Anda di halaman 1dari 42

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIS

DASAR (KKD)

MODUL METABOLIK ENDOKRIN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN IULMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BENGKULU
Semester
2016 5

1
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Pedoman Latihan Anamnesis

Modul Metabolik Endokrin


TUJUAN UMUM :

Meningkatkan keterampilan anamnesis dengan menggunakan teknik komunikasi yang


benar pada penderita.

TUJUAN KHUSUS :

Kalau diberi pasien mampu :

1. Menemukan identitas lengkap pasien


2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya.
3. Menguraikan perkembangan penyakit secara deskriptif dan kronologis.
4. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berprilaku yang sesuai dengan sosio-budaya
pasien dalam hubungan dokter-pasien.
5. Mengidentifikasikan kekurangan dan kesalahan dalam melakukan anamnesis.
6. Membuat laporan anamnesis

PELAKSANAAN :

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 10 orang.


2. Mahasiswa sebagai pengamat memegang daftar tilik anamnesis
3. Mahasiswa menjadi pasien simulasi (PS) dan telah menghapal skenario.
4. Mahasiswa menjadi dokter yang melakukan anamnesis.
5. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor
6. Cara pelaksanaan kegiatan :
6.1. Introduksi oleh
tutor5 menit
6.2. Kelompok besar 7-8 orang.40
menit.
6.3. Mahasiswa yang menjadi dokter melakukan anmnesis pada pasien simulasi
..20
menit.
6.4. Selama anamnesis mahasiswa lain menggunakan daftar tilik anamnesis untuk
observasi kegiatan.
6.5. Selesai anamnesis dilanjutkan dengan diskusi dipimpin tutor20 menit.
6.6. Selanjutnya kelompok dibagi menjadi 2 grup kecil @ 3-5 mahasiswa.
6.7. Kegiatan Grup
kecil..55 menit
6.8. Pada setiap grup kecil dilakukan latihan anamnesis, satu mahasiswa menjadi
dokter, mahasiswa lain menjadi pasien simulasi dan mahasiswa lain menjadi
pengamat dengan daftar tilik anamnesis.
6.9. Selesai satu anamnesis dilajnutkan dengan diskusi antar mahasiswa tentang
anamnesis tersebut dan masukan untuk perbaikan.
6.10. Dilanjutkan dengna mahasiwa kedua, ketiga dan kemepat sesuai waktu yang
ada.

2
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
6.11. Tutor mengamati jalannya anamnesis pada kedua grup kecil. Tutor dapat
memberikan masukan pada masing-masing grup.
6.12. Mahasiswa kembali dalam kelompok besar
6.13. Kelompok
besar.20 menit
6.14. Diskusi mengenai seluruh anamnesis beserta feedback dari tutor15 menit
6.15. Penutup oleh
tutor 5 menit.
7. Waktu pelaksanaan :
Setiap kegiatan Anamnesis dilaksanakan selama 2 jam.

8. Tempat pelaksanaan :
RUANG SKILL LAB Lantai 2 FKIK

RUJUKAN :

1. Interviewing and the health history. Dalam Bickley LS, Szilagyi PG ( ed) : Bates
Guide to physical examination and history taking. Edisi 9, Lippincott Williams
and Wilkins, Philapdelphia, 2003, 23-62

3
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Anamnesis Modul Metabolik Endokrin

1. Seorang wanita berusia 39 tahun, beralamat di Lebong datang ke tempat


praktik anda dengan keluhan benjolan di leher. 5 tahun yang lalu pasien
merasa adanya benjolan sebesar kacang hijau ketika meraba leher kanan
bawah namun benjolan tersebut tidak terlihat. Dua tahun terakhir benjolan
membesar dan terlihat pada daerah leher kanan belakang, kemudian dari
daerah leher kanan belakang benjolan mulai menjalar ke depan mencapai
bawah rahang dan leher kanan bawah. Selama proses pembesaran pasien
tidak mengalami perubahan nafsu makan, penurunan berat badan, jantung
berdebar-debar, sakit menelan, suara serak, demam, dan keringat yang
berlebih. Pasien tidak pernah menjalani pemeriksaan radiasi sebelumnya.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang serupa, namun
tetangga satu desa pasien ada yang memiliki benjolan di leher.

2. Seorang wanita berusia 55 tahun dibawa keluarganya ke Puskesmas dengan


keluhan sering kesemutan pada kedua kakinya sejak 5 bulan yang lalu.
Kesemutan hilang timbul. Pasien merasa lemas, nafsu makan meningkat
tapi tidak diikuti peningkatan BB, pasien lebih sering merasa haus, sering
terbangun kencing di malam hari, kencing > 5x pada malam hari. Ayah
pasien meninggal karena sakit darah tinggi, dan kencing manis. Pasien tidak
bekerja. Suami pasien bekerja sebagai PNS. Sanitasi di lingkungan rumah
baik.

3. Seorang laki-laki usia 45 tahun dengan BB: 59 kg, TB: 165 cm datang ke
Puskesmas dengan keluhan berat badan menurun drastis (15 kg sejak 3
bulan yang lalu) padahal tidak sedang diet dan selalu banyak makan. Pasien
juga mengeluhkan sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil
dan pandangan mata yang kabur. Pasien menderita penyakit darah tinggi.
Ibu pasien menderita kencing manis saat hamil pasien dan adiknya. Pasien
merokok 2-3 batang per hari. Setiap hari selalu makan banyak dan dengan
lahap, banyak minum karena sering merasa haus.

4. Seorang laki- laki 28 tahun datang ke klinik dengan keluhan tangan sering
gemetaran sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga merasa sering keluar
keringat dingin dan adanya benjolan di sekitar daerah leher. Benjolan
tersebut ikut bergerak saat pasien menelan. Pasien juga mengalami
gangguan tidur, dan cepat lelah. Berat badan pasien turun 5 kg selama 3
bulan terakhir. Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Tidak ada
4
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini. Pasien bekerja
sebagai PNS. Sanitasi di lingkungan rumah baik.

CHECKLIS ANAMNESIS

Nama Mahasiswa : ..................................


NPM : ..................................
Kelompok : ..................................
No Kompetensi Skor

1 2 3 4

I TEHNIK KOMUNIKASI

1. Menyapa pasien*

2. Menyambut pasien sambil berdiri*

3. Memperkenalkan diri sambil menjabat tangan pasien*

4. Menunjukkan wajah ramah*

5. Menyilakan pasien duduk*

6. Berbasa-basi*

7. Mendapatkan nama*

8. Mendapatkan umur *

9 Mendapatkan pendidikan *

10. Mendapatkan suku *

11. Mendapatkan status pernikahan *

12 Mendapatkan alamat*

13. Suara ramah, vokal jelas, kecepatan cukup, volume cukup

14. Sikap tubuh condong ke depan, kaki tidak bersilang

15. Kontak mata dipertahankan 70%

16. Tidak melakukan gerakan/ hal-hal yang tak

5
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
berhubungan dengan tindakan anamnesis

17. Pertanyaan diajukan satu-persatu

18 Mengajukan pertanyaan terbuka dan mendalam,

selain pertanyaan tertutup

19 Melakukan refleksi isi bila diperlukan

20. Melakukan refleksi perasaan bila diperlukan

21 Menunjukkan empati secara verbal dan non-verbal

II MATERI ANAMNESIS

22 Mendapatkan keluhan utama

23 Mendapatkan riwayat penyakit sekarang

24 Mendapatkan riwayat penyakit dahulu

25 Mendapatkan riwayat penyakit keluarga

26 Mendapatkan riwayat sosial

III LAPORAN ANAMNESIS

27. Membuat laporan anamnesis

Keterangan (tanda * : untuk poin penilaian bertanda*):


Skor 1 : Tidak dilakukan/tidak dilakukan*
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak kesalahan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Keterampilan rata-rata = total skor didapat / jumlah skor x 100 % = ____x 100% =
Dinyatakan lulus apabila skor > 70% 84

Bengkulu,....................................

