Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

Laryngopharyngeal Reflux
Rosyila, S.Ked 04054821820037
Fidyah Pratiwi, S. Ked 04054821820089
Sarah Ummah Muslimah, S. Ked 04054821820100
Nurul Ilmi Rahmatullah, S.Ked 04084821921002

Pembimbing : dr. Lisa Apri Yanti, Sp T.H.T.K.L (K), FICS


OUTLINE

I PENDAHULUAN

II TINJAUAN PUSTAKA

III PENUTUP
PENDAHULUAN
Refluks berasal dari bahasa latin yaitu “re” yang
bermakna balik atau kembali dan “fluere” yang
artinya mengalir, sehingga refluks diartikan sebagai
01 aliran balik.
Laryngopharyngeal reflux (LPR) adalah suatu
keadaan adanya refluks atau aliran retrograde asam
lambung ke ruang laringofaring.

Pola hidup seperti kebiasan merokok dan


02 mengkonsumsi alkohol ditemukan pada 92%
pasien dengan penyakit refluks.
PENDAHULUAN
Gejala yang dapat muncul seperti suara serak,
03 throat clearing, penumpukan dahak di tenggorok
atau post nasal drip; disfagia; batuk setelah
makan, batuk, globus sensation, heartburn.

Refluks laringofaring berhubungan dengan banyak


04 gejala dan diagnosis kelainan di kepala dan leher. Jadi
sangatlah penting untuk dapat mengenali penyakit
refluks laringofaring.
ANATOMI
DEFINISI

“ Laringofaringeal refluks (LPR) adalah suatu keadaan adanya


refluks atau aliran retrograde asam lambung ke ruang

laringofaring, di mana laringofaring merupakan bagian yang
berdekatan dengan jaringan di traktus aerodigestive atas.

Beberapa sinonim untuk LPR, yaitu Gastropharyngeal Reflux dan


Esophagopharyngeal Reflux, dan Extraesophageal Reflux.
ETIOLOGI
Menurunnya tekanan LES Motilitas Penurunan
karena diet (lemak, coklat, mint, esofagus yang resistensi mukosa
produk susu, dll), tembakau, abnormal karena karena radioterapi
alkohol, obat-obatan (teofilin, penyakit rongga mulut,
nitrat, dopamine, narkotik, dll). neuromuskular, radioterapi
laringektomi. esofagus,
xerostomia.

Peningkatan
tekanan Hipersekresi
Pengosongan lambung intraabdominal asam lambung
yang tertunda/lambat karena kehamilan, atau pepsin
karena obstruksi, diet obesitas, makan karena stress,
(lemak), tembakau, yang berlebihan, obat-obatan,
dan alkohol. minuman alkohol, diet.
karbonasi.
PATOFISIOLOGI
Microaspiration theory

