SISTEM GASTROINTESTINAL
PELINDUNG
Rektor Universitas Bengkulu
PENASEHAT
Dekan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
TIM PENYUSUN
KETUA
dr. Enny Nugraheni, M.Biomed
ANGGOTA
dr. Noor Diah Erlinawati, M.Gizi
dr. Ike Sulistyowati
SEKRETARIAT
Nanda Wijaya, S.Si
PENERBIT:
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BENGKULU
JALAN WR. SUPRATMAN KANDANG LIMUN KOTA BENGKULU
TELP/FAX: (0736) 349733
i
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR
SISTEM GASTROINTESTINAL
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR.WB
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan “Buku Penuntun Keterampilan Klink Dasar (KKD)
Modul Gastrointestinal” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh
alamsemesta.
Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan buku penuntun
keterampilan klink dasar (KKD) modul gastrointestinal. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan buku ini berlangsung sehingga
terealisannya buku ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga buku ini bisa
bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan yang
lebih baik.
Wassalamualaikum WR.WB
Salam,
Tim Penyusun
ii
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR
SISTEM GASTROINTESTINAL
DAFTAR ISI
V. Daftar Pustaka
iii
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR
SISTEM GASTROINTESTINAL
Daftar Tabel
iv
PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK DASAR
SISTEM GASTROINTESTINAL
Daftar Gambar
v
vi
DAFTAR MASALAH
Sistem Gastrointestinal, Hepatobilier dan Pankreas
TUJUAN UMUM :
TUJUAN KHUSUS :
Mahasiswa mampu :
1. Mendapatkan riwayat medis (bio-physical history) secara komplet dan akurat , dengan
tujuan untuk mengenali suatu pola yang bisa mengarah pada suatu penyakit.
2. Menyusun suatu wawancara medis yang efektif dan efisien dalam segi waktu tetapi
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven). Empat pokok pikiran anamnesis dalah melakukan anamnesis
Riwayat Penyakit
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang
misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan utama ini sebaiknya tidak lebih
dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama, dilanjutkan anamnesis secara sistematis
Seorang penderita yang datang dengan nyeri di ulu hati, perlu ditanyakan lebih lanjut
secara tepat bagian mana yang dimaksud, bila perlu penderita diminta menunjukkan
dengan tangannya, dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke arah mana.
Bila pusat sakit di tengah (linea mediana) dicurigai proses terjadi di pankreas dan
empedu; di atas hati, oesofagus, paru, pleura dan jantung. Penjalaran nyeri tepat lurus
di punggung lebih ke atas lambung dan duodenum; bawah belikat kanan kandung
diafragma kiri.
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama.
Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap.
Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Misalnya bila nyeri ulu hati timbul
secara ritmik curiga ulkus peptikum, malam hari ulkus peptikum dan tiap pagi
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit yang
tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi
organ. Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik, sesuatu yang
bergerak biasanya menunjukkan proses pada organ yang berongga (saluran cerna,
empedu). Rasa sakit yang tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari
penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan
seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya.
Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan, fisik,
keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman tertentu yang menambah sakit,
seperti makanan pedas asam, kopi, alkohol panas, obat dan jamu. Bila aktifitas makan/
minum menambah sakit menunjukkan proses di saluran cerna empedu dan pankreas.
perforasi, peritonitis dan abses hati. Batuk, nafas dalam dan bersin menambah sakit pada
pleuritis.
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan sakit, misalnya dengan
minum antasida rasa sakit berkurang, menunjukkan adanya inflamasi di saluran cerna
bagian atas. Bila posisi membungkuk dapat mengurangi sakit menunjukkan proses
Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya,
misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanyakan lebih lanjut
buang air besarnya, adakah flatus ?, Adakah ikterik ?, Adakah pembengkakan, benjolan
atau tumor, atau nyeri tekan ?, Adakah demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-
debar, keringat dingin atau badan lemas ? , Adakah penurunan berat badan ?
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya dan
sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan dengan
keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama,
rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak keluarga
(diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan
pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok,
2. Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Mulailah dengan pertanyaan
4. Berilah kesempatan pada pasien untuk memberikan respons baik secara verbal maupun
5. Mengenali isyarat verbal dan non verbal yang ditunjukkan oleh pasien.
6. Mengklarifikasi pernyataan pasien yang kurang jelas, atau yang membutuhkan suatu
keterangan tambahan.
