Anda di halaman 1dari 14

Laryngopharyngeal Reflux : Tinjauan Terbaru

Chin-Lung Kuo, PhD1,2,3

Abstrak
Etiopatogenesis laryngopharyngeal refluks (LPR) disebabkan oleh iritasi
langsung dari gastroduodenal dan menyebabkan refleks laring secara tidak
langsung akibat refluks tersebut. Gejala yang paling umum antara lain sering
mengeluarkan lendir dari tenggorok/ throat clearing/ berdehem, batuk terus-
menerus, globus pharyngeus, dan suara serak. Gejala LPR dan hasil pemeriksaan
endoskopi memiliki hubungan yang lemah. Tidak dianjurkan untuk mendiagnosis
LPR hanya berdasarkan hasil laringoskopi. Pengobatan LPR membutuhkan
pendekatan yang agresif termasuk dosis tinggi proton pump inhibitor dalam
jangka waktu lama (dua kali sehari selama 3-4 bulan). Pilihan manajemen
tambahan, antara lain perubahan gaya hidup, modifikasi diet, pengurangan berat
badan, dan olahraga. Operasi laparoskopi anti-refluks telah terbukti mengurangi
gejala terkait LPR; namun, pembedahan harus dipertimbangkan hanya untuk
pasien yang mengalami refluks dengan kuantitas yang sangat tinggi dan
komplikasi esophageal. Dalam artikel tinjauan ini, kami menyarankan pendekatan
multidisiplin untuk diagnosis LPR yang melibatkan ahli THT, ahli
gastroenterologi, dan ahli paru. Berdasarkan temuan terbaru, kami mengusulkan
algoritma untuk memfasilitasi penilaian dan manajemen LPR.

Pendahuluan
Laryngopharyngeal refluks (LPR) juga disebut sebagai ekstra-esophageal
refluks, supra-esophageal refluks, atau silent reflux, hal ini merujuk pada kondisi
di mana kandungan gastroduodenal naik ke kerongkongan dan memengaruhi
tenggorokan khususnya laringofaring.1-6 Dalam beberapa kasus, isi lambung
bahkan dapat mencapai rongga hidung dan/atau telinga melalui tuba eustachius
kemudian dapat memperburuk rhinitis, sinusitis, atau otitis media.7-9
Otolaryngologist dan gastroenterologist berbeda dalam definisi dan
manajemen LPR.4,10-12 Ahli THT memperlakukan LPR sebagai diagnosa klinis
yang relatif baru, sedangkan gastroenterologis memperlakukan LPR sebagai
manifestasi ekstra-esofagus dari penyakit gastroesofageal refluks (GERD). 10-13
Ahli gastroenterologi telah mempertanyakan apakah refluks berkontribusi pada
gejala terkait LPR pada pasien tanpa manifestasi GERD.11 Ahli THT telah
menunjukkan bahwa LPR adalah sindrom multifaktorial yang juga melibatkan
refluks gas dan/atau nonacid.14,15
Dalam artikel ini, kami memeriksa manifestasi klinis, diagnosis, dan
pengobatan LPR yang direkomendasikan saat ini. Berdasarkan hasl penemuan
terbaru dalam penelitian LPR, kami mengusulkan algoritma yang ditujukan untuk
memfasilitasi penilaian dan manajemen LPR.

