DISUSUN OLEH :
ANDI APRIADI
NIM. P05120214032
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal Studi Kasus dengan
Judul ” Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Dengan Artritis Rheumatoid Di
Balai Pelayanan Dan Penyantunan Lanjut Usia (BPPLU) Kota Bengkulu Tahun
2016”.
Dalam penyusunan proposal Studi Kasus ini penulis mendapatkan bimbingan
dan bantuan baik materi maupun nasehat dari berbagai pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal studi kasus ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Darwis, S.Kp, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Bengkulu yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Bengkulu.
2. Bapak Dahrizal, S.Kp, MPH, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Bengkulu yang sudah banyak membantu memberikan dukungan
selama penyusunan proposal Studi Kasus ini.
3. Ibu Ns. Mardiani, S.Kep., MM selaku ketua program studi DIII keperawatan
Bengkulu, yang sudah banyak memberi dukungan selama penyusunan proposal
studi kasus ini.
4. Bapak Ns.Agung riyadi,S.kep.M.kep selaku pembimbing,dalam penyusunan karya
tulis ilmiah ini yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingn,
arahan, dan masukan sehingga laporan karya tulis ilmiah ini bias terselesaikan
dengan baik.
5. Seluruh dosen dan staf Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
6. Orang tua, keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi
kepada penulis.
v
7. Seluruh mahasiswa-mahasiswi Poltekkes Kemenkes Bengkulu Prodi Keperawatan
Bengkulu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini
masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun
penyusunan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari
berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang
akan datang.
Penulis berharap semoga proposal Studi Kasus yang telah penulis susun ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif
terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa Prodi Keperawatan Bengkulu
lainnya
Bengkulu, 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………. ii
KATA PENGANTAR………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………. v
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… viii
DAFTAR BAGAN……………………………………………………… ix
DAFTAR TABEL………………………………………………………. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………… 1
B. Batasan Masalah…………………………………………… 8
C. Tujuan………………………………………………….. 8
D. Manfaat…………………………………………………….. 9
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi…………………………………………… 10
B. Konsep Dasar Penyakit…………………………………….. 12
1. Pengertian………………………………………………… 12
2. Klasifikasi……………………………………………….. 13
3. Etiologi…………………………………………………… 15
4. Patofisiologi……………………………………………… 17
5. WOC…………………………………………………….. 18
6. Manifestasi Klinis……………………………………….. 19
7. Komplikasi………………………………………………. 19
8. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang…………………….. 20
9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan………………. 24
C. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………. 27
1. Pengkajian……………………………………………….. 32
vii
2. Diagnosa Keperawatan………………………………….. 40
3. Perencanaan Keperawatan………………………………. 41
4. Implementasi Keperawatan……………………………… 58
5. Evaluasi Keperawatan…………………………………… 58
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Kasus…………………………………………… 60
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………… 70
C. Perencanaan Keperawatan………………………………….. 71
D. Implementasi Keperawatan………………………………… 77
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………… 92
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengkajian Kasus…………………………………………… 97
B. Diagnosa Keperawatan……………………………………… 99
C. Perencanaan Keperawatan…………………………………. 100
D. Implementasi Keperawatan………………………………… 101
E. Evaluasi Keperawatan……………………………………… 103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………. 105
B. Saran………………………………………………………… 107
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 109
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1. Indeks Barthel
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)
3. Inventaris Depresi Beck
4. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR BAGAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
telah banyak membawa perubahan pada prilaku dan gaya hidup masyarakat serta
dalam tubuh. Dimana akan terjadi peningkatan produksi asam urat dan
kadar asam urat di sendi dan saluran ginjal. Gout adalah hasil dari metabolisme
tubuh oleh salah satu protein (purin) dalam ginjal. Dalam hal ini, ginjal berfungsi
mengatur kestabilan kadar asam urat dalam tubuh dimana sebagian sisa asam urat
Umumnya yang terserang asam urat adalah pria yang telah lanjut usia,
penyakit biasanya mulai dengan suatu serangan atau seseorang memiliki riwayat
1
2
pernah memeriksakan kadar asam uratnya yang nilai kadar asam urat darahnya
lebih dari 7 mg/dl, dan makin lama makin tinggi (Tamher,Noorkasiani, 2009).
Gout atritis sering di sebut sebagai masalah utama yang pada umumnya di
alami oleh lansia. Penyakit ini sering menampakan gejala seperti, nyeri sendi,
(Armilawaty,2007).
Gout arthritis masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain
meningkatnya prevalensi gout atritis, masih banyaknya pasien gout atritis yang
belum menjadi target pengobatan, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi
populasi lansia sebesar (8%) atau sekitar 14,2 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah
lansia sekitar 15,3, sedangkan pada tahun 2010-2015 jumlah lansia bisa sama
dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19,3 (±9%) juta jiwa dari total populasi.
Dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta jiwa
dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan
penduduk yang sudah lebih baik, seperti berolahraga dan pola makan.
Gout artritis merupakan sepuluh penyakit terbesar dan jumlah penderita Gout
artritis cenderung meningkat di kota Bengkulu. Pada tahun 2013 adalah 2.706
orang menjadi tahun 2014 adalah 3.406 orang menjadi tahun 2015 adalah 3.915
Penyantunan Usia Lanjut) pada tahun 2015 terdapat jumlah pasien dengan Gout
artritis berjumlah 20 orang. Pada tahun 2016 di dapatkan jumlah pasien 28 orang
(BPPLU,2016).
secara non farmakologis juga banyak di minati oleh masyarakat karena mudah
untuk dipraktikan, tidak mengeluarkan banyak biaya dan efek sampingnya juga
penyakit gout arthritis karena memiliki efek samping yang sedikit (Rahmawati,
2012).
terjadi jika Gout arthritis tidak ditangani dengan tepat, maka perlunya pendidikan
kesehatan dan cara merawat untuk mengatasi Gout arthritis. Karena tindakan
4
mendidik untuk mencegah timbulnya penyakit yang sering muncul seperti Gout
2012).
pada lanjut usia secara induvidu maupun secara kelompok, seperti di rumah atau
Untuk asuhan keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga
Bila tidak diatasi dapat menimbulkan efek yang membahayakan yang akan
dan mortalitas, untuk itu perlu penanganan yang lebih efektif untuk
meminimalkan nyeri yang dialami oleh pasien. Secara garis besar ada dua
non farmakologi. Salah satu cara untuk menurunkan nyeri pada pasien gout
secara non farmakologi adalah diberikan kompres hangat pada area nyeri.
Sehingga Perawat harus yakin bahwa tindakan mengatasi nyeri dengan kompres
Apabila kadar asam urat berlebihan dan ginjal tidak mampu mengatur
keseimbangannya, maka akan menumpuk pada jaringan dan sendi. Pada saat
kadar asam urat tinggi dan tidak segera diobati dapat menyebabkan penyakit batu
ginjal. Menurut Prince dan Wilson, 2005 tanda dan gejala Asam urat adalah
terjadinya peningkatan asam urat serum, nyeri hebat yang datang tibatiba,
pergerakan kaku, mudah merasa letih dan lesu, kemerahan di kulit, sakit
Penyakit Gout yang berkaitan dengan peninggian asam urat tidak begitu dikenal
Faktor yang menyebabkan penyakit asam urat yaitu pola makan, faktor
kegemukan dan lain lain. Diagnosis penyakit asam urat dapat ditegakkan
berdasarkan gejala yang khas dan ditemukannya kadar asam urat yang tinggi 12
di dalam darah. Selain itu pengobatan asam urat dapat dilakukan dengan
meningkatkan ekskresi melalui ginjal. Ginjal adalah organ yang memiliki fungsi
utama untuk menyaring darah dan membuang racun hasil metabolisme maupun
racun yang dikonsumsi secara tidak sengaja. Pada lansia sehat,ginjalakan tetap
terutama oleh hipertensi, kencing manis, infeksi berulang,atau batu ginjal, akan
sebagai respon dari perbaikan kerusakan sehingga filter yang ada akan tidak
berfungsi. Akibat dari gagal ginjal adalah sesak,muntah hebat hingga kejang
6
Linda, 2012).
