KOMPREHENSIF II
RSUP . Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
RIFKA AINUN AMALIA
D.III FISIOTERAPI
PO713241191038
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus atas nama Rifka Ainun Amalia Nim : PO.71.3241.19.1.038 dengan judul
“Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Gangguan Aktivitas Fungsional pada Ekstremitas
Superior dan Inferior karena Kelemahan otot e.c Hemiparese Post NHS” telah disetujui
untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek klinik di
RSUP Dr. TADJUDDIN CHALID , mulai tanggal 25 Oktober – 20 November 2021.
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya, saya masih diberi kesempatan untuk
menyusun laporan kasus ini yang berjudul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Gangguan
Aktovitas Fugsional pada Ekstremitas Superior dan Inferior Dextra karena Kelemahan
Laporankasus ini merupakan salah satu dari tugas praktek klinik di Rumah Sakit
Dr. Tadjuddin Chalid Makassar Selain itu juga laporankasus ini bertujuan memberikan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
dan penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...65
DOKUMENTASI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak danmenimbulkan gejala sesuai daerah
otak yang terganggu (Bustaman MN,2010). Stroke paling banyak dialami oleh penderita
Stroke adalah tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak
fokal (atau global), dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke merupakan
suatu sindrom yang ditandai dengan gejala dan atau tanda klinis yang berkembang
dengan cepat yang berupa gangguan fungsional otak fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa kematian),
yang tidak disebabkan oleh sebab lain selain penyebab vaskuler. (WHO, 2005)
seringkali diawali oleh adanya lesi atau perlukaan pada pembuluh darah arteri. Dari
hemorrhagic. Disebut stroke ischemic karena adanya sumbatan pembuluh darah oleh
ischemic. Hal ini sangat berbeda dengan stroke hemorrhagic yang terjadi akibat adanya
Insiden penyakit stroke hemoragik antara 15-30 % dan untuk stroke iskemik antara 70-
85%. Sedangkan, insiden stroke di negara- negara berkembang atau Asia untuk stroke
1
hemoragik sekitar 30% dan iskemik 70%. Kejadian stroke iskemik memiliki proporsi
stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 2 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun
berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya
menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan
produktif stroke dapat menyerang setiap usia namun yang sering terjadi pada usia si atas
40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi
usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke. (Suyama et al,
sebagian akan pulihsempurna dan sebagian besar akan meninggalkan gejala sisa
sepertikelemahan separuh badan atau yang dikenal dengan nama hemiparese (Dewi,2013).
lumpuh sama beratnya ataupun tungkai sesisi lebih lumpuh dari lenganataupun sebaliknya
(Aras, 2003). Kelemahan otot kaki, lutut dan pingguldapat menyebabkan terjadinya
mempertahankan posisi saat adanyagaya dari luar. Jika gangguan keseimbangan dinamis
tidak ditangani dengancepat maka pasien akan sulit untuk melakukan aktvitas
maka untuk memulihkan pasien hemiparesE seharusnya segera ditangani oleh tenaga
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100 - 200 milyar sel aktif yang saling
berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual kita. Otak
terdiri dari sel - sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan organ yang sangat
regenerasi kemampuan adaptif atau plastisitas. Pada otak dalam situasi tertentu
bagian - bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak.
Otak sepertinya belajar kemampuan baru. Ini merupakan mekanisme paling penting
Secara garis besar sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla spinalis.
Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi dari SST adalah
menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya
Otak merupakan bagian utama dari sistem saraf dengan komponen bagiannya
adalah :
1. Cerebrum
sepasang hemisfer kanan dan kiri serta tersusun dari korteks. Korteks ditandai
3
dengan sulkus (celah) dan girus. Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus,
yaitu:
a. Lobus Frontalis
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di
hermisfer kiri), pusat penghidit dan emosi. Bagian ini mengandung pusat
dan terdapat area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat
daerah broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur
dkk, 2004).
b. Lobus Temporalis
bawah dari fisura lateral dan sebelah posterior dari fisura parieto-
oksipitalis (White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
perkembangan emosi.
c. Lobus Parietalis
4
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
post sentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran
(White, 2008).
d. Lobus Oksipitalis
e. Lobus Limbik
a. Lobus Frontal
5
3) Pengatur motoris (broca) : area 44, 45
b. Lobus Pariental
c. Lobus Occypital
d. Lobus Temporal
2) Pusat memori
2. Cerebellum
terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang menerima dan
6
3. Brainstem
yang penting adalah jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara
medulla spinalis dan bagian - bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang
saraf cranial. Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula
dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada
serebelum.