.....................................................
(Nama dan Tanda Tangan Tutor)

6
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID

I. PENGANTAR
Modul ini dibuat untuk mahasiswa dengan tujuan mencapai kemampuan tertentu dalam
pemeriksaan fisis kelenjar Tiroid (gondok). Pemeriksaan terdiri dari kegiatan inspeksi,
palpasi dan auskultasi. Seorang dokter harus mampu melakukan pemeriksaan Kelenjar
Tiroid karena pembesaran kelenjar tiroid berhubungan dengan Diagnosis berbagai
penyakit Tiroid

seperti akibat insufisiensi iodium, inflamasi, hipertiroid (Graves Disease ) dan neoplasma
tiroid.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN UMUM :

Mampu melakukan pemeriksaan fisik penyakit tiroid

TUJUAN KHUSUS :

Setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan fisik penyakit tiroid, bila diberi pasien
mahasiswa :

1. Mampu melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid


2. Mampu melakukan pemeriksaan eksoptalmus
3. Mampu melakukan pemeriksaan tremor
4. Mampu melakukan pemeriksaan refleks lutut.

III. STRATEGI PEMBELAJARAN


1. Latihan dengan instruktur skills lab
2. Responsi
3. Bekerja kelompok
4. Bekerja dan belajar mandiri

IV. PRASYARAT
1. Sebelum berlatih mahasiswa harus menguasai ilmu dasar anatomi, histologi,
fisiologi, biokimia kelenjar tiroid pada tubuh manusia.
2. Sebelum memeriksa kelenjar tiroid, mahasiswa harus mengetahui penyakit-
penyakit Tiroid atau penyakit yang berhubungan dengan kelenjar tiroid.
V. PELAKSANAAN :
Alat dan sarana:

- Penggaris kecil atau meteran kain


- Palu refleks
- Ruangan pemeriksaan yang nyaman dan cukup cahaya.
- Stetoskop
7
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Langkah Pelaksanaan:

1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 10-12 orang.


2. Latihan pemeriksaan fisik dipimpin oleh seorang tutor.
3. Mahasiswa menggunakan jas laboratorium.
4. Tempat pelaksanaan : GKB 4 UNIB
5. Setiap pemeriksaan fisik penyakit tiroid dilaksanakan dua kali latihan@ 120 menit
6. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan fisik penyakit
tiroid 1 (satu) kali dan bila dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut akan
mendapat tanda tangan pada buku logbook. Setelah menyelesaikan dua kali latihan
diharapkan semua mahasiswa telah memiliki ketrampilan tersebut.
7. Mahasiswa menjadi pasien yang diperiksa oleh teman lainnya, mahasiswa secara
bergiliran menjadi pasien.
8. Ruangan periksa hendaknya memiliki cahaya yang cukup.
9. Selama pemeriksaan fisik penyakit tiroid, pasien dalam posisi berbaring
10. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini ( lihat tujuan khusus):
11. Cara pelaksanaan kegiatan:
12. Pertemuan 1
a. Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit.
b. Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan fisik penyakit tiroid ........ 20
menit.
c. Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan fisik penyakit tiroid @
10 menit ...................................90 menit.
d. Dengan menggunakan cheklist, mahasiswa lainnya dan tutor
memperhatikan dan menilai pemeriksaan yang berlangsung. Tutor
memberikan asupan kepada mahasiswa. Mahasiswa melakukan peer
assessment dan self assessment serta tutor mengisi tutor assessment.
e. Semua cheklist pemeriksaan fisik penyakit tiroid dikumpulkan kepada
Tutor dan diberikan kepada secretariat skill lab.
f. Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaan fisik
penyakit tiroid maka tutor memberikan tandatangan pada logbook
mahasiswa.
g. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit dan menutup pertemuan

13. Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi
lab skill untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan tsb agar mahasiswa
berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan fisik
penyakit tiroid dilakukan hanya satu kali.

8
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
VI. TEORI
PENDAHULUAN

Pada kegiatan skills lab ini akan dipelajari bagaimana memeriksa penderita dengan
dugaan kelainan kelenjar tiroid. Sebagai dasar tentulah dipahami anatomi dan letak
kelenjar tersebut dibadan kita. Berapa ukuran normalnya? Pembuluh darah
manakah yang memberi vaskularisasi dan di inervasi oleh syaraf apakah kelenjar
ini.

Ada tiga komponen yang diharapkan dilakukan oleh dokter dalam mengelola
pasien :

menegakkan diagnosis, memberi pengobatan dalam arti luas serta memantau


pengobatan tersebut. Penegakkan diagnosis maupun pemantauan pasien dapat
dikerjakan secara anamnesis dan pemeriksaan fisik, secara biokimia yang rasional
dan bila diperlukan menggunakan alat penunjang.

1. ANAMNESIS

Dalam anamnesis ditanyakan mengenai pembesaran didaerah leher depan, adanya


keluhan-keluhan hipertiroid (seperti selalu kepanasan, keringatan, makin kurus,
dll). Disamping itu apakah ada merasakan nyeri atau tanda-tanda penekanan
(seperti gangguan menelan, sesak nafas, suara serak). Apakah terdapat anggota
keluarga atau tetangga yang menderita penyakit yang sama.

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik kelenjer tiroid merupakan bagian dari pemeriksaan umum


seorang penderita. Dalam memeriksa leher seseorang, struktur leher lainnya pun
harus diperhatikan. Ada beberapa alasan untuk hal ini, pertama sering struktur ini
tertutup atau berubah oleh keadaan kelenjar tiroid, kedua metastasis tiroid sering
terjadi ke kelenjar limfe leher dan ketiga banyak juga kelainan leher yang sama
sekali tidak berhubungan dengan gangguan kelenjar gondok. Riwayat penyakit dan
pemeriksaan fisik sistematik juga diperlukan, sebab dampak yang ditimbulkan
oleh gangguan fungsi kelenjer tiroid melibatkan hampir seluruh organ tubuh,
sehingga pengungkapan detail kelainan organ lainnya sangat membantu
menegakkan maupun mengevaluasi gangguan kelainan penyakit kelenjar tiroid.
Pemeriksaan kelenjar tiroid meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi.

A. Inspeksi
Waktu memeriksa kelenjar tiroid hendaknya dipastikan arah sinar yang
tepat, sehingga masih memberi gambaran jelas pada kontur, relief, tekstur
kulit maupun benjolan. Demikian pula harus diperhatikan apakah ada
bekas luka operasi. Dengan dagu agak diangkat, perhatikan struktur
dibagian bawah-depan leher. Kelenjar tiroid normal biasanya tidak dapat

9
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
dilihat dengan cara inspeksi, kecuali pada orang yang amat kurus, namun
apabila dalam keadaan tertentu ditemukan deviasi trakea atau dilatasi vena
maka harus curiga kemungkinan adanya gondok substernal. Biasanya
dengan inspeksi saja kita dapat menduga adanya pembesaran kelenjar
tiroid yang lazim disebut gondok. Gondok yang agak besar dapat dilihat,
namun untuk memastikan serta melihat gambaran lebih jelas maka pasien
diminta untuk membuat gerakan menelan (oleh karena tiroid melekat pada
trakea ia akan tertarik keatas bersama gerakan menelan). Manuver ini
cukup diagnostik untuk memisahkan apakah satu struktur leher tertentu
berhubungan atau tidak dengan tiroid. Sebaliknya apabila struktur kelenjar
tiroid tidak ikut gerakan menelan sering disebabkan perlengkapan dengan
jaringan sekitarnya. Untuk ini dipikirkan kemungkinan radang kronik atau
keganasan tiroid.