7. Secara berkala buatlah ringkasan dari pernyataan yang dibuat pasien untuk
atau mintalah pada pasien untuk memberikan keterangan tambahan bila diperlukan.
8. Gunakan pertanyaan yang ringkas dan mudah dipahami. Hindari menggunakan istilah –
PELAKSANAAN :
3. Mahasiswa menjadi pasien simulasi (PS) dan telah menghapal skenario yang diberikan
oleh tutor.
- Mahasiswa memperagakan sesuai dengan kasus yang diberikan (menjadi pasien dan
dokter)
7. Waktu pelaksanaan :
8. Tempat pelaksanaan :
Skenario I
Seorang ibu membawa anaknya berusia 9 bulan ke RS karena anaknya diare sejak lebih dari
2 minggu. Menurut si ibu anaknya memang berulangkali mengalami diare sejak usia 6 bulan.
Bahkan sejak usia 2 bulan seringkali muntah (gumoh) setiap selesai minum susu. Bayi ini
sudah pernah mendapatkan pengobatan antimuntah dan antibiotik dari dokter. Sejak berusia 5
bulan anak sering menolak minum sehingga berat badannya sukar naik. Ketika lahir berat
badannya 3000 gram, naik menjadi 4500 gram pada usia 6 bulan, dan saat ini 5800 gram.
Bayi ini masih sering muntah dan kadang-kadang terdapat bercak darah dalam muntahannya.
Skenario II
Nn. S, 25 tahun berobat ke poliklinik karena ia merasa mual dan kembung sejak 10 hari yang
lalu. Sejak 6 bulan yang lalu dia sering merasa begah, nyeri perut, dan mengalami gangguan
buang air besar. Tinjanya kadang encer, dengan frekuensi buang air besar 3-4 kali/hari, tetapi
kadang sampai 4 hari baru bisa buang air besar yang konsistensinya keras. Nn. S tampak
pucat dan kurus. Selama ini ia hanya membeli obat di warung. Ia mengaku stres sejak putus
hubungan dengan pacarnya 7 bulan yang lalu. Pasien makan seperti biasa, walau kalau makan
Pasien pernah sakit demam berdarah 2 tahun lalu. Ayah pasien sehat dan ibu pasien
Seorang wanita berusia 45 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama muntah darah dan
buang air besar warna hitam sejak 3 jam sebelum perawatan. Sejak 1 tahun pasien merasa
begah, kembung, badan lemas, perut makin membengkak. Pada umur 12 tahun pasien
mengalami sakit kuning. Sejak 6 bulan yang lalu buang air kecil berwarna lebih coklat,
pasien merasa makin lemah dan badan makin kurus. Ketika ini buang air besar biasa. Pasien
berobat tak teratur, lebih banyak minum jamu atau obat tradisional lainnya. Pasien pernah
sakit tifus 3 tahun lalu. Ayah pasien menderita darah tinggi dan ibu pasien sehat. Pasien ibu
Skenario IV
Seorang wanita 35 tahun, karyawan swasta datang dengan keluhan sakit ulu hati sejak 1
minggu ini. Perut terasa mual dan kembung. Kadang sampai terasa sesak. Bila terlambat
makan maka perut terasa perih. Bila makan rasa perih perut berkurang. Pasien sering telat
makan karena bos pasien sering sekali memberi tugas yang banyak dan menuntut pekerjaan
harus selesai dengan cepat. Hal ini membuat pasien sering tegang dan lupa makan. Buang air
besar biasa. Buang air kecil biasa, riwayat sakit kuning disangkal. Haid teratur.