Kadar asam urat darah dipengaruhi oleh herediter, jenis kelamin, kelainan
enzim spesifik, idiopatik, faktor lingkungan, penyakit tertentu, kegiatan dan diet.
perempuan, terutama pada laki-laki dengan usia di atas 40 tahun, sedangkan pada
Diet merupakan salah satu faktor yang paling berperan dalam meningkatkan
kadar asam urat. Beberapa contoh diet tersebut adalah daging merah, jeroan,
Salah satu diet yang paling dihindari oleh penderita hiperurisemia adalah
melinjo, antara lain bentuk olahannya adalah emping. Konsumsi emping goreng
2008).
Peran dan pungsi perawat Gerontik terhadap pasien Gout arthritis yaitu
sebagai care giver dengan cara memberiakan asuhan keperawatan kepada lansia.
lansia yang berisiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya. Sebagai
motivator dan inovator lansia dengan cara memberiakan motivasi kepada lansia.
dan upaya kesehatan yang di berikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tahun 2015 sebanyak 63 lansia terdiri dari 40 laki-laki dan 23 perempuan, pada
pencatatan daftar urutan penyakit terbanyak pada Lanjut Usia di BPPLU Pagar
Dewa Bengkulu pada tahun 2015 di dapatkan data bahwa gout arthritis adalah
hari nyerinya. Asuhan keperawatan yang dilakukan oleh pasien secara mandiri,
lansia. Petugas BPPLU mengatakan ada perawat dan dokter dari RSUD M.
Yunus Kota Bengkulu yang bertugas di BPPLU setiap dua kali dalam seminggu
pasien dengan Gout arthritis di wisma Balai Pelayanan dan Penyantunan Lanjut
B. BATASAN MASALAH
Agar penelitian ini terarah, terpokus dan tidak meluas, peneliti membatasi
penelitian pada asuhan keperawatan pada pasien dengan Gout atritis meliputi
Penelitian ini di pokuskan pada pasien dengan Gout atritis di BPPLU Kota
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat penulisan
1. Bagi Penulis
Gout atritis
atritis
TINJAUAN PUSTAKA
bergerak dengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang
yang satu dengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat
merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe
10
3. Sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami
sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak penuh. Sinovium
atas viskositas cairan sinovial dan disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan
c) Globoid : fleksi dan ekstensi, abd & add; rotasi sinkond multi axial
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak
fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang agar tidak aus dan
beban dan peredam benturan. Agar rawan berfungsi baik, maka diperlukan:
matriks rawan yang baik pula. Matriks terdiri dari 2 tipe makromolekul, yaitu:
70-80% air, hal inilah yang menyebabkan tahan terhadap tekanan dan
b) Kolagen : komponen ini meliputi 50% berat kering rawan sendi, sangat
tahan terhadap tarikan. Makin kearah ujung rawan sendi makin tebal,
sehingga rawan sendi yang tebal kolagennya akan tahan terhadap tarikan.
Disamping itu matriks juga mengandung mineral, air, dan zat organik lain
1. Definisi
asam urat dan penurunan ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga
menyebabkan penumpukan kadar asam urat di sendi dan saluran ginjal. Gout
adalah hasil dari metabolisme tubuh oleh salah satu protein (purin) dalam
ginjal. Dalam hal ini, ginjal berfungsi mengatur kestabilan kadar asam urat
dalam tubuh dimana sebagian sisa asam urat dibuang melalui air seni (urin),
Penyakit Pirai (gout) atau Arthritis Gout adalah penyakit yang disebabkan
oleh tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi.
peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar
asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl. (Catatan: kadar normal asam urat
dalam darah untuk pria adalah 8 mg/dl, sedangkan untuk wanita adalah 7
2. Klasifikasi
dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5-7
keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena penyakit gout
dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan. Pada serangan akut yang tidak
berat, keluhan-keluhan dapat hilang dalam beberapa jam atau hari. Pada
serangan akut berat dapat sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu.Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet
b) Stadium interkritikal
Pada keadaan ini penderita dalam keadaan sehat selama jangka waktu
tertentu. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada
yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata
namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan
Tahap ketiga disebut sebagai tahap artritis gout kronik bertofus. Tahap
ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau lebih.
Pada tahap ini akan terjadi benjolan-benjolan di sekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang
monosodium urat. Tofus ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan
bentuk sendi. Pengendapan kristal urat di dalam sendi dan tendon terus
sendi. Benjolan keras dari kristal urat (tofi) diendapkan di bawah kulit di
sekitar sendi. Tofi juga bisa terbentuk di dalam ginjal dan organ lainnya,
dibawah kulit telinga atau di sekitar sikut. Jika tidak diobati, tofi pada
tangan dan kaki bisa pecah dan mengeluarkan massa kristal yang
3. Etiologi
kemerahan pada bagian bawah sendi dari ibu jari kaki, yang terjadi pada
waktu tengah malam. Serangan berkurang dalam beberapa hari tetapi berulang
kembali. Lama kelamaan, sendi dirusak oleh endapan kristal asam urat
didalam sinovia dan tulang rawan. Asam urat didalam serum meningkat.
Penyakit ini dianggap sebagai suatu penyakit orang berada yang memakan
makanan yang kaya akan DNA, yang memproduksi banyak asam urat (Sibuea,
2009).
a) Meningkatnya kadar asam urat karena diet tinggi protein dan makanan
kaya senyawa purin lainnya. Purin adalah senyawa yang akan dirombak
.minum air sebanyak 2 liter atau lebih tiap harinya membantu pembuangan
dan leukemia.
g) Faktor lain seperti stress, diet ketat, cidera sendi, darah tinggi dan olahraga
4. Patofisiologi
tertentu yang menandai perjalanan penyakit ini. Gejala awal ditandai oleh
Jika hiperurisemia tidak ditangani dengan baik, cepat atau lambat penderita
akan mengalami serangan gout akut. Jika kadar asam urat tetap tinggi selama
Setelah memasuki fase ini, tidak butuh waktu lama untuk menuju fase akhir
Tanda dan gejala arthritis gout secara umum adalah sebagai berikut:
a) Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam,
biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal pertama) atau jari
e) Demam, dengan suhu tubuh 38,30C atau lebih, tidak menurun lebih dari
f) Ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi berdarah
(VitaHealth, 2013)
6. Komplikasi
urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau
tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub
dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan
Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti
ammonium, fosfat).
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
b. Pemeriksaan laboratorium
gout.
dilakukan.
e) peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus gout,
teofilin, salisilat.
penyakit ginjal.
b) sampel urine 24 jam ditampung dalam wadah besar, ditambahkan
selama penampungan.
1. Tes makroskopik
leukositosis
b) Bekuan
c) Viskositas
3) Bervariasi : hemoragik
d) Tes mucin
2) Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas :
rheumatoid arthritis
2) Tes mikroskopik
a) Jumlah leukosit
83%
c) Kristal-kristal
d) Tes kimia
2) Laktat Dehidrogenase
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Hindari makanan tinggi purin (hati, ikan sarden, daging kambing, dan
minum).
4) Tirah baring
bergerak.
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
penyembuhan.
6) Relaksasi
nyeri(Anarmoyo,2013).
b. Penatalaksanaan medik
1) Kolkisin
Efek samping yang ditemui diantaranya sakit perut, diare, mual atau
jam sampai nyeri, mual, atau diare hilang. Kemudian obat dihentikan
2) OAINS
fungsi ginjal dan riwayat alergi terhadap OAINS (obat anti inflamasi
non steroid).
3) Kortikosteroid
INDEKS KATZ
SKO KRITERIA
RE
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,ke kamar
Lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi, tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,
-lain D, E, F dan G
+ -
Penilaian SPMSQ
8. Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah, daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru? (ya/t)
9. Apakah Anda merasa bahwa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan Anda daripada yang
lainnya?(ya) (tidak)
11. Apakah Anda merasa saya sangat tidak berguna dengan keadaan Anda sekarang? (tidak)
13. Apakah Anda berfikir bahwa situasi Anda tak ada harapan?(ya)(tidak)
14. Apakah Anda berfikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada Anda? (ya)
Analisa hasil :
Jika jawaban pertanyaan sesuai indikasi dinilai poin 1. (nilai poin 1 untuk setiap
APGAR keluarga
. re
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya 1
afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan waktu 2
bersama-sama
Analisa hasil :
dan merupakan suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari
2008).
Menurut (Yuli, 2014) pengkajian yang perlu dilakukan pada lansia dengan
2. Identitas
3. Keluhan utama
dan osteoporosis adalah klien mengeluh nyeri pada persendian tulang yang
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
baik.