B. Palpasi
Dalam menentukan besar, bentuk konsistensi dan nyeri tekan kelenjar
tiroid maka palpasi merupakan jalan terbaik dan terpenting. Ada beberapa
cara, tergantung dari kebiasaan pemeriksa. Syarat untuk palpasi tiroid yang
baik adalah menundukkan leher sedikit serta menoleh kearah tiroid yang
akan diperiksa (menoleh kekanan untuk memeriksa tiroid kanan,
maksudnya untuk memberi relaksasi otot sternokleidomastoideus kanan).
Pemeriksa berdiri didepan pasien atau duduk setinggi pasien. Sebagian
pemeriksa lebih senang memeriksa tiroid dari belakang pasien. Apapun
yang dipilih langkah pertama ialah meraba daerah tiroid dengan jari
telunjuk (dan atau 3 jari) guna memastikan ukuran, bentuk, konsistensi,
nyeri tekan dan simetri. Untuk mempermudah meraba tiroid, kita dapat
menggeser laring dan tiroid ke satu sisi dengan menggunakan ibu jari atau
jari tangan lain pada kartilago tiroid. Kedua tiroid diperiksa dengan cara
yang sama sambil pasien melakukan gerakan menelan.

Gambar 1. Pemeriksaan palpasi Kelenjar tiroid

10
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Palpasi lebih mudah dilakukan pada orang kurus, meskipun pada orang
gemuk tiroid yang membesar juga dapat diraba dengan mudah. Ukuran
tiroid dapat dinyatakan dalam bermacam-macam cara :

a. Misalnya dapat diterjemahkan dalam ukuran volume (cc)


dibandingkan dengan ukuran volume ibu jari pemeriksa
b. Ukuran lebar dan panjang (cm x cm) atau ukuran berat (gram
jaringan dengan perbandingan ibu jari pemeriksa yang sudah
ditera sendiri berdasarkan volume air yang tergeser oleh ibu jari
dan volume dikaitkan dengan berat daging dalam gram)
c. Mengukur luas permukaan kelenjar dapat digunakan sebagai
ukuran besarnya tiroid
d. Gradasi pembesaran kelenjar tiroid untuk keperluan epidemiologi
(untuk menentukan prevalensi gondok endemik) menggunakan
klasifikasi perez atau modifikasinya.
Umumnya wanita mempunyai gondok lebih besar sehingga lebih mudah
diraba. Tujuan menggunakan metoda ini ialah mendapat angka statistik
dalam mengendalikan masalah gondok endemik dan kurang yodium,
dengan cara yang reploducible. Klasifikasi awal (Perez 1960) adalah
sebagai berikut :

Derajat 0 : Subjek tanpa gondok

Derajat 1 : Subjek dengan gondok yang dapat diraba (palpable)

Derajat 2 : Subjek dengan gondok terlihat (visible)

Derajat 3 : Subjek dengan gondok besar sekali, terlihat dari beberapa cm.

Dalam praktek masih banyak dijumpai kasus dengan gondok yang teraba
membesar tetapi tidak terlihat. Untuk ini dibuat subklas baru yaitu derajat
IA dan derajat IB.

Derajat IA : Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi tidak terlihat


meskipun leher sudah ditengadahkan maksimal.

Derajat IB : Subjek dengan gondok teraba membesar tetapi terlihat dengan


sikap kepala biasa, artinya leher tidak ditengadahkan.

Adapun kriteria untuk menyatakan bahwa gondok membesar ialah apabila


lobus leteral tiroid sama atau lebih besar dari falang akhir ibu jari tangan
pasien (bukan jari pemeriksa). Dalam sistem klasifikasi ini setiap nodul
perlu dilaporkan khusus (pada survei GAKI dapatan ini mempunyai arti
tersendiri). Apabila dalam pemeriksaan survei populasi ditemukan
nodularitas artinya ditemukan nodul pada lobus kelenjar tiroid, maka

11
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
temuan ini perlu dilaporkan secara khusus. Kista kita duga apabila pada
rabaan berbentuk hemisferik, berkonsistensi kenyal, dengan permukaan
halus. Gondok keras sering ditemukan pada tiroiditis kronik atau
keganasan pada gondok, kenyal atau lembek pada struma colloides dan
pada defisiensi yodium. Nyeri tekan atau nyeri spontan dapat dijumpai
pada radang atau infeksi (tiroiditis autoimun, virus atau bakteri) tetapi
dapat juga karena peregangan mendadak kapsul tiroid oleh hemoragi ke
kista, keganasan atau malahan dapat ditemukan pada hipertiroidisme. Pita
ukuran seperti gambar diatas kadang digunakan untuk menilai secara kasar
perubahan ukuran kelenjar, membesar, tetap atau mengecil selama
pengobatan atau observasi. Dalam pengobatan penyakit Graves pengecilan
kelenjar diawal pengobatan memberikan indikasi respon baik sedangkan
pembesaran menandakan adanya overtreatment Obat Anti Tiroid (terjadi
hipotiroidisme TSH naik stimulasi dan lingkar leher membesar).
Namun ini biasanya terlambat 2 minggu sesudah perubahan biokimia.
Palpasi juga berguna dalam menentukan pergeseran trakea (bisa karena
trakea terdesak atau tertarik sesuatu). Cari massa yang menyebabkan
pergeseran dengan cara palpasi. Rabalah pembesaran limfonodi yang dapat
merupakan petunjuk penyebaran karsinoma kelenjar tiroid ke kelenjar
limfe regional. Khusus perhatikan limfonodi sepanjang daerah trakea yang
menutupi trakea, kartilago krikoid, kartilago tiroid di linea mediana
(disebut upper pretrakeal node atau delphian group) dan limfonodi mastoid
yang terdapat di sudut radang bawah, raba pula kalau ada pembesaran
vena.

Gambar 2. Lokasi kelenjar Tiroid.

12
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
C. Auskultasi
Tidak banyak informasi yang dapat disumbangkan oleh auskultasi tiroid,
kecuali untuk mendengarkan bruit, bising pembuluh di daerah gondok yang
paling banyak ditemukan pada gondok toksik (utamanya ditemukan di lobus
kanan tiroid-ingat vaskularisasinya).

