Anda di halaman 1dari 15

Laporan Kasus

STEMI

Pembimbing :

Dr. dr. Zulfikri Mukhtar, Sp. JP(K)

Oleh:

Triska Putri Rahmayani (150100011)

Angeline Rufina (150100104)


Bayu Agustian (150100125)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan tanggal :


Nilai :

PIMPINAN SIDANG

dr. Kamal K. Ilyas, Sp. JP


i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “STEMI”.

Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen


pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya.Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 28 Januari 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Tujuan .................................................................................................. 2

1.3 Manfaat ................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3

2.1 Anatomi ............................................................................................... 3

2.2 Definisi STEMI ................................................................................... 4

2.3 Etiologi ............................................................................................... 4

2.4 Faktor Risiko ....................................................................................... 5

2.5 Patofisiologi ......................................................................................... 8

2.6 Diagnosis ........................................................................................... 10

2.7 Tatalaksana ....................................................................................... 12

2.8 Prognosis .......................................................................................... 14

BAB 3 STATUS ORANG SAKIT ................................................................. 15

BAB 4 FOLLOW UP ...................................................................................... 23

BAB 5 DISKUSI KASUS ................................................................................ 35

BAB 6 KESIMPULAN ................................................................................... 43


DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 45
BAB 1

1.1 PENDAHULUAN

Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian yang utama di dunia.


Berdasarkan data dari American Heart Association (AHA), penyakit kardiovaskular
menduduki peringkat pertama penyebab kematian di dunia, yang membunuh lebih dari
840,678 penduduk pada tahun 2016. Prevalensi infark miokard di Amerika sekitar 7,9 juta
penduduk. Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi Penyakit Jantung di Indonesia
sebanyak 1,5%, dengan kelompok usia 55-75 dan lebih banyak diderita oleh perempuan
(1,6%) dibandingkan laki-laki (1,3%)1.

ST-Elevation Myocardial Infarction (STEMI) erat kaitannya dengan tingginya


morbiditas dan mortalitas. Meskipun beberapa dekade telah dilakukan penelitian dan
clinical trial, namun masih juga dijumpai 500.000 kasus STEMI setiap tahun di Amerika.
Data menunjukkan bahwa mortalitas akibat STEMI paling sering terjadi dalam 24 - 48
jam pasca onset dan laju mortalitas awal 30 hari setelah serangan adalah 30%.2 STEMI
disebabkan oleh adanya aterosklerotik pada arteri koroner atau penyebab lainnya yang
dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen miokardium. Pada kondisi awal akan terjadi ischemia miokardium, namun bila
tidak dilakukan tindakan reperfusi segera maka akan menimbulkan nekrosis miokard yang
bersifat irreversible. Adapun komplikasi STEMI biasanya terjadinya karena adanya
remodeling ventrikel yang pada akhirnya akan mengakibatkan shock kardiogenik, gagal
jantung kongestif, serta disritmia ventrikel yang bersifat lethal aritmia.2,3

Diagnosis awal yang cepat dan Penanganan yang tepat setelah pasien tiba di ruang
IGD dapat membatasi kerusakan miokardial serta meminimalkan komplikasi yang dapat
memperburuk keadaan pasien sehingga menurunkan risiko kematian. Setiap 30 menit
penundaan dalam penatalaksanaan pasien IMA akan meningkatkan risiko relatif terhadap
kematian dalam setahun sekitar 80 %.2

1
1.2 TUJUAN
Untuk menguraikan teori-teori mengenai STEMI, mulai dari definisi hingga
diagnosis, serta tatalaksana. Penyusunan laporan kasus ini sekaligus untuk memenuhi
persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di
Departemen Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

1.3 METODE
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
mengenai, STEMI terutama tentang penegakan diagnosis dan tatalaksananya.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PEMBULUH DARAH KORONER

Gambar 2.1 Anatomi Pembuluh Darah Koroner 4

Pada gambar 2.1 dapat dilihat ada 2 arteri koroner utama yaitu arteri koroner
kanan dan kiri. Arteri koroner kiri, terbagi menjadi left anterior descending artery dan
circumflex artery, arteri-arteri ini mensuplai darah ke ventrikel kiri dan atrium kiri
jantung. Arteri koroner kanan, terbagi menjadi right posterior descending artery dan
acute marginal artery, arteri-arteri ini mensuplai darah ke ventrikel kanan, atrium
kanan jantung dan sinoatrial node (sekelompok sel di dinding atrium kanan yang
5
mengatur laju irama jantung).