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita
oleh khalayan dari mulai keluhan yang dirasakan sampai khalayan dibawa
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
7. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital:
a) Suhu menngkat (>370 C).
normal.
Gejala : fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama
Yang perlu dikaji adanya aktivitas apa saja yang bisa dilakukan
mobilisasi.
tangga.
2) Pola nutrisi
kesukaan.Gejala:Ketidakmampuanuntuk menghasilkan/mengkonsumsi
mukosa.
3) Pola eliminasi
jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
stress pasa sendi, kekakuan pada pagi hari, bisaanya terjadi secara
harga diri, peran, identtas diri. Manusia sebaga sistem terbuka dan
spiritual
2. Diagnosa Keperawatan
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
INTERVENSI
DIAGNOSA
RASIONAL
NOC NIC
Kriteria Hasil :
Klien meningkat
dalam aktivitas fisik.
Mengerti tujuan dari
peningkatan
mobilitas.
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemampuan
berpindah.
Memperagakan
penggunaan alat
Bantu untuk
mobilisasi.
Defesiensi NOC NIC
pengetahuan Pengetahuan proses Program penyuluhan
berhubungan penyakit pengetahuan proses penyakit
dengan Dengan Level : 1. Kaji tingkat kemampuan 1. Menentukan informasi yang diberikan.
kurangnya 1. Tidak ada klien tentang penyakitnya.
pemahaman 2. Terbatas 2. Berikan kesempatan pada 2. Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi apa
pengobatan dan 3. Cukup klien untuk mengungkapkan yang dirasakan dan cara menghadapinya secara
perawatan di 4. Sedang perasaannya. langsung.
rumah . 5. Banyak Nilai yang
diharapkan 3 3. Pilih berbagai strategi belajar. 3. Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses
sampai 5 informasi, meningkatkan penerapan pada individu
yang belajar.
4. Tinjau tujuan dan persiapan 4. Ansietas karena ketidaktauan akan meningkatkan
Pengetahuan diagnostik. stres dan akhirnya akan meningkatkan beban kerja
prilaku kesehatan jantung.
Dengan Level :
1. Tidak ada 5. Diskusikan tentang rencana 5. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan
2. Terbatas diet. membantu pasien dalam merencanakan
3. Cukup makan/mentaati program.
4. Sedang 6. Diskusikan tentang proses 6. Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan
5. Banyak Nilai yang penyakit, efek, tanda dan dalam kontrol Artritis rheumatoid.
diharapkan 3 gejala dan faktor-faktor yang
sampai 5 memegang peranan dalam
kontrol arhtritis rheumatoid.
Kriteria Hasil : 7. Diskusikan tentang komplikasi 7. Dapat meningkatkan keinginan pasien untuk
Pasien dan keluarga yang akan terjadi bila pasien mematuhi program diet dan aktivitas sesuai jadwal.
menyatakan tidak mematuhi program diet
pemahaman tentang dan aktivitas serta pencegahan
penyakit, kondisi, komplikasi.
prognosis dan 8. Berikan dukungan secara 8. Meningkatkan mekanisme koping keluarga
program pengobatan moril dan spiritual pada
Pasien dan keluarga keluarga.
mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim kesehatan
lainnya
Gangguan citra NOC NIC
tubuh Citra tubuh Peningkatan citra tubuh
berhubungan Dengan Level : 1. Kaji dan dokumentasikan 1. Dapat menunjukan depresi atau keputusasaan.
dengan 1. Tidak pernah positif respon verbal dan nonverbal
penyakit, 2. Jarang positif pasien terhadap tubuh pasien.
deformitas sendi 3. Kadang-kadang 2. Indentifikasi mekanisme 2. Meningkatkan perasaan kompetensi atau harga diri,
positif koping yang biasa digunakan mendorong kemndirian partisipasi dalam terapi.
4. Sering pasien.
5. Selalu
Nilai yang diharapkan 3. Tentukan harapan pasien 3. Memberi kesempatan untuk mendiskusikan
4 sampai 5 terhadap citra tubuh persepsi pasienterhadap diri atau gambaran diri dan
berdasarkan tahap kenyataan situasi individu.
Harga diri perkembangan.
Dengan Level :
1. Tidak pernah positif 4. Tentukan apakah persepsi 4. Menunjukan perasaan isolasi dan takut terhadap
2. Jarang positif ketidaksukaan terhadap penolakan dan penilaian orang lain.
3. Kadang-kadang karakteristik tertentu membuat
positif diskusi paralisis sosial bagi
4. Sering remaja dan pada kelompok
5. Selalu Nilai yang resiko tinggi lainnya.
diharapkan 4 sampai 5. Tentukan apakah perubahan 5. Dapat menunjukan emosional ataupun metode
5 fisik saat ini telah dikaitkan koping maladataif.
kedalam citra tubuh pasien.
Kriteria Hasil : 6. Identifikasi terhadap pengaruh 6. Perubahan fisik dan psikologis seringkali
Body image positif budaya, agama, ras, jenis menimbulkan stresor dalam hubungan keluarga
Mampu kelamin, dan usia pasien yang mempengaruhui peran atau harapan semula.
mengidentifikasi menyangkut citra tubuh.
kekuatan personal
Mendiskripsikan 7. Pantau frekuensi penyakit 7. Mengidentifikasi bagaimana penyakit
secara factual kritik diri. mempengaruhi persepsi diri.
peubahan fungsi
tubuh 8. Ajarkan tentang cara merawat 8. Ketergantungan pada perawatan diri membantu
Mempertahankan dan perawatan diri, termasuk untuk memperbaiki kepercayaan diri dan
interaksi sosial komplikasi kondisi medis. penerimaan situasi.
Kesesuaian antara
realitas tubuh, ideal 9. Rujuk ke pelayanan sosial 9. Pendekatan penyeluruhan diperlukan untuk
tubuh, perwujudan untuk merencanakan membantu pasien untuk menghadapi rehabilitas dan
tubuh. perawatan dengan pasien dan kesehatan.
Gambaran internal keluarga.
diri 10. Dengarkan pasien dan 10. Bantu pasien atau orang terdekat untu menerima
Deskripsi yang keluarga secara aktif dan akui perubahan dan merasakan baik tentang diri sendiri.
terkena dampak. realitas kekhawatiran terhadap
Keinginan untuk perawatan, kemajuan, dam
menyentuh bagian prognosis.
tubuh yang 11. Beri dorongan kepada pasien 11. Mendemonstrasikan penerimaan atau membantu
mengalami gangguan. dan keluarga untuk pasien untuk mengenal dan mulai perasaan ini.
mengungkapkan perasaan dan
untuk berduka jika perlu.
12. Bantu pasien dan keluarga 12. Membantu pasien atau keluarga untuk
utuk mengidentifikasi dan mempertahankan kontrol diri, yang dapat
mengunakan mekanisme meningkatkan perasaan harga diri.
koping.
13. Mempertahankan penampilan yang dapat
13. Berikan perawatan dengan meningkatkan citra diri.
cara yang tidak menghakimi,
jaga privasi, dan martabat
pasien.
Risiko cedera NOC NIC
berhubungan Kontrol risiko Manajemen lingkungan
dengan Dengan Level : 1. Identifikasi faktor yang 1. Mengidentifikasi bantuan dan dukungan yang
hilangnya 1. Tidak pernah mempengaruhi kebutuhan diperlukan.
kekuatan otot 2. Jarang keamanan, misalnya
3. Kadang-kadang perubahan status mental,
4. Sering derajat keracunan, keletihan,
5. Selalu Nilai yang usia kematangan, pengobatan,
diharapkan 4 sampai dan defisit motorik dan
5 sensorik (misalnya
keseimbangan dan berjalan
Kriteria Hasil : 2. Identifikasi faktor lingkungan 2. Mengidentifikasi lingkungan yang aman untuk
Klien terbebas dari yang memungkinkan resiko pasien
cedera terjatuh (mis, lantai licin,
Klien mampu karpet yang sobek, anak
menjelaskan tangga tanpa pengaman,
cara/metode untuk jendela, kolam renang).
mencegah 3. Bantu ambulasi pasien jika
injury/cedera perlu. 3. Mencegah jatuh dengan cedera
4. Orientasi kembali pasien
terhadap realitas dan 4. Memperkenalkan lingkungan baru kepada pasien
lingkungan saat ini bila
dibutuhkan.
