Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KASUS LAMBUNG (GERD)

Fahmi Nur Furqon


( C1021056)

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
A. Definisi
Gastroesophageal reflux disease atau GERD adalah istilah yang digunakan untu
k menggambarkan suatu simtom atau perubahan mukosa yang diakibatkan oleh gangg
uan sistem saluran pencernaan, di mana asam lambung naik ke kerongkongan (esofag
us).
Sebuah penyakit pencernaan yang mana asam lambung atau empedu mengiritasi l
apisan dalam saluran makanan.
Ini adalah penyakit kronis yang terjadi saat asam lambung atau empedu menga
lir ke saluran makanan dan mengiritasi dinding dalamnya. Refluks asam dan heartbur
n (asam lambung naik) lebih dari dua kali seminggu dapat mengindikasikan GERD.
Gejalanya meliputi nyeri panas di dada yang biasanya terjadi setelah makan da
n memburuk ketika berbaring.
Bantuan dari perubahan gaya hidup dan obat yang tersedia bebas biasanya ber
sifat sementara. Obat yang lebih kuat mungkin diperlukan.
B. Etiologi
1. Menurunnya tonus LES (lower esophageal spinchter).
2. Bersihan asam dari lumen esophagus menurun.
3. Ketahanan epitel esophagus menurun.
4. Bahan refluksat mengenai dinding esophagus yaitu : PH<2, adanya pepsin,
garam empedu, HCl.
5. Kelainan pada lambung (delayed gastric emptying).
6. Infeksi H. pylori dengan corpus predominan gastritis.
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas visceral.
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuatrefluks,
tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
9. Mengonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat,
alkohol,merokok tembakau, dan obat-obatan yang bertentangan dengan fungsi
esophageal sphincter bagian bawahtermasuk apa yang memiliki efek
antikolinergik (seperti berbagaiantihistamin dan beberapa antihistamin),
penghambat saluran kalsium, progesteron, dan nitrat.
10. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuatrefluks,
tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.
11. Kelainan antomi, seperti penyempitan kerongkongan.
C. Patofisiologi
Pada Gastroesophageal reflux disease atau GERD melibatkan
paparan asam pada esofagus akibat relaksasi sfingter esofagus transien
(TLESR), resistensi epitel, serta sensitivitas viseral.
TLESR adalah momen singkat dari penghambatan tonus sfingter e
sofagus bagian bawah yang tidak tergantung pada proses menelan. Sebet
ulnya TLESR bersifat fisiologis, tetapi ada peningkatan frekuensi pada fa
se postprandial dan hal ini berkontribusi besar terhadap refluks asam pad
a pasien dengan GERD. Faktor lain yang berpengaruh pada timbulnya G
ERD mencakup penurunan tekanan sfingter esofagus bagian bawah (LE
S), adanya hernia hiatus, gangguan pembersihan esofagus, dan pengoson
gan lambung yang tertunda.
Penurunan Fungsi Barier Antirefluks
Barier antirefluks adalah suatu zona anatomis bertekanan tinggi y
ang dibentuk oleh sfingter esofagus bagian bawah (LES) dan krural diafr
agma. Fungsi barier dipertahankan oleh katup gastroesofageal dan diduku
