PENDAHULUAN
1
Etholm dan Belal (1974) meneliti perubahan mikroskopis struktur telinga
tengah dan menjumpai beberapa hal berikut: (1) membran timpani menipis dan
lebih kaku., (2) artritis sendi sering terjadi pada persendian antar tulang tulang
pendengaran, (3) atrofi dan degenerasi serabut-serabut otot pendengaran di telinga
tengah, dan (4) proses penulangan dan perkapuran pada tulang rawan sekitar tuba
eustachius.1 Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistim hantaran bunyi
tersebut ternyata tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap ambang pendengaran.1
Presbikusis biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.1 Progresifitas
penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki
lebih cepat dibandingkan dengan perempuan.1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
(Autoanamnesis dan Alloanamnesis, Hari/ Tanggal: Rabu/ 24 Febuari 2016)
Keluhan Utama
Tn.N mengeluh tidak dapat mendengar pada kedua telinga sejak 10
tahun yang lalu.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien mengeluh sulit mendengar disertai suara berdenging pada kedua
telinga sejak sepuluh tahun yang lalu. Keluhan diawali dengan demam
yang tinggi disertai batuk, pilek, dan rambut rontok. Pasien mengaku
bahwa kedua telinga pasien pernah mengeluarkan cairan bening dan
tidak berbau. Pasien juga sering mengorek telinga jika merasa gatal.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah mendapatkan terapi obat tetes telinga. Namun pasien
tidak ingat nama obat yang diberikan kepadanya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat trauma wajah dan kepala, DM, hipertensi, penggunaan OAT,
kepala pusing berputar dan dislipidemia disangkal.
3
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien disangkal.
4
2.3.2 Telinga
Tabel 2.2 PF Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop + +
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - +
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Refleks Cahaya + (jam 5) -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
5
2.3.3 Hidung
Tabel 2.3 PF Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi DBN DBN
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kavum nasi
Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Selaput lendir DBN DBN
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Lantai + dasar hidung DBN DBN
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konka inferior Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Meatus nasi inferior DBN DBN
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Konka media Edema mukosa (-) Edema mukosa (-)
Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)
Meatus nasi media DBN DBN
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Kavum nasi
Selaput lendir
Koana
Septum nasi
Konka superior
Tidak Dilakukan
Meatus nasi media
Muara tuba
Adenoid
Massa tumor
Polip
Transiluminasi Sinus Kanan Kiri
Sinus Maksilaris
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sinus Frontalis
6
2.3.4 Mulut
Tabel 2.4 PF Mulut
Penilaian Hasil
Selaput lendir mulut DBN
Bibir DBN
Lidah DBN
Gigi DBN
Kelenjar ludah DBN
7
2.3.6 Laringoskopi indirect
Tabel 2.6 PF Laring
Penilaian Hasil
Pangkal lidah
Epiglottis
Sinus piriformis
Aritenoid Tidak Dilakukan
Sulcus aritenoid
Corda vocalis
Massa
8
Tabel 2.8 Pemeriksaan Pendengaran
Tes Pendengaran Kanan Kiri
Tes rinne + +
Tes weber Tidak ada lateralisasi
Tes schwabach Memendek Memendek
Kesimpulan : Tuli Sensorineural kanan dan kiri.
2.6 Diagnosis
Tuli sensorineural auricula dextra dan sinistra et causa suspect presbikusis
2.7 Diagnosis Banding
Tuli campur auricula dextra dan sinistra et causa suspect presbikusis
Otitis media supuratif kronis eksaserbasi akut
2.8 Diagnostik
o Audiometri
o Pemeriksaan darah lengkap
2.9 Terapi
Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan
dengan pemasangan alat bantu dengar (Hearing Aid).