5. Sediakan alat bantu berjalan.
5. Membantu pasien dalam berjalan dan mengurangi
6. Sediakan lingkungan aman resiko jatuh.
untuk pasien. 6. Mengurangi cidera yang tidak disengaja yang dapat
7. Memasang side rail tempat menyebabkan pendarahan.
tidur. 7. Mengurangi resiko jatuh.
perawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan mengevaluasi
kerja anggota staf dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang
5. Evaluasi Keperawatan
akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan (Potter &
Perry, 2014).
3. Dokumentasi Keperawatan
pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara
Bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan yang dilakukan pada
Tn.I dengan gout artritis, dilaksanakan pada tanggal 12-18 Februari 2017. Asuhan
i dan evaluasi. Pengkajian ini dilakukan dengan metode auto anamnesa (metode waw
fisik
1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Klien bernama Tn.I umur 64 tahun berjenis kelamin laki-laki, agama Islam,
pendidikan terakhir SD, pekerjaan nelayan, alamat Pagar Dewa. Klien tinggal
Penanggung jawab klien adalah Tn.W, hubungan dengan klien adalah anak,
alamat Pagar Dewa. Diagnosa medis yang diderita Tn. I sekarang adalah gout
arthrtitis.
B. Keluhan Utama
sendi pada bagian lutut dan bagian bawah kaki yang ia rasakan ketika tengah
60
malam hari. Nyeri dirasakan panas, kemerahan, berdenyut-denyut, dan sulit
bergerak.
Dari pengkajian didapatkan hasil Tn. I mengatakan nyeri sendi pada bagian
lutut dan bagian bawah kaki yang ia rasakan ketika tengah malam hari.
61
61
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65- 125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan Total
I. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Identifikasi Tingkat Kerusakan Intelektual dengan Menggunakan Short
Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ).
Tabel 3.2 Short Portable Mental Status Quesioner (SPMSQ)
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
√ 01 Tanggal berapa hari ini ?
√ 02 Hari apa sekarang ?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Di mana alamat anda ?
√ 05 Berapa umur anda ?
√ 06 Kapan anda lahir ? ( minimal tahun)
√ 07 Siapa nama Presiden/ Bupati/ Wali Kota sekarang ?
√ 08 Siapa Presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 10 dan tetap pengurangan dari 3 setiap angka
baru, semua secara menurun.
Σ= 9 Σ= 1
Score total : 1
Interprestasi :
66
Interprestasi Hasil:
a. > 23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
b. 18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
c. ≤ 17 : Terdapat kerusakan aspek fungsi mental
berat
J. Riwayat Obat-obatan
Riwayat obat-obatan yang pernah didapatkan Tn. I adalah :
1) Amlodipine 3 x 1 tablet (5mg)
2) Nutralix 3 x 1 tablet
3) Ranitidine 2 x 1 tablet sebelum makan (150mg)
4) Piroxicam 1 x 1 tablet (20mg)
5) Pct 3x1
68
K. Data penunjang yang didapatkan dari hasil pemeriksaan asam urat pada Tn.
I adalah :
Tabel 3.4 hasil pemeriksaan asam urat
No Yang diperiksa Hasil Normal Satuan
1. Asam Urat 9,0 Wanita 3,5 – 6,0 mg/dl, laki- mg/dl
laki 3,5 – 7,0 mg/dl
69
L. ANALISA DATA
DO :
a. Klien tampak ekspresi wajah menahan nyeri
b. Tampak pasien memegang lutut dan kakinya
karena nyeri
c. Skala nyeri : 7
d. RR : 24 x/ menit
e. TD : 160/90 mmHg
f. N : 88 x/ menit
g. S : 36, 7 ºC
h. Kadar gout arthritis dalam darah 9,0 mg/dl
2. DS : Hambatan mobilitas Nyeri persendian
a. Pasien menyebutkan nyeri sendi pada bagian fisik
lutut dan bawah kakinya
b. Pasien menyebutkan bagian kanan tubuhnya
terasa lemah dan agak kaku karena struk
DO :
a. Pasien tampak memakai tongkat kalau berjalan
dan beraktivitas
b. Pasien tampak berhati-hati dalam berjalan
c. Pasien tampak sedikit kaku dalam berjalan
d. Pasien tampak berpegangan saat akan menaiki
tangga
e. Tingkat mobilitas dengan level 3 : memerlukan
bantuan
f. Tanda – tanda vital :
TD : 160/90 mmHg
P : 24 x/m
N : 88 x/m
3. DS : Kelemahan Resiko cidera
a. Pasien menyebutkan tubuhnya sebelah kanan
terasa lemah dan agak kaku untuk digerakkan
karena ada riwayat struk
70
DO :
a. Pasien tampak lemah
b. Pasien tampak agak kaku saat menggerakkan tan
gan dan kakinya yang sebelah kanan
c. Tanda – tanda vital :
TD : 160/90 mmHg
P : 24 x/m
N : 88 x/m
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan sendi
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian
c. Resiko cidera berhubungan dengan kelemahan
71
3. Perencanaan Keperawatan
Nama : Tn.I Dx. Medis : Gout Artritis
Ruangan : Dahlia No.Reg : 00519
2. Memerlukan bantuan 9. Ajarkan pasien bagaimana meruba 9. Merubah posisi bertujuan agar otot
dan penjagaan h posisi dan tidak tegang/kaku
3. Memerlukan bantuan berikan bantuan jika diperlukan
4. Sedikit mandiri
dengan penjagaan 10. Menerapkan/menyediakan perangk 10. Membantu pasien melakukan gerak
5. Mandiri at bantu (tongkat, walker, atau wee secara mandiri
Nilai yang diharapkan lcheir) untuk ambulation, jika pasie
4 sampai 5 n tidak stabil
Kinerja transfer :
Dengan Level :
1. Tergantung, tidak bisa
berpartisipasi
2. Memerlukan bantuan
dan penjagaan
3. Memerlukan bantuan
4. Sedikit mandiri
dengan penjagaan
5. Mandiri.
Nilai yang diharapkan
4 sampai 5
Setelah dilakukan
perawatan selama..x 24
jam diharapkan hambatan
mobilitas fisik pada
pasien teratasi dengan
Kriteria Hasil :
Klien meningkat
dalam aktivitas fisik.
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas.
Memverbalisasikan
perasaan dalam
76
meningkatkan
kekuatan dan kemamp
uan berpindah. Memp
eragakan penggunaan
alat Bantu untuk
mobilisasi.
3. Resiko ceder NOC NIC
a Kontrol risiko Manajemen lingkungan
berhubungan Dengan Level : 1. Identifikasi faktor yang 1. Mengidentifikasi bantuan dan dukun
dengan kele 1. Tidak pernah mempengaruhi kebutuhan keaman gan yang diperlukan.
mahan 2. Jarang an, misalnya perubahan status
3. Kadang-kadang mental,
4. Sering derajat keracunan, keletihan, usia k
5. Selalu ematangan, pengobatan, dan defisit
Nilai yang motorik dan sensorik (misalnya ke
diharapkan 4 sampai simbangan dan berjalan).
5 2. Identifikasifaktor lingkungan yang
memungkinkan resikoterjatuh (mis, 2. Mengidentifikasi lingkungan yang a
Setelah dilakukan lantai licin, karpetyang sobek, anak man untuk pasien
perawatan selama..x 24 tangga tanpa pengaman, jendela, k
jam diharapkan cidera olam renang).
pada pasien dapat dicegah 3. Bantu ambulasi pasien jika perlu.
dengan 4. Orientasi kembali pasien
Kriteria Hasil : terhadap realitas dan lingkungan sa 3. Mencegah jatuh dengan cedera
Klien terbebas dari at ini bila dibutuhkan. 4. Memperkenalkan lingkungan baru ke
cedera 5. Sediakan alat bantu berjalan. pada pasien
Klien mampu
menjelaskan 6. Sediakan lingkungan aman untuk
cara/metode untuk pasien. 5. Membantu pasien dalam berjalan da
mencegah injury/cedera n mengurangi resiko jatuh.
