Disusun Oleh:
Pembimbing:
Dr. dr. Zulfikri Mukhtar Sp.JP
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
referat berjudul ”Acute Coronary Syndrome - ST Elevation Miocardial Infarction. Referat
ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Profesi
Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Dalam proses penyusunan laporan kasus ini, penulis menyampaikan penghargaan dan
terima kasih kepada Dr. dr. Zulfikri Mukhtar Sp.JP selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan membantu penulis selama proses penyusunan referat.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penulisan
referat di kemudian hari. Akhir kata, semoga referat ini dapat memberikan manfaat dan
dapat menjadi bahan rujukan bagi penulisan ilmiah di masa mendatang.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
Pembimbing,
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar..................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ............................................................................................. ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
Daftar Tabel ........................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1 Acute Coronary Syndrome .................................................................. 3
2.1.1 Definisi .................................................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi ACS........................................................................ 4
2.2 ST Elevation Miocardial Infarction...................................................... 4
2.2.1 Definisi...................................................................................... 4
2.2.2 Etiologi dan Patogenesis .......................................................... 4
2.2.3 Faktor Risiko........................................................................... 5
2.2.4 Diagnosis................................................................................. 6
2.2.5 Tatalaksana.............................................................................. 8
2.2.5.1. Tatalaksana Awal....................................................... 8
2.2.5.2. Tatalaksana STEMI.................................................... 9
2.2.6 Komplikasi....................................................................................12
2.2.7 Prognosis......................................................................................13
BAB III. KESIMPULAN............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. DEFINISI
Acute coronary syndrome (ACS) merupakan satu kondisi yang mengancam jiwa
yang menjelaskan keadaan seseorang yang sedang menderita penyakit jantung
koroner. ACS merupakan manifestasi klinis dari fase akut penyakit jantung koroner.
Gambaran klinis dari ACS bergantung pada tingkat keparahan dan luasnya iskemia
miokard. (Lilly et al., 2016)
3
4
Proses aterosklerotik dimulai ketika adaya luka pada sel endotel yang bersentuhan
langsung dengan zat-zat dalam darah. Permukaan sel endotel yang semula licin
menjadi kasar, sehingga zat-zat didalam darah menempel dan masuk kelapisan
dinding arteri. Penumpukan plaque yang semakin banyak akan membuat lapisan
pelindung arteri perlahan-lahan mulai menebal dan jumlah sel otot bertambah.
Setelah beberapa lama jaringan penghubung yang menutupi daerah itu berubah
menjadi jaringan sikatrik, yang mengurangi elastisitas arteri. Semakin lama semakin
banyak plaque yang terbentuk dan membuat lumen arteri mengecil.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plaque aterosklerosis mengalami
fisura, rupture atau ulserasi dan jika kondisi lokal atau sistemik memicu
trombogenesis sehingga mengakibatkan oklusi arteri koroner. Pada STEMI gambaran
patologis klasik terdiri dari fibrin rich red trombus, yang dipercaya menjadi alasan
pada STEMI memberikan respon terhadap terapi trombolitik.
Pada lokasi ruptur plaque, berbagai agonis (kolagen, ADP epinefrin dan serotonin)
memicu aktivasi trombosit, selanjutnya akan memproduksi dan melepaskan
tromboksan A2 (vasokontriktor lokal yang poten). Aktifitas trombosit juga akan
memicu terjadinya agregasi platelet dan mengaktifasi faktor VII dan X sehingga
menkonversi protombin menjadi thrombin dan fibrinogen menjadi fibrin.
Pembentukan trombus pada kaskade koagulasi akan menyebabkan oklusi oleh
trombus sehinga menyebabkan aliran darah berhenti secara mendadak dan
mengakibatkan STEMI (Black & Hawk, 2005; Lily, 2008; Libby, 2008 & Alwi,
2006).
Jika trombus yang terbentuk di sekitar plak yang ruptur menutup total diameter
pembuluh darah, aliran darah setelah obstruksi ini akan berhenti, terjadinya iskemia
jaringan, maka akan mengakibatkan infark miokard (biasanya STEMI). Sebaliknya,
jika trombus hanya menutup sebagian diameter pembuluh darah atau terjadi
penutupan total yang sementara karena adanya rekanalisasi atau spontan atau spasme
pembuluh darah yang terjadi tiba – tiba, keparahan dan lamanya iskemia akan lebih
singkat, dan NSTEMI yang lebih kecil atau unstable angina pectoris (UAP) akan
terjadi (Lilly et al., 2016).
a. Pria
b. Umur > 45 tahun
c. Hipertensi
d. Merokok
e. Dislipidemia
f. Diabetes melitus
dan nyeri pleuritik perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding ACS. (PERKI,
2018)
2.2.5 TATALAKSANA
Terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis kerja
kemungkinan ACS dengan dasar keluhan angina di ruang gawat darurat sebelum ada
hasil pemeriksaan EKG dan / atau biomarka jantung. Terapi yang diberikan berupa
oksigen, nitrat, aspirin, klopidogrel, morfin, yang tidak harus diberikan semua atau
bersamaan. (PERKI, 2018)
Hal yang pertama dilakukan adalah melakukan tirah baring pada pasien.