Perbedaan Antara LPR dan GERD


Terlepas dari kesamaan antara LPR dan GERD, keduanya adalah dua
penyakit yang berbeda. Aliran retrograde dari isi gastroduodenal ke esofagus
dan/atau struktur yang berdekatan dapat menyebabkan komplikasi atau gejala
yang berhubungan dengan refluks, seperti throat clearing/ berdehem, mulas, dan
globus pharyngeus. Penyakit refluks dapat dikategorikan sebagai LPR, esofagitis
erosif, dan penyakit refluks nonerosive (NERD). Kasus-kasus esofagitis erosif dan
NERD dikategorikan sebagai GERD.16
Pada GERD, refluks isi lambung terbatas pada esofagus. Pada LPR,
refluks isi lambung memengaruhi laring dan pharynx.12 Terdapat perbedaan
penting diagnosa GERD dan LPR (Tabel 1). GERD disertai dengan keasaman dan
mulas (pembakaran retrosternal) yang jarang ditemui pada pasien LPR. 12 Pada
GERD, refluks dan keasaman biasanya terjadi pada malam hari (refluks
nokturnal). Pada LPR, refluks biasanya terjadi pada siang hari (refluks siang
hari).12 Gejala LPR terjadi ketika pasien berada dalam posisi tegak selama periode
aktivitas fisik (mis. membungkuk, valsalva, dan berolahraga) 11,12,17 sedangkan
refluks GERD terjadi ketika pasien berbaring.
Sphincter yang mencegah refluks lambung yang malfungsi berperan dalam
kedua penyakit. Banyak pasien GERD mengalami dismotilitas dan keasaman
yang berkepanjangan ketika malfungsi sphincter esofagus distal, sehingga
memungkinkan asam lambung naik ke kerongkongan yang menyebabkan rasa
terbakar pada dada.12,18 LPR berhubungan dengan kegagalan sphincter proksimal
yang menyebabkan asam naik ke tenggorokan dan bahkan ke hidung atau telinga
tengah.7-9,12 Pasien LPR umumnya mengalami kerusakan jaringan epitel
laryngopharyngeal.12-19
Manifestasi khas GERD adalah rasa terbakar pada dada, regurgitasi, dan
nyeri dada. Manifestasi khas LPR adalah asma, batuk kronis, suara serak, sensasi
globus, dan radang tenggorokan pada pasien dewasa. Penderita LPR biasanya
tidak melaporkan gejala rasa terbakar yang umum terjadi pada pasien GERD.
Seringkali sulit untuk membedakan antara LPR dan GERD karena gejala yang
tumpang tindih. LPR jarang terjadi tanpa gejala bersamaan yang khas dari
GERD.20,21 Para peneliti telah mengidentifikasi hubungan antara LPR dan derajat
GERD; namun, kesamaan antara keduanya dapat menyingkirkan kejadian LPR. 22
Diagnostik sine qua non GERD, yaitu rusaknya mukosa esofagus endoskopi
(erosi atau ulserasi) telah dilaporkan hanya pada 25% pasien dengan LPR.12,18

Table 1Perbedaan antara GERD and LPR


GERD LPR
Disertai esofagitis dan rasa dada terbakar esofagitis dan rasa dada terbakar jarang timbul

Refluks terjadi pada malam hari dan posisi Refluks terjadi pada siang hari atau posisi berdiri
berbaring
Motilitas esofageal abnormal dan paparan Episode refluks yang intermitten
asam yang lama di esofagael
Disfungsi sphinter esofageal distal Disfungsi sphinter esofageal proksimal

Jarang melibatkan gejala pada Menimbulkan gejala pada tenggorokkan dan


tenggorokan merusak epitelium laryngofaringeal
Table 2. Reflux Symptom Index (RSI)
Item Sympto Score
1 m1
Hoarseness or a problem with your voice 0 1 2 2 3 4 5
2 Clearing your throat 0 1 2 3 4 5
3 Excess throat mucous or postnasal drip 0 1 2 3 4 5
4 Difficulty swallowing food, liquids or pills 0 1 2 3 4 5
5 Coughing after you ate or after lying 0 1 2 3 4 5
6 down
Breathing difficulties or choking episodes 0 1 2 3 4 5
7 Troublesome or annoying cough 0 1 2 3 4 5
8 Sensations or something sticking in your 0 1 2 3 4 5
9 throat
Heart burn, chest pain, indigestion, or 0 1 2 3 4 5
1. Pasien diminta untuk menjelaskan masalah yang timbul selam sebulan terakhir
stomach
2. Skala 0-5 dimana 0 = tidak masalah and 5 =berat.
3. Laryngopharyngeal reflux dapat ditegakkan jika total RSI > 13.

Table 3. Reflux Finding Score (RFS)


Item Sympto Scor
1 m
Subglottic edema (pseudosulcus) 0 = absent, 2 = present e
2 Ventricular obliteration 0 = none, 2 = partial, 4 = complete
3 Erythema/hyperemia 0 = none, 2 = arytenoids only, 4 = diffuse
4 Vocal fold edema 0 = none, 1 = mild, 2 = moderate, 3 = severe, 4 = polypoid
5 Diffuse laryngeal edema 0 = none, 1 = mild, 2 = moderate, 3 = severe, 4 = obstructing
6 Posterior commissure hypertrophy 0 = none, 1 = mild, 2 = moderate, 3 = severe, 4 = obstructing
7 Granuloma/granulation 0 = absent, 2 = present
8 Thick endolaryngeal mucus 0 = absent, 2 = present
Laryngopharyngeal reflux dapat ditegakkan jika total RFS > 7.

