Anda di halaman 1dari 65

2016

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK


DASAR
MODUL
GASTROINTESTINAL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BENGKULU
2016
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR

SISTEM GASTROINTESTINAL

PELINDUNG
Rektor Universitas Bengkulu

PENASEHAT
Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

TIM PENYUSUN
KETUA
dr. Enny Nugraheni, M.Biomed

ANGGOTA
dr. Noor Diah Erlinawati, M.Gizi
dr. Ike Sulistyowati

SEKRETARIAT
Nanda Wijaya, S.Si

PENERBIT:
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU
JALAN WR. SUPRATMAN KANDANG LIMUN KOTA BENGKULU
TELP/FAX: (0736) 349733

i
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR

SISTEM GASTROINTESTINAL
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR.WB

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan “Buku Penuntun Keterampilan Klink Dasar (KKD)
Modul Gastrointestinal” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh
alamsemesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan buku penuntun
keterampilan klink dasar (KKD) modul gastrointestinal. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan buku ini berlangsung sehingga
terealisannya buku ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga buku ini bisa
bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan yang
lebih baik.

Wassalamualaikum WR.WB

Salam,

Tim Penyusun

ii
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR

SISTEM GASTROINTESTINAL

DAFTAR ISI

I. Halaman cover ............................................................................................... i

II. Daftar Isi ................................................................................................ ii

III. Daftar Tabel ................................................................................................. v

IV. Daftar Gambar ............................................................................................ vi

A. Daftar Masalah ......................................................................................... 1

B. Daftar Penyakit Gastrointestinal, Hepatobilier dan Pankreas ................ 2

C. Keterampilan I (Pedoman Latihan Anamnesis) ......................................... 4

C.1. Daftar Tilik ..................................................................................... 14

D. Keterampilan II (Pemeriksaan Fisik Abdomen) ......................................... 17

D.1. Daftar Tilik ............................................................................................. 30

E. Keterampilan III (Pemeriksaan Fisik Abdomen) ......................................... 36

E.1. Daftar Tilik ............................................................................................. 44

F. Keterampilan IV (Pemeriksaan Rectal Touche) ......................................... 46

F.1. Daftar Tilik ............................................................................................. 55

V. Daftar Pustaka

iii
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR

SISTEM GASTROINTESTINAL
Daftar Tabel

Tabel 1 (Daftar Masalah Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier dan Pankreas) ..... 1

Tabel 2 (Daftar Penyakit Gastrointestinal, Hepatobilier dan Pankreas) ................. 2

Tabel 3 (Daftar Tilik Keterampilan Anamnesis) ................................................. 14

Tabel 4 (Daftar Tilik Pemeriksaan Abdomen) ...................................................... 30

Tabel 5 (Daftar Tilik Pemasangan Pipa Nasagastik) ............................................ 43

Tabel 6 (Kelainan Anus dan Rektum) .................................................................. 50

Tabel 7 (Daftar Tilik Colok Dubur /Rectal Touche) ............................................. 55

iv
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR

SISTEM GASTROINTESTINAL
Daftar Gambar

Gambar 1 (Palpasi dengan dua tangan) ........................................................ 21


Gambar 2 (Palpasi hepar) ................................................................................ 21
Gambar 3 (Posisi Anatomi Limpa) .................................................................... 22
Gambar 4 (Cara Palpasi pada Limpa) ............................................................. 23
Gambar 5 (Cara menentukan batas hepar dengan perkusi) ................................ 24
Gambar 6 (Permukaan abdomen dengan ascites) ............................................ 25
Gambar 7 (Skema perpindahan cairan pada pemeriksaan shifting dullness) ....... 26
Gambar 8 (Pemeriksaan gelombang cairan pada ascites) ................................. 26
Gambar 9 (Pemeriksaan ballotement) ............................................................... 27
Gambar 10 (Gambar titik Mc Burney) ................................................................ 28
Gambar 11 (Pemeriksaan iliopsoas sign) ......................................................... 28
Gambar 12 (Pemeriksaan obturator sign) ............................................................ 29

Gambar 13 (Cara pengukuran NGT) ...................................................................... 40

Gambar 14 (Cara pemasangan NGT pada manekin) .............................................. 41

Gambar 15 (Posisi pasien rectal touche) ............................................................... 48

Gambar 16 (Cara memasukkan ujung jari melewati spincter ani) ...................... 49

Gambar 17 (Pemeriksaan mukosa rektum) .......................................................... 49

Gambar 18 (Palpasi prostat) ................................................................................. 50

v
vi
DAFTAR MASALAH
Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier dan Pankreas

(Sumber: SKDI 2012)

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


1
DAFTAR PENYAKIT GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN PANKREAS

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


2
(SKDI 2012)

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


3
KETERAMPILAN 1 : PEDOMAN LATIHAN ANAMNESIS

TUJUAN UMUM :

Meningkatkan keterampilan anamnesis dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar

sesuai dengan kasus sistem gastrointestinal pada penderita.

TUJUAN KHUSUS :

Mahasiswa mampu :

1. Berkomunikasi dengan benar sesuai kondisi pasien

2. Mendapatkan identitas pasien

3. Mendapatkan keluhan utama

4. Mendapatkan riwayat penyakit sekarang

5. Mendapatkan riwayat penyakit dahulu

6. Mendapatkan riwayat penyakit keluarga

7. Mendapatkan riwayat sosial

8. Melakukan anamnesis dengan profesional dan berempati terhadap kasus

9. Membuat laporan anamnesis (untuk sesi anamnesis 3)

Setelah mengikuti latihan anamnesis mahasiswa diharapkan dapat:

1. Mendapatkan riwayat medis (bio-physical history) secara komplet dan akurat , dengan

tujuan untuk mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada suatu penyakit.

2. Menyusun suatu wawancara medis yang efektif dan efisien dalam segi waktu tetapi

tetap dapat meningkatkan proses ”diagnostic reasoning”.

3. Mengikutsertakan pasien dalam suatu proses interaktif, meningkatkan pemahaman

pasien, serta menjaga hubungan baik dengan pasien.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


4
ANAMNESIS

Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan

berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara

anamnesis (The Sacred Seven). Empat pokok pikiran anamnesis dalah melakukan anamnesis

dengan cara mencari data :

1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)

2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

4. Riwayat Sosial dan Ekonomi

Riwayat Penyakit

Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang

membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan,

misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih

dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis

dengan menggunakan tujuh butir mutiara anamnesis, yaitu :

1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)

Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu ditanyakan lebih lanjut

secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta menunjukkan

dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.

Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas dan

duodenum; sebelah kiri  lambung; sebelah kanan  duodenum, hati, kandung

empedu; di atas  hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung. Penjalaran nyeri tepat lurus

di belakang menunjukkan adanya proses di pankreas atau duodenum dinding belakang;

di punggung lebih ke atas  lambung dan duodenum; bawah belikat kanan  kandung

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


5
empedu; bahu kanan  duodenum, kandung empedu, diafragma kanan; bahu kiri 

diafragma kiri.

2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)

Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama.

Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap.

Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati timbul

secara ritmik  curiga ulkus peptikum, malam hari  ulkus peptikum dan tiap pagi 

dispepsia non ulkus.

3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)

Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit yang

tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi

organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang

bergerak biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran cerna,

empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).

4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)

Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari

penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan

seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya.

Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya

mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.

5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.

Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan, fisik,

keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah sakit,

seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/

minum menambah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan pankreas.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


6
Aktifitas fisik dapat menambah sakit pada pankreatitis, kholesistitis, apendisitis,

perforasi, peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada

pleuritis.

6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.

Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan

minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya inflamasi di saluran cerna

bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses

inflamasi dari pankreas atau hati.

7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya,

misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanyakan lebih lanjut

adalah : Apakah keluhan tersebut berhubungan dengan aktifitas makan ?, Bagaimana

buang air besarnya, adakah flatus ?, Adakah ikterik ?, Adakah pembengkakan, benjolan

atau tumor, atau nyeri tekan ?, Adakah demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-

debar, keringat dingin atau badan lemas ? , Adakah penurunan berat badan ?

Riwayat Penyakit Dahulu

Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan

sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan

keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama,

rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).

Riwayat Penyakit Keluarga

Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga

(diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


7
Riwayat sosial dan ekonomi

Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan

pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok,

obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).