Kemudian sangat dianjurkan untuk mengukur tingkat saturasi pasien dan memberikan
oksigen jika didapatkan Sa02 <90% atau PaO2 <60 mmHg. Untuk mengurangi rasa
nyeri dada dapat diberikan nitrogliserin (NTG) spray / tablet sublingual. Jika nyeri
dada tidak hilang dengan satu kali pemberian, dapat diulangi sampai tiga kali dengan
interval waktu 5 menit. Nitrogliserin intravena dapat diberikan jika nyeri dada tidak
responsif dengan terapi 3 dosis NTG. Jangan berikan NTG pada pasien dengan
riwayat penggunaan phospodiesterase type 5 inhibitor atau dengan hipotensi saat
datang ke ruang gawat darurat. (PERKI, 2018; Roffi, 2015)
Aspirin (dosis awal 150-300 mg) dan clopidogrel (dosis awal 300-600 mg) dapat
diberikan sebagai antiplatelet pilihan. Clopidogrel dapat diganti menjadi ticaglerol
jika klopidogrel tidak tersedia. Morfin sulfat (1-5 mg intravena) dapat diberikan pada
pasien yang tidak responsive dengan terapi 3 dosis NTG sublingual. (PERKI, 2018)
Tatalaksana STEMI dimulai sejak kontak medis pertama, baik untuk diagnosis
dan pengobatan. Pilihan terpai reperfusi yang diberikan baik terapi fibrinolitik
maupun intervensi koroner perkutan (PCI) harus dilakukan sesegera mungkin untuk
mengurangi risiko berkembangnya iskemia miokardium.
a. Terapi Fibrinolitik
Terapi fibrinolitik dipilih dikarenakan ketidakmampuan pelayanan medis tempat
pasien berada dalam melakukan IKP dalam waktu yang disarankanyaitu ≤ 120 menit.
Pilihan agen yang spesifik (tenecplase, alteplase, reteplase) lebih disarankan daripada
agen yang tidak spesifik (streptokinase). Selama terapi fibrinolitik, harus disertakan
pemberian aspirin, clopidogrel dan antikoagulan sampai tindakan revaskularisasi (bila
dilakukan) atau selama dirawat di rumah sakit hingga 5 hari pilihan antikoagulan
yang dapat digunakan antara lain enoxaparin subkutan, heparin tidak terfraksi, dan
fondaparinux (hanya pada pasien yang diberikan streptokinase sebagai pilihan agen
fibrinolitiknya).
2.2.6 KOMPLIKASI
.
.
13
BAB III
KESIMPULAN
Terapi awal adalah terapi yang diberikan pada pasien dengan diagnosis kerja
kemungkinan ACS dengan dasar keluhan angina di ruang gawat darurat sebelum
ada hasil pemeriksaan EKG dan / atau biomarka jantung. Terapi yang diberikan
berupa oksigen, nitrat, aspirin, klopidogrel, morfin, yang tidak harus diberikan
semua atau bersamaan.
Tatalaksana STEMI yaitu dilakukan PCI, jika tidak tersedia di rumah sakit
maka dilakukan pemberian terapi fibrinolitik. Untuk prognosis, beberapa stratifikasi
risiko dapat digunakan. skor Killip digunakan untuk memprediksi mortalitas pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawk, J. H. (2005). Medical surgical nursing clinical managementh for
positive outcomes (7 Ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Damman, P., Woudstra, P., Kuijt, W.J., de Winter, R.J., James, S.K., 2012. P2Y12
platelet inhibition in clinical practice. J Thromb Thrombolysis 33, 143–153.
https://doi.org/10.1007/s11239-011-0667-5
Hurst, J.W., Fuster,V., Walsh, R. A., & Harrington, R. A. 2016. Hurst's the heart. New
York, McGraw-Hill Medical.
Jan, S., Lee, S.W.-L., Sawhney, J.P., Ong, T.K., Chin, C.T., Kim, H.-S., Krittayaphong,
R., Nhan, V.T., Itoh, Y., Huo, Y., 2016. Catastrophic health expenditure on acute
coronary events in Asia: a prospective study. Bull. World Health Organ. 94, 193–200.
https://doi.org/10.2471/BLT.15.158303
Roffi, M., Patrono, C., Collet, J.-P., Mueller, C., Valgimigli, M., Andreotti, F., Bax, J.J.,
Borger, M.A., Brotons, C., Chew, D.P., Gencer, B., Hasenfuss, G., Kjeldsen, K.,
Lancellotti, P., Landmesser, U., Mehilli, J., Mukherjee, D., Storey, R.F., Windecker,
S., ESC Scientific Document Group, 2016. 2015 ESC Guidelines for the management
of acute coronary syndromes in patients presenting without persistent ST-segment
elevation: Task Force for the Management of Acute Coronary Syndromes in Patients
Presenting without Persistent ST-Segment Elevation of the European Society of
Cardiology (ESC). European Heart Journal 37, 267–315.
https://doi.org/10.1093/eurheartj/ehv320
14