Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

RSUD Kota Makassar

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CERVICAL ARM


PAIN SYNDROME (CAPS)

OLEH :

FATHUR RAHMA BAHTIAR

PO.71.4.241.19.4.020

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PROGRAM STUDI D.IV PROFESI FISIOTERAPI

TAHUN 2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Pre Klinik

FATHUR RAHMA BAHTIAR

PO714241194020

Dengan Judul:

Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Cervical Arm Pain Syndrome

tanggal 28-11 Maret 2022 di RSUD Kota Makassar telah disetujui oleh Clinical Educator dan
Preseptor

Makassar, 22 Maret 2022

Clinical Educator, Preseptor,

Ilmianti janin,S.ST.FT. Anshar,SPd.S.FT.Physio.M.Kes

NIP. 197505 1420 0604 2 021 NIP.19641511 198803 1 001

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaium Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur patut kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Penatalaksnaan
Fisioterapi pada Kasus Cervical Arm pain Syndrome“ dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak dapat terselesaikan tampa adanya dukungan dan
bantuan dari berbagi pihak. Untuk itu perkenankan saya mengucapkan terimah kasih kepada
semua pihak yng membantu penyusunan laporan ini.

Penyusun juga menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun.dari berbagai pihak
guna perbaikan laporan initerdapat hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca. Akhir kata
penyusun mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Makassar, 12 Maret 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iv
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................3
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf.......................................................................................3
C. Tinjaun Kasus..........................................................................................................................7
1. Definisi.....................................................................................................................................7
2. Epidemiologi............................................................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................................12
HASIL KEGIATAN..........................................................................................................................12
A. Hasil Kegiatan.......................................................................................................................12
B. History Taking......................................................................................................................12
C. Hasil Pengamatan.................................................................................................................12
BAB IV...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................17
B. SARAN..................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keidupan, manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenehui
kebutuhannya, baik itu kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial misalnya
bekerja, olah raga, beraktivitas sosial, beribadah dan lain lain. Aktivitas
berlebihan akan menimbulkan efek pada seseorang seperti keluhan pada sistem
otot, berupa keluhan rasa sakit, nyeri, pegal pegal dan lainnya (Haryatno dan
Kuntono, 2016)
Nyeri dianggap proses yang normal. Menurut Toxonomy Commite of The
Association for the Study of Pain (IASP) nyeri dapat didefinisikan sebagai suatu
pengalam sensoris dan emosi yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan baik yang aktual maupun yang potensial. Dengan adanya
nyeri, maka pasien akan men galami penurunan produktivitas, penurunan kualitas
hidup (Quality of Life) sebagai gangguan ADL dan penurunan keterlibatan dalam
berbagai kegiatan sosial (hudaya, 2009).
Nyeri leher atau bisa disebut nyeri servikal adalah suatu kondisi medis
yang umum. Nyeri leher ini biasanya muncul akibat sejumlah gangguan dan
penyakit yang mengenai jaringan sekitar leher seperti penyakit degeneratif pada
diskus, ketegangan pada leher, dan cedera leher meliputi herniasi diskus yang
dapat menyebabkan terjepitnya saraf. (Stoppler, 2011).
Cervical arm pain syndrome (CAPS) paling sering muncul akibat dari
perubahan degeneratif yang terjadi pada tulang belakang. CAPS dapat disebabkan
oleh kompresi dari akar cervical. Kompresi dapat terjadi sebagai hasil dari
herniasi, spondylosis, ketidakstabilan dari struktur cervical, trauma atau tumor.
CAPS adalah gangguan dari akar saraf seperti herniasi spondylosis, atau cervical
osteofit yang disertai dengan keluhan rasa sakit, mati rasa, kesemutan, kelemahan
ekstremitas atas dan sering menghasilkan keterbatasan fungsional. (Sarfraznawas
dkd, 2015).
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, perlatan (fisik,elektro terapi dan
1
mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi (KEMENKES NO.80 tahun 2013). Dalam
hal ini fisioterapi berperan dalam hal mengurangi keluhan pasien dengan kondisi
Cervical arm Syndrome dengan menggunakan modalitas TENS, SWD, IR dan
Terapi Latihan.
Melihat dari permasalahan diatas maka peran fisioterapi adalah
mengurangi keluhan-keluhan yang ada dengan pemberian modalitas yang
ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS)
pasien, sehingga pada akhirnya pasien dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa
adanya hambatan maupun kesulitan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf


Saraf tepi tersusun dari saraf motorik dan saraf sensorik. Susunan saraf ini
dimulai dari neuron motorik dimulai dari sistem saraf pusat (SSP) menuju
muscular ke neuromuscular junction dan otot. Sedangkan sistem sensorik
dimulai dari reseptor somatosensorik, brakiosensorik maupun sensorik khusus.
Saraf saraf tersebut membentuk radiks dan saraf perifer. Terdapat 31 pasang
nervus spinalis yang meninggalkan medula spinalis dan berjalan melalui
foramina intervertebralis di columna vertebralis. Masing-masing nervus
spinalis berhubungan dengan medula Spinalis melalui dua radiks yaitu radiks
anterior dan radiks posterior. Radiks anterior terdiri dari berkas serabut saraf
yang membawa impuls saraf dari SSP (serabut eferen). Radiks posterior terdiri
dari berkas serabut saraf yang membawa impuls menuju SSP (serabut aferen)
(Duarsa, 2017).
Badan sel serabut saraf ini terletak dalam pembesaran radiks posterior
yang disebut ganglion spinalis. Radiks anterior bergabung dengan radiks
posterior tepat di distal ganglion spinalis, dan keduanya membentuk saraf tepi
spinalis. Jadi setiap segmen tubuh mempunyai pasangan saraf spinalisnya
masing masing. Beberapa segmen nervus spinalis seperti pada segmen cervical,
lumbal, dan sacral dalam perjalanannya membentuk cabang dan bergabung
dengan saraf tepi di dekatnya sehingga membentuk jaringan saraf yang disebut
plexus nervosus. Pleksus memungkinkan redistribusi serabut saraf di dalam
saraf tepi yang berbeda. Pembentukan pleksus-pleksus ini menyebabkan serat
serat dari setiap pasang radiks bercabang menjadi saraf saraf tepi yang berbeda,
artinya setiap saraf tepi dibuat dari serat beberapa radiks segmental yang
berdekatan (Wiyanjana, 2017).

B. Anatomi dan Inervasi Cevicd Nerve


Vertebra cervical terdiri dari tujuh ruas (vertebra C1 C7) dan memiliki
corpus yang kecil, mencerminkan fakta bahwa mereka menopang paling sedikit
berat badan. Vertebra cervical memiliki processus spinosus bifid (berbentuk Y).
Processus spinosus vertebra C3 C6 pendek, tetapi C7 jauh lebih panjang.
3
Processus tranversus pada cervical melengkung tajam (berbentuk U) untuk
memungkinkan lewatnya saraf tulang belakang leher. Setiap processus tranversus
juga memiliki lubang yang disebut foramen transversal. Arteri penting yang
memasok darah naik ke leher dengan melewati celah ini. Processus artikular
superior dan inferior vertebra cervical rata dan sebagian besar menghadap ke atas
atau ke bawah (Rice University, 2013).
Vertebra C1 dan C2 memberikan bentuk yang khas, dimana C1 disebut
atlas yang menopang tengkorak di atas columna vertebralis, sedangkan C2 disebut
axis karena berfungsi sebagai sumbu untuk rotasi ketika memutar kepala ke arah
kanan atau kiri. Vertebra C1 tidak memiliki corpus dan processus spinosus, tetapi
berbentuk cincin, terdiri dari lengkungan anterior dan lengkungan posterior (Rice
University, 2013). Cervical spine memiliki persarafan yang terdiri dari:
1. Plexus Cervicalis
Plexus cervicalis dibentuk oleh rami ventral dari empat nervus cervical
atas (C1 C4). Sebagian besar penulis memasukkan juga saraf arena
berkonstribusi dalam pembentukan salah satu cabang motor plexus
cervical yang disebut phrenic nerve. Oleh karena itu, plexus cervicalis juga
dapat didefinisikan sebagai jaringan saraf yang dibentuk oleh rami ventral
C1 C5 dan mengeluarkan cabang motorik (anterior) dan sensoris
(posterior) (Kenhub, 2019). Rami muncul di antara tuberculum anterior
dan posterior dari procesus transversal vertebra cervical, menciptakan alur
pada palang costotransverse (Singh, 2015).
Cabang sensoris pada plexus muncul di sekitar tengah perbatasan
posterior m. sternocleidomastoid. Area ini signifikan secara klinis dikenal
sebagai nerve point of the neck. Ada empat cabang sensorik yang berasal
dari dua Joop (Kenhub, 2019), yaitu:
a. Lesser Occipital Nerve
Percabangan saraf ini dibentuk oleh saraf C2 dan menginervasi kulit
pada leher dan kulit kepala posterasuperior ke os. clavicula.
b. Great Auricular Nerve
Percabangan saraf ini dibentuk oleh saraf C2 dan C3 yang melintasi
m.sternocleidomastoid ke kelenjar parotis. Saraf ini mempersarafi
kulit di atas kelenjar parotis, aspek posterior daun telinga, dan area
kulit memanjang dari sudut os. mandibula dari processus mastoid.
4
c. Transverse Cervical Nerve
Percabangan saraf ini dibentuk oleh saraf C2 dan C3 yang
melengkung di sekitar tengah batas posterior m.sternocleidomastoid
dan menyilang jauh ke m.platysma.
d. Supraclavicular Nerve
Percabangan saraf ini dibentuk oleh saraf C3 dan C4 yang melintasi
os. clavicula untuk memasok kulit pada leher dan bahu.
Cabang cabang motor dari plexus cervical dibagi menjadi empat
(Kenhub, 2019), yaitu:
a. Ansa Cervical
Ansa cervical dibentuk oleh saraf C1-C3 yang menginervasi
otot-otot infrahyoid di cervical triangle anterior, yaitu geniohyoid
nerve (C1), tirohyoid nerve (C1), omohyoid nerve (C1-C3), -
Sternohyoid nerve (C1 C3), dan sternothyroid nerve (C1 C3).
b. Phrenic Nerve
Phrenic nerve berasal dari C4 tetapi menerima kontribusi dari C3
dan C5. Saraf ini terbentuk pada bagian superior dari batas lateral
m.scaleni anterior, pada level batas superior kartilago tiroid.
Phrenic nerve mengandung serabut saraf motorik, sensorik, dan
simpatis. Saraf ini memberikan pasokan motor tunggal ke
diafragma serta sensasi ke bagian pusatnya. Pada thorax, phrenic
nerve menginervasi pleura mediastinum dan pericardium jantung.
Phrenic nerve turun secara miring melintasi m.scaleni anterior,
jauh ke lapisan prevertebral cervical fascia, transverse cervical dan
suprascapular arteries.
Beberapa cabang motorik juga mencapai m. rhomboid, yaitu saraf
saraf skapular dorsal (dibentuk oleh C4 dan CS) dan m.serratus anterior,
yaitu Jong thoracic nerve yang dibentuk oleh serat dari saraf C5, C6 dan
C7.