KETERAMPILAN MENGEKSPLORASI MASALAH PASIEN

1. Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya

(dengan kata – kata pasien sendiri).

2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan pertanyaan

terbuka terlebih dahulu, baru diikuti dengan pertanyaan tertutup.

3. Dengarkan dengan penuh perhatian. Berilah kesempatan pada pasien untuk

menyelesaikan ceritanya, dan jangan menginterupsi.

4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara verbal maupun

nonverbal. Tehnik yang digunakan bisa pemberian dukungan/ dorongan, adanya

pengulangan, paraphrasing, interpretasi, dll.

5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.

6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang membutuhkan suatu

keterangan tambahan.

7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk

memverifikasi pengertian anda. Mintalah pasien untuk mengkoreksi pernyataan anda,

atau mintalah pada pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.

8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan istilah –

istilah medis yang tidak dipahami pasien.

9. Buatlah urutan waktu suatu kejadian (kronologis)

PELAKSANAAN :

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari ±10 orang.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


8
2. Mahasiswa sebagai pengamat memegang daftar tilik anamnesis

3. Mahasiswa menjadi pasien simulasi (PS) dan telah menghapal skenario yang diberikan

oleh tutor.

4. Mahasiswa menjadi dokter yang melakukan anamnesis.

Tahap komunikasi dokter-pasien meliputi :

• Memulai wawancara (initiating the session)

• Mengumpulkan informasi (gathering information)

• Penjelasan dan perencanaan (explanation and planning)

• Menutup wawancara (closing the session)

5. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor

6. Cara pelaksanaan kegiatan :

- Tutor memberikan penjelasan tentang cara pelaksanaan anamnesis yang baik

- Tutor memperagakan didepan kelas (10-12 mahasiswa)

- Mahasiswa dibagi kelompok kecil (1-3 orang)

- Mahasiswa memperagakan sesuai dengan kasus yang diberikan (menjadi pasien dan

dokter)

- Tutor dan mahasiswa kelompok lain melakukan penilaian daftar tilik

- Evaluasi hasil anamnesis bersama sama dan feedback dari tutor

- Penutup oleh tutor

7. Waktu pelaksanaan :

- Setiap kegiatan anamnesis dilaksanakan selama 2 jam.

8. Tempat pelaksanaan :

Ruang SKILL LAB FKIK Universitas Bengkulu

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


9
SKENARIO ANAMNESIS GASTROINTESTINAL

Skenario I

Seorang ibu membawa anaknya berusia 9 bulan ke RS karena anaknya diare sejak lebih dari

2 minggu. Menurut si ibu anaknya memang berulangkali mengalami diare sejak usia 6 bulan.

Bahkan sejak usia 2 bulan seringkali muntah (gumoh) setiap selesai minum susu. Bayi ini

sudah pernah mendapatkan pengobatan antimuntah dan antibiotik dari dokter. Sejak berusia 5

bulan anak sering menolak minum sehingga berat badannya sukar naik. Ketika lahir berat

badannya 3000 gram, naik menjadi 4500 gram pada usia 6 bulan, dan saat ini 5800 gram.

Bayi ini masih sering muntah dan kadang-kadang terdapat bercak darah dalam muntahannya.

Ayah dan ibu pasien sehat dan riwayat diare disangkal.

Skenario II

Nn. S, 25 tahun berobat ke poliklinik karena ia merasa mual dan kembung sejak 10 hari yang

lalu. Sejak 6 bulan yang lalu dia sering merasa begah, nyeri perut, dan mengalami gangguan

buang air besar. Tinjanya kadang encer, dengan frekuensi buang air besar 3-4 kali/hari, tetapi

kadang sampai 4 hari baru bisa buang air besar yang konsistensinya keras. Nn. S tampak

pucat dan kurus. Selama ini ia hanya membeli obat di warung. Ia mengaku stres sejak putus

hubungan dengan pacarnya 7 bulan yang lalu. Pasien makan seperti biasa, walau kalau makan

banyak pasien terasa begah.

Pasien pernah sakit demam berdarah 2 tahun lalu. Ayah pasien sehat dan ibu pasien

menderita darah tinggi. Pasien bekerja sebagai sekretaris.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


10
Skenario III

Seorang wanita berusia 45 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama muntah darah dan

buang air besar warna hitam sejak 3 jam sebelum perawatan. Sejak 1 tahun pasien merasa

begah, kembung, badan lemas, perut makin membengkak. Pada umur 12 tahun pasien

mengalami sakit kuning. Sejak 6 bulan yang lalu buang air kecil berwarna lebih coklat,

pasien merasa makin lemah dan badan makin kurus. Ketika ini buang air besar biasa. Pasien

berobat tak teratur, lebih banyak minum jamu atau obat tradisional lainnya. Pasien pernah

sakit tifus 3 tahun lalu. Ayah pasien menderita darah tinggi dan ibu pasien sehat. Pasien ibu

rumah tangga dengan 2 anak. Suami bekerja sebagai tukang ojek.

Skenario IV

Seorang wanita 35 tahun, karyawan swasta datang dengan keluhan sakit ulu hati sejak 1

minggu ini. Perut terasa mual dan kembung. Kadang sampai terasa sesak. Bila terlambat

makan maka perut terasa perih. Bila makan rasa perih perut berkurang. Pasien sering telat

makan karena bos pasien sering sekali memberi tugas yang banyak dan menuntut pekerjaan

harus selesai dengan cepat. Hal ini membuat pasien sering tegang dan lupa makan. Buang air

besar biasa. Buang air kecil biasa, riwayat sakit kuning disangkal. Haid teratur.

Pasien pernah sakit TBC umur 3 tahun dan berobat sampai sembuh 6 bulan. Ayah dan ibu

sehat. Pasien anak tertua dari dua bersaudara. Adik pasien masih kuliah dan sehat saja. Pasien

memiliki kebiasaan meminum obat pereda nyeri karena sering kecapekan.

Skenario V

Pasien perempuan usia 20 tahun datang ke IGD RSUD dengan keluhan demam sejak tujuh

hari yang lalu. Demam dirasakan naik turun, demam terutama pada malam hari disertai

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


11
menggigil dan keringat dingin. Sakit kepala juga dikeluhkan, seperti ditusuk-tusuk, hilang

timbul pada kepala bagian depan. Pasien juga mual, nafsu makan menurun, buang air kecil

dalam batas normal, buang air besar agak susah. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit

keluhan pasien makin memberat, tidak berkurang dengan obat dari dokter, pasien juga

mengeluhkan muntah. Muntah dengan frekuensi 3-4 kali per hari dengan volume 1/4 - 1 gelas

tiap kali muntah, berisi cairan dan sisa makanan. Nyeri ulu hati juga dialami pasien. Pasien

belum buang air besar sejak empat hari yang lalu. Nafsu makan pasien semakin menurun dan

diikuti lemah badan.

Skenario VI

Laki-laki usia 36 tahun datang dengan keluhan rasa sakit pada lidah saat makan.

Pasien juga mengeluh terdapat bercak berwarna putih dibawah lidah sebelah kanan, rasa sakit

timbul saat makan, sakit sudah berlangsung selama 2 bulan, bercak semakin membesar dan

tidak pernah hilang. Pasien sudah pernah berobat ke dokter umum dan mengkonsumsi obat

antibiotik, namun tidak tahu nama obatnya, saat ini pasien tidak mengkonsumsi obat, hanya

menggunakan obat kumur (Minocep). Riwayat umum pada pasien tidak ditemukan riwayat

penyakit sistemik, pasien mempunyai kebiasaan merokok, tidak meminum alkohol.

Skenario VII

Pasien wanita usia 25 tahun datang ke IGD dengan keluhan muntah-muntah sejak 3 jam yang

lalu. Pasien sebelumnya makan tempe bongkrek 30 menit kemudian pasien mengeluh tidak

nyaman di bagian perut, kemudian nyeri ulu hati disertai mual dan muntah. Pasien merasa

lemas, pandangan berkunang-kunang dan pusing. Muntah terus menerus isi air kurang lebih

setengah gelas setiap kali muntah sebanyak lebih dari 10 kali. Jumlah tempe yang dimakan 2

potong saat makan siang di kantin dekat kampus. Pada saat kejadian pasien sedang istirahat

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


12
jeda antar kuliah. Sarapan pagi sudah di rumah, tidak ada keluhan saat berangkat kuliah dan

keluarga di rumah. Tidak ada yang pada saat bersamaan makan tempe bongkrek karena

teman-temannya hanya meminum jus sehingga tidak ada yang mengalami keluhan yang

sama.

