OLEH
NPM : 12114201180156
KELAS : C
SEMESTER : IV
ANGKATAN : 2018
FAKULTAS KESEHATAN
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa selalu saya panjatkan kepada Tuhan YME yang
telah memberikan limpahan berkat saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini di buat guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah yang membahas tentang “Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik dan
BPH ”. Makalah ini saya buat dengan segala kemampuan saya dan semaksimal
mungkin. Namun, saya menyadiri bahwa dalam pembuatan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
saya sebagai pembuat makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang
membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
yang saya harapkan sebagai bahan koreksi untuk saya.
Penulis
Elisabeth Tahapary
2
DAFTAR ISI
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II...........................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
BAB I 3
PENDAHULUAN.................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................3
1.2 Tujuan......................................................................................................5
1.3 Manfaat....................................................................................................5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................6
2.1. Tinjauan Teori Patofisologi Gagal Ginjal Kronik...................................6
2.2. Tnjauan Teori Tentang Etioligi Gagal Ginjal Kronik.............................8
2.3. Tinjauan Teori Tentang Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik.......................9
2.4. Tinjauan Teori Tentang Manifestasi Klinis Pada Gagal Ginjal Kronik..10
2.5. Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Gagal Ginjal Kronik.........11
2.6. Tinjauan Teori Tentang Komplikasi Pada Gagal Ginjal Kronik.............11
2.7. Tinjauan Teori Pentalaksanaan Gagal Ginjal Kronik.............................12
2.8. Tinjauan Teori Pemeriksaan Penunjang Gagal Ginjal Kronik................13
2.9. Tinjauan Teori Tentang Farmakologi Gagal Ginjal Kronik....................14
2.10.
Tinjauan Teori Tentang Terapi Diet Pada Gagal Ginjal Kronik.............16
2.11.
Asuhan Keperawatan Pada Gagal Ginjal Kronik....................................17
1. TINJAUAN KASUS 17
ANALISA DATA..........................................................................................21
RENCANA KEPERAWATAN.....................................................................22
EVALUASI....................................................................................................25
2.12.
Tinjauan Teori Tentang Patofisiologi BPH.............................................26
2.13.
Tinjauan Teori Tentang Etioligi BPH.....................................................29
3
2.14.
Tinjauan Teori Tentang Klasifikasi BPH................................................30
2.15.
Tinjauan Teori Tentang Manifestasi Klinis............................................30
2.16.
Faktor faktor yang Berhubungan Dengan BPH......................................32
2.17.
Tinjauan Teori Komplikasi BPH.............................................................32
2.18.
Tinjauan Teori Tentang pentalaksanaan.................................................33
2.19.
Tinjauan Teori Tenang Farmakologi BPH..............................................37
2.20.
Tinjauan Teori Tentang Terapi Diet Pada BPH......................................38
2.21.
Asuhan Keperawatan Pada BPH.............................................................40
Asuhan Keperawatan Pada BPH....................................................................40
BAB III 69
PENUTUP.............................................................................................................69
2.1. Simpulan..................................................................................................69
2.2. Saran........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................71
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Gagal ginjal kronis merupakan kondis penyakit pada ginjal yang persisten
(keberlangsungan ≥ 3 bulan) dengan 1. Kerusakan ginjal; dan 2. Kerusakan
Glomerular Filtration Rae (GFR) dengan angka GFR ≤ 60 ml/menit/1.73 m2.
(Prabowo & Pranata, 2014, hal 196)
Gagal ginjal adalah kondisi yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang
metabolit yang menumpuk dari darah, yang menyebabkan perubahan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. (burke, dkk, 2017, p. 1049)
6
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bentuk ginjal seperti ercis bagian yang cekung tempat masuknya arteri renalis
dan tempat keluarnya venarenalis serta ureter disebut Hilus. Pangkal dari ureter di
daerah ginjal yang sedikit melebar disebut Pelvis Renalis.
8
PATOFISIOLOGI
Makan+minum+obat(nefron toksin)
Disekresikan di ginjal
Kristalisasi (pengendapan)
Batu ginjal
Fungsi ginjal
9
GGK
Suplai O2 dan
Kelebihan volume Sel apparatus glomelurus me
nutrisi ke jaringan
cairan menurun
Angiontesin menjadi angiontesin 1
Beban kerja
Metabolism araerob
ventrikel meningkatat
Intolerannsi
Aldosteron meningkat aktifitas
10
2.2. Tnjauan Teori Tentang Etioligi Gagal Ginjal Kronik
Chronic renal failure sering kali menjadi penyebab komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan (secondary illness). Penyebab yang sering adalah
diabetes mellitus dan hipertensi selain itu, ada beberapa penyebab lainnya dari
gagal ginjal kronik, yaitu :
1. Penyakit glomerulonefritis
2. Infeksi chronic (pyelonefritis kronis, tuberculosis)
3. Congenital abnormalities polikistik ginjal
4. Vascular disease renal (nephrosclerosis)
5. Urinary tract obstruction (nephrolithiasis)
6. Collagen disease (Systemic Lupus Erythematosu)
7. Nephrotoxic drugs (aminoglikosida)
Penyebab stage kidney disease terminal yang paling banyak di inggris adalah
sebagai berikut :
a. Penurunan cadangan ginjal, yang terjadi apabila GFR turun 50% dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, yang terjadi apabila GFR turun menjadi 20-35% dari
c. Gagal ginjal, yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
11
Semakin banyak nefron yang mati.