2. Plexus Brachialis
Plexus brachialis dibentuk dari anyaman rami ventralis yang
berasal dari akar akar cervical C5 Thl. Plexus brachialis terdiri dari
lima akar saraf yang berasal dari rami ventralis nervus spinalis, tiga -
5
trunkus, dua division, tiga fasiculus dan cabang saraf perifer. Saraf C5
dan C6 membentuk trunkus superior, saraf C7 membentuk t#runkus
medius, sedangkan saraf C8 Th1 membentuk trunkus inferior. Masing
masing dari frunkus memiliki dua percabangan atau divisi ke arah
ventral dan dorsal. Cabang ventral dari trunkus superior dan trunkus
medius akan membentuk fasciculus lateralis. Cabang ventral trunkus
inferior membentuk fasciculus medialis, sedangkan cabang dorsalis
dari seluruh trunkus akan membentuk fasciculus dorsalis (Waldman
dalam Holidah, 2015).
Peran utama plexus brachialis adalah menyediakan suplai saraf
untuk ekstremitas atas, tetapi juga memiliki cabang sensoris dan
motorik ke dinding thorax atas dan beberapa struktur cervical. Plexus
brachialis terdiri dari 3 trunkus yaitu atas, tengah dan bawah. Dua akar
saraf atas (C5, C6) bergabung ke trunkus atas pada titik Erb's Root C7
tengah dilanjutkan sebagai trunkus tengah. Dua akar bawah (C8, T1)
bergabung dan membentuk trunkus bawah. Korda lateral dibagi
menjadi dua cabang terminal yaitu nervus musculocutaneus dan akar
lateral saraf median yang disebut kontribusi sensorik. Korda medial
dibagi menjadi nervus ulnaris dan nervus medianus yang memiliki
kontribusi motorik. Korda posterior dibagi menjadi nervus radialis dan
nervus axillaris (Park, et al., 2017).
Percabangan dan inervasi dari plexus brachialis, yaitu :
a. Axillaris Nerve
Axillaris nerve dibentuk oleh saraf C5 dan C6 yang menginervasi m.deltoid
dan m.teres minor.
b. Musculocutaneus Nerve
Musculocutaneus Nerve dibentuk oleh saraf C5, C6, dan C7 yang
menginervasi m.biceps brachi, m.brachialis, dan m.coracobrachialis.
c. Median Nerve
Median Nerve dibentuk oleh saraf C5, C6, dan C7 yang menginervasi
m.pronator teres, m.palmaris longus, m.flexor carpi radialis, m.flexor
digitorum superfisial dan profunda, m.flexor pollicis longus dan brevis,
m.pronator guadratus, m.abduktor pollicis brevis, m.opponens pollicis,dan
m.lumbrical LII.
6
d. Radial Nerve
Radial Nerve dibentuk oleh saraf CS sampai Thl yang menginervasi
m.brachioradialis, m.anconeus, m.triceps brachii, m.supinator, m.adduktor
pollicis longus, m.extensor carpi radialis longus dan brevis, m.extensor
digitorum, m.extensor digitiminimi, m.extensor carpi ulnaris, m.extensor
pollicis longus dan brevis, m.extensor indicis.
e. Ulnar Nerve
Ulnar Nerve dibentuk oleh saraf C8 dan Thl yang menginervasi m.flexor carpi
ulnaris, m.flexor digitorum profundus, m.flexor & adduktor digitiminimi
brevis, m.opponens digitiminimi, m.lumbrical III & IV, m.interosseous,
m.adduktor pollicis, m.flexor pollicis brevis.