Skenario VIII

Pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan di anus yang

semakin lama bertambah besar sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan tersebut mulanya bisa

masuk sendiri setelah BAB, namun lama kelamaan benjolan tidak dapat masuk kembali

sehingga pasien menggunakan jari tangannya untuk memasukkan benjolan tersebut kembali

kedalam anus. Sejak ± 1 minggu yang lalu pasien mengeluh benjolan tersebut sudah tidak

bisa dimasukkan lagi dengan bantuan jari tangannya. Pasien merasa tidak nyaman saat jalan

maupun duduk. Menurut pasien benjolan tersebut teraba lunak saat diraba dan tidak

berbenjol-benjol pasien. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri dan panas disekitar

anus, kadang terasa gatal disekitar anus dan keluar darah merah segar menetes di akhir BAB

dan tidak bercampur dengan fesesnya. Pasien belum pernah berobat dan minum obat.

Riwayat BAB tidak teratur dan harus mengejan karena keras.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


13
DAFTAR TILIK

Keterampilan Anamnesis

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


14
No Kompetensi 0 1 2 3
I Tehnik Komunikasi
1. Menyapa, menyambut pasien sambil berdiri,
memperkenalkan diri sambil menjabat tangan pasien
2. Menyilakan pasien duduk, menunjukkan wajah ramah,
berbasa-basi
3. Mendapatkan nama, umur, pendidikan, suku, status
pernikahan dan alamat
4. Suara ramah, vokal jelas, kecepatan cukup, volume cukup
5. Sikap tubuh condong ke depan, kaki tidak bersilang,
Kontak mata dipertahankan 70%
6. Tidak melakukan gerakan/ hal-hal yang tak
berhubungan dengan tindakan anamnesis, pertanyaan
diajukan satu-persatu
7. Mengajukan pertanyaan terbuka dan mendalam,
selain pertanyaan tertutup,
8. Melakukan refleksi isi bila diperlukan, melakukan refleksi
perasaan bila diperlukan, Menunjukkan empati secara
verbal dan non-verbal
II. Anamnesis
9. Mendapatkan keluhan utama

10. Mendapatkan riwayat penyakit sekarang terdiri dari :


- Lokasi (menyebar, menjalar, tetap?)
- Onset (sejak kapan, waktu?)
- Frekuensi (berulang, setiap, hubungan dengan
waktu?)
- Kualitas (terasa ditusuk, ditindih, terbakar dst)
- Kuantitas (ringan, sedang, berat, bisa bekerja?)
- Yang memperberat (jika berdiri, bergerak, tidur?)
- Yang meringankan (jika sujud, jika ditekuk, jika
minum teh?)
- Keluhan lain yang menyertai (demam, mual, muntah
dst)
Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016
15
11 Mendapatkan riwayat penyakit dahulu
- Pernah sakit yang sama sebelumnya
- Jika pernah, berobat kemana, selesaikah
pengobatannta? dst
- Menanyakan pernyakit yang relevan berhubungan
(darah tinggi, DM, diare, dst)
12 Mendapatkan riwayat penyakit keluarga
- Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit
yang sama
- Jika pernah, berobat kemana, selesaikah
pengobatannta? dst
- Menanyakan penyakit lain yang relevan dengan
keluarga (ikterik, hepatoma, dst)
13. Mendapatkan riwayat sosial ekonomi :
- Riwayat konsumsi alkohol, merokok, kopi
- Kondisi tempat tinggal (satu rumah berapa orang,
bagaimana ventilasi dst)
- PHBS (sumber air, mencuci, minum, mandi, makan
dst)
- Yang lain yang relevan
III LAPORAN ANAMNESIS
14. Membuat laporan anamnesis

TOTAL = _________ X 100 = ......................... (lulus > 70)


25

TUTOR

(...................................................)

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


16
KETERAMPILAN 2 : Pemeriksaan Fisik Abdomen

TUJUAN UMUM :

Mampu melakukan pemeriksaan fisik abdomen dengan benar dan sistematis sesuai dengan

kasus pasien. (Pemeriksaan umum abdomen dan pemeriksaan khusus)

TUJUAN KHUSUS :

Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan fisik abdomen, bila diberi pasien mahasiswa :

1. Mampu melakukan inspeksi abdomen,

2. Mampu melakukan palpasi superficial dan dalam,

3. Mampu melakukan pemeriksaan organ gastrointestinal (hepar, limfa)

4. Mampu melakukan pemeriksaan cairan bebas ( shifting dullness, knee-chest position,

teknik gelombang suara dan puddle sign

5. Mampu melakukan palpasi titik McBurney

6. Mampu melakukan pemeriksaan balotemen

7. Mampu melakukan auskultasi abdomen

PELAKSANAAN :

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 – 9 orang.

2. Latihan pemeriksaan fisik dipimpin oleh seorang tutor.

3. Mahasiswa menggunakan jas laboratorium.

4. Tempat pelaksanaan : Skill Lab 1 Lt.2

5. Setiap pemeriksaan fisik abdomen dilaksanakan dua kali latihan@ 120 menit

6. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan fisik abdomen 1

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


17
(satu) kali dan bila dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut akan mendapat tanda

tangan pada buku logbook. Setelah menyelesaikan dua kali latihan diharapkan semua

mahasiswa telah memiliki ketrampilan tersebut.

7. Mahasiswa laki-laki menjadi pasien yang diperiksa oleh teman lainnya, mahasiswa

laki-laki secara bergiliran menjadi pasien.

8. Ruangan periksa hendaknya memiliki cahaya yang cukup.

9. Selama pemeriksaan fisik abdomen, pasien dalam posisi berbaring

10. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini ( lihat tujuan khusus):

11. Cara pelaksanaan kegiatan:

- Tutor membuka dan menjelaskan tujuan kegiatan

- Tutor memperagakan pemeriksaan fisik abdomen

- Setiap mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil, bergantian memperagakan

pemeriksaan fisik abdomen

- Tutor dan mahasiswa lainnya melakukan penilaian daftar tilik

Alat yang dibutuhkan :

1. Stetoskop

2. Pengukur panjang (cm)

3. Pena penanda

Dasar Teori :

Posisi pasien

Pada saat pemeriksaan pasien dalam posisi supinasi dan pemeriksa berada disebelah

kanan pasien.

A. Inspeksi

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


18
Inspeksi dilakukan untuk menentukan :

1. Warna dan karakteristik kulit abdomen

Warna kulit bervariasi seperti pucat atau adanya vena halus. Perhatikan perubahan

warna sepeti ikterik atau sianosis, kulit tegang karena full ascites atau tumor,

perubahan warna pada periumbilikalis, adanya memar, perubahan warna lokal seperti

striae, lesi, nodul dan lainnya.

2. Simetris abdomen dan kontur

Lihat dari sebelah kanan pasien untuk memperhatikan simetris abdomen dengan teliti.

Periksaa saat pasien bernafas dengan nyaman. Pemeriksaan simetris pertama di sisi

pasien yang kedua dari bagian kepala (atas) pasien. Hasil pemeriksaan dapat

didapatkan datar/ bulat/ skapoid, apakah simetris, tinggi maksimal konveksitas di

umbilikus, abdomen tetap simetris ketika menarik napas. Kelainan dapat ditemukan

jika umbilikus menhadap keatas, kebawah, lateral atau radang, bengkak,

menggembung. Apakah ada distensi (simetris/ asimetris), tonjolan, atau adanya massa

saat bernafas biasa atau saat sedang menahan nafas.

3. Surface motion

Surface motion diharapkan halus pada saat gerakan respirasi. Pasien wanita gerakan

sebagian besar mengandalkan costae sedangkan pada pria sebagian besar abdomen.