Menegakkan Diagnosis Klinis Penyakit Graves/Hipertiroid

Diagnosis penyakit Graves diawali dengan mencurigai tanda-tanda hipertiroidisme yang


ditegaskannya dengan indeks klinis Wayne dan New Castle. Indeks Wayne ini merupakan
cara sederhana menegakkan diagnosis secara klinis, dapat membedakan antara keadaan
klinis hipertiroidisme dengan eutiroidisme bukan dengan hipotiroidisme. Dari indeks ini
yang menempati posisi penting adalah gejala dan tanda : usia, bising gondok dan jumlah
nadi permenit, tremor serta ada tidaknya faktor psikologis yang memicu keadaan. Dengan
indeks-indeks ini dapat ditegakkan diagnosis klinis namun untuk memastikannya
diperlukan pemeriksaan lainnya yaitu konfirmasi laboratorik. Maksud dari frequent
checking pada indeks Wayne adalah keraguan pasien, misalnya ia berkali-kali mengecek
apakah pintu sudah dikunci, lampu sudah dimatikan, kran sudah ditutup dan sebagainya.
Dari praktek kita bisa mulai anamnesis dan memeriksa fisik berdasarkan indeks diagnostik
Wayne maupun New Castle dengan menggunakan variabel dengan nilai beda besar.
Contohnya, usia, kepekaan atas suhu, berat badan, nafsu makan, permukaan gondok,
bising gondok, nadi filbrasi atrium. Secara klinis diagnosis dapat dinyatakan dalam indeks.
yang keakuratannya sejalan dengan pemeriksaan laboratorium apabila dilaksanakan
dengan teliti. Dari indeks Wayne dapat dibedakan dengan orang normal. Langkah
berikutnya memastikan diagnosis hipertiroidisme dengan berbagai cara (laboratorik dan
penunjang lain). Diagnosis penyakit Graves umumnya mudah ditegakkan dengan
ditemukannya kombinasi gejala dan tanda mata, gondok serta beberapa tanda khas
hipertiroidisme.

Gambar 3. Penonjolan Mata (eksoftalmus) pada hipertiroid (graves disease)

13
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Gambar 4. Pembesaran kelenjar gondok

Tabel 1. Indeks Diagnostik Wayne

14
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Tabel 2. Indeks Diagnostik Newcastle

15
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Kepustakaan

1. Adams. Textbook of Physical Diagnosis.17ed.Williams & Wilkins.1987.


2. Delp MH, Manning RT. Major Diagnosis Fisik. Terjemahan Moelia Radja Siregar.
EGC 1996
3. Lynn. S. Bickley; Bates Guide to Physical Examination and History taking, 8 th
Edition, Lippincott 2003.
4. Zubir N. Pemeriksaan abdomen. Dalam: Acang N, Zubir N, Najirman, Yuliwansyah
R, Eds. Buku Ajar Diagnosis Fisik. Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas, Padang. 2008

16
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
CHECKLIS PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT TIROID

Nama Mahasiswa :.................................. TUTOR :


NPM :.................................. PARAF :
Kelompok :..................................

No Kompetensi 1 2 3 4

1. Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan


serta meminta ijin

2. Meminta pasien untuk duduk dan sedikit mengekstensikan kepalanya

3. Melakukan inspeksi kelenjar tiroid

4. Berdiri di belakang pasien

5. Mengukur lingkaran leher, mengukur besar kelenjar tiroid

6. Melakukan palpasi pada regio tiroid dengan menggunakan ujung jari dari
kedua tangan dengan jari-jari digeser-geserkan

7. Meminta pasien melakukan gerakan menelan

8. Memeriksa seluruh kelenjar tiroid

9. Menggunakan stetoskop untuk menilai adanya bruit

10. Melakukan inspeksi bola mata apakah ada eksoptalmus (dari samping)

11. Meminta pasien untuk meluruskan lengan ke arah depan untuk melihat
adakah tremor halus

12. Melakukan pemeriksaan refleks lutut

13. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan.

Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak kesalahan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai Keterampilan rata-rata = ____x 100 % = .
52
Dinyatakan lulus apabila skor > 70%

17
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
PENGUKURAN ANTROPOMETRI

1. PENGANTAR
Antropometri berasal dari kata: antropos (tubuh) dan metros (ukuran), dengan itu
maka antropometri berarti ukuran tubuh. Antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Jadi dalam antropometri dilakukan pengukuran:
- Variasi dimensi fisik
- Proporsi tubuh
- Komposisi kasar tubuh
Pengukuran antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti
lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Pengukuran antropometri ini dapat
dilakukan sekali atau secara serial.
Ketrampilan pengukuran antropometri berkaitan dengan ketrampilan lain yang
sudah dan yang akan diperoleh mahasiswa:

2. TUJUAN PEMBELAJARAN

1.1. Tujuan Instruksional Umum:


Setelah melakukan pelatihan keterampilan klinik Pengukuran Antropometri
mahasiswa mampu melaksanakan pengukuran antropometri dan memberikan
interpretasi terhadap hasil pemeriksaan.

1.2. Tujuan Instruksional Khusus:


Mahasiswa mampu melakukan :
1.2.1. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan
1.2.2. Pengukuran lingkar perut
1.2.3. Pengukuran lingkar lengan atas
1.2.4. Interpretasi terhadap masing-masing pengukuran

3. STRATEGI PEMBELAJARAN
3.1. Responsi
3.2. Bekerja kelompok
3.3. Bekerja dan belajar mandiri

4. PRASYARAT
4.1. Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih: Anatomi, Fisiologi, Gizi,
Biokimia
4.2. Menguasai keterampilan yang terkait:
18
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
4.2.1. Keterampilan interpersonal: komunikasi efektif

5. TEORI
Antropometri yang berasal dari kata antropos (tubuh) dan metros (ukuran), yang
berarti ukuran tubuh, sering digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Lebih dikenal sebagai
antropometri gizi, yang erat kaitannya dengan pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Keunggulan Antropometri
1. Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup
besar
2. Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, dapat dilakukan dengan pelatihan
yang singkat
3. Alat murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di daerah
setempat
4. Metode ini objektif dengan spesifisitas dan sensitifitas tinggi
menjadikannya tepat dan akurat, karena dapat dibakukan
5. Mengukur banyak variabel gizi yang signifikan (tinggi, berat, lingkar
kepala, lingkar lengan atas, ketebalan lemak bawah kulit, lingkar perut dan
indeks masa tubuh)
6. Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
7. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi buruk, kurang dan baik,
karena sudah ada ambang batas yang jelas
8. Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari
satu generasi ke generasi berikutnya
9. Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan terhadap gizi

Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri


1. Alat mudah didapat dan digunakan
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
3. Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh
tenaga lain setelah mendapat pelatihan
4. Biaya relatif murah
5. Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cut of point dan baku rujukan yang
sudah pasti
6. Secara ilmiah diakui kebenarannya

Kelemahan Antropometri
1. Berpotensi terhadap kesalahan pengukuran
2. Alat, diatasi dengan peneraan berkala
19
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
3. Pemeriksa (observer error) dalam hal pembacaan dan pencatatan, diatasi
dengan pelatihan dan quality control
4. Butuh data umur yang tepat
5. Hanya mengukur kekurangan/kelebihan masukan energi dan/protein
6. Masalah dalam pemilihan standar acuan

Pengukuran dalam antropometri:


1. Massa tubuh:
a. Menimbang berat badan
b. Dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan (bagi individu
yang masih dalam usia pertumbuhan)
c. Alat: timbangan
2. Dimensi linier:
a. Pengukuran Panjang Badan (PB), Tinggi Badan (TB)
b. PB untuk anak < 2 tahun, TB untuk > 2 tahun
c. Alat: infantometer (untuk PB), microtoise (untuk TB)
3. Komposisi tubuh
a. Pengukuran lemak subkutan (skinfold) di beberapa lokasi:
i. Triceps
ii. Biceps
iii. Subscapular
iv. Suprailiaca
b. Lingkar lengan atas (LiLA)
c. Lingkar perut
d. Alat: caliper (biasa digunakan Harpenden caliper), pita LiLA, pita
pengukur

6. PROSEDUR KERJA
6.1. Melakukan penimbangan Berat Badan dan pengukuran Tinggi Badan
6.2. Melakukan pengukuran Lingkar Perut
6.3. Melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas
6.4. Memberikan Interpretasi terhadap pengukuran antropometri

A. PENIMBANGAN BERAT BADAN DAN PENGUKURAN TINGGI


BADAN
Penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan/panjang badan
dimaksudkan
untuk mendapatkan data status gizi.
1. Penimbangan Berat Badan
Untuk menimbang gunakan timbangan dengan ciri-ciri berikut ;
20
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Kuat dan tahan lama
Mempunyai presisi sampai 0,1 kg (100 gram)
Sudah dikalibrasi
Dapat menimbang sampai 150 kg
Timbangan yang biasa digunakan di Puskesmas adalah detecto, bila
tersedia timbangan digital atau elektronik lebih baik lagi.