6. Mengurangi cidera yang
7. Memasang karet pada ujung tidak disengaja yang dapat menyeba
77
4. IMPLEMENTASI
IMPLEMENTASI HARI KE-1
4. Menggunakan teknik komunika 6. Lingkungan aman, tidak bising dan suhu normal
si terapeutik
5. Mengevaluasi pengalaman nyeri 7. Pasien mengerti dan melakukan apa yang diajarkan
masa lampau oleh perawat
2 15.00 wib 2
s/d 15.50 1. Mengobservasi TTV pasien 1. T : 160/90 mmHg
wib P : 24 x/mnt
N : 88 x/mnt
S : 36, 7 0C
2. Mengkaji kemampuan pasien 2. Pasien tampak agak lemah dan kaku dalam
dalam mobilisasi. mobilisasi berjalan
3. Pasien tampak masih kaku dalam mengikuti ajaran
3. Mengajarkan pasien bagaimana perawat
cara berjalan yang benar dengan
menggunakan tongkat dan tanpa
meggunakan alat bantu 4. Pasien tampak masih kaku
(tongkat)
4. Melatih pasien keluar rumah
tanpa menggunakan tongkat,
Mendampingi dan membantu
pasien saat mobilisasi ke luar 5. Pasien merasa senang didampingi oleh perawat
rumah
5. Menyiapkan alat bantu tongkat 6. Alat bantu (tongkat) tersedia di dekat pasien
untuk pasien, jika pasien tidak
stabil 7. Pasien memegang tangan perawat saat naik turun
6. Melatih kemampuan pasien tangga karena takut jatuh
dalam naik turun tangga
8. T : 150/90 mmHg
7. Memonitor vital sign dan N : 98 x/mnt
mengkaji respon klien saat S : 36, 9 0C
selesai latihan P : 26 x/mnt
3 16.00 wib 3
s/d 16.50 1. Mengobservasi TTV pasien 1. T : 150/90 mmHg
wib P : 21 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36, 4 0C
2. Mengidentifikasi faktor yang 2. Pasien tampak agak lemah dan kaku dalam berjalan
mempengaruhi kebutuhan karena stroke ringan yang dideritanya
keamanan, keseimbangan dan
berjalan 3. Lingkungan terhindar dari lantai yang licin, karpet
yang sobek, dan anak tangga tanpa pengaman.
3. Mengidentifikasi faktor
lingkungan yang memungkinkan
resiko terjatuh ( lantai licin, 4. Barang-barang yang yang mengganggu berjalan
karpet yang sobek, anak tangga ditata rapi dan aman
tanpa pengaman).
5. Pasien berpegangan dengan perawar saat ke kamar
4. Menyediakan kamar yang mandi
nyaman, terhindar dari barang-
barang yang membuat terpleset
6. Pasien tampak senang dibantu oleh perawat
5. Membantu pasien berjalan ke
kamar mandi 7. Lingkungan bebas dari cahaya yang terlalu
6. Membantu pasien dalam ADLs redup/menyilaukan
sehari-hari memarut timun untuk
obat hipertensinya 8. Pasien mengangguk dan mengerti dengan penjelasan
7. Mengatur lingkungan yang aman, perawat
menghindari lampu yang terlalu
redup/menyilaukan
8. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang pencegahan
injury di rumah
83
3. Mengbservasi ekspresi
wajah pasien 6. Pasien telah melakukan larangan untuk makan
4. Menggunakan teknik komu makanan yang tinggi purin seperti jeroan, kol,
nikasi terapeutik kacang-kacangan, dll.
7. Pasien mengerti dan telah melakukan apa yang
5. Mengidentifikasi diajarkan oleh perawat
lingkungan
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu, dan kebi
singan
6. Memberikan penkes
tentang
larangan makan makanan ti
nggi purin
7. Mengajarkan tentang
teknik nonfarmakologi :
napas dalam dan kompres
hangat
2 14.30 wib 2
s/d 15.00 1. Mengobservasi TTV pasien 1. T : 180/100 mmHg
wib N : 90 x/mnt
P : 25x/mnt
S : 36,7 0C
2. Mengkaji kemampuan 2. Pasien tampak agak lemah dan kaku dalam
pasien dalam mobilisasi. mobilisasi berjalan
3. Pasien aktif dalam mengikuti ajaran perawat
3. Mengajarkan pasien bagai
mana cara berjalan yang be
85
8. Menganjurkan pasien
untuk olahraga ringan
setiap pagi, seperti
menggerak-gerakkan
tangan dan kaki
86
3 15.30 wib 3
s/d 16.00 1. Mengobservasi TTV pasien 1. T : 170/110mmHg
wib P : 24 x/menit
N : 88 x/menit
S : 36,4 0C
2. Mengidentifikasi faktor lin 2. Lingkungan terhindar dari
gkungan yang memungkin lantai yang licin, karpet yang sobek, dan anak tangga
kan resiko terjatuh (lantai li tanpa pengaman.
cin, kar, anak tangga tanpa
pengaman). 3. Pasien tampak senang dibantu oleh perawat
3. Membantu pasien dalam A 4. Lingkungan bebas dari cahaya yang terlalu redup/me
DL sehari hari memarut ti nyilaukan
mun untuk obat hipertensin
a 5. Pasien mengangguk danmengerti dengan penjelasan
perawat
4. Mengatur lingkungan yang
aman, menghindari lampu
yang terlalu redup/menyila
un
5. Memberikan pendidikan ke
sehatan tentang injury di
rumah
87
7. Mengajarkan tentang
teknik nonfarmakologi:
napas dalam, kompres
hangat
2 14.30 wib 2
s/d 15.00 1. Mengkaji kemampuan 1. Pasien tampak rileks dan lancar dalam berjalan
wib pasien dalam mobilisasi. 2. Pasien tampak mengikuti ajaran perawat dengn
2. Mengajarkan pasienbagaim benar dan lancar
ana caraberjalan yang bena
r dengan meng gunakan ton 3. Pasien tampak sudah lancar
gkat dan akan alatbantu berjalan tanpa alat bantu tongkat
(tongkat) 4. Pasien merasa senang didampingi oleh perawat
3. Melatih pasien berjalan ke l
uar rumah tanpa mengguna 5. Alat bantu (tongkat) tersedia di dekat perawat
kan tongkat
4. Mendampingi dan 6. Pasien memegang pegangan yang di dekat anak
membantu pasien saat tangga
mobilisasi ke luar rumah 7. T : 140/100 mmHg
89
8. Menganjurkan pasien
untuk olahraga ringan
setiap pagi, seperti
menggerak-gerakkan
tangan dan kaki
3 15.00 wib 3
s/d 15.00 1. Mengidentifikasi faktor 1. Lingkungan terhindar dari lantai yang licin, karpet
wib lingkungan yang memungk yang sobek, dan anak tangga yang tampak
inkan resiko terjatuh ( pengaman.
lantai licin, karpet yang
sobek, anak tangga tanpa 2. Lingkungan bebas dari cahaya yang terlalu redup/m
pengaman). enyilaukan
2. Mengatur lingkungan yang
aman, menghindari lampu 3. Pasien mengangguk dan mengerti dengan penjelasa
yang terlalu n perawat
redup/menyilaukan
3. Memberikan pendidikan ke
sehatan tentang pencegaha
n injury di rumah
90
2 14.30 wib 2
s/d 15.00 1. Mengkaji kemampuan 1. Pasien tampak rileks dan lancar dalam berjalan
wib pasien dalam mobilisasi.
2. Pasien mengatakan telah melakukan anjuran
2. Menganjurkan pasien untu perawat
k
olahraga ringan setiap pagi,
seperti menggerak gerakka
n tangan dan kaki
92
3 15.00 wib 3
s/d 15.30 1. Memberikan pendidikan ke 1. Pasien menganggu dan mengerti dengan penjela
wib shatan tentang pencegahan san perawat
injury di rumah
93
5. EVALUASI
Hari, No.