C. Tinjaun Kasus

1. Definisi
Definisi Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS) Cervical Arm Pain
Syndrome (CAPS) atau biasa dikenal dengan cervical root syndrome
merupakan salah satu masalah yang mernpengaruhi saraf pada cervical spine
yang menyebabkan gejala Tadikular pada ekstremitas ipsilateral (Aguaroli, et
al., 2016). Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS) merupakan suatu kelainan
klinis ketika terjadi penjepitan, peradangan, ataupun kerusakan pada akar
saraf cervical spine sehingga menyebabkan perubahan fungsi neurologis dan
dapat mengurangi ukuran foramen intervertebralis (Lamothe, et al., 2015).
Perubahan fungsi neurologis yang dapat terjadi, yaitu: mati rasa, nyeri
tajam, tingling dan atau parasthesia yang menjalar dari leher sampai ke lengan
dan jari jari sesuai distribusi dermatom dari akar saraf yang terkena (Meyler,
2019). Kondisi ini bahkan juga dapat menyebabkan menurunnya aktivitas
refleks dan dapat mempengaruhi jaringan yang diinervasi oleh saraf yang
terkena seperti otot, sendi, dan kulit (Holidah, 2015).

2. Epidemiologi
Prevalensi terjadinya CAPS adalah 3,3 kasus per 1000 orang dengan
puncak insiden terjadi pada dekade keempat dan kelima kehidupan (Aguaroli,
et al., 2016). Insiden tahunan CAPS adalah 83,2 per 100.000 individu.

7
Kondisi ini sedikit lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dan lebih
sering terjadi pada orang tua karena faktor degenerasi cervical Spine dengan
puncak kejadiannya adalah pada usia 50-60 tahun (Lamothe, etal., 2015).
Secara umum prevalensi terjadinya cedera saraf berkisar antara 1,3-
2,8%. Dari jumlah tersebut lokasi terbanyak cedera saraf tepi adalah
ekstremitas superior. Prevalensi cedera saraf tepi pada ekstremitas superior
mencapai 61% diikuti oleh ekstremitas inferior sebanyak 15Y6, wajah 1495,
leher 696 dan thorax 4Y4. Diantara ekstremitas superior, cedera flexus
brachialis adalah cedera saraf tepi tersering mencapai 24% dari seluruh
cedera saraf tepi.
Pada studi tentang cedera saraf tepi khusus ekstremitas superior,
didapatkan hasil dengan prevalensi cedera saraf medial merupakan cedera
saraf tersering yaitu sekitar 48% diikuti oleh saraf ulnaris (45%) dan saraf
radialis (7%). Cedera saraf tepi sering terjadi pada pekerja di sector basic and
support activity dan pekerja pertanian dan peternakan. Distribusi umur
terjadinya saraf tepi bervariasi menurut beberapa studi, namun median umur
sekitar terjadi pada umur 31-36 tahun. Menurut jenis kelamin, laki-laki lebih
dominan mengalami cedera saraf tepi dibandingkan dengan perempuan
(Duarsa, 2017).