d. Penyakit ginjal stadium-akhir, yang terjadi apabila GFR menjadi kurang dari
Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtrasi
Glomerolus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73 m2. Berikut adalah
klasifikasinya:
normal
12
2.4. Tinjauan Teori Tentang Manifestasi Klinis Pada Gagal Ginjal Kronik
Ginjal merupakan organ dengan daya kompensasi tinggi. Jaringan ginjal sehat
akan mengambil alih tugas dan pekerjaan jaringan ginjal yang sakit dengan
mengkat perfusi darah ke ginjal dan flitrasi. Bila jaringan ginjal yang rusak
mencapai 77-85%, maka daya kompensasi tidak lagi mencukupi sehingga timbul
uremia yaitu penumpukan zat-zat yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal yang
sakit. Gejala sindroma uremia adalah:
13
3) Pada sistem kardiovaskuler yaitu hipertensi, pembesaran jantung, payah
jantung, pericarditis
1. Anemia
2. Neuropati perifer
3. Komplikasi kardiopulmoner
4. Komplikasi GI
5. Disfungsi seksual
6. Parestesia
7. Disfungsi saraf motorik, seperti foot drop dan paralisis flasid
8. Fraktur patologis (Jennifer P. Kowalak, dkk, 2011, p. 564).
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis, peradangan yang terjadi pada pelapisan pelindung jantung
(efusi pericardial dan tamponade jantung)
3. Hipertensi akibat dari beban jantung yang bekerja berat untuk memompa
darah ke seluruh tubuh dikarenakan banyak cairan
4. Anemia akibat Hb menurun
5. Penyakit tulang
1) Hemodialisa.
adalah untuk mengambil zat-zat toksik di dalam darah, menyesuaikan kadar air
dan elektrolit di dalam darah. Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh
melalui sebuah kateter masuk ke dalam sebuah alat besar. Di dalam mesin
darah di masukan ke salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh cairan
dialisis, dan diantara keduanya akan terjadi difusi darah dikembalikan ke tubuh
14
melalui sebuah pirau vena. Hemodialisa memerlukan waktu sekitar 3-5 jam dan
dilakukan sekitar seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari di antara terapi,
ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian besar sel darah merah ikut
1. Laboratorium
Ureum kreatinin.
Mikrobiologi urin
Kimia darah
Elektrolit
Imunodiagnosis
15
Progresifitas penurunan fungsi ginjal
Nilai normal :
2. Diagnostik
USG.
Nefrotogram.
Pielografi retrograde.
Pielografi antegrade.
RetRogram
USG.
16
Pengobatan dari gangguan ginjal kronis memiliki tujuan untuk
memperlambat dan mencegah perkembangan dari gangguan ginjal kronis.Hal
tersebut memerlukan identifikasi awalfaktor resikopasien terkena gangguan
ginjal, sehingga pengobatan ditujukan untuk mencegah perkembangan
dari gangguan ginjal kronis.Pengobatan dilakukan dengan 2 macam terapi,
yaitu terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi.
17
1. Pencegahan Perkembangan CKDPencegahan perkembangan
CKDbertujuan untuk mengatasi faktor risiko yang terkait dengan
perkembangan penyakit CKD.Strategi yang dapat dilakukan
adalahmengontrol tekanan darah dan gangguan sistem RAA (Renin
Angiotensin Aldosteron) dengan menggunakan ACEI atau ARB, serta
pengendalian parameter metabolik seperti mengontrolgula darah, asupan
protein, asam urat dan asupan garam.Pasien CKD dengan diabetes
disarankan untuk mengontrol tekanan darah danmencegahrisiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler dengan menggunakan ACEI atau ARB, statin,
dan terapi dengan antiplateletsesuai dengan kondisi klinis pasien.
2. Komplikasi CKDKomplikasi yang berhubungan dengan penurunan
fungsi ginjal meliputi anemia, CKD Metabolic Bone Disease, dan
asidosis.Diagnosa anemia pada CKD dapat dilihat dari konsentrasi Hb
<13 g/dl jika laki-laki dan < 12 g/dl jika perempuan. Terapi
anemia menggunakaniron supplementatau ESA (Erythropoiesis-
stimulating agent). Terapi Metabolic Bone Disease menggunakan
8suplemen vitamin D, sedangkan terapi asidosis menggunakan
suplemen bikarbonat.(NKF-KDIGO, 2013)
2.10. Tinjauan Teori Tentang Terapi Diet Pada Gagal Ginjal Kronik
Bagi anda yang pernah mengalami gagal ginjal tentu harus lebih menjaga
pola makan karena diketahui bahwa beberapa makanan bisa memperparah
penyakit ginjal yang dialami. Penderita Gagal Ginjal tidak disarankan
mengonsumsi banyak buah dan sayur. Meski buah dan sayur adalah makanan
yang baik untuk orang sehat, namun untuk penderita ginjal makanan ini akan
berpotensi memperparah kesehatan anda.
Penderita gagal ginjal harus mengetahui kandungan buah dan sayur yang
mereka makan. Jangan sampai mengkonsumsi jenis buah dan sayur yang
18
mempunyai kadar Kalium (Potassium) yang tinggi. Hal tersebut diketahui dapat
mengganggu irama jantung.
Untuk penderita gagal ginjal kronis, harus menjalani diet dengan beberapa
tujuan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan menjaga
agar Pasien Gagal Ginjal tetap dapat beraktivitas seperti orang normal dan juga
melakukan diet agar status gizi optimal serta mengontrol BB (mencegah kenaikan
berat badan berlebih inter-dialisa), mencegah perburukan komplikasi
Prinsip-prinsip :
I. Biodata
Nama : Ny.N
Umur : 40 tahun
19
Agama : Kristen
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jln.sirimau
Nomor MR : 63.75.18
Penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln.Dr.Siwabessy
Keluhan utama
Mual, muntah, lemas, letih sejak 1 bulan ini.