9
2.10 Monitoring
Keluhan penurunan pendengaran penderita
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi
11
Gambar 3.2 Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah
terbagi atas tiga bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari
batas atas membran timpani, mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak
medial dari membran timpani dan hipotimpanum terletak kaudal dari membran
timpani.2,4,5,6
12
Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian
tulang pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan tingkap
bundar.2,5,6
Kontraksi otot tensor timpani akan menarik manubrium maleus ke arah
anteromedial, mengakibatkan membran timpani bergerak ke arah dalam, sehingga
besar energi suara yang masuk dibatasi.3,5,6
Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari
telinga luar kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi
akan diamplifikasi melalui perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap
lonjong, daya ungkit tulang pendengaran dan bentuk spesifik dari membran
timpani. Meskipun bunyi yang diteruskan ke dalam koklea mengalami amplifikasi
yang cukup besar, namun efisiensi energi dan kemurnian bunyi tidak mengalami
distorsi walaupun intensitas bunyi yang diterima sampai 130 dB.2,4
Aktifitas dari otot stapedius disebut juga reflek stapedius pada manusia akan
muncul pada intensitas bunyi diatas 80 dB (SPL) dalam bentuk reflek bilateral
dengan sisi homolateral lebih kuat. Reflek otot ini berfungsi melindungi koklea,
efektif pada frekuensi kurang dari 2 khz dengan masa latensi 10 mdet dengan daya
redam 5-10 dB. Dengan demikian dapat dikatakan telinga mempunyai filter
terhadap bunyi tertentu, baik terhadap intensitas maupun frekuensi.2,5-7
Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran.
Telinga dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena
bentuknya yang kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah
sempurna dan hanya mengalami pembesaran seiring dengan pertumbuhan tulang
temporal. Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin
membranosa. Labirin tulang merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam pars
petrosa os temporalis (ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras.
Labirin tulang terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan koklea.2,3,7-8
Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang dengan
ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding medial menghadap
ke meatus akustikus internus dan ditembus oleh saraf. Pada dinding medial terdapat
dua cekungan yaitu spherical recess untuk sakulus dan eliptical recess untuk
13
utrikulus. Di bawah eliptical recess terdapat lubang kecil akuaduktus vestibularis
yang menyalurkan duktus endolimfatikus ke fossa kranii posterior diluar
duramater.2,3,7-8
Di belakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular crest.
Pada ujung bawah alur ini terpisah untuk mencakup recessus koklearis yang
membawa serabut saraf koklea ke basis koklea. Serabut saraf untuk utrikulus,
kanalis semisirkularis superior dan lateral menembus dinding tulang pada daerah
yang berhubungan dengan N. Vestibularis pada fundus meatus akustikus internus.
Di dinding posterior vestibulum mengandung 5 lubang ke kanalis semisirkularis
dan dinding anterior ada lubang berbentuk elips ke skala vestibuli kohlea.3,4,8
Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior
dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Bentuknya seperti dua
pertiga lingkaran dengan panjang yang tidak sama tetapi dengan diameter yang
hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah satu ujungnya masing-masing kanalis ini
melebar disebut ampulla yang berisi epitel sensoris vestibular dan terbuka ke
vestibulum.4,7
Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan pada masing-
masing ujung anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis posterior terletak
dibawah dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior dan inferior yang tidak
mempunyai ampulla bertemu dan bersatu membentuk crus communis yang masuk
vestibulum pada dinding posterior bagian tengah. Ujung kanalis lateralis yang tidak
memiliki ampulla masuk vestibulum sedikit dibawah cruss communis.2,9
Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang hampir sama yaitu
bidang miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat terhadap bidang
horizontal bila orang berdiri. Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal ini
sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya hampir sejajar dengan posterior
telinga kanan demikian pula dengan kanalis posterior telinga kiri sejajar dengan
kanalis superior teling kanan.2,4
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang
sekitar 35 mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala
timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfa dengan konsentrasi K+ 4 mEq/l
14
dan Na+ 139 mEq/l. Skala media berada dibagian tengah, dibatasi oleh membran
reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan dinding lateral, berisi cairan
endolimfa dengan konsentrasi K+ 144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l. Skala media
mempunyai potensial positif (+ 80 mv) pada saat istirahat dan berkurang secara
perlahan dari basal ke apeks.2,4,9
Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di bagian
basal dan melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral.