7
Nervus Cranialis
1. Nervus olfaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi, membawa rangsangan aroma
2. Nervus optikus
3. Nervus okulomotoris
menghantarkan serabut-serabut saraf para simpati untuk melayani otot siliaris dan
otot iris.
4. Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital. Saraf pemutar mata yang pusatnya
5. Nervus trigeminus
Bersifat majemuk (sensoris motoris) saraf ini mempunyai tiga buah cabang.
Fungsinya sebagai saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf otak besar, sarafnya
yaitu:
a. Nervus oltamikus
8
Sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata atas,
b. Nervus maksilaris
Sifatnya sensoris, mensarafi gigi atas, bibir atas, palatum, batang hidung, ronga
c. Nervus mandibular
dagu.
6. Nervus abdusen
sisi mata.
7. Nervus fasialis
otot lidah dan selaput lendir ronga mulut. Di dalam saraf ini terdapat serabut-
serabut saraf otonom (parasimpatis) untuk 5 wajah dan kulit kepala fungsinya
8. Nervus auditoris
9. Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk (sensori dan motoris) mensarafi faring, tonsil dan lidah, saraf ini
9
Sifatnya majemuk (sensoris dan motoris) mengandung saraf-saraf motorik,
perasa.
Saraf ini mensarafi otot-otot lidah, fungsinya sebagai saraf lidah. Saraf ini
tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri
yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga kranium, keempat arteri
ini saling berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi
(Satyanegara, 1998).
Suplai darah ini oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis yang
berakhir pada arten serebri anterior dan arteri serebri medial. Di dekat akhir
arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans
posterior yang bersatu kearah kaudal dengan arteri serebri posterior. Arteri
10
serebri anterior saling berhubungan melalui arteri communicans anterior. Arteri
vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteria
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus - sinus duramater,
suatu saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater. Sinus -
longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang utama
superior dan vena anastomotica parva yang mengalir ke dalam sinus transversus.
Vena -vena serebri profunda memperoleh aliran darah dari basal ganglia
11
1. Sistem Motorik
traktus piramidal ke saraf perifer menuju ke otot. Area motorik lain yang
Selain traktus piramidal, jaras sistem motorik ada juga yang melalui
ganglia basalis dan berfungsi untuk mengatur gerakan volunter kasar dan
waktu berjalan, gerak lambaian tungkai dan lengan. Kerusakan pada ganglia
12
penyakit Parkinson (kekakuan otot atau rigiditas, tremor, akinesia),
2. Sistem Sensorik
terutama untuk proteksi tubuh. Sistem ini dapat juga dimaknai sebagai
a. Reseptor
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau
menjadi:
dan tendo.
13
rangka, persendn dna organ visceral. Contoh reseptornya : corpus
(untuk tekanan).
1. Definisi
14
Hemiparase adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal yang berlangsung selama 24 jam
atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata – mata disebabkan
2. Etiologi
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh
kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau
menjadi :
a. TIA (Transient Ischemic Attack) Pada TIA gejala neurologis timbul dan
menghilang kurang dari 24 jam. Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal
c. Stroke in Evolution Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari
waktu ke waktu.
berkembang lagi.
iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi
15
dan bentuk sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan
sel yang selanjutnya terjadi kematian neuron. Stroke non hemoragik dibagi
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis. Kelainan
berolahraga.
arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan
penyakit atherosklerosis.
16
3. Patofisiologi
Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60
ml/100 gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300-
1400 gram (+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan
jumlah aliran darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari
seluruh curah jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan
otak/menit. Bila aliran darah otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait,
yaitu :
17
4. Gambaran Klinis
tanda-tanda dan gejala motoric. Berupa deficit yang berat, yang mungkin
disebabkan oleh neglect motorik, apraksia, atau ataksia visuomotor dan bukan
bahu, dan pinggul adalah profil defisit motorik yang paling sering terjadi
mengalami stroke, perlu untuk mengetahui struktur dan fungsi dari berbagai
bagian otak, serta sirkulasi dari otak. Karena distribusi sirkulasi otak terbagi ke
berbagai bagian korteks dan batang otak, penyumbatan atau pendarahan di salah
satu pembuluh darah menghasilkan temuan klinis yang cukup dapat diprediksi.