Setiap habis makan sering kali sakit kepala, pusing, kaki sembab
20
Pada saat didata tanggal 08 Maret 2020 klien mengatakan letih, lemah,
nafsu makan kurang. Setiap habis makan klien selalu muntah. Keluarga
mengatakan klien untuk tidak mau makan karena setiap habis makan
selalu muntah, badan sembab.
Tanda-tanda vital
Tgl 08-03-2020
S : 36,40C
N : 90 x/i
Tgl 08-03-2020
TD : 170/110 mmHg
N : 88 x/i
Nafas : 20 x/i
S : 36,90C
Kepala
21
- Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.
- Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda
peradangan.
P. Sonor
P. Timpani
A. B.U +
Jantung :
22
Ekstrimitas : Atas tidak oedema, pergerakan baik, terpasang infus IVFD,
EAS Premir 2 : 1, D = 10%. Bawah sedikit oedema, pergerakan baik.
Data Biologis :
Eliminasi
- Ketergantungan : Rw = rokok +
Rw = minum alkohol sekali-sekali
Data spritual : klien beragama Islam tapi jarang melakukan shalat lima
waktu, apalagi selama sakit, tapi klien yakin bahwa klien akan sembuh
dari penyakitnya.
Data Penunjang
- HB 6,4 g/dl
23
- Lekosit 11.400 mm3 5000 – 10000
- Hematokrit 19%
- HB 9,8 g/dl Pr W
Radiologi
- Ro. Thorak
- USG Ginjal
Obat : - Cefriaxone 1 x 2 gr
- NTR 3x1
- Lasix 1x1
Transfusi : 5 kantong
ANALISA DATA
24
ginjal dan elektrolit
bawah sedikit oedema
- Intake 1000 cc
output 600 cc
- HB : 9,8 g/dl
- Natrium : 122
mg/dl
- Kreatinin : 15,2
mg/dl
DS
- BB bertambah
DO
2
- Klien tampak
lemah, lesu
- Makanan yang
disediakan tidak habis ½
porsi
DS
Kurang pengetahuan Gangguan rasa cemas
- Klien tentang penyakitnya
mengatakan badannya
terasa lemah 1 bulan ini.
- Klien
mengatakan habis makan
selalu muntah.
- Klien
mengatakan minum susu 2
gelas sehari.
25
DO
3 - Ekspresi wajah
tampak tegang.
- Nadi 88 x/i
- S 36,90C
- TD 170/110
mmHg
DS
- Klien
mengatakan bahwa belum
mengetahui tentang
penyakitnya.
- Klien
mengatakan bagaimana cara
perawatan sakitnya.
RENCANA KEPERAWATAN
26
klien mengalami
- Ukur
intake output gangguan
keseimbangan cairan
Dengan
mengukur intake
output dapat
mengetahui aakah
cairan yang masuk
dan keluar seimbang
- Kolabo
atau tidak
rasi dengan tim
medis lainnya
Dengan
kolaborasi dengan
tim medis lain
diharapkan dapat
mempercepat proses
penyembuhan klien
Agar tidak
terjadi kekeliruan
dalam memberikan
tindakan pada klien
Pemenuhan
kebutuhan nutrisi Untuk
- Bina mengurangi rasa
kurang dari kebutuhan ham yang baik
2 Pemenuhan tubuh teratasi dengan dengan klien dan mual pada klien
kebutuhan nutrisi kriteria: keluarga
kurang dari
kebutuhan tubuh - Nafsu - Membe
makan meningkat rikan makanan
b/d intake yang
dalam keadaan
tidak adekuat - Klien hangat
tidak lemah lagi
27
dan tidak muntah - Berikan
rasa nyaman pada
- Porsi klien
yang disediakan
habis
Agar klien betah
dan merasakan
kenyamanan
Klien dapat
mengetahui dan Memberikan
Gangguan memahami - Kaji pengetahuan dasar
ulang proses
rasa cemas b/d penyakitnya dalam 2 x
penyakit dan dimana klien dapat
kurang 24 jam dengan harapan masa membuat pilihan
3 datang
pengetahuan kriteria: berdasarkan
tentang - Perhati
informasi.
- Raja kan tingkat
penyakitnya cemas/takut dalam
cemas hilang Faktor ini secara
perubahan proses
- Klien pikir langsung
paham tentang
penyakit - Dorong mempengaruhi
dan berikan kemampuan untuk
- Wajah kesempatan untuk
bertanya berpartisipasi
relaks
- Kaji Meningkatkan
ulang tanda/gejala proses belajar
yang memikirkan
evaluasi medik mengajar
menigkatkan
- Anjurk
an pada klien untuk pengambilan
kontrol ulang
keputusan intervensi
cepat dapat
mencegah
komplikasi lebih
serius.
28
EVALUASI
No Implementasi Evaluasi
1 S - Klien mengatakan ada BAK tapi sedikit
- Mengukur tanda-
tanda vital klien TD 170/100, O - Turgor kulit baik
- Mengukur
intake/output intake 1000cc
Output 600 cc
- Mengkolaborasika
n dengan tim dokter dalam
- Memberikan rasa
nyaman pada klien
S - klien mengatakan apakah penyakitnya
3
bisa berulang
29
penjelasan kepada klien tentang
penyakitnya
- Memberikan
motivasi kepada klien agar
jangan putus asa.
- Menganjurkan
kontrol ulang
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah
inferior buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah
kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal
(1976) yang dikutip dan bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat
dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona sentral, zona transisional,
zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Purnomo, 2000). Sjamsuhidajat
(2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan
keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan
terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer.
Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung
pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan
dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase.
Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar
prostat.
30
parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan prostat oleh sistem simpatis. Pada
tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang
bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian detrusor akan
mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan detrusor
menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan
sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok).