Beberapa komponen penting pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut
luar, sel penunjang Deiters, Hensens, Claudius, membran tektoria dan lamina
retikularis.3,4,7-8
Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel rambut
luar yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh pilar-pilar Corti,
dan sebaris sel rambut dalam yang terletak di medial terhadap terowongan. Sel
rambut dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan sel rambut luar dengan jumlah
12000 berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam bentuk energi mekanik
menjadi energi listrik.2,4,9
15
Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior
atau sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan
kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior.2,8
Fisiologi Pendengaran
Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran adalah
membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga struktur
penting tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada bagian apikal sel
rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara satu bundel dengan
bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik akan terjadi gerakan yang
kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia terdapat rantai pengikat yang
menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan stereosilia yang lebih rendah,
sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan stereosilia akan mendorong gabungan-
gabungan yang lain, sehingga akan menimbulkan regangan pada rantai yang
menghubungkan stereosilia tersebut. Keadaan tersebut akan mengakibatkan
terbukanya kanal ion pada membran sel, maka terjadilah depolarisasi. Gerakan yang
berlawanan arah akan mengakibatkan regangan pada rantai tersebut berkurang dan
kanal ion akan menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa
dan endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea
disebut koklea mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang
berfungsi sebagai pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan
sepenuhnya diproduksi oleh sel rambut luar.10
Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan dengan
amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi stimulus yang
16
diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh bunyi berfrekuensi
tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada bagian basal koklea,
sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz) mempunyai pergeseran
maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang timbul oleh bunyi berfrekuensi
sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks, sedangkan bunyi berfrekuensi
sangat rendah dapat melalui bagian basal maupun bagian apeks membran basilaris.
Sel rambut luar dapat meningkatkan atau mempertajam puncak gelombang berjalan
dengan meningkatkan gerakan membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan
ini disebut sebagai cochlear amplifier. Skema proses mendengar diawali dengan
ditangkapnya energi bunyi oleh telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani
dan diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran tersebut melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar
yang telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan
pada membran basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran.11
17
Gambar 3.4 Fisiologi Pendengaran
3.2 Definisi
Presbikusis merupakan tuli sensorineural frekuensi tinggi, umumnya
terjadi mulai usia 65 tahun, simetris pada telinga kiri dan kanan. Presbikusis dapat
mulai pada frekuensi 1000 Hz atau lebih. Menurut Lee dan Kim dalam
penelitiannya menemukan adanya hubungan antara usia terhadap penurunan
ambang dengar pada usia lanjut. Rata-rata nilai ambang dengar meningkat 1 dB
setiap tahunnya pada usia 60 tahun ke atas. Hipertensi, diabetes melitus, dan
hiperkolesterol secara langsung dapat memengaruhi aliran pembuluh darah koklea
dan menurunkan transportasi nutrisi yang berakibat degenerasi sekunder pada
saraf kranial kedelapan. Mizoue melaporkan merokok dan bising secara signifikan
berpengaruh terhadap kurang pendengaran pada frekuensi tinggi dengan risiko
tiga kali lebih besar dibanding tanpa merokok.1
3.3 Epidemiologi
Berdasarkan perubahan patologik yang terjadi, schucknecht dkk
menggolongkan presbikusis menjadi 4 jenis yaitu, (1) sensorik, (2) neural, (3)
metabolik (Strial Presbycusis) dan (4) Mekanik (Cochlear Presbycusis).
Menurut penelitian prevalensi terbanyak adalah jenis metabolik (34,6%).
18
Sedangkan prevalensi jenis lainnya adalah neural 30,7%, mekanik 22,8% dan
sensorik 11,9%.1
3.4 Etiologi
Struktur telinga bagian dalam juga mengalami perubahan pada kelompok
usia lanjut. Komponen telinga dalam baik berupa bagian sensor, saraf, pembuluh
darah, jaringan penunjang maupun sinaps saraf sangat rentan terhadap perubahan
akibat proses degenerasi yang dialami oleh populasi usia lanjut.1
Umumnya diketahui bahwa presbikusis diakibatkan dari proses
degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-
faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya
hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur
merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut di atas.1
3.5 Patofisiologi
Presbikusis dapat dijelaskan dari beberapa kemungkinan patogenesis, yaitu
degenerasi koklea, degenerasi sentral, dan beberapa mekanisme mokuler, seperti
faktor gen, stres oksidatif, dan gangguan transduksi sinyal.1
Degenerasi Koklea
Presbikusis terjadi karena degenerasi stria vaskularis yang berefek pada
nlai potensial endolimfe yang menurun menjadi 20 mV atau lebih. Pada
presbikusis terlihat gambaran khas degenerasi stria yang mengalami penuaan,
terdapat penurunan pendengaran sebesar 40-50 dB dan potensial endolimfe 20
mV.