ng oleh ligamen frenoesofageal serta serabut otot menyilang pada kardia l
ambung. Perbedaan tekanan antara esofagus dengan cavitas lambung me
njadi faktor penting untuk mencegah refluks.
Transient Lower Esophageal Sphingter Relaxation (TLESR)
Saat ini diyakini bahwa transient lower esophageal sphincter relax
ation (TLESR) merupakan mekanisme utama terjadinya GERD. Mekanis
me ini diperantarai oleh nervus vagus dan dipengaruhi oleh adanya disten
si lambung bagian proksimal, makanan, atau gas yang memicu aktivasi m
ekanoreseptor yang berdekatan dengan kardia lambung.
Saat terjadi distensi lambung, serabut aferen nervus vagus di sekit
ar esophagogastric junction (EGJ) teraktivasi, kemudian impuls saraf ditr
ansmisikan menuju nukleus traktus solitarius. Hal ini selanjutnya memicu
transmisi sinyal antara nukleus traktus solitarius dan nukleus motorik dor
sal nervus vagus. Akibatnya, impuls saraf ditransmisikan di sepanjang ser
abut eferen nervus vagus menuju LES dan krural diafragma menghasilka
n relaksasi LES, pemendekan esofagus, dan penurunan tekanan krural dia
fragma.
Hernia Hiatus
Hernia hiatus adalah migrasi proksimal LES yang berkaitan denga
n krural diafragma yang utamanya terjadi karena melemahnya atau ruptur
ligamen frenoesofageal. Hernia hiatus menyebabkan gangguan secara ana
tomi dan fisiologi barier antirefluks melalui beberapa mekanisme, yaitu
mengurangi panjang dan tekanan LES, mengganggu augmentasi krural di
afragma yang berhubungan dengan penurunan peristaltik esofagus, menin
gkatkan luas penampang EGJ, serta bertindak sebagai reservoir yang me
mungkinkan refluks dari kantung hernia ke esofagus saat menelan.
Terganggunya Fungsi Klirens Esofagus
Proses klirens bolus dan asam di dalam esofagus dilakukan secara
mekanik oleh gerakan peristaltik dan secara kimia oleh pH alkali dari sali
va yang ikut tertelan. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa memanjan
gnya proses klirens esofagus disebabkan oleh 2 hal utama, yaitu ganggua
n pengosongan esofagus karena disfungsi peristaltik dan gangguan pada f
ungsi saliva.
Gangguan Pengosongan Esofagus
Gerakan peristaltik primer esofagus dalam keadaan normal dipicu
oleh proses menelan. Kontraksi peristaltik esofagus dapat secara efektif
membersihkan muatan asam dari isi lambung atau duodenum yang meng
alir kembali ke dalam esofagus. Selain itu, pengosongan esofagus bagian
distal juga dibantu oleh peristaltik sekunder, yaitu gerakan peristaltik yan
g tidak dipicu oleh proses menelan malainkan diperantarai oleh stimulus
mekanoreseptor yang berespon terhadap distensi dinding esofagus bagian
distal.
Gangguan Fungsi Saliva
Saliva berperan dalam proses klirens esofagus melalui netralisasi
asam. Saliva mengandung bikarbonat yang akan menetralisasi asam dan
growth factor seperti epidermal growth factor yang mendukung perbaika
n dan pertahanan mukosa. Sekresi saliva diaktivasi oleh suatu refleks spe
sifik esofagosaliva. Keberadaan asam dalam esofagus akan memicu kem
oreseptor esofagus untuk menstimulasi kelenjar saliva.
D. Pathway