Manifestasi klinis pasien stroke berdasarkan sirkulasi otak (Martin and Kessler,
2007) :
Penyumbatan pada anterior cerebral artery paling jarang terjadi dan paling
superior lobus frontal dan parietal otak. Seorang pasien dengan oklusi
Kelemahan kontralateral,
Afasia
Inkontinensia
18
Gangguan ingatan dan perilaku
Infark middle cerebral artery, merupakan jenis stroke paling umum, yang
suatu kondisi di mana seseorang hanya melihat satu sisi - kanan atau kiri -
secara bersamaan.
Vertigo
Selain itu, infark ke daerah yang disuplai oleh distribusi vaskular ini
sindrom terkunci. pasien dengan tipe stroke ini memiliki gangguan yang
19
signifikan. Para pasien waspada dan berorientasi tetapi tidak dapat
bergerak atau berbicara karena kelemahan pada semua grup otot. Gerakan
Rasa sakit,
Defisit memori,
Homonymous hemianopia,
familiar), dan
pemeriksaan kekuatan otot yang paling sering digunakan. Hal tersebut karena
20
Manual Muscle Testing (MMT) adalah salah satu usaha untuk
otot ataugroup otot secara voluntary. MMT standar sebagai ukuran kekuatan
21
wajah/rambut/gigi
4. Berpakaian 0 = tidak mampu mandiri
1 = perlu bantuan untuk bisa
melakukan sendiri atau stengah
dibantu.
2 = mandiri (termasuk
kencing,resleting,dsb)
Interpretasi:
12 : mandiri
22
0-4: ketergantungan total
Berg Balance Scale adalah suatu tes klinis yang banyak digunakan untuk
melalui wawancara serta uji coba lebih lanjut sehingga tersisa 14 item yang
4 dan dengan nilai maksimum 56, yang mana skor lebih tinggi menunjukkan
23
0 = Tidak mampu duduk tak tersangga selama 10
detik
4
4 = Duduk aman dengan bantuan tangan minimal
Berdiri ke duduk 3 = Mengontrol gerakan duduk dengan tangan
2 = Mengontrol gerakan duduk dengan paha
belakang menopang dikursi
1 = Duduk mandiri tetapi dengan gerakan duduk
tak terkontrol
0 = membutuhkan bantuan untuk duduk
5
4 = Mampu berpindah dengan aman dan
Transfer menggunakan tangan minimal.
3 = Mampu berpindah dengan aman dan
menggunakan tangan
2 = Dapat berpindah dengan aba-aba atau
dibawah pengawasan
1= Membutuhkan satu orang untuk membantu
0 = Membutuhkan lebih dari satu orang untuk
membantu
6
4 = Mampu berdiri dengan aman selama 10 detik
Berdiri tak tersangga 3 = Mampu berdiri 10 detik dengan pengawasan
dengan mata tertutup 2 = Mampu berdiri selama 3 detik
1 = Tidak mampu menutup mata selama 3 detik
0 = Butuh bantuan untuk menjaga agar tidak
jatuh
7
4 = Mampu menempatkan kaki secara mandiri
Berdiri tidak dan berdiri selama 1 menit
tersangga dengan 3 = Mampu menempatkan kaki secara mandiri
kaki rapat dan berdiri selama 1 menit dibawah pengawasan
2 = Mampu menempatkan kaki secara mandiri
dan berdiri selama 30 detik
1 = Membutuhkan bantuan memposisikan kedua
kaki, mampu berdiri 15 detik
0 = Membutuhkan bantuan memposisikan kedua
kaki, tdk mampu berdiri 15 Detik
8
4 = Dapat meraih secara meyakinkan >25 cm (10
Meraih kedepan inches)
dengan lengan lurus 3 = Dapat meraih >12.5 cm (5 inches) dengan
secara penuh aman.
2 = Dapat meraih >5 cm (2 inches) dengan aman.
1 = Dapat meraih tetapi dengan pengawasan
0 = Kehilangan keseimbangan ketika mencoba
9
4 = Mampu mengambil dengan aman dan mudah
24
Mengambil objek dari 3 = Mampu mengambil, tetapi butuh pengawasan
lantai dari posisi 2 = Tidak mampu mengambil tetapi mendekati
berdiri sepatu 2-5cm (1-2 inches) dengan seimbang dan
mandiri.