Terkadang terlihat denyutan di garis tengah pada orang dewasa yang kurus.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


19
Anatomic Correlates of the four Quadrants of the abdomen
Right Upper Quadrant Left Upper Quadrant
Liver and gallblader Left lobe of liver
Pylorus Spleen
Duodenum Stomach
Head of pancrea Body of pancreas
Right adrenal gland Left adrenal gland
Portion of right kidney Portion of left Kidney
Hepatic flexure of colon Speninc flexure of colon
Portions of ascending and tranverse colon Portions of transverse and descendng
colon
Right Lower Quadrant Left Lower Quadrant
Lower pole of right kidney Lower pole of left kidney
Cecum and appendix Sigmpid colon
Portion of ascending colon Portion of descending colon
Bladder (if enlarged) Bladder
Ovary and Salpinx Ovary and Salpinx
Uterus (if enlarged) Uterus (if enlarged)
Right spermatic cord Left sermatic cord
Right ureter Left ureter

B. Palpasi

Palpasi terdiri dari palpasi ringan dan dalam. Palpasi dilakukan dengan pemeriksa

berada disebelah kanan pasien. Palpasi dilakukan dengan sistematis disemua kuadran.

Dilakukan dengan menggunakan bagian palmar jari, menekan sekitar 1 cm dengan

dibawah cahaya yang cukup. Pada pemeriksaan didapatkan hasil abdomen halus dengan

kelembutan yang menetap diseluruh kuadran. Curiga ada kelainan jika ditemukan

keteganagan otot, ada perlawanan, massa.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


20
Cara melakukan palpasi superficial pada abdomen

Gambar 1. Palpasi dalam menggunakan dua tangan

Gambar 2. Palpasi hepar

Palpasi hepar normal yang ditemukan adalah permukaan lembut, tajam dan

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


21
teratur. Hepar secara normal teraba 3 cm dibawah arcus costae dengan inspirasi normal.

Palpasi limpa dilakukan jika mencurigai adanya pembesaran limfa. Ketika limpa

membesar dapat membesar ke arah anterior dan medial sehingga menggantikan bunyi

timpani lambung dan usus dengan ketebalan suatu jaringan padat. Hal ini dapat

dipalpasi dibawah kosta. Perkusi disarankan tetapi tidak dapat memastika suatu

pembedaran limpa. Palpasi dapat dilakukan untuk memeastikan adanya pembesaran

limpa. Namun pembesaran limpa yang tidak turun hingga ke bawah costae tidak dapat

dikonfirmasi dengan palpasi.(Bates)

Gambar 3. Posisi anatomis Limpa

Arah perkusi limpa di regio abdomen mulai dari bagian bawah dada anterior pada

batas jantung menuju ke linea aksilaris anterior. (Bates) Perkusi dilakukan disela

terendah sebelah kiri akan ditemukan bunyi timpani pada limpa normal. Setelah

inspirasi juga akan ditemukan bunyi timpani pada perkusi limpa.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


22
Gambar 4. Cara melakukan palpasi pada limpa

Pada saat palpasi nilai kontur limpa. Limpa akan teraba pada 5% dewasa hal

tersebut merupakan normal. Namun sebagian besar pada kasus normal limpa tidak

terba. Penyebab limpa teraba tanpa ada kelainan misalnya diafragma yang datar seperti

pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan genetik. Pemeriksaan

dilakukan berulang dengan posisi pasien menghadap kekanan untuk melakukan

pemeriksaan dibantu oleh gaya gravitasi.

C. Perkusi

Perkusi dilakukan disemua kuadran abdomen. Hasil perkusi dapat didapatkan

hasil sebagai berikut :

1. Suara; ditemukan sebagian besar timpani. Pekak ditemukan di semua organ dan

massa yang padat. Pekak di daerah suprapubik memperlihatkan adanya distensi

bladder.

2. Hati

Untuk menentukan batas hati bawah, lakukan perkusi pada linea midklavikula

dekstra tandai dengan pulpen dibagian mana timpani berubah menjadi pekak. Untuk

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


23
menentukan batas hati atas, perkusi di linea midklavikula kanan dari area sonor

paru paru berubah menjadi pekak. Kemudian mengukur jarak rentang vertikal. Hasil

pemeriksaan normal didapatkan batas bawah sedikit dibawha kosta, batas atas

adalah interkosta ke-7. Rentang hepar pada orang dewasa berkisar antara 6-12 cm

pada orang dewasa. Batas hati bawah membesar jika jarak lebih dari 2-3 cm dibawah

kosta dan batas atas meningkat jika berada di interkosta 5 atau 7.

Gambar 5. Cara menentukan batas hepar dengan perkusi

3. Limpa

Interpretasi yang didapatkan pada limpa dapat dikarakteristikan sebagai berikut :

Interpretasi Perkusi pada abdomen

D. Auskultasi

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


24
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui :

1. Frekuensi dan karakter bising usus; menggunakan bagian diafragma dari stetoskop

tahan dengan memberi tekanan pelan. Pemeriksaan di satu titik untuk semua zona

cukup mewakili kecuali mempunyai kecurigaan khusus. Hasil pemeriksaan normal

didapatkan 5-35 bising usus iregular permenit. Suara bising usus dapat meningkat

dalam keadaan lapar. Jika ditemukan peningkatan suara tanpa ada rasa lapar atau

highpitched kemungkinan adanya obstruksi usus. Suara dinyatakan tidak ada jika

telah dilakukan pemeriksaan selama 5 menit.

2. Hepar dan Limpa

Secara normal didapatkan hasil tidak ditemukan suara. Namun dapat ditemukan

friction rubs (nada tinggi yang berhubungan dengan respirasi).

Pemeriksaan Khusus Abdomen :

1. Ascites

Pembesaran abdomen dengan permukaan menonjol kemungkinan adalah suatu ascites.

Ascites adalah suatu keadaan dimana rongga abdomen terisi oleh cairan. Cairan akan

mengikuti gaya gravitasi dan bagian yang longgar serta usus akan terisi oleh udara.

Perkusi memberikan tanda bahwa ada ruang terisi didalam abdomen. Identifikasi pola

perkusi akan memberikan karakteristik apakah bersifat sentral atau tidak teratur.

Setelah perkusi identika pola timpani dan redup karena cairan.

Gambar 6. Permukaan abdomen dengan ascites

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


25
a. Shifting dullness merupakan pemeriksaan untuk menilai ada tidaknya cairan

didalam abdomen dengan melakukan perubahan posisi pada pasien dan menilai

adanya pergerakan cairan tersebut.

Gambar 7. skema perpindahan cairan pada pemeriksaan shifting dullness

Cairan pada abdomen akan berpindah mencari tempat yang bebas, prinsip cairan

dari atas ke bagian bawah. Sehingga pada saat pemeriksaan ketika pasien berpindah

posisi jika pada awalnya ditemukan hasil perkusi redup maka setelah pasien

berpindah posisi karena titik tersebut berpindah ke atas maka hasil positif shifting

dullnes positif jika perkusi yang awalnya redup berubah menjadi timpani setelah

perubahan posisi.

b. Test gelombang cairan

Gambar 8. Pemeriksaan gelombang cairan pada ascites

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


26
Tekanan yang diberikan akan membantu menghentikan transmisi gelombang

cairan melalui lemak. Walaupun telah diberi tekanan pada ujung jari anda. Hasil

positif jika dirasakan ada dorongan yang ditransmisikan oleh cairan dalam abdomen

pada sisi yang berlawanan. Pemeriksaan ini sering memberikan hasil negatif kecuali

jika ascites terlau jelas dan kadang juga memberikan hasil positif pada orang tanpa

asites.

c. Pemeriksaan ballotement

Gambar 9. Pemeriksaan ballotement

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi organ atau massa pada abdomen

yang mengalami ascites. Contoh pada hati, dilakukan dengan menekan jari pada

permukaan abdomen dengan gerakan menusuk yang sngkat dan cepat dan dapat

menyentuh struktur dinding perut.

2. Pemeriksaan appencitis

Apendicitis merupakan penyebab umum dari akut abdomen. Penilaian dengan seksama

diperlukan untuk menentukan adanya gejala akut abdomen serta tanda tanda kesakitan

pada titik Mc Burney, selain itu juga melakukan pemeriksaan rovsing sign, psoas sign

dan obturator sign. Cek masing masing rasa nyeri, kekauan dan nyeri lepas.

Sebelumnya harus jelas pada anamnesis dari mana rasa nyeri bermula (umbilikus atau

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


27
area yang lain) dan mengarah ke titik Mc Burney.