Mukosa dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang
kecil dinamakan sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan
detrusor ini disebut Fase kompensasi otot dinding kandung kemih. Apabila
keadaan berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda gejala yaitu obstruksi dan
iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi dengan cukup
lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan miksi),
miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas
setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering
berkontraksi walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot
detrusor (frekuensi miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency,
disuria).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak
mampu lagi menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari
tekanan sfingter dan obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow
incontinence). Retensi kronik menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi.
ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan
traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan penderita
harus mengejan pada miksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam
vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan iritasi
dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi
refluks menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
31
Perbahan usia
Testoteron menurun
Estrogen Menurun
BPH
Kompensasi Dekopensasi
otot otot detrukto
32
detruktor
Retensi
Spasme otot
urine
sfinter
Penebalan dinding
Aliran urine ke
Nyeri UV
ginjal (refluks
suprapublik Kontraksi oto
VU)
Insisi prostat
Tekanan
Gangguan Kesulitan berkemih
ureter ke
rasa nyaman
Perubahan Resiko ginjal
Resiko
(nyeri) Kerusakan
Pendarahan eliminasi Resiko infeksi infeksi disfungsi
fungsi ginjal
berkemih sekksual
Keseimbanga Peregangan
n cairan
terganggu
Spasme otot
Resiko VU
kekurangan
volume cairan Nyeri (akut)
33
bahwa suatu organ dapat membesar bukan hanya karena meningkatnya proliferasi
sel, tetapi juga karena berkurangnya kematian sel.
BPH jarang mengancam jiwa. Namun, keluhan yang disebabkan BPH dapat
menimbulkan ketidaknyamanan. BPH dapat menyebabkan timbulnya gejala
LUTS (lower urinary tract symptoms) pada lansia pria. LUTS terdiri atas gejala
obstruksi (voiding symptoms) maupun iritasi (storage symptom) yang meliputi:
frekuensi berkemih meningkat, urgensi, nokturia, pancaran berkemih lemah dan
sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas sehabis berkemih, dan
tahap selanjutnya terjadi retensi urin (IAUI, 2003).
34
Gambaran tanda dan gejala secara klinis pada hiperplasi prostat digolongkan dua
tanda gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal
berkontraksi dengan cukup lama dan kuat sehingga mengakibatkan: pancaran
miksi melemah, rasa tidak puas sehabis miksi, kalau mau miksi harus menunggu
lama (hesitancy), harus mengejan (straining) kencing terputus-putus
(intermittency), dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin
dan inkontinen karena overflow.
Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran
prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi walaupun
belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor dengan tanda
dan gejala antara lain: sering miksi (frekwensi), terbangun untuk miksi pada
malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi yang mendesak (urgensi), dan nyeri
pada saat miksi (disuria) (Mansjoer, 2000)
a) Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai
habis.
b) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun
tidak sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK
atau disuria dan menjadi nocturia.
c) Stadium III
d) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara
periodik (over flow inkontinen).
35
Menurut Brunner and Suddarth (2002) menyebutkan bahwa Tanda dan gejala dari
BPH adalah peningkatan frekuensi penuh, nokturia, dorongan ingin berkemih,
anyang-anyangan, abdomen tegang, volume urine yang turun dan harus mengejan
saat berkemih, aliran urine tak lancar, dribbing (urine terus menerus setelah
berkemih), retensi urine akut.
a) Rectal Gradding
b) Clinical Gradding
Banyaknya sisa urine diukur tiap pagi hari setelah bangun tidur, disuruh kencing
dahulu kemudian dipasang kateter.
36
Menderita penyakit jantung atau diabetes.
Rutin mengonsumsi obat hipertensi jenis penghambat beta.
Memiliki keluarga yang mengalami gangguan prostat.
Pada sebagian besar pria, prostat akan terus tumbuh seumur hidup. Ketika
ukurannya cukup besar, prostat akan menghimpit uretra, yaitu saluran yang
mengalirkan urine dari kandung kemih ke lubang kencing. Kondisi inilah yang
menyebabkan munculnya gejala-gejala di atas.
Kurang berolahraga
1. Medis
a) Stadium I
37
terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat.
Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian
lama.
b) Stadium II
c) Stadium III
d) Stadium IV
a) Observasi
b) Medikamentosa
Mengharnbat adrenoreseptor α
38
Penghambat enzim α -2 reduktase
Fisioterapi
c) Terapi Bedah
Prostatektomi Suprapubis
Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung
kemih.
Prostatektomi retropubis
Prostatektomi Peritoneal
39
Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD)
2. Keperawatan
a. Pre operasi
b. Post operasi
Hari ke 5 post operasi dilakukan aff irigasi bila tidak ada masalah (urin
dalam kateter bening)
2. Hari ke 6 post operasi dilakukan aff drain bila tidak ada masalah (cairan
serohemoragis < 50cc)
40
5. Dilakukan perawatan luka dan perawatan DC hari ke-3 post oprasi dengan
betadin
11.Jika pasien dapat bergerak bebas pasien didorong untuk berjalan-jalan tapi
tidak duduk terlalu lama karena dapat meningkatkan tekanan abdomen,
perdarahan
41
αadrenergik blocker dan 2) mengurangi volume prostat dengan cara
menurunkan kadar hormon testosteron atau dehidrotestosteron (DHT)
(Purnomo, 2008). Terapi farmakologi atau medikametosa, dalam menentukan
pengobatan perlu memperhatikan beberapa hal yaitu dasar pertimbangan
terapi, jenis obat yang digunakan, pemilihan obat, evaluasi selama pemberian
obat serta perlu dijelaskan pada pasien bahwa harga obatobatan yang akan
dikonsumsi tidak murah dan dikonsumsi dalam jangka waktu lama. Tujuan
terapi farmakologi ini adalah berusaha untuk mengurangi resitensi otot polos
prostat sebagai komponen dinamik atau mengurangi volume prostat sebagai
komponen statik (Dhingra dkk, 2011). Beberapa obat yang biasa digunakan
α-adrenergik bloker dan 5areductase inhibitors (5ARIs) , kedua obat tersebut
yang saat ini telah disetujui oleh Medications currently approved by Health
Canada untuk digunakan dalam pengobatan BPH (Tanguay et al, 2009).