Pasien pernah sakit TBC umur 3 tahun dan berobat sampai sembuh 6 bulan. Ayah dan ibu
sehat. Pasien anak tertua dari dua bersaudara. Adik pasien masih kuliah dan sehat saja. Pasien
Skenario V
Pasien perempuan usia 20 tahun datang ke IGD RSUD dengan keluhan demam sejak tujuh
hari yang lalu. Demam dirasakan naik turun, demam terutama pada malam hari disertai
timbul pada kepala bagian depan. Pasien juga mual, nafsu makan menurun, buang air kecil
dalam batas normal, buang air besar agak susah. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit
keluhan pasien makin memberat, tidak berkurang dengan obat dari dokter, pasien juga
mengeluhkan muntah. Muntah dengan frekuensi 3-4 kali per hari dengan volume 1/4 - 1 gelas
tiap kali muntah, berisi cairan dan sisa makanan. Nyeri ulu hati juga dialami pasien. Pasien
belum buang air besar sejak empat hari yang lalu. Nafsu makan pasien semakin menurun dan
Skenario VI
Laki-laki usia 36 tahun datang dengan keluhan rasa sakit pada lidah saat makan.
Pasien juga mengeluh terdapat bercak berwarna putih dibawah lidah sebelah kanan, rasa sakit
timbul saat makan, sakit sudah berlangsung selama 2 bulan, bercak semakin membesar dan
tidak pernah hilang. Pasien sudah pernah berobat ke dokter umum dan mengkonsumsi obat
antibiotik, namun tidak tahu nama obatnya, saat ini pasien tidak mengkonsumsi obat, hanya
menggunakan obat kumur (Minocep). Riwayat umum pada pasien tidak ditemukan riwayat
Skenario VII
Pasien wanita usia 25 tahun datang ke IGD dengan keluhan muntah-muntah sejak 3 jam yang
lalu. Pasien sebelumnya makan tempe bongkrek 30 menit kemudian pasien mengeluh tidak
nyaman di bagian perut, kemudian nyeri ulu hati disertai mual dan muntah. Pasien merasa
lemas, pandangan berkunang-kunang dan pusing. Muntah terus menerus isi air kurang lebih
setengah gelas setiap kali muntah sebanyak lebih dari 10 kali. Jumlah tempe yang dimakan 2
potong saat makan siang di kantin dekat kampus. Pada saat kejadian pasien sedang istirahat
keluarga di rumah. Tidak ada yang pada saat bersamaan makan tempe bongkrek karena
teman-temannya hanya meminum jus sehingga tidak ada yang mengalami keluhan yang
sama.
Skenario VIII
Pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan di anus yang
semakin lama bertambah besar sejak 6 bulan yang lalu. Benjolan tersebut mulanya bisa
masuk sendiri setelah BAB, namun lama kelamaan benjolan tidak dapat masuk kembali
sehingga pasien menggunakan jari tangannya untuk memasukkan benjolan tersebut kembali
kedalam anus. Sejak ± 1 minggu yang lalu pasien mengeluh benjolan tersebut sudah tidak
bisa dimasukkan lagi dengan bantuan jari tangannya. Pasien merasa tidak nyaman saat jalan
maupun duduk. Menurut pasien benjolan tersebut teraba lunak saat diraba dan tidak
berbenjol-benjol pasien. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri dan panas disekitar
anus, kadang terasa gatal disekitar anus dan keluar darah merah segar menetes di akhir BAB
dan tidak bercampur dengan fesesnya. Pasien belum pernah berobat dan minum obat.
Keterampilan Anamnesis
TUTOR
(...................................................)
TUJUAN UMUM :
Mampu melakukan pemeriksaan fisik abdomen dengan benar dan sistematis sesuai dengan
TUJUAN KHUSUS :
Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan fisik abdomen, bila diberi pasien mahasiswa :
PELAKSANAAN :
5. Setiap pemeriksaan fisik abdomen dilaksanakan dua kali latihan@ 120 menit
tangan pada buku logbook. Setelah menyelesaikan dua kali latihan diharapkan semua
7. Mahasiswa laki-laki menjadi pasien yang diperiksa oleh teman lainnya, mahasiswa
10. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini ( lihat tujuan khusus):
1. Stetoskop
3. Pena penanda
Dasar Teori :
Posisi pasien
Pada saat pemeriksaan pasien dalam posisi supinasi dan pemeriksa berada disebelah
kanan pasien.