Gambar 10. Gambar titik Mc Burney

Titik Mc Burney dapat diperoleh dengan dari 2/3 dari garis umbilikus ke spina iliaka

anterior superior. Pemeriksaan pada titik Mc Burney, Pemeriksaan pada titik Mc

Burney akan ditemukan nyeri lepas saat palpasi dilepaskan.

a. Pemeriksaan Rovsing’s sign; positif jika ketika menekan regio kuadran kiri bawah

namun terasa nyeri dikuadran kanan bawah.

b. Pemeriksaan iliopsoas sign

Dengan posisi pasien terlentang (supinasi) lakukan perubahan posisi bagian bawah

ektremitas dengan bantuan pemeriksa. Minta pasien mengankat kaki kanan, fleksi

bagian paha dan tendang kearah bawah dengan kuat. Positif jika ditemukan nyeri

dibagian kuadran bawah.

Gambar 11. Pemeriksaan iliopsoas sign

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


28
c. Pemeriksaan obturator sign

Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya ruptur apendiks atau abses di

pelvis. Dengan pasien supinasi dan sampaikan pada pasien untuk melakukan fleksi

pada paha kanan pada sendi pinggul dan sendi lutut sebesar 90 o. Tahan kaki tepat

diatas lutut pegang pergelangan kaki dan memutar ke arah lateral dan medial seperti

gambar. Hasil positif jika terdapat nyeri pada regio hipogastric region.

Gambar 12. Pemeriksaan obturator sign

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


29
DAFTAR TILIK

PEMERIKSAAN ABDOMEN

No KETRAMPILAN 0 1 2 3
1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan
dilakukan serta meminta ijin kepada pasien tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan
Inspeksi Abdomen
2 Meminta pasien tidur telentang .
3 Melihat bentuk abdomen dari sisi kanan tempat tidur pasien
(apakah simetri, membuncit atau tidak), dinding dan permukaan
kulit perut ( kulit adakah striae, scar, rash, eritema, dilatasi vena,
umbilicus adakah perubahan kontur dan inflamasi) dan
pergerakan abdomen.
Palpasi Abdomen
4. Meminta pasien tidur terlentang
5. Palpasi superficial dilakukan dengan menempelkan tangan pada
perut dan lengan tetap pada bidang horizontal dengan
keseluruhan jari jari
6. Melakukan palpasi lembut di superfisal pada seluruh abdomen
secara sistematis di setiap kuadran
7. Memperhatikan wajah pasien selama palpasi superficial
8. Identifikasi jika terdapat massa atau daerah dengan resistensi.
Tentukan apakah karena kejang otot involunter atau volunter.
9. Meminta pasien tidur terlentang dengan menekuk kedua lutut
10. Palpasi dalam dilakukan dengan menggunakan permukaan
palmar jari dan menekan menggunakan permukaan palmar jari
yang lain di semua kuadran
11. Menanyakan apakah ada nyeri pada setiap palpasi dalam
12. Mengidentifikasi apakah ada massa, jika ada perhatikan bentuk,
lokasi, ukuran, konsistensi, nyeri, apakah terpengaruh dengan
respirasi
Palpasi Hepar

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


30
13 Lakukan penekanan pada dinding perut dengan menggunakan
sisi palmar radial jari tangan kanan dengan tangan kiri berada di
belakang pasien (lihat gambar)
14 Meminta pasien menarik nafas dalam dan relaksasi
15 Melakukan palpasi lobus kanan dimulai dengan meletakkan
tangan kanan pada regio illiaka kanan dengan sisi palmar radial
jari sejajar dengan arcus costae kanan. Dengan menekan tangan
kiri ke atas hati pasien akan lebih mudah diraba.
16. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen dengan
lembut ke bawah dengan arah dorsal pada saat pasien ekspirasi
maksimal, kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke kranial
dalam arah parabolik.
17. Jika telah merasakan tepi hepar turunkan tekanan palpasi rasakan
permukaannya. Apakah lembut/ keras, tajam/tumpul,
regular/iregular, permukaan rata/ berdungkul disepanjang tepi
anterior
18. Lakukan pengukuran hepar dengan meminta pasien melakukan
inspirasi maksimal (normal berada 3 cm dibawah arcus costae)
19.
Palpasi dilakukan ke arah arcus costae kanan

20. Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah garis tengah
abdomen ke arah epigastrium dimulai dari umbilikus dengan
cara seperti diatas
Palpasi Limpa
21. Meminta pasien melipat kedua tungkai
22. Letakan tangan kiri di bagian belakang perut kiri pasien untuk
ikut memberikan tekanan balik pada bagian bawah dan meraba
jaringan lunak.
23. Lakukan penekanan pada perut dengan menggunakan sisi palmar
radial jari tangan kanan
23. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah
dengan arah dorsal pada saat pasien ekspirasi maksimal,
kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah
parabolic.
24. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di
garis tengah abdomen menuju arkus costae kiri.
25. Jika teraba nilai kontur limpa, apakah tajam/tumpul,
rata/berdungkul, nyeri/tidak, keras/lunak

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


31
Perkusi Abdomen
26. Melakukan perkusi dari bagian bawah dada kiri dari
perbatasan jantung bagian bawah ke garis aksila anterior dan
turun ke sisi costae (Traube’s Space) lihat gambar.
27. Melakukan perkusi secara sitematis disetiap kuadran
abdomen.
28. Lakukan penentuan bunyi (timpani atau redup) pada sela
terendah pemeriksaan.
29. Minta pasien untuk melakukan inspirasi lakukan perkusi
kembali. Normal hasil perkusi adalah timpani
Auskultasi abdomen
30. Letakkan steteskop pada dinding abdomen dengan lembut dan
dengarkan bunyi usus normal atau bunyi lain (bruit arterial,
venous hump, succussion splash)
31. Pemeriksaan auskultasi di setiap kuadran minimal 1 menit
32. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematis dan
menyenangkan

Pemeriksaan cairan bebas (ascites) : Shifting dullnes


33. Pasien dalam posisi terlentang
34. Lakukan perkusi dari sisi kiri pasien ke sisi kanan di
permukaan abdomen (normal timpani)
35. Setelah perkusi di sisi kiri abdomen tandai titik tersebut
minta pasien utnuk menghadap ke pemeriksa ke sisi kanan
pasien lakukan perkusi di titik tersebut. Tentukan hasil
perkusi.
36. Lakukan pada sisi yang lain dengan tehnik yang sama
Pemeriksaan cairan bebas (asites) : Knee-Chest position

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


32
37. Pasien dalam posisi telungkup dan kemudian menungging
(Knee-Chest position)
38. Lakukan perkusi dari lateral ke umbilikus, bila terdapat
cairan bebas akan terjadi perubahan bunyi timpani menjadi
redup
Pemeriksaan cairan bebas (asites) : Teknik gelombang cairan
39. Pasien berbaring telentang, dan tangan pasien/ asisten
diletakkan di tengah perut dengan sedikit
40. Satu tangan pemeriksa diletakkan pada satu sisi abdomen
sedangkan tangan lain mengetuk berulang kali pada sisi
lain
41. Nilai adanya dorongan gelombang cairan disisi abdomen
yang lain.
Skor 0 : tidak dilakukan, skor 1 : dilakukan namun
interpretasi salah, skor 2 : dilakukan dengan interpretasi
yang benar
Pemeriksaan cairan bebas (asites) : Puddle sign
42. Pasien dalam posisi telungkup dan menungging (Knee-Chest
position)
43. Steteskop diletakkan pada bagian terbawah abdomen dan
didengarkan perubahan bunyi ketukan jari
44. Dilakukan ketukan berulang kali pada dinding abdomen
Pemeriksaan balotement
45. Meminta pasien tidur telentang .
46. Melakukan pemeriksaan dengan cara bimanual
47. Tangan kiri diletakkan pada pinggang bagian belakang dan
tangan kanan pada dinding abdomen di ventralnya pada
kedua sisi.
48. Tangan kanan digerakkan dan tangan kiri diam (tangan pada
pinggang bagian belakang) maka akan teraba benturannya di
tangan lain (disebut sebagai fenomena balotemet positif).
Cara yang sama dilakukan untuk tangan kiri.
Pemeriksaan Titik Mc Burney
Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016
33
49. Menentukan titik Mc Burney pada dinding perut kuadran
kanan bawah. Titik Mc Burney pada 1/3 lateral dari garis
yang menghubungkan SIAS kanan dengan umbilikus.
50. Melakukan penekanan pada titik tersebut
51. Perhatikan apakah terdapat nyeri lepas dan defance
muscular
Pemeriksaan Rovsing sign
52. Pasien pada posisi terlentang dengan kedua kaki menekuk.
53. Lakukan penekanan di bagian kuadran kiri bawah
54. Nilai nyeri kuadran kanan bawah
Pemeriksaan Obturator sign
55. Pasien pada posisi terlentang 0-1
56. Minta pasien untuk melakukan fleksi pada sendi panggul dan
sendi lutut sebesar 90o
57. Tahan kaki pasien dan putar ke arah medial dan lateral
58. Nilai apakah ada nyeri pada regio hipogastric.
0 : tidak dilakukan, 1 : dilakukan tetapi interpretasi tidak
benar, 2 : dilakukan dengan interpretasi benar
Pemeriksaan iliopsoas sign
59. Pasien pada posisi terlentang
60. Minta pasien mengangkat kaki kanan, kemudian lakukan
fleksi bagian paha
61. Tendang kearah bawah dengan kuat
62. Nilai apakah ada nyeri di regio kanan bawah
63. Menyampaikan pada pasien pemeriksaan telah selesai dan
meminta pasien mengenakan pakaian kembali
64. Melakukan pemeriksaan dengan sistemastis dan
menyenangkan