3
Adapun tambahan 2 cabang arteri koroner utama yang mensuplai darah ke otot
jantung, yaitu:
1. Circumflex Artery
Circumlex artery adalah cabang dari arteri koroner kiri dan mengelilingi otot jantung.
Arteri ini mensuplai darah ke bagian belakang jantung.
2. Left anterior descending artery
Left anterior descending artery adalah cabang dari arteri koroner kiri dan mensuplai
darah ke bagian depan jantung.

2.2 DEFINISI ACUTE CORONARY SYNDROME


ACS adalah suatu kondisi dengan iskemik miokard akut dan atau infak yang
diakibatkan oleh penurunan aliran darah koroner.6

2.3 KLASIFIKASI ACS


Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram (EKG),
dan pemeriksaan enzim jantung. Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:7
1. Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST Segment elevation
myocardial infarction). Pada STEMI dijumpai gambaran ST-elevasi pada EKG dan
adanya peningkatan enzim jantung
2. Infark miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST Segment elevation
myocardial infarction). Pada NSTEMI tidak dijumpai gambaran ST-elevasi pada
EKG tetapi dijumpai adanya peningkatan enzim jantung.
3. Angina Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris). Pada UAP tidak
dijumpai gambaran ST-elevasi pada EKG dan tidak dijumpai peningkatan enzim
jantung.

4
2.4 FAKTOR RISIKO 8
Faktor risiko merupakan hal-hal yang dapat memperbesar kemungkinan seseorang
untuk menderita suatu penyakit tertentu. Faktor risiko terdiri atas faktor risiko yang dapat
diubah, seperti aktivitas sehari-hari dan gaya hidup. Sedangkan faktor risiko yang tidak
dapat diubah adalah usia, jenis kelamin dan riwayat keluarga. Menurut Heart UK – The
cholesterol charity tahun 2014, beberapa faktor risiko yang meningkatkan risiko
terjadinyapenyakit jantung koroner, adalah:
1. Merokok

Penggunaan tembakau, walaupun beberapa batang per hari, meningkatkan risiko


penyakit jantung. Menurut Dhungana et al tahun 2018, merokok diestimasikan menjadi
faktor risiko tertinggi yang menyebabkan PJK yaitu sebanyak 10%, dibandingkan dengan
faktor risiko lainnya. Merokok juga bertanggung jawab atas 90% penyakit kanker paru-
paru. Untuk itu, ada banyak sekali manfaat kesehatan bagi seseorang yang tidak merokok.
Bahkan setelah menjadi perokok aktif selama bertahun-tahun, menghentikan kebiasaan
merokok sesegera mungkin akan mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Setelah lima
tahun penghentian konsumsi rokok, risiko terkena serangan jantung turun menjadi sekitar
setengah dari perokok aktif.

2. Kolestrol Darah

Ketika kadar kolestrol dalam darah meningkat, penumpukan plak lemak di dinding
pembuluh darah jantung mudah terjadi sehingga arteri menjadi rusak dan tersumbat, yang
akan memicu terjadinya serangan jantung. Menurut penelitian Annema dan Eckardstein
tahun 2016, kadar plasma High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner. Kolestrol darah yang tinggi juga dapat
diwariskan seperti penyakit Familial Hypercholestrolaemia (FH) dan Familial Combined
Hyperlipidemia (FCH), yang juga dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner.

5
3. Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi sangat berbahaya untuk arteri dan dapat meningkatkan risiko
terjadinya serangan jantung, gagal jantung dan stroke. Kondisi ini cenderung menurun dari
keluarga namun tekanan darah juga dipengaruhi oleh gaya hidup. Untuk mencegah
peningkatan tekanan darah, penting untuk mempertahankan berat badan ideal, mengurangi
asupan tinggi garam, menjaga asupan alkohol, mengurangi stress dan melakukan olahraga
rutin.