Untuk pengobatan farmakologis, pedoman AUA 2003 menyatakan bahwa
alfuzosin (Uroxatral), doxazosin (Cardura), tamsulosin (Flomax), dan
terazosin (Hytrin) merupakan pilihan pengobatan yang sesuai untuk pasien
dengan LUTS sekunder untuk BPH. Meskipun ada sedikit 15 perbedaan
dalam profil efek samping dari obat ini, AUA menyatakan bahwa keempat
agen memiliki efektivitas klinis yang sama. Pedoman ini juga menyatakan
bahwa 5α-reduktase finasteride (Proscar) dan dutasteride (Avodart) telah
terbukti merupakan pengobatan yang tepat dan efektif untuk pasien dengan
LUTS terkait dengan pembesaran prostat
Pola makan yang baik atau diet dapat mengurangi risiko terkena kanker prostat
hingga 50 persen. Demikian diungkapkan John Hibbs, dokter ahli naturopati dari
Universitas Bastyr, Seattle, Washington, Amerika Serikat. Mencegah memang
selalu lebih baik daripada mengobati. Langkah pencegahan itu akan sangat
menguntungkan bila dijalankan oleh mereka yang berisiko tinggi terkena kanker
prostat. Siapa kelompok berisiko tinggi ini? - Pria usia 50 tahun ke atas. -
42
Memiliki riwayat kanker prostat dalam keluarga (ayah atau saudara pernah
terkena kanker prostat). - Ras Afro-Amerika (hal ini masih perlu penelitian
rinci, tetapi ras ini diduga lebih berisiko dibandingkan kulit putih). Cara
pencegahan yang ditawarkan John Hibbs, yakni diet, jelas sangat alami dan
mudah dilakukan. Para pria hanya perlu mendisiplinkan diri untuk menjalaninya.
Langkah itu antara lain memangkas konsumsi lemak, lebih banyak mengasup
buah dan sayuran, dan sebagainya, seperti terurai di bawah ini. Menambah asupan
ikan dan omega 3 Omega 3, nutrisi yang sangat bersahabat dengan jantung ini
rupanya dapat membantu mencegah kanker prostat. Penelitian laboratorium
menunjukkan kekuatan omega 3 dalam menghentikan perkembangan sel-sel
tumor prostat. Saat para peneliti Universitas Harvard menguji 48.000 pria AS
selama 12 tahun, pria yang mengonsumsi ikan lebih dari 3 kali per minggu, 44
persen lebih sedikit terkena kanker prostat ketimbang mereka yang mengonsumsi
ikan kurang dari dua kali sebulan. Asam lemak omega 3 ditemukan dalam ikan air
dingin seperti salmon, makarel, trout, dan remis. Anda juga dapat mengonsumsi
suplemen minyak ikan. Kurangi daging dan susu Jika Anda ingin terhindar dari
kanker prostat, jauhi makanan berlemak seperti daging dan susu. Banyak studi
mengemukakan, makanan tinggi lemak jenuh meningkatkan risiko terkena kanker
prostat hingga dua atau tiga kali lipat. Pria Jepang yang masih menganut pola
makan tradisional, yakni banyak makan ikan ketimbang junk food, memiliki
risiko yang jauh lebih kecil untuk terkena kanker prostat daripada pria AS.
Mengapa daging dan susu dianggap berbahaya? Menurut Hibbs, lemak jenuh
yang terdapat di dalam keduanya dapat memacu peradangan, yang selanjutnya
mendukung pertumbuhan tumor. Ketika Anda menumpuk lemak hewani dalam
tubuh, itu sama artinya dengan memotong kadar antioksidan si pencegah kanker.
Coba ganti daging merah dengan ikan atau daging unggas tanpa kulit. Lupakan
susu penuh lemak, dan tukar dengan susu rendah atau tanpa lemak. Begitu saran
Hibbs. Pilihlah kedelai Wanita sering disarankan mengonsumsi kedelai guna
menguatkan tulang dan manfaat sehat lainnya. Berdasarkan penelitian terbaru,
pria juga dianjurkan untuk lebih banyak mengonsumsi kedelai. Para peneliti telah
mengamati kesehatan 12.000 orang selama sekitar 20 tahun. Pria yang minum
susu kedelai lebih dari satu kali per hari, 70 persen lebih tidak berisiko untuk
43
terkena kanker prostat ketimbang pria yang tidak meminumnya. Karena itu,
sebaiknya para pria mulai rajin minum susu kedelai. Bisa juga mengganti susu
untuk campuran sereal atau kopi, dengan susu kedelai. Perbanyak sayuran Pada
tahun 2000, peneliti dari Universitas Hawaii memeriksa menu diet dari 3.237 pria.