1 = Tidak mampu mengambil, mencoba beberapa
kali dengan pengawasan
0 = Tidak mampu mengambil, dan butuh bantuan
agar tidak jatuh
10
4 = Melihat kebelakang kiri dan kanan dengan
Berbalik untuk pergeseran yang baik
melihat ke belakang 3 = Melihat kebelakan pada salah satu sisi
dengan baik, dan sisi lainnya kurang
2 = Hanya mampu melihat kesamping dengan
seimbang
1 = Membutuhkan pengawasan untuk berbalik
0 = Membutuhkan bantuan untuk tetap seimbang
dan tidak jatuh
11
4 = Mampu berputar 360 derajat selama
Berbalik 360 derajat 3 = Mampu berputar 360 derajat dengan aman
pada satu sisi selama 4 detik atau kurang
2 = Mampu berputar 360 derajat dengan aman
tetapi perlahan
1 =Membutuhkan pengawasan dan panduan
0 = Membutuhkan bantuan untuk berbalik
12
4 = Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah
Menempatkan kaki selama 20 detik
bergantian ke stool 3 = Mampu berdiri mandiri dan aman, 8 langkah
dalam posisi berdiri selama >20 detik
tanpa penyangga 2 = Mampu malakukan 4 langkah tanpa alat
bantu dengan pengawasan
1 = Mampu melakukan >2 langkah,
membutuhkan bantuan minimal
0 = Membutuhkan bantuan untuk tidak jatuh
13
4 = Mampu menempatkan dgn mudah, mandiri
Berdiri dengan satu dan bertahan 30 detik
kaki di depan kaki 3 = Mampu menempatkan secara mandiri selama
lainnya 30 detik
2 = mampu menempatkan dgn jarak langkah
kecil, mandiri selama 30 detik
1 = Membutuhkan bantuan untuk menempatkan
tetapi bertahan 15 detik
0 = Kehilangan keseimbangan ketikan
penempatan dan berdiri
14
4 = Mampu berdiri dan bertahan >10 detik
25
Berdiri dengan satu 3 = Mampu berdiri dan bertahan 5-10 detik
kaki 2 = Mampu berdiri dan bertahan = atau >3 detik
1 = Mencoba untuk berdiri dan tidak mampu 3
detik, tetapi mandiri
0 = Tidak mampu, dan membutuhkan bantuan
agar tidak jatuh
Interpretasi :
41 – 56 : resiko rendah
21 – 40 : resiko menengah
0 – 20 : resiko tinggi
1. IR
a. Definisi
gelombang lebih panjang dari cahaya tampak tetapi lebih pendek dari radiasi
(Mintorogo,2004) infra red adalah sinar yang bermuatan energi foton rendah
dan dalam bentuk gelombang panjang. Pada kasus ini Infra Red
26
c) Tipe C : panjang gelombang 3.000-10.000 mm, penetrasi dangkal.
d. Kontraindikasi
2. PNF
a. Pengertian
gerakan.
1) Teknik menggenggam
27
Secara tepat dapat dihitung dan diaplikasikan teknik menggenggam dari
dihasilkan.
dicontohkan terapis.
4) Tahanan maksimal
Hukum “all or nothing” dalam kontraksi otot terlibat dalam teknik ini.
setiap pasien.
Ketika otot berkontraksi dalam suatu rangkaian yang tepat, maka group
otot yang tegang akan mengatasi tuntutan yang terjadi dengan optimal
efektifitas. Waktu yang tepat dapat berperan penting baik pada gerakan
28
- Fleksi atau ekstensi
6) Tahanan Langsung
3. Passive Exercise
dalammenjaga sifat fisiologis dari jaringan otot dan sendi. Jenis latihan ini
seperti tidur terlentang tisur miring, tidur tengkurap, duduk berdiri, atau posisi
denga alat latihan yang digunakan. Latihan dalam gerakan pasif tidak akan
29
berdampak terhadap proses pembelajaran motorik,akan tetapi sangat bermanfaat
mototrik.
dengan tekanan darah tinggi, bila pasien merasakan fatique yang sangat berat
hentikan latihan.
4. Bridging Exercise
a. Pengertian
perut serta otot-otot punggung bawah dan hip. Akhirnya, bridging exercise
b. Manfaat
30
5. Strengthening Exercise
a. Pengertian
menggunakan tahanan baik dari luar maupun dari beban tubuh sendiri.
kontraksi otot secara dinamik maupun statik yang ditahan oleh gaya
Meningkatkan Kekuatan
Meningkatkan Power
c. Kontraindikasi
Inflamasi
Nyeri
a. Pengertian
31
sekitardaerah abdomen, lumbal, dan berkontraksi untuk mengontrol
otot erektor spinae, multifidus, dan abdominal. Selanjutnya latihan ini juga
2016).