4. Diabetes

Seseorang yang terkena penyakit diabetes berada dalam risiko tinggi untuk menderita
penyakit jantung koroner. Menurut Turin et al tahun 2017, diabetes mellitus adalah salah
satu faktor risiko utama untuk pembentukan plak aterosklerosis yang mengarah ke
makrovaskulopati. Peningkatan risiko ini berhubungan dengan kadar gula darah yang
tinggi, tekanan darah tinggi dan kadar lemak darah yang tinggi. Seseorang dengan diabetes
dan peningkatan kadar kolestrol mengalami risiko yang lebih besar terkena penyakit
jantung koroner dibandingkan seseorang yang tidak menderita diabetes degan kadar
kolestrol yang sama.

5. Obesitas

Kelebihan berat badan meningkatkan kemungkinan terkena serangan jantung.


Menurut Lavie et al tahun 2014, obesitas berkontribusi sekitar 30% dari kematian Amerika
Serikat. Hal ini terjadi karena sebagian orang yang kegemukan cenderung memiliki

6
tekanan darah tinggi, diabetes dan lemak darah tinggi, yang dapat dengan mudah
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Menurut Ades dan Savage tahun 2017,
penurunan berat badan sangat berperan dalam mengurangi faktor risiko penyakit jantung
koroner.

6. Kurangnya aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik menjadi penyumbang terpenting dalam terjadinya penyakit


jantung koroner. Manfaat kardiovaskular dari olahraga teratur termasuk penurunan tekanan
darah, pengendalian berat badan, pengurangan lingkar pinggang yang semuanya
membantu mengurangi risiko terkena penyakit jantung.

7. Alkohol

Alkohol dalam jumlah sedang, dapat mengurangi risiko penyakit jantung. Namun,
mengkonsumsi alkohol yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan seseorang.
Alkohol dapat secara langsung merusak otot jantung dan menyebabkan detak jantung tidak
teratur. Alkohol juga berkontribusi dalam peningkatan berat badan, kadar trigliserida yang
tinggi, tekanan darah tinggi, stroke dan kanker. Kadar alkohol yang dianjurkan bagi pria
tidak lebih dari 28 unit per minggu dan untuk wanita tidak lebih dari 21 unit per minggu.

8. Stres

Stres dapat memperburuk gejala orang dengan penyakit jantung yang sudah ada
sebelumnya, dan juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Latihan pernapasan
sederhana dan meditasi serta mendengarkan musik dapat mengurangi stres.

9. Usia

7
Risiko penyakit jantung koroner meningkat sesuai usia. Rata-rata penderita PJK
berada pada usia diatas 60 tahun.

10. Jenis Kelamin

Sebelum usia 60 tahun, risiko PJK lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita.

11. Riwayat Keluarga

Risiko PJK meningkat pada seseorang yang memiliki keluarga kandung yang
menderita penyakit jantung dini.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. American Heart Association. 2019, ‘Heart Disease and Stroke Statistics-2019 At-a-
Glance’, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018, Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

2. American Heart Association. What is peripheral vascular disease? In American Heart


Association; 2012.
3. Black & Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive
Outcomes (Ed.7). St. Louis: Missouri Elsevier Saunders
4. Brown & Edwards. (2005). Lewi’s Medical Surgical Nursing Assesment and
9
Management of Clinical Problem. p: 517-540. Mosby Elsevier: Australia
5. Brunner and Suddarth. (2010). Text Book of Medical Surgical Nursing 12th Edition.
China: LWW.
6. American Heart Association. Management of Patients With Non-ST Elevation Acute
Coronary Syndromes. In American Heart Association; 2014.
7. Pedoman PERKI 2015 Tatalaksana Sindrom Koroner Akut (Ed.3). Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Infark.

8. Heart UK the Cholestrol Charity. 2014, Risk factors for coronary heart disease,
Heart UK – the Cholestrol Charity, Berkshire, p.1-2

9.

10.

10

Anda mungkin juga menyukai