Degenerasi Sentral
Perubahan yang terjadi akibat hilangnya fungsi nervus auditorium
meningkatkan nilai ambang dengar atau compound action potensial (CAP).
Fungsi input-output pada potensial saraf pusat, memungkinkan terjadinya
asinkronisasi aktifitas nervus auditorius dan penderita mengalami kurang
pendengaran dengan pemahaman bicara buruk.
19
Mekanisme Molekuler
Faktor Genetik
Strain yang berperan terhadap presbikusis, yaitu C57BL/6I merupakan
protein pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23), yang mengkode
komponen ujung sel rambut koklea. Pada jalur intrinsik sel mitokondria
mengalami apoptosis pada strain C57BL/6J yang dapat mengakibatkan penurunan
pendengaran.
Stress Oksidatif
Seiring dengan pertambahan usia kerusakan sel akibat stress oksidatf
bertambah dan menumpuk selama bertahun-tahun yang akhirnya menyebabkan
proses penuaan. Reactive Oxygen Species (ROS) menimbulkan kerusakan
mitokondria mtDNA dan kompleks protein jaringan koklea sehingga terjadi
disfungsi pendengaran.
20
3.7 Diagnosis
A. Anamnesis
Gejala yang timbul adalah penurunan ketajaman pendengaran pada usia
lanjut, bersifat sensorineural, simetris bilateral dan progresif lambat. Umumnya
terutama terhadap suara atau nada yang tinggi dan kadang disertai tinitus.1
21
Derajat ketulian ISO:12
0 25 dB : normal
>25 40 dB : tuli ringan
>40 55 dB : tuli sedang
>55 70 dB : tuli sedang berat
>70 90 dB : tuli berat
> 90 dB : tuli sangat berat
22
Gejala yang timbul juga merupakan kombinasi dari kedua komponen
gejala gangguan pendengaran jenis hantaran dan sensorineural. Pada pemeriksaan
fisik atau otoskopi tanda-tada yang dijumpai sama seperti pada gangguan
pendengaran jenis sensorineural. Pada tes bisik dijumpai pasien tidak dapat
mendengar suara bisikpada jarak lima meter dan sukar mendengar kata-kataa=
baik yang mengandung nada rendah mauun nada tinggi. Tes garputala Rinne
negatif, weber lateralisasi ke arah yag sehat. Schwabach memendek.
3.10 Penatalaksanaan
Rehabilitasi sebagai upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan
dengan pemasangan alat bantu dengar (Hearing Aid). Adakalanya pemasangan
alat bantu dengar perlu dikombinasikan dengan latihan membaca (Speech
reading) dan latihan mendengar (Auditory Training); prosedur pelatihan tersebut
dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist).1
Untuk ABD yang komponennya berada diluar telinga, suara yang telah
diperkeras di salurkan ke liang telinga melalui pipa plastik (tubing) dan ear mould
(cetakan liang telinga). Ear mould dibuat khusus agar sedemikian rupa cocok
dengan ukuran liang telinga, terbuat dari bahan acrylic atau silikon. Ukuran ear
23
mould sangat individual sehingga ear mould untuk telinga kiri tidak cocok bia
dipasang di telinga kanan. Pada bayi dan anak ear mould harus diganti secara
berkala karena ukuran liang telinga yang pasti berubah sesuai perkembangan
anatomi kepala. Pada ABD yang berukuran kecil dimana semua komponen berada
di liang telinga, ear mould menyatu dengan komponen ABD.13
24
membutuhkan perkerasan bunyi atau output yang besar. Hal ini dapat menjadi
keuntungan bagi ABD jenis saku. Keuntungan lain adlah dapat menggunakan
batere silinder biasa (ukuran AAA) yang selain murah juga mudah didapat. Selain
itu tombol pengatur juga mudah disesuaikan.13
Faktor yang merugikan dari ABD jenis saku :
- Penampilan (kosmetik) kurang baik
- Kemampuan mikrofon mencari (melokalisir) bunyi dari belakang
terhalang oleh tubuh.