Etiopatogenesis LPR
Etiopatogenesis LPR melibatkan mekanisme langsung maupun tidak
langsung. Komponen refluks yang mengandung asam klorida, asam amino, dan
asam empedu dapat mengiritasi mukosa laring.2,23-26 Episode refluks pada esofagus
dapat terjadi hingga lima puluh kali tanpa efek berbahaya, sedangkan refluks pada
laring dapat menimbulkan kerusakan mukosa setelah hanya tiga episode. 13,23 Iritasi
refluks langsung dapat menyebabkan peradangan mukosa lokal dan kemudian
menjadi laringospasme. Sensitivitas yang meningkat pada ujung sensorik laring
dapat menyebabkan batuk dan tersedak.27
Mekanisme tidak langsung pada refleks laring yang disebabkan oleh
refluks yang tidak mencapai jaringan laring. Refleks menyebabkan perubahan
yang di mediasi vagal dan menimbulkan gejala klinis, yaitu batuk kronis dan
gejala mirip asma akibat bronkokonstriksi. Penurunan tonus relaksasi sphincters
esofagus proksimal dan distal dan peningkatan tekanan intraabdomen juga terkait
dengan bolus refluks dan terjadinya LPR.11,28-35
Iritasi langsung dan tidak langsung dapat mempengaruhi pita suara, seperti
edema vokal, pseudosulcus pita suara, ulkus, dan granuloma yang berhubungan
dengan suara serak, globus pharyngeus, dan nyeri tenggorokan. 14,18 Pseudosulcus
pita suara yang berhubungan dengan edema infraglottis telah diidentifikasi pada
90% pasien dengan LPR.14,36
Kebiasaan makan, pakaian ketat, stres, dan berat badan berlebih juga
terbukti berkontribusi terhadap LPR. Kondisi ini lebih sering terjadi di antara
orang-orang yang terbiasa mengonsumsi makanan asam, berminyak, atau pedas.
Konsumsi alkohol juga merupakan faktor resiko. Pakaian ketat kadang-kadang
menyebabkan asam naik ke esofagus sehingga menyebabkan LPR. Stres dapat
menyebabkan peningkatan kadar keasaman dan telah terbukti menyebabkan LPR.
Orang yang kelebihan berat badan lebih rentan terhadap kondisi ini.2

Manifestasi Klinis
Gejala-gejala LPR yang paling sering adalah mengeluarkan lendir dari
tenggorok/ throat clearing/ berdehem, batuk terus-menerus, globus pharyngeus,
dan suara serak.3,11,14,18,37 Globus pharyngeus adalah sensasi benjolan yang tidak
menyakitkan atau benda asing di tenggorokan. 38 Rasa dada terbakar adalah gejala
GERD yang paling sering terjadi pada lebih dari 75% kasus.39 Namun, kurang dari
40% pasien dengan LPR melaporkan rasa dada terbakar. 11,12 Reichel dan Issing
melaporkan bahwa Barett’s metaplasia atau esofagitis grade B didiagnosis hanya
pada pasien yang mengalami rasa dada terbakar sebagai gejala utama yang
muncul.40 Hal ini menunjukkan bahwa endoskopi gastrointestinal bagian atas
(UGE) dapat diindikasikan pada pasien LPR yang melaporkan nyeri ulu hati
sebagai keluhan utama mereka untuk menyingkirkan cedera struktural atau
neoplasma.
Banyak gejala LPR yang tidak spesifik terkait dengan kondisi alami,
seperti alergi dan postnasal drip.41,42 LPR telah terbukti memiliki efek negatif pada
resistensi nasal dan hidung tersumbat. 43 Pengobatan yang terkait dengan LPR
dapat meningkatkan masalah hidung subjektif dan objektif.43 Studi juga
mengungkapkan hubungan antara LPR dan halitosis, rasa, atau gangguan
pencium.44,45 Para peneliti baru-baru ini melaporkan bahwa refluks asam dapat
berhubungan dengan masalah telinga tengah dan dalam, seperti otitis media,
tinitus, dan vertigo perifer.46-48 Mekanisme yang mendasari gangguan telinga
bagian dalam ini dapat dikaitkan dengan bahan refluks (khususnya asam klorida
dan pepsin) bocor ke telinga tengah melalui tuba eustachius dan mempengaruhi
struktur tulang.