Trauma theory

Esophageal-brochial reflex theory


DIAGNOSIS
Mukus berlebihan
Hoarseness Clearing throat atau postnasal
drip

Disfagia Batuk Globus sensation

Obstruksi jalan
Heartburn
nafas
Skor Reflux Symtom Index (RSI)
Apakah Beberapa Permasalahan Berikut Mengganggu 0 = tidak menganggu
Anda ? 5 = sangat mengganggu
1. Suara serak atau terdapat permasalahan dengan 0 1 2 3 4 5
suara anda
2. Sering membersihkan dahak anda 0 1 2 3 4 5
3. Lendir berlebihan di tenggorokan atau post 0 1 2 3 4 5
nasaldrip
4. Kesulitan menelan makanan, minuman, atau pil 0 1 2 3 4 5
5. Batuk setelah anda makan atau berbaring 0 1 2 3 4 5
6. Kesulitan bernafas atau sering tersedak 0 1 2 3 4 5
7. Batuk yang sangat mengganggu 0 1 2 3 4 5
8. Sensasi sesuatu menempel di tenggorokan atau 0 1 2 3 4 5
benjolan di tenggorokan anda
9. Dada seperti terbakar (heartburn), nyeri dada, 0 1 2 3 4 5
gangguan pencernaan, atau refluks asam lambung
TOTAL SKOR  
Skor Reflux Finding Score (RFS)
KONDISI SKOR
1. Edema subglotis 0 = tidak ditemukan
2 = ditemukan
2. Obliterasi ventrikular 2 = sebagian
4 = komplit
3. Erithema / hiperemia 2 = hanya pada arythenoid
4 = tersebar difus
4. Edema vocal fold 1 = edema ringan 3 = edema berat
2 = edema sedang 4 = polipoid
5. Edema laring difus 1 = edema ringan 3 = edema berat
2 = edema sedang 4 = obstruksi
6. Hipertrofi komisura posterior 1 = edema ringan 3 = edema berat
2 = edema sedang 4 = obstruksi
7. Jaringan granulasi / granuloma 0 = tidak ditemukan
2 = ditemukan
8. Mukus endolaryngeal tebal 0 = tidak ditemukan
2 = ditemukan
TOTAL SKOR  
Laringoskopi
• Bilateral
pseudosulcus vocalis
• Posterior
commissure
hypertrophy,
• Vocal fold edema,
diffuse laryngeal
edema
• Partial ventricular
obliteration
Laringoskopi

Ventricular obliteration
Mild posterior commissure hypertrophy.
Vocal fold edema
A. Mild
B. Moderate
C. Severe
D. Polipoid
Posterior commissure
hypertrophy
A. Normal
B. Mild
C. Severe
D. Polipoid
Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring
TERAPI
 Tujuan dari terapi pada pasien LPR adalah untuk menghilangkan gejala,
menyembuhkan lesi mukosa, mencegah komplikasi dan mempertahankan
remisi gejala.
 Karena perubahan perilaku (diet dan gaya hidup) dan obat penekan asam
lambung dianggap aman dan mungkin efektif, banyak merekomendasikan
pengobatan empiris selama 3 bulan dan kemudian mengevaluasi kembali
respons pengobatan sebelum pengujian objektif digunakan.
NON FARMAKOLOGI
Mengurangi atau menghindari
Menurunkan berat badan pemakaian obat tertentu
Obat-obatan seperti antikolinergik,
Diet dan penurunan berat badan
sedative, antidepresan trisiklik, tablet
akan menurunkan tekanan
potassium, zat besi sulfat dan obat
intraabdomen, distensi lambung,
antiinflamasi non steroid dapat
dan relaksasi lower esophageal
menurunkan tekanan LES sehingga
sphincter (LES).
memicu refluks, sehingga harus
Menghindari beberapa jenis makanan dihindari jika memungkinkan.
Tidak merokok
Makanan atau minuman yang
umumnya mengiritasi mukosa Merokok dapat mengurangi tekanan
adalah jus jeruk, produk tomat, LES sehingga merangsang terjadinya
kopi, teh, cola, makanan pedas refluks. Iritan beracun dalam tembakau
dan alkohol sehingga harus juga memengaruhi selaput lendir laring
dikurangi atau dihindari dan meningkatkan kekentalan mucus
konsumsinya. Elevasi kepala (head up) saat sehingga menyebabkan throat clearing
tidur
yang berlebihan.
FARMAKOLOGI
Agen Prokinetik
Agen prokinetik seperti metoclopramide dan cisapride digunakan pada
pasien refluks yang memiliki gejala dispepsia seperti mual, muntah,
dan perut kembung. Obat-obat ini dapat meningkatkan tekanan
sfingter esofagus bawah/LES dan mempercepat pembersihan asam
esophagus dan pengosongan lambung.
Sucralfat