No. Evaluasi Paraf
tanggaljam Dx
1 Selasa, 1 S:
16-02-17 Pasien menyebutkan nyeri sudah berkurang dari sebelumnya
Pasien menyebutkan nyeri sudah berkurang saat dilakukan kompres hangat dan
13.45 wib s/d nafas dalam
15.00 wib Pasien menyebutkan bisa melanjutkan tidurnya pada malam hari
O:
Pasien masih tampak meringis
Skala nyeri : 5
TTV
T : 150/100 mmHg N : 84 x/menit
P : 22 x/menit S : 36,3 0C
A :
Level nyeri 3 (sedang)
Level control 4 (sering)
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,6,7,8
94
2 2 S:
Pasien menyebutkan sudah melakukan olahraga ringan setiap pagi
Pasien menyebutkan masih agak kaku dalam berjalan
O:
Pasien masih tampak kaku ketika berjalan
Pasien tampak menggunakan tongkat dalam mobilisasi
A :
Pergerakan sendi aktif (joint movement active) 2 gerakan terbatas
Tingkat mobilitas (mobility level) 3 memerlukan bantuan
Perawatan diri (self care) 4 yaitu sedikit mandiri dengan penjagaan
Kinerja transfer (transfer performance) 3 memerlukan bantuan
P : Intervensi dilanjutkan
3 3 S:
Pasien menyebutkan sudah bisa mobilisasi dengan baik tanpa hambatan dan
rintangan
O:
Pasien tampak melakukan mobilisasi tanpa hambatan
Lingkungan teridentifikasi aman dari lantai yang licin, karpet yang sobek, dan
anak tangga tanpa pengaman
Ruangan bebas dari cahaya yang redup/menyilaukan
TTV
95
A:
Kontrol resiko 4 (sering)
1 Rabu, 17-02- 1 S:
17 Pasien menyebutkan sudah tidak mengkonsumsi makanan yang tinggi purin
Pasien menyebutkan nyeri sudah berkurang
13.45 wib s/d Pasien menyebutkan bisa melanjutkan tidurnya pada malam hari
15.00 wib
O:
Pasien tampak merasa rileks saat berbicara dengan perawat
Pasien tampak senang karena bisa melajutkan tidurnya kembali
Skala nyeri : 3
TTV
T : 150/100mmHg N : 82 x/menit
P : 22 x/menit S : 36,20C
A :
Level nyeri 2 (ringan)
Level control 3 (kadang-kadang)
P : Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,6
96
2 2 S:
Pasien menyebutkan sudah mampu menerapakan teknik berjalan yang diajarkan
perawat
Pasien menyebutkan sudah bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat ke luar
rumah
O:
Pasien tampak menggunakan teknik mobilisasi yang diajarkan perawat
Pasien tampak berjalan ke depan rumah tanpa menggunakan tongkat
A :
Pergerakan sendi aktif (joint movement active) 3 yaitu gerakan cukup
Tingkat mobilitas (mobility level) 4 (sedikit mandiri dengan penjagaan)
Perawatan diri (self care) 5 (mandiri)
Kinerja transfer (transfer performance) 4 (sedikit mandiri dengan penjagaan
P : Intervensi dilanjutkan 2,9
3 3 S:
Pasien menyebutkan sudah bisa mobilisasi dengan baik tanpa hambatan dan
rintangan
O:
Pasien tampak melakukan mobilisasi tanpa hambatan
Lingkungan terkontrol aman
Ruangan bebas dari cahaya yang redup/menyilaukan
TTV
T : 150/100 mmHg N : 82x/menit
P : 22 x/menit S : 36,20C
A:
Kontrol resiko 3 (kadang-kadang)
A :
Level nyeri 2 (ringan)
P : Intervensi dihentikan
2 2 S:
Pasien menyebutkan sudah mampu menerapakan teknik berjalan yang diajarkan
perawat
Pasien menyebutkan sudah melakukan olahraga ringan setiap pagi hari
O:
Pasien tampak menggunakan teknik mobilisasi yang diajarkan perawat
Pasien tampak senang didampingi perawat
A :
Pergerakan sendi aktif (joint movement active) 4 yaitu gerakan baik
Tingkat mobilitas (mobility level) 5 (mandiri)
Perawatan diri (self care) 5 (mandiri)
Kinerja transfer (transfer performance) 4 (sedikit mandiri dengan penjagaan
P : Intervensi dihentikan
98
3 3 S:
Pasien menyebutkan sudah bisa mobilisasi dengan baik tanpa hambatan dan
rintangan
O:
Pasien tampak melakukan mobilisasi tanpa hambatan
Lingkungan terkontrol aman
Pasien tampak menggunakan tongkat dalam berjalan
TTV
T : 140/90 mmHg N : 88 x/menit
P : 22 x/menit S : 36,3 0C
A:
Kontrol resiko 3 (kadang-kadang)
P : Intervensi dihentikan
99
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam bab IV ini akan dibahas mengenai kesenjangan yang penulis dapatkan
anatara konsep dasar teori dan kasus nyata pada Tn.I di wisma Dahlia Balai
a. Pengkajian
hari pertama pengkajian Tn.I. pasien masuk kepanti pada tahun 2016 dan tinggal
BPPLU, pemeriksaan fisik head to toe, catatan medis, catatan keperawatan, dan
Pada tahap pengkajian awal, data penting yang harus di temukan pada klien
dengan Gout Arthritis adalah keluhan utama. Gejala khas yang di temukan pada
penderita Gout arthritis adalah nyeri lutut bagian bawah kaki, pembengkakan pada
sendi, kulit memerah, sulit bergerak, nyeri pada malam hari. Sedangkan pada teori
96
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
nyeri. (yuli,2014).
97
97
Pada riwayat keperawatan tidak ada perbedaan antara tinjauann teori dan
tinjauan kasus, keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan penyakit
ini adalah klien mengeluh nyeri pada persendian tulang yang terkena, adanya
pada tinjauan kasus pasien mengeluh P: pasien mengatakan nyeri dan kaku pada
sendi-sendi saat keadaan/cuaca dingin, nyeri akan berkurang jika diberikan Balsam
Otot Geliga pada sendi yang nyeri dan kaku, Q: pasien mengatakan nyeri pada
sendinya seperti tertekan, R: pasien mengatakan nyeri pada sebelah bagian sendi
bagian lutut, pergelangan tangan dan jari tangan, S: menggunakan Pain Numerical
Rating Scale (PNRS) pasien mengatakan skala nyeri pada sendi 4 dari skor 1
sampai 10, T: pasien mengatakan nyeri dan kaku muncul pada malam hari dan
jenis obat analgesic yang diberikan pada pasien Arthritis Rheumatoid, namun pada
tinjauan kasus pasien diberikan Paracetamol (3x1) pada 2 minggu lalu saat pasien
mengeluh nyeri pada sendi dan magh (riwayat berobat di klinik BPPLU). Pada
beberapa pasien rematik lainnya di BPPLU obat yang tersedia yaitu Piroxicam
(jenis Obat Anti Infamasi Non Steroid), hal ini dikarenakan Piroxicam di indikasi
memiliki kontra indikasi untuk penderita yang mempunyai riwayat tukak lambung
Tn. I menderita gastritis sehingga jenis analgesic lemah yang aman adalah
(Hoan, 2007), namun karena menurut pasien mengkonsumsi obat dalam jangka
panjang dapat menyebabkan penurunan pendengaran dan saat ini pasien merasa
Pemberian analgesik dalam dosis tinggi dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf
pusat yang diikuti dengan depresi; selain itu dapat juga timbul konfusi, dizziness,
koma. Tinnitus dan gangguan pendengaran pada intoksikasi ini terjadi karena
peningkatan tekanan dalam labirin dan pengaruh sel‐sel rambut di cochlea, diduga
akan menyebabkan hepatotoksik dan nefropati analgesik (Wilmana & Gan, 2007)
obat penanganan nyeri ringan sampai sedang, dan jika nyeri menjadi berat barulah
99
pasien ingin berobat ke klinik BPPLU. Penggunaan Balsem Otot Geliga sangat
tepat dikarenakan pada saat keadaan dingin maka pembuluh darah pada area
pelebaran pembuluh darah yang dapat mengurangi spasme otot sehingga nyeri
a. Diagnosa Keperawatan
sinovial),
diagnose yaitu :
Dari semua diagnose maka hampir dari beberapa diagnose yang ditemukan
pada kasus pasien sudah sesuai dengan teori. Nyeri berhubungan dengan
Gout arthritis.