Timbangan kamar mandi tidak direkomendasikan karena hasilnya


kurang akurat.
Alat: Timbangan
PERSIAPAN
a) Letakkan timbangan di tempat yang datar
b) Pastikan posisi bandul pada angka nol dan jarum dalam keadaan
seimbang
c) Jelaskan prosedur penimbangan kepada pasien/
d) Pasien yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan jaket serta
mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci, dll
PROSEDUR PENIMBANGAN
a. Posisikan pasien di atas timbangan
b. Geser bandul sesuai berat pasien sampai posisi jarum seimbang.
c. Perhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang, tidak
menumpu pada salah satu kaki, sikap tenang (JANGAN
BERGERAK-GERAK) dan kepala tidak menunduk (memandang
lurus ke depan)
d. Baca dan catat berat badan pada status
e. Minta pasien turun dari alat timbang

21
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
KESALAHAN YANG MUNGKIN TERJADI/DILAKUKAN
a) Pasien belum membuka jaket/alas kaki dan mengosongkan kantong
pakaiannya
b) Pakaian yang dikenakan pasien terlalu berat, dilihat dari bahan dan banyak
lapisannya
c) Pasien bertumpu pada satu kaki sehingga memberikan hasil yang keliru
d) Pasien tidak tenang sehingga menyulitkan pembacaan
e) Kesalahan pembacaan hasil dalam melihat garis angka atau pencatatan di
status/kartu pencatat
2. Pengukuran Tinggi Badan untuk Orang Dewasa
Alat :
Pengukur tinggi badan : MICROTOISE dengan kapasitas ukur 2 meter dan
ketelitian 0,1 cm.
PERSIAPAN (CARA MEMASANG MICROTOISE) :
1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang microtoise di
dinding agar tegak lurus.
2. Letakan alat pengukur di lantai yang DATAR tidak jauh dari bandul
tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan ada lekukan atau
tonjolan (rata).
3. Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan benang
berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada jendela baca

22
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
menunjukkan angka 0 (NOL). Kemudian dipaku atau direkat dengan
lakban pada bagian atas microtoise.
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada
posisi sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
PROSEDUR PENGUKURAN TINGGI BADAN
1. Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup
kepala) dan asesori lain yang bisa mempengaruhi hasil pengukuran.
2. Pastikan alat geser berada di posisi atas.
3. Pasien diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang (punggung), pantat, betis
dan tumit menempel pada dinding tempat microtoise dipasang.
5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas.

Pada lantai yang datar dan Letakan microtoise Tarik papan penggeser
rata gantungkan gandul tidak jauh dari bandul tegak lurus ke atas, sejajar
benang untuk membantu (skala 0) dengan benang berbandul.
agar posisi microtoise tegak Paku atau selotip pada dua
lurus. bagian dengan jarak 10 cm

6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala pasien.


Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala pasien. Dalam
keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap menempel pada
dinding.
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih
besar (ke bawah) Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala)
pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus
berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.

23
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang
koma (0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9 cm.

Posisi tumit yang Posisi tumit yang Posisi tangan yang Posisi membaca
tidak benar benar benar ketika skala yang benar
menarik papan
penggeser

Hasil pengukuran ke arah


angka yang lebih besar :

24
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
146,5 cm

Posisi yang benar:


12 - kepala,
13 - punggung,
14 - pantat,
7 - betis dan
6 - tumit
8 - Pandangan lurus ke depan.

Hasil pengukuran ke arah


angka yang lebih besar : 146,5 cm

Keterangan :
1. Pengukuran dilakukan dengan memastikan 5 titik tubuh menyentuh lantai atau
dinding pemeriksaan, yaitu;
a. Belakang kepala, dipastikan dengan mengatur bagian liang telinga tegak
lurus mata yang melihat ke depan
b. Punggung
c. Pantat
d. Betis, dipastikan dengan penekanan di daerah lutut
e. Tumit
2. Pada anak/orang gemuk boleh 3 spot saja, dan pada bayi dan anak yang sedikit
rewel atau banyak gerak dibutuhkan kerjasama penuh dari orang tuanya.
Sebelum pengukuran dan pembacaan hasil anak dibantu dengan menekan
lembut perutnya sedangkan orang dewasa dengan menarik nafas dalam.
3. Pengukuran juga dilakukan sebanyak 3 kali (idealnya) dan selisih tak lebih dari
0,1 cm.

25
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
4. Keterbatasan microtoise adalah memerlukan tempat dengan permukaan lantai
dan dinding yang rata, serta tegak lurus tanpa tonjolan atau lengkungan di
dinding.
5. Bila tidak ditemukan dinding yang rata dan tegak lurus setinggi 2 meter, cari
tiang rumah atau papan yang dapat digunakan untuk menempelkan microtoise.

KESALAHAN YANG MUNGKIN TERJADI/DILAKUKAN


a. Pasien belum melepaskan tutup kepala dan atau asesori yang dapat
mempengaruhi pengukuran
b. Posisi 5 titik tubuh pasien (selain anak/gemuk) tidak menyentuh
lantai/dinding pemeriksaan
c. Permukaan lantai tidak rata atau pasien bertumpu pada satu kaki
d. Pasien tidak kooperatif/tenang sehingga menyulitkan pengukuran
e. Kesalahan dalam pembacaan hasil dan pencatatan dalam status/kartu
pencatatan

B. PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)


Pengukuran Lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi
wanita usia subur (WUS) umur 1545 tahun dan ibu hamil yang menderita
Kurang Energi Kronis (KEK).

Alat :
Pita LiLA sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain.

PERSIAPAN :
1. Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek
2. Jika lengan pasien > 33cm, gunakan meteran kain
3. Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada pasien bahwa
petugas akan menyingsingkan baju lengan kiri pasien sampai pangkal bahu.
Bila pasien keberatan, minta izin pengukuran dilakukan di dalam ruangan
yang tertutup.
4. Pasien diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun
serta otot lengan tidak tegang
5. Baju pada lengan kiri (lengan yang kurang dominan) disingsingkan ke atas
sampai pangkal bahu terlihat atau lengan bagian atas tidak tertutup.

PENGUKURAN:
1. Tentukan posisi pangkal bahu.
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan
ke arah perut.

26
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
menggunakan pita LiLA atau meteran (Lihat Gambar), dan beri tanda
dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan minta izin kepada pasien).
Bila menggunakan pita LiLA perhatikan titik nolnya.
4. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan pasien sesuai
tanda (di pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
5. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA.
6. Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah
angka yang lebih besar).

Keterangan:
Jika lengan kiri lumpuh, yang diukur adalah lengan kanan (beri keterangan pada
kolom catatan pengumpul data).
1. Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat.
2. Simpan pita LiLA dengan baik, jangan sampai berlipat-lipat atau sobek.