3. Tanda dan Gejala


- Gangguan saraf, nyeri. Nyeri menjalar keleher –kepala dan lengan dan sering
disertai rasa kesemutan dileher, wajah (trigeminal) dan lengan
- Gangguan gerak, Kaku sendi, lemah, otot-otot atrofi atau tegang (spasme
utamanya otot cervical)
- Sakit Kepala (Vertigo. Keseimbangan, khususnya uncoarthrosis)

4. Etiologi Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS)


Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS) dapat disebabkan oleh beberapa
faktor gangguan pada saraf tepi atau akar saraf di daerah cervico thoracal
(Holidah, 2015). Adapun beberapa penyebab terjadinya CAPS, yaitu:
a Usia, merupakan faktor utama terjadinya CAPS karena terjadi perubahan
degeneratif (Moore & Agur, 2013).

8
b Trauma, yang biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas yang
menyebabkan whiplash injury dimana reaksi fisik akibat suatu peristiwa
kejadian spontanitas secara mendadak sehingga terkejut dan yang dapat
memberikan stres terhadap columna vertebralis dan mengakibatkan
jaringan lunak disekitar leher dapat robek atau ruptur (Meyler, 2019).
c Kebiasaan yang salah seperti sikap postural yang berkepanjangan dapat
menyebabkan nyeri pada leher misalnya mengggerakkan leher secara
spontan. Selain itu, seperti tidur pada posisi yang salah dengan
Overextension neck (Shim, 2016).
d Postur tubuh yang buruk, jika kepala seseorang sering dimiringkan ke
depan untuk jangka waktu yang lama maka otot, tendon, dan ligamen
sekitar leher harus bekerja lebih keras seperti saat bekerja di depan
komputer, menonton TV, naik kereta, membaca buku, berkebun,
menghabiskan waktu berjam jam menatap telepon saat mengirim pesan,
dan lain lain (Shim, 2016).
e Gerakan atau getaran berulang ulang pada leher, seperti mengendarai truk
(peralatan bergetar) atau berulang kali menyelam dengan meloncat
terlebih dahulu dari papan loncat ke kolam (Meyler, 2019).
f Gender, dimana pria lebih sering terkena dibandingkan wanita. Hal ini
terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke
aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis (Satriani, 2019).
g Merokok, dimana nikotin dan racun racun lain dapat mengganggu
kemampuan discus untuk menyerap nutrisi yang diperlukan di dalam
darah (Satriani, 2019).
h Stres, terkadang otot-otot di leher dapat mengencang dan sakit sebagai
respons terhadap stres, kecemasan, atau depresi (Shim, 2016).
i Infeksi, jika bagian tulang belakang leher terinfeksi, maka peradangan
bisa menyebabkan sakit leher. Salah satu contohnya adalah meningitis
(Shim, 2016).

