OLEH :
PO.71.4.241.19.4.020
TAHUN 2022
i
HALAMAN PENGESAHAN
PO714241194020
Dengan Judul:
tanggal 28-11 Maret 2022 di RSUD Kota Makassar telah disetujui oleh Clinical Educator dan
Preseptor
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Penatalaksnaan
Fisioterapi pada Kasus Cervical Arm pain Syndrome“ dapat terselesaikan dengan baik.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tampa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagi pihak. Untuk itu perkenankan saya mengucapkan terimah kasih kepada
semua pihak yng membantu penyusunan laporan ini.
Penyusun juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun.dari berbagai pihak
guna perbaikan laporan initerdapat hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca. Akhir kata
penyusun mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iv
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................3
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf.......................................................................................3
C. Tinjaun Kasus..........................................................................................................................7
1. Definisi.....................................................................................................................................7
2. Epidemiologi............................................................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................................12
HASIL KEGIATAN..........................................................................................................................12
A. Hasil Kegiatan.......................................................................................................................12
B. History Taking......................................................................................................................12
C. Hasil Pengamatan.................................................................................................................12
BAB IV...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................17
B. SARAN..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keidupan, manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenehui
kebutuhannya, baik itu kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial misalnya
bekerja, olah raga, beraktivitas sosial, beribadah dan lain lain. Aktivitas
berlebihan akan menimbulkan efek pada seseorang seperti keluhan pada sistem
otot, berupa keluhan rasa sakit, nyeri, pegal pegal dan lainnya (Haryatno dan
Kuntono, 2016)
Nyeri dianggap proses yang normal. Menurut Toxonomy Commite of The
Association for the Study of Pain (IASP) nyeri dapat didefinisikan sebagai suatu
pengalam sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan baik yang aktual maupun yang potensial. Dengan adanya
nyeri, maka pasien akan men galami penurunan produktivitas, penurunan kualitas
hidup (Quality of Life) sebagai gangguan ADL dan penurunan keterlibatan dalam
berbagai kegiatan sosial (hudaya, 2009).
Nyeri leher atau bisa disebut nyeri servikal adalah suatu kondisi medis
yang umum. Nyeri leher ini biasanya muncul akibat sejumlah gangguan dan
penyakit yang mengenai jaringan sekitar leher seperti penyakit degeneratif pada
diskus, ketegangan pada leher, dan cedera leher meliputi herniasi diskus yang
dapat menyebabkan terjepitnya saraf. (Stoppler, 2011).
Cervical arm pain syndrome (CAPS) paling sering muncul akibat dari
perubahan degeneratif yang terjadi pada tulang belakang. CAPS dapat disebabkan
oleh kompresi dari akar cervical. Kompresi dapat terjadi sebagai hasil dari
herniasi, spondylosis, ketidakstabilan dari struktur cervical, trauma atau tumor.
CAPS adalah gangguan dari akar saraf seperti herniasi spondylosis, atau cervical
osteofit yang disertai dengan keluhan rasa sakit, mati rasa, kesemutan, kelemahan
ekstremitas atas dan sering menghasilkan keterbatasan fungsional. (Sarfraznawas
dkd, 2015).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, perlatan (fisik,elektro terapi dan
1
mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi (KEMENKES NO.80 tahun 2013). Dalam
hal ini fisioterapi berperan dalam hal mengurangi keluhan pasien dengan kondisi
Cervical arm Syndrome dengan menggunakan modalitas TENS, SWD, IR dan
Terapi Latihan.
Melihat dari permasalahan diatas maka peran fisioterapi adalah
mengurangi keluhan-keluhan yang ada dengan pemberian modalitas yang
ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS)
pasien, sehingga pada akhirnya pasien dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa
adanya hambatan maupun kesulitan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Plexus Brachialis
Plexus brachialis dibentuk dari anyaman rami ventralis yang
berasal dari akar akar cervical C5 Thl. Plexus brachialis terdiri dari
lima akar saraf yang berasal dari rami ventralis nervus spinalis, tiga -
5
trunkus, dua division, tiga fasiculus dan cabang saraf perifer. Saraf C5
dan C6 membentuk trunkus superior, saraf C7 membentuk t#runkus
medius, sedangkan saraf C8 Th1 membentuk trunkus inferior. Masing
masing dari frunkus memiliki dua percabangan atau divisi ke arah
ventral dan dorsal. Cabang ventral dari trunkus superior dan trunkus
medius akan membentuk fasciculus lateralis. Cabang ventral trunkus
inferior membentuk fasciculus medialis, sedangkan cabang dorsalis
dari seluruh trunkus akan membentuk fasciculus dorsalis (Waldman
dalam Holidah, 2015).