Nilai mahasiswa :................................. x 100 % =................................

Bengkulu, ............................... 20.......

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


34
Tutor

(..............................................)

KETERAMPILAN 3 : Pemasangan Pipa Nasogastrik

TUJUAN UMUM :

Mahasiswa mengetahui indikasi pemasangan pipa nasogastrik dan dapat melakukan

pemasangan pipa nasogastrik

TUJUAN KHUSUS :

Setelah mengikuti latihan pemasangan pipa nasogastrik mahasiswa mampu :

1. Mengetahui tujuan dan indikasi pemasangan pipa nasogastrik

2. Memilih ukuran pipa nasogastrik yang sesuai

3. Melakukan pemasangan pipa nasogastrik dengan benar

4. Mampu melakukan verifikasi penempatan pipa nasogastrik pada lokasi yang tepat

5. Mampu menginterpretasikan karakteristik cairan lambung pada keadaan penyakit dan

kondisi klinis tertentu

PELAKSANAAN :

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari ±10 orang.

2. Mahasiswa sebagai pengamat memegang daftar tilik pemasangan pipa nasogastrik

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


35
3. Mahasiswa menjadi dokter menggunakan manekin pemasangan NGT.

4. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor

5. Cara pelaksanaan kegiatan :

- Tutor membuka dan menjelaskan tujuan kegiatan

- Tutor memperagakan pemeriksaan fisik abdomen

- Setiap mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil, bergantian memperagakan

pemeriksaan fisik abdomen

- Tutor dan mahasiswa lainnya melakukan penilaian daftar tilik

6. Waktu pelaksanaan :

- Setiap kegiatan dilaksanakan selama 2 jam.

- Jadwal disesuaikan dengan jadwal modul

7. Tempat pelaksanaan :

Ruang SKILL LAB FKIK Universitas Bengkulu

PENDAHULUAN

Pipa Nasogastrik adalah pipa yang dimasukkan ke dalam lambung melalui lubang

hidung (nostril) dan kerongkongan (esophagus). Pipa nasogastrik atau NGT adalah perangkat

yang memungkinkan untuk memberikan makanan langsung ke perut atau membersihkan isi

perut. Pipa ini dilewatkan melalui hidung ke dalam saluran pencernaan, melalui orofaring dan

saluran cerna bagian atas.

INDIKASI

• Memasukkan cairan atau obat

• Memberikan makanan cair digunakan pada orang yang kekurangan gizi atau berisiko

kekurangan gizi dan dengan keadaan tidak memadai asupan oral

• Pada saat pasien mengalami kondisi neurologis yang menyebabkan disfagia / gangguan

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


36
proses menelan seperti stroke.

• Tingkat kesadaran menurunkan

• Setelah operasi pencernaan bagian atas dengan letak anastomosis tinggi harus dilindungi

dalam periode pasca-operasi awal

• NGT dapat digunakan untuk mempersiapkan pasien malnutrisi untuk operasi perut besar

dalam periode pra-operatif

• Untuk memantau kemajuan pasien setelah dimula makanan enteral untuk menentukan

pemberian makanan dihentikan dan dilanjutkan.

• Secara umum, tabung enteral feeding hanya disarankan untuk sampai 4 minggu. Setelah

waktu ini, tujuannya akan bagi pasien untuk mulai makan secara lisan, atau untuk

mengubah langkah-langkah jangka panjang yang lebih seperti gastrostomi endoskopi

perkutan (PEG).

• Dekompresi atau membersihkan isi lambung contohnya meliputi:

o Dekompresi lambung awal dan lanjutan pada pasien intubasi endotrakeal

o Manajemen konservatif - aspirasi isi lambung dalam hubungannya dengan

pemberian cairan intravena

o Aspirasi cairan lambung akibat tertelan bahan beracun\

o Kegunaan/indikasi diagnostik

o Penilaian perdarahan saluran cerna atas


o Administrasi kontras radiografi
o Bilas lambung

KONTRAINDIKASI

Kontraindikasi absolut:

• Trauma wajah bagian medial atau trauma wajah berat

• Baru mengalami operasi hidung

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


37
Kontraindikasi relatif:

• Kelainan koagulasi

• Ada riwayat menelan zat bersifat basa (karena resiko pecah esofagus)

• Varises esofagus (yang tidak diobati atau baru dikauterisasi)

• Striktur esofagus

KOMPLIKASI

• Tersedak atau muntah

• Trauma jaringan sepanjang hidung, orofaringeal atau saluran pencernaan bagian atas

• Esofagus perforasi (jarang)

• Penempatan yang salah dapat menyebabkan aspirasi

• Infeksi

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN

• Pipa nasogastrik

 Neonatus – usia 6 bulan : 5-8 F

 Anak 7 bulan – 2 tahun : 8-10 F

 Anak 3 – 5 tahun : 10-12 F

 Anak 5 – 7 tahun : 12-14 F

 Anak 8 – 10 tahun : 14-18 F

 Anak 12 tahun – dewasa : 18 F

• Segelas air atau lubrikan yang larut dalam air

• Stetoskop

• Spuit 5 cc

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


38
• Plester

• Sarung tangan

• Selimut untuk bayi

• Handuk

• Spidol

PEMASANGAN PIPA

• Mempersiapkan dan mengecek peralatan yang akan digunakan

• Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menerangkan tindakan yang akan

dilakukan

• Minta pasien duduk atau berbaring terlentang

• Buka paket NGT

• Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

• Letakkan handuk di dada pasien untuk kemungkinan muntah

• Periksa lubang hidung untuk memilih bagian yang akan digunakan untuk insersi

• Ukur panjang pipa yang akan digunakan dengan cara mengukur panjang dari tengah

dan telinga ke puncak hidung lalu diteruskan ke titik antara processus Xipoedeus dan

umbilikus dan tandai dengan spidol. Ulangi pengukuran sekali lagi.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


39
Gambar 13. Cara pengukuran NGT

• Untuk pasien anak dapat dilakukan sambil duduk di tempat tidur atau kursi. Bila anak

tidak bisa duduk, baringkan anak terlentang dengan kedua lengan di atas kepala,

kepala agak fleksi.

• Licinkan pipa dengan mencelupkannya ke dalam air. Jangan gunakan gel atau vaselin

karena akan membahayakan bila masuk ke paru atau akan menyumbat pipa.

• Masukkan ujung pipa melalui lubang hidung (nostril) sampai mencapai tanda spidol.

Pasien dapat diberikan sedikit air untuk membantu agar menelan.

• Untuk memeriksa ketepatan posisi ujung pipa di lambung, maasukkan udara

dengan bantuan spuit sebannyak 1-2 ml (pada bayi), 3-5 ml ( pada anak) atau 20-30

ml (dewasa) dan semporotkan ke dalam pipa nasogastrik dan akan terdengar suara

udara di atas lambung.

• Bila ujung pipa tidak berada di lambung segera tarik pipa, dan coba memasangnya

lagi.

