Anda di halaman 1dari 3

Sel T

B. Subset sel T

Sel T terdiri atas sel CD4+, CD8+ dan sel NK. Sel T naif yang terpajan dengan antigen yang diikat
MHC yang dipresentasikan APC atau rangsangan sitokin spesifik, akan berkembang menjadi
subset sel T berupa CD4 dan CBS dengan fungsi efektor yang berlainan.

l. Sel T naif (virgin)

Sel limfosit naif adalah sel limfosit matang, belum berdiferensiasi, belum pernah terpajan dengan
antigen dan menunjukkan molekul permukaan CD45RA. Sel ditemukan dalam organ limfoid
perifer. Sel naif yang terpajan dengan antigen akan'berkembang menjadi sel Th0 yang selanjutnya
dapat berkembang menjadi sel efektor Thl dan Th2 yang dapat dibedakan atas dasar jenis-jenis
sitokin yang diproduksinya. Sel Th0 memproduksi sitokin dari ke 2 jenis sel :ersebut seperti IL-2,
IFN dan lL-4.

Homing sel T naif ke kelenjar getah bening terjadi atas pengaruh ;»selektin yang berikatan dengan
ligannya di high endothelial venule (dalam kelenjar getah bening). Sel T_ 'yang diaktifkan
bermigrasi yang dibantu E-, P-selektin dan integrin, berbagai kemokin yang diproduksi kelenjar
getah bening ditempat infeksi.

Antigen yang dibawa sel dendritik ke kelenjar getah bening akan ' dikenal sel T naif. Sel T naif
yang diaktifkan, berdiferensiasi menjadi sel efektor dan sel memori yang dapat menetap di organ
limfoid atau bermigrasi ke kelenjar nonlimfoid (Gambar 38).

2. Sel CD4+

Sel T matang yang meninggalkan timus namun belum terpajan dengan antigen disebut sel T naif.
Sel tersebut dapat masuk sirkulasi, masuk dan menetap di dalam organ limfoid seperti kelenjar
getah bening untuk benahun-tahun sebelum terpajan dengan anti gen atau mati.

Sel T naif CD4 mengenal antigen yang dipresentasikan betsama MHC-II oleh APC dan
berkembang menjadi subset sel Th1 atau sel Tdth (drlayed type hypersensitivity) atau Th2 yang
tergantung dari sitokin lingkungan. Dalam kondisi yang berbeda dapat dibentuk dua subset yang
berlawanan.

IFN-y dan II.-12 yang diproduksi APC seperti makrofag dan sel dendritik yang diaktifkan mikroba
merangsang diferensiasi sel CD4+ menjadi Thl/Tdth yang berperan dalam reaksi hipersensititas
lambat (reaksi tipe 4 Gen dan Coombs). Sel Tdth berperan untuk mengerahkan makrofag dan sel
inflamasi lainnya ke tempat terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

Atas pengaruh sitokin II.-4, lL-S, IL-lO, II.-13 yang dilepas sel mast yang terpajan dengan antigen
atau cacing, Th0 berkembang menjadi sel Th2 yang merangsang sel B untuk meningkatkan
produksi antibodi. Kebanyakan sel Th adalah CD4+ yang mengenal antigen yang dipresentasikan
di permukaan sel APC yang berhubungan dengan molekul MHC-II (Gambar 40, 41).

. 3. SelTaBdan Tyo

Ada 2 jalur diferensiasi sel T yang dapat dibedakan dari ekSpresi reseptor sel T yang berlainan
yaitu 75 yang merupakan populasi minor yang terutama ditemukan di kulit dan mukosa jaringan
saluran cerna. Sel T terbanyak mengekspresikan reseptor T aB. Sel T 18 berperan dalam
pertahanan terdepan untuk mengenal mikroba yang

masuk. kulit dan mukosa saluran cerna. Sel tersebut melepas sitokin yangmengawali respons
inflamasi, menolong sel B, mengaktifkan makrofag dan menghancurkan sel terinfeksi vinis.
Fungsional hal itu sama dengan sel T aB. Perbedaan yang mencolok, sel T75 dapat mengenal
antigen nonpeptida seperti fosfolipid dinding bakteri tanpa memerlukan presentasi dan proses
terlebih dahulu oleh APC.