Menentukan titik Lingkarkan dan Menentukan titik


tengah masukkan tengah antara
ujung pita di lubang yang
antara pangkal bahu ada pada pita LILA.
pangkal
dan ujung siku dengan Baca menurut tanda bahu dan ujung
meteran panah siku
dengan pita LILA

PENGUKURAN LINGKAR PERUT


Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas
abdominal/sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian
penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus, yang akhir-akhir ini juga erat

27
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
hubungannya dengan kejadian sindroma metabolik.
Alat yang dibutuhkan:
1. Ruangan yang tertutup dari pandangan umum. Jika tidak ada gunakan tirai pembatas.
2. Pita pengukur, bila tidak ada bisa digunakan meteran kain
3. Spidol atau pulpen

Cara Pengukuran Lingkar Perut:

1. Jelaskan pada pasien tujuan


pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan
dilakukan dalam pengukuran.
2. Untuk pengukuran ini pasien
diminta dengan cara yang santun
untuk membuka pakaian bagian
atas atau menyingkapkan pakaian
bagian atas dan raba tulang rusuk
terakhir pasien untuk menetapkan
titik pengukuran.

3. Tetapkan titik batas tepi tulang


rusuk paling bawah.

4. Tetapkan titik ujung lengkung


tulang pangkal paha/panggul.

28
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
5. Tetapkan titik tengah di antara di
antara titik tulang rusuk terakhir
titik ujung lengkung tulang pangkal
paha/panggul dan tandai titik
tengah tersebut dengan alat tulis.

6. Minta pasien untuk berdiri tegak


dan bernafas dengan normal
(ekspirasi normal).
7. Lakukan pengukuran lingkar perut
dimulai/diambil dari titik tengah
kemudian secara sejajar horizontal
melingkari pinggang dan perut
kembali menuju titik tengah diawal
pengukuran.

8. Apabila pasien mempunyai perut


yang gendut ke bawah, pengukuran
mengambil bagian yang paling
buncit lalu berakhir pada titik
tengah tersebut lagi.
9. Pita pengukur tidak boleh melipat
dan ukur lingkar pinggang
mendekati angka 0,1 cm.

Hal yang perlu diperhatikan:


29
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
1. Pengukuran lingkar perut yang benar dilakukan dengan menempelkan pita pengukur di
atas kulit langsung. Pengukuran di atas pakaian sangat tidak dibenarkan.
2. Apabila pasien tidak bersedia membuka/menyingkap pakaian bagian atasnya,
pengukuran dengan menggunakan pakaian yang sangat tipis (kain nilon, silk dll)
diperbolehkan dan beri catatan pada status.
3. Apabila pasien tetap menolak untuk diukur, pengukuran lingkar perut tidak boleh
dipaksakan dan beri catatan pada status.

KESALAHAN YANG MUNGKIN TERJADI/DILAKUKAN


a. Melakukan pengukuran meskipun dengan pakaian yang tebal
b. Kesalahan dalam menetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah dan atau
titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul
c. Pada pasien yang buncit, pengukuran tidak mengambil bagian yang paling
buncit
d. Kesalahan dalam pembacaan hasil dan pencatatan dalam status/kartu pencatatan

C. INTERPRETASI

1. IMT (Indeks Masa Tubuh)

Menggunakan Berat Badan dan Tinggi badan


IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m ) 2

Kategori IMT (kg/m2)


Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,00
Kekurangan berat badan tingkat 17,00 18,49
ringan
Normal 18,50 24,99
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,00 26,99
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,00

2. Lingkar Lengan Atas (LiLA)


Nilai normal adalah 23,5 cm
LiLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia < 23,5 cm

3. Lingkar Perut
Nilai normal pengukuran lingkar perut di Indonesia.

Baik Obesitas sentral


Laki-laki 90 > 90
Perempuan 80 > 80

30
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
CHECKLIST PEMERIKSAAN FISIK TIROID

NAMA :
KELOMPOK :
TUTOR :

NO ASPEK YANG DINILAI NILAI


1 2 3 4
1 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2 Menerangkan tujuan pemeriksaan dan meminta kesediaan
pasien
3 Menerangkan cara pemeriksaan secara umum
4 Meminta pasien untuk bersedia mengikuti perintah pemeriksa
I. MENIMBANG BERAT BADAN
5 Persiapan
- Meletakkan timbangan di lantai yang datar
- Menjelaskan tujuan dan cara penimbangan pada pasien
- Meminta pasien untuk membuka alas kaki, jaket serta
mengosongkan kantong pakaian
6 Minta pasien naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di
tengah tidak menumpu pada satu kaki
7 Membaca angka yang tertera dan mencatat hasil penimbangan
8 Meminta pasien turun dari alat timbang
II. MENGUKUR TINGGI BADAN
9 Persiapan
- Gantungkan bandul benang
- Letakan alat pengukur di lantai yang datar
- Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sampai angka pada
jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian dipaku
atau direkat dengan lakban pada bagian microtois
- Beri lagi perekat pada posisi sekitar 10 cm dari bagian atas
microtoise
- Menjelaskan tujuan dan cara pengukuran kepada pasien
10 Minta pasien berdiri di tempat pemeriksaan, pastikan tubuh
menyentuh 5 titik pemeriksaan: belakang kepala, punggung,
bokong, betis dan tumit
11 Mencatat hasil pengukuran, lakukan pengukuran 2 kali
III. MENGUKUR LINGKAR LENGAN ATAS

31
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
12 Persiapan
- Jelaskan tujuan dan cara pengukuran pada pasien
- Meminta kesediaan pasien untuk menyingsingkan lengan
baju di bagian yang akan diukur
- Minta pasien untuk berdiri tegak tapi rileks dan tangan tidak
memegang apapun
13 Pengukuran
- Tentukan posisi pangkal bahu
- Tentukan posisi ujung siku
- Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku
Mengukur lingkar lengan atas
14 Mencatat hasil pengukuran
IV. MENGUKUR LINGKAR PERUT
15 Persiapan
- Jelaskan pada pasien tujuan
pengukuran lingkar perut dan
tindakan apa saja yang akan dilakukan
dalam pengukuran
- Minta pasien untuk membuka pakaian di bagian perut
dengan sopan

16 - Melakukan pengukuran
- Menetapkan batas tepi iga terbawah
- Menetapkan batas tepi ujung lengkung tulang pinggul
- Menetapkan titik tengah antara titik pertama dan kedua
mengukur ligkaran perut
17 Mencatat hasil pengukuran
18 Mengucapkan terima kasih
V. INTERPRETASI
19 Indeks masa tubuh (untuk BB dan TB)
20 Pengukuran Lila
21 Pengukuran lingkar perut

Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak kesalahan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai Keterampilan rata-rata = ____x 100 % = .
78
Dinyatakan lulus apabila skor > 70%

Bengkulu,....................................

