nyaman pada GGK meliputi pruritus, kram otot, rasa
haus, sakit kepala, kulit kering, stress, emosional, insomnia.
 Mengurangi tingkat fosfat serum dengan Alhydrokside  mengurangi
gatal-gatal
 Menjaga kulit lembab
 Memberikan obat anti gatal
2. Dialisis
 Hemodialisis
 Peritoneal Dialisis

3. Transplantasi Ginjal
 Donor hidup
 Donor Cadaver
 Dialisis dan transplantasi dilakukan pada
pasien GGK yang tahap terminal.
Asuhan Keperawatan
Gagal Ginjal Kronik
PENGKAJIAN  dilakukan mll
anamnesa dan pemeriksaan fisik

Anamnesis
 Biodata pasien dan penanggung
jawab.
 Riwayat keperawatan :

1. Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya
3. Riwayat penyakit keluarga
 Pemeriksaan fisik
1. Aktifitas dan istirahat tidur :
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
4. Nutrisi / cairan
5. Neurosensori
6. Nyeri / rasa nyaman
7. Respirasi
8. Keamanan
9. Seksual
10. Pemeriksaan fisik head to foot
 Pengkajian Psikososio spiritual
1. Integritas ego
2. Interaksi sosial
3. Tingkat pengetahuan pasien tentang
penyakit dan penatalaksanaanya.

 Pengkajian Hasil Diagnostik


DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAN PERENCANAAN
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
berhubungan dengan Penekanan diafragma Oedema pulmo
Ditandai dengan :
 Pasien mengeluh sesak nafas
 RR > 20 x/mnt
 Cyanosis
 Ascites
 Ronchi (+)
Perencanaan :
 Tujuan : kebutuhan oksigen terpenuhi stlh dilakukan asuhan keperawatan selama ---
hari / minggu
 Kriteria hasil:
 Pasien tidak mengeluh sesak nafas
 Sesak nafas berkuran / hilang
 Tidak cyanosis
 Suara nafas vesikuler
 Klien tampak tenang
 R 16 – 20 x/mnt
 Rencana tindakan keperawatan:
 Beri posisi tidur semi fourter
 Tenangkan klien
 Anjurkan klien untuk nafas efektif
 Observasi perubahan warna kulit, kuku, jari, catat adanya cyanosis
 Monitor respirasi dan nadi
 Berikan oksigen.
 Kolaborasi hasil dengan dokter
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan :

 Ginjal yang tidak berfungsi


 Dialisis yang tidak adekuat
 Intake cairan yang berlebih
 Ketidakpatuhan mengikuti jadwal HD
 Ditandai dengan :
 Oedema, ronchi (+)
 Hasil laboratorium kadar elektrolit ↑
 Perencanaan
Tujuan  Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan volume cairan adekuat
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ---- hari / minggu.
Kriteria hasil:
 Oedema hilang / tidak ada, turgor kulit baik
 Ronchi (-), tidak sesak nafas
 Kadar elektrolit normal
Rencana tindakan keperawatan:
 Timbang BB pasien
 Batasi intake cairan (balance cairan)
 Ajarkan klien tentang pentingnya pengontrolan dan pengukuran air&BB setiap hari
 Berikan diit rendah garam
 Lakukan HD dengan UF (kolaborasi dengan dokter)
 Beri obat-obat (kolaborasi dokter)
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh kurang dari
yang dibutuhkan berhubungan dengan :

 Intake yang kurang


 Diit yang terlalu ketat
 Status hipermetabolik
 Perencanaan :
Tujuan  Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama beberapa hari / minggu
Kriteria hasil :
 BB ideal terpelihara, tidak tampak malnutrisi
 Protein total & albumin DBN
 Asupan nutrisi adekuat
Rencana tindakan keperawatan:
 Kaji ulang tentang status nutrisi
 Ukur lingkar lengan atas
 Anjurkan klien makan makanan yang disukai dengan porsi yang kecil
tetapi sering dan tidak melanggar diit (sesuai aturan)
 Kolaborasi dengan dokter untuk obat
 Kolaborasi dengan ahli gizi
4. Gangguan pola eliminasi :

a. Konstipasi, berhubungan dengan menurunya mobilitas, asupan


antasid, pembatasan air, modifikasi diit atau ketidakseimbangan
elektrolit ditandai dengan kesukaran BAB.
Tujuan : Pola eliminasi normal
Kriteria hasi : BAB 1 – 2 x sehari, konsistensi lunak.
Rencana tindakan :
- Anjurkan klien untuk melakukan ambulansi semampunya untuk meningkatkan
peristaltik usus.
- Anjurkan klien untuk menghindari laksatif yang mengandung magnesium
- Berikan pelembek feces untuk mencegah konstipasi
- Konsultasi dengan ahli gizi tentang diit tinggi serat yang diperbolehkan.
- Catat jumlah BAB untuk memonitor cairan & kehilangan elektrolit
- Monitor kadar elektrolit terutama kalium, calcium, dan kadar bicarbonat.
- Anjurkan klien untuk minum oralit.
- Bersihkan anus dengan hati-hati menggunakan lotion

b. Diare, berhubungan dengan inflamasi gastro interstinal sekunder


terhadap ureum / efek samping sorbitol hayexalat ditandai dengan
BAB cair dan sering.
c. Gangguan integritas kulit, berhubungan dengan gangguan status
metabolic, akumulasi toksik dalam tubuh ↓, menurunya aktifitas
kelenjar keringat, (kalsium, fosfat), oedema dan nuoropati,
ditandai dengan : gatal, luka, kulit kering, eksariasi, oedema