• Tarik pipa segera bila penderita mengalami sianosis atau masalah respirasi (Hal ini

menunjukkan pipa berada di paru bukan di lambung).

• Bila pipa telah ditempatkan dengan tepat, fiksasi pipa pada muka dan hidung anak,

hati-hati jangan menyumbat lubang hidung anak.

• Pipa ada yang diganti tiap 3 hari, 30 hari atau 3 bulan.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


40
Gambar 14 Cara pemasangan NGT pada manekin

ANALISIS CAIRAN LAMBUNG

Jumlah cairan lambung normal 25-75 ml tanpa sisa makanan dapat ditemukan apabila

pasien mengkonsumsi makanan dan minuman yang terakhir dimasukkan kira-kira 10 jam

sebelumnya. Bila setelah lebih dari 10-12 jam terakhir mengkonsumsi makanan/cairan dan

dalam cairan terdapat sisa makanan, hal ini menunjukkan adanya gangguan pengosongan

lambung. Volume cairan yang melebihi 75 ml menunjukkan kemungkinan terjadi

hipersekresi lambung.

Warna normal getah lambung adalah bening keruh atau keabu-abuan (opalesent).

Kelainan warna yang mungkin didapat adalah:

• Kehijau-hijauan (biliverdin) atau kuning (bilirubin) akibat terjadinya regurgitasi isi

duodenum ke dalam lambung. Keadaan ini akan mengakibatkan kesalahan

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


41
pada hasil pemeriksaan titrasi keasaaman lambung karena isi duodenum bersifat

basa.

• Merah muda (darah segar) dapat disebabkan oleh trauma waktu memasukkan

sonde, ataupun kelainan pada esofagus seperti ulkus,m karsinoma, dan lain-lain.

• Coklat (darah tua) disebabkan karena hemoglobin dalam sel darah merah telah

diubah menjadi asam hematin oleh HCl.

• Bermacam-macam warna karena pemberian obat-obatan.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


42
Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016
43
DAFTAR TILIK

PEMASANGAN NGT

NO KETERAMPILAN 0 1 2 3
1 Mengecek peralatan yang digunakan
Mengucapkan salam, memperkenalkan diri
2 dan menerangkan tindakan yang akan
dilakukan
Minta pasien duduk atau berbaring
3
terlentang
4 Cuci tangan dengan benar

5 Memakai sarung tangan

6 Letakkan handuk di dada pasien


Dilakukan inspeksi pada lubang hidung yang
akan digunakan untuk pemasangan NGT
apakah terdapat deviasi, polip, eskoriasi atau
kelainan lainnya)
Ukur panjang pipa yang akan dimasukkan
8 dan tandai bagian batas yang ditentukan
setelah pengukuran
Celupkan ujung pipa ke dalam air atau
9 lubrikan yang larut dalam air untuk
melicinkan selang sepanjang 15 cm pertama
Masukkan pipa melalui satu lubang dengan
hati-hati sambil meminta pasien untuk
melakukan gerak menelan. Bila perlu pada
10
saat insersi pipa pasien dewasa atau anak
besar diberi minum atau bayi diberi empeng
agar dapat menelan.
Masukkan pipa nasogastrik hingga bagian
12 yang telah ditandai pada saat pengukuran
kemudian
Periksa apakah ujung pipa nasogastrik telah
sampai ke lambung. Gunakan stetoskop
kemudian masukkan udara dengan bantuan
spuit sebannyak 1-2 ml (pada bayi), 3-5 ml (
13 pada anak) atau 20-30 ml (dewasa) dan
semprotkan ke dalam pipa nasogastrik dan
sambil melakukan auskultasi pada bagian
abdomen atas akan terdengar suara udara di
atas lambung.
Bila ujung pipa tidak berada di lambung,
14 tarik kembali pipa secepatnya dan ulang
prosedur insersi
Fiksasi pipa dengan plester pada hidung dan
15
wajah

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


44
Tutup ujung pipa bila tidak segera digunakan
16 atau sambungkan pipa pada konektor bila
akan digunakan
Lepaskan sarung tangan dan membersihkan
17
alat/bahan

NILAI TOTAL = _________ X 100 = ..................

Tutor,

(............................................)

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


45
KETERAMPILAN 4 : Pemeriksaan Rectal Touche

TUJUAN UMUM:

Mahasiswa mampu melakukan rectal touche dengan benar dan sistematis.

TUJUAN KHUSUS:

Setelah mahasiswa mengikuti latihan pemeriksaan fisik rectal touche, bila diberi

pasien mahasiswa :

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan rectal touche yang tepat pada

pasien

2. Mahasiswa dapat melaporkan hasil pemeriksaan rectal touche

PELAKSANAAN :

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 9 – 10 orang.

2. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor.

3. Mahasiswa menggunakan jas laboratorium.

4. Tempat pelaksanaan : Ruang KKD FKIK UNIB

5. Setiap pemeriksaan rectal touche dilaksanakan dua kali latihan@ 120

menit

6. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan latihan melakukan

pemeriksaan rectal touche 1 (satu) kali dan akan diulang 1 (satu) kali

lagi pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan ke 2 (dua) ,

mahasiswa dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut dan akan

mendapat tanda tangan pada buku logbook. Setelah menyelesaikan dua

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


46
kali latihan, mahasiswa diharapkan telah memiliki ketrampilan

tersebut.

7. Setiap mahasiswa akan menjadi pasien yang diperiksa oleh mahasiswa

lainnya secara bergiliran .

8. Selama pemeriksaan rectal touche digunakan manekin khusus rectal

touche.

9. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini ( lihat daftar di

bawah):

a. mampu melakukan pemeriksaan rectal touche

b. mampu melaporkan hasil pemeriksaan

10. Cara pelaksanaan kegiatan:

a. Pada pertemuan pertama, Tutor membuka dan menerangkan tujuan

kegiatan selama 5 menit.

b. Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan rectal touche.......10 menit.

c. Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan rectal touche @ 10

menit ...................................100 menit.

d. Pada pertemuan ke 2 (dua), dengan menggunakan cheklist, mahasiswa

lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai pemeriksaan rectal

touche yang dilakukan oleh setiap mahasiswa.

e. Semua cheklist pemeriksaan rectal touche dikumpulkan kepada Tutor.

f. Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaan

rectal touche, maka tutor memberikan tandatangan pada logbook

mahasiswa.

g. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


47
DASAR TEORI

Pemeriksaan dubur (rectal touche) adalah pemeriksaan yang banyak digunakan

untuk melakukan pemeriksaan fisik kelainan pada rectum dan prostat.

Pemeriksaan ini sering menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan terkadang

pasien mengeluh merasa sakit. Pemeriksaan ini diperlukan sikap yang tenang,

pemeriksaan yang lembut dan penjelasan yang tepat tentang penyakit tersebut.

Posisi Pasien

Gambar 15. Posisi pasien rectal touche

Posisi tersebut mempermudah pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan bagian

perianal dan sacrococcygeal. Pasien diminta berbaring kesisi kiri dengan

pantatnya dekat dengan tepi meja periksa. Meregangkan pinggul pasien dan lutut,

tertama kaki bagian atas menstabilkan posisinya dan meningkatkan visibilitasnya.

Pencahayaan harus semaksimal mungkin.

Pada saat inspeksi lesi di anal dan perianal yang paling memungkinkan meliputi

hemoroid, kutil, herpes, chancre sfilis dan karsinoma. Perhatikan ada fisura anus

perhatikan emungkinan penyakit IMS. Perimbangkan pruritus ani jika ada

bengkak, menebal, perianal dan pecah kulit dengan eskoriasi.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


48
Gambar 16. Cara memasukkan ujung jari melewati spincter ani

Adanya massa memerah dan purulen serta lembut dengan keluhan demam

pada pasien dapat menghambat jari ketika akan melewati sphintcer ani dengan

membentuk sumbatan atau pengeringan di anorektal fistula. Fistula mungkin bisa

berupa cairan darah, nanah dan keruh lendir.

Pada saat jari melewati sphincter ani, normal jari anda akan ditutupi oleh

spincter anal. Menunjukkan bahwa tonus sphincter ani baik. Kelemahan tonus

sphintcer ani dapat berkurang jika ada kecemasa, peradangan, jaringan parut atau

adanya penyakit neurologis di S2-4.