A. Inspeksi
Warna kulit bervariasi seperti pucat atau adanya vena halus. Perhatikan perubahan
warna sepeti ikterik atau sianosis, kulit tegang karena full ascites atau tumor,
perubahan warna pada periumbilikalis, adanya memar, perubahan warna lokal seperti
Lihat dari sebelah kanan pasien untuk memperhatikan simetris abdomen dengan teliti.
Periksaa saat pasien bernafas dengan nyaman. Pemeriksaan simetris pertama di sisi
pasien yang kedua dari bagian kepala (atas) pasien. Hasil pemeriksaan dapat
umbilikus, abdomen tetap simetris ketika menarik napas. Kelainan dapat ditemukan
menggembung. Apakah ada distensi (simetris/ asimetris), tonjolan, atau adanya massa
3. Surface motion
Surface motion diharapkan halus pada saat gerakan respirasi. Pasien wanita gerakan
sebagian besar mengandalkan costae sedangkan pada pria sebagian besar abdomen.
Terkadang terlihat denyutan di garis tengah pada orang dewasa yang kurus.
B. Palpasi
Palpasi terdiri dari palpasi ringan dan dalam. Palpasi dilakukan dengan pemeriksa
berada disebelah kanan pasien. Palpasi dilakukan dengan sistematis disemua kuadran.
dibawah cahaya yang cukup. Pada pemeriksaan didapatkan hasil abdomen halus dengan
kelembutan yang menetap diseluruh kuadran. Curiga ada kelainan jika ditemukan
Palpasi hepar normal yang ditemukan adalah permukaan lembut, tajam dan
Palpasi limpa dilakukan jika mencurigai adanya pembesaran limfa. Ketika limpa
membesar dapat membesar ke arah anterior dan medial sehingga menggantikan bunyi
timpani lambung dan usus dengan ketebalan suatu jaringan padat. Hal ini dapat
dipalpasi dibawah kosta. Perkusi disarankan tetapi tidak dapat memastika suatu
limpa. Namun pembesaran limpa yang tidak turun hingga ke bawah costae tidak dapat
Arah perkusi limpa di regio abdomen mulai dari bagian bawah dada anterior pada
batas jantung menuju ke linea aksilaris anterior. (Bates) Perkusi dilakukan disela
terendah sebelah kiri akan ditemukan bunyi timpani pada limpa normal. Setelah
Pada saat palpasi nilai kontur limpa. Limpa akan teraba pada 5% dewasa hal
tersebut merupakan normal. Namun sebagian besar pada kasus normal limpa tidak
terba. Penyebab limpa teraba tanpa ada kelainan misalnya diafragma yang datar seperti
pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan genetik. Pemeriksaan
C. Perkusi
1. Suara; ditemukan sebagian besar timpani. Pekak ditemukan di semua organ dan
bladder.
2. Hati
Untuk menentukan batas hati bawah, lakukan perkusi pada linea midklavikula
dekstra tandai dengan pulpen dibagian mana timpani berubah menjadi pekak. Untuk
paru paru berubah menjadi pekak. Kemudian mengukur jarak rentang vertikal. Hasil
pemeriksaan normal didapatkan batas bawah sedikit dibawha kosta, batas atas
adalah interkosta ke-7. Rentang hepar pada orang dewasa berkisar antara 6-12 cm
pada orang dewasa. Batas hati bawah membesar jika jarak lebih dari 2-3 cm dibawah
3. Limpa
D. Auskultasi
1. Frekuensi dan karakter bising usus; menggunakan bagian diafragma dari stetoskop
tahan dengan memberi tekanan pelan. Pemeriksaan di satu titik untuk semua zona
didapatkan 5-35 bising usus iregular permenit. Suara bising usus dapat meningkat
dalam keadaan lapar. Jika ditemukan peningkatan suara tanpa ada rasa lapar atau
highpitched kemungkinan adanya obstruksi usus. Suara dinyatakan tidak ada jika
Secara normal didapatkan hasil tidak ditemukan suara. Namun dapat ditemukan
1. Ascites
Ascites adalah suatu keadaan dimana rongga abdomen terisi oleh cairan. Cairan akan
mengikuti gaya gravitasi dan bagian yang longgar serta usus akan terisi oleh udara.