Perencanaan :
Tujuan  Integrigas kulit tetap terjaga setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama ---- hari / minggu.
Kriteria hasil:
- Tidak ada ithing (kulit kering)
- Kulit bersih, tidak kemerahan, tidak bersisik
- Tidak ada gangguan fungsi
Rencana tindakan:
- Bersihkan kulit setiap hari dengan air hangat, sabun lunak, terutama
pada daerah lipatan dan sela-sela jari.
- Inspeksi terhadap brurses, purpura dan tanda infeksi
- Kaji warna kulit, tekstur, turgor, dan vaskulieritas
- Gunakan krim / ointment waktu mandi, keramas
- Anjurkan klien untuk memelihara kuku pendek dan bersih
- Hindari pakaian yang merangsang
- Berikan obat antihistamin dan anti pruritis hasi kolaborasi dokter.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
anemia sekunder, uremia, ditandai dengan
kelelahan, nafas pendek.
Perencanaan :
 Tujuan  Klien dapat melakukan aktifitas setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama ---- hari / minggu.
 Kriteria hasil :
 Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari tanpa kelelahan /
merasa lelah.
 Klien tampak segar
 Rencana tindakan:
 Monitor kadar Hb dan Ht sebagai indikator suplai oksigen
 Berikan istirahat yang cukup
 Ajarkan klien untuk merencanakan kegiatan & menghindari
kelelahan
 Kaji respon klien terhadap aktifitas / kegiatan untuk
merencanakan perawatan yang sesuai.
 Berikan zat besi erytropoetin hasil kolaborasi dengan dokter.
6. Gangguan rasa nyaman, pusing, berhubungan
dengan tekanan darah yang tinggi, ditandai
dengan klien mengeluh pusing, tampak sakit,
tekanan darah lebih tinggi dari 130/90 mmHg.
Perencanaan:
 Tujuan  Rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan
asuhan keperawatan selama beberapa hari / minggu.
 Kriteria hasil:
 Klien tidak mengeluh pusing, tidak tampak kesakitan
 Tekanan darah terkontrol < 130/90 mmHg
 Rencana tindakan:
 Ukur vital sign
 Kaji tingkatan pusing
 Anjurkan klien untuk banyak istirahat
 Anjurkan klien untuk diit rendah garam
 Anjurkan klien untuk minum obat sesuai aturan
 Beri obat penurun tensi hasil kolaborasi dengan dokter.
7. Perubahan konsep diri / pola pikir berkaitan dengan akumulasi
toksin, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, perubahan pola
hidup, ketergantungan dialisis, kelelahan kronis, perubahan
gambaran diri, masalah pekerjaan dan perubahan peran
ditandai dengan ekspresi wajah murung, sering bertanya
mengenai penyakitnya, emosi labil
Perencanaan :
 Tujuan  Terjadi konsep diri yang positif setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama beberapa hari / minggu.
 Kriteri hasil :
 Klien berfikir positif tentang dirinya
 Barpartisipasi saat pengobatan
 Ekspresi wajah tenang / tidak murung
 Emosi stabil
 Rencana tindakan :
 Kaji tingkat gangguan kemampuan berfikir, memori dan orientasi, perhatikan lapang perhatian.
 Pastikan tingkat mental klien
 Berikan informasi tentang status klien pada orang terdekat
 Berikang lingkungan yang tenang
 Orientasikan kembali terhadap lingkungan, orang, waktu
 Beri kesempatan pada klien untuk mendiskusikan bagaimana klien dapat menerima perubahan dalam
kehidupanya, dan mencari solusi dengan keluarga.
 Adakan pertemuan sesama pasien yang kondisinya stabil untuk mendapat support.
 Konsultasi dengan psikolog
 Awasi pemeriksaan laborat BUN, creatinin, elektrolit, kadar gula darah, AGD
8. Resiko tinggi penurunan curah jantung
berhubungan dengan ketidakseimbangan volume
cairan, ketidak seimbangan elektrolit, hipoksia,
akumulasi toksin.
Perencanaan :
 Tujuan  Tidak terjadi penuruan curah jantung setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama ---- hari / minggu.
 Kriteria hasil :
 Tensi stabil
 EKG normal
 Rencana tindakan:
 Awasi TD dan frekwensi jantung
 Observasi EKG untuk perubahan irama
 Auskultasi bunyi jantung
 Kaji warna kulit, membran mukosa dan dasar kuku
 Perhatikan terjadinya nadi lambat, hipotensi, mual, muntah dan
penurunan kesadaran
 Berikan obat sesuai indikasi (kolaborasi dokter)
9. Resiko tinggi injury fraktur berhubungan dengan
gangguan absorbsi kalsium dan pengeluaran
fosfat, perubahan metabolisme vitamin D.
Perencanaan :
 Tujuan  Tidak terjadi fraktur setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama --- hari / minggu.
 Kriteria hasil :
 Tidak ada tanda-tanda fraktur pada tulang
 Klien tidak mengeluhkan nyeri pada tulang
 Kadar kalsium darah > 8 mg/dL
 Rencana tindakan:
 Kaji adanya hipokalsemia, peningkatan fosfat, nyeri otot, serta kekakuan sendi
untuk mengetahui kemungkinan resiko injuri
 Observasi adanya nyeri tulang sebagai indikasi kerusakan tulang
 Lakukan ROM dan dorong klien untuk ambularsi untuk aktifitas osteoblas
 Berikan lingkungan yang nyaman untuk mengurangi resiko kecelakaan
 Berikan suplemen kalsium, vit D, dan pengikat fosfat (kolaborasi dokter)
Prioritas Keperawatan GGK secara
umum adalah :
 Mempertahankan homeostasis
 Mencegah komplikasi
 Memberikan informasi
 mendukung keputusan klien terhadap
perubahan gaya hidup.

Anda mungkin juga menyukai