5. Proses Patologi Gangguan Gerak dan fungsi


Mekanisme pasti iritasi atau kerusakan saraf tidak selalu dipahami dalam
kondisi CAPS. Proses kimia yang berkaitan dengan peradangan dianggap paling
umum menyebabkan kerusakan pada akar saraf yang menyebabkan radicular pain.
9
Trauma yang biasanya terjadi karena kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
whiplash injury dimana reaksi fisik akibat suatu peristiwa kejadian spontanitas
secara mendadak sehingga terkejut dan yang dapat memberikan stres terhadap
columna vertebralis. Akar saraf cervical terdiri dari saraf motorik dan sensorik.
Tanda tanda dari kondisi ini melibatkan berkurangnya gerakan motorik atau
sensasi (atau keduanya) tergantung pada saraf mana yang mengalami kerusakan
(Meyler, 2019).
Berdasarkan penyebab penyebab yang telah diuraikan di atas, maka hal
tersebut dapat menjadi pemicu timbulnya gangguan fisiologis pada leher akibat
serabut saraf yang sensitif terhadap peregangan dan distorsi. Ligamentum dan
tendon di leher sensitif juga terhadap regangan dan distorsi oleh gerakan yang
keras atau overuse leher dan juga osteofit dapat menekan akar saraf atau medulla
spinalis karena foramen intervertebralis menyempit sehingga dapat menimbulkan
gejala radicular berupa nyeri atau kesemutan yang menjalar ke bahu, lengan, dan
jari jari tangan tergantung dari akar saraf yang mengalami kompresi (Holidah,
2015).
Manifestasi Klinis Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS) Menurut Meyler
(2019) kondisi ini melibatkan satu atau lebih dari defisit neurologis berikut yang
mungkin dialami pada leher, bahu, lengan, tangan, dan atau jari jari, yaitu:
 Sensorik, seperti perasaan mati rasa atau sensasi berkurang di kulit. Mungkin
juga ada kesemutan, sensasi listrik.
 Motorik, seperti kelemahan atau berkurangnya koordinasi dalam satu atau
lebih otot yang dipersarafi oleh saraf yang terkena, dan pada kondisi kronik
dapat menyebabkan atrofi otot. Selain itu juga dapat menyebabkan
keterbatasan gerak pada leher baik gerakan aktif maupun pasif.
 Refleks, yaitu perubahan pada respons refleks tidak sadar (otomatis) tubuh.
Beberapa contoh mungkin termasuk berkurangnya kemampuan untuk
merespons ketika kulit menyentuh panas atau dingin, atau kemungkinan
berkurangnya refleks trisep atau biseps.
Menurut Meyler (2019) tanda dan gejala kondisi ini berbeda tergantung
pada akar saraf mana yang terpengaruh. Walaupun tanda dan gejala spesifik pasien
dapat sangat bervariasi dan tidak selalu mengikuti pola yang dapat diprediksi.
Adapun deskripsi umum tanda dan gejala berdasarkan lokasi penjalaran saraf,
yaitu:
10
 Akar saraf C5, yaitu kesemutan, mati rasa, dan atau nyeri menjalar dari leher ke
bahu dan turun lengan dan ke ibu jari. Kelemahan mungkin dialami pada otot
sekitar bahu atau lengan atas.
 Akar saraf C6, yaitu kesemutan, mati rasa, dan atau nyeri menjalar ke lengan
dan masuk ke digit kedua (jari telunjuk). Kelemahan dapat terjadi di bagian
depan lengan atas (M.Biceps) atau pergelangan tangan.
 Akar saraf C7, yaitu kesemutan, mati rasa, dan atau nyeri menjalar bisa ke
lengan sampai ke jari tengah. Kelemahan mungkin dialami di bagian belakang
lengan atas (M.Triceps).
 Akar saraf C8, yaitu kesemutan, mati rasa, dan atau nyeri menjalar ke lengan
sampai ke jari kelingking, terjadi penurunan kekuatan dalam menggenggam.

11
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Hasil Kegiatan
Nama : Tn. C
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln. Gotong royong
Pekerjaan :
Agama : Islam

B. History Taking
a. Keluhan Utama : Merasakan nyeri pada leher yang menjalar ke lengan
kanan
b. Lokasi Keluhan : Pada sisi leher dan lengan sebelah kanan
c. Riwayat Perjalanan Penyakit : Keluhan dirasakan setelah pasien melakukan
pekerjaan berat yaitu mengangkat sak semen dan pasir, lalu malamnya pasien tidak dapat
tidur dikarenakan merasa nyeri hebat pada bagian leher dan lengan sebelah kanan
sehingga keesokan harinya pasien memutuskan untuk pergi ke Fisioterapi.
d. Keluhan penyerta : Pasien sulit untuk menggerakkan kepalanya
e. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada
f. Vital Sign :
- Tekanan darah : 118/ 72 mm Hg
C. Hasil Pengamatan
a. Inspeksi/Observasi
1) Statis
- Pasien datang dalam keadaan normal
2) Dinamis
- Pasien tampak sulit menggerakkan kepalanya
- Suhu : Normal

- Kontur kulit : Normal

- Oedem : Tidak Ada

- Tenderness : M. middle trapezius

12
b. Pemeriksaan dan Pengukuran
1. Tes motorik, dilakukan dengan cara meminta pasien untuk menggenggam
tangan fisioterapis. Hasilnya yaitu pasien mampu menggenggam namun
lemah.
2. PGFD
AKTIF

Regio Gerakan Hasil Nyeri


Cervical Fleksi Tidak mampu dilakukan +
dengan sempurna
Ekstensi Tidak mampu dilakukan +
dengan sempurna
Lat. Fleksi sinistra Tidak mampu dilakukan +
dengan sempurna
Lat. Fleksi dixtra Tidak mampu dilakukan +
dengan sempurna
Rotasi sinistra Tidak mampu dilakukan +
dengan sempurna
Rotasi dixtra Tidak mampu dilakukan +
dengan sempurna

PASIF

Regio Gerakan Hasil Nyeri End feel


Cervical Fleksi Terbatas + Elastic
Ekstensi Terbatas + Elastic
Lat. Fleksi sinistra Terbatas + Elastic
Lat. Fleksi dixtra Terbatas + Elastic
Rotasi sinistra Terbatas + Elastic
Rotasi dixtra Terbatas + Elastic