Peran utama plexus brachialis adalah menyediakan suplai saraf
untuk ekstremitas atas, tetapi juga memiliki cabang sensoris dan
motorik ke dinding thorax atas dan beberapa struktur cervical. Plexus
brachialis terdiri dari 3 trunkus yaitu atas, tengah dan bawah. Dua akar
saraf atas (C5, C6) bergabung ke trunkus atas pada titik Erb's Root C7
tengah dilanjutkan sebagai trunkus tengah. Dua akar bawah (C8, T1)
bergabung dan membentuk trunkus bawah. Korda lateral dibagi
menjadi dua cabang terminal yaitu nervus musculocutaneus dan akar
lateral saraf median yang disebut kontribusi sensorik. Korda medial
dibagi menjadi nervus ulnaris dan nervus medianus yang memiliki
kontribusi motorik. Korda posterior dibagi menjadi nervus radialis dan
nervus axillaris (Park, et al., 2017).
Percabangan dan inervasi dari plexus brachialis, yaitu :
a. Axillaris Nerve
Axillaris nerve dibentuk oleh saraf C5 dan C6 yang menginervasi m.deltoid
dan m.teres minor.
b. Musculocutaneus Nerve
Musculocutaneus Nerve dibentuk oleh saraf C5, C6, dan C7 yang
menginervasi m.biceps brachi, m.brachialis, dan m.coracobrachialis.
c. Median Nerve
Median Nerve dibentuk oleh saraf C5, C6, dan C7 yang menginervasi
m.pronator teres, m.palmaris longus, m.flexor carpi radialis, m.flexor
digitorum superfisial dan profunda, m.flexor pollicis longus dan brevis,
m.pronator guadratus, m.abduktor pollicis brevis, m.opponens pollicis,dan
m.lumbrical LII.
6
d. Radial Nerve
Radial Nerve dibentuk oleh saraf CS sampai Thl yang menginervasi
m.brachioradialis, m.anconeus, m.triceps brachii, m.supinator, m.adduktor
pollicis longus, m.extensor carpi radialis longus dan brevis, m.extensor
digitorum, m.extensor digitiminimi, m.extensor carpi ulnaris, m.extensor
pollicis longus dan brevis, m.extensor indicis.
e. Ulnar Nerve
Ulnar Nerve dibentuk oleh saraf C8 dan Thl yang menginervasi m.flexor carpi
ulnaris, m.flexor digitorum profundus, m.flexor & adduktor digitiminimi
brevis, m.opponens digitiminimi, m.lumbrical III & IV, m.interosseous,
m.adduktor pollicis, m.flexor pollicis brevis.
C. Tinjaun Kasus
1. Definisi
Definisi Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS) Cervical Arm Pain
Syndrome (CAPS) atau biasa dikenal dengan cervical root syndrome
merupakan salah satu masalah yang mernpengaruhi saraf pada cervical spine
yang menyebabkan gejala Tadikular pada ekstremitas ipsilateral (Aguaroli, et
al., 2016). Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS) merupakan suatu kelainan
klinis ketika terjadi penjepitan, peradangan, ataupun kerusakan pada akar
saraf cervical spine sehingga menyebabkan perubahan fungsi neurologis dan
dapat mengurangi ukuran foramen intervertebralis (Lamothe, et al., 2015).
Perubahan fungsi neurologis yang dapat terjadi, yaitu: mati rasa, nyeri
tajam, tingling dan atau parasthesia yang menjalar dari leher sampai ke lengan
dan jari jari sesuai distribusi dermatom dari akar saraf yang terkena (Meyler,
2019). Kondisi ini bahkan juga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas
refleks dan dapat mempengaruhi jaringan yang diinervasi oleh saraf yang
terkena seperti otot, sendi, dan kulit (Holidah, 2015).
2. Epidemiologi
Prevalensi terjadinya CAPS adalah 3,3 kasus per 1000 orang dengan
puncak insiden terjadi pada dekade keempat dan kelima kehidupan (Aguaroli,
et al., 2016). Insiden tahunan CAPS adalah 83,2 per 100.000 individu.
7
Kondisi ini sedikit lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dan lebih
sering terjadi pada orang tua karena faktor degenerasi cervical Spine dengan
puncak kejadiannya adalah pada usia 50-60 tahun (Lamothe, etal., 2015).
Secara umum prevalensi terjadinya cedera saraf berkisar antara 1,3-
2,8%. Dari jumlah tersebut lokasi terbanyak cedera saraf tepi adalah
ekstremitas superior. Prevalensi cedera saraf tepi pada ekstremitas superior
mencapai 61% diikuti oleh ekstremitas inferior sebanyak 15Y6, wajah 1495,
leher 696 dan thorax 4Y4. Diantara ekstremitas superior, cedera flexus
brachialis adalah cedera saraf tepi tersering mencapai 24% dari seluruh
cedera saraf tepi.
Pada studi tentang cedera saraf tepi khusus ekstremitas superior,
didapatkan hasil dengan prevalensi cedera saraf medial merupakan cedera
saraf tersering yaitu sekitar 48% diikuti oleh saraf ulnaris (45%) dan saraf
radialis (7%). Cedera saraf tepi sering terjadi pada pekerja di sector basic and
support activity dan pekerja pertanian dan peternakan. Distribusi umur
terjadinya saraf tepi bervariasi menurut beberapa studi, namun median umur
sekitar terjadi pada umur 31-36 tahun. Menurut jenis kelamin, laki-laki lebih
dominan mengalami cedera saraf tepi dibandingkan dengan perempuan
(Duarsa, 2017).
8
b Trauma, yang biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan whiplash injury dimana reaksi fisik akibat suatu peristiwa
kejadian spontanitas secara mendadak sehingga terkejut dan yang dapat
memberikan stres terhadap columna vertebralis dan mengakibatkan
jaringan lunak disekitar leher dapat robek atau ruptur (Meyler, 2019).
c Kebiasaan yang salah seperti sikap postural yang berkepanjangan dapat
menyebabkan nyeri pada leher misalnya mengggerakkan leher secara
spontan. Selain itu, seperti tidur pada posisi yang salah dengan
Overextension neck (Shim, 2016).
d Postur tubuh yang buruk, jika kepala seseorang sering dimiringkan ke
depan untuk jangka waktu yang lama maka otot, tendon, dan ligamen
sekitar leher harus bekerja lebih keras seperti saat bekerja di depan
komputer, menonton TV, naik kereta, membaca buku, berkebun,
menghabiskan waktu berjam jam menatap telepon saat mengirim pesan,
dan lain lain (Shim, 2016).
e Gerakan atau getaran berulang ulang pada leher, seperti mengendarai truk
(peralatan bergetar) atau berulang kali menyelam dengan meloncat
terlebih dahulu dari papan loncat ke kolam (Meyler, 2019).
f Gender, dimana pria lebih sering terkena dibandingkan wanita. Hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke
aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis (Satriani, 2019).
g Merokok, dimana nikotin dan racun racun lain dapat mengganggu
kemampuan discus untuk menyerap nutrisi yang diperlukan di dalam
darah (Satriani, 2019).
h Stres, terkadang otot-otot di leher dapat mengencang dan sakit sebagai
respons terhadap stres, kecemasan, atau depresi (Shim, 2016).
i Infeksi, jika bagian tulang belakang leher terinfeksi, maka peradangan
bisa menyebabkan sakit leher. Salah satu contohnya adalah meningitis
(Shim, 2016).
11
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Hasil Kegiatan
Nama : Tn. C
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Gotong royong
Pekerjaan :
Agama : Islam
B. History Taking
a. Keluhan Utama : Merasakan nyeri pada leher yang menjalar ke lengan
kanan
b. Lokasi Keluhan : Pada sisi leher dan lengan sebelah kanan
c. Riwayat Perjalanan Penyakit : Keluhan dirasakan setelah pasien melakukan
pekerjaan berat yaitu mengangkat sak semen dan pasir, lalu malamnya pasien tidak dapat
tidur dikarenakan merasa nyeri hebat pada bagian leher dan lengan sebelah kanan
sehingga keesokan harinya pasien memutuskan untuk pergi ke Fisioterapi.
d. Keluhan penyerta : Pasien sulit untuk menggerakkan kepalanya
e. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada
f. Vital Sign :
- Tekanan darah : 118/ 72 mm Hg
C. Hasil Pengamatan
a. Inspeksi/Observasi
1) Statis
- Pasien datang dalam keadaan normal
2) Dinamis
- Pasien tampak sulit menggerakkan kepalanya
- Suhu : Normal
12
b. Pemeriksaan dan Pengukuran
1. Tes motorik, dilakukan dengan cara meminta pasien untuk menggenggam
tangan fisioterapis. Hasilnya yaitu pasien mampu menggenggam namun
lemah.
2. PGFD
AKTIF
PASIF
13
TIMT
c. Diagnosa Fisioterapi
Gangguan aktivitas fungsional cervical berupa limitasi rom Et causa caps
sinistra
d. Problematik Fisioterapi
1) Impairment : Kelemahan pada otot
2) Activity Limitation : polajalan abnormal, keterbatasan menggenggam
14
3) Participation Restriction : Kesulitan dalam bekerja
e. Tujuan Intervensi Fisioterapi
Jangka Pendek :
- Mengatasi kecemasan
- Mengatasi nyeri menjalar dari cervical sampai bahu kanan
- Mengatasi spasme pada m. upper trapezius
- Mengatasi kompresi nerve
Jangka Panjang :
a. Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional dalam
melakukan aktivitas sehari- hari
f. Intervensi fisioterapi
1. IRR (10 menit)
Tujuan :Membantu merileksasikan otot-otot yang kaku, terjadi
vasodilatasi yang dapat memperbaiki sirkulasi darah dan memperbaiki
proses metabolisme didalam tubuh.
2. Tens (10 menit)
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation adalah teknik yang
melibatkan pengiriman arus listrik berdenyut ringan melintasi permukaan
kulit untuk merangsang saraf ambang batas rendah untuk mengurangi rasa
nyeri (Johnson et al., 2017 dalam Azis, 2019). Bentuk gelombang
asimetris persegi dengan durasi pulsa 100 μs dan frekuensi pulsa 100 Hz
dan dalam waktu 30 menit yang bertujuan untuk pengurangan nyeri.
3. SWD (10 menit)
SWD (Short Wave Diathermy)adalah elektroterapi yang
menaikan temperatur pada jaringan dengan pemberian gelombang
frekuensi tinggi. Frekuensinya 27,12 MHz dan panjang gelombangnya 11
meter. Pemberian SWD akan mengembalikan potensial membran ke
tingkat semula, dimana pada inflamasi potensial membran suatu sel akan
turun sehingga fungsinya terganggu.
Selain itu juga SWD akan mengembalikan keseimbangan dan
transpor ion di membran sel. Terdapat dua teori mekanisme pemberian
SWD, yang pertama adalah mekanisme transpor ion secara langsung atau
aktivasi dari pompa natrium dan kalium. (Goldin, 1981) SWD
15
diberikan pada inflamasi kronik, dan biasanya mulai diberikan terapi
maksimal satu minggu setelah mulainya proses peradangan.
4. Exercise
Stretching bermanfaat untuk mengurangi nyeri dalam jangka waktu
satu minggu sampai waktu empat bulan bahkan lebih. Waktu peregangan
biasanya dilakukan sekitar 15-30 detik untuk mendapatkan efek fisiologis
dari peregangan yang dilakukan. Selain untuk mengurangi nyeri,
peregangan yang dilakukan juga mampu untuk mengurangi kekakuan pada
otot.
Pada kondisi defisit neurologis, otot bisa saja mengalami
kekakuan sebagai hasil dari mekanisme adaptasi otot karena pada saat
terjadi defisit neurologis otot akan mengalami kelemahan dan otot yang
kontralateral bisa saja mengalami kekakuan (Weppler et al., 2014). Selain
itu, dalam menangani kekakuan otot teknik yang dapat diaplikasikan
bersamaan dengan stretching adalah friction. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Yasin et al., (2019) menunjukkan bahwa pemberian friksi
pada pasien dengan keluhan CAPS efektif untuk dilakukan.
h. Evaluasi
Awal terapi keluhan pasien merasakan sangat nyeri yang menjalar pada
lengan sisi kanan dan adanya keterbatasan saat pasien menggerakkan kepala
dan pasien sulit untuk tidur di malm hari akibat nyeri hebat yang di rasakan.
Namun setelah menjalani terapi sebanyak 4 kali nyeri yang di rasakan psien
berangsur-angsur menghilang, keterbatasan saat menggerakkan kepala mulai
membaik dan pasien sudah dapat tidur di malam hari.
16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS) merupakan suatu kelainan klinis
ketika terjadi penjepitan, peradangan, ataupun kerusakan pada akar saraf cervical
spine sehingga menyebabkan perubahan fungsi neurologis dan dapat mengurangi
ukuran foramen intervertebralis (Lamothe, et al., 2015). Cervical arm pain
syndrome (CAPS) paling sering muncul akibat dari perubahan degeneratif yang
terjadi pada tulang belakang.
CAPS dapat disebabkan oleh kompresi dari akar cervical. Kompresi dapat
terjadi sebagai hasil dari herniasi, spondylosis, ketidakstabilan dari struktur
cervical, trauma atau tumor. Dalam hal ini fisioterapi berperan dalam hal
mengurangi keluhan pasien dengan kondisi Cervical Root Syndrome dengan
menggunakan modalitas TENS, SWD, IR dan Terapi Latihan.
B. SARAN
Kepada fisioterapis: Dalam melakukan pelayanan fisiotrapi hendaknya
sesuai prosedur yang ada, sebelum melakukan terapi,fisioterapi melakukan
pemeriksaan yang teliti dan sistematis sehingga dapat memecahkan permasalahan
pasien secara rinci dan untuk itu perluasan dan penambahan ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan kondisi pasien atau suatu masalah di perlukan dengan
memanfaatkan kemajuan IPTEK.
Kepada pasien: Kesungguhan pasien dalam melakukan latihan harus ada
karena tanpa adanya kesungguhan dan semangat untuk melakukan latihan secara
rutin maka keberhasilan sulit untuk dicapai. Pasien disarankan untuk melakukan
latihan-latihan yang diajarkan oleh terapist.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mansfield, M., Smith, T., Spahr, N., & Thacker, M. (2020). Cervical spine radiculopathy
epidemiology: A systematic review. Musculoskeletal Care, (July), 1–13.
https://doi.org/10.1002/msc.1498
Nugraha, Y. (2019). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Cervica Root Syndrome di RST
dr. Soedjono Magelang. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 53(9), 1689–1699.
Sugijanto, 2009. Standard Operation Prosedur Fisioterapi, Makassar, Sidharta, Priguna, Sakit
Neuromuskuloskeletal 2th edition Tidy’s Physiotherapy 12th edition
Dharmajaya, R. (2017). Buku Referensi: Spondylois Cervocal. Medan: USU Press.
Dorland, W. N. (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: EGC.
Duarsa, G. W. (2017). Prevalensi dan Angka Kejadian Cedera Saraf Tepi. Bali: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Galdi, S. R. (2010). Physiotherapy in Neurocondition. New Delhi: Jayape Brothers.
Helmi, Z. (2014). Buku Ajar Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Holidah. (2015). Pengaruh Mobilisasi Saraf Terhadap Perubahan Nyeri pada Penderita
Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS). Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Lamothe, M. P., Robitaille, S. P., Roy, J. S., Desmeules, F. P., & Langevin, P. P. (2015).
Comparison of 2 Manual Therapy and Exercise Protocols for Cervical Radiculopathy. Journal
of Orthopaedic & Sports Physical Therapy.
Meyler, Z. (2019, 01 04). Spine Health. Dipetik 03 26, 2019, dari What is Cervical
Radiculopathy?: http://www.spine-health.com/conditions/neck pain/what-cervical
radiculopathy