7. Latihan Fungsional
gerak anggota tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat
pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa
32
atau menetap dan akhirnya akan menjadi sebuah pengalaman gerak yang
BAB III
33
A. Identitas Pasien
Umur : 75 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
B. History Taking
Lokasi Keluhan: Tubuh sisi Kanan (Extremitas Superior dan Inferior Dextra)
Riwayat Perjalanan Penyakit : ±11 bulan yang lalu, pada bulan januari pada saat
pasien hendak berjalan kaki menuju mesjid untuk melaksanakan sholat subuh
pasien terjatuh di got tetapi masih bisa berjalan dan lama kelamaan mulai keras ,
lemah pada extremitas kanan setelah itu pasien berobat dan diajarkan terapi .
C. Inspeksi/Observasi
spastik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, suhu normal, tidak ada oedem
D. Pemeriksaan Gerak
34
Shoulder
Elbow
Hand
Hip
35
Ekstensi ROM terbatas, Full ROM, firm Mampu melawan
Kelemahan otot end feel tahanan minimal
Abduksi ROM terbatas, Full ROM, firm Mampu melawan
Kelemahan otot end feel tahanan minimal
Adduksi ROM terbatas, Full ROM, firm Mampu melawan
Kelemahan otot end feel tahanan minimal
Internal Rotasi ROM terbatas, Full ROM, firm Mampu melawan
Kelemahan otot end feel tahanan minimal
Eksteral Rotasi ROM terbatas, Full ROM, soft Mampu melawan
Kelemahan otot end feel tahanan minimal
Knee
Foot
E. PemeriksaanFisioterapi
1. Vital Sign
Pernapasan : 20X/mnt
Suhu : 36ºC
36
Tes 2 titik : Normal
3. Pemeriksaan Reflex
4. Pemeriksaan Koordinasi
F. Pengukuran Fisioterapi
Nilai Keterangan
0 Tidak ada kontraksi otot sam sekali.
1 Kontraksi otot minimal terasa/teraba pada otot
tahanan
4 Dapat melakukan Range Of Motion (ROM) secara
37
yang dilakukan berulang-ulang tanpa menimbulkan
kelelahan.
35
45
M. Deltoid
M. Bicep Brachii
M. Tricep Brachii
M. Brachialis
Lengan M. Brachiaoradialis 3
M. Pronator Teres
M. Fleksor Wrist
M. Ekstensor Wrist
M. Hamstring
M. Quadricep
Tungkai M. Gastroc 4
M. Fleksor Wrist
M. Ekstesnsor Wrist
penuh dengan melawan gaya berat (gravitasi), tetapi tidak dapat melawan
tahanan dan inferior sisi kiri memiliki nilai 4 yang dimana berarti Dapat
tahanan ringan
Pengukuran Keseimbangan
38
support tangan setelah beberapa
kali mencoba
2 1-= Membutuhkan bantuan
minimal untuk berdiri stabil
0= Membutuhkan bantuan
sedang sampai maksimal untuk
dapat berdiri
2 4 = Mampu berdiri dengan aman
selama 2 menit
Berdiri tak 3 = Mampu berdiri selama 2
bersangga menit dengan pengawasan
4 2 = Mampu berdiri selama 30
detik tanpa penyangga
1 = Butuh beberapa kali
mencoba untuk berdiri 30 detik
tanpa penyangga
0 = Tidak mampu berdiri 30
detik tanpa bantuan
3
4 = Mampu duduk dengan aman
Duduk tak selama 2 menit
tersangga tetapi 3 = Mampu duduk selama 2
kaki tersangga menit dibawah pengawasan
pada lantai atau 3 2 = Mampu duduk selama 30
stool detik
1 = Mampu duduk selama 10
detik
0 = Tidak mampu duduk tak
39
1= Membutuhkan satu orang
untuk membantu
0 = Membutuhkan lebih dari satu
ketika mencoba
9
4 = Mampu mengambil dengan
Mengambil objek aman dan mudah
dari lantai dari 3 = Mampu mengambil, tetapi
posisi berdiri butuh pengawasan
40
2 = Tidak mampu mengambil
tetapi mendekati sepatu 2-5cm
0 (1-2 inches) dengan seimbang
dan mandiri.
