Anda di halaman 1dari 3

SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)

A. EPIDEMIOLOGI
- Sekitar bulan Nopember 2002, dilaporkan dari propinsi Guangdong, Cina, adanya penderita- penderita yang
mengalami radang paru yang atipikal dan sangat gawat serta tingkat penularannya ini tidak diketahui.

- Pada tanggal 12 Maret 2003, Departemen Kesehatan Hongkong melaporkan adanya suatu wabah penyakit
pernapasan di satu rumah sakit umum. Duapuluh petugas kesehatan mengalami gejala penyakit yang sangat
menyerupai flu. Hingga awal April 2003, di Hongkong dijumpai 1.108 kasus dengan 35 kematian. Hongkong
merupakan daerah yang paling berat diserang oleh penyakit SARS.

- Pada tanggal 13 Maret 2003, Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengeluarkan suatu
peringatan ke seluruh dunia tentang adanya suatu penyakit yang disebutnya sebagai sindrom penapasan akut
parah (severe acute respiratory syndrome/SARS) yaitu suatu penyakit pneumonia akut atipikal yang sampai
dengan tanggal 31 Maret 2003 belum teridentifikasi dengan jelas etiologi dan pengobatannya. 

- Antara 1 Februari 2003 sampai dengan tanggal 27 Maret 2003, sudah 15 negara yang melaporkan adanya
penderita SARS, dengan total penderita 1408 orang dengan 53 kematian.

- Data Slovenia dan Spanyol sudah dikeluarkan sebagai negara berjangkit.

B. ETIOLOGI

SARS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS (SARS-CoV). Penyakit SARS
disebabkan oleh kelompok virus corona, yang merupakan  penyebab influenza. Diperkirakan virus ini
bermula dari penyebaran melalui hewan mamalia ke manusia di China. Penularan virus terjadi secara airborne
(melalui  perantara udara), kontak yang erat dan kontak langsung dengan alat yang terkontaminasi. Yang
dimaksud dengan kontak erat adalah tinggal bersama dengan pasien, atau mempunyai kemungkinan melakukan
kontak dengan cairan tubuh pasien. Contoh seperti berciuman, menggunakan alat makan bersama, berbicara
dalam jarak dekat (dalam jarak 1 meter). Saat ada pasien SARS batuk atau bersin, partikel virus ikut
berterbangan. Apabila partikel virus ini dihirup oleh orang yang sehat, maka tertularlah orang tersebut dengan
SARS.
Kontak langsung dengan barang yang telah terkontaminasi juga dapat menularkan SARS, karena virus
SARS dapat bertahan sampai kurang lebih 6 jam. Virus SARS ditemukan juga pada kotoran manusia, dan dapat
bertahan hingga puncaknya pada hari ke-13 sampai 14. SARS dapat ditularkan melalui kotoran namun lebih
jarang terjadi. Pada orang yang dicurigai terkena SARS, ditanyakan mengenai riwayat bepergian ke tempat
dengan kasus SARS, riwayat kontak dengan pasien SARS, riwayat pekerjaan, dan riwayat perawatan di rumah
sakit sebelumnya. Walaupun tidak ditemukan riwayat yang positif, penyakit SARS tidak dapat
disingkirkan  begitu saja.