Setengahnya mengidap prostat dan setengahnya tidak. Survei membuktikan, para
pria yang bebas kanker ternyata mengasup lebih banyak sayuran dan kacang
polong. Baru-baru ini penelitian di Kanada menunjukkan hasil yang sama. Jadi,
bila Anda ingin bebas dari kanker prostat, makanlah sayuran setidaknya lima porsi
sehari. Lengkapi dengan Tomat Sayuran yang mengandung paling banyak zat
pencegah prostat adalah tomat. Tomat mengandung likopen, salah satu keluarga
karotenoid yang bersifat antioksidan. Para ilmuwan dari Universitas Yale telah
menganalisis contoh darah dari 473 pria, baik yang mengidap kanker prostat,
maupun yang tidak. Mereka menemukan, pria yang bebas kanker prostat memiliki
lebih banyak likopen dalam darahnya dibandingkan mereka yang sakit. Likopen
terbaik terdapat dalam tomat yang dimasak. Memasak tomat tak hanya
memaksimalkan fungsi likopen, tetapi juga menambah rasa tomat itu sendiri. Kini
likopen dapat diperoleh dalam bentuk suplemen, tetapi yang terbaik tentu dari
bahan segar alami. “Tomat berisi lebih banyak lagi karotenoid, selain likopen; dan
semua itu penting,” kata Dr William Dahut dari Institut Kanker Nasional AS.
Konsumsi setidaknya 3 buah tomat seminggu untuk mencegah kanker prostat.
Selenium Selenium menjadi primadona pencegah kanker pada tahun 1996 ketika
sebuah studi menunjukkan hasil yang tak terduga. Para peneliti dari Universitas
Arizona memberikan suplemen selenium kepada pasien kanker kulit tiap hari,
dengan harapan dapat mencegah kekambuhan. Tindakan ini ternyata tidak
memberi banyak manfaat. Namun, setelah enam tahun hasil menunjukkan bahwa
pemberian selenium itu justru dapat meredam pertumbuhan kanker prostat. Hasil
ini dikuatkan oleh beberapa studi lain. Selenium banyak ditemukan dalam
makanan nabati, misalnya bawang putih. Untuk memenuhi kebutuhan, Anda bisa
juga mengonsumsi suplemen selenium 200 mkg per hari. Konsumsi vitamin E
Peneliti Finlandia menemukan, vitamin E dapat menekan risiko kanker prostat
sampai 32 persen. Masalahnya, sulit mendapat asupan vitamin E yang cukup dari
makanan sehari-hari. Minyak nabati kaya akan vitamin, tetapi proses pengolahan
44
bisa mengubah kadarnya. Kacang tanah, buncis, dan sayuran hijau juga
mengandung vitamin ini. Supaya kebutuhan tubuh tercukupi, Anda bisa
memperoleh vitamin E dari suplemen dengan dosis 400 IU per hari
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 11 Juni 2011 pukul 16.00 WIB
dengan anamnesa langsung pada pasien dan keluarga, pemeriksaan fisik serta
catatan status kesehatan pasien di Ruang Mawar III kamar 11A RSUD DR.
Moewardi Surakarta
1. Biodata
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 66 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : swasta
No RM : 011119354
45
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. D
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada luka post op di bagian supra
pubik, rasanya nyut-nyutan,kemeng dan njarem dengan skala nyeri 6.
46
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya,
namun sudah sekitar 5 tahun ini pasien menderita tekanan darah
tinggi.1 tahun yang lalu pasien penah menjalani operasi hernia repair
di RSDM.
Genogram:
47
Keterangan:
= perempuan
= laki-laki
= pasien
3. Pola Fungsional
Selama sakit : Pasien makan 3x sehari dengan diet lunak dari RS,
setelah operasi pasien dipuasakan selama 24 jam.
48
Pengkajian nutrisi:
1) Antropometri
BB awal = 52 kg
BB selama sakit = 50 kg
TB = 155cm
2) Biocemical
Hb = 12,6 g/dl
Hct=30
3) Clinical Sign
4) Dietary History
Pasien suka makan tengkleng daging kambing
c. Pola Eliminasi
49
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan 4
0 1 2 3 Keterangan:
Perawatan Diri
Toileting √ 1 = Mandiri
Sebelum sakit : Pasien dapat tidur nyenyak dengan waktu 1-2 jam
pada siang hari dan malam hari 6-7jam.
Selama sakit : Pasien tidur dengan waktu 1 jam pada siang hari dan
pada malam hari 7-8 jam.
50
Pasien mengalami gangguan pada persepsi nyeri, dan dapat dilihat
dengan pendekatan PQRST.
3) Konsep diri:
a) Citra diri : pasien mengatakan bahwa dirinya adalah laki-laki.
c) Peran : pasien adalah seorang suami dan ayah yang baik serta
keluarga yang menafkahi keluarganya.
51
Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar cukup
baik. Hal ini terbukti saat pasien sakit banyak keluarga yang menunggu
dan banyak kerabat yang menjenguk.