Alat Diagnostik
Indeks Gejala Refluks (Tabel 2)
Indeks gejala refluks (RSI) dapat membantu dalam mendiagnosis LPR.49,50
RSI diturunkan menggunakan kuesioner sembilan item sederhana di mana menilai
pasien derajat gejala LPR pada skala Likert, dengan 0 mewakili tidak ada masalah
dan 5 mewakili masalah ekstrim. Skor maksimal adalah 45 dan skor lebih dari 13
didiagnosis sebagai refluks asam abnormal.50

Pemeriksaan laringoskopi
Pemeriksaan laringoskopi untuk tanda-tanda iritasi laring yang
berhubungan dengan refluks dilakukan dengan menggunakan laringoskopi
transnasal fleksibel atau transoral kaku. Studi prospektif melaporkan bahwa tanda-
tanda iritasi laring lebih sering terdeteksi dengan laringoskopi fleksibel daripada
yang kaku.51 Tanda utama dari iritasi laring antara lain obliterasi ventrikel, edema
pita suara, edema subglottis (pseudosulcus) serta penebalan, kemerahan, dan
edema yang terutama terlokalisasi pada posterior laring yang melibatkan dinding
posterior faring, arytenoid, dan interarytenoid.6,36,52
Meskipun demikian, gejala LPR dan hasi pemeriksaan endoskopi hanya
sedikit berhubungan. Dalam sebuah studi prospektif dengan 52 orang yang tidak
merokok, laringoskopi menunjukkan tanda-tanda iritasi laring di lebih dari 80%
kasus.51 Selain itu, diagnosis laringoskopi LPR dapat bersifat subjektif sebagian
besar tergantung pada keahlian dan pengalaman dokter.53 Perlu dicatat bahwa
tanda-tanda iritasi laring juga merupakan hasil dari etiologi non-refluks, seperti
alergi, merokok, atau penyalahgunaan penggunaan suara.21 Penilaian laringoskopi
yang akurat dari LPR cenderung sulit dan tidak direkomendasikan untuk membuat
diagnosis LPR semata-mata berdasarkan hasil laringoskopi.21,37,42,53

Skor Penilaian Refluks (Tabel 3)


Reflux Finding Score /Skor penilaian refluks (RFS) adalah ukuran delapan
item yang digunakan oleh dokter untuk menilai derjat beratnya tanda-tanda
peradangan yang ditemukan dalam pemeriksaan laringoskopi, termasuk edema
subglottis (pseudosulcus), obliterasi ventrikel, eritema atau hiperemia, edema pita
suara, edema laring difus, komisura hipertrofi, granuloma atau jaringan granulasi
(Gambar 1 dan Video 1), dan mukus endolaring yang tebal. Para dokter menilai
derajat setiap gejala dengan menetapkan skor dari 0 (normal) hingga 26 (skor
terburuk). LPR dapat didiagnosis dengan tingkat kepastian 95% dalam kasus di
mana skor melebihi 7.54 Ini juga dapat digunakan untuk melacak tanggapan
pengobatan pada pasien. RFS dan RSI keduanya membantu meningkatkan akurasi
diagnosis LPR dan mengevaluasi kefektifan pengobatan. RFS adalah metode
hemat biaya yang dapat dimasukkan dalam pemeriksaan otolaringologi untuk
memudahkan diagnosis LPR.49,50,54
Gambar 1. Gambar laringoskop menunjukksn larynx dengan bilateral granuloma yang
besar pada permukaan arytenoid. Laryngoscopic image showing a larynx with large
bilateral gran- ulomas on the surface of arytenoids. Pseudosulcus ditunjukkan oleh
panah.