13
TIMT

Regio Gerakan Kontraksi


Cervical Fleksi Terbatas
Ekstensi Terbatas
Lat. Fleksi sinistra Terbatas
Lat. Fleksi dixtra Terbatas
Rotasi sinistra Terbatas
Rotasi dixtra Terbatas

3. Tes kompresi ( Compression Test)


Tes ini dilakukan dengan cara menekan atau kompresi kepala pasien untuk
mendeteksi ada tidaknya penekanan di foramen intervertebralis bagian
cervical. Tes ini dikatakan positif apabila timbul nyeri sesuai dengan tingkat
kompresi. Tes ini dikenal dengan nama Lhermitte test atau Spurling test.
4. Tes distraksi
Apabila terdapat nyeri kerena kompresi pada radiks saraf dorsalis ditingkat
cervical, maka dengan tes distraksi atau mengangkat kepala pasien secara
perlahan, kompresi tersebut dapat dikurangi dengan demikian nyeri saraf
menjadi berkurang atau hilang.
5. Palpasi
Pada palpasi di dapatkan ke kakuan dan nyeri pada sisi otot m. midle
trapezius

c. Diagnosa Fisioterapi
 Gangguan aktivitas fungsional cervical berupa limitasi rom Et causa caps
sinistra

d. Problematik Fisioterapi
1) Impairment : Kelemahan pada otot
2) Activity Limitation : polajalan abnormal, keterbatasan menggenggam

14
3) Participation Restriction : Kesulitan dalam bekerja
e. Tujuan Intervensi Fisioterapi
 Jangka Pendek :
- Mengatasi kecemasan
- Mengatasi nyeri menjalar dari cervical sampai bahu kanan
- Mengatasi spasme pada m. upper trapezius
- Mengatasi kompresi nerve

 Jangka Panjang :
a. Mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional dalam
melakukan aktivitas sehari- hari

f. Intervensi fisioterapi
1. IRR (10 menit)
Tujuan :Membantu merileksasikan otot-otot yang kaku, terjadi
vasodilatasi yang dapat memperbaiki sirkulasi darah dan memperbaiki
proses metabolisme didalam tubuh.
2. Tens (10 menit)
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation adalah teknik yang
melibatkan pengiriman arus listrik berdenyut ringan melintasi permukaan
kulit untuk merangsang saraf ambang batas rendah untuk mengurangi rasa
nyeri (Johnson et al., 2017 dalam Azis, 2019). Bentuk gelombang
asimetris persegi dengan durasi pulsa 100 μs dan frekuensi pulsa 100 Hz
dan dalam waktu 30 menit yang bertujuan untuk pengurangan nyeri.
3. SWD (10 menit)
SWD (Short Wave Diathermy)adalah elektroterapi yang
menaikan temperatur pada jaringan dengan pemberian gelombang
frekuensi tinggi. Frekuensinya 27,12 MHz dan panjang gelombangnya 11
meter. Pemberian SWD akan mengembalikan potensial membran ke
tingkat semula, dimana pada inflamasi potensial membran suatu sel akan
turun sehingga fungsinya terganggu.
Selain itu juga SWD akan mengembalikan keseimbangan dan
transpor ion di membran sel. Terdapat dua teori mekanisme pemberian
SWD, yang pertama adalah mekanisme transpor ion secara langsung atau
aktivasi dari pompa natrium dan kalium. (Goldin, 1981) SWD
15
diberikan pada inflamasi kronik, dan biasanya mulai diberikan terapi
maksimal satu minggu setelah mulainya proses peradangan.
4. Exercise
Stretching bermanfaat untuk mengurangi nyeri dalam jangka waktu
satu minggu sampai waktu empat bulan bahkan lebih. Waktu peregangan
biasanya dilakukan sekitar 15-30 detik untuk mendapatkan efek fisiologis
dari peregangan yang dilakukan. Selain untuk mengurangi nyeri,
peregangan yang dilakukan juga mampu untuk mengurangi kekakuan pada
otot.
Pada kondisi defisit neurologis, otot bisa saja mengalami
kekakuan sebagai hasil dari mekanisme adaptasi otot karena pada saat
terjadi defisit neurologis otot akan mengalami kelemahan dan otot yang
kontralateral bisa saja mengalami kekakuan (Weppler et al., 2014). Selain
itu, dalam menangani kekakuan otot teknik yang dapat diaplikasikan
bersamaan dengan stretching adalah friction. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Yasin et al., (2019) menunjukkan bahwa pemberian friksi
pada pasien dengan keluhan CAPS efektif untuk dilakukan.