Perkusi memberikan tanda bahwa ada ruang terisi didalam abdomen. Identifikasi pola
perkusi akan memberikan karakteristik apakah bersifat sentral atau tidak teratur.
didalam abdomen dengan melakukan perubahan posisi pada pasien dan menilai
Cairan pada abdomen akan berpindah mencari tempat yang bebas, prinsip cairan
dari atas ke bagian bawah. Sehingga pada saat pemeriksaan ketika pasien berpindah
posisi jika pada awalnya ditemukan hasil perkusi redup maka setelah pasien
berpindah posisi karena titik tersebut berpindah ke atas maka hasil positif shifting
dullnes positif jika perkusi yang awalnya redup berubah menjadi timpani setelah
perubahan posisi.
cairan melalui lemak. Walaupun telah diberi tekanan pada ujung jari anda. Hasil
positif jika dirasakan ada dorongan yang ditransmisikan oleh cairan dalam abdomen
pada sisi yang berlawanan. Pemeriksaan ini sering memberikan hasil negatif kecuali
jika ascites terlau jelas dan kadang juga memberikan hasil positif pada orang tanpa
asites.
c. Pemeriksaan ballotement
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi organ atau massa pada abdomen
yang mengalami ascites. Contoh pada hati, dilakukan dengan menekan jari pada
permukaan abdomen dengan gerakan menusuk yang sngkat dan cepat dan dapat
2. Pemeriksaan appencitis
Apendicitis merupakan penyebab umum dari akut abdomen. Penilaian dengan seksama
diperlukan untuk menentukan adanya gejala akut abdomen serta tanda tanda kesakitan
pada titik Mc Burney, selain itu juga melakukan pemeriksaan rovsing sign, psoas sign
dan obturator sign. Cek masing masing rasa nyeri, kekauan dan nyeri lepas.
Sebelumnya harus jelas pada anamnesis dari mana rasa nyeri bermula (umbilikus atau
Titik Mc Burney dapat diperoleh dengan dari 2/3 dari garis umbilikus ke spina iliaka
a. Pemeriksaan Rovsing’s sign; positif jika ketika menekan regio kuadran kiri bawah
Dengan posisi pasien terlentang (supinasi) lakukan perubahan posisi bagian bawah
ektremitas dengan bantuan pemeriksa. Minta pasien mengankat kaki kanan, fleksi
bagian paha dan tendang kearah bawah dengan kuat. Positif jika ditemukan nyeri
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan adanya ruptur apendiks atau abses di
pelvis. Dengan pasien supinasi dan sampaikan pada pasien untuk melakukan fleksi
pada paha kanan pada sendi pinggul dan sendi lutut sebesar 90 o. Tahan kaki tepat
diatas lutut pegang pergelangan kaki dan memutar ke arah lateral dan medial seperti
gambar. Hasil positif jika terdapat nyeri pada regio hipogastric region.
PEMERIKSAAN ABDOMEN
No KETRAMPILAN 0 1 2 3
1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan
dilakukan serta meminta ijin kepada pasien tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan
Inspeksi Abdomen
2 Meminta pasien tidur telentang .
3 Melihat bentuk abdomen dari sisi kanan tempat tidur pasien
(apakah simetri, membuncit atau tidak), dinding dan permukaan
kulit perut ( kulit adakah striae, scar, rash, eritema, dilatasi vena,
umbilicus adakah perubahan kontur dan inflamasi) dan
pergerakan abdomen.
Palpasi Abdomen
4. Meminta pasien tidur terlentang
5. Palpasi superficial dilakukan dengan menempelkan tangan pada
perut dan lengan tetap pada bidang horizontal dengan
keseluruhan jari jari
6. Melakukan palpasi lembut di superfisal pada seluruh abdomen
secara sistematis di setiap kuadran
7. Memperhatikan wajah pasien selama palpasi superficial
8. Identifikasi jika terdapat massa atau daerah dengan resistensi.
Tentukan apakah karena kejang otot involunter atau volunter.
9. Meminta pasien tidur terlentang dengan menekuk kedua lutut
10. Palpasi dalam dilakukan dengan menggunakan permukaan
palmar jari dan menekan menggunakan permukaan palmar jari
yang lain di semua kuadran
11. Menanyakan apakah ada nyeri pada setiap palpasi dalam
12. Mengidentifikasi apakah ada massa, jika ada perhatikan bentuk,
lokasi, ukuran, konsistensi, nyeri, apakah terpengaruh dengan
respirasi
Palpasi Hepar
20. Pemeriksaan lobus kiri dengan palpasi pada daerah garis tengah
abdomen ke arah epigastrium dimulai dari umbilikus dengan
cara seperti diatas
Palpasi Limpa
21. Meminta pasien melipat kedua tungkai
22. Letakan tangan kiri di bagian belakang perut kiri pasien untuk
ikut memberikan tekanan balik pada bagian bawah dan meraba
jaringan lunak.
23. Lakukan penekanan pada perut dengan menggunakan sisi palmar
radial jari tangan kanan
23. Palpasi dilakukan dengan menekan dinding abdomen ke bawah
dengan arah dorsal pada saat pasien ekspirasi maksimal,
kemudian pada awal inspirasi jari bergerak ke kranial dalam arah
parabolic.
24. Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di
garis tengah abdomen menuju arkus costae kiri.
25. Jika teraba nilai kontur limpa, apakah tajam/tumpul,
rata/berdungkul, nyeri/tidak, keras/lunak
(..............................................)
TUJUAN UMUM :
TUJUAN KHUSUS :
4. Mampu melakukan verifikasi penempatan pipa nasogastrik pada lokasi yang tepat
PELAKSANAAN :
6. Waktu pelaksanaan :
7. Tempat pelaksanaan :
PENDAHULUAN
Pipa Nasogastrik adalah pipa yang dimasukkan ke dalam lambung melalui lubang
hidung (nostril) dan kerongkongan (esophagus). Pipa nasogastrik atau NGT adalah perangkat
yang memungkinkan untuk memberikan makanan langsung ke perut atau membersihkan isi
perut. Pipa ini dilewatkan melalui hidung ke dalam saluran pencernaan, melalui orofaring dan
INDIKASI
• Memberikan makanan cair digunakan pada orang yang kekurangan gizi atau berisiko
• Pada saat pasien mengalami kondisi neurologis yang menyebabkan disfagia / gangguan
• Setelah operasi pencernaan bagian atas dengan letak anastomosis tinggi harus dilindungi
• NGT dapat digunakan untuk mempersiapkan pasien malnutrisi untuk operasi perut besar
• Untuk memantau kemajuan pasien setelah dimula makanan enteral untuk menentukan
• Secara umum, tabung enteral feeding hanya disarankan untuk sampai 4 minggu. Setelah
waktu ini, tujuannya akan bagi pasien untuk mulai makan secara lisan, atau untuk
perkutan (PEG).
o Kegunaan/indikasi diagnostik
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi absolut:
• Kelainan koagulasi
• Ada riwayat menelan zat bersifat basa (karena resiko pecah esofagus)
• Striktur esofagus
KOMPLIKASI
• Trauma jaringan sepanjang hidung, orofaringeal atau saluran pencernaan bagian atas
• Infeksi
• Pipa nasogastrik
• Stetoskop
• Spuit 5 cc
• Sarung tangan
• Handuk
• Spidol
PEMASANGAN PIPA
dilakukan
• Periksa lubang hidung untuk memilih bagian yang akan digunakan untuk insersi
• Ukur panjang pipa yang akan digunakan dengan cara mengukur panjang dari tengah
dan telinga ke puncak hidung lalu diteruskan ke titik antara processus Xipoedeus dan
• Untuk pasien anak dapat dilakukan sambil duduk di tempat tidur atau kursi. Bila anak
tidak bisa duduk, baringkan anak terlentang dengan kedua lengan di atas kepala,
• Licinkan pipa dengan mencelupkannya ke dalam air. Jangan gunakan gel atau vaselin
karena akan membahayakan bila masuk ke paru atau akan menyumbat pipa.
• Masukkan ujung pipa melalui lubang hidung (nostril) sampai mencapai tanda spidol.
dengan bantuan spuit sebannyak 1-2 ml (pada bayi), 3-5 ml ( pada anak) atau 20-30
ml (dewasa) dan semporotkan ke dalam pipa nasogastrik dan akan terdengar suara
• Bila ujung pipa tidak berada di lambung segera tarik pipa, dan coba memasangnya
lagi.