1 = Tidak mampu mengambil,
mencoba beberapa kali dengan
pengawasan
0 = Tidak mampu mengambil,
dan butuh bantuan agar tidak
jatuh
10
4 = Melihat kebelakang kiri dan
Berbalik untuk kanan dengan pergeseran yang
melihat ke baik
belakang 3 = Melihat kebelakan pada
1 salah satu sisi dengan baik, dan
sisi lainnya kurang
2 = Hanya mampu melihat
kesamping dengan seimbang
1 = Membutuhkan pengawasan
untuk berbalik
0 = Membutuhkan bantuan untuk
tetap seimbang dan tidak jatuh
11
4 = Mampu berputar 360 derajat
Berbalik 360 selama
derajat 3 = Mampu berputar 360 derajat
0 dengan aman pada satu sisi
selama 4 detik atau kurang
2 = Mampu berputar 360 derajat
dengan aman tetapi perlahan
1 =Membutuhkan pengawasan
dan panduan
0 = Membutuhkan bantuan untuk
berbalik
12
4 = Mampu berdiri mandiri dan
Menempatkan aman, 8 langkah selama 20 detik
kaki bergantian 3 = Mampu berdiri mandiri dan
ke stool dalam 3 aman, 8 langkah selama >20
posisi berdiri detik
tanpa penyangga 2 = Mampu malakukan 4
langkah tanpa alat bantu dengan
pengawasan
1 = Mampu melakukan >2
langkah, membutuhkan bantuan
minimal
0 = Membutuhkan bantuan untuk
41
tidak jatuh
13
4 = Mampu menempatkan dgn
Berdiri dengan mudah, mandiri dan bertahan 30
satu kaki di detik
depan kaki 3 = Mampu menempatkan secara
lainnya 0 mandiri selama 30 detik
2 = mampu menempatkan dgn
jarak langkah kecil, mandiri
selama 30 detik
1 = Membutuhkan bantuan untuk
menempatkan tetapi bertahan 15
detik
0 = Kehilangan keseimbangan
ketikan penempatan dan berdiri
14
4 = Mampu berdiri dan bertahan
Berdiri dengan >10 detik
satu kaki 3 = Mampu berdiri dan bertahan
0 5-10 detik
2 = Mampu berdiri dan bertahan
= atau >3 detik
1 = Mencoba untuk berdiri dan
tidak mampu 3 detik, tetapi
mandiri
0 = Tidak mampu, dan
membutuhkan bantuan agar tidak
jatuh
Interpretasi :
41 – 56 : resiko rendah
21 – 40 : resiko menengah
0 – 20 : resiko tinggi
Ip : Pada pengukuran Berg Balance Scale didapatkan hasil 23, yang berarti
resiko menengah
b. Pengukuran Fungsional
42
Instruksi : Silahkan pilih setiap kategori sesuai dengan skala kesulitan yang
43
10. Naik Tangga 0 = tidak mampu mandiri 0
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
Total 0-20
Interpretasi:
20 : mandiri
ketergantungan sedang.
G. Diagnoas Fisioterapi
pada Ekstremitas Superior dan Inferior Dextra karena Kelemahan Otot e.c
H. Problematik Fisioterapi
N PEMERIKSAAN/PENGUKURAN
KOMPONEN ICF
O YANG MEMBUKTIKAN
1. IMPAIRMENT
a. Kelemahan otot tubuh sebelah k
Manual muscle testing
Kanan
b. Gangguan koordinasi Tes koordinasi
c. Gangguan keseimbangan Berg Balance Skale
44
2. ACTIVITY LIMITATION
a. Kesulitan melakukan transfer
Index barthel
position
BAB IV
3) Meningkatiakn Koordinasi
4) Meningkatkan Keseimbangan
seperti biasanya
45
N PROBLEMATIK TUJUAN INTERVENSI JENIS INTERVENSI
O FISIOTERAPI
1. IMPAIRMENT
Untuk meningkatkan
kekuatan otot
PNF
c. Gangguan Meningkakan Bridging Exercise
Keseimbangan keseimbangan
2. ACTIVITY LIMITATION
transfer position
-Latihan fungsional
3. PARTICIPATION RESTRICTION
46
a. Pasien mengalami Untuk meningkatkan dan -walking exercise
beribadah exercise
PNF Lengan
c. Prosedur Pelaksanaan
pasien .
47
- Pasien melakukan pola gerakan di atas dengan diberikan tahanan
gerakan pasien.
