Anda di halaman 1dari 42

Analisa Kasus

CROUP
(Laringotrakeobronkitis Akut)
Oleh:
Ulfah Sectie Rahmadiani
1310070100 171

Pembimbing :
dr. Gustin S, Sp. A (K)
Anatomi saluran pernapasan
Definisi
Croup adalah terminologi umum yang mencakup suatu grup
penyakit hematogen yang mengenai laring, infra/subglotis, trakea dan
bronkus

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Cherry JD. Croup (laryngitis, laryngotracheitis, spasmodic croup, laryngotracheobronchitis, bacterial tracheitis, and
laryngotracheobronchopneumonitis). Dalam: Feigin RD, dkk., penyunting. Textbook of pediatric infectious disease.
Philadelphia: WB Saunder Co.; 2004. h. 252–65.
Karakteristik sindrom croup

Batuk
menggonggong

Obstruksi jalan
Suara serak
napas

Stridor inspirasi
Klasifikasi
• Berdasarkan beratnya gejala

1. Ringan : batuk menggonggong (jarang), tidak


terdengar stridor saat istirahat, retraksi ringan dinding
dada
2. Sedang : batuk menggonggong (sering), terdengar
stridor saat istirahat, retraksi suprasternal, tanpa atau
sedikit gejala distress pernapasan
3. Berat : batuk menggonggong lebih sering, stridor
inspirasi yang menonjol dan kadang disertai stridor
ekspirasi, retraksi dinding sternal yang jelas, distres
pernafasan dan agitasi
4. Resiko kegagalan pernapasan : batuk (kadang tidak
jelas), stridor, gangguan kesadaran dan letargi.
Epidemiologi
• Usia 6 bulan – 6 th >>  Puncak : 1-2 tahun

• Laki-laki > perempuan  3:2

• 15% kasus  riw.keluarga (+)

• Penyakit ini tetap dapat terjadi sepanjang tahun  musim


dingin / musim gugur
Etiologi
• Virus penyebab tersering (~ 60% kasus)
• Human Parainfluenza virus type 1 (HPIV-1), 2, 3, dan 4
• Virus Influenza A dan B
• Adenovirus
• Respiratory Syncytial virus (RSV)
• Virus campak

• Mycoplasma pneumonia

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Cherry JD. Croup (laryngitis, laryngotracheitis, spasmodic croup, laryngotracheobronchitis, bacterial tracheitis, and
laryngotracheobronchopneumonitis). Dalam: Feigin RD, dkk., penyunting. Textbook of pediatric infectious disease.
Philadelphia: WB Saunder Co.; 2004. h. 252–65.
Patogenesis
Infeksi virus dimulai dari nasofaring

Menyebar ke epitel trakea dan laring

Terjadi peradangan yang menyebabkan


terganggunya pita suara ( hal ini yang
menyebabkan suara serak / parau)

Karena edema, ketika udara masuk terjadi turbulensi


udam ( hal ini menyebabkan stridor) yang diikut dengan
retraksi dinding dada

Lama kelamaan pasien menjadi hipoksia

Pada keadaan berat bisa terjadi gagal nafas


Manifestasi klinis
Diawali dengan gejala ISPA ringan :
Demam ringan
Hidung berair
Nyeri telan 12-72 jam
Batuk ringan

Berkembang dan terjadi obstruksi epiglotis


 suara serak
 batuk menggonggong
 stridor inspirasi
Kondisi berat
Obstruksi
 Sesak nafas
Stridor inspiratorik
yang berat
retraksi

Gangguan jalan napas


berlanjut :
 Hipoksia
Tampak
gelisah/kesadaran
menurun
sianosis
Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Diagnosis
• Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan gejala klinis
yang timbul. Pada pemeriksaan fisik ditemukan suara
serak, hidung berair, peradangan faring, dan frekuensi
napas yang sedikit meningkat. Kondisi pasien bervariasi
sesuai dengan derajat stres pernapasan yang diderita.
• Pemeriksaan langsung area laring pada pasien croup
tidak terlalu diperlukan. Akan tetapi, bila diduga
terdapat epiglotitis (serangan akut, gawat
napas/respiratory distress, disfagia, drooling), maka
pemeriksaan tersebut sangat diperlukan.