- Tidak praktis
- Kabel dapat putus
- Timbul bunyi gesekan antara ABD dengan kain (saku).
25
4. ABD jenis ITC (In The Canal)
Ukurannya lebih kecil lagi dari jenis ITE. Pemasangan sampai setengah
bagian luar liang telinga. Perkerasan suara (amplifikasi) baik untuk frekuensi
tinggi, karena di pasang cukup dalam pada liang telinga. Hanya bermanfaat untuk
tuli derajat sedang.13
26
timbul lecet pada kulit yang menempel dengan bone vibrator. Pilihan model ABD
pada sistim ini adalah jenis saku atau BTE.13
27
tidak ada kontraindikasi medis dan calon pengguna mempunyai perkembangan
kognitif yang baik.13
Kontraindikasi pemasangan implan koklea antara lain tui akibat kelainan
pada jalur saraf pusat (tuli sentral), proses penulangan koklea, koklea tidak
berkembang.13
28
3.12.4 Program rehabilitasi pasca bedah
Switch on yaitu pengaktifan alat, dilakukan 2-4 minggu pasca bedah.
Pemeriksaan CT scan pasca bedah untuk menilai keadaan elektroda yang telah
terpasang didalam koklea. Pada anak yang tidak kooperatif data awal dapat
diperoleh dengan melakukanNRT (Neural Respons Telemetry) terlebih dahulu
kemudian menetapkan C (comfortable) level yaitu suara keras yang dapat
ditoleransi tanpa menimbulkan rasa sakit dan T (treshold) level suara terkecil
yang dideteksi. Yang dimaksud dengan pemetaan (mapping) adalah proses untuk
menetapkan dan mengatur sejumlah aliran listrik yang disampaikan ke koklea.13
Program yang dibuat disimpan pada speech processor dan jumlahnya
tergantung pada jenis implan yang digunakan dan berbeda untuk setiap orang.
Selanjutnya anak mengikuti program terapi audio verbal secara teratur disertai
pemetaan berkala.13
Keberhasilan implantasi koklea ditentukan denga menilai kemampuan
mendengar, pertambahan kosa kata dan pemahaman bahasa.13
29
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien Tn. N usia 70 tahun datang keRumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Jambi pada tanggal 24 febuari 2016 dengan keluhan utama tidak dapat
mendengar pada kedua telinga. Pasien tidak dapat berbicara bahasa indonesia
hanya bisa menggunakan bahasa jawa.
Dari alloanamnenis didapatkan keluhan sudah terjadi lebih dari sepuluh
tahun yang lalu. Keluhan ini diawali dengan demam yang tinggi kemudian diikuti
gangguan pendengaran dan disertai rambut rontok. Pasien juga memiliki riwayat
telinga mengeluarkan cairan bening dikedua telinga dan dulu pasien sering
mengalami batu dan pilek. Selain itu pasien merasakan bahwa kedua telinga nya
sering berdengung dan gatal. Pasien juga sering mengorek telinganya.
Dari hasil pemeriksaan fisik telinga didapatkan serumen prop pada kedua
liang telinga, dan membran timpani sebelah kiri hiperemis. Pada pemeriksaan
audiologi tes penala didapatkan batas atas turun. Pada pemeriksaan pendengaran
didapatkan Tes Rinne (+) dekstra dan sinistra, tes weber tidak ada lateralisasi, dan
tes scwabach memendek pada auricula dekstra dan sinistra.
Pasien direncanakan untuk melakukan pemeriksaan audiometri. Pasien
diberikan edukasi mengenai penyakit dan terapi yang akan diberikan yatu pasien
didiagnosis dengan presbikusis yang merupakan tuli sensorineural frekuensi
tinggi, umumnya terjadi pada usia lebih dari 65 tahun, simetris pada telinga kanan
dan kiri. Untuk pengembalian fungsi pendengarannya pasien akan menggunakan
alat bantu dengar (ABD). Tapi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, pasien
harus rutin melakukan latihan membaca gerak bibir lawan bicara (speech reading)
dan latihan mendengar (audiotory training).
30
BAB V
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32