E. Manifestasi klinis
Menurut Prof.Ari. manifestasi klinis gerd adalah:
1. Dispepsia (nyeri ulu hati)
2. Meteorismus (kembung)
3. Nausea (mual)
4. Vomitus (muntah)
Selain hal-hal tersebut, gejala lain adalah:
1. Rasa pahit di mulut
2. Karies pada gigi
3. Batuk kronis
4. Sakit tenggorokan dan suara serak
5. Regurtasi (makanan kembali ke mulut dari trnggorokan)
6. Kesulitan menelan
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan Endoskopi Esophagus dan Lambung
Pemeriksaan endoskopi esophagus dan lambung meliputi: tindakan
pemeriksaan bagian dalam tubuh dengan penggunaan endoskop. Tujuannya
untuk memeriksa saluran pencernaan bagian atas. Tabung endoskop nantinya
masuk ke dalam mulut hingga kerongkongan, lalu ke perut dan duodenum.
b. Pemeriksaan Rontgen Saluran Cerna atas disertai Menelan Barium
Pemeriksaan rontgen saluran cerna atas disertai menelan barium meliputi:
pemeriksaan rontgen khusus untuk mengetahui kondisi saluran pencernaan atas.
Saluran ini terdiri atas mulut, faring (bagian belakang tenggorokan),
kerongkongan, lambung, dan duodenum (bagian pertama dari usus halus)
c. Pemeriksaan Manometer Esophagus atau Monitor pH
Pemeriksaan manometer esophagus atau monitor pH meliputi: tes yang
memeriksa koordinasi gerakan otot (motilitas) esofagus. Tes ini menggunakan
tabung sempit, fleksibel, dan peka terhadap tekanan yang disebut kateter .
Kateter mengukur tekanan yang diciptakan oleh otot-otot di kerongkongan dan
katup di bagian atas dan bawah kerongkongan. Katup ini, yang disebut sfingter
esofagus atas dan bawah, mengontrol cara makanan masuk dan keluar dari
esofagus.
G. Penatalaksanaan
Menurut Putra, I. W. A., & Berawi (2015) penatalaksanaan diabetes me
litus dikenal dengan 4 pilar penting dalam mengontrol perjalanan penyakit d
an komplikasi. Empat pilar tersebut adalah:
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan adalah pahami perjalanan penyakitnya,
pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi dan resikonya, pentin
gnya intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, bagaimana men
angani hipoglikemia, kebutuhan latihan fisik teratur, dan metode me
nggunakan fasilitas kesehatan. Mendidik pasien bertujuan agar pasie
n bisa mengontrol gula darah dan kurangi komplikasi serta meningka
tkan keterampilan perawatan diri sendirian. Diabetes tipe 2 biasanya
terjadi pada saat gaya hidup dan perilaku terbentuk kuat. Petugas kes
ehatan mendampingi pasien dan memberikan pendidikan dalam upay
a meningkatkan motivasi dan perubahan perilaku. Tujuan jangka pan
jang yang ingin dicapai dengan memberikan edukasi antara lain: Pe
nderita diabetes bisa hidup lebih lama dalam kebahagiaan karena kua
litas hidup sudah menjadi kebutuhan seseorang, membantu penderita
diabetes bisa merawat diri sendiri sehingga kemungkinan komplikasi
dapat dikurangi, kselain itu jumlah hari sakit bisa ditekan, meningkat
kan perkembangan penderita diabetes, sehingga bisa berfungsi norm
al dan manfaatkan sebaik-baiknya.
2. Terapi nutrisi
Perencanaan makan yang bagus merupakan bagian penting dari
manajemen diabetes yang komprehensif. Diet keseimbangan akan
mengurangi beban kerja insulin dengan meniadakan pekerjaan
insulin dalam mengubah gula menjadi glikogen. Keberhasilan terapi
ini melibatkan dokter, perawat, ahli gizi, pasien itu sendiri dan
keluarganya. Intervensi nutrisi bertujuan untuk menurunkan berat
badan dan memperbaiki gula darah dan lipid darah pada pasien
diabetes yang kegemukan dan menderita morbiditas. Penderita
diabetes dan kegemukan akan memiliki resiko yang lebih tinggi
daripada mereka yang hanya kegemukan.
3. Aktifitas fisik
Kegiatan fisik setiap hari latihan fisik teratur (3-4 kali seminggu
sekitar 30 menit), adalah salah satu pilar pengelolaan DMT2.
Aktivitas sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar, naik turun
tangga, dan berkebun tetap harus dilakukan untuk menjaga
kesehatan, menurunkan berat badan, dan memperbaiki sensitivitas
insulin. Latihan fisik dianjurkan yaitu berupa senam aerobik seperti
jalan kaki, bersepeda, jogging, dan berenang, sebaiknya latihan fisik
disesuaikan dengan umur dan status kesegaran. Bagi mereka yang
relatif sehat, dapat meningkatkan intensitas latihan fisik, dan mereka
yang mengalami komplikasi diabetes dapat dikurangi.
4. Farmakologi
Terapi farmakologis diberikan bersamaan dengan diet dan latihan fisi
k (gaya hidup sehat). Pengobatan termasuk dari obat-obatan oral dan
suntikan. Obat hipoglikemik oral berdasarkan cara kerjanya, OHO di
bagi menjadi 5 golongan: Memicu sekresi insulin sulfonylurea dan gl
inid, peningkatan metformin insulin dan thiazolidinone, penghambat
glukoneogenesis, penghambat penyerapan glukosa: penghambat gluk
osidase, penghambat alfa.DPP-IV inhibitor pertumbuhan dan status g
izi, usia, stres akut dan latihan fisik untuk mencapai dan mempertaha
nkan berat badan yang ideal. Total kalori yang dibutuhkan dihitung b
erdasarkan berat tubuh ideal dikalikan dengan kebutuhan kalori dasar
(30 Kkal/kg BB untuk laki-laki dan 25 Kkal/kg BB untuk wanita). L
alu tambahkan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas (10-30% atlet
dan pekerja berat bisa lebih banyak lagi, sesuai dengan kalori yang d
ikeluarkan). Makanan berkalori berisi tiga makanan utama pagi (20
%), sore (30%) dan malam (25%) dan 2-3 porsi (makanan ringan
10-15%).

H. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap proses kehidupan maupun masalah Kesehatan. Aktual
maupun atau potensial dan kemungkinan yang membutuhkan tindakan keperawatan
untuk memecahkan masalah tersebut.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien gangrene kaki diabetin adalah
sebagai berikut:
1. Ganguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan iskemik jaringan.
Tujuan : rasa nyeri hilang/berkurang
Kriteria hasil :
1.Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang/hilang.
2. Penderita dapat melakukan metode atau tindakan untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri.
3. Pergerakan penderita bertambah luas.
4. Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal.( S : 36 – 37,5 0C,
N: 60 – 80 x /menit, T : 100 – 130 mmHg, RR : 18 – 20 x /menit ).
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.
Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang terjadi akan
mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan.
c. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan
memperberat rasa nyeri.
d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
e. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.
Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan
pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.
f. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat luka.
Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan pengeluaran
pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang dapat memberikan rasa
nyaman.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi nyeri
pasien.

2. Potensial terjadinya penyebaran infeksi (Diabetes) b.d tinggi kadar gula darah.
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi (Diabetes).
Kriteria Hasil :
1. Tanda-tanda infeksi tidak ada.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal ( S : 36 – 37,5 0C )
3. Keadaan luka baik dan kadar gula darah normal.
Rencana tindakan :
1. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.
Rasional : Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda penyebaran infeksi dap
at membantu menentukan tindakan selanjutnya.
2. Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri s
elama perawatan.
Rasional : Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk menc
egah infeksi kuman.
3. Lakukan perawatan luka secara aseptic.
4. Rasional : untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.
5. Anjurkan pada pasien agar menaati diet, latihan fisik, pengobatan yang ditet
apkan.
6. Rasional : Diet yang tepat, latihan fisik yang cukup dapat meningkatkan day
a tahan tubuh, pengobatan yang tepat, mempercepat penyembuhan sehingga
memperkecil kemungkinan terjadi penyebaran infeksi.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika dan insulin.
Rasional : Antibiotika dapat menbunuh kuman, pemberian insulin akan men
urunkan kadar gula dalam darah sehingga proses penyembuhan.

3. Ganguan integritas jaringan b,d gangren pada ekstrimitas.


Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
Rencana tindakan :
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan aka
n membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik me
nggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pa
da luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
3. Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi l
uka dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, s
isa balutan jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pu
s untuk mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan,
pemeriksaan kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.
Daftar Pustaka
Febrinasari, R. P., Maret, U. S., Sholikah, T. A., Maret, U. S., Pakha, D. N., Maret, U. S.,
Putra, S. E., & Maret, U. S. (2020). Buku saku diabetes melitus untuk awam.
IDF. (2020. Prevalensi of Diabetes Mellitus. https://idf.org/aboutdiabetes/what-is-
diabetes.html.
Adri, K., Arsin, A., & Thaha, R. M. (2020). Faktor Risiko Kasus Diabetes Mellitus Tipe 2
Dengan Ulkus Diabetik Di Rsud Kabupaten Sidrap. Jurnal Kesehatan Masyarakat Ma
ritim, 3.
Amanda, S., Rosidin, U., & Permana, R. H. (2020). Pengaruh pendidikan kesehatan sena
m diabetes melitus terhadap pengetahuan kader kesehatan. Media Karya Kesehatan, 3.
Arrum, Figustria Dewi Mentar. (2020). Penerapan Edukasi Perawatan Kaki Diabetes Meli
tus pada Keluarga dengan Penderita Diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Ga
mping I. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Barus, R. H., Nababan, D., & Tarigan, F. L. (2020). Pengaruh Konseling Dengan Media L
embar Balik Dan Brosur Terhadap Pengetahuan Tentang Gaya Hidup Pada Pasien Dm
Tipe 2 Di Poli Rawat Jalan Rsud Deli Serdang. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedok
teran Dan Ilmu Kesehatan, 3(2), 259-266.
Dewi, Ariska Kurnia. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Tn.K Dengan Diabetes Melitus
Di Rsud Panembahan Senopati Bantul. Diploma thesis, Poltekkes Kemenkes Yogyaka
rta
Feriadi, A., Purwanti, E., & Novyriana, E. (2020). Gambaran tingkat penerapan prinsip eti
k keperawatan di Ruang Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Go
mbong. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 16(1). Link: http://ejournal.unimugo.a
c.id/JIKK/article/view/426/216

Anda mungkin juga menyukai