Pada pasien di dapat kan beberapa diagnose yang tidak ada seperti yang
ada dalam teori, yaitu diagnose gangguan citra tubuh dan gangguan pola tidur
karena dari data pengkajian yang di dapatkan pasien tidak didapatkan data-data
gangguan pola tidur, paien tidak mengalami gangguan citra tubuh yang terlalu
C. Perencanaan keperawatan
(potter,2006) dan kreteria hasil yang ditulis penulis yaitu pasien mengatakan
tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal, elastisitas turgor kulit baik,
tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan drajat nyeri sebelom pemberian obat,
tentukan analgesik pilihan, rute, pemberian, dan dosis optimal, monitor vital sign
sebelom dan sesudah pemberian analgesik pertama kali, berikan analgesik tepat
rencana tindakan kaji tanda vital pasien, konsulkan tentang terapi fisik tentang
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan, bantu klien menggunakan tongkat saat
berjalan dan mencegah terhadap cidera, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi,
Pada diagnose ketiga untuk mengatasi resiko cidera pada pasien dilakukan
terjatuh, bantu ambulasi pasien, sediakan lingkungan yang aman untuk pasien,
D. Implementasi keperaawatan
prilaku keperawatan dimana tindakan yang di perlukan untuk mencapai tujuan dan
mengkaji tanda-tanda vital, ini mencakup untuk semua diagnose tersebut, didapat
teknik non farmakologi yaitu tekni napas dalam dan kompres hangat, untuk
diagnose kedua yaitu hambatan mobilitas fisik, tindakan yang dilakuakan kaji
tanda vital pasien, konsulkan tentang terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan, bantu klien menggunakan tongkat saat berjalan dan mencegah
terhadap cidera, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, ajarkan pasien dan
103
tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi. Untuk diagnose ke tiga yaitu resiko
yang aman untuk pasien, menyediakan tempat tidur yang aman dan bersih untuk
pasien.
E. Evaluasi
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau
pormatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau
sumatif yang dilakukan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang
Hasil evaluasi pada tanggal 18 februari 2016 pada diagnosa utama yakni nyeri
berhubungan dengan proses peradangan sendi adalah Tn.I mengatakan nyeri sudah
berkurang dan bisa melanjutkan tidurnya kembali pada malam hari. Pasien tampak
rileks saat berbicara dengan perawat, ekspresi wajah ceria, level nyeri 2 (ringan).
Hasil evaluasi ini sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan pada diagnosa nyeri
yakni pasien mampu mengontrol nyeri, melaporkan bahwa nyeri sudah berkurang,
gangguan tidur.
104
Hasil evaluasi pada diagnosa kedua yakni hambatan mobilitas fisik adalah
perawat dan sudah melakukan olahraga ringan setiap pagi. Pasien tampak
gerakan baik, tingkat mobilitas (mobility level) 5 yakni mandiri, perawatan diri
(self care) 5 yakni mandiri, kinerja trasnfer (transfer performance) 4 yaitu sedikit
mandiri dengan penjagaan. Hasil evaluasi ini sesuai dengan kriteria hasil yang
diharapkan pada diagnosa hambatan mobilitas fisik yakni pasien meningkat dalam
kemampuan berpindah.
Hasil evaluasi pada diagnosa ketiga yakni resiko cidera adalah pasien
mengatakan sudah bisa mobilisasi dengan baik tanpa hambatan dan rintangan.
pasien tampak menggunakan tongkat ketika berjalan. Hasil evaluasi ini sesuai
dengan kriteria hasil yang diharapkan pada diagnosa resiko cidera yakni pasien
injury/cidera.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
a. Pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan data subyektif dan obyektif.
Dari data subyektif pasien mengatakan nyeri sendi pada bagian lutut dan bawah
kaki yang terjadi pada tengah malam, nyeri dirasakan panas dan berdenyut-
denyut dari data obyektif didapatkan hasil pasien tampak meringis, ekspresi
diagnosa yang lain adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
hasil yang ingin dicapai yakni setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3x24 jam, diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : pasien mampu
103
Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik kriteria hasil yang diharapkan adalah
104
104
mengajarkan pasien teknik nafas dalam dan tindakan kompres hangat, dan
keluar rumah, menyiapkan alat bantu (tongkat) untuk pasien jika pasien tidak
stabil, melatih kemampuan pasien dalam naik turun tangga, memonitor vital
sign dan mengkaji respon pasien saat selesai latihan, menganjurkan pasien
untuk olahraga ringan setiap pagi, seperti menggerak-gerakkan tangan dan kaki.
untuk obat hipertensinya, mengatur lingkungan yang aman terhindar dari lampu
pasien, pada hari ketiga nyeri pasien sudah berkurang. Klien tampak lebih
yang tinggi purin. Pada diagnosa hambatan mobilitas fisik, didapatkan pasien
resiko cidera, pasien mengatakan sudah bisa mobilisasi tanpa hambatan dan
rintangan.
1. Saran
a) Bagi pasien
seseorang akan tidak sadar akan komplikasi yang disebabkan oleh gout arthritis.
Oleh sebab itu pemeriksaan kesehatan rutin perlu dilakukan pada pasien agar
yang telah di buat sehingga proses kesembuhan dapat di capai sesuai tujuan.
106
melainkan juga disekitar tempat tinggal, khususnya pada klien dengan gout
komprehensif.
Bagi (BPPLU)
sering melakukan penyuluhan kesehatan oleh tim perawat yang bertujuan untuk
fasilitas yang ada tanpa harus berobat ketempat yang lain. Menyediakan media
informasi seperti promotif seperti penyuluhan pada ruang klinik pada saat
Diharapkan hasil laporan karya tulis ilmiah ini dapat di jadikan Msukan
pasien dengan Gout arthritis untuk dapat menunjang penyusan karya tulis
ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, I. 2013. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Pearce, Evelyn C. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2010. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Internapublishing.
Potter , P.A, Perry, A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta :
EGC. 2005.
Pranaji, Diah Krisnatuti, dkk. 2007. Perencanaan Menu untuk Penderita Asam Urat.
Jakarta: Niaga Swadaya.
Pratiwi VF. 2013. Gambaran Kejadian Asam Urat (Gout) Berdasarkan Kegemukan
dan Konsumsi Makanan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat
Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember).Skripsi. Bagian Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember: Jember.
Price A. 1994. Patofisiologi Buku II. Jakarta : EGC
Price SA, Wilson LM. Patafisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6;
Vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kodokteran EGC. 2006. Hal 1402
Sibuea, H., 2009. Ilmu Penyakit Dalam .Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Yuli, R. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC dan
NOC, Jilid I. Jakarta : CV. TRANS INFO MEDIA
Syamsuhidayat dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta:EGC.
18
5. WOC
Makanan : tinggi purin Jenis kelamin Gout primer Obesitas Gout sekunder
(daging, jeroan, emping,
alkohol, dll Konsumsi obat-obat diuretik
Pada pria kadar asam Adanya metabolisme asam Kelebihan berat badan akan
urat tinggi urat bawaan (faktor genetik dan adanya penyakit ginjal
menghambat eksresi asam urat karena
dan hormonal) (gangguan pada ginjal)
Kadar purin dalam metabolisme lemak
darah
Kelebihan enzim HGPRT pada RNA dan DNA Produksi dan sintesis asam
urat terganggu
Pembentukan asam urat yang dihasilkan oleh tubuh
Menghambat eksresi asam
urat ditubulus ginjal
Kadar purin bawaan
Pembentukan tukak sendi MK : Gangguan citra tubuh Pelepasan mediator kimia prostagladin,
histamia dan bradikinin
Tofus mengering Bagan 2.1
1. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala arthritis gout secara umum adalah sebagai berikut:
a. Nyeri hebat yang tiba-tiba menyerang sendi pada saat tengah malam,
biasanya pada ibu jari kaki (sendi metatarsofalangeal pertama) atau jari
e. Demam, dengan suhu tubuh 38,30C atau lebih, tidak menurun lebih dari
f. Ruam kulit, sakit tenggorokan, lidah berwarna merah atau gusi berdarah
(VitaHealth, 2013)
2. Komplikasi
urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau
tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub
dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan
Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti
ammonium, fosfat).
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
b. Pemeriksaan laboratorium
c) elakkan dari memakan makanan tinggi purin seperti jeroan (hati, ginjal,
d) nilai normal : Pria Dewasa : 3,5 – 8,0 mg/dL, Perempuan Dewasa : 2,8 –
6,8 mg/dL
e) peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus gout,
salisilat.
ginjal.
22
dan didinginkan.
penampungan.
f) Peningkatan terjadi pada kasus gout, diet tinggi purin, leukemia, sindrom
g) Kadar pH urine diperiksa jika terdapet hiperuremia. Batu urat terjadi pada
1. Tes makroskopik
b) Bekuan
c) Viskositas
3) Bervariasi : hemoragik
d) Tes mucin
2) Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas :
rheumatoid arthritis
2) Tes mikroskopik
a) Jumlah leukosit
83%
c) Kristal-kristal
d) Tes kimia
b) Laktat Dehidrogenase
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Hindari makanan tinggi purin (hati, ikan sarden, daging kambing, dan
minum).