C. PATOFISIOLOGI

Penyebab penyakit SARS disebabkan oleh coronavirus (family  paramoxyviridae) yang pada pemeriksaan
dengan mikroskop electron. Virus ini stabil pada tinja dan urine, pada suhu kamar selama 1-2 hari dan dapat
bertahan lebih dari 4 hari pada penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui
saluran pernapasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu  berinkubasi dalam paru-paruselama 2-10 hari yang
kemudian menyebabkan paru- paru akan meradang sehingga bernapas menjadi sulit. Metode penularannya
melalui udara serta kontak langsung dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet)
saat pasien bersin dan  batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang terkontaminasi. Cara
penularan : SARS ditularkan melalui kontak dekat, misalnya pada waktu merawat penderita, tinggal satu rumah
dengan penderita atau kontak langsungdengan secret atau cairan tubuh dari penderita suspect atau probable.
Penularan melalui udara, misalnya penyebaran udara, ventilasi, dalam satu kendaraan ataudalam satu gedung
diperkirakan tidak terjadi, asal tidak kontak langsung berhadapandengan penderita SARS. Untuk sementara,
masa menular adalah mulai saat terdapatdemam atau tanda-tanda gangguan pernafasan hingga penyakitnya
dinyatakan sembuh.Masa penularan berlangsung kurang dari 21 hari. Petugas kesehatan yang kontak langsung
dengan penderita mempunyai risiko paling tinggi tertular, lebih-lebih pada petugas yang melakukan tindakan
pada sistem  pernafasan seperti melakukan intubasiatau nebulasi.
Memang penularannya dari orang ke orang melalui udara (droplets, sneeze atau cough), feses, dan toilet yang
terinfeksi. Masih menjadi pertanyaan berapa lama virus mampu bertahan hidup di lingkungan (door handles,
countertops). Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa coronavirus mampu bertahan hidup di luar tubuh
manusia sampai satu minggu. Kerja sama yang dikoordinasi oleh WHO yang mengikut sertakan sejumlah
laboratorium di berbagai negara telah memberikan hasil yang relatif sangat cepat dalam mengidentifikasi
penyebab dari SARS. Pada saat yang hampir bersamaan, laboratorium di Kanada dan Pusat Pemberantasan dan
Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (Center for Disease Control / CDC) menyatakan bahwa suatu jenis
coronavirus adalah penyebab dari SARS.

Meskipun dalam beberapa dekade terakhir dari abad yang lalu terdapat beberapa penyakit baru yang timbul,
SARS harus ditanggapi sebagai suatu ancaman yang serius terhadap kesehatan internasional. Jika virus SARS
bertahan pada keadaannya seperti sekarang yaitu patogenitasnya yang tinggi serta penyebarannya yang sangat
cepat, maka SARS dapat menjadi penyakit baru yang pertama pada abad 21 ini dengan keganasan yang tinggi
dan potensi epidemik global.

D. DIAGNOSIS

1. Keluhan:

Masa inkubasi SARS secara tipikal adalah 2- 7 hari, meskipun demikian, beberapa laporan menunjukkan bahwa
masa inkubasi ini bisa lebih panjang sampai 10 hari. Setelah periode ini timbullah gejala-gejala:

- Gejala prodromal : demam tinggi mendadak, yang pada umumnya diikuti oleh sakit otot (mialgia), menggigil,
tidak ada nafsu makan, diare dan batuk kering (batuk non- produktif). Pada masa prodromal ini, beberapa
penderita menunjukkan gejala pernapasan yang ringan.

- Gejala lain : sakit kepala. Setelah 3-7 hari, suatu fase gangguan saluran pernapasan bagian bawah mulai
tampak dengan adanya batuk kering, non-produktif, dan sesak napas (dyspnea), yang dapat diikuti dengan
keadaan hipoksemia.

2. Pemeriksaan Fisik:

- Dengan menggunakan stetoskop, terdengar bunyi pernafasan abnormal (seperti ronki atau wheezing). Tekanan
darah seringkali rendah dan kulit, bibir serta kuku penderita tampak kebiruan (sianosis, karenakekurangan
oksigen).

3. Pemeriksaan Penunjang:

a. laboratorium:

- Di dalam plasma, virus ditemukan pada masa akut dalam konsentrasi yang amat rendah, sedangkan di feses
dijumpai pada fase konvalesen.

- Pada waktu permulaan penyakit, jumlah absolut limfosit seringkali menurun. Secara keseluruhan, jumlah
leukosit normal atau sedikit menurun. Pada puncak kelainan yang mengenai paru, sekitar 50% dari penderita-
penderita menunjukkan adanya leukopenia dan trombositopenia (50.000-150.000/mL).