b. Kesadaran : Composmentis
: 150/90 mmHg
N : 92 x/ menit
S : 36,5 oC
R : 20 x/menit
d. Sistem Pernafasan
DS :
52
2) Pasien mengatakan lingkungan tempat tinggalnya tidak dekat
dengan daerah berpolusi udara
e. Sistem Kardiovaskuler
DS :
53
6) Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit paru,
diabetes mellitus
DO :
1) TD : 150/90 mmHg
f. Sistem Persarafan
DS :
2) GCS : E4V5M6
3) Wajah : Simetris
54
4) Pupil : isokor
55
gerakan bahu dan kepala baik motoric : lidah pasien dapat
bergerak dari samping
kesamping
c) Kekuatan otot : 5 5
5 5
e) Deformitas : -
f) Pembengkakan sendi : -
g) Kontraktur : -
9) Reflex tendon
a) Biseps : +
b) Trisep : +
56
d) Babinsky : -
g. Sistem Integumen
DS :
e. Sistem Perkemihan
DS :
57
2) Karakteristik urin pasien (pasien terpasang DC, terhubung
dengan urine bag) : warna kemerahan (bercampur darah),
jumlah dalam 1 hari ±1000ml, terdapat bekuan darah
f. Sistem Gastrointestinal
DS :
4) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ascites, terdapat luka jahit
prostatectomy di area supra pubic (kuadran VIII) dan
58
terdapat bekas luka operasi hernia repair inguinalis sinistra
sepanjang 6 cm
Auskultasi : peristaltik usus 10 x/menit
Perkusi : Thympani
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
g. Sistem penginderaan
DS :
1) Pemeriksaan Mata
konjungtiva pucat, sklera putih, pupil isokor, tidak
terdapat oedem palpebra, tidak memakai alat bantu
penglihatan, gerakan ekstraokuler/gerakan mata +/+
2) Pemeriksaan Telinga
telinga simetris kanan kiri, tidak terdapat luka, tidak
terdapat serumen, tidak terdapat nyeri tekan
3) Pemeriksaan Hidung
59
Simetris, mancung, tidak terdapat nafas cuping hidung,
bersih, tidak keluar cairan maupun epistaksis, tidak terpasang
canul O2
h. Sistem Endokrin
DS :
60
DS :
j. Sistem Imunitas
DS :
61
4) Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit infeksi
kronis
k. Sistem Reproduksi
DS :
Pasien berumur 66 tahun, menikah pada usia 24 tahun dengan
istrinya sampai sekarang. Sejak 15 tahun yang lalu pasien sudah tidak
berhubungan suami istri lagi dengan istrinya, karena istrinya sudah
menopause. Pasien dikaruniai 1 orang putri yang sudah memberi 3
orang cucu. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit reproduksi.
Pasien mengatakan tidak pernah memeriksa testis sendiri.
62
DO :
Pasien mengalami pembesaran prostat sejak 2 tahun
yang lalu. Kini pasien terdiagnosa Benigna Prostat Hiperplasia Grade
III.
5. Data Penunjang
b. Laboratorium
Tanggal 13 Juni 2012
Ht 37 % 33 – 45
c. Patologi Anatomi
Pemeriksaan tanggal : 13 Juni 2012
63
d. Terapi
3) Ceftriaxon 2 x 1gr
4) Kalnex 3 x 500mg
5) Ketorolax 2 x 80mg
6) Dexametason 2 x 5 mg
7) Ranitidin 2 x 50 mg
8) Irigasi NaCl
Hemoglobin : 11, 7 g%
Golongan Darah :B
Induksi : Butain
Prostatectomy :
64
4) Perdalam insisi sampai vesica urinaria
Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 DS : Gangguan terputusnya
. rasa nyaman kontinuitas
- Pasien mengatakan nyeri
nyeri jaringan
pada luka post op
(tindakan
njarem
R : di bagian supra
pubik
S : skala nyeri 6
T : hilang timbul
durasi ±1-2 menit terutama
saat bergerak
DO : - Pasien tampak meringis
kesakitan.
65
- TTV
TD : 150/90 mmHg
S : 36,5 oC
N : 92 x/ menit
R : 20 x/menit
- Pasien nampak
memegangi perutnya saat
bergerak
3 DS : - Resiko Tindakan
. infeksi
DO : pembedahan
dan
- Pasien terpasang infus
NaCl 20 tpm pada tindakan
66
cm
- Terpasang DC dan
irigasi,urine berwarna
merah, jumlah cairan
1500cc diganti 5x sehari)
- Terpasang irigasi di
bawah umbilicus, cairan
darah 100 cc
- Hb 12,6 gr/dl
67
4 DS : Gangguan Nyeri post op
. mobilisasi
- Pasien mengatakan tidak
leluasa/kesulitan dalam
beraktivitas karena takut
nyeri.
- Klien mengatakan
belum bisa turun dari
tempat tidur.
DO :
68
Bathing √
Feeding √
Dressing √
Activity √
ROM √
Keterangan:
0 = Mandiri
1 = Alat bantu
4 = Tergantung total
69
Intervensi
No Intervensi
Tujuan Tindakan
Dx Rasionalisasi
1 setelah dilakukan 1.Mengetahui
1. kaji skala nyeri
tindakan keperawatan perkembangan lebih
klien
selama 3x24 jam Nyeri lanjut, agar dapat
berkurang atau hilang. 2. Ajarkan teknik menetukan intervensi
70
menyebabkan distensi
peningkatan
kandung kemih
tekanan pada dengan peningkatan
kandung kemih. spasme.
Irigasi kateter jika
terlihat bekuan pada
6.memblok
selang.
lintasan nyeri
6. Laksanakan
terapi pemberian
analgetik
2 Setelah dilakukan 1. pantau 1.adanya perubahan
tindakan keperawatan jumlah dan cairan warna dan jumlah
selama 1x24 jam tidak yang keluar dari mungkin ada
terjadi retensi selang cateter masalah dalam
urin,dengan kriteria hasil: bladder
2.kaji respon
- Warna urin dan pasien 2. respon pasien
cairan merah jernih menandakan adanya
3.lakukan
masalah dalam
bladder spooling
- Tidak terdapat bladdernya
gumpalan darah 4. berikan
3.meghindari kloting
dalam selang cairan per oral dan
secara dini
parenteral
- Cairan irigasi lancar
4.memperbanyak
5.fiksasi selag
- Jumlah cairan yang produksi urin
cateter pada paha
terdapat di urine bag pasien,usahakan 5.agar aliran cairan
± 200 cc/jam urine bag berada bisa maksimal
lebih rendah dari sehingga tidak
tubuh pasien terjadi cloting pada
selang
71
3 setelah dilakukan
1. Observasi tanda – 1Mencegah sebelum
tindakan keperawatan
tanda vital, laporkan terjadi infeksi.
selama 2x24 jam Tidak
tanda – tanda infeksi.
terjadi infeksi 2Mencegah
2. Pertahankan sistem pemasukan bakteri
- Klien tidak
kateter steril, berikan dan infeksi
mengalami infeksi.
perawatan kateter
3Meningkatkan
- Dapat mencapai dengan steril.
output urine
waktu penyembuhan.