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Skor westley kriteria Nilai
Stridor inspirasi
Tidak ada 0
Setelah agitasi 1
Saat istirahat 2
Retraksi
Tidak ada 0
Ringan 1
Sedang 2
Berat 3
Jalan napas
Normal 0
Turun 1
Amat terbatas 2
Sianosis
Tidak ada 0
Saat agitasi 4
Saat istirahat 5
Kesadaran
Normal 0
Penurunan kesadaran 5
Interpretasi skor westley

<4 = croup ringan


4 – 6 = croup sedang
>6 = croup berat
Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu membantu
dalam menegakkan diagnosis
• Peningkatan leukosit >20.000/mm yang di dominasi oleh
PMN kemungkinan telah terjadi superinfeksi
3

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Cherry JD. Croup (laryngitis, laryngotracheitis, spasmodic croup, laryngotracheobronchitis, bacterial tracheitis, and
laryngotracheobronchopneumonitis). Dalam: Feigin RD, dkk., penyunting. Textbook of pediatric infectious disease.
Philadelphia: WB Saunder Co.; 2004. h. 252–65.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologis leher posisi postero-anterior ditemukan gambaran
udara seperti menara menunjukkan adanya penyempitan kolumna
subglotis
Prinsip tatalaksana

Atasi Lunakkan Lancarkan


edema sekret airway
Terapi inhalasi
Epinefrin
Nebulisaasi epinefrin cukup efektif dalam
meringankan dan mengatasi sindrom croup
Menurunkan permeabilitas vaskular epitel bronkus
dan trakea
Memperbaiki edema mukosa laring
Meningkatkan laju udara pernapasan

• Dapat diberikan pada :


• sindrom croup sedang – berat
• membutuhkan intubasi
• Tidak mengalami perbaikan setalah terapi uap

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Epinefin
• Racemic epinephrine
• dosis 0.5 ml
• Diberikan melalui nebulizer selama 20 menit
• Pilihan utama, efek terapi lebih besar dan mempunyai efek
minimal terhadap kardiovaskular

• L-epinephrine
• Dosis 5 ml
• Diberikan melalui nebulizer, dengan efek terapi dalam 2 jam

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Kortikosteroid

• Mengurangi edema pada mukosa laring


• Deksamethasone 0,6 mg/kgbb/24 jam (iv/im/po)
• Prednisone / prednisolone 1-2 mg/kgbb (po/iv)
• Nebulisasi budesonide 2-4 mg (~ 2 ml), dapat diulang 12-48 jam

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Terapi oksigen helium (heliox)
• Bersifat inert, tidak beracun dan mempunyai
densitas-viskositas yang rendah
• Oksigen – helium : meningkatkan oksigenasi darah
• Memberikan rasa nyaman dan tenang, sehingga
banyak sentra kesehatan yang mengandalkan
terapi ini.
• Membantu mengurangi obstruksi jalan napas,

• Meningkatkan aliran gas, turbulensi menjadi laminar


• Mengurangi kerja otot-otot respiratori

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
5.
Intubasi endotrakeal
• Jarang dilakukan kecuali pada kasus croup berat
• Intubasi hanya digunakan hingga edema dan
spasme berkurang
• Indikasi :

• Hiperkarbia, tampak lelah -> ancaman gagal napas


• Takikardi >150x/menit dan semakin naik terus menerus
• Takipneu, sianosis, letargi, penurunan kesadaran

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
Prognosis
• umumnya penyebab sindrom croup adalah virus,
self-limiting
• Gejalanya dapat berlangsung dalam 7 hari, tetapi
puncaknya pada hari kedua dari perjalanan
penyakit

Dubia et bonam
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Umur : 1 tahun
jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ampang Kualo
No MR : 180685
Tanggal masuk : 29 April 2019
ANAMNESIS
Dilakukan Alloanamnesis kepada orang tua pasien pada tanggal 29 april
2019 di bangsal anak RSUD M.Natsir Solok.

Keluhan utama :
Sesak nafas sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
 Sesak nafas sejak 1 hari SMRS, sesak nafas tidak menciut, sesak nafas tidak
dipengaruhi cuaca dan makanan
 Batuk menggonggong sejak 1 hari SMRS, batuk hilang timbul, batuk tidak terus
menerus, batuk hanya muncul sesekali, Batuk disertai dengan suara saat menarik
nafas, batuk tidak berdahak, semakin larut malam batuk semakin hebat ,Selama
serangan muka merah(-), mata menonjol(-), lidah menjulur(-), muntah (-)
 Stridor sejak 1 hari SMRS, keluhan ini hanya muncul pada malam hari saja, tetapi
akhir-akhir ini keluhan semakin meningkat.
 Suara serak sejak 1 hari SMRS, volume suara terdengar kecil.
 Demam 2 hari yang lalu SMRS, demam dirasakan hilang timbul, demam tidak
disertai dengan menggigil dan berkeringat
 Mual ( -), Muntah (-)
 Nafsu makan menurun sejak demam
 Bab dan BAK normal
• RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
Tidak ada riwayat penyakit yang sama

