Anda di halaman 1dari 4

DIAGNOSIS

LPRD memiliki karakteristik berupa inflamasi kronik pada laringofaring dan


dapat meluas hingga jaringan pada traktur respiratorius atas. Pasien dengan LPRD
memiliki keluhan nonspesifik seperti sensasi sulit menelan, batuk persisten, nyeri
ulu hati, suara serak.
Belafsky dkk. mengembangkan prosedur sederhana dan noninvasif untuk
menegakkan diagnosis LPRD dengan menggunakan Reflux Symptom Index (RSI)
dan Reflux Finding Score (RFS). RSI merupakan kuesionair sederhana yang
berdasarkan pada keluhan yang dikeluhkan pasien. Kuesionair ini berisi sembilan
butir pertanyaan berisi gejala dari LPRD seperti suara serak, berdehem (throat
clearing), sekret di belakang hidung (post nasal drips), kesulitan menelan, batuk
setelah makan/saat berbaring, batuk yang menganggu aktivitas, sensasi
mengganjal di tenggorokan, nyeri ulu hati, dan kesulitan bernapas. Untuk setiap
butir pertanyaan, diberi nilai 0 (tidak ada masalah) hingga 5 (masalah berat)
dengan skor maksimal adalah 45.
Dengan tabel RSI, skor penilaiannya seperti dibawah ini:
Reflux Symptom Index (RSI)
Dalam 1 bulan terakhir, apakah kamu menderita:
1 Suara serak/masalah pada suara 0 1 2 3 4 5
2 Sering mengeluarkan lendir 0 1 2 3 4 5
tenggorok/berdehem
3 Lendir berlebih ada area belakang 0 1 2 3 4 5
hidung
4 Kesulitan menelan 0 1 2 3 4 5
5 Batuk setelah makan/berbaring 0 1 2 3 4 5
6 Kesulitan bernapas 0 1 2 3 4 5
7 Batuk yang mengganggu 0 1 2 3 4 5
8 Rasa mengganjal di tenggorokan 0 1 2 3 4 5

9 Nyeri ulu hati, nyeri dada, 0 1 2 3 4 5


gangguan pencernaan
Skor penilaian:
0 : tidak ada keluhan
1 : ringan, keluhan biasa diabaikan 1x dalam 1 bulam
2 : sedang, keluhan tidak dapat diabaikan, 1x dalam 1 minggu
3 : berat, keluhan mempengaruhi gaya hidup, beberapa kali dalam 1
minggu
4 : sangat berat, keluhan sangat mempengaruhi gaya hidup, setiap hari
5 : keluhan yang sangat berat dan menetap sepanjang hari

RFS merupakan sistem skoring untuk menilai berat ringannya gambaran


klinis berdasarkan pemeriksaan laringoskopi. RFS berisikan8 butir pertanyaan
yang didasarkan pada penemuan objektif pada pasien suspect LPRD. Skor yang
didapat berkisar dari 0 (tidak ada penemuan abnormal) hingga 26 (skor terburuk).
Kelompok penderita LPRD adalah pasien dengan nilai RSI >13 dan RFS >7.
Dengan tabel RFS, skor penilaiannya seperti dibawah ini:
Keadaan Patologis Laring Skor Penilaian
Edema Subglotik/pseudosulcus vocalis 0 : tidak ada
2 : ada
Ventrikular obliterasi 2 : parsial
4 : komplit
Eritem/hiperemis 2 : hanya aritenoid
4 : difus
Edema pita suara 1 : ringan
2 : moderat
3 : berat
Edema laring difus 1 : ringan
2 : moderat
3 : berat
4 : obstruktif
Hipertrofi komisura posterior 1 : ringan
2 : moderat
3 : berat
4 : obstruktif
Granula/jaringan granulasi 0 : tidak ada
1 : ada
Mukus kental endolaring 0 : tidak ada
2 : ada
TOTAL

KLASIFIKASI
TATALAKSANA PADA DEWASA
Tujuan dari pengobatan LPR adalah meredakan gejala dan mempertahankan
agar efek refluks terkontrol melalui diet dan medikamentosa. Intervensi terapeutik
standard untuk LPRD adalah modifikasi gaya hidup, tatalaksana medikamentosa,
serta tatalaksana bedah. Modifikasi gaya hidup yang dimaksud termasuk adalah
mencapai berat badan ideal, menjaga diet dengan menghindari makanan dan
minuman yang memberikan pengaruh pada sfingter esofagus atau menyebabkan
distensi lambung seperti kafein, minuman berkarbonasi, makanan atau minuman
yang asam. Pasien juga disarankan untuk mengurangi konsumsi rokok karena
nikotin merangsang produksi asam lambung serta memicu transient lower
esophageal reflux. Disarankan pada pasien untuk mengurangi porsi makan namun
meningkatkan frekuensi makan dalam sehari menjadi 4-5x/hari.
Selain menjalani modifikasi gaya hidup, kombinasi dengan pemberian Proton
Pump Inhibitor (PPI) menjadi pilihan pengobatan dalam mengobati LPRD.
Mengingat perbedaan LPRD dan GERD sehingga pada pasien GERD untuk
mencapai keberhasilan terapi perlu diberikan dosis yang lebih tinggi dalam
periode waktu yang lebih lama. PPIs menghentikan produksi asam lambung
selama 12 hingga 17 jam sehingga pengobatan diberikan dalam 2 dosis perhari.
Pengobatan awal dilakukan selama 6 bulan. Gejala dapat membaik dalam kurun
waktu 4 hingga 6 minggu setelah pengobatan. Pemberian PPIs harus diberikan
dalam kondisi perut yang kosong, setengah jam sebelum makan. Pilihan PPIs
yang dapat diberikan pada pasien dewasa seperti Omeprazole 2x20mg/hari atau
Lanzoprazole 2x15mg/hari. Apabila gejala hilang maka dapat diduga gejala THT
disebabkan efek sekunder dari LPRD.
Pada beberapa pasien dapat diberikan terapi lini kedua yaitu H2-blockers
untuk membantu mengendalikan gejala yang muncul pada malam hari dengan
memblok reseptor histamin pada sel parietal sehingga sel parietal tidak dapat
dirangsang untuk mengeluarkan asam lambung. Contoh H2-blockers yang dapat
diberikan pada pasien dewasa adalah Ranitidine 2x150mg/hari.
Intervensi operatif merupakan pilihan terakhir terapi pada pasien LPRD yang
tidak berhasil diterapi menggunakan obat-obatan ataupun menolak megonsumsi
obat dalam jangka waktu lama. Nissen fundolipification merupakan standard
operasi pada pasien LPRD dan pada kebanyakan kasus dilakukan secara
laparoskopik.
Apabila LPRD tidak terdiagnosis atau mengalami kegagalan terapi dapat
terjadi komplikasi seperti edema pita suara, ulkus pita suara, pembentukan massa
di tenggorokan, perburukan asma, emfisema, dan bronkitis.

DAFTAR PUSTAKA
Belafsky PC, Postma GN, Koufman JA. Validity and reliability of the reflux
symptom index (RSI). J Voice 2016.
Hawkshaw MJ, Pebdani P,Sataloff RT. Reflux Laryngitis.Journal of Voice.
2015.
Kwang Sung C. Laryngopharingeal Reflux (LPR Protocol). Voice and
Swallowing Center. Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Stanford Medicine.
2016.
Pacheco-Galvan A, Hart SP,Morice AH. Relationship betweengastro-
oesophageal reflux andairway diseases: the airway reflux paradigm. Archivos de
bronconeumologia. 2015.

Anda mungkin juga menyukai