4. Sel T CD8

Sel T CD8 naif yang keluar dari timus disebut juga CTL/Tc. CD8+ mengenal antigen yang
dipresentasikan bersama molekul MHC-L Molekul MHC-l ditemukan pada semua sel tubuh yang
bernukleus. Fungsi utamanya ialah menyingkirkan sel yang terinfeksi virus dengan
menghancurkan sel yang mengandung virus. Sel CTL/Tc akan juga menghancurkan sel ganas dan
sel histoinkompatibel yang menimbulkan penolakan pada transplantasi. Dalam keadaan tertentu,
CTL/Tc dapat juga menghancurkan sel yang terinfeksi bakteri intraselular. Istilah sel T inducer
digunakan untuk menunjukkan aktivitas sel Th dalam mengaktifkan sel subset T lainnya.

5. Sel Ts (T supresor) atau sel Tr (T regulator)

Sel Ts (supresor) yang juga disebut sel Tr (regulator) atau Th3 berperan menekan aktivitas sel
efektor T yang lain dan sel B. Menurut funggsinya, sel Ts dapat dibagi menjadi sel Ts spesifik
untuk antigen tertentu dan sel Ts nonspesifik. Tidak ada petanda unik pada sel ini, tetapi penelitian
menemukan adanya petanda molekul CD8 Molekul CD4 kadang dapat pula supresif.

Kerja sel T regulator diduga dapat mencegah respons sel Th1. APC yang mempresentasikan
antigen ke sel T naif akan melepas sitokin lL-12 yang merangsang diferensiasi sel T naif menjadi
sel efektor Th1. Sel Th1 memproduksi lFN-y yang mengaktifkan makrofag dalam fase efektor. Sel
T regulator dapat mencegah aktivasi sel T melalui mekanisme yang belum jelas (kontak yang
diperlukan antara sel regulator dan sel T atau APC). Beberapa sel T regulator melepas sitokin
imunosupresif seperti lL-10 yang mencegah fungsi APC dan aktivasi makrofag dan TGF-B yang
mencegah proliferasi sel T dan aktivasi makrofag (Gambar 42).

IV. SEL B

Aktivasi sel B diawali dengan pengenalan spesifik oleh reseptor permukaan. Antigen dan
perangsang lain termasuk Th merangsang proliferasi dan diferensiasi klon sel B. spesifik. Dalam
perkembangannya,s sel B mula-mula memproduksi IgM atau isotipe lg lain: (seperti IgG), menjadi
matang atau menetap sebagai sel memori.

Pematangan sel B terjadi dalam berbagai tahap (Gambar 43, 44). Fase-fase pematangan sel B
berhubungan dengan Ig yang diproduksi.

Atas pengaruh antigen dan sel T, sel B berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
mampu membentuk dan melepas lg dengan spesifitas yang sama seperti reseptor yang ada pada
permukaan sel prekursomya. Pada waktu yang sama, sebagian sel akan kembali ke dalam fase
istirahat. dan sebagian sel matang akan menjadi sel B memori yang dapat memberikan respons
imun dengan lebih cepat pada pajanan ulang dengan antigen yang sama Atas rangsangan antigen
pertama sel B memproduksi IgM dan atas rangsangan antigen yang sama, selanjutnya terjadi
pengalihan _ (switching) untuk memproduksi lgG atau lgA atau lgE.

Semua sel B hanya dapat memiliki satu molekul lg saja pada pemukaannya, hanya lgM, lgG dan
sebagainya. Antibodi permukaan pada sel B dapat ditemukan dengan konjugat anti-antibodi.
Konjugat tersebut dapat pula digunakan untuk menemukan sel non-B yang mengandung reseptor
Fe dan antibodi pada permukaannya.

B. Reseptor

1. Reseptor Fc(FcR) .
Semua sel B memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgG (Fcy-R).
2. Reseptor C3
Sel B memiliki pula reseptor untuk komponen komplemen yang diaktifkan C3b.

Anda mungkin juga menyukai