Sucralfat adalah zat yang bekerja secara lokal dan bereaksi dengan HCL
untuk membentuk suatu material yang bekerja sebagai buffer asam hingga
8 jam. Zat ini menempel pada protein pada permukaan ulkus, seperti
albumin dan fibrinogen, untuk membentuk kompleks yang stabil dan tidak
larut, menciptakan penghalang terhadap refluks lambung.
FARMAKOLOGI
Antagonis reseptor H2 (H2 receptor blocker)
Antagonis reseptor H2, seperti simetidin, famotidin, ranitidin,
dan nizatidin, menghambat sekresi asam lambung dengan
menghalangi stimulasi sel parietal untuk menekan produksi
asam.
Proton Pump Inhibitors (PPI)

PPI (omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, pantoprazole,


rabeprazole, dan dexlansoprazole) secara ireversibel
menghambat enzim H+/K+ ATPase yang mengkatalisis sekresi
asam dalam sel parietal. Dengan menargetkan langkah terminal
dalam produksi, mereka mencegah sekresi HCl dan karena itu
PPI merupakan agen penekan asam lambung yang kuat.
TINDAKAN OPERATIF
Pendekatan bedah untuk LPR adalah metode yang paling efektif untuk
mengurangi volume material reflux ke esophagus proksimal atau
laringofaring

Bedah rekonstitusi fisik dan fungsional dari gastroesophageal (GE)


junction dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik. Dalam
prosedur fundoplication, sebagian lambung dibungkus di sekitar
esophagus distal dalam upaya untuk mengurangi refluks melalui GE
junction dengan meningkatkan kompetensi LES.
Dapat dilakukan dengan teknik fundoplication lengkap (360 derajat)
yaitu prosedur Nissen atau Rosetti ataupun dengan teknik
fundoplication parsial (misalnya 270 derajat) yaitu prosedur Toupet
atau Bore.
PROGNOSIS
 Angka keberhasilan terapi cukup tinggi bahkan sampai 90% dengan catatan
terapi harus diikuti dengan modifikasi diet yang ketat dan gaya hidup.
 Dari salah satu kepustakaan menyebutkan angka keberhasilan pada pasien
dengan laryngitis posterior berat sekitar 83% setelah diberikan terapi 6 minggu
dengan omeprazole.
 Dan sekitar 79% kasus alami kekambuhan setelah berhenti berobat.
 Sedangkan prognosis keberhasilan dengan menggunakan Lansoprazole 30
mg, 2 kali sehari, selama 8 minggu memberikan angka keberhasilan 86%.
KOMPLIKASI
LPR dapat merupakan faktor pencetus munculnya penyakit seperti faringitis,
sinusitis, asma, pneumonia, batuk di malam hari, penyakit gigi dan keganasan
laring. Salah satu komplikasi yang patut diwaspadai dan mengancam nyawa
adalah stenosis laring. Riwayat LPR ditemukan pada 75% pasien stenosis laring
dan trakea.
KESIMPULAN
• Laryngopharyngeal reflux (LPR) adalah suatu keadaan adanya refluks atau aliran retrograde
asam lambung ke ruang laringofaring.
• Diagnosis LPR dapat dicurigai berdasarkan gejala klinis yang dapat dihitung skornya
menggunakan Reflux Symptoms Index (RSI) dan pemeriksaan laring menggunakan Reflux
Finding Score (RFS). Didapatkan kecurigan LPR apabila skor RSI ≥13 dan skor RFS ≥7.
• Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring dianggap merupakan baku emas dalam
mendiagnosis LPR. Pemeriksaan ini cukup sensitif dalam mendiagnosis refluks karena
pemeriksaan ini dapat membedakan adanya refluks asam pada sfingter esofagus atas
dengan dibawah sehingga dapat menentukan adanya LPR atau GERD. Kelemahan
pemeriksaan ini adalah mahal, invasif dan tidak nyaman dan dapat ditemukan hasil negative
palsu sekitar 20%.
• Penatalaksanaan LPR meliputi perubahan gaya hidup dengan modifikasi diet,
medikamentosa dengan obat-obatan anti refluks, serta secara bedah dengan operasi
funduplikasi.
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai