ii
Sistem Reproduksi Manusia | iii
Panduan Praktikum Anatomi
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan atas karunia dan rahmat Allah Subhanallahu wa
Ta'ala, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku Panduan Praktikum
Sistem Reproduksi Manusia. Buku Panduan Praktikum Sistem Reproduksi
Manusia adalah salah satu sub-materi praktikum yang diberikan pada semester
satu dan dua. Pembelajaran berdasarkan kurikulum KBK tahun 2017 yang berlaku
saat ini dengan metode Problem Based Learning (pembelajaran berdasarkan
masalah). Setelah mempelajari panduan ini, mahasiswa diharapkan antara lain
mampu menjelaskan strukturl sistem reproduksi manusia serta mekanisme kerja
dasar pada sistem reproduksi manusia.
Terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu dan memfasilitasi
penyusunan buku ini. Semoga Buku Panduan Praktikum Sistem Reproduksi
Manusia dapat bermanfaat, sehingga tercapainya peningkatan kualitas proses
pembelajaran dan kompetensi lulusan dokter Prodi Kedokteran FKIK Universitas
Jambi.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vi
TATA TERTIB
viii
BAGIAN 1: Sistem Reproduksi Manusia
DASAR TEORI
Sistem reproduksi manusia merupakan sistem organ yang berfungsi untuk
menghasilkan keturunan. Pada pria, organ reproduksi menghasilkan sperma
melalui proses spermatogenesis. Pasa wanita, organ reproduksi menghasilkan
ovum melalui proses oogenesis. Jika terdiri dari organ-organ yang tersusun
normal, maka sistem reproduksi memiliki poin tugas penting, yaitu (1)
Pembebasan sperma matang pada pria dan ovum pada wanita di waktu tertentu
dalam siklus reproduksi, (2) fertilisasi ovum oleh sperma dalam tuba fallopi, (3)
transportasi ovum yang telah difertilisasi ke uterus, (4) implantasi blastokista atau
embrio tahap awal ke dinding uterus, (5) pembetukan plasenta dan
mempertahankan fetus selama periode gestasi (kehamilan), (6) kelahiran bayi dan
pelepasan plasenta, (7) masa menyusui bayi disertai kembalinya kondisi organ
maternal ke keadaan semula.
Gambar 1.1. Rongga pada tubuh manusia. A. Perbedaan area cavum abdominalis (peritoneal)
dan cavum pelvis. B. Pada pria perluasan cavum abdominalis paling inferior adalah kantung
rektovesikal. Testis dalam skrotum terletak di luar cavum abdominalis bagian bawah arah anterior
tubuh. C. Pada wanita perluasan cavum abdominalis paling inferior adalah kantung rektouterin.
Ovarium berada dalam cavum pelvis, area yang berbatasan dengan cavum abdominalis
arah posterior tubuh.
Pada pria, sepasang testis dibungkus oleh kantung kulit yang disebut skrotum
terletak di luar cavum abdominalis (peritoneal) bagian bawah arah anterior
tubuh. Pada wanita, sepasang ovarium terletak di dalam cavum pelvis, area yang
berbatasan dengan cavum abdominalis arah posterior tubuh (Gambar 1.1, 1.2).
Selain memproduksi sel gamet, ovarium dan testis juga menghasilkan hormon
yang berperan bagi perkembangan karakteristik seksual sekunder dan menjaga
saluran reproduksi agar dapat menjalankan fungsinya secara normal.
Gambar 1.2. Letak organ reproduksi terhadap tulang pelvis pada A. Pria dan
B. Wanita
Saluran reproduksi pada wanita terdiri dari tuba uterina atau tuba fallopii,
uterus, dan vagina, sedangkan pada pria terdapat epididimis, duktus deferens,
duktus ejakulatorius, uretra pada penis dan kelenjar aksesori (vesikula
seminalis, prostat, bulbouretralis) yang menyertainya (Gambar 1.3). Fungsi tuba
fallopi adalah sebagai penyaluran ovum yang telah difertilisasi oleh spermatozoa
menuju uterus untuk selanjutnya terjadi proses gestasi (perkembangan fetus).
Fungsi saluran sperma adalah sebagai penyaluran spermatozoa dari testis untuk
kemudian disimpan. Lalu ketika terjadi ejakulasi, spermatozoa beserta semen
dikeluarkan melalui penis.
2
Gambar 1.3. Perbedaan sistem reproduksi pria dan wanita. Perhatikan perbedaan bagian-
bagian umum penyusun saluran reproduksi pada pria dan wanita.
Jenis kelamin manusia ditentukan sejak saat terjadinya fertilisasi ovum oleh
spermatozoa. Perbedaan antara kelamin pria dan wanita secara genetik ditentukan
oleh kromosom yang ada pada nukleus sel. Walaupun begitu, pada delapan
minggu pertama usia embrio, belum bisa dibedakan alat genitalia eksterna dan
interna-nya antara dua jenis kelamin (Gambar 1.4, 1.5). Tahap ini disebut tahap
netral, yaitu tahap sebelum terjadinya diferensiasi genitalia. Dengan demikian,
satu-satunya cara untuk mengetahui alat kelamin pada embrio tahap ini, yaitu
dengan pemeriksaan kromosom pada sel.
Gambar 1.4. Diferensiasi genitalia eksterna pada embrio dan fetus manusia. Perhatikan
perbedaan perkembangan genitalia eksterna primitif pada embrio usia di bawah 12 minggu
hingga menjadi genitalia eksterna yang terdiferensiasi pada fetus usia 12 minggu dan 36
minggu. Struktur penyusun genitalia eksterna yang terdiferensiasi dari asal yang sama atau
homolog, yaitu glans penis dengan glans clitoris, corpus penis dengan corpus clitoris, skrotum
dengan labia majus, kedua preputium, raphe penis dengan labia minus.
Duktus yang erat kaitannya dengan perkembangan sistem urinari disebut duktus
mesonefris atau duktus wolffian. Pada pria, hanya sepasang duktus mesonefris
yang berkembang terdiferensiasi menjadi empat struktur penyusun genitalia
interna, yaitu duktus epididimis, duktus deferens, duktus ejakulatorius, dan
vesikula seminalis. Pada wanita, duktus mesonefris sebagian besar tersupresi,
hanya sepasang duktus paramesonefris atau duktus mullerian saja yang
berkembang terdiferensiasi menjadi bagian penyusun genitalia interna, yaitu tuba
uterina, uterus, dan sebagian vagina. Diferensiasi terjadi juga di bagian genitalia
eksterna primitif, berkembang menjadi penis dan skrotum pada laki-laki dan
pada perempuan menajdi vulva atau pudendum yang terdiri dari klitoris, labia,
dan vestibula (bagian dari vagina).
4
Gambar 1.5. Diferensiasi genitalia interna pada embrio dan fetus manusia. Pada pria, hanya
sepasang duktus mesonefris (duktus Wolffian) yang berkembang terdiferensiasi menjadi
epididimis, vas deferens, duktus ejakulatorius, dan vesikula seminalis. Pada wanita, hanya
sepasang duktus paramesonefris (duktus mullerian) saja yang berkembang terdiferensiasi
menjadi bagian penyusun genitalia interna, yaitu tuba fallopi, uterus, dan sebagian vagina.
Pada laki-laki pubertas, testis membesar dan menjadi aktif, genitalia eksterna
membesar dan kemampuan ejakulasi berkembang ditandai oleh perubahan tinggi
dan berat badan selama sekresi hormon testosteron dari testis meningkat. Laring
atau kotak suara menebal, sehingga suara menjadi dalam. Beberapa fitur tulang
seperti pelvis dan tengkorak menjadi menonjol. Rambut ketiak dan rambut pubis
tumbuh, rambut wajah berkembang, begitu pula rambut dada, perut, lengan dan
kaki. Kelenjar kulit menjadi lebih aktif, terutama kelenjar apokrin (sejenis
kelenjar keringat yang ditemukan di ketiak dan selangkangan dan di sekitar anus).
Pada pria dan wanita, terdapat perbedaan struktur tulang pelvis. Pelvis dalam
anatomi manusia merupakan kompleks tulang os.coxae, os.sacrum, dan os.
coccygeus yang berbentuk cekungan menghubungkan kerangka extrimitas
inferior dengan columna vertebralis. Os. coxae pada tiap sisi pelvis terdiri dari
tiga tulang, yaitu os. ilium, os ischium, dan os pubis. Ketiganya bersatu pada
masa awal menuju dewasa di sutura triangular pada acetabulum. Pelvis adalah
os. coxae yang berpasangan (dextra-sinistra) dihubungkan pada bagian anterior
oleh symphisis pubis dan pada bagian posteriornya, yaitu os. sacrum dan ilium
dihubungkan oleh articulatio sacroiliaca.
6
Gambar 1.7. Perbedaan pelvis pada wanita dan pria. Tampak anterior, pubic arch pada
wanita lebih lebar sudutnya (>90o). Tampak superior, Sakrum pada wanita melengkung ke
depan. Tampak inferior, pintu bawah pelvis wanita lebih besar daripada pria.
Bentuk pelvis pada pria lebih menonjol, tebal dan berat. Pada wanita, pelvis
membentuk lingkaran atau pintu panggul yang lebih besar daripada pria karena
fungsinya sebagai jalan lahir. Pelvis memberikan perlekatan untuk otot-otot yang
menyeimbangkan dan menopang tubuh serta menggerakkan kaki dan panggul.
LEMBAR KERJA
2. Terdapat dua pasang duktus penting berkaitan dengan urogenital pada awal
masa perkembangan embrio. Sebutkan duktus yang berkembang dan
terdiferensiasi pada a. pria dan b. wanita
8
BAGIAN 2: Sistem Reproduksi Pria
DASAR TEORI
Gonad pada pria disebut testis berfungsi untuk menghasilkan spermatozoa dan
juga hormon androgen. Saluran spermatozoa atau sistem duktus, yaitu
epididimis, vasa deferensia, duktus ejakulatorius, dan uretra pada penis. Kelenjar
aksesori genital pria, yaitu prostat, vesikula seminalis, dan kelenjar bulbouretra
(Cowper). Prinsip kerja dari struktur genital pria adalah untuk mentranspor
spermatozoa dari testis ke bagian eksterior, untuk maturasi spermatozoa selama
penyimpanan, dan pengangkutan serta memperoleh sekresi dari kelenjar aksesori
untuk pembentukan semen.
1. Skrotum
Skrotum adalah kantung kulit yang berada di bawah symphisis pubis, tepat di
depan bagian atas paha. Di dalam skrotum terdapat testis dan bagian terbawah
dari funikulus spermatikus. Septum skrotum membagi kantung skrotum dalam
dua kompartemen, septum ini disebut raphe yang terlihat di permukaan kulit
skrotum. Raphe skrotum menjulur dari permukaan bawah penis hingga perineum
(area antara pangkal kaki dekat anus).
Susunan raphe menunjukkan asal mula bilateral skrotum dari dua pembengkakan
genital eksterna pada masing-masing sisi pangkal phallus yang merupakan
prekursor bagi penis atau klitoris pada embrio (Gambar 1.4). Pembengkakan ini
disebut pembengkakan labioskrotal karena pada wanita, pembengkakannya
terpisah untuk membentuk labia mayora, sedangkan pada pria pembengkakan
menyatu membentuk skrotum.
Kulit skrotum tipis, tanpa jaringan lemak dan berkerut. Ada rambut tipis yang
tersebar dan ada kelenjar sebaseus di permukaannya. Pada Gambar 2.1 dapat
dilihat, di bawah kulit skrotum terdapat lapisan fasia superfisial yang
mengandung otot tak sadar (otonom) yang disebut otot dartos berperan dalam
perubahan penampilan skrotum. Pada paparan skrotum dengan suhu dingin, otot
dartos berkontraksi, mengerut. Sebaliknya saat skrotum terpapar suhu hangat,
skrotum menjadi lebih halus dan elastis. Di bawah otot dartos, terdapat lapisan-
lapisan fasia yang kontinu berasal dari dinding abdominal, yaitu fasia spermatika
eksternal dan fasia spermatika internal yang di antaranya terdapat otot
kremaster (berfungsi menarik testis ke atas mendekati tubuh) Bagian lebih dalam
terdapat tunika vaginalis yang merupakan derivat peritoneum. Lapisan-lapisan
fasia ini membentuk: pembungkus saluran sperma, menyokong testis di dalam
skrotum, berisi duktus deferensia, pembuluh darah ke testis (a.testikularis dan
pleksus pampiniformis dari v.testikularis), pembuluh limfa, arteri menuju otot
kremaster, arteri ke duktus deferens, cabang saraf genital dari saraf genitofemoral,
dan jaringan saraf otonom testis.
Skrotum disuplai darah dari kedua arteri ilika internal dan eksternal. Skrotum
anterior disuplai darah oleh arteri skrotalis anterior, cabang dari arteri pudenda
eksterna yang lebih dalam (dari iliaka eksterna). Skrotum posterior disuplai darah
oleh arteri skrotalis posterior, cabang dari arteri pudenda interna (dari iliaka
interna). Drainase limfatik dari kulit, lapisan-lapisan skrotum dan tunika vaginalis
adalah ke bagian superfisial kemudian ke bagian dalam dari nodus limfa inguinal.
Skrotum disarafi oleh beragam persarafan. Bagian permukaan anterolatral disarafi
oleh cabang genital dari saraf genitofemoral, permukaan anterior disarafi oleh
nn.skrotalis anterior cabang dari saraf ilioinguinal, permukaan posterior disarafi
oleh nn.skrotalis posterior cabang dari n.pudendus, dan permukaan inferior
disarafi oleh cabang dari n.kutaneus femoralis posterior.
Penis pada pria merupakan organ kopulasi, sebagian ada di dalam dan sebagian
lagi ada di luar tubuh. Pada bagian dalam, melekat pada pinggiran tulang arch
pubis disebut pangkal/radix penis, sedangkan pada bagian luar, bebas tergantung
dan seluruhnya dibungkus kulit disebut badan/corpus penis dengan ujung yang
disebut kepala/glans penis. Corpus penis berbentuk silinder. Penis terdiri dari
lapisan dari luar ke dalam, yaitu kulit, fascia penis superficialis, fascia penis
profunda (fasia dalam/Buck), dan tunika albuginea yang merupakan selubung
jaringan ikat fibrosa.
10
Gambar 2.2. Bagian-bagian penis
Bagian dalam tunika albuginea terdapat struktur tiga silinder yang disebut
jaringan erektil mirip spon yang terdiri dari ruang-ruang di mana pembatasnya
disebut trabekula. Jaringan erektil ini berasal dari vena dan kapiler yang
termodifikasi. Ketiga jaringan erektil ini, yaitu dua buah corpus cavernosum
penis kanan dan kiri yang berdekatan dibatasi oleh septum pectiniformis terletak
pada bagian dorsal dan satu buah corpus cavernosum uretra (corpus
spongiosum) terletak pada bagian ventral.
Selama kebangkitan gairah seks, jaringan ini akan terisi penuh oleh darah dan
terjadi penutupan vena karena peningkatan tekanan, sehingga penis penuh dengan
darah yang menyebabkan terjadinya ereksi. Saat ereksi, penis pada penampang
melintang akan berbentuk segitiga dengan sudut tumpul (Gambar 2.3). Kondisi
tersebut disebabkan oleh adanya dua corpus cavernosum kanan dan kiri
terbentang bersama berdekatan di bagian dorsal penis, sedangkan hanya satu
corpus spongiosum yang berisi uretra terbentang di garis tengah pada bagian
bawah corpora cavernosa arah ventral penis.
Gambar 2.3. Penampang melintang penis. Tampak depan yang terlihat ketika penis sedang
“istirahat” disebut dorsal dan sisi badan penis yang mengarah ke dalam disebut ventral.
Uretra pada pria merupakan tabung fibromuskular sempit yang menyalurkan urin
dari vesika urinaria dan semen dari duktus ejakulatorius ke bagian eksterior tubuh.
Walaupun uretra adalah struktur tunggal, uretra terbagi menjadi segmen yang
berbeda, yaitu pars prostatica, pars membranacea, dan pars spongiosa.
Radix penis terdiri dari jaringan, yaitu dua crura dan satu bulbus penis. Crura
dan bulbus masing-masing melekat pada tepi pubic arch dan pada membran
perineum. Setiap crura adalah struktur memanjang yang tertutup otot
ischiocavernosus dan masing-masing memanjang ke depan lalu bersambung
dengan corpora cavernosa. Otot ischiocavernosus menekan darah dari ruang
cavernosa dalam crura untuk mempertahankan ereksi. Bulbus penis terbentang
antara dua crura dan ditutupi oleh otot bulbospongiosus yang bersambung
dengan corpus spongiosum yang dilalui uretra. Otot bulbospongiosus berkontraksi
mengosongkan uretra dari sisa semen atau urin dan serat anteriornya juga
membantu mempertahankan ereksi dengan meningkatkan tekanan dalam bulbus
penis.
12
Dua corpora cavernosa berdekatan satu dengan yang lain, dipisahkan oleh
selubung fibrosa tunika albuginea yang membungkusnya. Jaringan ereksi pada
corpora terbagi oleh banyak pita berserat membentuk ruang cavernosa yang
kosong dan terisi darah saat ereksi. Struktur jaringan corpus spongiosum mirip
dengan corpora cavernosa, tetapi lebih banyak otot polos dan jaringan elastis,
sehingga tekanan pada jaringan ini dapat berkurang dengan demikian uretra tidak
tertutup selama ereksi. Penis disokong oleh dua jenis ligamen. Ligamentum
suspensorium penis adalah jaringan fibrosa yang merupakan perluasan lapisan
fasia bagian dalam dari symphysis pubis menuju ke lapisan fasia bagian dalam
dari penis yang mengikat radix penis ke symphisis pubis. Ligamen fundiformis
merupakan perluasan jaringan subkutan abdomina yang memanjang dari linea
alba, mengelilingi penis dan mengikatnya ke symphisis pubis.
Penis menerima darah arteri dari tiga sumber, yaitu arteri dorsal penis, arteri
bagian dalam penis, dan arteri bulbouretra. Ketiga arteri ini merupakan cabang
dari arteri pudenda internal, sebuah cabang dari arteri iliaka internal yang
menyuplai darah ke struktur pelvis dan organ-organ di dalamnya, bokong, dan
bagian dalam paha. Darah vena dialirkan keluar dari penis oleh vena berpasangan.
Ruang cavernosa didrainase oleh vena dorsal bagian dalam penis, pengosongan
ini diarahkan ke pleksus vena prostat. Vena dorsal superfisial mengalirkan
keluar darah yang berasal dari struktur superfisial penis seperti kulit dan jaringan
kutaneus. Ereksi disebabkan oleh distensi ruang-ruang cavernosa dengan darah
yang ditutup drainasenya oleh kompresi vena di area tersebut.
Penis penuh diisi dengan saraf sensorik dan otonom (tidak sadar). Serabut sarat
otonom dari serabut saraf simpatis menyebabkan penyempitan pembuluh darah
dan serabut saraf parasimpatis menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
Biasanya saat keadaan ejakulasi karena disebabkan sistem simpatik, pada saat
yang sama menghambat keinginan untuk urinasi mencegah semen memasuki
kandung kemih.
1. Testis
Gonad jantan disebut testis, jumlahnya dua dan biasanya akan benar-benar turun
ke dalam skrotum karena ditarik oleh ligamen gubernakulum dari titik asalnya
di belakang dinding abdomen pada bulan ke tujuh setelah konsepsi. Testis
disokong di dalam skrotum oleh funikulus spermatikus. Testis memiliki ukuran
panjang 4-5 cm dan tertutup oleh selubung fibrosa, yaitu tunika albuginea.
Selubung ini kemudian dilapisi oleh tunika vaskulosa yang berisi jaringan
pembuluh darah dan ditutupi oleh tunika vaginalis yang merupakan kelanjutan
dari membran yang melapisi perut dan panggul (derivat peritoneum).
Setiap lobulus mengandung satu atau lebih tubulus berlipat-lipat disebut tubulus
seminiferus yang jika diluruskan akan memanjang sekitar 70 cm, dibentuk oleh
jaringan epitelium germinal dan dilapisi dinding tubulus. Epitelium germinal
terdiri dari dua tipe sel, yaitu sel Sertoli dan berbagai stase sel spermatogenik.
Proses multistase pembentukan sperma memakan waktu 60 hari (2 bulan) dimulai
dari spermatogonia yang berada di lapisan terluar dekat dinding tubulus sampai
menjadi spermatozoa yang berada dekat dengan lumen tubulus. Spermatozoa yang
meninggalkan tubulus seminiferus tidak mampu bergerak sendiri, tetapi mereka
mengalami proses pematangan pada saluran-saluran reproduksi pria. Proses
pematangan lebih lanjut terjadi ketika setelah ejakulasi sperma melewati saluran
reproduksi wanita. Pematangan sperma di saluran reproduksi wanita disebut
kapitasi.
14
Gambar 2.5. Duktus spermatika. Saluran sperma yang bermula dari tubulus seminiferus yang
bermuara ke duktus intratestukular tubulus rektus dan rete testis. Dari rete testis, sperma
menuju duktus ekstratestikular dimulai dari duktus efferen, caput epididimis, korpus
epididimis, kauda epididimis, dan vas deferens.
Hormon seksual pria, yaitu androgen (testosteron) diproduksi oleh sel Leydig.
Sel ini berlokasi di bagian jaringan interstisial yang mengisi ruang antara
tubulus seminiferus di dalam lobulus. Jaringan menjadi aktif saat pubertas di
bawah pengaruh hormon penstimulasi sel interstisial disebut LH (Luteinizing
Hormone). Testosteron menstimulasi organ aksesori pria seperti kelenjar prostat,
vesikula seminalis dan bulbouretralis serta mengembangkan karakter seksual
sekunder. Hormon juga berfungsi untuk pematangan sperma dan meningkatkan
gairah seksual. Testis juga sumber beberapa hormon seksual feminina seperti
estrogen yang mempengaruhi dengan cara menghambat aktivitas pituitari.
Setiap testis disuplai darah oleh arteri testikular yang muncul dari depan aorta,
tepat di bawah asal arteri renal. Tiap arteri melintasi dinding abdominal bagian
belakang memasuki funikulus spermatikus, melalui kanal inguinalis dan
memasuki mediastinum testis di bagian posterior. Vena yang meninggalkan testis
dan epididimis membentuk jaringan yang naik ke funikulus spermatikus.
Pembuluh limfa yang juga melalui funikulus spermatikus mengalir ke nodus limfa
lateral dan preaorta. Serabut saraf menuju testis menyertai pembuluh darah,
melewati pleksus saraf renal dan aorta, atau jaringan.
a. Epididimis
Sperma dikirim dari testis menembus kapsul fibrosa melalui rete testis ke duktus
efferens (duktula sejumlah sekitar 20 duktus) untuk memasuki caput epididimis.
Duktula lurus pada awalnya tetapi menjadi melebar dan kemudian berbelit-belit
untuk membentuk kompartemen yang berbeda di dalam caput epididimis. Masing-
masing duktus dalam caput epididimis membuka ke dalam saluran tunggal yang
sangat berbelit-belit membentuk struktur corpus dan cauda. Saluran epididimis
disatukan oleh jaringan ikat, jika tidak terurai akan memiliki panjang hampir 6
meter (20 kaki). Duktus membesar dan menjadi berdinding lebih tebal di ujung
bawah cauda epididimis, kemudian menjadi kontinu dengan duktus deferens.
16
Gambar 2.7. Arah transpotasi sperma dari testis ke uretra melalui saluran sperma
Duktus dari testis memiliki mantel otot tipis dan lapisan yang terdiri dari
pergantian kelompok sel kolumnar ber-silia (proyeksi mirip rambut) dan sel tidak
tidak ber-silia. Silia membantu dalam menggerakkan sperma menuju epididimis.
Pada saluran epididimis, lapisan otot lebih tebal dan lapisannya tebal dengan
berkas-berkas silia nonmotil yang besar. Ada beberapa bukti bahwa duktus dari
testis dan bagian pertama duktus epididimis mengeluarkan cairan berlebih dan
serpihan asing dari sekresi testis yang memasuki saluran epididimis. Pasokan
darah ke epididimis adalah dengan cabang dari arteri testikular (arteri spermatika
interna) yang dilepaskan sebelum pembuluh mencapai testis.
b. Duktus deferensia
Duktus deferens, atau vas deferens, adalah kelanjutan dari duktus epididimis.
duktus deferensia dimulai di bagian bawah cauda epididimis lalu naik sepanjang
perbatasan posterior testis ke bagian kutub atasnya. Kemudian, sebagai bagian
dari funikulus spermatikus, duktus memasuki kanal inguinalis. Duktus deferens
terpisah dari unsur-unsur lain funikulus spermatikus, seperti pembuluh darah,
saraf, dan pembuluh limfatik saat mencapai annulus inguinalis, duktus deferens
memanjang melintasi panggul menuju pangkal prostat, di mana ia bergabung oleh
vesikula seminalis untuk membentuk saluran ejakulatorius. Bagian dari duktus
yang melebar dan agak berliku-liku, dekat pangkal vesika urinaria sebelum
bergabung dengan vesikula seminalis, disebut ampulla.
Duktus deferens memiliki lapisan tebal otot polos yang membuatnya tampak
seperti kabel. Serabut otot longitudinal berkembang dengan baik, dan kontraksi
peristaltik (kontraksi gelombang) menggerakkan sperma menuju ampula. Selaput
lendir yang melapisi interior adalah lipatan memanjang dan sebagian besar
ditutupi dengan sel kolumnar yang tidak bersilia, meskipun beberapa sel memiliki
silia nonmotil. Ampula berdinding lebih tipis dan mungkin bertindak sebagai
penyimpan sperma.
c. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis berjumlah dua, masing-masing terdiri dari dua struktur, yaitu
glandula seminalis dan duktus excretorius glandula seminalis. Vesikula
seminalis berukuran panjang sekitar 5 cm (2 inci), terletak di antara rektum dan
basis vesika urinaria. Sekresinya membentuk sebagian besar semen. Pada
dasarnya, masing-masing vesikula terdiri dari saluran berbentuk tabung yang
dikelilingi sejumlah divertikula atau kantung yang memanjang dari tabung utama,
yang keseluruhannya disatukan oleh jaringan ikat. Pada ujung bawah vesikula
terdapat tabung mengerut yang disebut membentuk saluran lurus dan bergabung
dengan ampula duktus deferens untuk membentuk saluran atau duktus
ejakulatorius yang bermuara ke uretra di dalam prostat. Vesikula seminalis
memiliki lapisan longitudinal dan melingkar otot polos, dan rongga-rongga
mereka dilapisi dengan selaput lendir, yang merupakan sumber sekresi organ.
Sekresi ini dikeluarkan oleh kontraksi otot selama ejakulasi. Aktivitas vesikula
tergantung pada produksi hormon androgen oleh testis. Sekresi yang dihasilkan
vesikula seminalis tebal, lengket, dan kekuningan, mengandung gula fruktosa dan
sedikit basa.
d. Prostat
Sekresi dari kelenjar prostat membentuk sebagian besar cairan semen ejakulasi.
Kelenjar prostat berada di panggul yang lebih rendah atau pelvis sejati, berpusat
di belakang bagian bawah pubic arch, di depan rektum. Prostat berbentuk kira-
kira seperti piramida atau konus terbalik yang alas dasarnya mengarah ke atas dan
segera berlanjut dengan bagian basis vesika urinaria. Uretra melintasi substansi
18
prostat, tempat bermuaranya kedua saluran ejakulatorius yang juga memasuki
prostat di dekat batas atas permukaan posteriornya.
Prostat memiliki struktur kelenjar yang kuat, dilapisi oleh kapsul fibromuskuler
(jaringan fibrosa dan otot polos). Ukuran prostat sekitar 3cm (basis ke apex) x
3cm (lebar) x 2cm (tebal). Prostat tidak utuh sempurna, terbagi menjadi lima
lobus, yaitu lobus medius, lobus lateralis (2 lobus), lobus anterior, dan lobus
posterior. Selama perkembangannya, lobus anterior dan posterior akan menjadi
satu disebut lobus medius saja. Dua lobus lateralis membentuk massa utama dan
kontinu di belakang uretra. Di depan uretra, kedua lobus lateralis ini terhubung
oleh isthmus jaringan fibromuskuler yang tidak memiliki kelenjar. Lobus medius
lebih kecil dan bervariasi ukurannya dan memiliki sedikit jaringan kelenjar.
Massa prostat membentuk 70% unsur kelenjar dan 30% stroma fibromuskular.
Secara klinis, prostat terbagi dalam tiga zona, yaitu zona perifer, zona sentral,
dan zona transisional. Zona perifer mencakupi bagian posterior dan lateral
kelenjar tersebut. Zona sentral membentuk konus sekitar duktus ejakulatorius
hingga ke basis vesika urinaria. Zona transisional melingkupi uretra tepat
sebelum uretra dan duktus ejakulatorius menyatu. Kelenjar pada zona perifer
dilapisi oleh sel-sel kolumnar tinggi yang mengeluarkan cairan prostat melalui
ductuli prostatici ke uretra pars prostatica di bawah pengaruh androgen dari testis.
Cairannya tipis, seperti susu, dan sedikit asam.
e. Kelenjar Bulbouretralis
Terdapat dua duktus ejakulatorius terletak di setiap sisi dari bidang median
tubuh. Duktus ejakulatorius dibentuk oleh penyatuan saluran vesikula seminalis
dengan ujung duktus deferens di bagian basis prostatae. Setiap saluran memiliki
panjang sekitar 2 cm dan melewati antara lobus lateralis dan lobus medius prostat
untuk mencapai dinding uretra pars prostatica. Pars uretra ini memiliki pada
dinding posteriornya sebuah punggung longitudinal yang disebut crista
urethralis.
Di setiap sisi lateral crista urethralis ada depresi atau lekukan disebut sinus
prostaticus, tempat yang membuka ke saluran prostat atau ductuli prostatici. Di
tengah-tengah crista urethralis ada elevasi kecil, disebut colliculus seminalis
adalah daerah di mana pembukaan utriculus prostaticus ditemukan. Utriculus
prostaticus merupakan divertikulum pendek atau kantung yang dilapisi oleh
membran mukosa. Bukaan kecil dari saluran ejakulatorius terletak di setiap sisi
yang berdekatan dengan pembukaan utriculus prostaticus. Saluran ejakulatorius
berdinding tipis dan dilapisi oleh sel-sel kolumnar.
20
LEMBAR KERJA
DASAR TEORI
Gonad betina disebut ovarium, jumlahnya dua dan merupakan sumber sel telur
atau ovum serta hormon seksual wanita, yaitu estrogen (estradiol) dan
progestogen (progesteron). Tuba fallopii atau tuba uterina meneruskan ovum
ke uterus, yang terletak di dalam rongga pelvis yang lebih rendah atau pelvis
sejati. Uterus terhubung dengan vagina melalui saluran serviks. Bukaan vagina
ke bagian eksternal, letak genitalia eksterna, secara kolektif dikenal sebagai vulva
(pudendum).
22
1. Mons Pubis
Mons pubis berbentuk bantalan yang terdiri dari jaringan lemak di subkutan,
terletak di anterior symphisis pubis. Mons pubis terbentuk dari penyatuan dari
labia majus. Beberapa rambut halus mungkin ada di permukaan mons pubis di
masa kanak-kanak, kemudian pada masa puber, rambut menjadi lebih kasar dan
lebih banyak. Batas atas daerah berambut adalah horisontal melintasi perut bagian
bawah.
Labia majus adalah dua lipatan kulit yang menonjol, merupakan perluasan dari
mons pubis bagian posterior membentang ke bawah menuju ke belakang untuk
bergabung dengan kulit perineum. Labia majus membentuk batas lateral dari
celah vulva (pudenda), yang terdapat ostium vaginae dan ostium urethrae
externum. Permukaan luar setiap labium berpigmen dan berambut; permukaan
bagian dalamnya halus dan memiliki kelenjar sebaceous. Labia majus
mengandung jaringan ikat lemak dan jaringan ikat longgar serta kelenjar keringat.
Labia majus merupakan derivat dari pembengkakan labioscrotal yang terjadi pada
masa embrio, sehingga struktur ini homolog dengan skrotum pada pria dan
mengandung jaringan yang menyerupai otot dartos. Ligamentum teres uteri
(rotundum/bundar terletak di bawah uterus) berakhir di jaringan labium.
Labium minus adalah dua lipatan kecil kulit dengan sedikit jaringan lemak,
memanjang ke arah posterior di setiap sisi ostium vaginae. Labium minus terletak
di dalam labia majus dan panjangnya sekitar 4 cm. Gabungan bagian anterior
labium minus membentuk tudung klitoris yang disebut preputium klitoris dan
gabungan bagian posteriornya membentuk lipatan kulit disebut frenulum
clitoridis. Labia minora tidak memiliki rambut tetapi memiliki kelenjar sebaceous
dan kelenjar keringat.
3. Clitoris
Klitoris adalah jaringan erektil kecil yang terdiri dari dua korpora cavernosa
yang dipisahkan oleh septum corporum cavernosum. Sebagian klitoris
tersembunyi di bawah ujung anterior labia minus. Klitoris memiliki ujung yang
sensitif bagian dari jaringan erektil seperti spon disebut glans clitoridis. Ostium
urethrae externum berada sekitar 2,5 cm di belakang klitoris dan berada dekat di
depan ostium vaginae. Clitoris merupakan struktur yang homolog dengan penis
(tidak termasuk uretra) pada pria.
4. Vestibulum Vaginae
Vestibulum vaginae adalah celah antara labia minus yang pada areanya terdapat
bukaan atau ostium vaginae dan urethrae. Hymen membatasi ostium vaginae
berupa lipatan tipis selaput lendir yang bervariasi bentuknya. Setelah hymen
robek, maka terbentuk elevasi bulat kecil yang tersisa dikenal sebagai carunculae
hymenales.
Bulbus vestibuli homolog dengan bulbus penis, merupakan dua massa jaringan
erektil memanjang yang terletak satu di setiap sisi ostium vaginae. Di ujung tiap-
tiap posterior bulbus vestibuli terletak dua glandula vestibularis major yang
merupakan kelenjar mukosa kecil penghasil mukus membuka pada saluran di
antara hymen dan labium minus. glandula vestibularis major homolog dengan
kelenjar bulbourethral pada pria.
Pasokan darah dan pasokan saraf organ genital eksternal wanita mirip dengan
yang memasok struktur yang sesuai pada pria. Arteri menyuplai vulva dari
pasangan internal dan eksternal arteri pudendum (cabang dari iliaka internal).
Darah pada pembuluh didrainase melalui vena pudendum bersama vena labia
minus. Cairan limfa melalui pembuluh limfatik dialirkan ke nodi lymphoidei
inguinales superficiales. Vulva menerima pasokan saraf sensori dan parasimpatis.
Vulva bagian anterior disyarafi oleh saraf ilioinguinal, cabang dari saraf
genitofemoral. Vulva bagian posterior disyarafi dengan saraf pudendum,
merupakan saraf kutaneus posterior dari bagian paha. Klitoris dan vestibula juga
menerima persyarafan dari saraf kavernosum yang merupakan derivat dari plexsus
uterovaginal.
1. Vagina
Vagina adalah kanal atau saluran yang menghubungkan serviks di dalam panggul
bagian bawah dengan bagian eksternal labia minora. Ostium vaginae dijaga oleh
hymen. Vagina terletak di posterior vesika urinaria dan uretra dan berada di
anterior rektum dan saluran anal. Vagina berbentuk tabung fibromuskular, terdiri
dari tunika muscularis dan tunika mucosa dengan dinding/paries anterior dan
posterior. Tunika mukosa vagina berkerut disebut rugae vaginales. Panjang
dinding anterior sekitar 7,5 cm, sedangkan dinding posterior sekitar 9 cm. Arah
vagina ke atas, agak miring ke bagian posterior. Sumbu vagina membentuk sudut
lebih dari 90° dengan uterus. Sudut ini bervariasi tergantung pada kondisi di
vesika urinaria, di rektum, dan selama kehamilan.
Serviks atau leher uterus menjorok dengan jarak yang pendek ke dalam puncsk
vagina dan menekan dinding posterior vagina. Bagian serviks yang menonjol ke
dalam vagina tersebut disebut portio. Oleh portio ini terbentuklah relung, yang
disebut fornix vaginae yang terdiri dari pars posterior (di belakang serviks dan
yang terbesar), pars lateral (dua di samping, dextra-sinistra), dan pars anterior
24
(di depan serviks). Posisi uterus terhadap vagina dijelaskan lebih lanjut pada
bagian uterus.
Bagian atas dinding posterior vagina ditutupi oleh peritoneum atau membran
yang dilipat kembali ke rektum untuk membentuk rektouterina excavatio.
Bagian bawah dinding vagina posterior dipisahkan dari saluran anus oleh massa
jaringan yang dikenal sebagai perineum tubuh.
Vagina memiliki membran mukosa dan mantel otot polos bagian luar. Pada
membran mukosa terdapat kerutan memanjang di garis median dinding anterior
dan posterior. Kerutan ini dikenal sebagai columnae rugarum, banyak rugae,
atau lipatan, memanjang ke setiap sisi dinding vagina. Tidak ada kelenjar pada
lapisan vagina, dan lendir yang ada telah disekresikan oleh kelenjar yang berasal
dari saluran serviks uterus. Lapisan otot polos terdiri dari lapisan longitudinal
pada bagian luar dan lapisan lingkaran pada bagian dalam yang kurang
berkembang. Bagian bawah vagina dikelilingi oleh otot bulbospongiosus, otot
bergaris yang melekat pada perineum.
Pasokan darah ke vagina berasal dari beberapa pembuluh darah yang berdekatan,
ada arteri vagina dari arteri iliaka internal dan juga cabang-cabang vagina dari
uterus, rektum tengah, dan arteri pudenda internal, semua cabang berasal dari
arteri iliaka internal. Pasokan saraf ke bagian bawah vagina adalah dari saraf
pudendal dan dari plexsus hipogastrik dan uterovaginal inferior.
2. Uterus
a. Struktur uterus
Uterus berbentuk seperti pir terbalik, merupakan organ berongga, berotot dengan
dinding tebal, dan memiliki lapisan kelenjar yang disebut endometrium. Pada
wanita dewasa, uterus memiliki panjang 7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm,
tetapi ukuran ini dapat membesar hingga empat sampai lima kali saat kehamilan.
Ujung bawah atau bagian paling inferiornya yang lebih sempit disebut serviks,
bagian yang menjorok ke dalam vagina. Serviks terbuat dari jaringan ikat fibrosa
dan konsistensi lebih kencang daripada badan uterus. Dua tuba fallopi atau tuba
uterina memasuki uterus di sisi kanan dan kiri pada bagian atasnya. Pada bagian
badan uterus tempat masuknya tuba uterina ini disebut fundus uteri. Bagian
badan uterus yang paling utama dan terbesar disebut corpus uteri. Corpus uteri
akan tampak menyempit di bagian bawahnya dan berlanjut sebagai serviks uteri.
Uterus tidak terletak sejajar dengan vagina tetapi biasanya melengkung ke depan.
Posisi uterus dipengaruhi oleh jumlah distensi pada vesika urinaria dan rektum.
Pembesaran uterus saat kehamilan menyebabkannya naik ke rongga perut,
sehingga lebih sejajar dengan vagina. Uterus yang tidak hamil melengkung ke
depan dengan lembut. Uterus sebenarnya terapung di dalam rongga pelvis. Untuk
26
mendukung posisinya tersebut ada beberapa jaringan ikat dan ligamentum yang
menjadi penyokongnya, sehingga dapat terfikasasi dengan baik. Ligamentum
kardinale sinistrum et dekstrum, merupakan ligamentum terpenting yang
mencegah uterus agar tidak turun. Ligamentum ini terdiri dari jaringan tebal yang
berjalan dari serviks dan puncak vagina menuju arah samping dinding perlvis.
Ligamentum sakro uterinum sinistrum et dekstrum, ligamentum ini berfungsi
untuk menahan uterus agar tidak terlalu banyak bergerak, baik ke kiri maupun ke
kanan. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, ligamentum yang
mempertahankan uterus dalam posisinya dari sudut fundus uteri kiri ke kanan.
Pada masa kehamilan, seorang wanita biasanya merasa sakit saat berdiri di derah
pangkal paha karena tarikan dari ligamentum rotundum yang berkontraksi.
Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, ligamentum ini tidak banyak
membantu dalam fiksasi uterus, ia merupakan bagian dari peritoneum yang
meliputi uterus dan tuba futerina dan berbentuk sebagai lipatan. Ligamentum
infundibulo pelvikum, ligamentum yang memfiksasi tuba uterina dan ovarium ke
dinding pelvis.
Cavitas uteri (rongga uterus) sangat kecil dibandingkan dengan ukuran organnya,
kecuali selama kehamilan. Cavitas uteri rata, dengan dinding depan dan belakang
bersentuhan berbentuk segitiga. Segitiga terbalik, dengan basis berada di atas, di
antara bukaan dua tuba uterina, dan dengan puncaknya atau apex di bawah uterus
daerah bukaan ke serviks. Kanalis servikalis rata dari depan ke belakang dan
agak lebih besar di bagian tengahnya. Panjang saluran serviks ini adalah 2,5 cm.
Serviks uteri terdiri dari dua bagian,yaitu pars vaginalis atau yang biasa juga
disebut porsio serviks dan pars supravaginalis, bagian serviks uteri yang
terletak di atas vagina. Saluran serviks berupa saluran lonjong dengan panjang
sekitar 2,5 cm. Pintu saluran serviks yang berada di dalam uterus disebut ostium
uteri internum, sedangkan pintu yang berada di vagina disebut ostium uteri
eksternum. Kanalis servikalis dilapisi oleh membran mukosa yang mengandung
banyak kelenjar disebut glandulae cervicales yang mengeluarkan lendir bersifat
basa dan alkali.
Uterusterdiri dari tiga lapisan jaringan. Di bagian terluar adalah tunika serosa
atau perimetrium merupakan lapisan terluar dari uterus. Perimetrium merupakan
membran berlapis ganda yang akan berlanjut ke abdomen dan disebut peritoneum.
Lapisan paling dalam dari jaringan di dalam rahim adalah membran mukosa, atau
endometrium. Ini melapisi rongga rahim sejauh isthmus uterus, di mana ia
menjadi kontinu dengan lapisan saluran serviks. Endometrium mengandung
banyak kelenjar uterus atau glandulae uterinae yang membuka ke dalam rongga
rahim dan tertanam dalam kerangka seluler atau stroma endometrium. Banyak
pula pembuluh darah dan ruang limfatik. Penampilan endometrium sangat
bervariasi pada berbagai tahap dalam kehidupan reproduksi, mulai mencapai
perkembangan penuh pada masa pubertas dan setelah itu menunjukkan perubahan
signifikan selama setiap siklus menstruasi. Endometrium mengalami perubahan
lebih lanjut sebelum, selama, dan setelah kehamilan dan selama menopause di
usia tua. Perubahan-perubahan ini sebagian besar diinduksi hormon dan
dikendalikan oleh aktivitas ovarium.
Uterus disuplai dengan darah oleh dua arteri uterin yang merupakan cabang dari
arteri iliaka internal, dan oleh arteri ovarium yang terhubung dengan ujung arteri
uterin dan bercabang untuk memasok darah ke uterus. Saraf ke rahim termasuk
serabut saraf simpatis, yang menghasilkan kontraksi otot rahim dan penyempitan
pembuluh darah dan serabut parasimpatis (sakral) yang menghambat aktivitas
otot dan menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
3. Tuba Uterina
Tuba uterina atau tuba fallopi membawa ovum dari ovarium ke rongga uterus.
Masing-masing tuba membuka ke rongga perut dekat ovarium di kedua ujung
uterus, bukaan ini disebut ostium abdominale tubae uterinae. Tiga bagian dari
tuba dibedakan: ujung luar berbentuk corong, atau infundibulum tubae uterinae;
bagian tengah yang diperluas dan berdinding tipis, atau ampulla tubae uterinae;
28
dan bagian seperti tali, isthmus tubae uterinae, yang membuka ke dalam uterus.
Infundibulum dibatasi oleh proyeksi tidak teratur yang disebut fimbriae. Satu
fimbria, agak lebih besar dari yang lain, biasanya melekat pada ovarium. Bukaan
ke perut adalah di bagian bawah infundibulum. Perhentian sel telur biasanya
terjadi di ampulla. Biasanya sel telur yang dibuahi di sana akan diangkut ke
uterus, tetapi kadang-kadang bisa melekat ke tuba dan mulai berkembang yang
disebut sebagai kehamilan ektopik, atau kehamilan tuba. Tuba uterina tidak dapat
mendukung kehamilan ini, jika dibiarkan maka dapat menyebabkan pecahnya
tubamdengan pendarahan yang terjadi kemudian.
Gambar 3.5. Proses transportasi ovum dari ovarium menuju dinding uterus
4. Ovarium
a. Struktur Ovarium
Gonad betina, atau organ seks primer yang homolog dengan testis pada pria,
adalah dua ovarium. Masing-masing disokong oleh mesenterium yaitu lipatan
membran dari lapisan belakang ligamentum uterus yang luas. Pada wanita yang
belum hamil, ovarium berbentuk almond terletak pada posisi vertikal melawan
depresi disebut fossa ovarium, di dinding samping panggul yang lebih kecil.
Hubungan ini diubah selama dan setelah kehamilan. Setiap ovarium memiliki
panjang lebih dari 2,5 cm, lebar 1,25 cm, dan sedikit tebal, tetapi ukurannya
bervariasi tergantung usia dan tingkat aktivitas.
Kecuali pada hilum ovarii, yaitu titik di mana pembuluh darah dan saraf
memasuki ovarium dan di mana mesenterium berada di permukaan, ovarium
halus dan ditutupi oleh sel kubus. Substansi ovarium dibagi menjadi bagian luar
atau stroma ovarii, korteks atau cortex ovarii, dan bagian dalam atau medulla
ovarii. Bagian terluar dari korteks, tepat di bawah penutup luar, membentuk zona
jaringan ikat tipis, yaitu tunica albuginea. Sisa dari korteks terdiri dari sel-sel
stroma atau kerangka kerja, yang terkandung dalam jaringan serat yang halus, dan
juga folikel dan korpora lutea.
30
Gambar 3.6. Ovarium
Setelah ovulasi, folikel yang pecah kolaps karena kehilangan cairan folikelnya
dan dengan cepat berubah menjadi struktur kelenjar yang lunak dan
tervaskularisasi dengan baik yang dikenal sebagai corpus luteum. Corpus luteum
berkembang dengan cepat, menjadi vaskularisasi setelah sekitar empat hari, dan
sepenuhnya terbentuk pada sembilan hari menjadi kelenjar yang menghasilkan
hormon steroid progesteron dan beberapa estrogen. Aktivitasnya distimulasi dan
dipertahankan oleh hormon luteinizing. Progesteron merangsang proliferasi dan
sekresi kelenjar dalam endometrium yang dipicu oleh estrogen.
Jika pembuahan tidak terjadi, maka umur corpus luteum terbatas sekitar 14 hari.
Degenerasi kelenjar mulai menjelang akhir periode ini, dan menstruasi terjadi.
Corpus luteum menyusut, jaringan fibrosa terbentuk, dan diubah menjadi struktur
seperti jaringan parut yang disebut corpus albicans, yang bertahan selama
beberapa bulan.
Arteri ovarium muncul dari bagian depan aorta dengan cara yang mirip dengan
arteri testiskularis. Lewat di ligamentum suspensori ovarium, setiap arteri
mencapai ligamentum uterus yang luas di bawah tuba uterina dan kemudian
masuk ke mesovarium untuk membelah menjadi cabang yang didistribusikan ke
ovarium. Satu cabang berlanjut di ligamentum uterus luas ke anastomose dengan
arteri uterus. Vena ovarium muncul dari masing-masing ovarium sebagai jaringan
yang akhirnya menjadi vena tunggal, drainase darah vena mirip dengan vena
testis. Saraf berasal dari jaringan saraf ovarium di arteri ovarium.
32
LEMBAR KERJA
DAFTAR PUSTAKA
Drake, R.L., Vogl, W., Mitchell, A.W.M., & Gray, H. 2015. Gray's anatomy for
students. Philadelphia: Elsevier/Churchill Livingstone.
Moore, K.L., Dalley, A.F., Agur, A.M.R. 2014. Clinically Oriented. Anatomy. 7th
ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Sadler, T.W. 2013. Embriologi Kedokteran Langman. 7th ed. Jakarta: EGC.
34