3. Anjurkan intake sehingga resiko
- Tanda – tanda vital cairan yang cukup terjadi ISK
dalam batas normal dan (2500 – 3000 ml) dikurangi dan
tidak ada tanda – tanda sehingga dapat mempertahankan
infeksi (kalor, dolor, menurunkan fungsi ginjal.
rubor, potensial infeksi.
4Memutus
tumor,fungsiolesa)
4. Lakukan medikasi penyebaran
- Leukosit, eritrosit,Hb dengan prinsip steril mikroorganisme
dbn
5. Jaga kebersihan luka 5Menjaga agar
keadaan baik dan
6. Pertahankan posisi
terhinda dari
urobag dibawah.
perkembangbiakan
dokter untuk
6Menghindari refleks
memberi obat
balik urine yang
antibiotik.
dapat memasukkan
bakteri ke kandung
kemih.
7Untuk. mencegah
infeksi dan
membantu proses
72
penyembuhan
4 Setelah dilakukan 1. kaji kemampuan 1. dari pengakjian
tindakan keperawatan mobilisasi pasien dapat ditentukan
selama 3x24 jam intrvensi keperawatan
2.bantu pasien
diharapkan gangguan selanjutnya
melakukan aktivitasnya
mobilitas fisik dapat
secara bertahap 2.3 membantu
teratasi dengan kriteria
pemenuhan ADL
hasil: 3.Libatkan anggota
pasien
- pasien dapat melakukan keluarga dalam
Implementasi
Tgl/Ja N o
Tindakan Respon Pasien
m Dx
04 1 Memberi posisi nyaman,semi S: pasien mengatakan lebih
ferbuari fowler nyaman
2020
O: pasien nampak lebih
16.25 nyaman
73
16.30 1 Memberi injeksi S:pasien mengatakanbersedia
,2 untuk disuntik.
- Dexametason 5 mg
O:obat masuk lewat IV intra
- Ceftriaxon 1gr selang, tidak terdapat tanda-tanda
flebitis
19.00 1 Mengkaji ulang nyeri S: pasien mengatakan nyeri
pada bagian bekas jahitan,apalagi
bila digunakan bergerak
P:luka pos op
Q:nyeri sengkrang-sengkrang
S: skala 6
T: hilang timbul
19.10 1 Menganjurka nafas dalam bila S:pasien mau melakukan nafas
nyeri muncul dalam
74
disuntik
TTV
T: 140/90
N:88x/menit
R:20x/menit
S:36,70C
10.00 4 Membantu pasien berpakaian S: pasien mengucapkan terima
kasih
75
5 3 Melakukan perawatan luka post S: pasien mengatakan nyeri
ferbuari op saat luka dibuka
2020
O: nampak luka bersih,
09.00 terdapat 7 jahitan, tidak terdapat
pus, tidak kemerahan
10.00 2 Memeriksa cairan irigasi S: pasien mengatakan bahwa
tadi sudah diganti 2x sejak tadi
malam
P:luka post op
Q:nyut-nyutan
S: skala 5
T: hilang timbul
19.00 2 Melakukan bladder spooling S: pasien mengatakan nyeri
pada bladdernya
Evaluasi
Tgl/ja No
Evaluasi
m Dx
6 1 S: - pasien mengatakan nyeri berkurang,skala 5
76
ferbuari -Pasien mengatakan sudah bisa mengontrol nyerinya
2020
O: - pasien nampak lebih tenang
09.00 -TTV:
TD: 140/90 mmHg
N: 85x/menit
R:19x/menit
T:36,70C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
A: Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
77
bergerak
A: Masalah teratasi
BAB III
PENUTUP
2.1. Simpulan
78
hyperplasia (BPH). Pembesaran akan menyebabkan komplikasi refluks,
hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal dan pionefrosis pilonefritis. Biasanya
penanganan pasti pada BPH adalah pembedahan dengan cara TURP, TUIP
dan prostatektomi terbuka.
hubungan kepatuhan diet dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisis. Kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik
akan mengurangi resiko terjadinya komplikasi yang mempengaruhi aktifitas
pasien dalam kehidupan sehari-hari. Pasien dengan gagal ginjal kronik
terjadi penurunan fungsi ginjal, sehingga perlu menjalani terapi hemodialisis
dan terapi diet untuk mempertahankan fungsi ginjal dan status gizi pasien.
Terapi diet dapat digunakan sebagai terapi pendamping (komplementer)
dengan tujuan menjaga status nutrisi yang baik. Oleh karena itu, petugas
kesehatan perlu memberikan pendidikan kesehatan tentang pola diet yang
bagus kepada pasien gagal ginjal kronik dan keluargnya agar bisa
meningkatkan kualitas hidup.
2.2. Saran
Lebih teliti dalam pengkajian dan analisa data, karena yang menjadi
acuan dalam menentukan diagnosa Keperawatan adalah analisa data sebelum
menentukan rencana tindakannya.
Bagi Pasien Gagal Ginjal Kronik Diharapkan pasien gagal ginjal kronik
lebih patuh dalam menjalankan diet yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.
Bagi Rumah Sakit Mampu memberikan edukasi dan motivasi kepada pasien
hemodialisis mengenai kepatuhan diet. Bagi peneliti selanjutnya Sebaiknya,
pengambilan data dilakukan pada saat pasien sudah selesai melakukan cuci
darah, karena lebih efektif dalam mengisi kuesione
79
80
DAFTAR PUSTAKA
Sutjahjo. (2015, hal 99). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam . Surabaya: Airlangga
University.
81