PNF Tungkai
b. Posisi fisiterapis:
- Pegangan tangan kiri terapis memeagang tumit kiri pasien dan tanga
lumbrical grid
48
c. Teknik Pelaksanaan:
tnagan kiri terapis memgang dorsum kaki kiri pasien dengan posisi
lumbrical gride
ankle/kaki dan ekstensi jari-jari kaki di ikuti oleh fleksi dan adduksi
d. Posisi Fisioterapi :
pola dasar
e. Prosedur penatalaksanaan :
49
2. Passive Exercise
e. Dosis :
F : 2 kali/minggu
I : 8 kali repetisi
T : Passive
T : 1 menit
3. Bridging Exercise
keseimbangan
b. Posisi pasien : Tidur terlentang di atas bed dalam keadaan rileks dengan
50
e. Dosis :
F : 2 kali/minggy
T : Bridging
T : 1 menit
4. Strengthening Exercise
e. Dosis
F : 2 kali/minggu
T : Strengthening
T : 1 menit
51
5. Core strengthening Exercise
fisioterapis.
e. Dosis :
F : 2 kali/minggu
I : 8 kali repetisi
T : 30 detik
6. Latihan Fungsional
Baring ke duduk
Duduk ke baring
52
b. Posisi pasien : Duduk
keseimbangan
7. Walking Exercise
1. Edukasi
untuk melakukan terapi dan selalu berpikir positif dimana ini dapat
2. Home Program
53
b. Melakukan lifting, kedua tangan tangan disatukan lalu mengangkat tangan
E. Evaluasi Fisioterapi
MMT MMT
Kelemahan Strengthening
Lengan : 3 Lengan : 3
Otot PNF
Tungkai : 4 Tungkai : 4
Passive
Exercise
Pemeriksaan Pemeriksaan
Gangguan Latihan
Koordinasi Koordinasi
Koordinasi Koordinasi
Agak sulit dilakukan Agak sulit dilakukan
Bridging
Berg Balance Scale Berg Balance Scale
Gangguan Exercise Nilai 23, yang berarti Nilai 23 , yang berarti
Keseimbangan
resiko menengah resiko menengah
54
Fungsional
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Assesment
1. History Taking
oleh pasien melalui tanya jawab, yang disusun secara kronologis yang
mendapatkan history taking yang baik dibutuhkan sikap pemeriksa yang sabar
dan penuh perhatian, serta waktu yang cukup. Cara pengambilan history taking
2. Inspeksi/observasi
statis dimana pemeriksa mengamati keadaan pasien dalam keadan statis atau
55
diam dan inspeksi dinamis yaitu pemeriksan mengamati keadaan pasien dalam
keadaan dinamis atau bergerak. Pengamatan dilakuakn secara detai dari ujung
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang
pada pasien yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko
Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang adekuat bagi tindakan
fisioterapi, khususnya exercise. Vital sign terdiri atas tekanan darah, denyut
4. Pemeriksaan Sensorik
SI. Menurut teori Ayres, SI terjadi akibat pengaruh input sensory, antara lain
56
kelemahan otot, reflex menurun atau negative, menurut distribusi dermatom.
Function with koordinasi Akibat Hemiparese Et Causa NHS” yang meliputi tes
hasilnya normal.
5. Pemeriksaan Koordinasi
dalam suatu tugas kerja yang kompleks, dengan ketentuan bahwa gerakan
tidak bisa melakukan berbabagi tes koordinasi setelah melakukan terapi 5 kli
6. Pemeriksaan Reflex
Uji refleks menjadi salah satu tes yang penting dan harus dilakukan pada
integritas dari sirkuit saraf yang terlibat. Uji yang sederhana biasanya dilakukan
57
hanya untuk mengecek integritas spinal cord, sedangkan uji yang lebih kompleks
dan lebih lengkap dapat dilakukan untuk mendiagnosis keberadaan serta lokasi
penilaiannya harus tepat dan secara banding antara kanan dan kiri. Disamping itu
Achiles, Adapun cara pemeriksaanya antara lain : teknik pengetukan pada reflek
tendon boleh dipegang secara keras. Gagang pada reflek dipegang dengan ibu jari
telunjuk sedemikian rupa sehingga palu dapat diayunkan bebas. Pengetukan tidak
pengetukan berpangkal pada sendi pergelangan tangan dan bukanya lengan yang
mengangkat palu reflek. Kemudian tangan menjatuhkan kepala palu reflek secara
Dari pemeriksaan Reflek Fisiologi atau Reflek Tendon pada pasien dengan
causa NHS” didapati hasil normal pada Biceps, Triceps, patella dan Achilles.