Gambar 17. Pemeriksaan mukosa rektum

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


49
Gambar 18. Palpasi prostat

Tabel 1. Kelainan pada anus dan rektum

Kista pilonidal

Sering ditemukan, dan merupakan kelainan

bawaan. Kista ini biasanya asimptomatik namun

terdapat juga pembentukan drainase kecil

sehingga memungkinkan terbentuknya abses dan

infeksi sekunder.

Hemoroid eksternal

Merupakan vena hemoroid yang melebar

dibawah garis pectinate dan ditutup dengan kulit.

Menyebabkan nyeri lokal akut yang meningkat

jika buang air besar dan duduk. Terlihat massa

lembur, bengkak, kebiruan dan dibagian margin

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


50
anal.

Hemoroid internal

Pembesaran vaskular dibawah garis pectinate.

Biasanya tidak terba, menyebabkan endarahan

saat buang air besar dan pendarahan berwarna

merah terang. Dapat prolaps melalui lubang anus

dan muncul sebagai warna kemerahan, lembab,

massa menonjol.

Tabel 2. Kelainan pada anus, kulit di sekitar anus dan rektum

Fisura anal

Ditemukan paling sering digaris

posterior jarang diaris anterior.

Pemeriksaan rectal touche pada

kasus ini sulit dilakukan karena

sangat nyeri sehingga diperlukan

anestesi lokal

Fistula anorectal

Merupakan saluran yang terbuka

diakibatkan proses inflamasi dari

dalam anus ke ujung lain di

bagian kulit. Dapat menimbulkan

suatu abses.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


51
Polip pada rektum sering terjadi.

Dapat bertangkai atau tidak.

Konsistensi lembut dan bahkan

tidak dirasakan ketika dilakukan

pemeriksaan. Perlu pemeriksan

bipsi untuk mengidentifikasi

apakah jinak atau ganas.

Carcinoma yang asimptomatik

pada rektum memerlukan

pemeriksaan colok dubur yang

rutin. Lesi dapar berupa ndul,

tidak bertangkai dengan tepi

mempunyai ulkus.

Adanya metastase peritoneal yang

luas dari sumber manapun dapat

berembang di daerah peritoneal

anterior ke rektum.

Kelainan pada prostat

Dapat teraba melalui dinding anterior rektum.

Prostat normal berbentuk bulat seperti

berbentuk hati, Panjang sekitar 2,5 cm. Sulkus

median dapat dirasakan antara dua lobus

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


52
lateralis.

Prostatitis akut digambarkan dengan demam

dengan gejala saluran kemih lainnya. Palpasi

teraba lembut, bengkak dan hangat.

Prostatis krons dikaitkan dengan infeksi

berulang. Pada pria sering asimptomatik

dengan kelenjar prostat yang mungkin normal

tanpa nyeri dan bengkak.

Pembesaran nonmalignant dari kelenjar

prostat yang meningkat karena usia. Terjadi

pada lebih dari 50% pria berusia 50 tahun.

Gejala timbul dari gangguan otot polos di

bagian kontraksi prostat dan neck bladder

sehingga memungkinkan iritasi atau ostruksi

pada proses BAK. Pada pemeriksaan kelenjar

dapat normal atau memebesar simetris, halus

dan tegas.

Kanker prostat merupakan suatu daerah yang

keras dalam kelenjar. Daerah yang berbeda

sehingga mengubah kontur kelenjar, namun

bisa tidak teraba. Kanker membesar pada

pemeriksaan palpasi terba tak teratur, dan

melampaui batas kelenjar. Sulkus median

tidak teraba.

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


53
DAFTAR TILIK

COLOK DUBUR / RECTAL TOUCHE

No Ketrampilan 0 1 2 3
1 Persiapan bahan dan alat yang digunakan meja
periksa, lampu/ senter, sarung tangan, bahan
pelicin, selimut/ linen penutup/ celana khusus,
kain kassa.
2 Memperkenalkan diri dan menjelaskan
pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta
izin kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


54
3 Melakukan cuci tangan dengan benar sebelum
melaksanakan tindakan
4 Pasien diminta naik kemeja periksa dengan
menghadap ke kiri dan membelakangi posisi
pemerksa dengan kedua lutut ditekuk dan dberi
penutup selimut.
5 Pemeriksa menggunakan sarung tangan sesuai
ukuran berdiri disisi kanan pasien
6 Melakukan inspeksi daerah regio-anal dengan
penerangan yang cukup. Pemeriksa menilai
adakah benjolan, ulkus, tanda peradangan, ruam/
eskoriasi kulit, perianal pada dewasa biasanya
lebih berpigmen.
Meraba setiap ada kelainan, benjolan dan
ditanyakan nyeri atau tidak?
7 Jari telunjuk kanan pemeriksa diberi bahan pelicin
dan dioleskan ditepi anus, tangan kiri pemeriksa
letakan didaerah subrasimpisis, jari telunjuk kanan
dimasukan kedalam anus.
8 Masukan jari telunjuk melewati sphintcer ani
dengan rileks dan lembut dengan arah menuju
umbilikus. Jika merasa sphintcer mengencang
berhenti sejenak dan meyakinkan pasien untuk
rileks kemudian lanjutkan. Tanyakan pasien
apakah nyeri ketika jari masuk melewati sphintcer,
jika nyeri hebat hentikan pemeriksaan.
9 Nilai tonus sphincter ani.
Skor 0 : jika tidak dilakukan, skor 1 jika dilakukan
namun interpretasi salah, skor 2 dilakukan dengan
interpretasi benar
10 Masukan jari anda kedalam rektum sejauh
mungkin, kemudian lakukan gerakan memutar
searah jarum jam untuk memeriksa dubut sebelah
kanan pasien dan lakukan gerakan memutar
sebaliknya untuk memeriksa bagian posterior dan
kiri pasien.
11 Nilai ampula rekti (kolaps/ tidak)
Skor 0 : jika tidak dilakukan, skor 1 jika dilakukan
namun interpretasi salah, skor 2 dilakukan dengan
interpretasi benar
12 Nilai Mukosa rekti : ada benjolan atau tidak ada,
bila ada benjolan sirkuler atau tidak pada jam
berapa, rapuh atau tidak rapuh dan jarak dari
anocutanline
Skor 0 : jika tidak dilakukan, skor 1 jika dilakukan
namun interpretasi salah, skor 2 dilakukan dengan
interpretasi benar

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


55
13 Menyapu jari anda dengan hati hati di atas prostat,
identifikasi lateral lobus prostat serta sulkus
medianus antara lobus tersebut. Nilai ukuran,
bentuk, konsistensi prostat dan nilai adakah nyeri.
prostat teraba pool atas atau tidak? dan teraba
nodul / keras atau tidak?
Skor 0 : jika tidak dilakukan, skor 1: jika
dilakukan namun interpretasi salah, skor 2
:dilakukan dengan interpretasi benar
14 Jari telunjuk kanan dikeluarkan
Nilai pada sarung tangan :
- ada feces atau tidak?
- Bila ada nilai bentuk, konsistensi dan
warna feses?
- Ada darah atau tidak ?
- Ada lendir atau tidak ?
15 Anus dibersihkan dengan kain kassa, pemeriksa
melepas sarung tangan, pasien dipersilahkan
kembali ke meja dokter.
16 Pemeriksa mencuci tangan dengan baik setelah
tindakan.
17 Pemeriksa menjelaskan hasil pemeriksaan kepada
pasien dan menulis laporan.

Nilai mahasiswa :................................. x 100 % =................................


48
Bengkulu, ........................... 20.......

Tutor

(..............................................)

Penuntun KKD Gastrointestinal FKIK UNIB 2016


56
DAFTAR PUSTAKA

1. Bickley LS, Bates : Guide to Physycal Examination and History Taking. Elleventh
edition. 2013. Lippincott Williams and Wilkins.
2. Burns EA, Korn K, Whiyte J. Oxford Americand Handbook of Clinical Examination
and Practical Skills. 2011. Oxford University Press : Newyork
3. Blundell Andrian, Harrison Richard. OSCEs at a Glance. Second edition. 2013. John
Wiley and son : UK
4. Emmanuel A, Inns Stephen. Gastroenterology and Hepatology. 2011. Wilwy-Blacwell
: UK
5. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
2012. Konsil Kedoktean Indonesia : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai