Anda di halaman 1dari 129

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

W (34 TAHUN)
DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
(CA MAMMAE) DI RUANG BOUGENVILE
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Elektif pada


Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKes) Indramayu

Oleh :
YANTI LAELASARI, S.Kep
NIM : R.19.04.13.035

YAYASAN INDRA HUSADA INDRAMAYU


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JUNI 2020

i
i
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yanti laelasari

Tempat / Tanggal Lahir : Indramayu, 24 Juni 1997

Agama : Islam

Alamat : Desa Tambakdahan RT/RW 02/02

Kecamatan Tambakdahan, Kabupaten

Subang

Pendidikan

1. Mahasiswa Profesi Ners Tahun 2020 – Sekarang

2. Sarjana Keperawatan : Lulus Tahun 2019

3. SMA Negri 1 Pamanukan : Lulus Tahun 2015

4. SMP Negri 1 Tambakdahan : Lulus Tahun 2012

5. SD Negri Tambakdahan : Lulus Tahun 2009

6. TK Sekar Arum : Lulus Tahun 2003

ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. W (34 TAHUN)

iv
DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI : CA MAMMAE DI
RUANG BOUGENVILE PEREMPUAN RSUD WALED CIREBON

YANTI LAELASARI

xii + 101 Halaman + 7 Tabel + 1 Bagan

Carcinoma mammae adalah suatu gangguan pertumbuhan seluler


sedangkan ca mammae merupakan tumor ganas yang sebelumnya berasal dari sel
kelenjar, saluran kelenjar dan juga jaringan penunjang payudara. Asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit Ca Mammae terutama untuk mengatasi
masalah keperawatan nyeri akut. Tujuan karya tulis ilmiah ini adalah untuk
menerapkan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan gangguan sistem reproduksi
: Ca Mammae di Ruang Bougenvile RSUD Waled Cirebon.
Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan dengan cara
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Sumber data adalah pasien,
keluarga pasien serta catatan medis pasien.
Berdasarkan hasil pengkajian ditetapkan 4 diagnosa keperawatan yaitu
nyeri akut, gangguan integritas kulit, resiko infeksi dan perfusi perifer tidak
efektif. Rencana tindakan disesuaikan dengan diagnosa prioritas dan implementasi
dilakukan berdasarkan rencana yang sudah disusun. Teknik PMR dan GI
merupakan Evidence Based Practice (EBP) yang diterapkan untuk membantu
pasien dalam mengurangi rasa nyeri.
Kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini dari masalah keperawatan nyeri akut
sudah teratasi dengan dilakukan teknik PMR dan GI. Saran ditujukan untuk rumah
sakit diharapkan dapat menambah keterampilan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Ca Mammae dan dapat meningkatkan wawasan
tentang penerapan Evidence Based Practice pada pasien Ca Mammae.

Kata Kunci : asuhan keperawatan, carsinoma mammae


Kepustakaan : 10 (2010-2019)

KATA PENGANTAR

v
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan KTI dengan judul “Asuhan

Keperawatan pada Tn. W (65 Tahun) dengan Gangguan Sistem Respirasi :

Community Acquried Pneumonia di Ruang Dahlia RSUD Waled Cirebon” yang

merupakan persyaratan untuk mencapai gelar Profesi Ners pada Program Profesi

Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang

telah banyak membantu penulis untuk menyelesaikan KTI ini, khususnya kepada:

1. Drs. H. Turmin, B.Sc, selaku Ketua Yayasan Indra Husada Indramayu

yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk kuliah di STIKes

Indramayu.

2. Bapak Heri Sugiarto, S.KM., M.Kes., selaku Ketua STIKes Indramayu

yang telah memberikan dukungan dan bimbingan penulis untuk kuliah di STIKes

Indramayu.

3. Ibu Wayunah, S.Kp., M.Kep, selaku Ketua Prodi Profesi Ners dan

penguji 1 yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama

menyusun KTI dan mengikuti pelajaran di STIKes Indramayu.

4. Ibu Novi Dwi Irmawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing

Akademik yang telah memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis

selama menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI)

5. Staf dosen Prodi Profesi Ners STIKes Indramayu atas pembekalan ilmu

dan bimbingan yang sangat berguna.

vi
6. Kedua orangtua tercinta atas curahan kasih sayang, doa dan dukungan

baik secara moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI.

7. Teman–teman angkatan XIII profesi ners yang telah membantu dan

mendukung penulis untuk menyelesaikan KTI.

8. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan KTI yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan Hidayah-Nya atas

segala bantuan dan dukungan kepada penulis. Serta semoga KTI ini dapat

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Indramayu, Juni 2020

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

vii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS………………………....... i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………… iv
ABSTRAK………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………...... viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… x
DAFTAR BAGAN………………………………………………………….. xi
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 5
C. Tujuan Penulisan……………………………………………….... 6
D. Manfaat Penulisan……………………………………………….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyakit……………………………………………....... 9
B. Etiologi Penyakit……………………………………………… 11
C. Patofisiologi………………………………………………...... 15
D. Pathway……………………………………………………… 17
E. Epidemiologi ………………………………………………….. 19
F. Manifestasi klinis……………………………………………... 20
G. Komplikasi……………………………………………………… 21
H. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………. 21
I. Penatalaksanaan Medis………………………………………….. 22
J. Konsep Asuhan Keperawatan…………………………………… 25

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Pengkajian……………………………………………………...... 46
B. Analisa Data…………………………………………………… 51

viii
C. Perencanaan Keperawatan……………………………………...... 54
D. Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi……………………….. 55
E. Catatan Perkembangan ………………………………………….. 60
F. Catatan Perkembangan .................................................................... 70
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisis Penyakit (Disease Analyse)……………………………. 85
B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)…. 89
C. Analisa Intervensi Keperawatan (Nursing Intervetion Analyse).. 95
D. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implementation
Analyse)…………………………………………………………. 98
E. Evidence based practice Aromaterapi Peppermint Terhadap
Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan
Nafas….. 103
BAB V PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………… 107
B. Saran…………………………………………………………...... 111

DAFTAR TABEL

ix
Halaman

Tabel 2.1 Analisa Data Masalah Keperawatan Ca

mammae…………………………………………………. 28

Tabel 2.2 Tujuan dan Intervensi Keperawatan (SDKI, 2017) 38

Community Acquired Pneumonia…………………………...

Tabel 3.1 Analisa Data Tinjauan Kasus……………………………….. 51

Tabel 3.2 Rencana Keperawatan Tinjauan Kasus……………………... 55

Tabel 3.3 Implentasi dan Evaluasi Tinjauan Kasus…………………… 60

Tabel 3.4 Catatan Perkembangan 1…………………………………… 70

Tabel 3.5 Catatan Perkembangan 2…………………………………… 80

x
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pathway Carsinoma mammae (CA MAMMAE)………….. 17

xi
DAFTAR SINGKATAN

CA : Kanker
WHO : World Health Organization

SIRS : Sistem Informasi Rumah Sakit

DEPKES : Departemen Kesehatan

RI : Republik Indonesia

NSAID : Non- Steroid Anti Inflamasi Drugs

DKK : Dan Kawan-Kawan

IGFs : Insulin Like Growth Factors

BRCA : Brest Care Susceptibility Gene

DNA : Deoxyribo Nucleic Acid

IARC : International Agency For Reserch On Cancer

USG : Ultrasonografi

BAB : Buang Air Besar

BAK : Buang Air Kecil

BB : Berat Badan

CRT : Capilary Refill Time

DO : Data Objektif

DS : Data Subjektif

N : Nadi

Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar

RL : Ranger Laktat

xii
RR : Respirasi Rate

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

S : Suhu

SDKI : Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

TD : Tekanan Darah

GCS : Glasgow Coma Scale

Hb : Hemoglobin

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ca Mammae (Carcinoma Mammae) adalah sebuah keganasan yang

sebelumnya berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan juga jaringan penunjang

payudara. Ca mammae yaitu tumor mengganas yang tumbuh di jaringan payudara

seseorang. Kanker dapat mulai tumbuh dalam kelenjar payudara, bisa juga

disaluran payudara, jaringan lemak maupun jaringan yang meningkat pada

payudara. (Medicastore, 2011).

Ca Mammae (Kanker Payudara) merupakan salah satu penyebab

kematian utama di dunia dan di indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia

kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai

ditemukan pada usia 18 tahun (American Cancer Society, 2017).

Penyebab langsung kanker payudara hingga saat ini belum diketahui,

namun hasil penelitian Simanjuntak dalam Hawari (2004) bahwa ternyata banyak

faktor resiko yang menyebabkan terjadinya kanker payudara yang diantaranya

yakni wanita yang berumur 25 tahun keatas, wanita tidak kawin, wanita yang

memiliki anak pertama setelah usia 35 tahun, wanita yang mengalami menstruasi

pertama pada usia kurang dari 12 tahun, pernah mengalami penyinaran/radiasi,

serta mengalami masa menopause yang terlambat lebih dari 55 tahun dan masih

banyak faktor-faktor lain terkait dengan gaya hidup wanita tersebut.

1
2

Secara garis besar penatalaksanaan kanker payudara dibagi menjadi dua,

terapi lokal (bedah konseratif, masektomi radikal yang dimodifikasi, mastektomi

yang rekontruksi) dan terapi sistemik (kemoterapi, tetapi hormonal dan

penggantian sumsum tulang). Kanker payudara beserta terapinya, memiliki

dampak fisik maupun psikologis. Dampak fisik berupa mual, kerontokan rambut

akibat kemoterapi, kerusakan jaringan lain akibat terapi radiasi, limfedema dan

nyeri pada bahu dan lengan setelah operasi. Sedangkan dampak psikologis berupa

ketakutan akan kanker, ancaman terhadap body image, seksualitas, intimasi dari

hubungan serta konflik dalam pengambilan keputusan terkait pilihan pengobatan

yang akan dipilih (Osborn, et, all, 2010).

Seiring dengan bertambahnya teknologi didunia medis, maka ditemukan

beberapa cara pengobatan kanker payudara. Setiap pengobatan terhadap penyakit

ini dapat menimbulkan masalah fisiologis, psikologis, dan sosial bagi pasien.

Salah satu jenis pengobatam tersebut adalah dengan cara masektomi. Masektomi

adalah pengobatan kanker payudara dengan cara mengangkat seluruh jaringan

payudara. Efek jangka pendek adalah nyeri, resiko infeksi, dan efek jangka

panjang dari masektomi berpengaruh sangat besar terhadap kualitas hidup karena

rasa sakit, gangguan body image, ketidaknyamanan. Pembedahan untuk kanker

payudara adalah pengalaman yang sangat traumatis dan menakutkan. (Mahledi &

Hartini, 2012).

Menurut World Health Organization (2015) menyatakan bahwa Ca

Mammae merupakan problem kesehatan yang sangat serius karena jumlah yang

semakin meningkat (20%) per tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
3

dua setelah kanker leher rahim. WHO menyebutkan bahwa prevalensi Ca

Mammae pada wanita 8-9%. Ca Mammae sebagai jenis kanker yang paling

banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru Ca

Mammae terdiagnosis di Eropa dan kurang lebih 175.000 di amerika serikat

memperkirakan hampir 178.000 perempuan akan terdiagnosis mengalami Ca

Mammae jumlah ini ditambah dengan 2 juta perempuan yang memiliki riwayat

penyakit Ca Mammae. (Masriadi, 2016)

Sementara di indonesia Ca Mammae juga merupakan kasus kanker yang

paling umum dijumpai pada wanita. Berdasarkan Sistem Informasi rumah sakit

(SIRS) tahun 2014, jumlah pasien rawat jalan maupun rawat inap yang mengidap

kanker payudara berjumlah 12.014 orang (28,7%). Usia penderita ca mammae

juga berubah. Jika dulu penderita rata-rata berusia diatas 50 tahun, kini usia

penderita berada pada rentang 35-50 tahun. Artinya, banyak penderita kanker

payudara yang masih dalam usia produktif. Salah satu faktor penyebab pergeseran

itu adalah gaya hidup yang tidak sehar, seperti pola makan salah dan tidak

olahraga. Selain itu, kegemukan atau obesitas juga mengambil peran penting

dalam tingginya kasus kanker payudara. (Suryani, 2013).

Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi kanker di indonesia

menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013

menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi

adalah di provinsi di yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk. Sementara itu kasus

kanker payudara di jawa barat pada tahun 2018 terbanyak menyerang pada wanita

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
4

usia reproduktif dengan kasus kemoterapi pada kanker payudara mencapai 35,8%.

(Riskesdas, 2018).

Dokter spesialis bedah kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais,

menyatakan saat ini penderita kanker payudara di indonesia mencapai 100 dari

100.000 penduduk. Sekitar 60-70% dari penderita tersebut datang pada stadium

tiga yang kondisinya terlihat semakin parah. (Depkes RI, 2013).

Pasien yang menderita kanker payudara sangat penting

membutuhkan perawatan berupa asuhan keperawatan. Perawat sebagai

salah satu anggota tim yang terlibat langsung dalam memberikan asuhan

keperawatan, sehingga harus bisa memberikan kontribusi dalam upaya

meningkatkan kualitas hidup pasien dengan memberikan asuhan

keperawatan yang holistik dan komprehensif, melalui proses keperawatan

yang dimulai dengan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi tindakan keperawatan, evaluasi tindakan

keperawatan dan dokumentasi keperawatan.

Pada kasus ini, Ada seorang perempuan berusia 34 tahun dengan

diagnosa ca mammae. Pasien sudah dirawat selama 2 hari di ruang inap untuk

melakukan pemeriksaan biopsi. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan

kesakitan, pasien mengatakan setelah dilakukan tindakan operasi masketomi

mengeluh nyeri dibagian payudara sebelah kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan

skala nyeri 7 (0-10), nyeri sering muncuk pada malam hari tetapi tidak lama hanya

beberapa menit, upaya untuk meredakan nyeri pasien melakukan dengan tirak

baring dan sambil melakukan tarik nafas dalam. Pada pemeriksaan fisik

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
5

didapatkan vital sign: TD 130/90 mmHg, HR 85x/menit, suhu 36,00C, RR 20

x/menit, SPO2 96%. Pasien tampak lemas, terdapat benjolan dibagian kanan pada

saat dipalpasi, tampak ada payudara hanya sebelah kanan dan terdapat luka jahitan

dan terpasang selang dibagian payudara sebelah kiri, tidak ada nyeri saat

dipalpasi, tidak ada edema dan tidak ada fraktur pada ektremitas atas dan

ekstremitas bawah, CRT <2 detik, turgor kulit tampak menurun, akral teraba

hangat, irama jantung regular, pasien tampak terpasang selang kateter dengan

output 400 ml setiap 1jam.

Namun belum menunjukkan perbaikan, oleh karena itu penulis tertarik

utnuk mengangkat kasus Ny. W sebagai kasus yang akan dibahas dalam karya

ilmiah ini dengan judul “Asuhan keperawatan pada Ny. W (34 tahun) dengan

angguan sistem reproduksi: Ca Mammae diruang Bougenvile Perempuan RSUD

Waled Kabupaten Cirebon“.

B. Rumusan Masalah

Ca Mammae (Kanker Payudara) merupakan salah satu penyebab

kematian utama di dunia dan di indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada

usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini

sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun (American Cancer Society,

2017).

Pasien kanker payudara pertama kali biasannya mengalami nyeri,

meringis kesakitan pada bagian payudaranya. Saat dikaji pasien dengan ca

mammae tampak meringis kesakitan, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
6

skala nyeri 7 (0-10). Penatalaksanaan nyeri di rumah sakit biasanya

diberikan terapi farmakologis yaitu obat analgesik jenis NSAID (Non-

Steroid Anti Inflamasi Drugs),

Berdasarkan uraian tersebut rumusan masalah dalam karya tulis

ilmiah ini adalah belum diketahuinya asuhan keperawatan pada Ny. W

dengan gangguan sistem reproduksi : ca mammae di Ruang Bougenvile

Perempuan RSUD Waled Kabupaten Cirebon, sehingga pertanyaanya

adalah “Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. W (34 tahun) dengan

gangguan sistem reproduksi (Ca Mammae) di Ruang Bougenvile

Perempuan RSUD Waled Kabupaten Cirebon?”.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan

masalah karya tulis ilmiah “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ny. W

(34 tahun) dengan Gangguan Sistem Reproduksi (Ca Mammae) di Ruang

Bougenvile Perempuan Rumah Sakit Umum Daerah Waled Kabupaten

Cirebon”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mampu menerapkan

asuhan keperawatan pada Ny. W (34 tahun) dengan gangguan sistem reproduksi:

Ca Mammae diruang Bougenvile Perempuan RSUD Waled Kabupaten Cirebon.

2. Tujuan Khusus

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
7

a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. W (34 tahun) dengan

gangguan sistem reproduksi: Ca Mammae diruang Bougenvile Perempuan RSUD

Waled Kabupaten Cirebon

b. Mampu menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan yang

muncul pada Ny. W (34 tahun) dengan gangguan sistem reproduksi: Ca Mammae

diruang Bougenvile Perempuan RSUD Waled Kabupaten Cirebon

c. Mampu menentukkan intervensi keperawatan pada Ny. W (34 tahun)

dengan gangguan sistem reproduksi: Ca Mammae diruang Bougenvile Perempuan

RSUD Waled Kabupaten Cirebon

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan rencana

keperawatan pada Ny. W (34 tahun) dengan gangguan sistem reproduksi: Ca

Mammae diruang Bougenvile Perempuan RSUD Waled Kabupaten Cirebon

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Ny. W (34 tahun)

dengan gangguan sistem reproduksi: Ca Mammae diruang Bougenvile Perempuan

RSUD Waled Kabupaten Cirebon.

f. Mengetahui EBP yang dapat diterapkan pada pasien dengan gangguan

sistem reproduksi Ca Mammae diruang Bougenvile Perempuan RSUD Waled

Kabupaten Cirebon.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
8

Penulisan karya ilmiah ini dapat menambah wawasan dan

pengalaman bagi penulis khususnya di bidang keperawatan pada klien

dengan masalah Ca Mammae

2. Manfaat Bagi Ilmu Keperawatan

Penulisan karya ilmiah ini dapat memberikan pengetahuan baru dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Ca Mammae

secara realistis sehingga teori yang didapat bisa diterapkan kepada pasien.

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Penulisan karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam

pembelajaran di perkuliahan maupun dalam memberikan asuhan keperawatan

pasa pasien dengan Ca Mammae

4. Manfaat Bagi Rumah Sakit

Penulisan karya ilmiah ini dapat sebagai bahan masukan yang

diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya

keperawatan pada klien demgan masalah Ca Mammae

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit

Carcinoma mammae adalah suatu penyakit yang menggambarkan

gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit bukan penyakit

tunggal. Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak

menyerang wanita, penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel

tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan-pertumbuhan sel tidak dapat

dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor

ini tidak diangkat, di khawatirkan akan masuk dan menyebar dalam jaringan yang

sehat. Ada kemungkinan sel-sel tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh

tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang kelompok wanita umur 40-70

tahun tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan

pertumuhan usia. (Wijaya, dkk, 2013)

Kanker payudara atau yang biasa disebut carcinom mamae adalah

penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi

yang dapat mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturase

sel (Wijaya, dkk, 2013)

Ca Mammae adalah sejenis tumor ganas yang sudah tumbuh di dalam

kelenjar payudara seseorang, saluran payudara, di jaringan lemak maupun ada di

jaringan ikat pada sebuah payudara. (Medicastore, 2011).

9
10

Ca mammae adalah sekelompok sel yang tidak normal pada sebuah

payudara akan dan terus menerus tumbuh akan berupa ganda. Metastase bisa juga

terjadi pada sebuah kelenjar getah bening atau (limfe) di ketiak ataupun bisa juga

diatas tulang belikat. Dan selain itu kanker juga akan bisa bersarang didalam

tulang, di paru-paru, dihati dan kulit (Erik T, 2012).

Ca mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal

mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dari

menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif, 2015)

Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari

sel-sel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar

yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran

yang menghubungkan dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan

menyebar ke pembuluh darah. (Putra, 2015)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kanker payudara atau Ca mammae adalah

pertumbuhan sel di jaringan payudara yang tidak normal. Sel tersebut mengalami

mutasi, tumbuh lebih cepat dan tidak terkendali serta dapat tumbuh lebih lanjut

menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Klasifikasi

Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu

kanker payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara

paget’s disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
11

1. Kanker payudara non-invasive

Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus,

kelenjar yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini biasanya

disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum

menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.

2. Kanker payudara invasive

Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan

jaringan di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari kantong

susu dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase seperti

ke jaringan kelenjar limfe.

3. Paget’s Disease

Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit

areola dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan

mengeluarkan cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak

disertai dengan massa.

B. Etiologi

Menurut Brunner dan Suddart dalam NANDA, (2015), penyebab kanker

payudara belum dapat ditentukan, tetapi terdapat beberapa faktor genetik. Kanker

payudara memeperlihatkan proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi

duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan

perkembangan sel-sel yang atipikal dan kemudian berlanjut menjadi karsinoma

insitu dan sel menjadi massa. Hormon steroid yang dihasilkan oleh ovarium juga

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
12

berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan progesteron

mengalami perubahan dalam lingkungan seluler).

Menurut Putra (2015) faktor risiko yang dapat menyebabkan kanker

payudra terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor resiko yang dapat diubah dan

faktor resiko tidak dapat diubah. Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

1. Faktor risiko yang dapat diubah

a. Obesitas

Obesetitas adalah kegemukan yang diakibatkan oleh kelebihan lemak

dalam tubuh. Jaringan lemak dalam tubuh merupakan sumber utama estrogen, jadi

jika memiliki jaringan lemak lebih banyak berarti memiliki estrogen lebih tinggi

yang meningkatkan resiko kanker payudara.

b. Pecandu alkohol

Alkohol bekerja dengan meningkatkan kadar darah didalam insulin

darah, seperti faktor pertumbuhan atau insulin like growth factors (IGFs) dan

estrogen. Oleh karena itu alkohol dapat meningkatkan resiko kanker payudara.

c. Perokok berat

Rokok merupakan salah satu faktor resiko kanker payudara pada

perempuan, rokok mengandung zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi organ-

organ tubuh. Menurut penelitian WHO menyatakan setiap jam tembakau rokok

membunuh 500 orang di seluruh dunia. Kematian tersebut tidak terlepas dari 3800

zat kimia yang sebagian besar merupakan racun dan karsinogen (zat pemicu

kanker).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
13

d. Stres

Stres dapat menjadi faktor resiko kanker payudara karena stres psikologi

yang berat dan terus menerus dapat melemahkan daya tahan tubuh dan penyakit

fisik dapat mudah menyerang.

e. Terpapar zat karsinogen

Zat karsinogen diantaranya yaitu zat kimia, radiasi, dan pembakaran asap

tembakau. Zat karsinogen dapat memicu tumbuhnya sel kanker payudara (Depkes,

2015)

2. Faktor resiko yang tidak dapat diubah

a. Faktor genetik atau keturunan

Kanker payudara sering dikatakan penyakit turun menurun, ada dua gen

yang dapat mewarisi kanker payudara maupun ovarium yaitu gen BRCA1 (Brest

Care Susceptibility Gene 1) dan BRCA2 (Brest Care Susceptibility Gene 2) yang

terlibat dari perbaikan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Kedua gen ini hanya

mencapai 5% dari kanker payudara, jika pasien memiliki riwayat keluarga kanker

payudara uji gen BRCA dapat dilakukan. Jika memiliki salah satu atau kedua gen

BRCA1 dan BRCA2 resiko terkena kanker payudara akan meningkat, BRCA1

beresiko lebih tinggi kemungkinan 60%-85% berisiko kanker payudara sedangkan

BRCA2 berisiko 40%-60% beresiko kanker payudara.

b. Faktor seks atau jenis kelamin

Perempuan memiliki resiko lebih besar mengalami kanker payudara,

tetapi laki-laki juga dapat terserang kanker payudara. Hal ini disebabkan laki-laki

memiliki lebih sedikit hormon estrogen dan progesteron yang dapat memicu

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
14

pertumbuhan sel kanker, selain itu payudara laki-laki sebagian besar adalah

lemak, bukan kelenjar seperti perempuan.

c. Faktor usia

Faktor resiko usia dapat menentukan seberapa besar resiko kanker

payudara. Presentase resiko kanker payudara menurut usia yaitu dari usia 30-39

tahun berisiko 1 dari 233 perempuan atau 0,43%, usia 40-49 tahun beresiko 1 dari

69 perempuan atau 1,4%, usia 50-59 tahun berisiko 1 dari 38 perempuan atau

2,6%, usia 60-69 tahun berisiko 1 dari 27 perempuan atau 3,7%. Jadi, semakin tua

usia seseorang kemungkinan terjadinya kanker payudara semakin tinggi karena

kerusakan genetik (mutasi) semakin meningkat dan kemampuan untuk

beregenerasi sel menurun.

d. Riwayat kehamilan

Perempuan yang belum pernah hamil (nullipara) memiliki resiko kanker

payudara lebih tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia remaja bersifat imatur

(belum matang) dan sangat aktif. Sel payudara yang imatur lebih rentan

mengalami mutasi sel yang abnormal, ketika seseorang hamil akan mengalami

kematuran sel pada payudaranya dan menurunkan resiko kanker payudara.

e. Riwayat menstruasi

Perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama kali sebelum umur 12

tahun (menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih tinggi terkena kanker payudara.

Risiko yang sama juga dimiliki perempuan yang menopause pada usia diatas 55

tahun. Setelah wanita mengalami perubahan bentuk tubuh tidak terkecuali

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
15

payudara, payudara akan mulai tumbuh dan terdapat hormon yang dapat memicu

pertumbuhan sel abnormal.

f.Riwayat menyusui

Perempuan yang menyusui anaknya, terutama selama lebih dari satu

tahun, berisiko lebih kecil menderita kanker payudara. Selama menyusui, sel

payudara menjadi lebih matang (matur). Dengan menyusui menstruasi akan

mengalami penundaan. Hal ini akan mengurangi paparan hormon estrogen

terhadap tubuh sehingga menurunkan resiko kanker hormon.

C. Patofisiologi

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara

lain obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi

zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat

menyebabkan kanker payudara. Karsinoma mammae berasal dari jaringan epitel

dan paling sering terjadi di sistem duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel

dengan perkembangan sel-sel apitik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma

insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk

bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat

diraba (kira-kira berdiameter 1 cm) pada ukuran itu kira-kira seperempat dari

carcinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mammae bermetastasis

dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran

limfe dan aliran darah. (Indonesian Cancer Foundation, 2012).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
16

Ca mammae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat

maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris

dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada

organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
17

D. Pathway
2.1 Bagan Pathway Ca Mammae

Faktor predisposisi dan resiko


tinggi hiperplasi pada sel
mammae

Pembedahan

Mendesak jaringan Mendesak sel Mendesak


sekitar syaraf pembuluh darah Pre operasi Intra post Post operasi

Interupsi Takut tidak efek dari


Mensuplai Menekan jaringan Aliran darah Pemberian Pembedahan
sel syaraf anastesi
nutrisi ke pada mammae terhambat berhasil anastesi GA
jaringan Ca

NYERI Perdarahan
Peningkatan AKUT Hipoksia ANSIETAS Penurunan Peningkatan
Hipermetabolisme
konsistensi kesadaran akumulasi
ke jaringan
sekret
Nekrosis jaringan Kurang GANGGUAN
Mammae informasi MOBILITAS
Suplai nutrisi Pengambilan
FISIK BERSIHAN
fungsi
jaringan lain membengkak Bakteri patogen pernafasan JALAN NAFAS
dengan TIDAKEFEKTIF
ventilator
18

Berat Massa tumor mendesak Ukuran mammae


RESIKO Menolak
abnormal
Ke jaringan luar INFEKSI untuk operasi
Badan Resiko injury
Perubahan pola
menurun
pernafasan
Mammae
Perfusi
jaringan asimetrik
terganggu
Infiltrasi pleura DEFISIT
GANGGUA PENGETAHUAN
parietale
Ulkus N BODY
MEKANIK
Ekspansi paru
DEFISIT ANSIETAS
GANGGUAN INTEGRITAS
NUTRISI menurun
KULIT/JARINGAN

v
POLA NAFAS
TIDAK EFEKTIF
19

E. Epidemiologi

Kanker payudara secara global menyebabkan angka kematian

tertinggi untuk wanita dan epidemiologinya menyebar merata tanpa

terkendali, prevelensi angka kejadian kanker payudara cukup tinggi mulai

dari luar negeri sampai dalam negeri.

Menurut data GLOBOCAN, International Agency For Reserch

On Cancer

(IARC) (2012), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat

14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di

seluruh dunia. Kasus kanker pada penduduk laki-laki dan perempuan

dengan persentase kasus tertinggi, kanker payudara 43,3%, kanker prostat

30,7%, dan kanker paru 23,1%. Sementara itu untuk kasus kanker yang

dialami penduduk laki-laki, kanker paru ditemukan pada penduduk laki-

laki yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru pada

penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker

payudara masih menempati urutan pertama yaitu sebesar 43,3% dan

kematian akibat kanker payudara 12,9%. Menunrut Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO), tahun 2013 setiap 11 menit ada satu penduduk yang

meninggal karena kanker, termasuk didalamnya kanker payudara. Serta

diprediksi oleh estimasi Interational Agency For Research of Cancer, pada

tahun 2020 akan ada 1,15 juta kasus baru kanker payudara dengan 411.000

kematian. Sebanyak 70% kasus baru dan 55% kematian terjadi di negara

berkembang.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
20

Di Indonesia kanker payudara berada diurutan nomor dua setelah

kanker leher rahim jumlah pasien kanker payudara didapatkan prevelensi

sebesar 26 per 100.000 wanita, penderita sekitar 60-70% datang pada

stadium tiga, yang kondisinya terlihat semakin parah (Depkes, 2013).

Tingginya jumlah kanker payudara di Indonesia disebabkan karena

perubahan gaya hidup masyarakat. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan

tingginya kejadian kanker di Indonesia menurut jenis kelamin yaitu pada

laki-laki prevensi merokok 56,7%, sering konsumsi makanan berlemak

39,4%, sering konsumsi makanan hewani berpengawet 4,4%, kurang

konsumsi sayur dan buah 96,9%, sering konsumsi makanan dibakar atau

dipanggang 4,7%, kurang aktivitas 26,3%. Sedangkan pada perempuan

prevelensi meroko 1,9%, sering konsumsi makanan berlemak 41,9%,

sering konsumsi makanan hewani berpengawet 4,2%, kurang konsumsi

sayur dan buah 96,6%, sering konsumsi makanan dibakar atau dipanggang

4,4%, kurang aktivitas 25,8% (Riskesdas, 2013). Faktor risiko tinggi

penyebab kanker payudara meliputi jenis kelamin, usia, riwayat keluarga,

genetik, siklus mentruasi, melahirkan dan riwayat kanker sebelumnya

(Breast Care Indonesia, 2017). Di Indonesia jenis penanganan yang

dilakukan pada pasien kanker termasuk didalamnya kanker payudara,

tercatat pada tahun 2018 tertinggi pembedahan 61,8%, kemotrapi 24,9%,

radiasi atau penyinaran 17,3%. (Riskesdas, 2018).

F. Manifestasi Klinis

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
21

Menurut Nurarif (2015), manifestasi dari Ca mammae adalah :

1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara.

2. Payudara tidak simetris atau mengalami perubahan bentuk dan ukuran

karena mulai timbul pembengkakan .

3. Adanya perubahan kulit: penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar

puting susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara.

4. Adanya perubahan suhu pada kulit: hangat, kemerahan, panas.

5. Adanya cairan yang keluar dari puting susu.

6. Adanya rasa sakit.

7. Adanya pembengkakan di daerah lengan.

8. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara.

9. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun

sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.

10. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh

lain.

G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit kanker payudara

stdium lanjut atau pasca mastektomi yaitu, metastase ke organ lain seperti

tulang rusuk menjadi kanker tulang, terjadi limfederma karena saluran

limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum tidak berfungsi

dengan adekuat karena nodus eksilaris dan sistem limfe diangkat.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
22

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif (2015), pemeriksaan penunjang untuk pasien Ca

mammae adalah :

1. Scan (misalnya, MRI, CT). Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi

metastatik dan evaluasi.

2. Termografi yaitu suatu cara yang menggunakan sinar infra red.

3. Mamografi untuk mendeteksi massa maligna kecil dalam 2 tahun

sebelum kanker dapat dipalpasi.

4. Biopsi untuk mendiagnosis adanya BRCA1 (Breast Cancer

Susceptibility Gene).

5. USG (ultrasonografi) untuk membedakan lesi solid dan kistik.

6. Pemeriksaan laboratorium berupa darah lengkap dan kimia darah.

I. Penatalaksanaan Medis

Penanganan pada pasien kanker payudara meliputi :

1. Mastektomi

Mastektomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat

payudara.

Tipe-tipe mastektomi menurut Martin dan Griffin (2014) terbagi menjadi

7 yaitu :

a. Mastektomi radikal luas

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
23

Terdiri prosedur di atas di tambah eksisi kelenjar limfe mammae internal.

Beberapa bagian rusuk harus diangkat untuk mencapai kelenjar mammae internal.

Operasi ini jarang dilakukan.

b. Mastektomi radikal (haisted klasik)

Melalui insisi vertikal, seluruh payudara diangkat dengan batas kulit

yang bermakna disekitar puting, areola, dan tumor. Otot pektoralis mayor dan

minor diangkat, vena aksila dipotong. Dalam pembedahan kulit yang tipis

ditinggalkan.

c. Mastektomi radikal modifikasi

Seluruh payudara dan sebagian besar kelenjar limfe pada aksila diangkat,

vena aksila dipotong, otot pektoralis dipertahankan.

d. Mastektomi sederhana (total)

Seluruh payudara diangkat, tetapi kelenjar aksila dan otot pektoralis

tidak. Apabila kanker telah menyebar, aksila diradiasi atau dilakukan mastektomi

radikal.

e. Mastektomi sebagian ( reseksi segmen, reseksi potongan)

Tumor dan besar segmen disekitar jaringan payudara, dibawah fasia, dan

kulit diatasnya diangkat biasanya sekitar sepertiga payudara.

f. Lumpektomi, tilektomi atau eksisi lokal

Tumor berukuran 3cm sampai 5 cm jaringan pada kedua sisi diangkat,

mempertahankan jaringan dan kulit payudara lainnya.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
24

g. Masektomi subkutan

Jaringan payudara, termasuk kedua aksila, diangkat melalui insisi

dibawah payudara. Semua kulit payudara, termasuk puting dan areola serta

tonjolan jaringan kecil dibawah puting, dibiarkan ditempatnya. Implasi silikon

disisipkan, baik pada saat pembedahan awal atau beberapa bulan sesudahnya.

2. Radioterapi

Radiotrapi yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena

kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan

membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.

Tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah,

nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudaar menghitam, serta

Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau

mastektomi (Putra, 2015).

3. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker

dalam

bentuk pil, kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh

sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker

yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari

kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut

rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi

(Putra, 2015).

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
25

4. Terapi Hormonal

Terapi ini biasa disebut trapi anti-estrogen yang sistem kerjannya

memblok kemampuan estrogen dalam menstimulus perkembangan kanker

payudara (Putra, 2015).

5. Lintas Metabolisme

Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas

osteoklas dan resorbsi tulang yang sering digunakan untuk melawan

osteoporosis yang diinduksi oleh ovarian suppression, hiperkalsemia dan

kelainan metabolisme tulang, menunjukan evektivitas untuk menurunkan

metastasis sel kanker payudara menuju tulang. Penggunaan asam

bifosfonat dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti

osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal (Nurarif, 2015).

J. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum berupa keadaan kesadaran pasien, apakah pasien

dalam

keadaan sadar, apatis, somnolen, sopor atau koma. Pemeriksaan

tanda-tanda vital untuk mendapatkan data objektif dari keadaan pasien,

pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, suhu, respirasi, dan jumlah denyut

nadi.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
26

Pada pemeriksaan pertama di mulai dari kepala sampai leher

meliputi

pemeriksaan bentuk kepala, penyebaran rambut, warn arambut,

struktur wajah, warna kulit, kelengkapan dan kesimetrisan mata, kelopak

mata, kornea mata, konungtiva dan sklera, pupil dan iris, ketajaman

penglihatan, lapang pandang penglihatan, keadaan lubang hidung,

kesimetrisan septum nasal, ukuran telinga kanan dan kiri, ketajaman

pendengaran, keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan lidah, keadaan

platum dan orofaring, posisi trakea, apakah ada tiroid, kelenjar limfe,

apakah ada penonjolan vena jugularis, dan cek denyut nadi karotis.

Pada payudara meliputi inspeksi (biasanya terjadi perubahan

pigmentasi kulit seperti kemerahan,papila mamae tertarik kedalam,

hiperpigmentasi aerola mamae, ada atau tidak pengeluaran cairan pada

puting susu, ada atau tidak oedem, dan ansimetris payudara serta apakah

terlihat adanya ulkus pada bagian payudara). Jika terdapat ulkus pada

payudara lakukan pengkajian luka meliputi jenis luka, panjang luka, lebar

luka, kedalaman luka, warna luka. Palpasi hasil (biasanya teraba ada massa

pada payudara, ada atau tidak pembesaran kelenjar getah bening,

kemudian disertai dengan pengkajian nyeri tekan).

Pada pemeriksaan dada atau torak meliputi inspeksi (bentuk

payudara simetris atau tidak, apakah terlihat mempergunakan otot bantu

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
27

pernafasan dan lihat bagaimana pola nafas), plapasi (penilaian vokal

premitus), perkusi (melakukan perkusi di semua lapang paru), auskultasi

(penilaian suara nafas, suara uacapan suara).

Pada pemeriksaan kardiovaskuler meliputi inspeksi dan palpasi

melihat bagaimana bentuk dada, mengamati pulsasi dan ictus cordis, dan

palpasi menentukan batas-batas jantung untuk mengetahui ukuran

jangtung, auskultasi mendengarkan bunyi jantung, bunyi jantung

tambahan ada atau tidak. Cantumkan juga apakah pasien menggunakan

alat bantu pernapasan.

Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi (melihat bentuk

abdomen, ada atau tidak benjolan, ada atau tidak bayangan pembuluh

darah), auskultasi (bising usus dengan hasil yang normal 5-35x/menit),

palpasi (teraba ada atau tidak massa, ada atau tidak pembesaran limfe dan

line serta ada atau tidak nyeri tekan) dan perkusi (penilaian suara abdomen

suara normalnya berupa timpani dan jika abdomen terlihat membesar

lakukan pemeriksaan shifting dullnes).

Pemeriksaan genetalia dan perkemihan meliputi pemeriksaan

bagian-bagian genetalia apakah ada kelainan atau tidak, kebersihan

genetalia, kemempuan berkemih, intake dan output cairan serta

menghitung belance cairan.

Pemeriksaan muskuloskeletal meliputi pemeriksaan kekuatan

otot, kelainan pada tulang belakang, dan kelainan pada ekstremitas.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
28

Pemeriksaan integumen meliputi kebersihan kulit, warna kulit,

kelembaban, turgor kulit, apakah ada lesi dan apakah ada penyekit kulit

serta berapa hasil penilaian resiko dekubitus.

Sistem persyafan meliputi pemeriksaan glasgow coma scale and

score (GCS) cantum kan hasil pemeriksaan hasil eye, verbal, dan best

motor, pemeriksaan ingatan memory, cara berkomunikasi, kognitif,

orientasi (tempt,waktu,orang), saraf sensori (nyeri tusuk, suhu, san

senetuhan), pemeriksaan syaraf otak (NI-NXII), fungsi motorik dan

sensorik, serta pemeriksaan ferleks fisiologis.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
29

2. Analisa Data

Tabel 2.1 Analisa Data

Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah


Kep.
Gejala dan Tanda mayor Faktor predisposisi dan Nyeri
Subjektif resiko tinggi hiperplasi Akut
pada sel mammae
1. Mengeluh nyeri
Mendesak sel syaraf
Objektif

1. Tampak meringis
Interupsi sel syaraf
2. Bersikap protektif (mis.
Waspada, posisi
menghindari nyeri Nyeri Akut

3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur

Gejala dan Tanda minor

Subjektif : -

Objektif :

1. Tekanan darah meningkat


2. Pola nafas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis

Gejala dan Tanda Mayor Mensuplai nutrisi ke Defisit


Subjektif : - jaringan Ca Nutrisi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
30

Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah


Kep.
Objektif :
Hipermetabolisme ke
1. Berat badan menurun
jaringan
minimal 10% dibawah rentang
ideal
Suplai nutrisi jaringan lain
Gejala dan Tanda Minor
menurun
Subjektif :

1. Cepat kenyang setelah Berat badan menurun


makan
2. Kram/nyeri abdomen Defisit Nutrisi
3. Nafsu makan menurun

Objektif :

1. Bising usus hiperaktif


2. Otot penguyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membran mukosa
lemah
5. Sariawan
6. Serum albumin
menurun
7. Diare
8. Rambut rontok
berlebihan

Faktor Risiko Mendesak pembuluh darah Resiko


1. Penyakit kronis (mis, Infeksi
diabetes melitus) Aliran darah terhambat
2. Efek prosedur invasif

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
31

Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah


Kep.
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan Hipoksia
organisme patogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan
Nekrosis jaringan
pertahanan tubuh primer :
1) Gangguan peristaltik
2) Kerusakan integritas Bakteri patogen

kulit
3) Perubahan sekresi PH Resiko Infeksi
4) Penurunan kerja siliaris
5) Ketuban pecah lama
6) Ketuban pecah sebelum
waktunya
7) Merokok
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder :
1) Penurunan hemoglobin
2) Imununosupresi
3) Leukopenia
4) Supresi respon
inflamasi
5) Vaksinasi tidak adekuat
Gejala dan Tanda Mayor Faktor predisposisi dan Defisit
Subjektif : resiko tinggi hiperplasi Pengetah
uan
1. Menanyakan masalah pada sel mammae
yang dihadapi
Objektif : Mendesak jaringan sekitar
1. Menunjukkan perilaku

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
32

Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah


Kep.
tidak sesuai anjuran
2. Menunjukkan persepsi Menekan jaringan pada
yang keliru terhadap masalah mammae

Gejala dan Tanda Minor Peningkatan konsistensi


Subjektif :
- Ukuran mammae
Objektif : abnormal
1. Menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat Defisit Pengetahuan
2. Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. apatis,
bermusuhan, agitasi, histeria)
Gejala dan Tanda Mayor Faktor predisposisi dan Pola
Subjektif : resiko tinggi hiperplasi Nafas
1. Dispnea pada sel mammae Tidak
Objektif : Efektif
1. Penggunaan otot bantu Mendesak jaringan sekitar
2. Fase ekspirasi
memanjang Menekan jaringan pada
3. Pola nafas abnormal mammae
(mis : takipnea, bradipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- Peningkatan konsistensi
stokes) mammae
Gejala dan Tanda Manor
Subjektif : Mammae membengkak
1. Ortopnea
Objektif : Massa tumor mendesak ke
1. Pernafasan pursed-lip

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
33

Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah


Kep.
2. Pernafasan cuping jaringan
hidung
3. Diameter thoraks Infiltrasi pleura perietali
anterior-posterior meningkat
4. Ventilasi semenit Ekspansi paru menurun
menurun
5. Kapasitas vital Pola Nafas Tidak Efektif
menurun
6. Tekanan ekspirasi
menurun
7. Tekanan inspirasi
menurun
8. Ekskursi dada berubah

Gejala dan Tanda Mayor Faktor predisposisi dan Ganggua


Subjektif : - resiko tinggi hiperplasi n
Objektif : pada sel mammae Integritas
1. Kerusakan jaringan atau Kulit/
lapisan kulit Mendesak jaringan sekitar Jaringan
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : - Menekan jaringan pada
Objektif : mammae
1. Nyeri
2. Perdarahan Peningkatan konsistensi
3. Kemerahan mammae
4. Hematoma
Mammae membengkak

Massa tumor mendesak ke

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
34

Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah


Kep.
jaringan luar

Perfusi jaringan terganggu

Ulkus

Ganggaun Integritas
Kulit/Jaringan

Pre operasi

Data senjang (DS&DO) Etiologi Masalah

keperawatan

Gejala dan Tanda Mayor Faktor predisposisi dan Ansietas

Subjektif : resiko tinggi hiperplasia

1. Merasa bingung pada sel mammae

2. Merasa khawatir

dengan akibat dari kondisi Pembedahan

yang dihadapi

3. Sulit berkonsentrasi Pre operasi

Objektif :

1. Tampak gelisah Takut tidak berhasil

2. Tampak tegang

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
35

3. Sulit tidur Ansietas

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif :

1. Mengeluh pusing

2. Anoreksia

3. Palpitasi

4. Merasa tidak

berdaya

Objektif :

1. Frekuensi nafas

meningkat

2. Frekuensi nadi

meningkat

3. Tekanan darah

meningkat

4. Diaforesis

5. Tremor

6. Muka tampak pucat

7. Suara bergetar

8. Kontak mata buruk

9. Sering berkemih

10. Berorientasi pada

masa lalu

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
36

Post operasi

Data senjang Etiologi Masalah

(DS&DO) keperawatan

Gejala dan Tanda Faktor predisposisi dan Bersihan Jalan Nafas

Mayor resiko tinggi hiperplasia Tidak Efektif

Subjektif : - pada sel mamae

Objektif :

1. Batuk tidak Pembedahan

efektif

2. Tidak Post operasi

mampu batuk

3. Sputum Efek dari anastesi

berlebihan

4. Mengi, Peningkatan akumulasi

wheezing atau ronkhi sekret

kering

5. Mekonium Bersihan Jalan Nafas

dijalan nafas (pada Tidak Efektif

neonatus)

Gejala dan Tanda

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
37

Minor

Subjektif :

1. Dispnea

2. Sulit bicara

3. Ortopnea

Objektif :

1. Gelisah

2. Sianosis

3. Bunyi nafas

menurun

4. Frekuensi

nafas berubah

5. Pola nafas

berubah

Gejala dan Tanda Faktor predisposisi dan Gangguan Mobilitas


Mayor
resiko tinggi hiperplasia Fisik
Subjektif :
pada sel mammae
1. Mengeluh
sulit menggerakkan
ekstremitas
Pembedahan
Objektif :
1. Kekuatan
otot menurun Post operasi
2. Rentang
gerak (ROM) menurun
Efek dari anastesi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
38

Gejala dan Tanda


Minor
Gangguan mobilitas
Subjektif :
fisik
1. Nyeri saat
bergerak
2. Enggan
melakukan pergerakan
3. Merasa
cemas saat bergerak
Objektif :
1. Sendi kaku
2. Gerakan
tidak terkoordinasi
3. Gerakan
terbatas
4. Fisik lemah

3. Rumusan Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi) ditandai dengan kondisi pembedahan.

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan

makanan ditandai dengan kanker.

c. Risiko infeksi ditandai dengan kanker.

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang mampu mengingat

ditandai dengan penyakit kronis.

e. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding

dada ditandai dengan kanker (ca mammae)

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
39

f. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan faktor

mekanis (pelepasan payudara/masektomi) ditandai dengan ca mammae

Pre operasi

a. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri ditandai

dengan rencana operasi

Post operasi

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek agen

farmakologis (mis. anastesi) ditandai dengan infeksi saluran nafas

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan

otot ditandai dengan trauma.

4. Rencana Keperawatan

Tabel 2.2 Rencana Keperawatan

No Rencana Keperawatan
Dx.
Rencana Tindakan
Kep Tujuan (NOC) Rasional
(NIC)
.

1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi respons 1. Untuk


tindakan nyeri non verbal mengetahui
keperawatan selama respon pada saat
…x24 jam, nyeri
diharapkan nyeri 2. Berikan teknin non 2. Untuk
akut teratasi dengan farmakologi mengurangi rasa
nyeri
Kriteria Hasil :
3. Jelaskan penyebab, 3. Agar klien dapat
a. Skala nyeri periode, dan mengerti dan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
40

No Rencana Keperawatan
Dx.
Rencana Tindakan
Kep Tujuan (NOC) Rasional
(NIC)
.
normal pemicu nyeri paham dengan
b. Nyeri berkurang penyakitnya
c. Tidak tampak 4. Kolaborasi 4. Untuk
meringis pemberian mengurangi rasa
analgetik dengan nyeri pada saat
dokter atau team kambuh
medis
2 Setelah dilakukan 1. Monitor asupan 1. Mengatahui
tindakan makanan asupan makanan
keperawatan selama pasien
…x24 jam,
diharapkan defisit 2. Berikan makanan 2. Untuk mencegah
nutrisi kembali tinggi serat konstipasi
normal dengan 3. Anjurkan posisi 3. Agar tidak
duduk saat makan terjadi kesendak
Kriteria Hasil :
saat makan
a. Tidak ada nyeri
saat menelan 4. Kolaborasi dengan 4. Untuk
b. Tidak ada nyeri ahli gizi menentukan
saat menguyah jumlah kalori
c. Pola makan dan jenis nutrien
normal yang dibutuhkan
d. Tidak ada
penurunan BB
3 Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan 1. Mengetahui
tindakan gejala infeksi lokal adanya gejala
keperawatan selama dan sistemik infeksi lokal

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
41

No Rencana Keperawatan
Dx.
Rencana Tindakan
Kep Tujuan (NOC) Rasional
(NIC)
.
…x24 jam, yang
diharapkan resiko memperparah
infeksi teratasi
2. Berikan perawatan 2. Untuk
Kriteria Hasil
kulit pada area mengurangi
a. Infeksi edema/luka infeksi yang
berkurang memperberat

3. Anjurkan 3. Agar pasien


meningkatkan tidak mengalami
asupan nutrisi dehidrasi

4. Kolaborasi 4. Agar imun

pemberian pasien tetap kuat

imunisasi, jika
perlu
4 Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
tindakan kesiapan dan kemampuan
keperawatan selama kemampuan pasien dalam
…x24 jam, menerima informasi menerima
diharapkan defisit informasi yang
pengetahuan pasien diberikan
terpenuhi. 2. Sediakan materi 2. Agar
dan media mempermudah
Kriteria Hasil :
pendidikan pasien dalam
a. Tampak mengerti kesehatan memberikan
dengan informasi dan

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
42

No Rencana Keperawatan
Dx.
Rencana Tindakan
Kep Tujuan (NOC) Rasional
(NIC)
.
penjelasan yang selalu disimpan
sudah diberikan untuk dibaca
b. Tampak selalu
mengetahui 3. Agar selalu
tentang 3. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
penyakitnya hidup bersih dan sehat untuk
sehat mencegah
kuman atau
bakteri

5 Setelah dilakukan 1. Monitor pola nafas 1. Untuk


tindakan (frekuensi, mengetahui pola
keperawatan selama kedalaman, usaha nafas pasien
…x24 jam, nafas)
diharapkan pola 2. Posisikan semi 2. Untuk
nafas kembali fowler pada tempat memberikan
normal tidur kenyamanan saat
posisi tidur
Kriteria Hasil :
3. Ajarkan teknik 3. Untuk
a. Tidak ada batuk efektif menguluarkan
takipnea sekret atau lendir
b. Tidak ada 4. Kolaborasi 4. Agar pola nafas
dispnea pemberian kembali normal
c. RR kembali bronkodilator, dan merasakan
normal ekspektoran, lega
mukolitik, jika
perlu

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
43

No Rencana Keperawatan
Dx.
Rencana Tindakan
Kep Tujuan (NOC) Rasional
(NIC)
.
6 Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Untuk
tindakan karakteristik luka mengetahui
keperawatan selama (mis, drainase, warna dan
…x24 jam, warna, ukuran, bau) ukuran luka
diharapkan integritas 2. Berikan salep yang 2. Agar luka
kulit/jaringan sesuai ke kulit/lesi, segera kering
kembali normal jika perlu atau membaik
3. Anjurkan 3. Agar pasien
Kriteria Hasil :
mengkonsumsi tidak
a. Tidak ada makanan tinggi mengalami
lesi pada kalori dan protein dehidrasi atau
kulit penurunan BB
b. Tidak ada 4. Kolaborasi 4. Untuk
edema pemberian mengurangi rasa
c. Luka tampak antibiotik, jika nyeri pada lesi
kembali perlu
normal

Pre operasi

No Tujuan (NOC) Rencana Tindakan Rasional

Dx. (NIC)

Kep.

1. Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Mengetahui


tindakan
tanda ansietas respon verbal
keperawatan selama

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
44

…x24 jam, (verbal dan yang


diharapkan ansietas
non verbal) menyebabkan
kembali normal
2. Gunakan kecemasan
Kriteria Hasil :
pendekatan 2. Agar dapat

yang tenang mempercayai


a. Tidak tampak
dan dengan
gelisah
b. Tidak merasa menyakinkan mudah

khawatir 3. Anjurkan 3. Untuk


c. Tidak tampak
keluarga untuk menenangkan
kebingungan
d. Tidur cukup tetap bersama suasana,

pasien sehingga

4. Kolaborasi tidak tampak

pemberian cemas

obat 4. Untuk

antiansietas mengurangi

rasa cemas

yang

dirasakan

Post operasi

No Tujuan Rencana Tindakan Rasional

Dx. (NOC) (NIC)

Kep

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
45

1 Setelah dilakukan 1. Monitor bunyi 1. Mengetahui


tindakan
nafas suara nafas
keperawatan
tambahan
selama …x24 jam,
diharapkan jalan 2. Posisikan 2. Untuk
nafas kembali
semi-fowler memberikan
normal.
kenyamanan
Kriteria Hasil :
saat sesak
a. Tidak ada
nafas
sekret 3. Ajarkan batuk
b. Tidak ada 3. Untuk
efektif
dispnea mengeluarkan
c. Tidak ada
sekret yang
sianosis
d. RR normal berlebihan
4. Kolaborasi
e. Tidak ada 4. Untuk
suara nafas pemberian
mengurangi
tambahan bronkodilator,
nafas sesak
ekspektoran,
yang dirasakan
mukolotik, jika

perlu

2 Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengetahui


tindakan adanya nyeri atau adanya nyeri saat
keperawatan keluhan fisik lainnya aktivitas atau bergerak
selama …x24 jam, 2. Untuk
diharapkan 2. Fasilitasi memudahkan pasien
aktivitas pasien aktivitas mobilisasi dalam melakukan
kembali normal. dengan alat bantu aktivitas

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
46

Kriteria Hasil : 3. Agar pasien


3. Ajarkan dapat menerapkan
a. Aktivitas
mobilisasi sederhana cara mobilisasi
kembali normal
yang harus dilakukan sederhana secara
seperti biasanya
(mis, duduk ditempat mandiri
b. Dalam
tidur, duduk di sisi
aktivitas tidak
tempat tidur, pindah
dibantu dengan alat
dari tempat tidur ke
(kruk)
kursi)

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan dan membahas mengenai asuhan

keperawatan pada Ny. W (34 tahun) dengan gangguan sistem reproduksi:

Carsinoma mammae (CA MAMMAE) diruang Bougenvile Perempuan RSUD

Waled Kabupaten Cirebon Tahun 2020

A. Pengkajian Keperawatan (Nursing Assesment)

Seorang perempuan berusia 34 tahun dirawat diruang Bougenvile

Perempuan RSUD Waled Kabupaten Cirebon dengan diagnosa medis Ca

Mammae. Pasien mengatakan sebelumnya tidak mengeluh nyeri, tiba-tiba pada

saat di raba (palpasi) terdapat benjolan tapi belum membesar dan sedikit keras.

Keluarga pasien menyuruh pasien mengkonsumsi obat herbal untuk

menyembuhkan benjolan tersebut tetapi makin membesar. Pasien mengkonsumsi

obat herbal selama 4 tahun yang lalu. Pasien dibawa langsung ke dokter praktek

oleh kakaknya untuk diperiksa, lalu disarankan oleh dokter tersebut untuk

melakukan pemeriksaan biopsi ke RSUD Waled. Pasien dibawa oleh kakaknya ke

RSUD Waled untuk dilakukan pemeriksaan biopsi pada 2minggu yang lalu.

Selang 2 hari setelah dilakukan pemeriksaan biopsi pasien disarankan untuk

diperiksa dibagian poli bedah RSUD Waled, pada saat diperiksa oleh dokter dipoli

bedah, pasien disarankan untuk dilakukan pembedahan dan langsung disarankan

untuk dirawat diruang bedah tersebut. Menurut keluarga pasien, kondisi pasien

47
48

saat di poli bedah tidak mengeluh nyeri sama sekali dan tampak sehat,

keadaan umum pasien baik, tingkat kesadaran pasien compos mentis dengan GCS

15 (E: 4, M:6, V:5), tidak mengalami sesak nafas dan tidak mengeluh nyeri,

kemudian pada tanggal 06 Desember 2019 jam 14. 00 WIB pasien masuk Ruang

Bougenvile Perempuan.

Untuk mendapatkan perawatan dan tindakan selanjutnya yang lebih

intensive bagi penyakit yang berhubungan dengan ruang bedah. Pada saat awal

masuk keruang inap, pasien mengatakan nyeri setelah dilakukan tindakan operasi

(masektomi) pada tanggal 06 Desember 2019 jam 09.00. Pasien mengatakan nyeri

seperti ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 7 (0-10), nyeri dibagian payudara

sebelah kiri, nyeri tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain, mengeluh nyeri

pada saat malam hari dengan secara tiba-tiba.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 07 Desember 2019 jam

09.00 WIB, diperoleh data: pasien mengeluh nyeri setelah dilakukan tindakan

operasi (masektomi), nyeri dirasakan dibagian payudara sebelah kiri, nyeri seperti

ditusuk-tusuk, dengan skala nyeri 7 (0-10), nyeri sering muncul pada malam hari

tetapi tidak lama hanya beberapa menit. Upaya untuk meredakan nyeri, pasien

melakukannya dengan tirah baring dan tarik nafas dalam. Pasien mengatakan

pernah dirawat selama 2 hari untuk dilakukan pemeriksaan biopsi, pasien juga

mengatakan tidak memiliki riwayat alergi pada makanan dan obat-obatan. pasien

mengatakan makan selalu habis dengan 1 porsi dalam 3x sehari, ada pantangan

dari dokter yang memeriksakan yaitu tidak boleh makan yang asam dan pedas.

Pasien mengatakan dalam keluarganya ada yang memiliki penyakit yang sama

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
49

yaitu kakak pertamanya tetapi sudah meninggal. Pasien memiliki 1 orang anak

perempuan yang berumur 8 tahun. Pasien mengatakan semenjak anaknya beranjak

besar umur 5 tahun suaminya meninggalkan beliau dan anaknya, pergi dan

menghilang tanpa pamit. Pasien mengatakan bahwa setelah dilakukan

pembedahan tindakan operasi pada payudara sebelah kiri, disarankan untuk

melakukan pemeriksaan biopsi pada payudara sebelah kanan karena terdapat

benjolan tetapi belum membesar. Pasien mengatakan pernah didiagnosa ca

mammae pada saat sebelum dilakukan tindakan pembedahan 2 bulan yang lalu,

tetapi pada saat dilakukan pemeriksaan dipoli bedah untuk melakukan

pemeriksaan biopsi dokter mengatakan bahwa payudara sebelah kanannya juga

sudah dikatakan tumor tetapi belum menyebar luas, hanya terdapat benjolan kecil

saja. Pasien mengatakan pernah mengkonsumsi ramuan herbal selama 2 tahun

tetapi tidak kunjung sembuh, dan pasien menerima dengan sabar dan selalu

berdoa, kuat karena selalu didukung oleh keluarga untuk kesembuhannya. Pasien

mengatakan selama dirumah sebelum dilakukan tindakan operasi pernah BAB 1-

2x/hari, tetapi setelah dilakukan tindakan operasi belum pernah BAB sama sekali

karena flatus (kentut) saja baru 1 kali dengan batas waktu sesudah operasi 6 jam.

Pasien mengatakan sering BAK, dipasang selang kateter dengan output 400 cc

urine berwarna kuning kemerahan dan bau amoniak. Pasien mengatakan selama

dirumah sakit selalu dibantu oleh adiknya dalam melakukan aktivitas seperti

mengganti pakaian karena badannya merasa lemas.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
50

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data: keadaan umum pasien lemah,

BB saat ini 60 kg, sedangkan BB sebelum sakit 70 kg, tingkat kesadaran pasien

compos mentis dengan GCS 14 (E: 4, M:5, V:5), dengan vital sign: TD 130/90

mmHg, HR 85 x/menit, suhu 36,00C, RR 20 x/menit, SPO2 96%. Tidak Terdapat

lesi, tidak ada ketombe, tidak ada edema dan rsmbut tampak bersih dibagian

kepala pada saat diinspeksi, tidak ada nyeri tekan pada saat dipalpasi dibagian

kepala, dada tampak simetris, tidak ada lesi dan edema pada bagian dada, tidak

ada kardiomegali, tidak terdapat edema pada ektremitas atas dan bawah, CRT <2

detik, akral teraba hangat, hasil auskultasi terdapat bunyi jantung regular (BJ 1 &

BJ 2), irama jantung regular, pasien hanya menggunakan pempers (Intake: ±400

cc dan output ±400 cc), fungsi penciuman baik, fungsi pendengaran baik, tidak

ada nyeri saat menelan, tidak ada nyeri saat mengunyah, tidak ada nyeri saat

ditekan pada bagian hidung, tidak ada polip dan secret pada hidung saat dilakukan

pemeriksaan inspeksi, mukosa bibir tampak kering, sclera mata anikterik,

konjungtiva ananemis, tampak ada payudara hanya 1 disebelah kanan dan tampak

ada benjolan pada saat dipalpasi, adanya luka jahitan dan selang dibagian

payudara kiri, tidak ada varises, tidak ada hiperpigmentasi pada bagian abdomen,

abdomen tampak simetris dan tidak ada edema. Kulit pasien berwarna sawo

matang, tidak ada lesi, tidak ada edema, kulit tampak lembab, turgor kulit

menurun dan tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi. Pada ekstremitas tidak ada

fraktur dibagian ekstremitas atas dan bawah, tidak ada lesi, tidak ada edema,

kekuatan otot 4444 pada ekstremitas atas, pada ekstremitas bawah kekuatan otot

4455, tidak ada edema dan tidak ada lesi.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
51

Hasil pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada tanggal 07 Desember

2019 didapatkan nilai Hb 9,1 g/dL dari nilai normal 12-18 g/dL (rendah),

hematocrit 25% dari nilai normal 40-50%, trombosit 194 103/uL dari nilai normal

150-400 103/uL (sedang), leukosit 14,2 MM^3 dari nilai normal 4-10MM^3

(tinggi), MCV 83,4 MikroM3 dari nilai normal 82-98 Mikro M3 (sedang), MCH

29,0 pg dari nilai normal >= 27pg, MCHC 34,7g/dl dari nilai normal 32-36 g/dl

(sedang), eritrosit 3,14 MM^3 dari nilai normal 3,8-5,4MM^3 (sedang), RDW CV

15,9% dari nilai normal 11,6 – 14,6% (tinggi), RDW SD 45fL dari nilai normal

29-46fL (sedang), basofil 0% dari nilai normal 0-1% (rendah), eosinofil 1% dari

nilai normal 2-4% (rendah), neutrofil batang 0% dari nilai normal 3-5% (rendah),

neutrofil segmen 75% dari nilai normal 50-80% (sedang), limfosit 18% dari nilai

normal 25-40% (rendah), monosit 5% dari nilai normal 2-8%.

Pemeriksaan penunjang lainnya seperti radiologi jenis pemeriksaan yaitu

USG abdomen yang dilakukan pada tanggal 5 Desember 2019 dengan Interpretasi

Hasil : Hepatomegali ringan dengan mild katty liver VF, hcn, pankreas, Ren, vv

dalam batas normal tidak tampak metastasis pada organ-organ tersebut.

Program terapi obat yang berikan untuk pasien diantaranya pasien

mendapat terapi obat Cefadoxril 2x1 gr diberikan melalui oral, asam mefenamat

3x1 mg melalui oral, infus RL (20 tpm) per 8 jam, Ceftriaxon 1x2gr melalui iv

diberikan pada sore hari, keterolac 3x1mg melalui iv diberikan pada sore hari.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
52

B. Analisa Data (Date Analyse)

Analisa data merupakan proses pengumpulan dan pengelompokkan data

berdasarkan masalah, dalam kasus Ny. W (34 tahun) analisa data yang ditemukan

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Analisa data tinjauan kasus

Tlg/
Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah Kep.
jam
03- DS : Faktor Nyeri Akut
predisposisi dan
12- - Ps mengatakan nyeri
resiko tinggi
2019 dibagian payudara
hiperplasi pada
Jam sebelah kiri sel mammae

09.0 - Nyeri seperti ditusuk-


Mendesak sel
0 tusuk
saraf
WIB DO :
Interupsi sel saraf
- Pasien tampak

meringis
ketidaknyamanan
- Skala nyeri 7 (0-10)
klien tampak
meringis

Nyeri Akut

03- DS : pasien mengatakan ada Resiko tinggi Gangguan


hiperplasi pada
12- luka jahitan dibagian Integritas Kulit
sel mammae

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
53

Tlg/
Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah Kep.
jam
2019 payudara sebelah kiri
Mendesak
Jam DO :
jaringan sekitar
10.0 - Pasien tampak

0 meringis Menekan jaringan


pada mammae
WIB - Tampak ada

kemerahan pada luka


Peningkatan
jahitan konsistensi
mammae
- Tampak ada luka

jahitan
Mammae
- Tampak terpasang membengkak

selang draine pada


Massa tumor
payudara (output
mendesak ke
50mL) jaringan keluar

Perfusi jaringan
terganggu

Ulkus

Gangguan
integritas kulit

03- DS : Pasien mengatakan ada Resiko tinggi Resiko infeksi


hiperplasi pada
12- luka jahitan pada payudara
sel mammae

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
54

Tlg/
Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah Kep.
jam
2019 sebelah kiri
Mendesak
Jam DO :
pembuluh darah
11.0 1. Kulit tampak kemerahan

0 2. Tampak ada jahitan Aliran darah


terhambat
WIB 3. Tampak terpasang drain

dipayudara sebelah kiri


Hipoksia
4. Luka tampak kering
Necrosis jaringan
5. Leukosit: 14,2 MM^3

6. Ttv : 130/90 mmHg


Bakteri patogen
N : 85x/menit
Resiko infeksi
RR : 20x/menit

S : 36,0°c

03- DS : - Resiko tinggi Perfusi Perifer


hiperplasi pada Tidak Efektif
12- DO :
sel mammae
2019 1. Turgor kulit menurun

Jam 2. Tampak ada edema pada Mendesak


jaringan sekitar
11.4 payudara sebelah kanan

5 3. Konjungtiva ananemis
Menekan jaringan
WIB 4. Warna kulit pucat pada mammae

5. Akral teraba hangat


Peningkatan
6. Hb 9,1
konsistensi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
55

Tlg/
Data Senjang (DS & DO) Etiologi Masalah Kep.
jam
7. TD : 130/90 mmHg mammae

N : 85x/menit
Mammae
RR : 20x/menit
membengkak
S : 36,0°c
Massa tumor
mendesak ke
jaringan/luar

Perfusi Perifer
Tidak Efektif

C. Rumusan Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

(Priority Diagnosas Concept)

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Prosedur

operasi : Pembedahan Masektomi) dengan skala nyeri 7 (0-10) dan tampak

meringis ditandai dengan infeksi (ca mammae)

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis

(pembedahan : tindakan masektomi) ditandai dengan Ca mammae, tampak ada

selang drain pada payudara sebelah kiri, luka tampak kering dan tampak

kemerahan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan invasif (operasi

pembedahan : tindakan masektomi) pada payudara sebelah kiri

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
56

4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan

konsentrasi hemoglobin ditandai dengan ca mammae, akral hangat, CRT <2

detiik, Hb 9,1 g/dL dari nilai normal 12-18 g/dL (rendah), SPO2 96%.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
57

D. Rencana Keperawatan (Nursing Intervention)

Perencanaan keperawatan adalah suatu proses petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan diagnosis keperawatan. Adapun rencana keperawatan yang akan

dilaksanakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Rencana Keperawatan Tinjauan Kasus

Tanggal Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional TTD dan


/ jam Nama
Mahasiswa
03-12- 1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui (Paraf)
2019 berhubungan tindakan keperawatan skala nyeri yang Yanti
Jam dengan Agen selama 2x24 jam, dirasakan klien laelasari
09.00 pencedera fisik diharapkan nyeri bisa 2. Kontrol lingkungan 2. Untuk mengetahui
WIB (Prosedur operasi berkurang yang memperberat rasa kondisi lingkungan
: Pembedahan nyeri (suhu ruangan yang
Masektomi) Kriteria Hasil : yang panas) menyebabkan rasa
dengan skala a. Tidak ada nyeri 3. Ajarkan teknin non nyeri
nyeri 7 (0-10) b. Skala 0 (0-10) farmakologis (tarik 3. Untuk mengurangi
dan tampak c. Tidur cukup nafas dalam) rasa nyeri
meringis ditandai 4. Untuk mengurangi
dengan infeksi 4. Kolaborasi dengan rasa nyeri yang
(ca mammae) dokter dalam dirasakan klien

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
58

Tanggal Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional TTD dan


/ jam Nama
Mahasiswa
pemberian analgetik
(Ceftriaxon 1x2gr,
keterolac 3x1mg dan
asam mefenamat 3x1
mg)

03-12- 2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor karakteristik 1. Untuk mengetahui (Paraf)


2019 tindakan keperawatan luka (mis, drainase, warna, ukuran dan Yanti
integritas kulit
Jam selama 2x24 jam, warna, ukuran, dan jenis luka Laelasari
berhubungan
09.55 diharapkan integritas luka) 2. Untuk mencegah
WIB dengan faktor kulit kembali normal 2. Bersihkan dengan terjadinya infeksi
cairan NaCl atau yang berlebihan
mekanis Kriteria Hasil :
pembersih nontoksik, 3. Agar bisa
(pembedahan : a. Tidak ada luka/lesi jika perlu melakukan
tindakan b. Mampu melindungi 3. Ajarkan prosedur perawatan secara
kulit dan perawatan luka secara mandiri dirumah
masektomi)
mempertahankan mandiri 4. Untuk mengurangi
ditandai dengan kelembaban kult 4. Kolaborasi pemberian infeksi yang

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
59

Tanggal Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional TTD dan


/ jam Nama
Mahasiswa
Ca mammae, obat antibiotik dengan disebabkan oleh
dokter (Cefadroxil 2x1 bakteri
tampak ada
gr)
selang drain pada

payudara sebelah

kiri, luka tampak

kering dan

tampak

kemerahan.

03-12- 3. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dan 1. Mengatahui gejala (Paraf)
2019 tindakan keperawatan gejala infeksi lokal dan yang terjadi pada Yanti
berhubungan
Jam selama 2x24 jam, sistemik infeksi Laelasari
dengan Tindakan
10.00 diharapkan resiko 2. Berikan perawatan luka 2. Untuk mengurangi
WIB invasif (operasi infeksi dapat teratasi pada area jahitan terjadi resiko

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
60

Tanggal Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional TTD dan


/ jam Nama
Mahasiswa
pembedahan : Kriteria Hasil : infeksi yang
berlebihan
tindakan a. Tidak ada tanda-
3. Ajarkan cuci tangan 3. Agar terhindar dari
masektomi) pada tanda infeksi
dengan benar bakteri yang
b. Jumlah leukosit
payudara sebelah 4. Kolaborasi dengan menempel dibagian
dalam batas normal
dokter dalam kulit
kiri, tampak
pemberian obat 4. Untuk mengurangi
kemerahan,
antibiotik (Cefadoxril infeksi yang
tampak terpasang 2x1 gr) disebabkan oleh
bakteri secara
selang drain.
berlebihan
03-12- 4. Perfusi perifer Setelah dilakukan 1. kemerahan, nyeri, dan 1. Untuk mengetahui (Paraf)
2019 tindakan keperawatan bengkak pada luka pada luka apakah Yanti
tidak efektif
Jam selama 2x24 jam, 2. Lakukan pencegahan ada kemerahan atau Laelasari
berhubungan
11.00 diharapkan perfusi infeksi tidak
dengan 3. Anjurkan melakukan 2. Untuk mengurangi

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
61

Tanggal Dx Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional TTD dan


/ jam Nama
Mahasiswa
WIB penurunan perifer kembali normal perawatan luka yang terjadinya infeksi
tepat 3. Agar luka terhindar
konsentrasi Kriteria Hasil :
4. Kolaborasi dengan dari infeksi yang
hemoglobin a. Tekanan sistol dan dokter dalam memperparah
ditandai dengan diastole dalam pemberian obat 4. Untuk mengurangi
batas normal antibiotik maupun terjadinya inkefsi
ca mammae,
b. Tidak ada analgetik (Cefadoxril yang disebabkan
akral hangat, ortostatik 2x1 gr, Ceftriaxon oleh bakteri dan
CRT <2 detiik, hipertensi 1x2gr, keterolac mengurangi rasa
3x1mg dan asam nyeri pada luka
Hb 9,1 g/dL dari
mefenamat 3x1 mg)
nilai normal 12-

18 g/dL (rendah),

SPO2 96%.

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan (Nursing Implementation & Evaluation)

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
62

Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Sedangkan evaluasi

ialah perbandingan sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Adapun implementasi dan evaluasi disajikan pada tabel

3.5.

Tabel 3.3 Implementasi dan Evaluasi Tinjauan Kasus

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

1. Nyeri akut 03-12- 1. Mengidentifikasi skala nyeri Jam : 14.30 WIB (Paraf)
berhubungan 2019 Respon : S : Pasien mengatakan nyeri dibagian Yanti
dengan Agen 14.30 payudara sebelah kiri, nyeri seperti Laelasa
S : Ps mengatakan nyeri dibagian
pencedera fisik WIB ditusuk-tusuk ri
payudara
(Prosedur
O : - Ps tampak meringis O : - Ps tampak meringis
operasi :
- Skala nyeri 7 (0-10)
Pembedahan

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
63

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

Masektomi) 2. Mengontrol lingkungan yang - Skala nyeri 7 (0-10)


dengan skala memperberat rasa nyeri (suhu
A : Nyeri Akut belum teratasi
nyeri 7 (0-10) ruangan yang panas)
dan tampak Respon : P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 4

meringis 2. Mengajarkan teknik non


S : Ps mengatakan gerah karena suhu
ditandai dengan farmakologis (tarik nafas dalam)
ruangan yang terlalu sempit jarak
infeksi (ca 4. Mengkolaborasi pemberian obat
dengan pasien sebelahnya
mammae) analgetik dengan dokter
O : Ps tampak kepanasan dan tampak
berkeringat

3. Mengajarkan teknik non


farmakologis (tarik nafas dalam)
Respon :
S : Ps mengatakan nyeri sedikit
berkurang setelah diberikan teknik non

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
64

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

farmakologis (tarik nafas dalam)


O : Ps tampak tidak meringin dan
tampak tenang
4. Mengkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik
Respon :

S : Ps mengatakan sudah sedikit


berkurang pada nyeri yang dirasakan

O : Tampak diberikan obat analgetik

- Ceftriaxon 1x2gr
- Keterolac 3x1mg
- Asam mefenamat 3x1 mg

2. Gangguan 03-12- 1. Monitor karakteristik luka (mis, Jam : 15.00 WIB (Paraf)

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
65

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

integritas kulit 2019 drainase, warna,ukuran, dan luka) S : Pasien mengatakan ada luka jahitan Yanti
berhubungan 15.00 Respon: dibagian payudara sebelah kiri Laelasa
dengan faktor WIB ri
S:- O : - Tampak ada kemerahan
mekanis
O:
(pembedahan : - Tampak terpasang selang drain
- Luka tampak kemerahan
tindakan - Tampak ada jahitan
- Terpasang selang drain pada
masektomi) TD : 130/90 mmHg
payudara kiri
ditandai dengan HR : 85x/menit
- Luka tampak sedikit kering Suhu : 36,00C
Ca mammae,
- Luka tampak dibalut oleh perban RR : 20x/menit
tampak ada SPO2 : 96%
elastis A : Gangguan integritas kulit belum
selang drain
2. Membersihkan luka dengan NaCl teratasi
pada payudara
atau pembersih nontoksik, jika perlu
sebelah kiri, P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 3
S : Ps mengatakan sering dilakukan
luka tampak 2. Mengubah posisi tiap jam
perawatan atau pembersihan pada luka
kering dan

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
66

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

tampak O : Ps tenang dan rileks saat dilakukan 1. Monitor respirasi dan status O2
kemerahan. tindakan perawatan luka 2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Mengajarkan prosedur perawatan
3. Menganjurkan klien
luka secara mandiri
menggunakan pelembab
Respon:

S : keluarga ps mengatakan mengerti


dan paham dengan yang diajarkan oleh
perawat
O : keluarga tampak bisa melalukan
perawatan luka secara mandiri
walaupun kadang suka didampingi oleh
perawat
4. Mengkolaborasi pemberian obat
antibiotik dengan dokter

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
67

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

S : Ps mengatakan setelah diberikan


obat antibiotik sedikit mengurangi rasa
nyeri dan luka sedikit mengering
O:
- Luka tampak sedikit mengering
- Diberikan obat antibiotik
(Cefadoxril 2x1 gr)
3. Resiko 03-12- 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi Jam : 15.25 WIB (Paraf)
2019 lokal dan sistemik S : Pasien mengatakan ada luka jahitan Yanti
infeksi
15.25 Respon : dipayudara sebelah kiri Laelasa
berhubunga
WIB - Tampak ada luka jahitan ri
O:
n dengan - Tampak terpasang selang drain
2. Memberikan perawatan luka pada 1. Kulit tampak kemerahan
Tindakan
area jahitan 2. Tampak ada jahitan
invasif 3. Tampak terpasang selang drain

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
68

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

(operasi Respon : 4. Luka tampak kering


- Dilakukan ganti balutan 2x/hari 5. TD : 130/90 mmHg
pembedaha
- Luka jahitan tampak kering 6. N : 85x/menit
n : tindakan
3. Mengajarkan cuci tangan dengan 7. RR : 20x/menit
masektomi) benar 8. Suhu : 36,00C
Respon : A : Resiko infeksi belum teratasi
pada

payudara S:- P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 3

sebelah O : Ps tampak mengikuti cara cuci 2. Memberikan perawatan kulit


tangan dengan benar pada area jahitan
kiri,
3. Mengajarkan klien dan keluarga
4. Mengkolaborasi dengan dokter
tampak mencuci tangan dengan benar
dalam pemberian obat antibiotik
kemerahan,
S:-
tampak
O : Diberikan obat antibotik (Cefadoxril

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
69

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

terpasang 2x1 gr)

selang

drain.

4. Perfusi perifer 03-12- 1. Memonitori kemerahan, nyeri, dan Jam : 16.00 WIB (Paraf)
tidak efektif 2019 bengkak pada luka S : Pasien mengatakan lemas Yanti
berhubungan 15.55 Respon : Laelasa
O:
dengan WIB - Luka tampak kemerahan ri
penurunan - Luka tampak kering 1. Turgor kulit tidak elastis

konsentrasi - Terpasang selang drain dan 2. Tampak ada benjolan pada

hemoglobin tampak dijahit payudara sebelah kanan pada

ditandai 2. Melakukan pencegahan infeksi saat dipalpasi

dengan ca Respon : 3. Terpasang selang drain

mammae, - Tampak mencuci tangan 4. Hb 9,1

akral hangat, sebelum dan sesudah makan 5. TD : 130/90 mmHg

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
70

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

CRT <2 detiik, - Tampak mengganti pakaian 6. N : 85x/menit


Hb 9,1 g/dL yang nyaman 3xsehari 7. RR : 20x/menit
dari nilai 3. Menganjurkan melakukan 8. S : 36,00C
normal 12-18 perawatan luka yang tepat A : Perfusi perifer tidak efektif belum
g/dL (rendah), Respon : teratasi
SPO2 96%. - Tampak melakukan ganti
P : Lanjutkan intervensi no 1 dan 3
balutan 2-3x/hari oleh perawat
- Tampak diberikan obat 1. Monitor kemerahan, nyeri, dan

cefadroxil 2x1 gr dan diberikan bengkak pada luka

obat salep 3. Menganjurkan melakukan

4. Mengkolaborasi dengan dokter perawatan kulit yang tepat

dalam pemberian obat antibiotik dan


obat analgetik
S:
O : diberikan obat cefadoxril 2x1 gr,

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
71

Diagnosa Tanggal/ Tindakan Evaluasi Tanda


Keperawatan Jam Tanga
n

ceftriaxon 1x2gr, keterolac 3x1 mg, dan


asam mefenamat 3x1 mg

F. Catatan Perkembangan

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
72

Catatan perkembangan merupakan catatan lanjutan terhadap tindakan keperawatan yang belum terlaksana atau modifikasi

tindak lanjut dari tindakan sebelumnya. Catatan perkembangan yang penulis lakukan selama satu hari yaitu pada tanggal 21 Februari

2019. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Catatan Perkembangan Tinjauan Kasus

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

03-12- 1 S : Pasien mengatakan nyeri dibagian payudara sebelah kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk (Paraf)
2019 Yanti
O:
Jam 09.00 Laelasari
WIB - Pasien tampak meringis
- Skala nyeri 7 (0-10)
A : Nyeri akut belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi no 1, 3, dan 4

1. Mengidentifikasi skala nyeri


2. Mengajarkan teknik non farmakologis

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
73

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

3. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik


I:

1. Mengidentifikasi skala nyeri


Respon :
S : Ps mengatakan nyeri sudah berkurang
O : Ps tampak tidak meringis
3. Mengajarkan teknik non farmakologis (tarik nafas dalam)
Respon :
S : Ps mengatakan sudah diberikan teknik nafas dalam nyeri sedikit berkurang
O : Ps tampak tenang
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik: Ceftriaxon 1x2 gr,
keterolac 3x1 mg
E:
12.00 WIB
S : Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
74

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

O:

- Ps tampak tidak meringis


- Skala nyeri 3 (0-10)

A : Nyeri akut teratasi

P : lanjutkan intervensi, Pemberian obat

R : lanjutkan intervensi, Pemberian obat

03-12- 2 S : Pasien mengatakan ada luka jahitan (Paraf)


2019 Yanti
O:
Jam 10.20 Laelasari
WIB - Tampak terdapat jahitan dibagian payudara sebelah kiri
- Luka tampak kemerahan dan kering
- Terpasang selang drain
- Ps tampak meringis pada saat dilakukan perawatan luka

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
75

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

A : Gangguan integritas kulit belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi no 2, 3, dan 4

2. Membersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, jika perlu


3. Mengajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
4. Kolaborasi pemberian obat antibiotik dengan dokter
I:
2. Membersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
Respon :
S : Ps mengatakan dilakukan pembersihan luka 2-3x/hari
O : Ps tampak rileks saat dilakukan pembersihan luka
3. Mengkolaborasi pemberian obat antibiotik dengan dokter
Respon :
S:-
O : diberikan obat cefadoxril 2x1gr
E:

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
76

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

S : Pasien mengatakan luka dijahit dipayudara sebelah kiri

O:

- TD = 120/80 mmHg
- Nadi = 90x/meni
11.30 WIB
- RR = 20x/menit
- SpO2 = 96 %
- Suhu = 36,50C
- Tampak luka yang dijahit terpasang selang drain di payudara sebelah kiri
A : Gangguan integritas kulit teratasi

P : lanjutkan intervensi, dengan melakukan perawatan luka

R : Lanjutkan intervensi

- Melakukan perawatan luka 2-3x/hari

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
77

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

03-12- 3 S : Ps mengatakan ada luka drain dipayudara sebelah kiri (Paraf)


2019 Yanti
O:
Jam 08.00 Laelasari
WIB - Kulit tampak kemerahan
- Tampak dijahit
- Tampak terpasang drain di payudara sebelah kiri
A : Resiko infeksi belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi no 2 dan 4

2. Memberikan perawatan kulit pada area luka


4. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik
I:
2. Memberikan perawatan kulit pada area luka
Respon :
S:-
O : Tampak dilakukan perawatan ganti balutan dan pemberian salep pada luka 2x/hari

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
78

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

4. Mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antibiotik


Respon :
S:-
13.30 WIB O : diberikan obat cefadoxril 2x1 gr
E:

S : Ps mengatakan luka sudah mengering

O:

- Luka tampak kering dan ditutupi oleh perban


- Luka tampak kemerahan berkurang
- TD = 130/90 mmHg
- Nadi = 85x/meni
- RR = 20x/menit
- SpO2 = 96 %
- Suhu = 36,50C

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
79

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

A : Reriko infeksi teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi, melakukan perawatan ganti balutan 2x/hari

R : Lanjutkan intervensi,

- Melakukan perawatan ganti balutan 2x/hari

03-12- 4 S : Pasien mengatakan lemas (Paraf)


2019 Yanti
O:
Jam 14.00 Laelasari
WIB - Turgor kulit tampak tidak elastis/tidak baik
- Tampak ada benjolan pada payudara sebelah kanan
- Tampak luka dijahit dan ditutup perban
- Terpasang selang drain dipayudara sebelah kiri
A : Perfusi jaringan perifer tidak efektif belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi no 1 dan 3

1. Monitor kemerahan, nyeri, dan bengkak pada luka

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
80

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

3. Menganjurkan melakukan perawatan luka yang tepat


I:
1. Memonitor kemerahan, nyeri, dan bengkak pada luka
Respon :
S:-
O:
- Tampak luka berwarna merah
- Tampak luka dijahit dan ditutupi oleh perban
- Tampak terpasang selang drain
3. Menganjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat
Respon :
S:-
O : melakukan perawatan luka dan kulit 2x/hari
E:

S : pasien mengatakan sudah tidak lemas

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
81

Tanggal/ No. Dx Catatan perkembangan Tanda


jam tangan

O:
14.50 WIB
- Tampak ada jahitan dan luka tampak kering
A : Perfusi jaringan perifer tidak efektif teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi, Perawatan Luka Ganti balutan

R:-

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
82

Catatan Perkembangan ( Hari ke 2)

Tabel 3.5 Catatan Perkembangan Tinjauan Kasus 2

Tanggal No Catatan Perkembangan Tanda


Dx Tangan

04-12-2019 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak ada nyeri (Paraf)

Jam 09.00 O : Ps tampak tidak meringis Yanti


WIB Laelasari
A : Nyeri akut teratasi

P : intervensi dihentikan

I:-

E:

10.45 WIB S : pasien mengatakan sudah tidak ada nyeri lagi

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
83

O : Ps tampak tenang

A : Nyeri akut teratasi

P : Pertahankan intervensi

R : Pasien pulang

04-12-2019 2 S:- (Paraf)

Jam 10.55 O: Yanti


WIB Laelasari
- Tampak luka jahitan sudah sedikit kering
- Luka tidak tampak merah lagi
- Pasien tampak tidak meringis

A : Gangguan integritas kulit teratasi

P : intervensi dihentikan

I:-

E:

S:-

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
84

11.20 WIB O : Luka jahitan tampak kering sedikit lembab karena ditutupi oleh perban

A : Gangguan integritas kulit teratasi

P : Pertahankan intervensi

R : Pasien pulang

04-12-2019 3 S:- (Paraf)

Jam 12.30 O: Yanti


WIB Laelasari
- Luka tampak sudah tidak merah lagi
- Tampak ditutupi oleh perban

A : Resiko infeksi teratasi

P : intervensi dihentikan

I:-

E:

12.55 WIB S:-

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
85

O:

- Luka tampak kering dan ditutupi oleh perban


- Tampak terpasang selang drain

A : Resiko infeksi teratasi

P : Pertahankan intervensi

R : Pasien pulang

04-12-2019 4 S:- (Paraf)

Jam 13.00 O: Yanti


WIB Laelasari
- Tampak ada benjolan dibagian payudara sebelah kanan
- Tampak terpasang selang drain
- Tampak ada jahitan

A : Perfusi jaringan perifer tidak efektif teratasi

P : intervensi dihentikan

I:-

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
86

E:

14.00 WIB S:

O:

- Tampak ada benjolan dibagian payudara sebelah kanan


- Terpasang selang drain

A : Perfusi jaringan perifer tidak efektif teratasi

P : Pertahankan intervensi

R : Pasien pulang

STIKesIndramayu-ProgramStudiProfesiNersXIII-Tahun2019/2020
BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis akan membahas persamaan dan kesenjangan yang ada pada

“Asuhan Keperawatan Pada Ny. W (34 tahun) dengan Gangguan Sistem

Reproduksi: Carsinoma Mammae (Ca Mammae) di Ruang Bougenvile

Perempuan RSUD Waled Kabupaten Cirebon. Berdasarkan pengkajian yang

penulis lakukan pada Ny. W selama 2 hari mulai tanggal 7-8 Desember 2019,

penulis mengangkat 4 diagnosa keperawatan berdasarkan data-data pendukung

yang ditemukan penulis. Dalam pembahasan ini penulis membaginya dalam 5

(lima) langkah proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi atau perencanaan, implementasi dan evaluasi tindakan keperawatan.

A. Analisis Pengkajian

Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak

menyerang wanita, penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel

tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan-pertumbuhan sel tidak dapat

dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor

ini tidak diangkat, di khawatirkan akan masuk dan menyebar dalam jaringan yang

sehat. Ada kemungkinan sel-sel tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh

tubuh. Kanker payudara umumnya menyerang kelompok wanita umur 40-70

tahun tetapi resiko terus meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan

pertumuhan usia. (Wijaya, dkk, 2013). Ca mammae adalah sekelompok sel yang

tidak normal pada sebuah payudara akan dan terus menerus tumbuh akan berupa

87
88

ganda. Metastase bisa juga terjadi pada sebuah kelenjar getah bening atau

(limfe) di ketiak ataupun bisa juga diatas tulang belikat. Dan selain itu kanker juga

akan bisa bersarang didalam tulang, di paru-paru, dihati dan kulit (Erik T, 2012).

Resiko pada usia penderita ca mammae juga berubah. Jika dulu penderita

rata-rata berusia diatas 50 tahun, kini usia penderita berada pada rentang 35-50

tahun. Artinya, banyak penderita kanker payudara yang masih dalam usia

produktif. Salah satu faktor penyebab pergeseran itu adalah gaya hidup yang tidak

sehar, seperti pola makan salah dan tidak olahraga. Selain itu, kegemukan atau

obesitas juga mengambil peran penting dalam tingginya kasus kanker payudara.

(Suryani, 2013).

Hasil pengkajian pada Ny. W didapatkan bahwa pasien mengeluh nyeri

setelah dilakukan tindakan operasi. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri

sering muncul pada malam hari secara tiba-tiba, pasien tampak lemah, pasien

tampak meringis karena kesakitan, terdapat payudara hanya ada satu pada bagian

kanan merupakan tanda khas dari penyakit ca mammae. Pasien juga memiliki

faktor yang menjadi pemicu timbulnya penyakit ca mammae seperti penyakit

keturunan karena kakak pertamanya juga memiliki riwayat penyakit yang sama

tetapi sudah meninggal. Hal ini jelas bahwa seseorang yang memiliki faktor

pemnicu/penyebab akan beresiko mengalami ca mammae. Tanda dan gejala yang

muncul pada pasien Ca mammae antara lain merasa nyeri didaerah payudara,

teraba ada benjolan pada payudara, adanya perubahan pada kulit seperti penebalan

pada kulit, puting susu mengkerut seperti jeruk, dan adanya metastase (menyebar)

ke payudara sebelah atau ke organ tubuh yang lainnya. Metastase (menyebar)

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
89

merupakan merupakan gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita Ca

Mammae. Ca mammae mengakibatkan terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara

tidak teratur sehingga pertumbuhan-pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan

akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak diangkat,

di khawatirkan akan masuk dan menyebar dalam jaringan yang sehat. Ada

kemungkinan sel-sel tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh

tubuh.mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi penimbunan

cairan di alveoli. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar yang

memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran yang

menghubungkan dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan

menyebar ke pembuluh darah, hal ini menyebabkan kegagalan untuk mengontrol

proliferasi dan maturase sel. Dampak lain yang muncul pada metastase bisa juga

terjadi pada sebuah kelenjar getah bening atau (limfe) di ketiak ataupun bisa juga

diatas tulang belikat. Dan selain itu kanker juga akan bisa bersarang didalam

tulang, di paru-paru, dihati dan kulit (Erik T, 2012).

Pasien memiliki payudara satu dibagian kanan, tetapi pada saat diperiksa

setelah beberapa tindakan operasi terdapat benjolan kecil pada payudara sebelah

kanan. Pasien mengatakan tampak ada benjolan dan puting susu tampak mulai

sedikit mengkerut, hal ini merupakan tanda yang khas pada pasien dengan Ca

Mammae. Menurut Nuarfi (2015) Ca mammae merupakan gangguan dalam

pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal,

berkembang biak dari menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. Hal ini

akan mengakibatkan kelenjar limfe dan pembuluh darah ke organ-organ lain tidak

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
90

normal dengan sebelumnya, sehingga menimbulkan adanya benjolan pada

payudara tersebut.

Hasil laboratorium darah menunjukkan pasien memiliki Hb 9,1 g/dL dari

nilai normal 12-18 g/dL (rendah), hematocrit 25% dari nilai normal 40-50%,

trombosit 194 103/uL dari nilai normal 150-400 103/uL (sedang), leukosit 14,2

MM^3 dari nilai normal 4-10MM^3 (tinggi), MCV 83,4 MikroM3 dari nilai

normal 82-98 Mikro M3 (sedang), MCH 29,0 pg dari nilai normal >= 27pg,

MCHC 34,7g/dl dari nilai normal 32-36 g/dl (sedang), eritrosit 3,14 MM^3 dari

nilai normal 3,8-5,4MM^3 (sedang), RDW CV 15,9% dari nilai normal 11,6 –

14,6% (tinggi), RDW SD 45fL dari nilai normal 29-46fL (sedang), basofil 0%

dari nilai normal 0-1% (rendah), eosinofil 1% dari nilai normal 2-4% (rendah),

neutrofil batang 0% dari nilai normal 3-5% (rendah), neutrofil segmen 75% dari

nilai normal 50-80% (sedang), limfosit 18% dari nilai normal 25-40% (rendah),

monosit 5% dari nilai normal 2-8%. Peningkatan ini terjadi karena pada pasien

Ny. W ditemukan turgor kulit tidak elastis, tampak ada benjolan pada payudara

sebelah kanan dari hasil pemeriksaan biopsi yang kedua. Pasien mengatakan jika

makan habis 1 porsi dengan 3x/hari, tetapi jika minum dan mengkonsumsi buah-

buahan jarang sehingga mempengaruhi kadan Hemoglobin 9,1 gr% dari nilai

normal 12-15gr% (rendah).

Hasil pemeriksaan USG Abdomen didapatkan hepatomegali ringan

dengan mild katty liver VF, lien, pankreas, Ren, vv dalam batas normal tak

tampak metastasis pada organ-organ tersebut.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
91

Berdasarkan data yang ada secara spesifik tidak ada kesenjangan yang

signifikan antara kasus Ny. W dengan teori yang telah dikemukakan oleh

beberapa ahli. Hal ini dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri setelah dilakukan

operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7 (0-10), nyeri muncul pada

malam hari dengan tiba-tiba. Pasien mengatakan sebelumnya kakak kandung yang

pertama memiliki riwayat penyakit yang sama tetapi sudah meninggal sudah 5

tahun yang lalu.

B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnosas Anayse)

Diagnosis keperawatan merupakan penilian klinis terhadap pengalaman

atau respon individu, keluarga atau komunitas pada masalah kesehatan, pada

resiko masalah kesehatan, pada resiko masalah kesehatan atau proses kehidupan

(SDKI PPNI, 2016).

Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi : Pembedahan

Masektomi) dengan skala nyeri 7 (0-10) dan tampak meringis ditandai dengan

infeksi (ca mammae), gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor

mekanis (pembedahan : tindakan masektomi) ditandai dengan ca mammae,

tampak terpasang selang drain pada payudara sebelah kiri, luka tampak kering dan

tampak kemerahan, resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (operasi

pembedahan : tindakan masektomi) pada payudara sebelah kiri, tampak

kemerahan, tampak terpasang selang drain, perfusi perifer tidak efektif

berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin ditandai dengan ca

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
92

mammae, akral hangat, CRT<2 detik, Hb 9,1 g/dL dari nilai normal 12-18g/dL

(rendah), SPO2 96%. tindakan yang dilakukan dengan mmberikan obat obatan

sesuai indikasi dokter dan melakukan perawatan luka selama 2x/hari.

Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan, penulis menegakkan 4

(empat) diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Prosedur

operasi : Pembedahan Masektomi) dengan skala nyeri 7 (0-10) dan tampak

meringis ditandai dengan infeksi (ca mammae)

Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan. (SDKI PPNI, 2016).

Adapun batasan karakteristik dari diagnosis nyeri akut dengan data

mayor adalah mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, sulit tidur, bersikap

protektif (mis, waspada, posisi menghindari nyeri), dan frekuensi nadi meningkat.

Sedangkan data minor tekanan darah meningkat, pola nafas berubah,

nafsu makan menurun, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri

sendiri, dan diaforesis. (SDKI PPNI, 2016).

Diagnosa ini ditegakkan karena pada pasien ditemukan dara subyektif

pasien mengatakan nyeri, pasien juga mengatakan nyeri dibagian payudara kiri

dan nyeri seperti ditusuk-tusuk, pasien mengatakan sulit tidur karena mengeluh

nyeri. Sedangkan data objektif didapatkan dengan skala nyeri 7 (0-10), pasien

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
93

tampak meringis, TD 130/90 mmHg. Menurut SDKI (2016) dalam menegakkan

diagnosa perlu adanya 80% data mayor agar diagnosa dapat ditegakkan.

Nyeri akut terjadi karena adanya suatu emosional seseorang yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional yang berintensitas ringan

hingga berat yang berlangsung secara mendadak dengan waktu kurang dari tiga

bulan. Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian kepada pasien Ny. W

didapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya diagnosa nyeri akut.

Pada saat perumusan diagnosa penulis mendapatkan data pada pasien mengalami

nyeri, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri muncul pada malam hari secara

tiba-tiba, pasien tampak tirah baring dengan lemah, dan pasien tampak meringis.

Nyeri dapat berasal dari berbagai bagian tubuh ataupun sebagai akibat dari terapi

dan prosedur yang dilakukan termasuk operasi, kemoterapi dan radioterapi. Nyeri

yang dialami oleh penderita kanker payudara diakibatkan pengaruh langsung

terhadap organ yang terkena dan pengaruh langsung terhadap jaringan lunak yang

terkena (Rasjidi, 2010).

Diagnosa keperawatan ini apabila tidak diprioritaskan maka akan terjadi

masalah keperawatan lain seperti akan terjadi istirahat/tidur pasien terganggu.

Dalam kondisi tersebut dapat terjadi ketika pasien mengeluarkan emosional

dengan mengeluh kesakitan dan respon tampak meringis, hal ini mengakibatkan

nyeri akut dan akan menyebabkan gangguan pola tidur karena pasien mengeluh

sulit tidur pada malam hari karena kesakitan.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
94

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis

(pembedahan : tindakan masektomi) ditandai dengan Ca mammae, tampak

terpasang selang drain pada payudara sebelah kiri, luka tampak kering dan tampak

kemerahan.

Gangguan integritas kulit adalah kerusakan kulit (dermis dan/atau

epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang,

kartilago, kapsul sendi dan atau ligamen)

Adapun batasan karakteristik dari diagnosis gangguan integritas kulit

dengan data mayor adalah kerusakan jaringan atau lapisan kulit. Sedangkan data

minor adalah nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma. (SDKI PPNI, 2016).

Diagnosa ini ditegakkan karena pada pasien ditemukan data subyektif

diantaranya pasien mengatakan ada luka jahitan dibagian payudara sebelah kiri,

pasien tampak meringis, tampak ada kemerahan pada luka jahitan, tampak ada

luka jahitan, dan tampak terpasang selang draine pada payudara. Menurut SDKI

(2016) dalam menegakkan diagnosa perlu adanya 80% data mayor agar diagnosa

dapat ditegakkan.

Diagnosa keperawatan ini apabila tidak diprioritaskan maka akan terjadi

masalah keperawatan lain seperti akan terjadi infeksi yang lebih parah. Dalam

kondisi tersebut dapat terjadi ketika pasien dan keluarga pasien memberikan

perawatan dengan tidak benar, sehingga luka akan terus menerus menjadi infeksi

dan akan menyebabkan nyeri yang hebat pada luka tersebut.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
95

3. Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan invasif (operasi

pembedahan : tindakan masektomi) pada payudara sebelah kiri, tampak

kemerahan, tampak terpasang selang drain.

Resiko infeksi adalah berisiko mengalami penengkitan terserang

organisme patogenik. (SDKI PPNI, 2016).

Adapun diagnosis resiko infeksi dengan tanda faktor risiko diantaranya

penyakit kronis (mis, diabetes melitus), efek prosedur invasif, malnutrisi,

peningkatan paparan organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan

tubuh primer seperti ganggaun peristaltik, kerusakan intergritas kulit, perubahan

sekresi pH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum

waktunya, merokok, dan statis cairan tubuh, ketidakadekuatan pertahanan tubuh

sekunder seperti penurunan hemoglobin, imunosupresi, leukopenia, supresi respon

inflamasi, dan vaksinasi tidak adekuat.

Diagnosa ini ditegakkan karena pada pasien Ny. W ditemukan data

tampak ada luka jahitan, tampak kemerahan pada luka, tampak terpasang selang

drain, luka tampak kering, luka tampak diperban. Hal ini karena terjadi adanya

kerusakan pada jaringan atau kulit setelah dilakukan tindakan operasi sehingga

mengakibatkan adanya infeksi pada luka yang menyebabkan gangguan pada

pembuluh darah didalam payudara.

Diagnosa keperawatan ini apabila tidak diprioritaskan maka akan terjadi

masalah keperawatan lain seperti akan terjadi jaringan atau luka tidak dapat

membaik. Dalam kondisi tersebut dapat terjadi ketika pasien melakukan

perawatan luka secara mandiri dengan tidak sesuai indikasi dan dibantu oleh

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
96

perawat akan mengakibatkan jaringan yang berbentuk luka semakin parah dan

menyebar ke organ-organ lain.

4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan

konsentrasi hemoglobin ditandai dengan ca mammae, akral hangat, CRT <2 detik,

Hb 9,1 g/dL dari nilai normal 12-18 g/dL (rendah), SPO2 96%

Perfusi perifer tidak efektif adalah penurunan sirkulasi darah pada level

yang dapat mengganggu metabolisme tubuh. (SDKI PPNI, 2016).

Adapun batasan karakteristik pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif

dengan tanda mayor objektif antara lain pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer

menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit

menurun. Sedangkan tanda minor subjektif antara lain parastesia, nyeri

ekstremitas, dan tanda minor objektif antara lain edema, penyembuhan luka

lambat, indeks ankle-brachial <0,90, dan bruit femoral. Hal ini sesuai dengan

keadaan yang dialami oleh pasien yaitu pasien mengalami lemas, turgor kulit

menurun, tampak ada benjolan pada payudara sebelah kanan, terpasamg selang

drain, Hb menurun (9,1 gr/dL).

Diagnosa ini ditegakkan karena pada pasien Ny. W ditemukan data nadi

perifer menurun, akrak teraba dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,

pengisian kapiler >3 detik, tampak ada benjolan pada payudara kanan, dan

terpasang selang drain, Hb menurun (9,1 gr/dL). Hal ini karena terjadi adanya

resiko infeksi yang semakin menyebar mengakibatkan metabolisme tidak kuat.

Diagnosa keperawatan ini apabila tidak diprioritaskan maka akan terjadi

masalah lain seperti jaringan perfusi tidak dapat membaik. Dalam kondisi tersebut

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
97

dapat terjadi ketika pasien tidak melakukan pemeriksaan yang dianjurkan oleh

dokter akan menyebabkan sirkulasi darah dalam tubuh menjadi turun dan tidak

bisa berfungsi kembali.

Pasien merasa lemas, terdapat ada benjolan pada payudara sebelah kanan,

Hb menurun, turgor kulit menurun. Keadaan ini terjadi karena sirkulasi darah

menurun sehingga kapiler dalam darah dapat terganggu pada metabolisme tubuh.

Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah dan

terdapat edema.

C. Analisis Intervensi Keperawatan (Nursing Intervetion Analyse)

Intervensi keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik

yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh

perawat. Intervensi dilakukan untuk membantu pasien mencapai hasil

yang diharapkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan

dengan jelas.

Pengelompokan seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi, dan

besarnya menunjukkan isi dari aktivitas yang direncanakan. Intervensi

keperawatan dapat di bagi menjadi dua yaitu mandiri atau dilakukan oleh

perawat dan kolaboratif atau yang dilakukan bersama dengan pemberi

perawatan lainnya. Tahap perencanaan berfokus pada memprioritaskan

masalah, merumuskan tujuan dan kriteria hasil, membuat instruksi

keperawatan, dan mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan.

Tujuan dilakukannya perencanaan asuhan keperawatan adalah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
98

meningkatkan komunikasi antara pemberi asuhan keperawatan,

memberikan asuhan secara langsung dan di dokumentasikan, catatan dapat

digunakan untuk evaluasi penelitian dan aspek legal serta sebagai

dokumentasi bukti untuk layanan asuransi (Deswani, 2009).

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis membuat 4

intervensi sesuai dengan diagnosa yang penulis tegakkan. Diagnosa

pertama yaitu Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik

(Prosedur operasi : Pembedahan Masektomi) dengan skala nyeri 7 (0-10)

dan tampak meringis ditandai dengan infeksi (ca mammae). Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan nyeri bisa

berkurang dengan kriteria hasil adalah tidak ada nyeri, skala 0 (0-10), dan

tidur cukup. Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu identifikasi skala

nyeri rasionalnya adalah untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan

klien; Berikan teknik non farmakologis (tarik nafas dalam) rasionalnya

untuk mengurangi rasa nyeri; Jelaskan strategi meredakan nyeri

rasionalnya untuk meredakan nyeri saat klien kesakitan; kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian analgetik rasionalnya untuk mengurangi rasa

nyeri yang dirasakan klien.

Diagnosa kedua yaitu Gangguan integritas kulit berhubungan

dengan faktor mekanis (pembedahan : tindakan masektomi). Setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan integritas

kulit kembali normal dengan kriteria hasil : tidak ada luka/lesi, klien

mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
99

Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu identifikasi penyebab

gangguan integritas kulit rasionalnya adalah untuk mengetahui penyebab

gangguan integritas kulit; ubah posisi tiap 2jam rasionalnya adalah agar

terhindar dari luka dekubitus; anjurkan menggunakan pelembab

rasionalnya adalah untuk terhindar dari kulit yang kering.

Diagnosa ketiga yaitu Resiko infeksi berhubungan dengan

Tindakan invasif (operasi pembedahan : tindakan masektomi) pada

payudara sebelah kiri, tampak kemerahan, tampak terpasang selang drain.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan

resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda

infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal. Selanjutnya akan diuraikan

intervensi, yaitu monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik

rasionalnya adalah mengetahui gejala yang terjadi pada infeksi; berikan

perawatan kulit pada area jahitan rasionalnya adalah untuk mengurangi

terjadi resiko infeksi yang berlebihan; ajarkan cuci tangan dengan benar

rasionalnya adalah agar terhindar dari bakteri yang menempel dibagian

kulit.

Diagnosa keempat yaitu Perfusi perifer tidak efektif berhubungan

dengan penurunan konsentrasi hemoglobin. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan perfusi perifer kembali normal

dengan kriteria hasil : tekanan sistol dan diastole dalam batas normal, tidak

ada ortostatik hipertensi. Selanjutnya akan diuraikan intervensi, yaitu

Monitor kemerahan, nyeri, dan bengkak pada luka rasionalnya adalah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
100

dalam pemeriksaan ini untuk mengetahui bentuk, skala nyeri, ukuran dan

warna pada luka; Lakukan pencegahan infeksi rasionalnya adalah untuk

mengurangi terjadinya infeksi; Anjurkan melakukan perawatan kulit yang

tepat rasionalnya adalah agar luka terhindar dari infeksi yang

memperparah.

D. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implementation

Analyse)

Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,

dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan

hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam

Haryanto, 2007). Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil

yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011). Dalam

melaksanakan asuhan keperawatan, penulis berkolaborasi dengan tim medis lain

serta melibatkan keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Tindakan keperawatan utama pada pasien Ca mammae diantaranya

adalah identifikasi skala nyeri, berikan teknik non farmakologis (tarik nafas

dalam), kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik, ubah posisi pasien

tiap 2jam, memberikan perawatan luka pada area jahitan, mengajarkan cuci

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
101

tangan dengan benar kepada pasien dan keluarga, dan melakukan pencegahan

infeksi.

Adapun tindakan keperawatan yang penulis susun berdasarkan diagnosa

yang diangkat adalah sebagai berikut:

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (Prosedur

operasi : Pembedahan Masektomi) dengan skala nyeri 7 (0-10) dan tampak

meringis ditandai dengan infeksi (ca mammae)

Pada diagnosa nyeri akut tindakan yang sudah dilakukan yaitu:

a. Mengidentifikasi skala nyeri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan mengidentifikasi skala nyeri

didapatkan hasil pasien mengeluh nyeri, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7

(0-10), pasien tampak meringis. Tindakan tersebut untuk mengetahui respon nyeri

dengan menghitung menggunakan skala nyeri saat sedang merasakan nyeri.

Sehingga dilakukan pemberian tindakan dengan memberikan obat analgetik untuk

mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.

b. Memberikan teknik non farmakologis (tarik nafas dalam)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan memberikan teknik non

farmakologis didapatkan hasil pasien tampak mengulangi teknik tersebut dengan

secara mandiri. Tindakan tersebut untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan

oleh pasien, dan untuk merasa rileks atau tenang. Dalam tindakan ini pasien

mengatakan nyeri sudah berkurang, dan pasien tampak tenang.

c. Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik sesuai indikasi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
102

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pemberian obat analgetik

sesuai indikasi dokter didapatkan pasien tampak tenang. Tindakan tersebut

untuk mengurangi rasa nyeri. Obat analgetik sesuai indikasi dokter yang

diberikan pada pasien ca mamae yaitu keterolac 3x1 mg, obat keterolac

adalah obat untuk meredakan nyeri dan peradangan, obat ini biasanya

digunakan setelah prosedur medis atau operasi, obat ini termasuk golongan

obat antiinflamasi (OAINS) yang berbentuk amupls atau suntikan lewat

intravena, dan terdapat bentuk tablet. Dan obat asam mefenamat 3x1 mg,

yaitu obat yang berfungsi untuk meredakan nyeri, termasuk obat golongan

antiinflamasi nonsteroid, obat ini dalam bentuk tablet dan dikonsumsi

melalui oral. Dalam tindakan pemberian obat analgetik dapat mengurangi

nyeri, karena pasien tampak tenang.

2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis

(pembedahan : tindakan masektomi) ditandai dengan Ca mammae, tampak ada

selang drain pada payudara sebelah kiri, luka tampak kering dan tampak

kemerahan.

Pada diagnosa gangguan integritas kulit tindakan yang sudah dilakukan

yaitu:

a. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Tindakan tersebut untuk mengetahui penyebab terjadinya

gangguan kerusakan pada kulit setelah dilakukan tindakan pembedahan

masektomi. Sehingga terpadat luka dengan jahitan di payudara yang sudah

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
103

dilakukan tindakan operasi, luka tampak kemerahan dan tampak kering,

luka dibalut dengan kassa dan balutan elastis.

b. Mengubah posisi tiap 2 jam

Setelah dilakukan tindakan keperawatan mengubah posisi tiap 2jam,

didapatkan hasil pasien tampak mengubah posisi dengan miring kanan dan miring

kiri secara mandiri diatas kasur. Tindakan tersebut agar tidak terjadi penekanan

yang menyebabkan luka dekubitus dibagian belakang, dengan mengubah posisi

tiap 2 jam yaitu memiringkan badan ke sebelah kanan dan sebelah kiri, bisa

dilakukan dengan diberikan ganjelan atau tumpuan bantal pada bagian punggung

atau dibagian sisi kasur. Dalam tindakan ini pasien tampak mengubah posisi

dengan secara pelan-pelan dan tampak nyaman saat dimiringkan kekiri ataupun

kekanan.

c. Menganjurkan klien menggunakan pelembab

Tindakan tersebut untuk mengurangi kulit kering, atau pada luka diolesi

dengan salep yang diberikan oleh dokter sehingga untuk memberikan rasa nyaman

pada luka atau untuk mengeringkan luka yang tampak basah dan bisa untuk

memberikan pemulihan pada kulit yang terdapat luka.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan invasif (operasi

pembedahan : tindakan masektomi) pada payudara sebelah kiri, tampak

kemerahan, tampak terpasang selang drain.

Pada diagnosa resiko infeksi tindakan yang sudah dilakukan yaitu:

a. Tindakan Memonitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
104

Setelah dilakukan tindakan keperawatan memintor tanda dan gejala

infeksi didapatkan hasil tampak ada luka dipayudara kiri, luka tampak kering, luka

tampak kemerahan, luka tampak dijahit, terpasang selang drain. Tersebut untuk

mengetahui tanda dan gejala pada infeksi. Dalam tindakan ini pasien tampak

tenang dan selalu bertanya tentang luka yang dirasakan.

b. Memberikan perawatan kulit atau luka pada area jahitan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan memberikan perawatan luka

didapatkan hasil luka tampak kering, tidak ada nanah, tidak ada darah, luka

tampak berwarna merah, luka ditutupi oleh perban. Tindakan tersebut untuk

mengurangi resiko infeksi yang bisa menyebabkan menular atau menyebar ke

bagian tubuh yang lainnya, dilakukan perawatan kulit dalam 2x sehari sesuai

dengan indikasi dari dokter. Dalam tindakan ini pasien mengatakan sedikit nyeri

saat dilakukan perawatan luka tetapi setelah dilakukan tindakan tersebut untuk

mengurangi infeksi yang dapat menyebar dan dapat mengurangi luka menjadi

kering.

c. Mengajarkan cuci tangan dengan benar

Tindakan tersebut untuk mencegah penyebaran kuman yang menempel

dikulit sehingga tidak terjadi penyakit atau untuk mencegah terjadinya penyakit

yang bertambah

4. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan

konsentrasi hemoglobin ditandai dengan ca mammae, akral hangat, CRT <2

detiik, Hb 9,1 g/dL dari nilai normal 12-18 g/dL (rendah), SPO2 96%.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
105

Pada diagnosa perfusi perifer tidak efektif tindakan yang sudah

dilakukan yaitu:

a. Memonitori adanya kemerahan, nyeri, dan bengkak pada luka

Tindakan tersebut untuk mengetahui tanda dan gejala dari perfusi

perifer. Dengan hasil yang didapat yaitu tampak ada luka berwarna merah,

pasien tampak nyeri dengan secara tiba-tiba, skala nyeri 7 (0-10), nyeri

seperti ditusuk-tusuk, tidak ada bengak pada luka, tampak terpasang

selang drain, luka dibalut dengan kassa dan perban elastis.

b. Melakukan pencegahan infeksi

Tindakan tersebut agar terhindar dari infeksi yang menyebar, sehingga

dilakukan dengan melakukan perawatan luka dengan benar, dan selalu mengganti

pakaian dalam 3x sehari, melakukan cuci tangan sebelum makan dan setelah

makan.

c. Menganjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat

Setelah dilakukan tindakan ini didapatkan hasil luka tampak

kering setelah dilakukan perawatan luka 2x sehari. Tindakan tersebut

untuk mengurangi terjadinya infeksi yang dapat menyebar ke organ tubuh

yang lainnya. Dengan dilakukan perawatan luka (ganti balutan) 2-3x

sehari sesuai dengan indikasi dokter, dan olesi salep pada luka agar cepat

kering dan membaik. Dalam tindakan ini luka tampak kering, tidak ada

nanah, tidak ada darah, dan selang drain dilepas setelah 3hari yang lalu

karena sudah tidak ada keluar cairan darah.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
106

E. Evidence based practice

Kontrol nyeri yang tidak adekuat dapat mempengaruhi kualitas

hidup pasien kanker (Wang et al., 2013). Progessive Mucle Relaxation

(PMR) dan Guided Imagery (GI) merupakan terapi komplementer yang

dapat diberikan pada pasien kanker untuk menurunkan efek pengobatan

kemoterapi. PMR merupakan stimulasi fisik dengan proses peregangan

dan pelepasan otot (contractionrelease) yang telah diketahui sejak lama

dapat mengatasi ketegangan mental dan fisik pada gangguan kecemasan

dan depresi seperti skizofrenia, insomnia, endometriosis, dermatitis atopik,

dan kanker(Lorent, Agorastos, Yassouridis, Kellner, & Muhtz, 2016).

PMR memiliki efek menurunkan kecemasan dengan relaksasi

fisik dan mental(Zhou et al., 2014) dan dapat menurunkan komplikasi dari

pengobatan kanker (Shahriari et al., 2017). Selain menurunkan kecemasan

dan depresi, PMR juga dapat menurunkan nyeri, meringankan kelelahan,

dan meningkatkan kualitas tidur (Kobayashi & Koitabashi, 2016).

Sedangkan Guided Imagery (GI) juga merupakan salah satu terapi

komplementer yang dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan nyeri karena

kanker(Shahriari et al., 2017).

Terapi GI membimbing pasien untuk memikirkan hal-hal yang

indah dan dapat membuat pasien merasa nyaman dan bahagia, sehingga

hal tersebut akan menstimulasi pelepasan endorfin ke seluruh tubuh. Efek

dari pelepasan endorfin akan meningkatkan perasaan damai, mengurangi

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
107

stres, dan pada akhirnya akan membuat perasaan menjadi senang. Belum

ada komplikasi atau efek yang buruk dilaporkan dari pemberian teknik GI

ini(Shahriari et al., 2017).

Terjadinya relaksasi dalam tubuh dipengaruhi oleh kerja sistem

saraf. Terutama system saraf otonom yaitu system saraf simpatis. Ketika

terjadi stress akan mempengaruhi system limbik sebagai self-regulating

centerdi hipotalamus yang merangsang kelenjar pituitary anterior

meningkatkan produksi ACTH. Ketika terjadi peningkatan ACTH akan

merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan produksi kortisol dan

medulla adrenal untuk meningkatkan produksi epineprin dan norepineprin.

Sehingga akan meningkatkan konsumsi oksigen, tekanan darah dan denyut

nadi. Dan sebaliknya, ketika terjadi respon relaksasi produksi ACTH akan

menurun sehingga merangsang korteks adrenal untuk menurunkan

produksi kortisol dan medulla adrenal untuk menurunkan produksi

epineprin dan norepineprin. Sehingga akan menurunkan konsumsi

oksigen, tekanan darah dan denyut nadi. Dengan demikian pasien merasa

rileks.(Park et al., 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Charalambous et al., (2016)

tentang terapi PMR dan GImenunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara keduanya, yaitu pada penderita prostat dan kanker

payudara. Setelah intervensi, pasien dalam kelompok intervensi

melaporkan tingkat nyeri yang lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok kontrol yang mengalami peningkatan tingkat nyeri. Nyeri pada

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
108

kelompok intervensi menurun dan meningkat pada kelompok kontrol.

Intervensi ini dimulai dari latihan pernafasan selama 2 menit, kemudian 10

menit latihan PMR dan dilanjutkan GI selama 15 menit. Kelompok kontrol

hanya mendapatkan pengobatan standar.

Penelitian dengan aplikasi terapi yang sama yang dilakukan oleh

Adeola et al., (2015) dalam intervensi GI, 13 menit dibantu dengan audio

suara yang membimbing pasien mengatur nafas dalam, berada dalam

kondisi rileks,dan membayangkan pemandangan yang indah. Pasien

dianjurkan untuk memilih tempat yang dirasakan paling nyaman untuk

duduk atau berbaring di rumahnya dan tanpa gangguan. Semua partisipan

diberikan tugas mencatat dan melaporkan semua keluhan dari penggunaan

obat, aktivitas, dan masalah kesehatan, termasuk nyeri. Semua responden

diberikan penjelasan dan informed consent sebelumnya.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Chen, Wang, Yang, &

Chung(2015), dimana kelompok intervensi sebanyak 32 pasien

mendapatkan pendidikan tentang kemoterapi, dan diberikan pelatihan

relaksasi guided imagery sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 33

pasien hanya mendapatkan pendidikan tentang kemoterapi. Dalam

penelitian ini juga dijelaskan tentang penggunaan instrument The hospital

anxiety and depression scale (HADS) dan the symptom distress scale

(SDS).

Pasien menerima pelatihan relaksasi satu hari sebelum kemoterapi

sampai 7 hari setelah kemoterapi selama 20 menit.Hasil penelitian

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
109

menunjukkan pemberian PMR dan GI dapat menurunkan nyeri, keluhan

insomnia, kecemasan dan depresi. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Shahriari et al., (2017), PMR mengacu pada kontraksi dan pelepasan otot

untuk delapan kelompok otot (tangan bagian bawah, tangan atas, kaki

bagian bawah dan kaki bagian atas, perut, bahu, dada bagian bawah dan

dahi bagian atas).Deep diaphragmatic breathing, responden diminta

berada dalam posisi yang nyaman dan meletakkan satu tangan di perut dan

yang lainnya di dada mereka. Responden diminta untuk bernapas dengan

lembut melalui hidung dalam hitungan 4 detik, kemudian dihembuskan

perlahan selama 4 detik. Praktek ini dilakukan selama 2 menit. Sedangkan

pada guided imagery yaitu memperlihatkan sebuah gambar pemandangan,

sehingga setelah itu pasien diharapkan dapat untuk memvisualisasikan

pemandangan yang menyenangkan selama 10-15 menit.

Sebagaimana dengan penelitian yang juga dilakukan Yilmaz &

Arslan (2015), pasien diberikan intervensi PMR dan relaksasi selama 3

minggu dapat menurunkan nyeri dan kecemasan.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
110

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan dideskripsikan tentang simpulan dan saran dari

pengelolaan kasus pada Ny. W (34 tahun) dengan gangguan sistem reproduksi:

Carsinoma mammae (CA MAMMAE) di Ruang Bougenvile Perempuan RSUD

Waled Kabupaten Cirebon Tahun 2019.

A. Simpulan

Setelah melakukan asuhan keperawatan Carsinoma mammae (Ca

Mammae) di Ruang Bougenvile Perempuan RSUD Waled Kabupaten Cirebon

pada tanggal 07 sampai 08 Desember 2019, penulis membandingkan teori dengan

tinjauan kasus, maka dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan pengkajian, diperoleh data: pasien mengeluh nyeri, nyeri

dirasakan dibagian payudara sebelah kiri, nyeri seperti ditusuk-tusuk, dengan

skala nyeri 7 (0-10), nyeri sering muncul pada malam hari tetapi tidak lama hanya

beberapa menit. Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi pada makanan

dan obat-obatan, pasien mengatakan makan habis 1 porsi dalam 3x sehari, ada

pantangan yaitu tidak boleh makan yang rasa asam dan pedas. Pasien mengatakan

belum pernah BAB sama sekali karena flatus (kentut) saja baru 1 kali. Pasien

mengatakan sering BAK, dipasang selang kateter dengan output 400 cc urine

berwarna kuning kemerahan dan bau amoniak.

Diagnosa keperawatan diantaranya: Nyeri akut, Gangguan integritas

kulit, Resiko infeksi, dan Perfusi perifer tidak efektif.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
107
111

2. Perencanaan keperawatan dirumuskan berdasarkan kondisi pasien

pada saat pengkajian, serta kemampuan keluarga dalam bekerja sama. Penulis

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yaitu diberikan obat

analgetik sesuai anjuran dokter (ceftriaxon 1x2gr, keterolac 3x1mg, asam

mefenamat 3x1mg), dan melakukan perawatan luka yang tepat yang diberikan

sehari 2x.

3. Implementasi yang telah dilakukan penulis untuk mengatasi masalah

yang dihadapi pasien telah sesuai dengan intervensi yang direncanakan.

4. Evaluasi yang didapatkan setelah melakukan implementasi dari 4

(empat) diagnosa keperawatan tersebut belum teratasi semua. Kemudian penulis

melanjutkkan intervensi yang telah direncanakan dan dilakukan, hanya ada 2

(dua) diagnosa keperawatan yang teratasi yaitu nyeri akut dan gangguan integritas

kulit karena sesuai dengan yang dirasakan oleh pasien secara langsung.

5. EBP yang diterapkan pada pasien dengan Ca Mammae yaitu terapi

Progessive Mucle Relaxation (PMR) dan Guided Imagery (GI). Tujuannya untuk

mengurangi rasa nyeri dengan latihan pernafasan selama 2 menit, kemudian 10

menit latihan PMR dan dilanjutkan GI selama 15 menit untuk dengan bernafas

lembut melalui hidung.

B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Saran untuk perawat diharapkan untuk menerapkan asuhan keperawatan

paliatif care pada pasien Ca Mammae, serta tetap memantau kondisi pasien

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
112

terutama luka pasien kemudian memantau hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh

pasien ca mammae. Sehingga dapat menentukan intervensi yang tepat dan sesuai

dengan keadaan pasien tersebut.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Saran untuk institusi pendidikan yang akan mencetak tenaga perawat

yang profesional diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam

hal memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem

reproduksi terutama Ca Mammae, sehingga dapat melakukan asuhan keperawatan

sesuai dengan standar asuhan keperawatan.

3. Bagi Lahan Praktik

Saran ditujukan pada rumah sakit agar menambah keterampilan perawat

dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ca Mammae serta

dapat meningkatkan wawasan tentang penerapan Evidence Based Practice pada

pasien Ca Mammae.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
113

DAFTAR PUSTAKA

Adeola, M. T., Baird, C. L., Sands, L. P., Longoria, N., Henry, U., Nielsen, J., &
Shields, C. G. 2015. Active Despite Pain: Patient Experiences With
Guided Imagery With Relaxation Compared to Planned Rest, 19(6), 649–
652.
American Cancer Society. 2017. Breast Cancer. Atlanta: American Cancer
Society.
Charalambous, A., Giannakopoulou, M., Bozas, E., Marcou, Y., Kitsios, P., &
Paikousis, L. 2016. Guided Imagery And Progressive Muscle Relaxation
as a Cluster of Symptoms Management Intervention in Patients
Receiving Chemotherapy : A Randomized Control Trial. Journal Plos
One, 2(23), 1–18. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0156 91
Chen, S., Wang, H., Yang, H., & Chung, U. 2015. Effect of Relaxation With
Guided Imagery on The Physical and Psychological Symptoms of Breast
Cancer Patients Undergoing Chemotherapy. Iran Red Crescent Med J,
17(11), 1–8. https://doi.org/10.5812/ircmj.31277
Depkes. 2011. Masalah Keperawatan Carcinoma Mammae.
Http://www.depkes.go.id/downloads/masalah keperawatan.PDF Gambar
Mammae, di unduh pada tanggal 30 juni 2019
https://www.plengdut.com/mammae-anatomi-mammae-dan-fungsi-
mammae/11476

Erik. T . 2012. Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta : PT Elex


Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Franco, et al. 2010. Body image and quality of life in patients who underwent
breast surgery,. The American Surgeon.
Hartati, A. S. 2012. Konsep Diri dan Kecemasan Wanita Penderita Kanker
Payudara Di Poli Bedah Onkologi rumah Sakit Umum Pusat haji Adam
Malik Medan. Fakultas Kedokteran Uniersitas Sumatera Utara.
Handayati, M. R., & Safrudin, B. 2018. Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada
Pasien Congestive Heart Failure (CHF) dan Non Hodgkin Limfoma
dengan Intervensi Inovasi Terapi Relaksasi Benson Kombinasi Murottal
Al-Qur’an (Qs Ar-Rahman Ayat 1-78) dan Hypnoterapi Terhadap
Penurunan Skala Nyeri di Ruang Intensive Cardiac Care Unit (ICCU)
RSUD Abdul Wahab

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
114

Lorent, L. De, Agorastos, A., Yassouridis, A., Kellner, M., & Muhtz, C. 2016.
Auricular Acupuncture Versus Progressive Muscle Relaxation in Patients
with Anxiety Disorders or Major Depressive Disorder : A Prospective
Parallel Group Clinical Trial. Journal of Acupuncture and Meridian
Studies, 9(4), 191–199. https://doi.org/10.1016/j.jams.2016.03.00 8
Masriadi . 2016. Epidemologi penyakit tidak menular .DKI Jakarta : CV.Trans
Info Media
Medicastore. 2011.Kamus Kedokteran. Jakarta: Djambadan
NANDA International. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi.
Jakarta : EGC
Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.
Park, E. R., Traeger, L., Vranceanu, A.-M., Scult, M., Lerner, J. A., Benson, H,
Fricchione, G. L. 2013. The Development of a Patient-Centered Program
Based on the Relaxation Response : The Relaxation Response.
Psychosomatics, 54(2), 165–174.
https://doi.org/10.1016/j.psym.2012.09.0 01
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:DPP PPNI.
Putra., S., R. 2015. Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.
Riskedas. 2018. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes
RI
Shahriari, M., Dehghan, M., Pahlavanzadeh, S., & Hazini, A. 2017. Effects of
progressive muscle relaxation , guided imagery and deep diaphragmatic
breathing on quality of life in elderly with breast or prostate cancer.
Journal of Education and Health Promotion, 1–6.
https://doi.org/10.4103/jehp.jehp
Suryani. 2013 . Kanker Payudara dan PMS Pada Kehamilan . jakarta : Nuha
Medika
Siburian, C,. H. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Pasien
Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi di RSUP H. Adam Malik

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020
115

Medan. Jurnal Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


Wang, X., Jia, C., Liu, L., Zhang, Q., Li, Y., & Li, L. 2013. Obesity , diabetes
mellitus , and the risk of female breast cancer in Eastern China. World
Journal of Surgical Oncology, 11(71), 1–7. https://doi.org/10.1186/1477-
7819-11-7
Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Yilmaz, S. G., & Arslan, S. 2015. Effects of Progressive Relaxation Exercises on
Anxiety and Comfort of Turkish Breast Cancer Patients Receiving
Chemotherapy. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 16, 217–
220. https://doi.org/10.7314/APJCP.2015.16.1 .217
Zhou, K., Li, X., Li, J., Liu, M., Dang, S., Wang, D., & Xia, X. 2014. A clinical
randomized controlled trial of music therapy and progressive muscle
relaxation training in female breast cancer patients after radical
mastectomy : Results on depression , anxiety and length of hospital stay.
European Journal of Oncology Nursing, 1–6.
https://doi.org/10.1016/j.ejon.2014.07.01 0.

STIKesIndramayu-ProgramProfesiNersXIII-Tahun2019-2020

Anda mungkin juga menyukai