g. Edukasi dan Home Program


a) Menggunakan bantal yang baik dan menunjang leher.
b) Beristirahatlah dengan teratur saat bekerja dan lakukanlah latihan
peregangan sederhana selama beristirahat.
c) Seringlah berolahraga dan melakukan peregangan otot leher

h. Evaluasi
Awal terapi keluhan pasien merasakan sangat nyeri yang menjalar pada
lengan sisi kanan dan adanya keterbatasan saat pasien menggerakkan kepala
dan pasien sulit untuk tidur di malm hari akibat nyeri hebat yang di rasakan.
Namun setelah menjalani terapi sebanyak 4 kali nyeri yang di rasakan psien
berangsur-angsur menghilang, keterbatasan saat menggerakkan kepala mulai
membaik dan pasien sudah dapat tidur di malam hari.

16
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS) merupakan suatu kelainan klinis
ketika terjadi penjepitan, peradangan, ataupun kerusakan pada akar saraf cervical
spine sehingga menyebabkan perubahan fungsi neurologis dan dapat mengurangi
ukuran foramen intervertebralis (Lamothe, et al., 2015). Cervical arm pain
syndrome (CAPS) paling sering muncul akibat dari perubahan degeneratif yang
terjadi pada tulang belakang.
CAPS dapat disebabkan oleh kompresi dari akar cervical. Kompresi dapat
terjadi sebagai hasil dari herniasi, spondylosis, ketidakstabilan dari struktur
cervical, trauma atau tumor. Dalam hal ini fisioterapi berperan dalam hal
mengurangi keluhan pasien dengan kondisi Cervical Root Syndrome dengan
menggunakan modalitas TENS, SWD, IR dan Terapi Latihan.

B. SARAN
Kepada fisioterapis: Dalam melakukan pelayanan fisiotrapi hendaknya
sesuai prosedur yang ada, sebelum melakukan terapi,fisioterapi melakukan
pemeriksaan yang teliti dan sistematis sehingga dapat memecahkan permasalahan
pasien secara rinci dan untuk itu perluasan dan penambahan ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan kondisi pasien atau suatu masalah di perlukan dengan
memanfaatkan kemajuan IPTEK.
Kepada pasien: Kesungguhan pasien dalam melakukan latihan harus ada
karena tanpa adanya kesungguhan dan semangat untuk melakukan latihan secara
rutin maka keberhasilan sulit untuk dicapai. Pasien disarankan untuk melakukan
latihan-latihan yang diajarkan oleh terapist.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mansfield, M., Smith, T., Spahr, N., & Thacker, M. (2020). Cervical spine radiculopathy
epidemiology: A systematic review. Musculoskeletal Care, (July), 1–13.
https://doi.org/10.1002/msc.1498
Nugraha, Y. (2019). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Cervica Root Syndrome di RST
dr. Soedjono Magelang. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 53(9), 1689–1699.
Sugijanto, 2009. Standard Operation Prosedur Fisioterapi, Makassar, Sidharta, Priguna, Sakit
Neuromuskuloskeletal 2th edition Tidy’s Physiotherapy 12th edition
Dharmajaya, R. (2017). Buku Referensi: Spondylois Cervocal. Medan: USU Press.
Dorland, W. N. (2011). Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: EGC.
Duarsa, G. W. (2017). Prevalensi dan Angka Kejadian Cedera Saraf Tepi. Bali: Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Galdi, S. R. (2010). Physiotherapy in Neurocondition. New Delhi: Jayape Brothers.
Helmi, Z. (2014). Buku Ajar Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Holidah. (2015). Pengaruh Mobilisasi Saraf Terhadap Perubahan Nyeri pada Penderita
Cervical Arm Pain Syndrome (CAPS). Makassar: Program Studi Fisioterapi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Lamothe, M. P., Robitaille, S. P., Roy, J. S., Desmeules, F. P., & Langevin, P. P. (2015).
Comparison of 2 Manual Therapy and Exercise Protocols for Cervical Radiculopathy. Journal
of Orthopaedic & Sports Physical Therapy.
Meyler, Z. (2019, 01 04). Spine Health. Dipetik 03 26, 2019, dari What is Cervical
Radiculopathy?: http://www.spine-health.com/conditions/neck pain/what-cervical
radiculopathy

Anda mungkin juga menyukai