Video 1. Pemeriksaan laringoskop dengan tanda iritasi pada larynx yang


disebabkan refluks. Granuloma bilateral yang besar tampak pada permukaan
arytenoid. Video link: https://youtu.be/jELHiQAUhak

Probe pH Dual-Sensor
Probe pH dual-sensor 24 jam (simultan esofagus dan faringeal) dianggap
sebagai baku emas dalam diagnosis GERD dengan sensitivitas 93,3% dan
spesifisitas 90,4%, ketika menggunakan nilai cut-off 4,5% dari total waktu dengan
pH <4 selama periode 24 jam. 55 Monitoring ambulatori probe-pH sering dilakukan
untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan dalam kasus LPR,12 namun dianggap
sebagai pemeriksaan yang kurang dapat diandalkan untuk mengkonfirmasi
LPR.11,14 Hal ini terutama karena kesulitan dalam menafsirkan data pemantauan
pH dan kurangnya konsensus tentang batas pH normal, jumlah kejadian, dan
penempatan probe.11,56,57 Kekhawatiran lain dengan monitoring probe pH adalah
ketidakmampuannya untuk mendeteksi refluks gas dan/atau nonacid, yang
berpotensi membahayakan laringofaring. Oleh karena itu, pemeriksaan impedansi
intraluminal dianggap sebagai pendekatan yang unggul.14
Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Upper Gastrointestinal Endoscopy (UGE) juga disebut sebagai
esophagogastroduodenoscopy (EGD). UGE dapat mendeteksi tanda-tanda yang
terkait dengan GERD, seperti cedera mukosa, esofagitis, dan Barrett esophagus
serta komplikasi dan malignansi lainnya; Namun, UGE telah terbukti kurang
berguna dalam mendeteksi LPR daripada mengidentifikasi GERD.12,18 Dalam satu
penelitian, UGE menunjukkan bahwa lesi esofagus pada 50% pasien GERD dan
pada kurang dari 20% pasien laringitis LPR. 58 Untuk pasien dengan gejala dan
tanda yang mengarah pada komplikasi (mis. batuk kronis, suara serak, atau
disfagia) atau keganasan, disarankan agar mereka dirujuk ke spesialis, seperti
otolaringologi, ahli gastroenterologi, dan ahli paru.11

Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan lainnya juga telah digunakan untuk memfasilitasi diagnosis
LPR. Esophagrams dengan kontras barium membantu dokter untuk menilai
esofagus dengan patologi yang terkait. 12 Teknik diagnostik alternatif juga telah
dirancang untuk mengeksplorasi hubungan antara LPR dan hasil pemeriksaan
histomolekul, termasuk growth-factor epidermis saliva, marker imunologis,
ekspresi gen mukosa laring, dan perubahan histologis.59-61
Modifikasi Perilaku
Penting bahwa LPR didiagnosis dan diberikan tatalaksana secara efektif.
Kegagalan tatalaksana dapat menyebabkan batuk kronis, granulasi arytenoid,
dan/atau ulkus pada pita suara. Kondisi ini juga dikaitkan dengan asma, bronkitis,
rinitis kronis, sinusitis, dan otitis media. Para peneliti telah melaporkan hubungan
potensial antara refluks asam dan neoplasma esofagus, orofaring, dan hipofaring.62
Studi telah menemukan bahwa sekitar setengah dari pasien dengan LPR
ringan dapat mengurangi gejala dengan menerapkan perubahan dalam gaya hidup
mereka.27 Perubahan gaya hidup ini terkait dengan makanan, minuman, dan
kebiasaan lainnya. Sebagai contoh, meninggikan posisi kepala saat tidur telah
terbukti mencegah gejala LPR. Juga disarankan agar pasien berhenti merokok,
menurunkan berat badan, dan mengenakan pakaian longgar.
Modifikasi diet
Gejala LPR dapat dikurangi dengan mengubah kebiasaan diet. Pasien
disarankan untuk makan lebih awal (setidaknya dua jam sebelum tidur) untuk
proses pencernaan sebelum berbaring.11 Selain itu, pasien dengan penyakit refluks
asam juga disarankan untuk tidak mengonsumsi terlalu banyak kopi26 atau
minuman berkarbonasi yang dapat mempengaruhi keasaman dan menyebabkan
refluks.63
Makanan pedas mengiritasi mukosa esofagus bagian bawah yang
menyebabkan sensasi rasa terbakar pada dada. Makanan tinggi lemak dan cokelat
diketahui dapat memperpanjang pengosongan lambung, dan makanan tinggi
lemak membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna dan telah dikaitkan dengan
insiden GERD yang lebih tinggi dan esofagitis erosif. 64 Beberapa penelitian telah
melaporkan bahwa diet tinggi lemak tidak berpengaruh pada paparan asam
esofagus atau relaksasi sementara sphincter esofagus distal. 65-67 Namun demikian,
pasien harus disarankan untuk menghindari diet lemak agar memudahkan
pencernaan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan. Diet tinggi kalori juga
dapat memengaruhi paparan asam pada esofagus. Suatu studi menemukan bahwa
diet tinggi kalori dikaitkan dengan tingkat keasaman yang berkepanjangan pada
lambung yang dapat memperburuk gejala refluks.68
Gambar 2. Algoritme Penilaian dan Manjemen Penyakit Refluks