-Fase respiratorik juga diikuti dengan peningkatan kadar kreatin fosfokinase (sampai setinggi 3.000 IU/L) dan
hepatik transaminase (2- 6 kali lebih tinggi dari normal). Umumnya fungsi ginjal tetap normal.

b. radiologi:

- Fase prodromal: gambaran radiologis paru mungkin tidak menunjukkan kelainan (normal). Namun, pada
sejumlah besar penderita, dijumpai kelainan gambaran radiologis paru yang karakteristik, seringkali terjadi pada
3-4 hari setelah timbulnya gejala penyakit.
- Fase respiratorik: adanya infiltrat interstisial lokal yang kemudian berkembang menjadi infiltrat interstisial
umum. Secara radiologis tampak daerah-daerah paru yang berawan. Beberapa gambar radiologis dari penderita
SARS stadium lanjut juga memperlihatkan daerah- daerah paru yang mengalami konsolidasi.

4. Pemeriksaan diagnostic:

Tiga tes untuk SARS yang direkomendasikan WHO sampai saat ini:

- tes antibodi dengan enzyme liked immunosorbent assay (ELISA): tes yang menguji adanya antibodi terhadap
SARS. Tes ini dilaporkan baru pada hari ke-20 setelah timbulnya gejala klinis memberi hasil positif, oleh karena
itu tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kasus-kasus pada stadium dini sebelum mereka mempunyai
kesempatan untuk menyebarkan penyakit ke orang lain.

- tes antibodi dengan immunofluorescence assay (IFA): tes yang mendeteksi adanya antibodi. Tes ini juga relatif
lambat.

- metode polymerase chain reaction (PCR): merupakan suatu tes molekuler untuk mendeteksi materi genetik
dari virus SARS sangat bermanfaat dalam mendeteksi infeksi stadium dini, namun tes ini masih banyak
memberikan hasil negatif palsu sehingga dapat memberikan perasaan aman yang keliru karena dengan hasil
negatif itu. Ada anggapan bahwa individu atau penderita yang bersangkutan tidak menderita SARS sehingga
terjadi penyebaran penyakit tanpa dapat dikendalikan. Tetapi akhir- akhir ini, para peneliti di laboratorium yang
bekerja sama dengan WHO merasa optimis dapat mengembangkan tes PCR menjadi tes yang lebih dapat
diandalkan dan dipercaya.

E. TATALAKSANA:

Status penderita sangat berperan terhadap penatalaksaan yang akan diberikan.

- Pada suspect dan probable cases tindakan yang dilakukan adalah isolasi penderita di Rumah Sakit,
pengambilan sampel (sputum, darah, serum, urin) dan foto toraks untuk menyingkirkan pneumonia yang
atipikal, pemeriksaan hitung lekosit, trombosit, kreatinin fosfokinase, tes fungsi hati, ureum dan elektrolit, C
reaktif protein dan serum pasangan (paired sera).

- Saat dirawat berikan antibiotika untuk pengobatan pneumonia akibat lingkungan (community-aquired
pneumonia) termasuk penumonia atipikal.

- Pada SARS berbagai jenis antibiotika sudah digunakan namun sampai saat ini hasilnya tidak memuaskan,
dapat diberikan ribavirin dengan atau tanpa steroid.

- Perhatian khusus harus diberikan pada tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya aerolization seperti
nebuliser dengan bronkodilator, bronkoskopi, gastroskopi yang dapat mengganggu sistem pernapasan.

- Oseltamivir secara oral bersama- sama dengan antibiotika berspektrum luas dan ribavirin intravena dalam
dosis yang di rekomendasikan, juga memberikan hasil yang kurang meyakinkan.

- Pada saat ini, penanganan penderita SARS yang dianggap paling penting adalah terapi suportif, yaitu
mengupayakan agar penderita tidak mengalami dehidrasi dan infeksi ikutan.

Anda mungkin juga menyukai