Laryngopharyngeal Reflux
I PENDAHULUAN
II TINJAUAN PUSTAKA
III PENUTUP
PENDAHULUAN
Refluks berasal dari bahasa latin yaitu “re” yang bermakna balik atau
01 kembali dan “fluere” yang artinya mengalir, sehingga refluks diartikan
sebagai aliran balik.
Laryngopharyngeal reflux (LPR) adalah suatu keadaan adanya refluks atau
aliran retrograde asam lambung ke ruang laringofaring.
“ Laringofaringeal refluks (LPR) adalah suatu keadaan adanya refluks atau aliran
retrograde asam lambung ke ruang laringofaring, di mana laringofaring merupakan
bagian yang berdekatan dengan jaringan di traktus aerodigestive atas.
“
Cedera laring dan jaringan sekitar akibat trauma langsung oleh cairan refluks yang mengandung asam
dan pepsin. Cairan asam dan pepsin merupakan zat berbahaya bagi laring dan jaringan sekitarnya.
Asam lambung pada bagian distal esofagus akan merangsang reflex vagal sehingga akan mengakibatkan
bronkokonstriksi, gerakan mendehem (throat clearing) dan batuk kronis. Lama kelamaan akan
menyebabkan lesi pada mukosa. Mekanisme keduanya akan menyebabkan perubahan patologis pada
kondisi laring.
DIAGNOSIS - Anamnesis
DIAGNOSIS – Pemeriksaan Fisik
DIAGNOSIS – Pemeriksaan
Penunjang
TERAPI
Tujuan dari terapi pada pasien LPR adalah untuk menghilangkan gejala, menyembuhkan lesi mukosa,
mencegah komplikasi dan mempertahankan remisi gejala.
Karena perubahan perilaku (diet dan gaya hidup) dan obat penekan asam lambung dianggap aman dan
mungkin efektif, banyak merekomendasikan pengobatan empiris selama 3 bulan dan kemudian
mengevaluasi kembali respons pengobatan sebelum pengujian objektif digunakan.
NON FARMAKOLOGI
Mengurangi atau menghindari
Menurunkan berat badan pemakaian obat tertentu
Obat-obatan seperti antikolinergik,
Diet dan penurunan berat badan akan
sedative, antidepresan trisiklik, tablet
menurunkan tekanan intraabdomen,
potassium, zat besi sulfat dan obat
distensi lambung, dan relaksasi lower
antiinflamasi non steroid dapat
esophageal sphincter (LES).
menurunkan tekanan LES sehingga memicu
refluks, sehingga harus dihindari jika
memungkinkan.
Agen prokinetik seperti metoclopramide dan cisapride digunakan pada pasien refluks
yang memiliki gejala dyspepsia seperti mual, muntah, dan perut kembung. Obat-obat
ini dapat meningkatkan tekanan sfingter esofagus bawah/LES dan mempercepat
pembersihan asam esophagus dan pengosongan lambung.
Sucralfat
Sucralfat adalah zat yang bekerja secara lokal dan bereaksi dengan HCL untuk
membentuk suatu material yang bekerja sebagai buffer asam hingga 8 jam. Zat ini
menempel pada protein pada permukaan ulkus, seperti albumin dan fibrinogen,
untuk membentuk kompleks yang stabil dan tidak larut, menciptakan penghalang
terhadap refluks lambung.
FARMAKOLOGI
Antagonis reseptor H2 (H2 receptor blocker)
Bedah rekonstitusi fisik dan fungsional dari gastroesophageal (GE) junction dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik. Dalam prosedur fundoplication,
sebagian lambung dibungkus di sekitar esophagus distal dalam upaya untuk
mengurangi refluks melalui GE junction dengan meningkatkan kompetensi LES.
Dapat dilakukan dengan teknik fundoplication lengkap (360 derajat) yaitu prosedur
Nissen atau Rosetti ataupun dengan teknik fundoplication parsial (misalnya 270
derajat) yaitu prosedur Toupet atau Bore.
PROGNOSIS
Angka keberhasilan terapi cukup tinggi bahkan sampai 90% dengan catatan terapi harus diikuti dengan
Dari salah satu kepustakaan menyebutkan angka keberhasilan pada pasien dengan laryngitis posterior berat
Sedangkan prognosis keberhasilan dengan menggunakan Lansoprazole 30 mg, 2 kali sehari, selama 8 minggu
batuk di malam hari, penyakit gigi dan keganasan laring. Salah satu komplikasi yang patut diwaspadai dan
mengancam nyawa adalah stenosis laring. Riwayat LPR ditemukan pada 75% pasien stenosis laring dan
trakea.
KESIMPULAN
• Laryngopharyngeal reflux (LPR) adalah suatu keadaan adanya refluks atau aliran retrograde asam lambung ke ruang
laringofaring.
• Diagnosis LPR dapat dicurigai berdasarkan gejala klinis yang dapat dihitung skornya menggunakan Reflux Symptoms
Index (RSI) dan pemeriksaan laring menggunakan Reflux Finding Score (RFS). Didapatkan kecurigan LPR apabila skor RSI
≥13 dan skor RFS ≥7.
• Ambulatory 24 hours double probe pH monitoring dianggap merupakan baku emas dalam mendiagnosis LPR.
Pemeriksaan ini cukup sensitif dalam mendiagnosis refluks karena pemeriksaan ini dapat membedakan adanya refluks
asam pada sfingter esofagus atas dengan dibawah sehingga dapat menentukan adanya LPR atau GERD. Kelemahan
pemeriksaan ini adalah mahal, invasif dan tidak nyaman dan dapat ditemukan hasil negative palsu sekitar 20%.
• Penatalaksanaan LPR meliputi perubahan gaya hidup dengan modifikasi diet, medikamentosa dengan obat-obatan anti
refluks, serta secara bedah dengan operasi funduplikasi.
TERIMA KASIH