Perubahan Gaya Hidup


Penyakit refluks dikenal sebagai penyakit gaya hidup. Karena itu pasien
disarankan untuk tidak merokok karena diketahui menyebabkan produksi asam. 11
Merokok secara langsung berhubungan dengan retensi asam yang dapat
memperlambat proses pembersihan asam pada esofagus. Perokok juga telah
terbukti mengalami insiden gejala refluks yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang bukan perokok.69,70
Para peneliti telah mengidentifikasi hubungan langsung antara konsumsi
minuman beralkohol dan paparan asam dengan kejadian refluks. Minuman
beralkohol dari semua jenis merupakan penyebab langsung rasa dada terbakar.
Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar memiliki risiko yang sama, terlepas
dari apakah itu bir, anggur, atau alkohol. Anggur dan bir juga menyebabkan
refluks, walaupun dalam jumlah kecil. Studi endoskopi telah mengungkapkan
bahwa anggur putih dan bir memiliki efek yang serupa pada refluks esofagitis dan
tingkat pH abnormal. Anggur putih memiliki efek yang lebih tingi pada paparan
asam daripada anggur merah.71-74

Penurunan berat badan


Penurunan berat badan sangat penting untuk pasien yang menderita LPR
dan GERD dikarenakan prevalensi gejala-gejala penyakit tersebut terjadi pada
pasien obesitas. Para peneliti telah menunjukkan hubungan yang kuat antara
obesitas dan refluks asam75 dan indeks massa tubuh yang tinggi (BMI) secara
langsung terkait dengan refluks asam.76,77 Peningkatan berat badan dapat
memperburuk gejala refluks dan penurunan berat badan dapat memiliki efek
sebaliknya, sehingga pasien dapat mengurangi minum obat refluks.78,79

Olahraga
Pasien disarankan untuk berpartisipasi dalam sesi olahraga setidaknya 30
menit setiap hari sebagai pencegahan terhadap gejala refluks. Pasien yang kurang
aktif secara fisik lebih berisiko mengalami masalah refluks.80,81

Pengobatan
Supresi asam melalui proton pump inhibitor (PPI) adalah pengobatan
medis lini pertama pada LPR. Antagonis reseptor H2 (H2AT), agen prokinetik,
dan sitoprotektan mukosa (mis., Sucralfate) dapat memberikan manfaat tambahan
11,14,82
. Neuromodulator (misalnya, antidepresan trisiklik, gabapentin, dan
pregabalin) dapat menjadi pilihan untuk pasien dengan gejala yang tidak
berkurang dengan obat supresi asam terutama dalam kasus di mana sensitivitas
laring (neuropati) mempengaruhi gejala LPR.11,33,35,83 Pengobatan LPR umumnya
membutuhkan pendekatan agresif termasuk dosis tinggi PPI selama periode yang
lama (dua kali sehari selama 3-4 bulan) 10,12,14 Perhatikan bahwa efektivitas PPI
dalam pengobatan LPR masih kontroversial dan belum terbukti meyakinkan.84-88

Pembedahan
Pembedahan merupakan upaya terakhir dalam tatalaksana LPR.11,89,91
Pasien harus diingatkan bahwa respons gejala laring mereka terhadap pembedahan
tidak pasti. Pembedahan hanya boleh digunakan dalam kasus-kasus di mana
pasien merespons terapi PPI tetapi tidak mencapai pemulihan gejala LPR
sepenuhnya.

