Oleh:
dr. Ni Nyoman K. Kusumayani
Obesitas menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah penumpukan lemak tubuh berlebihan
yang berdampak buruk terhadap kesehatan. Saat ini kegemukan (overweight) dan obesitas menjadi
salahsatu masalah kesehatan yang mendunia baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Laporan
WHO pada tahun 1998 menyatakan bahwa tingkat obesitas saat itu sudah dalam tingkat epidemik
yang jika dibiarkan akan menjadi obesitas global. Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius
terutama di negara berkembang seperti Indonesia dengan pola makan anak-anak yang meniru pola
makan gaya barat.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) di Indonesia, obesitas yang ditemukan
pada anak tahun 2007 sebesar 9,5% meningkat menjadi 18,8 % di Tahun 2013. Hal ini berarti
dalam kurun waktu enam tahun angka obesitas anak meningkat hampir dua kali lipat.
Olehkarenaitu, kondisi obesitas anak di Indonesia yang berada pada level mengkawatirkan perlu
mendapat perhatian para orang tua. Namun terkadang orang tua belum memahami bagaimana cara
menghitung apakah anaknya tersebut sudah tergolong obesitas atau bukan? Berikut adalah tipsnya.
Cara menentukan obesitas pada anak dan remaja adalah sebagai berikut :
- Pola makan yang buruk, seperti misalnya terlalu banyak mengkonsumsi makanan cepat saji
(fastfood), gorengan, makanan/minuman kemasan, frozen food (seperti nugget,sosis,bakso, dll)
serta kurangnya konsumsi buah dan sayur.
- Makan atau ngemil terlalu banyak
- Kurangnya olahraga pada anak
- Riwayat keluarga mengidap obesitas
- Penyakit medis (endokrin,masalah-masalah neurologis)
- Obat (steroid,beberapa obat psikiatris)
- Stress atas suatu kejadian atau perubahan (perpisahan ,perceraian orang tua,pindah
lingkungan,kematian,pelecehan)
- Masalah dengan keluarga atau teman
- Perasaan rendah diri
- Depresi atau masalah emosional lainnya.
Perlu diketahui bahwa jaringan lemak yang terdapat di dalam tubuh selain berfungsi sebagai
penyimpan cadangan/kelebihan energi juga berfungsi sebagai organ endokrin. Sebagai organ
endokrin, jaringan lemak mengeluarkan hormon yang dapat menimbulkan peradangan di dalam
tubuh. Proses peradangan ini lebih lanjut akan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah,kolesterol tinggi,kencing manis dan penyakit jantung. Selain itu, beberapa komplikasi
obesitas pada anak dan remaja seperti fungsi kognitif rendah, perlemakan hati/gangguan fungsi
hati, gangguan fungsi ginjal, kematian usia muda.
Upaya-upaya berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari anak menjadi obesitas antara lain :
-Pencegahan Primer, artinya tindakan untuk mencegah agar anak tidak menjadi obesitas. Dapat
dilakukan dengan cara pola makan yang benar dan monitoring berat badan secara
berkesinambungan.
-Pencegahan Sekunder, jika sudah terjadi obesitas maka dilakukan pengobatan dan mencegah agar
tidak terjadi komplikasi dari obesitas tersebut.
-PencegahanTersier, pengobatan yang dilakukan jika sudah terjadi komplikasi dari obesitas dan
mempertahankan kualitas hidup dari penderita obesitas.
Deteksi dini obesitas dapat dipantau dari Adiposity rebound. Adiposity rebound adalah titik pada
saat IMT meningkat setelah mencapai IMT terendah. Adapun perjalanan alamiah sel lemak adalah
sbb :
- Mula-mula ukuran sel lemak membesar dari lahir sampai usia setahun, sehingga IMT meningkat.
- Kemudian ukuran sel lemak stabil sampai usia 4-6 tahun sehingga IMT menurun sampai titik
terendah di usia 4-6 tahun karena tinggi badan bertambah.
- Akhirnya ukuran dan jumlah sel lemak meningkat lagi sehingga IMT meningkat kembali
- “Titik” pada saat IMT meningkat setelah mencapai IMT terendah disebut adiposity rebound.
Adiposity rebound biasanya terjadi saat usia 4-6 tahun.
- Semakin dini usia adiposity rebound (early adiposity rebound), pada usia kurang dari 4 tahun
maka semakin tinggi risiko obesitas di kemudian hari.