• Tarik pipa segera bila penderita mengalami sianosis atau masalah respirasi (Hal ini
• Bila pipa telah ditempatkan dengan tepat, fiksasi pipa pada muka dan hidung anak,
Jumlah cairan lambung normal 25-75 ml tanpa sisa makanan dapat ditemukan apabila
pasien mengkonsumsi makanan dan minuman yang terakhir dimasukkan kira-kira 10 jam
sebelumnya. Bila setelah lebih dari 10-12 jam terakhir mengkonsumsi makanan/cairan dan
dalam cairan terdapat sisa makanan, hal ini menunjukkan adanya gangguan pengosongan
hipersekresi lambung.
Warna normal getah lambung adalah bening keruh atau keabu-abuan (opalesent).
basa.
• Merah muda (darah segar) dapat disebabkan oleh trauma waktu memasukkan
sonde, ataupun kelainan pada esofagus seperti ulkus,m karsinoma, dan lain-lain.
• Coklat (darah tua) disebabkan karena hemoglobin dalam sel darah merah telah
PEMASANGAN NGT
NO KETERAMPILAN 0 1 2 3
1 Mengecek peralatan yang digunakan
Mengucapkan salam, memperkenalkan diri
2 dan menerangkan tindakan yang akan
dilakukan
Minta pasien duduk atau berbaring
3
terlentang
4 Cuci tangan dengan benar
Tutor,
(............................................)
TUJUAN UMUM:
TUJUAN KHUSUS:
Setelah mahasiswa mengikuti latihan pemeriksaan fisik rectal touche, bila diberi
pasien mahasiswa :
pasien
PELAKSANAAN :
menit
pemeriksaan rectal touche 1 (satu) kali dan akan diulang 1 (satu) kali
tersebut.
touche.
bawah):
mahasiswa.
pasien mengeluh merasa sakit. Pemeriksaan ini diperlukan sikap yang tenang,
pemeriksaan yang lembut dan penjelasan yang tepat tentang penyakit tersebut.
Posisi Pasien
pantatnya dekat dengan tepi meja periksa. Meregangkan pinggul pasien dan lutut,
Pada saat inspeksi lesi di anal dan perianal yang paling memungkinkan meliputi
hemoroid, kutil, herpes, chancre sfilis dan karsinoma. Perhatikan ada fisura anus
Adanya massa memerah dan purulen serta lembut dengan keluhan demam
pada pasien dapat menghambat jari ketika akan melewati sphintcer ani dengan
Pada saat jari melewati sphincter ani, normal jari anda akan ditutupi oleh
spincter anal. Menunjukkan bahwa tonus sphincter ani baik. Kelemahan tonus
sphintcer ani dapat berkurang jika ada kecemasa, peradangan, jaringan parut atau
Kista pilonidal
infeksi sekunder.
Hemoroid eksternal
Hemoroid internal
massa menonjol.
Fisura anal
anestesi lokal
Fistula anorectal
suatu abses.
mempunyai ulkus.
anterior ke rektum.
dan tegas.
tidak teraba.
No Ketrampilan 0 1 2 3
1 Persiapan bahan dan alat yang digunakan meja
periksa, lampu/ senter, sarung tangan, bahan
pelicin, selimut/ linen penutup/ celana khusus,
kain kassa.
2 Memperkenalkan diri dan menjelaskan
pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta
izin kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan
Tutor
(..............................................)
1. Bickley LS, Bates : Guide to Physycal Examination and History Taking. Elleventh
edition. 2013. Lippincott Williams and Wilkins.
2. Burns EA, Korn K, Whiyte J. Oxford Americand Handbook of Clinical Examination
and Practical Skills. 2011. Oxford University Press : Newyork
3. Blundell Andrian, Harrison Richard. OSCEs at a Glance. Second edition. 2013. John
Wiley and son : UK
4. Emmanuel A, Inns Stephen. Gastroenterology and Hepatology. 2011. Wilwy-Blacwell
: UK
5. Konsil Kedokteran Indonesia (KKI). Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
2012. Konsil Kedoktean Indonesia : Jakarta