Pendekatan yang Disarankan untuk Penilaian Refluks


Belum ada pendekatan multidisiplin untuk penilaian dan manajemen
LPR.13 Masih sulit untuk membedakan antara gangguan refluks, seperti LPR dan
GERD karena gejalanya masih tumpang tindih. Terdapat beberapa kontroversi
tentang pemeriksaan endoskopi untuk pasien dengan gangguan refluks pada
kunjungan pertama mereka. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kami
mengembangkan algoritma yang ditunjukkan pada Gambar 2, dengan tujuan
memudahkan penilaian dan pengelolaan gangguan refluks, termasuk LPR dan
GERD.
Pasien dengan gejala yang menunjukkan komplikasi atau keganasan (mis.,
disfagia) memerlukan rujukan ke spesialis untuk pemeriksaan endoskopi. Nyeri
dada jarang merupakan indikasi gejala LPR; Oleh karena itu, penting untuk
membedakan antara nyeri dada jantung dan non jantung sebelum
mempertimbangkan LPR sebagai penyebab potensial. Rontgen thorax mungkin
diperlukan untuk mengecualikan kemungkinan gangguan paru-paru pada pasien
dengan gejala batuk kronis (2 minggu atau lebih). Suara serak dapat dikaitkan
dengan LPR tanpa komplikasi; Namun, suara serak yang bertahan selama lebih
dari 2 minggu kemungkinan mengalami komplikasi, seperti paralisis atau lesi
pada pita suara.Hal tersebut perlu rujukan ke ahli THT untuk pemeriksaan
laringoskopi.
Di fasilitas kesehatan primer, diagnosis berdasarkan pada gejala yang
berhubungan dengan LPR dan percobaan terapeutik yang mencakup perubahan
gaya hidup, modifikasi diet, dan penggunaan jangka pendek dari PPI. Jika gejala
yang berhubungan dengan LPR dapat diatasi dalam 2-4 minggu dari percobaan
terapeutik dengan menggunakan PPI atau H2AT, terapi titrasi pada dosis terendah
yang diperlukan selama 2-3 bulan. Pasien yang menunjukkan perbaikan gejala
yang sedikit memerlukan rejimen maintenance selama 2-3 bulan sebelum
memulai titrasi pengobatan farmakologis. Disarankan agar pasien dirujuk ke
spesialis jika uji coba terapi jangka pendek gagal.

Ringkasan dan Kesimpulan


LPR secara klinis berbeda dari GERD. LPR sangat umum terjadi pada
orang tua. Banyak metode yang memberikan informasi diagnostik yang berguna
tentang LPR, termasuk hasil endoskopi yang menunjukkan kerusakan mukosa,
demonstrasi kejadian refluks dengan impedansi multichannel dan studi
pemantauan pH, radiografi, manometri esofagus, spektrofotometri refluks
empedu, dan biopsi mukosa. Meskipun demikian, masih ada beberapa kontroversi
mengenai tindakan yang tepat dalam diagnosis LPR dan tidak ada pemeriksaan
yang dianggap dapat dipercaya secara penuh.
Gejala LPR dapat dikurangi atau dihilangkan dengan melakukan
perubahan dalam gaya hidup, seperti kebiasaan diet, perilaku, dan gaya hidup.
Pasien juga disarankan untuk menghindari makanan manis dan gorengan, berhenti
merokok dan minum alkohol, dan mengenakan pakaian longgar yang nyaman.
Mereka juga harus mencoba mengurangi beban stres dalam hidup dan mengurangi
berat badan mereka. Investigasi lebih lanjut pada penyebab lain gejala laring,
seperti alergi, sinusitis, atau gangguan paru harus dipertimbangkan untuk pasien
yang gagal berespons dengan pengobatan LPR.
Risiko kesalahan diagnosis berdasarkan riwayat rekam medis relatif kecil.
Ketika diagnosis tersebut dipertanyakan atau respons terapeutik terhadap PPI
tidak memuaskan, maka perlu melakukan rujukan ke spesialis untuk
mengonfirmasi diagnosis LPR.

Anda mungkin juga menyukai