4) Tirah baring
bergerak.
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
penyembuhan.
6) Relaksasi
nyeri(Anarmoyo,2013).
26
b. Penatalaksanaan medik
1) Kolkisin
Efek samping yang ditemui diantaranya sakit perut, diare, mual atau
jam sampai nyeri, mual, atau diare hilang. Kemudian obat dihentikan
2) OAINS
fungsi ginjal dan riwayat alergi terhadap OAINS (obat anti inflamasi
non steroid).
3) Kortikosteroid
4) Analgesik
27
1. Pengkajian Keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari
2008).
28
Menurut (Yuli, 2014) pengkajian yang perlu dilakukan pada lansia dengan
a. Identitas
b. Keluhan utama
dan osteoporosis adalah klien mengeluh nyeri pada persendian tulang yang
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
baik.
Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita
oleh khalayan dari mulai keluhan yang dirasakan sampai khalayan dibawa
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital:
normal.
Gejala : fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi). Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama
Yang perlu dikaji adanya aktivitas apa saja yang bisa dilakukan
mobilisasi.
tangga.
33
2) Pola nutrisi
kesukaan.
3) Pola eliminasi
jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah tidur, dan insomnia.
stress pasa sendi, kekakuan pada pagi hari, bisaanya terjadi secara
34
harga diri, peran, identtas diri. Manusia sebaga sistem terbuka dan
35
spiritual
2. Diagnosa Keperawatan
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
3. Menurut Kozier et al.(1995), perencanaan adalah sesuatu yang telah dipertimbangkan secara mendalam, tahap yang
sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Berikut dibawah ini
adalah perencanaan pada kasus gout arthritis.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
INTERVENSI
DIAGNOSA
RASIONAL
NOC NIC
Pemberian Analgesik 11. Dengan mengetahui tipe nyeri maka akan membantu memilih
13. Tentukan lokasi, karakteristik, tindakan yang tepat
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat. 12. Dengan mengetahuinya lokasi, karakteristik, kualitas dan
14. Cek instruksi dokter tentang jenis derajat nyeri sebelum pemberian, dapat dijadikan acuan untuk
obat, dosis, dan frekuensi tindakan penghilang nyeri setelah pemberian obat
13. Mengetahui bahwa tindakan yang diberikan adalah benar
14. Mengetahui adanya riwayat alergi terhadap obat untuk
15. Cek riwayat alergi mempermudah pemberian obat selanjutnya
16. Pilih analgesik yang diperlukan atau 15. Analgesik yang tepat membantu mempercepat penurunan
kombinasi dari analgesik ketika nyeri
pemberian lebih dari satu
17. Tentukan pilihan analgesik 16. Dengan memonitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
tergantung tipe dan beratnya nyeri obat dapat memberikan perbandingan tentang tingkat nyeri
18. Monitor vital sign sebelum dan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
sesudah pemberian analgesik 17. Pasien tidak merasa cemas dan mengerti sebab-sebab nyeri
pertama kali 18. Mengetahui perubahan status kesehatan setelah pemberian
obat
19. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
20. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping).
40
Kriteria Hasil :
Klien meningkat dalam
aktivitas fisik.
Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas.
Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan
43
berpindah.
Memperagakan
penggunaan alat Bantu
untuk mobilisasi.
Defesiensi NOC NIC
pengetahuan Pengetahuan proses Program penyuluhan pengetahuan
berhubungan penyakit proses penyakit
dengan kurangnya Dengan Level : 1. Kaji tingkat kemampuan klien 1. Menentukan informasi yang diberikan.
pemahaman 1. Tidak ada tentang penyakitnya.
pengobatan dan 2. Terbatas 2. Berikan kesempatan pada klien 2. Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi apa yang
perawatan di rumah 3. Cukup untuk mengungkapkan perasaannya. dirasakan dan cara menghadapinya secara langsung.
. 4. Sedang
5. Banyak
Nilai yang diharapkan 3 3. Pilih berbagai strategi belajar.
sampai 5 3. Penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses informasi,
meningkatkan penerapan pada individu yang belajar.
4. Tinjau tujuan dan persiapan 4. Ansietas karena ketidaktauan akan meningkatkan stres dan
Pengetahuan prilaku diagnostik. akhirnya akan meningkatkan beban kerja jantung.
kesehatan
Dengan Level :
1. Tidak ada
2. Terbatas 5. Diskusikan tentang rencana diet. 5. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu
3. Cukup pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
44
4. Sedang
5. Banyak 6. Diskusikan faktor-faktor yang memegang peranan dalam
Nilai yang diharapkan 3 6. Diskusikan tentang proses penyakit, kontrol Artritis rheumatoid.
sampai 5 efek, tanda dan gejala dan faktor-
faktor yang memegang peranan
Kriteria Hasil : dalam kontrol arhtritis rheumatoid.
Pasien dan keluarga 7. Diskusikan tentang komplikasi yang 7. Dapat meningkatkan keinginan pasien untuk mematuhi
menyatakan pemahaman akan terjadi bila pasien tidak program diet dan aktivitas sesuai jadwal.
tentang penyakit, mematuhi program diet dan aktivitas
kondisi, prognosis dan serta pencegahan komplikasi.
program pengobatan 8. Berikan dukungan secara moril dan
Pasien dan keluarga spiritual pada keluarga. 8. Meningkatkan mekanisme koping keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan
secara benar
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan
lainnya
Gangguan citra NOC NIC
tubuh berhubungan Citra tubuh Peningkatan citra tubuh
dengan penyakit, Dengan Level : 1. Kaji dan dokumentasikan respon 1. Dapat menunjukan depresi atau keputusasaan.
45
deformitas sendi 1. Tidak pernah positif verbal dan nonverbal pasien terhadap
2. Jarang positif tubuh pasien.
3. Kadang-kadang positif 2. Indentifikasi mekanisme koping 2. Meningkatkan perasaan kompetensi atau harga diri,
4. Sering yang biasa digunakan pasien. mendorong kemndirian partisipasi dalam terapi.
5. Selalu
Nilai yang diharapkan 4 3. Tentukan harapan pasien terhadap 3. Memberi kesempatan untuk mendiskusikan persepsi
sampai 5 citra tubuh berdasarkan tahap pasienterhadap diri atau gambaran diri dan kenyataan situasi
perkembangan. individu.
Harga diri
Dengan Level :
1. Tidak pernah positif 4. Tentukan apakah persepsi 4. Menunjukan perasaan isolasi dan takut terhadap penolakan
2. Jarang positif ketidaksukaan terhadap karakteristik dan penilaian orang lain.
3. Kadang-kadang positif tertentu membuat diskusi paralisis
4. Sering sosial bagi remaja dan pada
5. Selalu. kelompok resiko tinggi lainnya.
Nilai yang diharapkan 4 5. Tentukan apakah perubahan fisik
sampai 5 saat ini telah dikaitkan kedalam citra 5. Dapat menunjukan emosional ataupun metode koping
tubuh pasien. maladataif.
Kriteria Hasil : 6. Identifikasi terhadap pengaruh
Body image positif budaya, agama, ras, jenis kelamin, 6. Perubahan fisik dan psikologis seringkali menimbulkan
Mampu mengidentifikasi dan usia pasien menyangkut citra stresor dalam hubungan keluarga yang mempengaruhui peran
kekuatan personal tubuh. atau harapan semula.
Mendiskripsikan secara
46
meningkatkan tidur
6. Instruksikan untuk memonitor tidur
pasien 6. Mengontrol waktu tidur pasien
7. Monitor waktu makan dan minum
dengan waktu tidur 7. Memgetahui batasan antara waktu makan dan waktu tidur
8. Monitor/ catat kebutuhan tidur pasien pasien
setiap hari dan jam 8. Mengetahui kualitas tidur pasien setiap harinya
9. Kolaborasi pemberian obat tidur
9. Obat tidur yang sesuai dapat membuat tidur lebih berkualitas
4. Implementasi Keperawatan
berpusat pada klien dan mengevaluasi kerja anggota staf dan mencatat
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan
3. Dokumentasi Keperawatan