32
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
.....................................................
(Nama dan Tanda Tangan Tutor)

PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH

I. PENGANTAR

Pemeriksaan kadar gula darah diperlukan untuk memantau status glikemik


seseorang (terutama penderita diabetes melitus). Pemeriksaan ini dapat dilakukan
di laboratorium rumah sakit atau di rumah. Oleh karena itu dikembangkan suatu
alat yang dapat dipakai oleh penderita sendiri yang disebut glukometer. Banyak
alat dikembangkan dengan berbagai bentuk, ukuran, dan metode. Sebagian besar
glukometer memiliki prosedur yang sederhana, namun perlu diperhatikan kontrol
dan kalibrasi alat serta prosedur pemeriksaan sehingga didapatkan hasil yang
akurat.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan gula darah menggunakan glukometer


dengan sampel darah kapiler dan menginterpretasi hasil pemeriksaan

III. STRATEGI PEMBELAJARAN

- Latihan pemeriksaan gula darah menggunakan glukometer dengan sampel


darah kapiler di bawah pengawasan tutor
- Responsi

IV. PRASYARAT

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:

33
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
- Pengetahuan tentang metabolisme karbohidrat/glukosa
- Persiapan pasien sebelum pengambilan sampel
- Cara pengambilan darah kapiler yang benar

V. TEORI

Penentuan status glikemik terutama berguna untuk diagnosis diabetes melitus,


deteksi pra-diabetes serta pemantauan pengobatan. Pemeriksaan laboratorium
terhadap kadar glukosa darah terdiri dari pemeriksaan skrining dan
lanjutan/konfirmasi. Saat ini dikembangkan alat yang dapat digunakan sendiri oleh
penderita (glukometer). Alat ini direkomendasikan terutama bagi pasien-pasien
dengan tujuan:

- Menjaga kadar glukosa pada kadar yang dianjurkan


- Mengenal dan mencegah keadaan-keadaan darurat seperti hipoglikemi
asimptomatik atau hiperglikemi yang berat
- Mendidik diri sendiri bagaimana mengatur kadar glukosa darahnya
- Berbagai alat glukometer mempunyai prinsip/metode pemeriksaan yang
berbeda seperti:
- Kolorimetrik
- Reflectance
- Ampherometric (electrochemical) method

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

- Glukometer sudah terkontrol dan terkalibrasi sebelum digunakan


- Rentang pengukuran alat (diketahui dari brosur/petunjuk masing-masing
alat). Bila mendapat nilai yang sangat tinggi atau sangat rendah sebaiknya
dikonfirmasi dengan memeriksa pada alat lain di laboratorium rujukan
rumah sakit
- Pemeriksaan dapat dilakukan menggunakan whole blood atau plasma.
Sampel plasma memberikan hasil 10-15% lebih tinggi daripada whole
blood. Untuk pengukuran yang akurat dianjurkan untuk selalu
menggunakan darah segar.
- Pengguna harus sadar bahwa hasil dapat bervariasi luas dipengaruhi oleh
keterampilan pengguna. Oleh karena itu perlu penjelasan dan peningkatan
keterampilan tentang cara pemeriksaan yang benar.
- Sebelum pemeriksaan, sesuaikan suhu alat dengan suhu ruangan tempat
pemeriksaan dilakukan (sekitar 30 menit). Sebaiknya gunakan alat pada
suhu 15-350C

34
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
- Untuk mendapatkan hasil yang akurat, hindari pemeriksaan di tempat
dengan kelembaban berlebihan. Jangan menggunakan alat dekat dengan
televisi, oven, microwave, telepon selular
- Zat-zat tertentu dapat memengaruhi hasil pemeriksaan glukosa darah
seperti: asam urat >10 mg/dL, asam askorbat >4 mg/dL, asetaminofen >6
mg/dL, bilirubin total >4 mg/dL
- Pada beberapa alat didapatkan hasil tinggi palsu bila nilai hematokrit
kurang dari 20% dan rendah palsu bila nilai hematokrit lebih dari 70%
Sebelum pemeriksaan, persiapan pasien adalah:
- Puasa 12-14 jam sebelum tes
- Dicatat jam pengambilan sampel, jam terakhir makan obat antidiabetes
beserta dosisnya.

Interpretasi hasil:
Normal: Kadar glukosa darah puasa: 60-100 mg/dL
Kadar glukosa darah sewaktu: < 200 mg/dL

VI. PROSEDUR
Prosedur Sebelum Pengukuran
1. Tutup baterai di bagian belakang alat dibuka (sebelumnya alat
dipastikan sudah mati)
2. Baterai dipasang/baterai lama diganti dengan yang baru (tanda +
menghadap ke atas)
3. Tutup baterai dipasang kembali. Apabila alat sudah mati,
penggantian baterai tidak akan menghapus hasil pengukuran yang
sudah tersimpan

Mengeset Kode Alat


1. Tombol power ditekan, simbol strip akan berkedip-kedip diikuti
dengan munculnya tulisan CODE dan angka.
2. Nomor kode diperiksa dan dipastikan nomor Code pada alat sama
dengan nomor pada tabung strip. Bila sudah sama, pemeriksaan
dapat dimulai. Apabila belum sama, ikuti langkah selanjutnya
(nomor 3) Nomor kode dimasukkan dengan menekan dan menahan
tombol c, selanjutnya menekan tombol > dan nomor kode akan
bertambah
3. Tombol > ditekan dan dilepaskan sampai diperoleh nomor kode
yang sama dengan nomor pada tabung strip dengan tetap menekan
tombol c.

35
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
4. Untuk mengubah kode dengan cepat: Tombol c dan > ditekan dan
ditahan sampai nomor yang dikehendaki, lalu lepaskan
5. Bila nomor kode alat sudah sama dengan nomor pada tabung strip,
pemeriksaan dapat dilanjutkan. Nomor kode akan tersimpan dalam
alat

Prosedur Pengukuran
1. Alat dihidupkan dengan menekan tombol power. Simbol strip dan
nomor kode akan berkedip-kedip (pastikan nomor kode sama
dengan nomor yang terdapat pada tabung strip.
2. Masukkan strip di lubang alat (bagian ujung kanan atas). Pastikan
gambar jari tangan terdapat di bagian atas. Bunyi Bip akan
keluar disertai berkedipnya gambar tetesan darah.
3. Diambil sampel darah dengan lancing device kurang lebih 4
mikroliter (jangan kurang dari 2,5 mikroliter untuk mendapatkan
hasil yang akurat)
4. Sampel darah ditempelkan pada strip. Darah akan terserap secara
otomatis ke dalam strip. Pastikan strip terisi penuh. Alat akan segera
mengukur dengan menghitung mundur dari angka 11 sampai 1.
5. Tunggu 11 detik untuk memperoleh hasil pengukuran. Hasil akan
tersimpan otomatis di dalam alat
6. Strip dilepaskan dengan cara menarik strip keluar dan dibuang.
7. Alat siap untuk melakukan pengukuran berikutnya. Jika tidak
melakukan pengukuran lagi, alat dimatikan dengan menekan tombol
power atau diamkan saja karena alat akan mati sendiri secara
otomatis dalam waktu 3 menit
8. Catatan: Sebelum pemeriksaan sampel, lakukanlah
pemeriksaan terhadap kadar glukosa cairan kontrol yang telah
disediakan untuk memastikan reagen/alat baik, dan prosedur
sudah dilakukan dengan benar. Kadar glukosa cairan kontrol
harus berada dalam rentang 2 SD terhadap rerata kadar
glukosa yang sudah ditetapkan terhadap cairan kontrol. Jika
kadar glukosa cairan kontrol 3 SD pemeriksaan terhadap
sampel tidak dapat dilanjutkan.
9. Lakukanlah terlebih dahulu pengecekan terhadap
kemungkinan kesalahan pada reagen/alat dan prosedur. Setelah
itu ulangi lagi pemeriksaan terhadap cairan kontrol, jika nilai
yang didapatkan masih 3 SD, lakukanlah kalibrasi terhadap
alat.
10. Pemeliharaan Alat

36
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
1. Alat disimpan dalam ruangan pada suhu 0-400C dengan
kelembaban <85% dan dihindarkan dari sinar matahari
langsung
2. Kebersihan alat dijaga dan jangan diletakkan alat pada
tempat yang panas dan lembab (misalnya dalam mobil,
kamar mandi)
3. Alat jangan sampai terjatuh
4. Lubang untuk memasukkan strip hindari dari masuknya air,
darah, debu, atau kotoran
5. Bila perlu dibersihkan, gunakan isopropyl alcohol atau
deterjen ringan

CHECKLIST PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH

Nama Mahasiswa :..................................