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :


• Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama sebelumnya

RIWAYAT KEHAMILAN & PERSALINAN :


• lahir spontan pervaginam, cukup bulan, BBL 3200 gram
• Riwayat imunisasi dasar lengkap
• Riwayat pertumbuhan dan perkembangan dalam batas normal
• Higiene dan sanitasi lingkungan baik
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Composmentis Cooperatif
Keadaan umum Sakit Sedang
Tekanan Darah -

Pernafasan 58 x/menit
Suhu 37,3 °C
Panjang badan 76 cm
Berat badan 10 kg
Keadaan gizi Gizi baik
Sianosis Tidak ada
Edema Tidak ada
Anemis Tidak ada
Ikterik Tidak ada
Kulit Teraba hangat,
KGB Tidak teraba pembesaran KGB
Kepala Normocephal

Rambut Hitam, tidak mudah rontok


Mata Pupil isokor, diameter 2mm/2mm, reflek cahaya +/+
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Telinga Tidak ditemukan kelainan

Hidung Tidak ditemukan kelainan

Tenggorokan Tonsil T1-T1 tidak hiperemis


Faring tidak hiperemis
Gigi dan Mulut Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-),

Leher Pembesaran KGB (-)


Pulmo I :pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
P : Fremitus taktil kiri=kanan sama
P : sonor dikedua lapangan paru
A : Vesikuler, rhonki (-), wheezing (+), stridor (+)
Cor I : Ictus Cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba
P : tidak dilakukan
A : Irama murni reguler, bising tidak ada
Abdomen I : perut tak tampak buncit distensi tidak ada, sikatrik tidak ada
P : supel, nyeri tekan (-) hepar dan lien tidak membesar
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Punggung Tidak di temukan kelainan
Alat kelamin Laki laki, tidak tampak kelainan

Anus Colok dubur tidak dilakukan


Extremitas Akral hangat, edema (-)
CRT < 2 detik
Skor westley kriteria Nilai
Stridor inspirasi
Tidak ada 0
Setelah agitasi 1
Saat istirahat 2
Retraksi
Tidak ada 0
Ringan 1
Sedang 2
Berat 3
Jalan napas
Normal 0
Turun 1
Amat terbatas 2
Sianosis
Tidak ada 0
Saat agitasi 4
Saat istirahat 5
Kesadaran
Normal 0
Penurunan kesadaran 5
• Skor westley : 6
DIAGNOSIS KERJA

Croup derajat berat


LABORATORIUM
Hb : 10,8 gr/dl
Ht : 34,7 %
Leukosit : 16.900 /mm³
Trombosit : 343.000/mm³
PENATALAKSANAAN
-IVFD KAEN 3B 1000cc → 41 cc/ jam
-O2 2 liter/menit
-Nebulizer combivent ½ R
-Inj. Dexametason 3x5 mg (iv)
-Paracetamol infus 3x 100 mg (iv)
ANALISA KASUS
 Kasus anak laki-laki umur 1 tahun didiagnosa croup derajat sedang pada anamnesis ditemukan sesak
nafa, batuk menggonggong, suara serak, demam dan ditemukan stridor pada malam hari

Berdasarkan teori pada karakteristik sindrom croup ditemukan obstruksi jalan nafas, batuk
menggonggong, suara serak, stridor inspirasi. pada klasifikasi croup derajat sedang ditemukan batuk
menggonggong (sering), terdengar stridor saat istirahat, retraksi suprasternal, tanpa atau sedikit gejala
distress pernapasan.

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.
 Pada pemeriksaan fisik menurut skor westley ditemukan stridor saat istirahat skor 2 ,Retraksi
sedang skor 2, kemudian ditemukan jalan nafas amat terbatas skor 2, jadi jumlah skornya 4.

Berdasarkan teori, skor westley pada croup derajat sedang interpretasinya >6
 Pada penatalaksanaan pada pasien ini diberikan O2, nebulizer combivent biasanya digunankan
pada kasus yang mengenai bronkus sebagai bronkodilator. seharusnya pada kasus ini diberikan
epinefrin, inj Dexametason

Berdasarkan teori, buku ajar respirologi anak pemberian O2 membantu mengurangi obstruksi
jalan nafas, nebulisasi epinefrin cukup efektif dalam meringankan dan mengatasi sindrom
croup menurunkan permeabelitas vaskuler epitel bronkus dan trakea, pemberian
kortikosteroid mengurangi edema pada mukosa faring

Buku ajar respirologi anak edisi pertama. Ikatan dokter anak Indonesia. 2008.

Anda mungkin juga menyukai