dicurigai atau aktual mengalami gangguan pada otot baik kekuatan maupun daya
58
tahannya. Identifikasi dini dari gangguan otot ini dapat dijadikan dasar intervensi
status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang
otot secara manual yang disebut dengan MMT (manual muscle testing).
kelompok otot secara volunter. (Pudjiastuti dan Utomo, 2003). Manual Muscle
Testing (MMT) merupakan salah satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang
serta validitas dan reliabilitasnya telah teruji. Namun demikian tetap saja, manual
muscle testing tidak mampu untuk mengukur otot secara individual melainkan
yang dilakukan pada pasien dengan diagnosis “Gangguan Motor Function with
bernilai 0. Dan setelah dilakukan terapi selama 5 kali terapi pasien mengalami
peningkatan kekuatan otot, dengan hasil akhir T5 skor MMT ekstremitas superior
8. Indeks Barthel
59
Pengukuran kemampuan fungsional dengan Indeks Barthel menggunakan
digunakan untuk mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
fungsional bagi pasien pasca stroke. Indeks Barthel sudah dikenal luas memiliki
kehandalan dan kesahihan yang tinggi, karena dengan pengamatan yang berulang
dari orang yang berbeda akan menghasilkan kesesuaian yang sangat memadai
(Sugiarto, 2005).
pada saat T0 didapatkan skor 9 dan setelah dilakukan 5 kali terapi pasien
skor pasien menjadi 12 yang berarti kemampuan pasien dari terapi ke terapi
semakin membaik,
1. PNF
60
dengan reaksi yang dikehendaki, yang pada akhirnya akan dicapai kemampuan
(Alim, 2012)
2. Passive Exercise
3. Bridging Exercise
Bridging exercise biasa disebut pelvic bridging exercise yang mana latihan
ini baik untuk latihan penguatan stabilisasi pada glutei, hip dan punggung bawah
(Miller, 2012). Bridging exercise adalah cara yang baik untuk mengisolasi dan
memperkuat otot gluteus dan hamstring (belakang kaki bagian atas ). Jika
melakukan latihan ini dengan benar, bridging exercise digunakan untuk stabilitas
dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot-otot punggung
bawah dan hip. Akhirnya, bridging exercise dianggap sebagai latihan rehabilitasi
bawah dan berguna dalam program pencegahan sakit punggung bawah. Bridging
61
exercise juga merupakan latihan yang bagus yang memperkuat otot-otot
belakang paha, otot perut dan otot- otot glutealis (Cooper, 2009).
5. Latihan Fungsional
Pada pasien stroke non haemoragik stadium recovery terjadi gerak anggota
tubuh yang lesi dengan total gerak sinergis sehingga dapat membatasi dalam
gerak untuk aktivitas fungsional dan membentuk pola abnormal (Rahayu, 1992).
kepada orang lain. Latihan fungsional berupa latihan yang berhubungan dengan
menjadikan pengalaman yang relatif permanen atau menetap dan akhirnya akan
Latihan fungsional seperti latihan duduk ke berdiri dan latihan jalan. Latihan
komponen yang sangat penting agar pasien dapat melakukan aktivitas berjalan
62
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Stroke non Hemoragic adalah gangguan peredaran darah pada otak yang
/ ischemic. Hal ini biasa terjadi pada saat penderita istirahat ,tidak terjadi suatu
Hemiparese merupakan salah satu tanda adanya gangguan pada Upper Motor
Neuron yang penyebab salah satunya adalah bekuan darah yang menyumbat lumen
otak. Otak mengalami kerusakan pada sel-sel atau jaringan otak yang akhirnya
modalitas yang bisa digunakan pada pasien hemiparese yaitu terapi latihan, konsep
63
PNF, bridging exercise, dan latihan fungsional dengan tujuan meningkatkan
aktifitas fungsional.
DAFTAR PUSTAKA
Alfajri Amin, Akhmad.dkk. Pengaruh Infra Red dan Terapi Latihan terhadap Stroke
Arjun gholpa ashaldi (2014) Penatalaksanaan Stimulasi Eelekstris Dan Terapi latihan
Rahmadani, Elsi. Handi Rustandi. Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Ika Yussi Nirmawati. 2009. Penatalaksanaan Terapi Latihan pada Pasien Paska Stroke
Iradian Nastiti.2016. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pasien Post Stroke di RST. DR.
Soedjono Magelang
64
Ling Oktraningsih.2017. Gambaran Kekuatan Otot Pasien Stroke yang Immobilisasi di
DOKUMENTASI
65