NPM :..................................
Kelompok :..................................
No Kompetensi 1 2 3 4

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menerangkan tujuan dan prosedur serta inform consent

3. Melakukan persiapan alat dengan benar

4. Menghidupkan alat dan memastikan nomor kode sama

dengan nomor yang terdapat pada tabung strip.

5. Memasukkan strip ke lubang alat

6. Mengambil sampel darah menggunakan lancing device

dengan volume yang cukup

7. Menempelkan sampel darah pada strip dan memastikan

37
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
strip terisi penuh.

8. Membaca hasil

9. Melepaskan strip dan membuangnya

10. Mengucapkan terima kasih kepada pasien

11. Mematikan alat

12. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan

Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak kesalahan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai Keterampilan rata-rata = ____x 100 % = .
42
Dinyatakan lulus apabila skor > 70%

PENYUNTIKAN SUBKUTAN

I. PENGANTAR
Suntikan subkutan merupakan suntikan yang diberikan dengan memasukkan
ujung jarum pada daerah kulit dengan sudut kemiringan jarum dan kulit 450.
Teknik ini digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi
oleh tubuh dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption).
Biasanya volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

2.1.Tujuan Instruksional Umum:

Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mempersiapkan


dan melaksanakan suntikan sub kutan.

2.2. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mampu menerangkan kepada pasien, tujuan dan prosedur suntikan sub


kutan
2. Mampu menyiapkan posisi pasien dengan benar

38
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
3. Mampu melakukan persiapan bahan dan alat secara benar
4. Mampu menentukan lokasi suntikan sub kutan secara tepat
5. Mampu melakukan proses des-infeksi pada lokasi suntikan secara benar
6. Mampu menyuntikan jarum secara sub kutan dan memasukan bahan yang
akan di uji, serta menarik jarum dengan baik

III. STRATEGI PEMBELAJARAN


3.1 Responsi
3.2 Bekerja kelompok
3.3 Bekerja dan belajar mandiri

IV. PRASYARAT

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih: Ilmu dasar Anatomi, Histologi
dan Fisiologi.
Keterampilan yang terkait sebelumnya, misal: sudah menguasai skills asepsis

V. DASAR TEORI

Suntikan subkutan merupakan suntikan yang diberikan dengan memasukkan ujung


jarum pada daerah kulit dengan sudut kemiringan jarum dan kulit 450. Teknik ini
digunakan apabila kita ingin obat yang disuntikkan akan diabsorpsi oleh tubuh
dengan pelan dan berdurasi panjang (slow and sustained absorption). Biasanya
volume obat yang disuntikkan terbatas pada 1-2 ml per sekali suntik. Kulit
sebaiknya sedikit dicubit untuk menjauhkan jaringan subkutis dari jaringan otot.
Peragallo & Dittko (1997) menggunakan CT scan dalam penelitian mereka dan
menemukan bahwa injeksi subkutan sering kali masuk ke jaringan otot, terutama
bila dilakukan pada daerah abdomen atau paha. Hal ini berbahaya karena insulin
yang disuntikkan ke otot akan diserap lebih cepat oleh tubuh dan sebagai akibatnya
akan terjadi goncangan kadar glukosa darah yang dapat membawa pasien ke
kondisi hipoglikemia. Dari studi yang sama juga didapatkan bahwa suntikan
subkutan dipercaya tidak lagi memerlukan aspirasi. Dari gambaran CT scan
ditemukan bahwa suntikan dengan tehnik subkutan hampir tidak pernah menembus
pembuluh darah. Springhouse Corporation (1993) bahkan menyatakan bahwa
apabila penyuntikan subkutan diawalin dengan aspirasi, akan meningkatkan risiko
terjadinya hematom di area subkutan. Sejak 1994 perkembangan terapi injeksi
insulin sangat cepat. Saat ini jarum alat suntik insulin bermerk sudah dibuat
sedemikian rupa sehingga dengan sudut 90 derajat dengan kulit, insulin dapat
masuk ke jaringan subkutan. Oleh karenanya jangan heran melihat orang diabetes
menyuntikkan insulin ke pahanya sendiri dengan sudut masuk jarum tegak lurus
dengan kulit.

39
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
Indikasi :

1. Penyuntikkan vaksin imunisasi dll

Kontraindikasi :

1. Terdapat infeksi didaerah penusukan

Komplikasi :

1. Infeksi

VI. PELAKSANAAN

Prosedur Kegiatan :

No Aktivitas Waktu Metode


1 Instruktur memberikan pengantarn dan gambaran secara 10 Kuliah dan
teori tindakan suntikan subkutan diskusi
2 Instruktur mendemonstrasikan cara melakukan suntikan 15 Demonstrasi
subkutan
3 Mahasiswa melakukan pratikum sendiri sesuai gilirannya. 5 tiap Praktikum
Instruktur mengevaluasi dan memberikan arahan sesuai mahasiswa
dengan skill cheklist

Peralatan :

1. Alat pelindung diri ( handskun )


2. Set phantom tangan untuk skin tes
3. Spuit 3 cc
4. Spuit 1 cc
5. Needle 23 G
6. Botol obat ( aquadest )

40
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
7. Kapas alkohol
8. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas / sampah tajam

41
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016
CHECKLIST PENYUNTIKAN SUBKUTAN

Nama Mahasiswa :.................................. TUTOR :


NPM :.................................. PARAF :
Kelompok :..................................

No Kompetensi 1 2 3 4

1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri

2. Menerangkan tujuan dan prosedur serta inform consent

3. Melakukan persiapan alat dengan benar

4. Mencocokkan spuit insulin dengan konsentrasi insulin yang dipakai

5. Mengisi spuit insulin sesuai dosis dengan cara tegak lurus terhadap botol insulin,
setelah itu mengeluarkan udara yang masih tersisa di ujung spuit
6. Menetukan lokasi suntikan kemudian mencubit kulit dengan ibu jari dan jari
telunjuk lalu menyuntikkan jarum secara tegak lurus
7. Menekan tuas spuit sehingga insulin masuk ke sub kutan lalu membiarkan jarum
tetap di lokasi selama 5-10 detik
8. Menarik jarum dari kulit dan jika ada rembesan darah cukup dengan
memberikan tekanan ringan dengan kapas atau kassa di lokasi penyuntikan
9. Untuk suntikan dengan insulin pen, pastikan bahwa semua bagian-bagian pen
sudah terpasang dengan benar lalu memutar dosis sesuai yang diinginkan. Lalu
menusukkan pen secara tegak lurus terhadap permukaan kulit di lokasi suntikan
10. Mengucapkan terima kasih kepada pasien

11. Melakukan semua prosedur secara legeartis dan menyenangkan

12. Merapikan semua peralatan dan atau membuang barang yang tidak diperlukan
lagi

Keterangan :
Skor 1 : Tidak dilakukan
Skor 2 : Dilakukan dengan banyak kesalahan/dilakukan*
Skor 3 : Dilakukan dengan sedikit kesalahan
Skor 4 : Dilakukan dengan sempurna
Nilai Keterampilan rata-rata = ____x 100 % = .
36
Dinyatakan lulus apabila skor > 70%

Bengkulu,....................................

.....................................................
(Nama dan Tanda Tangan Tutor)

42
Penuntun KKD Modul Metabolik Endokrin 2016

Anda mungkin juga menyukai